Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PESANTREN DI INDONESIA, ASAL USUL PERTUMBUHAN DAN

KARAKTERISTIKNYA

DOSEN PENGAMPUH:

Disusun oleh:

Ali Fajri

Abdul Wahid

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023/2024
KATA PENGANTAR:

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah mengaruniakan begitu banyak

limpahan kenikmatan kepada kita semua,sehingga dengan nikmat yang Allah

berikan kepada kita semua kita masih dapat dipertemukan dalam keadaan sehat

wal afiat dan tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam atas junjungan nabi

besar kita nabi Muhammad, yang mana dengan asbab beliaulah kita dapat

mengenal agama yang sangat indah ini.Makalah yang kami tulis ini dan yang

kami akan sampaikan adalah bentuk tugas yang diberikan oleh guru kami adapun

kelebihannya maka kami berharap untuk mempelajarinya dan adapun kekurangan

dari makalah kami kami berharap saran dan arahan dari teman teman..

Syukran, Wassalamualaikum wr.wb

Makassar, 29 Oktober 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal usul pesantren

Pesantren yang merupakan “Bapak” dari pendidikan Islam di Indonesia,

didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, hal ini bisa dilihat dari

perjalanan sejarah, di mana bila dirunut kembali, sesungguhnya pesantren

dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan

mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama atau

da‟i.Pembangunan suatu pesantren didorong oleh kebutuhan masyarakat akan

adanya lembaga pendidikan lanjutan.

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang bersifat

formal yang ada di Jawa, ia sudah ada sejak mulainya perkembangan Islam di

Jawa. Ia tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan Islam di

Nusantara. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang telah dikenal sejak

zaman kolonial. Usia pesantren sudah sangat tua dan tidak pernah lekang diterpa

perubahan zaman. Semakin lama semakin modern dan jumlahnya semakin

banyak. Pesantren dijadikan sebagai sarana dakwah Islam dan memiliki kontribusi

yang cukup besar terhadap perkembangan Islam di Jawa bahkan juga di luar Jawa.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah panjang dan

unik. Secara historis, pesantren termasuk pendidikan Islam yang paling awal dan

masih bertahan sampai sekarang. Berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan

yang muncul kemudian, pesantren telah sangat berjasa dalam mencetak kader-

2
3

kader ulama, dan kemudian berperan aktif dalam penyebaran agama Islam dan

transfer ilmu pengetahuan. Karena keunikannya itu maka pesantren hadir dalam

berbagai situasi dan kondisi dan hampir dapat dipastikan bahwa lembaga ini,

meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana dan karekteristik yang beragam,

tidak pernah mati. Demikian pula semua komponen yang ada didalamnya seperti

kyai atau ustadz serta para santri senantiasa mengabdikan diri mereka demi

kelangsungan pesantren. tentu saja ini tidak dapat diukur dengan standart system

pendidikan modren dimana tenaga pengajarnya dibayar, karena jerih payahnya,

dalam bayaran dalam bentuk material.

Pesantren juga merupakan lembaga pendidikan tertua yang unik

bercirikhaskan Indonesia, sehingga ragam persepektif sudah mengkaji, terutama

periodisasi sejarahnya. Namun begitu kajian periodisasi sejarah pesantren selama

ini cenderung general dalam mengkorelasikan dengan peran dan kiprahnya. Atas

dasar inilah tulisan ini akan mengkaji lebih dalam mengenai peran pesantren

dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Berdasarkan analisis historis-periodik

melalui studi pustaka sejarah pesantren di Indonesia dibagi menjadi lima periode,

yaitu kelahiran dan perkembangan, evolusi, benteng ideologi, dan media

pembangunan umat Islam. Sedangkan perannya adalah sebagai inspirasi dalam

perumusan sistem pendidikan nasional, mencetak tokoh intelektual pendidikan

dan model pendidikan karakter.


4

B. Sejarah pertumbuhan dan Perkembangan pesantren di indonesia

Sejarah pendidikan Islam di Indonesia mencakup fakta-fakta atau

kejadian–kejadian yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan

pendidikan Islam di Indonesia, baik formal maupun non formal. Pendidikan masa

Belanda memperkenalkan sistem dan metode baru tetapi sekedar untuk

menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka dengan upah

yang murah dibandingkan jika mereka harus mendatangkan tenaga dari Barat

dengan tujuan westernisasi dari kristenisasi yaitu untuk kepentingan Barat dan

Nasrani. Pendidikan zaman Jepang disebut “Hakko Ichiu”, yaitu mengajak bangsa

Indonesia bekerja sama dalam rangka mencapai kemakmuran bersama Asia Raya.

Melalui perjalanan panjang proses penyusunan sejak tahun 1945-1989 UU nomor

2 tahun 1989, sebagai usaha untuk mengintegrasikan pendidikan Islam dan umum

dengan tujuan mengembangkan pendidikan Islam haruslah mempunyai lembaga-

lembaga pendidikan, sehingga menjadi" lahan subur" tempat persemaian generasi

baru. Pada masa reformasi gelombang peradaban masa depan merupakan satu

kesatuan dari gejolak magma cultural dari dalam dan kekuatan globalisasi yang

menerjang dari luar. Kehidupan pesantren masa depan tidak terlepas dari kedua

gelombang peradaban ini. pendidikan pesantren akan survise dan menjadi

pendidikan alternatif dari masyarakat Indonesia apabila dia peka terhadap

gelombang peradaban tersebut. Oleh karena itu perlu kita kaji apa yang

merupakan kekuatan dan kelemahan dari pendidikan pesantren dan madrasah.

Sejarah pendidikan Islam di Indonesia mencakup fakta-fakta atau

kejadian–kejadian yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan


5

pendidikan Islam di Indonesia, baik formal maupun non formal. Pendidikan masa

Belanda memperkenalkan sistem dan metode baru tetapi sekedar untuk

menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka dengan upah

yang murah dibandingkan jika mereka harus mendatangkan tenaga dari Barat

dengan tujuan westernisasi dari kristenisasi yaitu untuk kepentingan Barat dan

Nasrani

Pesantren di Indonesia memang tumbuh dan berkembang sangat pesat.

Berdasarkan laporan kolonial Belanda pada abad ke 19 untuk di Jawa saja tidak

kurang dari 1.853 pondok , dengan jumlah santri 16.500 orang. Dari jumlah

tersebut belum termasuk pesantren di luar Jawa terutama Sumatra dan Kalimantan

yang sangat terkenal. Kemudian pada zaman penjajahan Jepang , dari hasil survei

yang diselenggarakan oleh Kantor Urusan Agama Pemerintah Militer Jepang

Tentang kehadiran pesantren secara pasti di Indonesia pertama kali, dimana dan

siapa pendirinya tidak dapat diperoleh keterangan yang pasti.

Bedasarkan hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Departemen Agama

pada tahun 1984-1985 diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua didirikan pada

tahun 1062 M di Pamekasan Madura, Akan tetapi hal ini diragukan karena

tentunya ada Pesantren Jan Tampes I yang lebih Tua. Namun ada pendapat dari

Prof. Dr. Wahjoetomo yang mengatakan bahwa pondok pesantren yang pertama

didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi (Wali

Songo). Pada periode awal ini wali songo mendirikan pondok pesantren dengan

tujuan pondok pesantren berfungsi sebagai tempat alat Islamisasi sekaligus

memadukan tiga unsur pendidikan yakni ; Ibadah untuk menanamkan Iman,


6

Tabligh untuk menyebarkan ilmu dan Amal untuk mewujudkan dalam kehidupan

sehari – hari.18Pada masa penjajahan kolonial Belanda yaitu sekitar abad ke – 18,

nama pesantren sebagai lembaga pendidikan rakyat sangat berbobot terutama

dalam penyiaran agama Islam. Kelahiran pesantren baru , selalu diawali dengan

cerita perang nilai antara pesantren yang akan berdiri dengan masyarakat

sekitarnya, dan diakhiri dengan kemenangan pihak pesantren, sehingga pesantren

dapat diterima untuk hidup dimasyarakat dan kemudian menjadi panutan

masyarakat sekitarnya. dan diakhiri dengan kemenangan pihak pesantren,

sehingga pesantren dapat diterima untuk hidup dimasyarakat dan kemudian

menjadi panutan masyarakat sekitarnya. Bahkan dengan kehadiran pesantren

dengan jumlah santri yang banyak dan datang dari berbagai masyarakat yang lain,

maka terjadilah kontak budaya antara berbagai suku dan masyarakat sekitar.

Kehidupan ekonomi masyarakat sekitar menjadi ramai dan maju.

Kehadiran pesantren ditengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga

pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan.

Dengan sifatnya yang lentur (flexible) sejak awal kehadirannya, pesantren

ternyata mampu mengadaptasikan diri dengan masyarakat serta memenuhi

tuntutan masyarakat Keberadaan pesantren ini terus tumbuh dan berkembang

dengan sendirinya dalam masyarakat. Para ulama yang bersifat non cooperation

terhadap penjajah, sejak awal selalu berusaha menghindarkan tradisi serta ajaran

Islam dari pengaruh budaya Barat, terutama yang dibawa oleh penjajah. Semua

bentuk kebudayaan ala Barat dipandang sebagai sesuatu yang harus dijauhi oleh

umat Islam. Kota merupakan pusat politik Kolonial dan Kristen. Sementara
7

wilayah pedesan menjadi pusat pertumbuhan pondok pesantren. Secara politis-

geografis, pedesaan lebih aman dari jangkauan Belanda, sehingga kyai lebih

leluasa dalam proses kehidupan masyarakat setempat. Sejarah mencatat, peran

yang besar dimainkan oleh pondok pesantren dalam perjuangan melawan Belanda

Pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantren, dan apa yang membuat

pondok pesantren mampu bertahan selama kurun waktu sejarah hingga sekarang

ini, merupakan hal yang menarik, sehingga pondok pesantren masih eksis di

tengah umat Islam, dan akan mampu bertahan di waktu yang akan datang.

Terdapat dua faktor yang mendukung eksistensi pondok pesantren secara

umum, yaitu meliputi faktor Internal dan Eksternal.

1. Faktor Internal

Pertama, Faktor Kemandirian : Secara kelembagaan pondok pesantren

mempunyai kemandirian. Kemandirian itu tercermin dalam figur kyai sebagai

pemimpin dan pengasuh yang mempunyai otoritas penuh terhadap keseluruhan

yang ada dilingkungan pesantren. Maju-mundurnya pesantren sangat tergantung

dari ketokohan kyai yang memimpin dan mengasuhnya. Tradisi yang digunakan

untuk menentukan kyai pengasuh pondok adalah tradisi turun-temurun (faktor

genetika). Gambaran pondok pesantren seperti ini menunjukkan, bahwa dalam

sistem tersebut menyerupai sebuah kerajaan kecil. Selain itu, kekuatan

kemandirian juga tercermin dalam sistem pendidikannya. Pondok pesantren dalan

menjalankan pendidikannya cukup mandiri dan merdeka, serta tidak terikat oleh

suatu institusi atau lembaga lainnya. Ini ditentukan melalui kurikulum sistem
8

pengajaran yang digunakan pengajar maupun lulusannya. Disamping itu, sistem

pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren dikenal dengan "sistem pondok".

Dengan sistem ini, proses pendidikan dan pengajaran berlangsung terus menerus.

Pengajaran dan pendidikan berlangsung, baik dalam kelas maupun di luar kelas,

siang maupun malam.Dalam sistem ini pula, hubungan antara ustadz atau kyai

dengan santri atau siswa berlangsung dalam setiap waktu sehingga terpadu

suasana perguruan dan kekeluargaan. Sistem pondok, dapat dikatakan sebagai

pendidikan dan kemandirian langsung yang dilakukan oleh santri atau siswa santri

atau siswa juga dihadapkan pada kehidupannya sendiri, yaitu pengaturan diri

sendiri dari sejak pengambilan keputusan sampai pelaksanaannya. Solidaritas

tumbuh secara wajar. Santri belajar saling menghormati dan menghargai, serta

tenggang rasa. Sikap dan sifat keterbukaan dapat berkembang secara baik. Santri

atau siswa berkompetisi secara sehat dalam proses meraih prestasi. Maksudnya,

santri atau siswa tidak hanya melihat Prestasi dari santri atau siswa lainnya, tetapi

santri atau siswa dapat belajar langsung dari temannya, bagaimana cara meraih

prestasi, cara belajar, membagi waktu dalam tugas, dan lain sebagainya. Disinilah

akan didapatkan sifat jujur untuk dirinya dan pada yang lain.Keberhasilan dalam

sistem pondok tidak lepas dari peranan kyai atau guru dalam memberikan

pengaturan, pengawasan dan bimbingan yang disertai dengan keteladanan yang

murni sebagai landasannya. Kemandirian ini yang dimiliki pondok pesantren

adalah dalam pendanaan operasional, dimana pesantren lebih mengutamakan pada

santri dan masyarakat pendukungnya yang nantinya tidak mengikat pada

kebijaksanaan pondok pesantren. Pembiayaan pondok pesantren hampir


9

seluruhnya datang dari santri dan sebagian lain dari Masyarakat pendukung

pondok pesantren. Sifat kemandirian dalam pembiayaan adalah keberhasilan dari

lembaga pondok pesantren yang telah mampu menjalin jaringan aksi, baik

terhadap lembaga, pemerintah dan masyarakat.

Kedua, Faktor Sistem Nilai dan Kultur : Sistem Nilai dan Kultur yang

didukung dan hidup di lingkungan pesantren lebih kuat dibandingkan dengan

sistem nilai dan kultur di luar. Sistem nilai kultur yang hidup dan didukung oleh

lingkungan pesantren, dapat ditelusuri dari ajaran pembentuk kehidupannya. Nilai

dan kultur pesantren begitu tertanam kuat di kalangan santri sehingga setiap santri

bertanggung jawab atas kelangsungan nilai dan kultur yang hidup dan

didukungnya. Nilai dan kultur itu tercermin dalam sikap hidup, tradisi yang

berlaku, serta seni yang hidup, dimana semuanya bersumber dan ajaran agama

Islam.

2. Faktor Eksternal

Pertama, ditinjau secara kelembagaan, yaitu terdapat banyak "langgar-

langgar" yang tersebar hampir di seluruh desa. Langgar merupakan lembaga

pendidikan Islam tradisional yang mempunyai banyak kesamaan dengan pondok

pesantren. Bedanya hanya terletak pada santri tidak menetap dalam pondok.

Sedangkan dalam sistem pendidikan dan pengajarannya, secara keseluruhan

menyerupai pondok pesantren. Langgar biasanya didirikan oleh seorang Kyai

yang sebelumnya telah belajar ilmu agama Islam di pondok pesantren. Lembaga

langgar merupakan faktor pendukung utama bagi eksistensinya pondok pesantren


10

karena dari lembaga inilah penyebaran informasi oleh seorang Kyai dapat

berlangsung, untuk melanjutkan ilmu agama Islam ke dalam pondok pesantren.

Jadi kedudukan lembaga langgar adalah lembaga Islam tradisional tingkat dasar.

Kedua, masyarakat Islam tradisional yang tersebar di wilayah pedesaan

dilihat dari mata pencaharian masyarakat Islam tradisional adalah petani, buruh,

pedagang, dan sebagian kecil pegawai. Pondok pesantren mempunyai pengaruh

yang besar terhadap masyarakat Islam tradisional karena antara keduanya

mempunyai hubungan tradisionaI, dimana pondok pesantren memberikan

bimbingan agamaan, pelayanan pendidikan, serta kepemimpinan infomal.

Sementara sebagai timbal baliknya, masyarakat Islam tradisional memberikan

sumbangan dalam pendanaan, baik melalui infak dan sadaqah, maupun melalui

santri-santri yang belajar dipesantren.22

C. Karakteristik pesantren

Berbeda dengan sekolah konvensional, pesantren dijalankan sepenuhnya

oleh relawan di masyarakat dan melayani kebutuhan anggotanya. Pesantren,

bersama dengan fasilitas yang disediakan, berfungsi sebagai batu ujian budaya

yang unik untuk daerah pedesaan melalui peran ganda mereka sebagai lembaga

pendidikan dan sosial. Pesantren telah berkembang sejak lama dan telah menjadi

bagian integral dari komunitas lokal mereka. Seperti yang diharapkan, masyarakat

menerima pesantren dan bergantung pada mereka untuk menawarkan pola dan

norma yang diperlukan.Menurut H.A. Mukti Ali (1981: 7-8), berikut ini adalah

beberapa keunggulan pendidikan pesantren:


11

1. Santri dan Kyai memiliki hubungan yang sangat erat

2. Persetujuan murid kepada Kyai.

3. Biasanya Santri mengadopsi gaya hidup hemat dan minimalis khas

seorang santri.

4. Anak-anak di pondok pesantren memiliki rasa kemandirian yang kuat dan

jelas.

5. Keterkaitan di lingkungan pondok pesantren banyak diwarnai oleh

semangat tolong menolong dan lingkungan persaudaraan.

6. Para Kiyai menaruh banyak bekal untuk mengajarkan disiplin yang benar.

7. Para santri di pesantren belajar, antara lain, untuk rela menanggung

kesulitan agar berhasil

D. Lembaga pendidikan berbasis masjid

Pensantren, yang memberikan pengajaran kepada siswa di luar sistem

sekolah tradisional, berada di luar kategori ini. Pemilik/masyarakat yang

bertanggung jawab atas suatu lembaga akan menentukan kurikulumnya. Anggota

masyarakat bertanggung jawab atas segala biaya yang terkait dengan pendanaan.

Kurikulum dan pendanaan pesantren ditentukan secara independen dari

negara.Tidak seperti sekolah atau madrasah tradisional, pesantren fokus pada

serangkaian disiplin akademis yang berbeda. Jika dibandingkan dengan pesantren

tradisional, “pondok pesantren memiliki kepemimpinan, ciri khas, dan semacam

kepribadian yang diwarnai oleh ciri pribadi kyai, unsur kepemimpinan pesantren,

bahkan aliran agama tertentu yang dianutnya.“Kepemimpinan karismatik, juga

dikenal sebagai kepemimpinan karismatik, didasarkan pada gagasan bahwa


12

karisma adalah sifat individu yang membedakan seorang pemimpin dari orang

lain, terutama dalam hal konsekuensi untuk motivasi, penerimaan, dan dukungan

bawahan. Pesantren merepresentasikan cara hidup tersendiri yang seringkali

terisolasi dari masyarakat arus utama. Sekolah, bahkan dalam lingkungan yang

dirancang dengan hati-hati ini, akan tetap memiliki identitas individunya sendiri,

termasuk namun tidak terbatas pada tradisi dan tradisinya sendiri.

Sudah umum bagi pendidikan pesantren untuk fokus pada pembinaan

pemimpin agama dan politik di masa depan. Kembali ke kampung halaman

mereka, santri dan santriwati bijak idealnya mengambil peran kepemimpinan

informal. Mereka pertama kali dikenal sebagai pesantren salafi (tradisional), dan

produk utama mereka adalah Muslim tafaqquh fiddien (mereka yang mengikuti

Islam secara kaffah. Pelajaran agama tentu saja menjadi fokus utama pendidikan

di pesantren.Al-Qur'an, Hadits, Fiqh, Tauhid, Tafsir, Tasawuf, dan Bahasa Arab

sangat ditekankan di pesantren salafi (tradisional), sedangkan mata pelajaran

sekuler sering diabaikan. Tidak seperti banyak agama lain, pesantren tidak

berfokus pada manusia tetapi pada Tuhan.

Setiap pesantren, khususnya pesantren salafi, memiliki kekhasannya

sendiri dan unik dari yang lain. Sementara semua pesantren di nusantara memiliki

tujuan yang sama untuk mendidik siswa dalam lingkungan Islam, cara mereka

melakukannya bervariasi dari satu lembaga ke lembaga lainnya, tergantung pada

hakhak khusus dan fasilitas yang dinikmati masing-masing. Mengomentari

maraknya keberadaan pesantren di pedesaan, menjelaskan bahwa hal ini

disebabkan peran historis agama dalam melawan kolonialisme dan mengambil


13

jalan uzlah (memberi keberanian), Menteri Agama RI pasca kemerdekaan dari

penjajah Belanda, berupaya mendekatkan santri dan masyarakat umum. Dunia

pesantren secara bertahap memperluas kurikulumnya untuk memasukkan mata

pelajaransekuler dan juga agama. Beberapa inisiatif pemerintah antara lain

meningkatkan pesantren:

1. Manajemen dan pengawasan yang lebih baik, untuk itu, upaya dilakukan

untuk meningkatkan kemampuan penalaran administratif staf yang ada.

2. Meningkatkan kualitas anggota.

3. Merevisi dan menyempurnakan bahan ajar.

4. Dari segi metodologi, kita dapat mengklasifikasikannya sebagai campuran

perspektif agama, filosofis, dan ilmiah.

5. sarana dan prasarana. Sumber daya pendidikan untuk pengajaran dan

pembinaan agama telah tersedia, dengan fokus pada memfasilitasi

perolehan keterampilan.Pesantren saat ini masih dituntut untuk

menanamkan tiga serangkai perspektif berikut pada siswanya:

a) perspektif Indonesia,

b) perspektif intelektual, dan

c) perspektif Islam.

E. Pesantren untuk Masyarakat sebagai Lembaga Kemasyarakatan

Pesantren juga memainkan peran penting dalam masyarakat secara

keseluruhan. Ada berbagai tanggung jawab komunal, dan ini sama sekali tidak

mengurangi peran pesantren sebagai tempat pengajaran formal. Pesantren


14

melayani masyarakat dengan membantu mereka yang membutuhkan, mencegah

kekerasan remaja, mengurangi perdagangan narkoba, mempromosikan gaya hidup

sehat, dan mendidik masyarakat tentang bahaya zat seperti narkoba.

Pesantren memiliki peran penting dalam masyarakat, terutama bila

dipimpin oleh kyai inspiratif. Secara alami, kurikulum pesantren diarahkan pada

metode yang berfokus pada masalah yang relevan dengan kebutuhan masyarakat,

dan ajaran Islam harus ditinjau dari konteks zaman.Jika pesantren mampu secara

efektif mengatasi masalah sosial yang mencerminkan masalah aktual di

masyarakat, mereka akan dapat berkontribusi pada kohesi sosial yang lebih besar.

Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendorong warga

pesantren untuk lebih terlibat dalam lingkungan setempat:

1. Berbeda dengan sekolah agama tradisional, kurikulum pesantren

menekankan keterampilan interpersonal dan pembangunan masyarakat.

2. Beri anak-anak kesempatan untuk belajar dari dan berkontribusi pada

komunitas mereka.

3. Pesantren harus menjadi pusat inisiatif di seluruh desa untuk

meningkatkan dan membangun infrastruktur baru dan menyebarkan

konsep keagamaan baru.

4. Memaksimalkan pendanaan pemerintah atau lembaga dari luar agar

tingkat

pengembalian dapat dilihat dan dirasakan.


15

5. Kolaborasi lima arah antara madrasah dan pesantren untuk membantu

lembaga dan komunitas yang mereka layani berkembang.

6. Berusaha bekerja sama dengan unit produk lain atau lokasi/perusahaan.


BAB III

PENUTUP

 KESIMPULAN

Pesantren merupakan pranata pendidikan tradisional yang dipimpin oleh

seorang kyai atau ulama. Di pesantren inilah para santri dihadapkan dengan

berbagai cabang ilmu agama yang bersumber dari kitab – kitab klasik. Pendidikan

dan pengajaran di Pesantren tidak dapat dipisahkan dari lima elemen dasar yaitu

Kyai, Masjid, Santri, Pondok, dan Pengajaran Kitab – kitab Islam klasik. Sebagai

lembaga pendidikan Islam yang tertua, sejarah perkembangan pondok pesantren

memiliki model – model pengajaran yang bermacam macam. Pesantren sekarang

ini dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu pesantren tradisional (salafi) dengan

lingkungan yang bersifat sufistik dan pesantren modern (khalafi).Dengan sistem

pondok pesantren yang tumbuh dan berkembang di mana-mana, yang ternyata

mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mempertahankan eksistensi

ummat dari serangan dan penindasan fisik dan mental kaum penjajah beberapa

lama abadnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

[13/10 07.03] ..: Copyrights @ Robi Aroka, Desman, Erwin, Zulmuqim,, Duski
SamadINNOVATIVE: Journal Of Social Science
ResearchVolume3Nomor2Tahun2023Page4837-4851E-ISSN2807-
4238andP-ISSN2807-42468Website
[13/10 07.12] ..: Vol 2 No 1 (2013): Kajian Islam : Jurnal Riset dan Kajian
Keislaman
[13/10 07.31] ..: AL-HIKMAH (Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam)
3 (1), 98-108, 2021
[13/10 07.41]
https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/madania/article/view/4781/2945
[14/10 08.02] 21 http;www.Faktor-
Pendukung_perkembanganPesantren.htm.com// diakses pada
[14/10 08.05] ..: H.Jamaluddin Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam,
(Bandung ;
[14/10 08.06] ..: 19 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta ; PT. Raja
172 Jurnal Madania: Volume 4 : 2, 2014
Azra, Azyumardi, (1999), Pendidikan Islam Tradisi dan Modern Menuju
Milenium
Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Departemen Agama RI, (1981), Standarisasi Pengajaran Agama di Pondok
Pesantren,
Dhafler, Zamakhsari, (1984), Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai,
Djaelani, H.A. Timur, (1983), Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan
Grafindo Persada, 1999)
Jakarta.
Jakarta: LPES.
Perguruan Agama. Editor Abd. Rahman Shaleh, Jakarta: Dermaga.
Pustaka Setia, 1998 hlm. 99
tanggal 17 Juni 2010 Pukul 16.00

17

Anda mungkin juga menyukai