KARAKTERISTIKNYA
DOSEN PENGAMPUH:
Disusun oleh:
Ali Fajri
Abdul Wahid
2023/2024
KATA PENGANTAR:
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah mengaruniakan begitu banyak
berikan kepada kita semua kita masih dapat dipertemukan dalam keadaan sehat
wal afiat dan tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam atas junjungan nabi
besar kita nabi Muhammad, yang mana dengan asbab beliaulah kita dapat
mengenal agama yang sangat indah ini.Makalah yang kami tulis ini dan yang
kami akan sampaikan adalah bentuk tugas yang diberikan oleh guru kami adapun
dari makalah kami kami berharap saran dan arahan dari teman teman..
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
BAB II
PEMBAHASAN
didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, hal ini bisa dilihat dari
formal yang ada di Jawa, ia sudah ada sejak mulainya perkembangan Islam di
zaman kolonial. Usia pesantren sudah sangat tua dan tidak pernah lekang diterpa
banyak. Pesantren dijadikan sebagai sarana dakwah Islam dan memiliki kontribusi
yang cukup besar terhadap perkembangan Islam di Jawa bahkan juga di luar Jawa.
unik. Secara historis, pesantren termasuk pendidikan Islam yang paling awal dan
yang muncul kemudian, pesantren telah sangat berjasa dalam mencetak kader-
2
3
kader ulama, dan kemudian berperan aktif dalam penyebaran agama Islam dan
transfer ilmu pengetahuan. Karena keunikannya itu maka pesantren hadir dalam
berbagai situasi dan kondisi dan hampir dapat dipastikan bahwa lembaga ini,
meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana dan karekteristik yang beragam,
tidak pernah mati. Demikian pula semua komponen yang ada didalamnya seperti
kyai atau ustadz serta para santri senantiasa mengabdikan diri mereka demi
kelangsungan pesantren. tentu saja ini tidak dapat diukur dengan standart system
ini cenderung general dalam mengkorelasikan dengan peran dan kiprahnya. Atas
dasar inilah tulisan ini akan mengkaji lebih dalam mengenai peran pesantren
melalui studi pustaka sejarah pesantren di Indonesia dibagi menjadi lima periode,
pendidikan Islam di Indonesia, baik formal maupun non formal. Pendidikan masa
yang murah dibandingkan jika mereka harus mendatangkan tenaga dari Barat
dengan tujuan westernisasi dari kristenisasi yaitu untuk kepentingan Barat dan
Nasrani. Pendidikan zaman Jepang disebut “Hakko Ichiu”, yaitu mengajak bangsa
Indonesia bekerja sama dalam rangka mencapai kemakmuran bersama Asia Raya.
2 tahun 1989, sebagai usaha untuk mengintegrasikan pendidikan Islam dan umum
baru. Pada masa reformasi gelombang peradaban masa depan merupakan satu
kesatuan dari gejolak magma cultural dari dalam dan kekuatan globalisasi yang
menerjang dari luar. Kehidupan pesantren masa depan tidak terlepas dari kedua
gelombang peradaban tersebut. Oleh karena itu perlu kita kaji apa yang
pendidikan Islam di Indonesia, baik formal maupun non formal. Pendidikan masa
yang murah dibandingkan jika mereka harus mendatangkan tenaga dari Barat
dengan tujuan westernisasi dari kristenisasi yaitu untuk kepentingan Barat dan
Nasrani
Berdasarkan laporan kolonial Belanda pada abad ke 19 untuk di Jawa saja tidak
kurang dari 1.853 pondok , dengan jumlah santri 16.500 orang. Dari jumlah
tersebut belum termasuk pesantren di luar Jawa terutama Sumatra dan Kalimantan
yang sangat terkenal. Kemudian pada zaman penjajahan Jepang , dari hasil survei
Tentang kehadiran pesantren secara pasti di Indonesia pertama kali, dimana dan
pada tahun 1984-1985 diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua didirikan pada
tahun 1062 M di Pamekasan Madura, Akan tetapi hal ini diragukan karena
tentunya ada Pesantren Jan Tampes I yang lebih Tua. Namun ada pendapat dari
Prof. Dr. Wahjoetomo yang mengatakan bahwa pondok pesantren yang pertama
didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi (Wali
Songo). Pada periode awal ini wali songo mendirikan pondok pesantren dengan
Tabligh untuk menyebarkan ilmu dan Amal untuk mewujudkan dalam kehidupan
sehari – hari.18Pada masa penjajahan kolonial Belanda yaitu sekitar abad ke – 18,
dalam penyiaran agama Islam. Kelahiran pesantren baru , selalu diawali dengan
cerita perang nilai antara pesantren yang akan berdiri dengan masyarakat
dengan jumlah santri yang banyak dan datang dari berbagai masyarakat yang lain,
maka terjadilah kontak budaya antara berbagai suku dan masyarakat sekitar.
pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan.
dengan sendirinya dalam masyarakat. Para ulama yang bersifat non cooperation
terhadap penjajah, sejak awal selalu berusaha menghindarkan tradisi serta ajaran
Islam dari pengaruh budaya Barat, terutama yang dibawa oleh penjajah. Semua
bentuk kebudayaan ala Barat dipandang sebagai sesuatu yang harus dijauhi oleh
umat Islam. Kota merupakan pusat politik Kolonial dan Kristen. Sementara
7
geografis, pedesaan lebih aman dari jangkauan Belanda, sehingga kyai lebih
yang besar dimainkan oleh pondok pesantren dalam perjuangan melawan Belanda
pondok pesantren mampu bertahan selama kurun waktu sejarah hingga sekarang
ini, merupakan hal yang menarik, sehingga pondok pesantren masih eksis di
tengah umat Islam, dan akan mampu bertahan di waktu yang akan datang.
1. Faktor Internal
dari ketokohan kyai yang memimpin dan mengasuhnya. Tradisi yang digunakan
menjalankan pendidikannya cukup mandiri dan merdeka, serta tidak terikat oleh
suatu institusi atau lembaga lainnya. Ini ditentukan melalui kurikulum sistem
8
Dengan sistem ini, proses pendidikan dan pengajaran berlangsung terus menerus.
Pengajaran dan pendidikan berlangsung, baik dalam kelas maupun di luar kelas,
siang maupun malam.Dalam sistem ini pula, hubungan antara ustadz atau kyai
dengan santri atau siswa berlangsung dalam setiap waktu sehingga terpadu
pendidikan dan kemandirian langsung yang dilakukan oleh santri atau siswa santri
atau siswa juga dihadapkan pada kehidupannya sendiri, yaitu pengaturan diri
tumbuh secara wajar. Santri belajar saling menghormati dan menghargai, serta
tenggang rasa. Sikap dan sifat keterbukaan dapat berkembang secara baik. Santri
atau siswa berkompetisi secara sehat dalam proses meraih prestasi. Maksudnya,
santri atau siswa tidak hanya melihat Prestasi dari santri atau siswa lainnya, tetapi
santri atau siswa dapat belajar langsung dari temannya, bagaimana cara meraih
prestasi, cara belajar, membagi waktu dalam tugas, dan lain sebagainya. Disinilah
akan didapatkan sifat jujur untuk dirinya dan pada yang lain.Keberhasilan dalam
sistem pondok tidak lepas dari peranan kyai atau guru dalam memberikan
seluruhnya datang dari santri dan sebagian lain dari Masyarakat pendukung
lembaga pondok pesantren yang telah mampu menjalin jaringan aksi, baik
Kedua, Faktor Sistem Nilai dan Kultur : Sistem Nilai dan Kultur yang
sistem nilai dan kultur di luar. Sistem nilai kultur yang hidup dan didukung oleh
dan kultur pesantren begitu tertanam kuat di kalangan santri sehingga setiap santri
bertanggung jawab atas kelangsungan nilai dan kultur yang hidup dan
didukungnya. Nilai dan kultur itu tercermin dalam sikap hidup, tradisi yang
berlaku, serta seni yang hidup, dimana semuanya bersumber dan ajaran agama
Islam.
2. Faktor Eksternal
pesantren. Bedanya hanya terletak pada santri tidak menetap dalam pondok.
yang sebelumnya telah belajar ilmu agama Islam di pondok pesantren. Lembaga
karena dari lembaga inilah penyebaran informasi oleh seorang Kyai dapat
Jadi kedudukan lembaga langgar adalah lembaga Islam tradisional tingkat dasar.
dilihat dari mata pencaharian masyarakat Islam tradisional adalah petani, buruh,
sumbangan dalam pendanaan, baik melalui infak dan sadaqah, maupun melalui
C. Karakteristik pesantren
bersama dengan fasilitas yang disediakan, berfungsi sebagai batu ujian budaya
yang unik untuk daerah pedesaan melalui peran ganda mereka sebagai lembaga
pendidikan dan sosial. Pesantren telah berkembang sejak lama dan telah menjadi
bagian integral dari komunitas lokal mereka. Seperti yang diharapkan, masyarakat
menerima pesantren dan bergantung pada mereka untuk menawarkan pola dan
norma yang diperlukan.Menurut H.A. Mukti Ali (1981: 7-8), berikut ini adalah
seorang santri.
jelas.
6. Para Kiyai menaruh banyak bekal untuk mengajarkan disiplin yang benar.
masyarakat bertanggung jawab atas segala biaya yang terkait dengan pendanaan.
kepribadian yang diwarnai oleh ciri pribadi kyai, unsur kepemimpinan pesantren,
karisma adalah sifat individu yang membedakan seorang pemimpin dari orang
lain, terutama dalam hal konsekuensi untuk motivasi, penerimaan, dan dukungan
terisolasi dari masyarakat arus utama. Sekolah, bahkan dalam lingkungan yang
dirancang dengan hati-hati ini, akan tetap memiliki identitas individunya sendiri,
informal. Mereka pertama kali dikenal sebagai pesantren salafi (tradisional), dan
produk utama mereka adalah Muslim tafaqquh fiddien (mereka yang mengikuti
Islam secara kaffah. Pelajaran agama tentu saja menjadi fokus utama pendidikan
sekuler sering diabaikan. Tidak seperti banyak agama lain, pesantren tidak
sendiri dan unik dari yang lain. Sementara semua pesantren di nusantara memiliki
tujuan yang sama untuk mendidik siswa dalam lingkungan Islam, cara mereka
meningkatkan pesantren:
1. Manajemen dan pengawasan yang lebih baik, untuk itu, upaya dilakukan
a) perspektif Indonesia,
c) perspektif Islam.
keseluruhan. Ada berbagai tanggung jawab komunal, dan ini sama sekali tidak
dipimpin oleh kyai inspiratif. Secara alami, kurikulum pesantren diarahkan pada
metode yang berfokus pada masalah yang relevan dengan kebutuhan masyarakat,
dan ajaran Islam harus ditinjau dari konteks zaman.Jika pesantren mampu secara
masyarakat, mereka akan dapat berkontribusi pada kohesi sosial yang lebih besar.
komunitas mereka.
tingkat
PENUTUP
KESIMPULAN
seorang kyai atau ulama. Di pesantren inilah para santri dihadapkan dengan
berbagai cabang ilmu agama yang bersumber dari kitab – kitab klasik. Pendidikan
dan pengajaran di Pesantren tidak dapat dipisahkan dari lima elemen dasar yaitu
Kyai, Masjid, Santri, Pondok, dan Pengajaran Kitab – kitab Islam klasik. Sebagai
ini dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu pesantren tradisional (salafi) dengan
ummat dari serangan dan penindasan fisik dan mental kaum penjajah beberapa
lama abadnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
[13/10 07.03] ..: Copyrights @ Robi Aroka, Desman, Erwin, Zulmuqim,, Duski
SamadINNOVATIVE: Journal Of Social Science
ResearchVolume3Nomor2Tahun2023Page4837-4851E-ISSN2807-
4238andP-ISSN2807-42468Website
[13/10 07.12] ..: Vol 2 No 1 (2013): Kajian Islam : Jurnal Riset dan Kajian
Keislaman
[13/10 07.31] ..: AL-HIKMAH (Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam)
3 (1), 98-108, 2021
[13/10 07.41]
https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/madania/article/view/4781/2945
[14/10 08.02] 21 http;www.Faktor-
Pendukung_perkembanganPesantren.htm.com// diakses pada
[14/10 08.05] ..: H.Jamaluddin Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam,
(Bandung ;
[14/10 08.06] ..: 19 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta ; PT. Raja
172 Jurnal Madania: Volume 4 : 2, 2014
Azra, Azyumardi, (1999), Pendidikan Islam Tradisi dan Modern Menuju
Milenium
Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Departemen Agama RI, (1981), Standarisasi Pengajaran Agama di Pondok
Pesantren,
Dhafler, Zamakhsari, (1984), Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai,
Djaelani, H.A. Timur, (1983), Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan
Grafindo Persada, 1999)
Jakarta.
Jakarta: LPES.
Perguruan Agama. Editor Abd. Rahman Shaleh, Jakarta: Dermaga.
Pustaka Setia, 1998 hlm. 99
tanggal 17 Juni 2010 Pukul 16.00
17