Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ohty Konita Auliya

NIM : 53010210142
Kelas : SPI – E
Tugas : UTS Sejarah Asia Tenggara

Ulangan Tengah Semester (UTS)


Mata Kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara
Program Studi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuludin Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga

1. Buatlah tulisan hasil pemikiran sendiri, 300-500 kata, mengkaji tema yang menurut saudara
menarik atau terdapat masalah yang menurut saudara penting untuk dikaji lebih lanjut,
mengenai Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara. (Judul Tulisan yang Unik Lebih
Diutamakan, upayakan menulis menggunakan perspektif). Misalkan, membahas tentang
aliran tasawuf dengan perspektif politik, fenomena sosial-budaya, santri dan pesantren dengan
perspektif sosio-kultural, dsb.
2. Review jurnal, sripsi atau buku (Pilih Salah Satu) yang membahas mengenai Sejarah
Perkembangan Islam di Thailand, khususnya mengenai Minoritas Muslim Patani. Silahkan,
lengkapi dengan identitas sumber rujukan, seperti judul, penulis dan lainnya).
3. Apa perbedaan yang paling mendasar ketika berbicara Sejarah perkembangan Islam di
Malaysia dan Singapura? Awali pembahasan dengan melihat bagaimana kondisi sosio-
kultural kedua negara tersebut,
4. Pembahasan mengenai apa hal yang menurut saudara paling ingat dalam perkuliahan yang
masih diingat sampai sekarang? Tuliskan singkat.

Dosen
Hasan Maftuh.,
M.A

Petunjuk teknis pengerjaan


1. Tulisan hasil pemikiran sendiri
2. Dikumpulkan, 12-November-2022 (maksimal pukul 21.00 WIB)
3. Diketik yang rapi dan dikumpulkan di WAG secara mandiri

1. PESANTREN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI


Pondok pesantren adalah salah satu system pendidikan Islam di Indonesia yang mempunyai
ciri-ciri khas tersendiri. Istilah pesantren diangkat dari kata “santri” yang berarti murid atau
“santri” yang berarti huruf, sebab dalam pesantren inilah mula-mula santri mengenal huruf.
Kehadiran pesantren di tengah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi
juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan. Pesantren berhasil menjadikan
dirinya sebagai pusat gerakan pengembangan Islam. Lembaga-lembaga pesantren yang
merupakan asal usul sejumlah manuskrip tentang pengajaran Islam di Asia Tenggara yang
tersedia secara terbatas, yang dikumpulkan oleh pengembara-pengembara pertama dari
perusahaan-perusaan dagang Belanda dan Inggris sejak akhir abad 16. Pesantren merupakan
lembaga pendidikan yang paling banyak berhubungan dengan rakyat, dan tidak berlebihan
kiranya untuk menyatakan pesantren sebagai lembaga pendidikan grass root people yang sangat
menyatu dengan kehidupan mereka.
Pesantren memperoleh pengakuan sebagai lembaga pendidikan yang ikut serta mencerdaskan
kehidupan bangsa setidak-tidaknya di kalangan mayoritas umat Islam Indonesia yang juga
merupakan golongan mayoritas dari bangsa Indonesia dan juga sebagai lembaga ekonomi yang
patut untuk diperhitungkan. Namun, masih terdapat pada beberapa pondok pesantren yang
pengembangan ekonominya masih sangat sederhana dan hanya berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan sehari-hari saja, misalnya dengan usaha kecil-kecilan.
Awal abad ke-20, ilmu-ilmu pengetahuan umum seperti ekonomi, akuntansi, dan lain-lain telah
mulai diajarkan di pesantren, dan sejak tahun 1970-an latihan-latihan keterampilan mengenai
berbagai bidang, seperti: menjahit, pertukangan, perbengkelan, peternakan, dan sebagainya, juga
diajarkan di pesantren. Pemberian keterampilan tersebut dimaksudkan sebagai salah satu cara
untuk mengembangkan wawasan dan
mempertahankan kelangsungan kehidupan warga pesantren tersebut, dari orientasi kehidupan
yang amat berat ke akhirat menjadi berimbang dengan kehidupan duniawi.
Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga elit keagamaan mempunyai peranan yang cukup
penting dalam melakukan pemberdayaan yang salah satunya adalah pemberdayaan ekonomi.
Melalui pemberdayaan inilah pada akhirnya ditujukan untuk menciptakan santri-santri yang
mandiri dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya, sehingga pesantren memiliki fungsi ganda,
yaitu disamping mewujudkan santri yang taat dalam kehidupan agamanya juga memiliki
kemandirian ekonomi yang dapat dijadikan sebagai agen perubahan (agent of change), baik bagi
diri sendiri maupun masyarakat.

2. RESENSI
Judul : Sejarah Masuk dan Berkembangnya Dakwah Islam di Patani Selatan Thailand
(Skripsi, 2019)
Penulis : Mr Adenan Laeha
Instansi : Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang
Sinopsis
Penelitian yang dilakukan oleh Adenan Laeha memiliki tujuan agar dapat memberikan
pengetahuan mengenai bagaimana kondisi masyarakat Patani sebelum islam datang, bagaimana
proses datangnya Islam, dan bagaimana Islam dapat berkembang disana. Oleh karena itu, skripsi
yang ditulis oleh Adenan Laeha ini memiliki fungsi selain untuk memberi pengetahuan yang baru
juga memberikan referensi bagi penelitian lainnya. Metode yang digunakan oleh Adenan Laeha
dalam skripsinya yaitu menggunakan metode penelitian sejarah, yang terdiri dari heuristik,
verifikasi, interpretasi, hingga historiografi. Dengan menggunakan buku dan catatan sejarah
lainnya sebagai sumber primer.
Tujuan
Skripsi yang ditulis oleh Adenan Laeha dibuat untuk memperoleh gelar strata 1 (S1) pada
universitasnya.
Pembahasan Skripsi
Menurut teori Arab, Islam masuk ke kawasan Asia Tenggara sudah sejak abad pertama hijriah
atau ketujuh masehi langsung dari Arab. Di dalam teori tersebut tidak disebutkan urutan negara
mana yang didatangi oleh Islam Arab tersebut, namun dalam catatan historis dikemukakan bahwa
Islam sudah menyebar di beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama di Malaka, Aceh, dan
Semenanjung Malaya, termasuk daerah Melayu yang berada di daerah Siam
(Thailand).
Datangnya Islam ke wilayah Thailand Selatan atau Pattani, di daerah Asia Tenggara tidak
diketahui pasti kapan awal kedatangannya, akan tetapi diperkirakan hal tersebut terjadi sekitar
abad ke-10 atau abad ke-11. Pada masa itu, hampir tidak terlihat adanya konflik antara penganut
Islam dan Buddha di sekitarnya.
Kehadiran Islam di Pattani dimulai dengan kedatangan Syeikh Said dari Pasai yang berhasil
menyembuhkan raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit paraj. Phaya Tu Nakpa
yang pada awalnya memeluk kepercayaan Buddha sebagaimana orang Thailand lainnya kemudian
masuk Islam dengan gelar Sultan Ismail Syah. Kesultanan Pattani mengalami kemajuan yang
pesat setelah menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Malaka. Kesultanan Pattani
kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan, terutama bagi pedagang dari Cina dan
India. Akan tetapi kejayaan yang dialami oleh Kesultanan Pattani berakhir ketika dikalahkan oleh
Kerajaan Siam dari Bangkok.
Pattani merupakan wilayah Provinsi yang berada di bagian selatan Negara Thailand. Umat Islam
yang ada di negeri ini merupakan minoritas, sedangkan Buddha merupakan kepercayaan
mayoritas dari penduduk di sana. Mayoritas dari penduduk Muslim Thailand menetap di wilayah
Thailand selatan yang disebut dengan wilayah Pattani, yang meliputi provinsi Pattani, Yala,
Narathiwat, Setul, dan sebagian Senggora, yang dihuni oleh 5 juta jiwa atau 8% dari seluruh
penduduk yang ada di Thailand. Di wilayah Pattani 95% masyarakat
Muslim beretnis Melayu, hal ini karena Pattani dikenal sebagai bekas negeri Melayu.
Pada sejarah perkembangannya, awalnya Thailand membiarkan masyarakat Pattani Muslim untuk
menyebarkan Agama Islam. Akan tetapi ketika Pesantren dan dakwah yang dibawa oleh umat
Muslim mulai bertambah banyak, pemerintah Thailand memutuskan untuk menghentikan
perkembangan mereka.
Kesimpulan dan Saran
Penelitian yang dilakukan oleh Adenan Laeha mencangkup banyak pembahasan mulai dari
datangnya Islam pada Thailand, hubungannya dengan Thailand sendiri, dan hubungannya dengan
masyarakat Melayu yang berbagi hubungan darah antara leluhur mereka. Akan lebih baik apabila
dibahas lebih mengenai bagaimana hubungan antara masyarakat Pattani dan Thailand sekarang ini
dengan berbagai perbedaan yang mereka miliki.
3. Berdasarkan catatan sejarah, Islam datang pertama kali ke Malaysia sekitar abad ke-7,
sebagaimana dicatat W.P. Groeneveldt dalam Notes on the Malay Archipelago and Malacca
(1877). Ia dibawa lewat ekspedisi niaga oleh para pendakwah dari India. Selanjutnya, para
pedagang India tersebut secara perlahan menyebarkan dakwah Islam di tanah Melayu. Hal itu
diketahui ketika Sultan Madzafar Syah I di Kedah menerima tawaran Islam dari pedangan India
yang berdakwah di Malaysia. Sebelumnya, Sultan

Kedah beragama Hindu ini bernama Phra Ong Mahawangsa. Setelah masuk Islam, ia mengganti
namanya menjadi Sultan Madzafar Syah I. Teori lainnya menyatakan bahwa Islam sampai di
Malaysia pada abad ke-10 yang dibuktikan dengan peninggalan Batu Bersurat Trengganu
berinskripsikan tulisan Arab pada 1033.
Sebelum dakwah Islam sampai di Malaysia, banyak dari penduduk Tanah Melayu itu bergama
Hindu. Keyakinan Hindu menganut sistem kasta, mulai dari Brahmana (kasta tertinggi) hingga
Sudra (yang terendah). Datangnya Islam yang menyatakan bahwa semua manusia itu setara
(egaliter) menarik perhatian banyak masyarakat kala itu. Terlebih, dakwah Islam yang dibawa
pedagang tidak dilakukan melalui pertumpahan darah sehingga Islam diterima secara suka rela di
kalangan penduduk Malaysia, sebagaimana dicatat Andi Herawati dalam Jurnal Ash-Shahabah.
Sementara itu, masuknya Islam ke Singapura diduga bermula dari kaum Muslim pendatang yang
berprofesi sebagai pedagang. Proses masuknya Islam di Singapura terjadi bersamaan dengan
masuknya para pedagang Muslim dari Arab dan Persia, yang berlangsung pada abad ke-8 hingga
abad ke-11. Sejak periode Kerajaan Sriwijaya, wilayah Singapura menjadi kekuasaan kerajaan-
kerajaan di sekitarnya. Hal ini karena Singapura merupakan kota perdagangan yang memiliki
pelabuhan-pelabuhan penting dalam jaringan perdagangan internasional.
Kondisi sosio-kultural di Singapura pada masa dahulu sekitar abad ke 14, pulau Singapura
merupakan bagian dari pada kerajaan Sriwijaya dan dikenal sebagai Temasek (Kota Laut).
Dipercaya bahwa Singapura merupakan pusat pemerintahan kerajaan melayu sebelum kemudian
diduduki oleh Sir Stamford Raffles, ini dapat dibuktikan dengan adanya tulisan dari Abdullah bin
Abdul Kadir yang mengatakan ketika Singapura dibersihkan, bukit yang terdapat disitu telah juga
dikenali sebagai bukit larangan, dan terdapat banyak pokok-pokok buah yang ditanam disitu. Hal
ini menunjukkan terdapatnya pusat kerajaan (Istana) disitu. Pada abad ke-15, Singapura pernah
dikausai Kerajaan Ayutthaya di Thailand, sebelum akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Malaka,
yang diperintah oleh Raja Parameswara. Parameswara mendirikan wilayah perdagangan dengan
bandar-bandar yang kemudian semakin ramai dikunjungi oleh para pedagang Muslim. Pada
periode inilah, pedagang Muslim di Singapura mulai menyebarkan agama Islam dengan berbagai
cara. Pedagang Muslim yang tinggal di Singapura banyak menikahi orang-orang pribumi, yang
kemudian membentuk komunitas Islam secara perlahan.

4. Perkembangan agama Islam di Indonesia semakin pesat dengan berdirinya kerajaan-kerajaan


Islam. Perkembangan kerajaan Islam di Indonesia berlangsung antara abad ke-13 hingga abad ke-
18. Kerajaan tersebut dapat dibagi berdasarkan lokasi pusat pemerintahan mereka, yaitu di
Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Maluku.
Kerajaan Islam yang didirikan pertama kali adalah Kerajaan Perlak. Menyusul Kerajaan Perlak,
berdiri pula Kerajaan Samudra Pasai. Selain kedua kerajaan tersebut, kerajaan Islam lain yang
pernah berdiri di Indonesia di antaranya adalah Kerajaan Demak, Kerajaan Banten, Kerajaan
Mataram, Kerajaan Makassar, Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore, dan Kerajaan Aceh
Darussalam.

Anda mungkin juga menyukai