Anda di halaman 1dari 70

KAJIAN ISLAM

1. Iman, Islam, Ihsan


2. Islam dan Sains
3. Islam dan Penegakan Hukum
4. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar
5. Fitnah Akhir Zaman

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampuh:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Nur Akmal


NIM : G1A020050
Fakultas&Prodi : FMIPA / BIOLOGI
Semester : 1 ( Ganjil )

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
( MIPA )
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya
tugas ini tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad


SAW atas karunianya kepada kita semua, semoga syafaatnya mengalir pada kita di
hari akhir kelak.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam. Semoga
tugas ini dapat sesuai sebagaimana semestinya.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi para pembaca. Tugas ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari
Dosen pengajar untuk tugas ini, supaya tugas ini nantinya dapat menjadi tugas yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada tugas ini saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga Tugas ini dapat bermanfaat. Terimakasih

Penyusun, Mataram, 15 Desember 2020

Nama : Nur Akmal


NIM : G1A020050

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER............................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
I. Iman, Islam, Ihsan................................................................................................1
II. Islam dan Sains...............................................................................................26
III. Islam dan Penegakan Hukum........................................................................... 37
IV. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar.................................. 49
V. Fitnah Akhir Zaman......................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 66
LAMPIRAN

iii
BAB 1

IMAN, ISLAM, IHSAN

1.1 Pengertian Iman, Islam, Ihsan


A. Definisi Iman
Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi’il),
‫امن‬- ‫ يؤمن‬- ‫ ”ايمانا‬yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan
tenang. Imam AlGhazali memaknakannya dengan kata tashdiq ( ‫ ) التصديق‬yang berarti
“pembenaran”. Pengertian Iman adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan
lisan dan dilakukan dengan perbuatan. Iman secara bahasa berasal dari kata Asman-
Yu’minu-limaanan artinya meyakini atau mempercayai. Pembahasan pokok aqidah
Islam berkisar pada aqidah yang terumuskan dalam rukun Iman, yaitu:
a) Iman kepada Allah
b) Iman kepada Malaikat-Nya
c) Iman kepada kitab-kitab-Nya
d) Iman kepada Rasul-rasul-Nya
e) Iman kepada hari akhir
f) Iman kepada Takdir Allah

Menurut para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman:


a) Imam Ali bin Abi Talib: “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang
benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota.”
b) Aisyah r.a.: “Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan
dengan hati dan mengerjakan dengan anggota.”
c) Imam Al-Ghazali: “Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu
dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota).”

Berdasarkan hadits Ibnu Majjah Tabhrani:


.‫َان‬ َ ‫ع َم ٌل بِ ا‬
ِ ‫اْلرا ك‬ ِ ‫ار بِا ِلِّ َس‬
َ ‫ان َو‬ ِ ‫ع اقدٌ بِ االقَ ال‬
ٌ ‫ب َو اِ اق َر‬ َ ُ‫اَ ا ِْل اي َمان‬
Artinya: ”Iman adalah tambatan hati, ucapan lisan dan laku perbuatan.”

Ruang Lingkup Iman

1
Adapun batasan ruang lingkup iman adalah isi yang di cakup oleh kata kata
iman tersebut.
‫َان‬ َ ‫ع َم ٌل بِ ا‬
ِ ‫اْلرا ك‬ ِ ‫ار بِا ِلِّ َس‬
َ ‫ َو‬+ ‫ان‬ ِ ‫ع اقدٌ بِ االقَ ال‬
ٌ ‫ َو اِ اق َر‬+ ‫ب‬ َ = ُ‫اَ ا ِْل اي َمان‬
Artinya: Tambatan hati + Ucapan lisan (Pandangan hidup) + Laku perbuatan(Sikap
hidup)
Jadi bicara soal Iman = bicara soal hidup yang mencakup:
a) Pandangan hidup
b) Sikap hidup

1.2 pengertian Iman Dalam Al-Qur’an dan Hadits


Arti iman dalam Al-Qur’an maksudnya membenarkan dengan penuh Keyakinan
bahwa Allah SWT. Mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hambaNya
dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwasanNya Al-Qur’an
adalah kalam Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya.Arti Iman dalam Hadits
maksudnya iman yang merupakan pembenaran batin. Rasullallah menyebutkan hal-hal
lain sebagai iman, seperti akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta Rasul, cinta
sahabat, rasa malu dan sebagainya.
Arti Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan pembenaran batin.

1.3 Arti Iman


Menurut bahasa iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah iman
adalah “membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan anggota badan”.
Menurut bahasa iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah iman adalah
“membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan
anggota badan”.
Penjelasan arti iman:
a) Membenarkan dengan hati maksudnya menerima segala apa yang dibawa oleh
Rasullullah.
b) Mengikrarkan dengan lisan maksudnya mengucapkan dua kalimah syahadat
“Laa ilaha illallahu wa anna Muhammadan Rasullullah” (tidak ada sesembahan
yang hak kecuali Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah).

2
c) Mengamalkan dengan anggota badan maksudnya hati mengamalkan dalam
bentuk keyakinan, sedang anggota badan mengamalkan dalam bentuk ibadah-
ibadah sesuai dengan fungsinya. Iman adalah kepercayaan yang meresap ke
dalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak[2] dan ragu, serta
memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah dan perbuatan pemiliknya
sehari-hari (Yusuf Qardlawi, 1977 : 25).

Iman hendaknya berwujud pernyataan dengan lidah, dilandasi keyakinan dalam hati
dan disertai perbuatan dengan ikhlas dan jujur dalam menjalankan perintah Allah SWT
dan putusan Rasul-Nya.

1.4 Rukun Iman


a. Iman kepada Allah SWT
Sudah kita ketahui, Allah SWT adalah Esa/Tunggal. Seperti dalam Q.S Al-
Ikhlas: 1-4. Artinya:“Katakanlah: Dia-Lah Allah Yang Maha Esa. Hanya Allah-lah
tempat bergantung. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Tidak ada satupun
yang menyamai-Nya.” Dalam surat tersebut telah jelas dijelaskan bahwa Allah-lah
tempat bergantung, bergantung diatas ialah ketika umat muslim menyembah dan
meminta hanya kepada Allah. Seperti Q.S Al-Fatihah: 5. Allah maha pengasih lagi
Maha penyayang. Ia menyuruh manusia agar berbuat kebajikan,agar kehidupannya
bahagia di dunia dan akhirat. Untuk dapat berbuat kebajikan manusia perlu tuntunn
bimbingan dari allah swt. Allah maha adil lagi bijaksana,Allah menjanjikan kepada
manusia yang ikhlas menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya akan
mendapat imbalan berupa Surga. Begitu pula sebaliknya barang siapa berbuat dosa
balasannya adalah neraka.
Di antara sifat-sifat Allah yang banya disebut dalam Al-Qur’an adalah “Rabb”:
Maha Memiliki, Mendidik, dan Memelihara. “Rahmaan Sudah kita ketahui, Allah SWT
adalah Esa/Tunggal. Seperti dalam Q.S Al-Ikhlas: 1-4. Artinya:“Katakanlah: Dia-Lah
Allah Yang Maha Esa. Hanya Allah-lah tempat bergantung. Dia tidak beranak dan tidak
pula diperanakan. Tidak ada satupun yang menyamai-Nya.” Dalam surat tersebut telah
jelas dijelaskan bahwa Allah-lah tempat bergantung, bergantung diatas ialah ketika
umat muslim menyembah dan meminta hanya kepada Allah. Seperti Q.S Al-Fatihah: 5
Allah maha pengasih lagi Maha penyayang. Ia menyuruh manusia agar berbuat

3
kebajikan,agar kehidupannya bahagia di dunia dan akhirat. Untuk dapat berbuat
kebajikan manusia perlu tuntunn bimbingan dari allah swt. Allah maha adil lagi
bijaksana,Allah menjanjikan kepada manusia yang ikhlas menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya akan mendapat imbalan berupa Surga. Begitu pula
sebaliknya barang siapa berbuat dosa balasannya adalah neraka.
Di antara sifat-sifat Allah yang banya disebut dalam Al-Qur’an adalah “Rabb”: Maha
Memiliki, Mendidik, dan Memelihara. “Rahmaan” dan “Rahiim”: Maha Pemurah dan
Maha Penyayang,. “Ghafuur”: Maha Pengampun. “Malik”: Maha Menguasai, Maha
Memiliki.
Allah SWT sudah tentu Maha Agung, Dia berkuasa melebihi apa yang
dibayangkan manusia tentang arti kekuasaan. Dia hidup dengan pengertian hidup yang
sempurna. Dia Maha Mengetahui melampaui batas-batas ilmu pengetahuan. Dia berada
di atas ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan alam ini, karena Allah SWT yang
membuat peraturan itu. Dia lebih dahulu daripada semua wujud ini karena Dia yang
menciptakan wujud itu. Dia kekal abadi sesudah hancurnya semua yang ada ini, karena
Dia yang menetapkan kebinasaannya. Cara lain untuk mencapai pengetahuan kepada
Allah ialah dengan memahami nama-nama-Nya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang
luhur. Menghafal nama-nama yang baik adalah mengingat-Nya, menghadirkan
maknanya dalam hati serta merasakan bekasnya dalam jiwa (Sayyid Sabiq, 1978 : 39).

b. Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah SWT


Rukun iman yang kedua yaitu iman kepada malaikat. Para malaikat berada di
alam ghaib. Tidak bersifat materi, tetapi sebagai tabiatnya ia dapat menjelma kea lam
materi. Pengetahuan kita tentang malaikat semata-mata berdasarkan Al-Qur’an dan
keterangan-keterangan Nabi. Allah SWT menciptakan Malaikat lebih dahulu daripada
manusia. Al-Qur’an tidak menyebutkan dari apa Malaikat diciptakan, namun sebuah
hadis Nabi menyebutkan sebagai berikut:
Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan
dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua (HR. Muslim).
Adapun malaikat yang wajib di ketahui oleh umat islam ada 10 yakni :
1) Jibril. Tugasnya menyampaikan wahyu
2) Mikail. Tugasnya memberikan rizki

4
3) Israfil. Tugasnya meniup sangkakala
4) Izrail. Tugasnya mencabut nyawa
5) Munkar. Tugasnya menanyakan dalam kubur
6) Nakir. Tugasnya menanyakan dalam kubur
7) Raqib. Tugasnya mencatat amal kebaikan
8) Atid. Tugasnya mencatat amal keburukan
9) Malik. Tuganya penjaga pintu neraka
10) Ridwan. Tugasnya penjaga pintu surga

Beriman kepada Malaikat, didasarkan pada:


Q.S Al-Baqarah: 177
Artinya “Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu
kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari
kiamat, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi”.

Q.S Al-Baqarah: 285


Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya demikian pula orang-orang yang beriman, semuanya beriman kepada Allah,
Malaikat-MalaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya”.
Malaikat adalah makhluk halus yang tidak nampak dan mempunyai fungsi-
fungsi yang tertentu. Sebagai konsekuensi beriman kepada Allah, maka umat Islam
harus beriman kepada Malaikat. Malaikat, menurut Hadits yang diwayatkan oleh Aisyah
R.A, diciptakan dari nur (cahaya), sedangkan jin diciptakan dari nar (api).

Hikmah Beriman Kepada malaikat:


a) Iman kepada malaikat adalah salah satu rukun iman. Oleh sebab itu,kita harus
mempercayai adanya malaikat dengan penuh keyakinan. Beriman kepada
malaikat dapat mendatangkah hikmah,antara Lain:
b) Dapat mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada allah swt.
c) Diantara sekian banyak sifat malaikat adalah disiplin dan ikhlas melaksanakan
perintah allah. Sifat yang luhur ini sebaiknya kita jadikan contoh dalam rangka
ibadah kita kepada Allah swt.

5
d) Malaikat ada yang bertugas mengawasi dan mencatat semua perbuatan manusia.
Hal ini merupakan Motivasi (pendorong) bagi kita untuk senantiasa berbuat
kebaikan dan menjauhi perbuatan jahat.
Sifat Malaikat :
a) Diciptakan dari nur (cahaya)
b) Taat dan berbakti kepada Allah
c) Dapat menjelma atau berubah bentuknya seperti manusia atau seperti makhluk
lainnya.
d) Bersujud kepada allah.
e) Senantiasa mengucapkan tasbih atau mensucikan allah.
f) Tidak pernah merasa letih untuk menyembah allah.
g) Tidak sombong.
h) Memberi salam kepada ahli syurga.
i) Memohon ampunan untuk orang2 yang beriman.
j) Malaikat itu tidak berjenis laki-laki atau perempuan.
k) Tidak memiliki hawa nafsu,tidak membutuhkan makan dan minum,dan sarana-
sarana fisik lainnya.
l) Tidak mati sebelum datangnya hari kiamat.

Adapun Fungsi Malaikat adalah:


a) Sebagai utusan untuk menyampaikan wahyu Allah kepada Rasul-RasulNya.
b) Sebagai perantara untuk memperkuat Para Nabi dan kaum Muslimin.
c) Untuk mendatangkan azab pada umat yang dzalim serta mengingkari zat-zat
Allah.
d) Menolong dengan memintakan ampun bagi mereka yang ada dibumi.
e) Membantu meningkatkan kehidupan rohaniah manusia didunia maupun
diakhirat, dengan selalu memberi ilham pada manusia untuk berbuat yang baik.
f) Untuk mencatat semua perbuatan-perbuatan manusia.

c. Iman kepada Kitab-Kitab Allah


Iman kepada kitab Allah berarti tidak hanya percaya kepada Al-Quran, tetapi
percaya kepada kitab yang diturunkan dalam semua masa, serta yang diturunkan kepada

6
tiap-tiap umat. Menurut ajaran Al-Quran tiap-tiap umat, dimanapun ia berada dibumi,
kepada umat itu diturunkan wahyu. Kitab suci yang diturunkan Allah kepada rasul yang
wajib kita imani adalah:
1) Kitab Taurat,Diturunkan kepada Nabi Musa AS pada kira-kira abad 12 SM di
daerah Israil dan Mesir.
2) Kitab Zabur,Diturunkan kepada Nabi Daud AS pada kira-kira abad 10 SM di
daerah Israil.
3) Kitab injil, diturunkan kepada Nabi Isa AS pada permulaan abad pertama
masehi.
4) Kitab Al-Qur’an,diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,abad ke-6 masehi di
Mekkah,Madinah dan sekitarnya (sekarang negara Arab Saudi).

Perbedaan Al-Quran dan kitab-kitab lainnya:


Kitab Taurat,Zabur dan Injil berisi tentang Aqidah (tauhid) dan hukum-hukum
syari’at. Sedangkan kitab Al-Qur’an berisi tentang aqidah,hukum-hukum syari’at dan
muamalat. Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling lengkap,yang berisi pokok-pokok
keyakinan (aqidah),aturan tata cara peribadatan (syariah),tata cara dan hukum
kemasyarakatan (muamalah).
Sebagaimana Q.S Al-Faathir: 24
Artinya: ”dan tidak ada suatu umat melainkan telah ada dahulu diantara mereka orang
yang memberikan peringatan.” Al-Quran membenarkan apa yang termasuk dalam kitab-
kitab suci lain, tetapi juga menguji kemurnian dari kitab-kitab suci itu. Karena itu Al-
Quran memuat kisah-kisah Nabi untuk mengambil pelajaran juga menunjukkan
kejadian yang sebenarnya.

d. Iman kepada Rasul-Rasul Allah


Iman kepada Rasul artinya mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT telah
mengutus Rasul-RasulNya untuk menuntun dan membimbing umat manusia kejalan
hidup yang benar dan diridhai Allah SWT. Rasul adalah manusia biasa pilihan Allah
SWT yang diberi wahyu untuk dirinya dan umatnya. Sebagai manusia, Rasul pun
memiliki sifat-sifat yang dimiliki manusia lainnya. Misalnya makan, minum, bekerja,

7
berkeluarga, dan bermasyarakat. Allah SWT berfirman dalam Q.S An-Nahl: 43
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka. Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahuinya”
Allah memilih para rasul dan mengaruniai keutamaan agar mereka kuat mengemban
risalah dan menjadi teladan bagi umatnya.

Sifat-sifat Utama Rasul


a) Benar (shidiq). Para rasul selalu benar dalam perkataan dan perbuatan. Manusia
niscaya mengikuti tutur kata dan perbuatannya; membenarkan dan meneladani
sikap hidupnya.
b) Terpercaya (amanah). Rasul sekali-kali tidak mengkhianati amanat Tuhan yang
dipikulnya.
c) Menyampaikan (tabligh). Rasul selalu menyampaikan segala pengajaran Allah
kepada umatnya.
d) Cerdik (fathanah). Para rasul memiliki kemampuan berpikir yang tinggi.

Para rasul tidak diketahui bilangannya, sebab Tuhan memang tidak menyebutkan
jumlah mereka secara pasti atau mengisahkan satu persatu dalam kitab-Nya. Para Rasul
diutus untuk mengajak umat beribadah kepada Allah dan menegakkan agama-Nya. Nabi
Muhammad SAW selaku Rasul terakhir, syari’atnya menyempurnakan syari’at
terdahulu. Dengan sempurnanya Islam, maka Allah tidak mengutus seorang Rasul pun
sesudah Nabi Muhammad SAW. (Al-Ahzab 33 : 40).

e. Iman kepada Hari Kiamat


Iman kepada hari kiamat berarti mempercayai dan meyakini adanya hari dimana
seluruh amal dan perbuatan manusia dipertanggungjawabkan. Hari Kiamat Menurut
Tinjauan Ilmu Pengetahuan Pemikiran tentang terjadinya kiamat menurut sains (ilmu
pengetahuan) dibahas dalam beberapa teori seperti berikut:
1) Sir James Jeinz
Astronom ini berpendapat dalam buku Bintang-bintang dalam
Perjalanannya bahwa bulan itu akan mendekati bumi sedikit demi

8
sedikit, hingga kedekatan itu mengancam keselamatan bumi. Pada saat
itu hari pembalasan akan segera tampak dan bulan akan terbelah.
2) Prof. Achmad Baiquni Msc. Ph. D
Dalam buku Al-Qur’an; Ilmu Pengetahuan dan Teknologi beliau
mengemukakan bahwa ada beberapa skenario tentang terjadinya kiamat
menurut sains, yaitu:
a. Pertama
1. Menggambarkan habisnya bahan bakar termonuklir, yaitu
hidrogen di dalam matahari.
2. Menjadikan reaksi nuklir makin berkurang, matahari akan
menjadi dingin, dan bumi akan membeku.
3. Bila begitu tidak ada tanaman yang mampu tumbuh dan
kehidupan di bumi akan berakhir. Waktu yang diperlukan
matahari untuk menghabiskan bahan bakarnya sekitar lima
milyar tahun.

b. Kedua
1. Menggambarkan habisnya hidrogen di bumi.
2. Semua makhluk hidup akan mati membeku seperti skenario
pertama.
c. Ketiga
1. Menggambarkan mengembangnya matahari
2. Matahari adalah salah satu bintang dalam galaksi kita yang
letaknya paling dekat dengan bumi, yang pada dasarnya
merupakan satelit matahari.
3. Evolusi matahari akan mengikuti kehidupan bintang-bintang
lainnya, yaitu bila ia telah padam ia akan menyusut terus menjadi
kecil sampai pada suatu saat ketika energi gravitasi berubah
menjadi panas dan mengubahnya menjadi bintang raksasa
merah.
4. Pada kondisi itu sistem tata surya sebagian (termasuk bumi kita)

9
akan tertelan oleh apinya.
5. Semua makhluk hidup akan mati tebakar.

Saat kiamat itu dirahasiakan oleh Allah SWT. Tak ada satu makhluk pun tahu,
baik Malaikat, rasul, apalagi manusia biasa seperti kita.
Nama-Nama Hari Akhir
1. Yaumul-qiyamah; hari kebangkitan sesudah mati (QS 2: 85, 39: 60, 45: 24-26).
2. Yaumul-ba’ts;hari kebangkitan darikubur (QS. 30: 56).
3. Yaumul-jam’i; hari berkumpul atau hari dikumpulkan seluruh makhluk (QS 42:
7, 64: 9).
4. Yaumul-hisab; hari perhitungan amal yang baik dan buruk (QS. 38: 16, 26, 53,
40: 27).
5. Yaumul-fashl; hari keputusan; saat Allah memberikan keputusan kepada hamba-
Nya (QS. 37: 21).
6. Yaumuddin; hari pembalasan sesuai dengan amal yang dikerjakan (QS 1: 4; 95:
7).
7. Yaumul-wa’id; hari terlaksananya ancaman atas orang yang durhaka kepada
Allah SWT (QS 50: 20).

Setelah kiamat, bumi dan langit diganti dengan bumi dan langit yang lain.
(Ibrahim 14: 48). Kelak kita dihidupkan kembali untuk menghadap mahkamah paling
agung, dengan Allah sebagai Hakim Tunggal yang Maha Bijaksana (QS 39: 3, 60: 10,
95: 8).
Fungsi Iman Kepada Hari Akhir
a) Memperkuat keyakinan bahwa Allah Mahakuasa dan Mahaadil.
b) Kuasa menghancurkan alam semesta dengan segala isinya (terjadinya kiamat
kubra).
c) Kuasa mengadili makhluk dengan seadil-adilnya, berdasarkan perbuatan
manusia di dunia, pada Yaumul Hisab.
d) Mendorong untuk berdisiplin menjalankan ibadah, seperti shalat lima waktu.

10
e) Memberi dorongan untuk membiasaka diri dengan sikap dan perilaku terpuji
(akhlakul arimah) dan menjauhkan dari sikap tercela (akhlakul mazmumah).
f) Memberi dorongan untuk bersikap optimis dalam hidup.

f. Iman kepada Qada dan Qadar


Menurut bahasa Qadha memiiki beberapa pengertian yaitu: Hukum, ketetapan,
pemerintah, kehendak, pemberitahuan,penciptaaan. Menurut Islam yang dimaksud
dengan Qadha adalah ketetapan allah sejak jaman Azali sesuai dengan iradah-Nya
tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk. Sedangkan menurut bahasa
Qadhar adalah: Kepastian,peraturan,ukuran. Menurut Islam Qadar perwujudan atau atau
kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan bentuk sesuai
dengan iradah-Nya. Iman kepada Qada dan Qadar berarti mempercayai dan meyakini
akan ketentuan-ketentuan atau takdir yang telah Allah berikan kepada masing-masing
umat Islam. Dalam Firman Allah
QS.Al-Ahzab 33:38: “Tidak ada keberatan apapun pada nabi tentang apa yang
telah di tetapkan Allah baginya (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai
sunnah allah pada nabi-nabi yang telah terdahulu. Dan ketetapan allah itu suatu
ketetapan yang pasti berlaku.”
Jelaslah hubungan antara Qadha dan Qadar dimana mengacu pada hukum,undang-
undang,peraturan dan ketetapan Allah yang berlaku atas semua makhluk-Nya.
Sedangkan Qadar mengacu pada pelaksanaan dari rencana allah atas hukum,undang-
undang dan ketetapannya.

a. Kewajiban beriman kepada dan qadar


Dalamsuatu hadist diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW
didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih , rambutnya sangat
hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan. Tentang keimanan
Rasulullah menjawab yang artinya:Hendaklah engkau beriman kepada Allah,
malaekat-malaekat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman
pula kepada qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata”
Tuan benar”. (H.R. Muslim)

11
Seorang laki-laki tersebut adalah Malaekat Jibril yang sengaja datang pada
saat itu untuk memberikan pelajaran agama kepada umat Nabi Muhammad SAW.
Jawaban Rasulullah yang selalu dibenarkan oleh Malaekat Jibril itu berisi tentang
rukun iman. Salah satunya dari rukun iman tersebut adalah iman kepada qadha dan
qadar. Dengan demikian , bahwa mempercayai qadha dan qadar adalah merupakan
pengakuan hati kita. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu
yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan adalah atas kehendak Allah.

b. Hikmah beriman kepada Qadha dan Qadar


Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga
bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk
kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
1. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat
keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan
nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia
akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian
Firman Allah :
Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan
bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta
pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).

2. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa


Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh
keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil
usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan,
ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa
kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.

Firman Allah SWT:


Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan

12
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam
hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim).

a) Memupuk sifat optimis dan giat bekerja


Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang
tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak
datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman
kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih
kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firaman Allah:
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS Al- Qashas ayat 77)

b) Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami
ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa
yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur.
Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.

Takdir ada 2 macam,yaitu:


a. Takdir Mubran adalah Qadha dan Qadar allah yang tidak dapat di elakkan dan
pasti terjadi,dan manusia tidak dapat menghindarinya,seperti contoh: Jenis
kelamin laki-laki/perempuan,hari kiamat,datangnya ajal seseorang,dll

13
b. Takdir Muallaq adalah Qadha dan Qadar allah yang di gantungkan pada
ikhtiar seseorang atau usaha-usahanya,menurut kemampuan yang ada pada
manusia. Seperti orang ingin pandai harus belajar,orang ingin kaya harus giat
bekerja,dll.

Bagi orang yang beriman segala kejadian yang menimpa selain disebabkan karena
perbuatannya sendiri juga terjadi karena kehendak allah swt. Menurut Syeh Muhammad
saleh Al Usaimin,mengemukakan bahwa takdir itu mempunyai 4 tingkatan,yaitu :
1. Al ilmu (pengetahuan)
Seorang harus meyakini bahwa Allah swt mengetahui segala sesuatu baik secara
global maupun terperinci.
2. Al Kitabah (Catatan)
Allah swt mencatat semua itu di dalam sebagai ketetapan disisinya.
3. Al Masyiah (Kehendak)
Kehendak allah itu bersifat umum,tidak ada sesuatu dilangit maupun dibumi
melainkan terjadi dengan iradah atau kehendak allah swt.
4. Al khalku (Ciptaan)
Tidak sesuatupun dilangit dan dibumi melainkan allah sebagai pencipta,
memiliki, pengatur, dan penguasaannya.

B. PENGERTIAN ISLAM
Untuk mendapatkan pengertian tentang Islam, ada tiga istilah yang perlu
dikemukakan, yakni : Islam, syari’ah, dan wahyu. Pengertian masing-masing kata ini
dikemukakan berikut. Dari sisi Bahasa (asal kata), kata Islam berasal dari kata dasar
salima( ‫)سلم‬berarti selamat, tunduk, berserah. Sementara kata Islam merupakan kata jadi
(masdar) dari aslama, yaslimu,islâman ( ‫) أسلم – يسلم – اسالما‬,yang berarti kepatuhan,
ketundukan, dan berserah. Kata kerja aslama ( ‫ ) أسلم‬berarti menyerahkan, mematuhi,
tunduk. Maka kalua disebut aslama amruhu ilâ Allâh ( ‫ ) أسلم أمره الى هللا‬berarti
menyerahkan urusannya kepada Allah. Penggunaan kata aslama menunjukkan
mutlaknya dilakukan proses untuk meraih keselamatan. Maksudnya, selamat yang
diberikan kepada seseorang bukan dalam bentuk pemberian tanpa kerja, by giving,
tetapi untuk mendapatkan keselamatan dibutuhkan proses dalam bentuk usaha dan kerja
serius.

14
Adapun kata syari’at berasal dari kata syara’a, yasyra’u, syarî’atan. Dari sisi Bahasa
berarti sumber air yang dituju. Syari’at dapat pula diartikan membuat peraturan. Dapat
pula berarti pergi ke, masuk dalam, memulai atau mengatur. Sedangkan wahyu berasal
dari kata waḥâ, yûḥâ waḥyan ( ‫)وحي يوحي وحيا‬, mempunyai arti al – isyâratu ( ‫) االشا رة‬,
berarti memberi isyarat atau petunjuk.Wahyu dapat pula berarti memberikan inspirasi.
Adapun menurut istilah, Islam menurut Mahmud Syaltul didefinisikan sebagai berikut
‫اْلسالم هو الدين هللا الذ اوصي بتعاليمه في اصولهوشرائعه الي النبي محمد صلى هللا عليه وسلم وكلفه بتبليغه‬
‫للناس كافة ودعوتهم اليه‬
Artinya :
Islam adalah agama Allah yang diwasiatkan untuk mempelajari pokok – pokok dan
syari’atnya kepada nabi Muhammad S.A.W dan wajib ( harus ) menyampaikan kepada
seluruh manusia.

Islam sebagai agama ( al– dîn ) dapat diidentikkan dengan syari’at dan wahyu. Menurut
istilah, Syari’at adalah kumpulan perintah dan hukum-hukum yang berkaitan dengan
kepercayaan ( iman dan ibadah ) dan hubungan kemasyarakatan ( mu’amalah ) yang
diwajibkan oleh islam untuk diaplikasikan dalam kehidupan ( keseharian ) guna
mencapai kemaslahatan masyarakat. Sementara pengertian wahyu dari segi istilah
didefinisikan sebagai :
‫ م لسعادةالدنيا و اْلخرة‬. ‫وحي الهي يوحي الي نبينا محمد ص‬
Artinya :
Wahyu Allah yang disampaikan kepada nabi Muhammad S.A.W untuk kebahagiaan
manusia di dunia dan akhirat.
Adapun Islam adalah :
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah
menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula
Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai
agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang
diterima selain Islam.

Allah S.W.T berfirman,

15
‫َللا بكل شيء عليما‬
َ ‫َللا وخاتم النبيين وكان‬
َ ‫ما كان محمد أبا أحد من رجالكم ولكن رسول‬
“Muhammad itu bukanlah seorang ayah dari salah seorang lelaki diantara kalian, akan
tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi.[15]
Allah ta’ala juga berfirman,
‫اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم اإلسالم دينا‬
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah
cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi
kalian.[16]
Allah S.W.T juga berfirman,
‫إن الدين عند هللا اإلسالم‬
Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.
Allah S.W.T berfirman,
‫ومن يبتغ غير اإلسالم دينا فلن يقبل منه وهو في اآلخرة من الخاسرين‬
Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah diterima
darinya dan di akhirat nanti dia akan termasuk orang-orang yang merugi.
Allah ta’ala mewajibkan kepada seluruh umat manusia untuk beragama demi Allah
dengan memeluk agama ini. Allah berfirman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
‫باّلل‬
ِّ ‫َللا إليكم جميعا الذي له ملك السماوات واألرض ْل إلـه إْل هو يحيـي ويميت فآمنوا‬
ِّ ‫قل يا أيها الناس إني رسول‬
‫باّلل وكلماته واتبعوه لعلَكم تهتدون‬
ِّ ‫ورسوله النبي األمي الذي يؤمن‬
“Katakanlah: Wahai umat manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah bagi
kalian semua, Dialah Dzat yang memiliki kekuasaan langit dan bumi, tidak ada
sesembahan yang haq selain Dia, Dia lah yang menghidupkan dan mematikan. Maka
berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya seorang Nabi yang ummi (buta huruf)
yang telah beriman kepada Allah serta kalimat-kalimat-Nya, dan ikutilah dia supaya
kalian mendapatkan hidayah.

Di dalam Shahih Muslim terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan dari jalur Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
bersabda yang artinya, “Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangannya. Tidaklah
ada seorang manusia dari umat ini yang mendengar kenabianku, baik yang beragama
Yahudi maupun Nasrani lantas dia meninggal dalam keadaan tidak mau beriman dengan

16
ajaran yang aku bawa melainkan dia pasti termasuk salah seorang penghuni neraka.”
Allah S.W.T berfirman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫وأنزلنا إليك الكتاب بالحق مصدقا لما بين يديه من الكتاب ومهيمنا‬
Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab dengan benar sebagai pembenar
kitab-kitab yang terdahulu serta batu ujian atasnya.
Agama Islam adalah agama yang benar. Sebuah agama yang telah mendapatkan
jaminan pertolongan dan kemenangan dari Allah ta’ala bagi siapa saja yang berpegang
teguh dengannya dengan sebenar-benarnya. Allah S.W.T berfirman,
‫هو الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون‬
“Dia lah Zat yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa Petunjuk dan Agama
yang benar untuk dimenangkan di atas seluruh agama-agama yang ada, meskipun
orang-orang musyrik tidak menyukainya.

Allah S.W.T berfirman


‫وعد هللا الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في األرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم‬
‫الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يع بدونني ْل يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفاسقون‬
“Allah benar-benar telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman serta
beramal salih diantara kalian untuk menjadikan mereka berkuasa di atas muka bumi
sebagaimana orang-orang sebelum mereka telah dijadikan berkuasa di atasnya. Dan
Allah pasti akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, sebuah agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka peluk. Dan Allah pasti akan menggantikan rasa takut yang
sebelumnya menghinggapi mereka dengan rasa tenteram, mereka menyembah-Ku dan
tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apaun. Dan barangsiapa yang ingkar
sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

Agama Islam adalah ajaran yang mencakup akidah/keyakinan dan syariat/hukum. Islam
adalah ajaran yang sempurna, baik ditinjau dari sisi aqidah maupun syariat-syariat yang
diajarkannya.
a. Islam memerintahkan untuk menauhidkan Allah ta’ala dan melarang kesyirikan.
b. Islam memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang dusta.
c. Islam memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang aniaya.
d. Islam memerintahkan untuk menunaikan amanat dan melarang berkhianat.

17
e. Islam memerintahkan untuk menepati janji dan melarang pelanggaran janji.
f. Islam memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan melarang
perbuatan durhaka kepada mereka.
g. Islam memerintahkan untuk menjalin silaturahim (hubungan kekerabatan yang
terputus) dengan sanak famili dan Islam melarang perbuatan memutuskan
silaturahim.
h. Islam memerintahkan untuk berhubungan baik dengan tetangga dan melarang
bersikap buruk kepada mereka.

Secara umum dapat dikatakan bahwasanya Islam memerintahkan semua akhlak yang
mulia dan melarang akhlak yang rendah dan hina. Islam memerintahkan segala macam
amal salih dan melarang segala amal yang jelek. Allah ta’ala berfirman,
‫َللا يأمر بالعدل واإلحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون‬
ِّ ‫إن‬
“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil, ihsan dan memberikan nafkah
kepada sanak kerabat. Dan Allah melarang semua bentuk perbuatan keji dan mungkar,
serta tindakan melanggar batas. Allah mengingatkan kalian agar kalian mau
mengambil pelajaran.[25]

C. IHSAN
Ihsan menurut kamus berasal dari kata : ‫ احسن‬-‫اخسن –ىحسن‬berarti, baik, bagus,
kebajikan atau saleh. Menurut arti istilah dikemukakan hadis nabi dipermulaan tulisan
ialah : “Engkau menyembah Allah seperti engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak
dapat melihat-Nya, Sesungguhnya ia melihatmu.” Ihsan yaituhendaknya kamu
beribadah kepada Allah seolah olah kamu melihat Dia.
Kita dapat mengutip hadits riwayat dari Bukhari : Apakah ihsan itu?” Berkata
Rasulullah : Kamu beribadah kepada Allah seperti engkau melihat-Nya. Jika kamu tidak
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia (Allah) melihatmu. HR. Bukhori
Juga sebuah hadits yang artinya : Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku
menyatakan perang terhadapnya. Tidak seorang hamba pun mendekatkan diri kepada-
Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai, melainkan dengan apa yang telah Aku
wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak akan berhenti mendekati-Ku dengan perbuatan-
perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya. Ketika Aku telah mencintainya, maka Aku
yang akan menjadi telinganya yang digunakannya untuk mendengar, Aku akan menjadi

18
matanya yang digunakannya untuk melihat, Aku akan menjadi tangannya yang
digunakannya untuk memukul, Aku akan menjadi kakinya yang digunakannya untuk
berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh Aku akan mengabulkannya dan jika
meminta perlindungan-Ku maka sungguh Aku akan melindunginya.”(HR. Bukhari)

Dari pengertian ihsan di atas, maka yang menjadi landasan dasar dari Ihsan antara lain
sebagai berikut :
a. Muraqabatullah yang meliputi merasa selalu dalam pengawasan Allah swt dan
sikap Ihsan sebagai hamba Allah swt. Sebagaimana keterangan dalam hadits
sabda Nabi Muhammad saw.
b. Ihsanullah yang meliputi merasakan kebaikan Allah dalam segala hal dan sikap
Ihsan sebagai khalifah Allah swt.

Ihsan adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya ihsanan artinya


kebaikan. Landasan syar’i Ihsan adalah ihsan merupakan puncak harapan, perjuangan
seorang hamba. Rasulullah pun menjawab pertanyaan malaikat jibril tentang ihsan
dengan mengatakan “Engkau menyembah Allah seperti engkau melihat-Nya, dan jika
engkau tidak dapat melihat-Nya, Sesungguhnya ia melihatmu. “
Ihsan yakni melaksanakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT dengan khusyuk,
nunduk, ikhlas, dan menghadirkan kalbu. Yang juga tercakup didalam ihsan adalah
menghadirkan keagungan kebesaran Allah, merasa dilihat oleh Allah, baik ketika diam
maupun bergerak, seperti yang diisyaratkan oleh hadist terdahulu, yakni sabda Nabi
SAW., yang berbunyi[26]
“Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika
engkau tidak melihat-Nya, maka Dia pasti melihatmu”
Seorang hamba harus selalu merasa diawasi oleh Tuhan-nya dalam semua
perbuatannya, dan mengetahui bahwa Dia memperhatikan dan melihat semua perbuatan
hamba-Nya.

Allah SWT berfirman :


‫وما تكون في شأن وما تتلو منه من قران وْل تعملون من عمل إْل كنا عليكم شهودا إذ تفيضون فيهۗ ومايعزبعن ربك‬
‫من مثقال ذرة فى األرض وْل فى السماء وْل أصغر من ذلك وْل أكبر إْل في كتب مبين‬
Artinya :”Dan tidakkah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak

19
membaca suatu ayat Al-Quran serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan,
melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikit
pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarah, baik di bumi ataupun di langit.
Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar dari pada itu, melainkan
semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”

D. LANDASAN SYAR’I IHSAN


1. Al-Quranul karim

Dalam Al-Qur’an terdapat 166 ayat menerangkan tentang ihsan dan


implementasinya. Beberapa ayat dalam surat ini menjadi landasan : Qs.Al-Baqarah
:195, Qs. An-Nahl :90, Qs.Al-Baqarah :83, Qs. An-Nisa :36.

2. As-Sunnah

Rasulullah memberi perhatian terhadap masalah ihsan, sebab ini merupakan


puncak harapan, perjuangan seorang hamba. Rasulullah menjawab petanyaan
malaikat jibril tentang ihsan mengatakan, “Engkau menyembah Allah seakan akan
engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim).

E. ASPEK POKOK DALAM IHSAN


a. Ibadah
Yaitu dengan menjalankan semua jenis ibadah. Seperti sholat, puasa, haji, dan
sebagaimana yang benar. Dengan enyempurnakan syarat rukun, sunnah, dan
adab adab nya. Pelaksanaan ibadah ini dipenuhi dengan menikmatinya, juga
dengan kesadaran bahwa Allah selalu memantaunya, krna dengan inilah ia dapat
menunaikan ibadah dengan baik dan sempurna.
b. Mu’amalah
Berikut ini yang berhak mendapat perlakuan ihsan :
a. Ihsan kepada kedua orangtua. Ibadah kita terhadap Allah SWT tidakakan
diterima jika kita tidak disertai berbuat baik kepada kedua orang tua.
b. Ihsan kepada kerabat karib adalah jalan membangun hubungan baik
dengan mereka.

20
c. Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin
d. Ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, dan teman sejawat.
e. Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
f. Ihsan kepada perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia
g. Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang.
c. Ahlak
Sesorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya jika melakukan ibadah
sesuai dengan harapan harapan Rasulullah SAW.jika ihsan telah dicapai seorang
hamba ia akan berbuah menjadi akhlak yang baik sehingga mereka sampai pada
ihsan pada ibadahnya.

Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Semua orang
berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimiliki agar sampai tingkat itu. Semua orang
mempunyai derajat yang sama kecuali mereka yang telah naik ke tingkat ihsan dalam
seluruh sisi hidupnya.
Sikap ihsan akan selalu tercermin dalam perbuatan individu dalam keseharian dalam
hubunganya kepada Allah SWT dan hubungannya kepada sesama manusia. Berbagai
perbuatan manusia mempunyai tingkatan-tingkatan kualitas, yang antara lain bahwa
kualitas perbuatan manusia adalah sebagai berikut :
a. Membalas keburukan dengan keburukan yang sama
b. Membalas keburukan dengan yang lebih buruk
c. Membalas kebaikan dengan keburukan
d. Membalas keburukan dengan kebaikan
e. Membalas kebaikan dengan yang lebih baik
f. Membalas kebaikan dengan kebaikan yang sama

Tentang berbagai macam kualitas perbuatan manusia, bagaimanakah sikap perbuatan


yang terbaik? Untuk itu, kita dapat mengutip dalil firman Allah dalam Al-Qur’an yang
berbunyi:
‫وْل تستوي ٱلحسنة وْل ٱلسيئة ٱدفع بٱلَتي هي أحسن فإِذا ٱلَّذي بينك وبينهۥ عدوة كأن ۥه ولي حميم‬
Artinya : dan tidaklah sama antara kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (QS Fushshilat : 34)

21
Perbuatan-perbuatan yang yang merusak Ihsan
Berikut ini adalah sikap dan perbuatan yang dapat merusak ihsan dalam diri, antara lain
:
a. Sikap dan perbuatan sombong. Dalam sebuah hadits diterangkan : sombong
adalah menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain. (HR. Muslim)
b. Sikap serakah dan egois. Mengenai serakah dan egois Nabi Muhammad saw,
bersabda : seandainya seorang anak Adam sudah mempunyai dua lembah harta,
maka ia akan mencari lembah yang ketiganya. Dan tidak akan merasa puas
perutnya, melainkan dengan dimasukkan ke dalam tanah. (HR. Bukhari dan
Muslim).
c. Sikap iri dengki. Nabi saw. Bersabda : Sesungguhnya dengki itu akan memakan
habis kebaikan, seperti api yang melalap habis kayu bakar. (HR. At-Tirmidzi).
Sikap iri Dengki akan menjadi penghambat dalam kesuksesan, menyia-nyiakan
energy, menghilangnya kesempatan untuk kerja sama dan akan menghilangkan
kesempatan belajar.

Firman Allah SWT :


‫ر َوأَ ۡب َق ٰى‬ٞ ‫ع ۡين َۡيكَ إِلَ ٰى َما َمتَّعۡ نَا بِ ِٓۦه أَ ۡز ٰ َوجٗ ا ِ ِّم ۡن ُهمۡ زَ ۡه َرةَ ۡٱل َحيَ ٰوةِ ٱلد ُّۡنيَا ِلن َۡفتِنَ ُهمۡ فِي ِۚ ِه َو ِر ۡزقُ َربِِّكَ خ َۡي‬
َ َّ‫َو َْل تَ ُمدَّن‬
Artinya : Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami
berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia
untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik
dan lebih kekal. (QS. Thaha [20]: 131).
d. Ghibah atau menggunjing
e. Sikap Dendam
f. Sikap buruk sangka
g. Sikap kikir atau pelit

Cara mencapai dan Menyuburkan Sikap Ihsan


Berikut ini adalah hal-hal yang sebaiknya dikerjakan untuk dapat mencapai dan
menuju sikap ihsan :

22
a. Persaudaraan atau Ukhuwwah
Dalam mencapai dan menuju keindahan dan suburnya sikap ihsan yang
pertama adalah dengan meningkatkan ukhuwwah atau Persaudaraan. Semua orang
beriman adalah saudara dan bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :
‫ف َب ۡينَ قُلُو ِبكُمۡ فَأَصۡ َبحۡ تُم ِبنِعۡ َم ِت ِهٓۦ‬ َ َّ‫علَ ۡيكُمۡ ِإ ۡذ كُنتُمۡ أَعۡ َدآ ٗء فَأَل‬ ِ َّ َ‫يعا َو َْل تَف ََّرقُو ِۚاا َو ۡٱذكُ ُرواا نِعۡ َمت‬
َ ‫ٱّلل‬ ِ َّ ‫َص ُمواا ِب َح ۡب ِل‬
ٗ ِ‫ٱّلل َجم‬ ِ ‫َوٱعۡ ت‬
ُ َّ ُ‫ار فَأَنقَذَكُم ِ ِّم ۡن َه ۗا َك ٰذَلِكَ يُبَيِِّن‬
َ‫ٱّلل لَكُمۡ َءا ٰيَتِِۦه لَعَلَّكُمۡ تَهۡ تَدُون‬ ِ َّ‫علَ ٰى َشفَا ح ُۡف َر ٖة ِ ِّمنَ ٱلن‬
َ ۡ‫إِ ۡخ ٰ َو ٗنا َوكُنتُم‬
Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara;
dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya.

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat


petunjuk. QS Ali Imron : 103
Juga firman Allah dalam surat al-Anfal ayat : 63 yang artinya : Dan Yang
mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu
membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” QS Al-Anfal : 63
b. Cinta Kasih
Berkaitan dengan mencapai ihsan adalah dengan menyebarkan Kasih Sayang,
Firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat : 159 yang artinya :
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.”
QS. Ali Imron : 159
Pancaran sifat kasih sayang Allah swt ada pada seluruh makhluk-Nya. Dan dunia ini
ada adalah karena kasih sayang Allah, sebagaimana dalil Hadits Nabi Muhammad
yang artinya : Tatkala menciptakan makhluk, Allah SWT telah menulis dalam buku

23
yang tersimpan di ‘Arasy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih besar daripada murka-
Ku”. HR. Muslim.
Agar cinta kasih saying ini menjadi sesuatu hal yang senantiasa ada, maka berkasih
saying dan saling Mencintailah hanya Karena Allah. Sebagaimana sabda Nabi saw. :
Cinta-Ku mesti bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku Cinta-Ku mesti
bagi orang-orang yang saling bersilaturahim karena Aku Cinta-Ku mesti bagi
orang-orang yang saling menasihati karena Aku Cinta-Ku mesti bagi orang-orang
yang saling mengunjungi karena Aku Cinta-Ku mesti bagi orang-orang yang saling
memberi karena Aku. (HR. Ahmad)
Menambahi keterangan di atas, agar cinta kasih ini menjadi indah, maka perlakukan
orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan, jangan menuntut orang lain
melakukan apa yang Anda inginkan.

c. Senyum, Salam dan Sapa


Senyum untuk saudaramu adalah shodaqah. Menyebarkan Senyum – Salam
Sapa adalah sesuai dengan dalil hadits Nabi Muhammad saw. Yang artinya :
“Kamu sekalian tidak akan masuk surga kecuali apabila kamu beriman, dan
kamu tidak akan beriman sampai kamu saling mencintai. Senangkah kamu
sekalian jika aku tunjukkan kepadamu suatu pekerjaan yang apabila kamu
mengerjakannya maka kamu sekalian akan saling mencintai, sebarkan salam di
antaramu semua.” HR Muslim”

d. Saling memaafkan
Sebagaimana dalil Firman Allah yang artinya :Dan hendaklah mereka memaafkan
dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS An-Nuur : 22)

e. Peduli terhadap Orang Lain


Rasa peduli dan Kehadiran kita bisa memberikan membahagiakan
kepada orang lain. Dalam hadits riwayat Muslim diterangkan : Siapa yang
melepaskan penderitaan seorang mukmin di dunia maka Allah akan
melepaskannya dari penderitaannya pada hari kiamat. Siapa yang memberikan

24
kemudahan kepada orang yang sedang mendapatkan kesulitan, maka Allah
memudahkannya di dunia dan di akhirat kelak. Siapa yang menutup aib muslim
maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat, dan bahwa Allah
akan selalu menolong hamba-Nya jika ia mau menolong saudaranya. (HR
Muslim)

Mencapai indahnya ihsan berikutnya adalah dengan cara saling tolong-menolong,


sikap rela berkorban, dan mempererat tali persaudaraan atau Silaturrahim.

D. Hubungan antara Iman, Islam, dan Ihsan


Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan
tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan
pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan
diri kepada Allah.
Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut, para ulama
mengelompokkannya lewat tiga cabang ilmu pengetahuan. Rukun Islam berupa
praktek amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai perbuatan amal
lahiriah manusia sebagai hamba Allah. Iman dipelajari melalui ilmu Tauhid
(teologi) yang menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan. Sedangkan untuk
mempelajari ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu Tasawuf.

QS Ali-Imran ayat 19 :
Artinya:“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya.”
Di dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan kata addin
yang artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, iman, Islam, dan ihsan. Dengan
kata lain dapat dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan yang membuat
seseorang ber-Islam dan menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan
menjalankan syareatnya dan meninggalkan segala yang dilarang oleh syariat Islam.

25
BAB II

ISLAM DAN SAINS

2.1 Hubungan Islam dan Sains

Hubungan antara Islam dan sains dapat diketahui melalui banyak sudut
pandang. Keduanya ini mempunyai pengaruh pada manusia, di antaranya: Islam
dan Sains sama-sama memberikan kekuatan, sains memberi manusia peralatan
dan mempercepat laju kemajuan, Islam menetapkan maksud tujuan upaya
manusia dan sekaligus mengarahkan upaya tersebut. Sains membawa revolusi
lahiriah (material), Islam membawa revolusi batiniah (spiritual). Sains
memperindah akal dan pikiran, Islam memperindah jiwa dan perasaan. Sains
melindungi manusia dari penyakit, banjir, badai, dan bencana alam lain. Islam
melindungi manusia dari keresahan, kegelisahan dan rasa tidak nyaman. Sains
mengharmoniskan dunia dengan manusia dan Islam menyelaraskan dengan
dirinya.

Seiring berkembangnya zaman, Eropa modern membangun sebuah sistem


yang realistis, bahwa pengalaman yang diungkapkan dengan menggunakan akal
saja tidak mampu memberikan semangat yang ada dalam keyakinan hidup, dan
ternyata keyakinan itu hanya dapat diperoleh dari pengetahuan personal yang
bersifat spiritual. Hal inilah yang kemudian membuat akal semata tidak
memberikan pengaruh pada manusia, sementara agama selalu meninggikan
derajat orang dan mengubah masyarakat. Dasar dari gagasan-gagasan tinggi kaum
muslim adalah wahyu, Bagi intelektual muslim, basis spiritual dari kehidupan
adalah tentang keyakinan. Demi keyakinan inilah seorang muslim yang kurang
tercerahkan pun dapat mempertaruhkan jiwanya.

Al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang bersumber langsung dari Allah telah
memberikan informasi-informasi tentang alam semesta, khususnya yang
berhubungan dengan matahari, bulan dan bumi. Ada 20 ayat yang menyebut kata
matahari, dan ada 463 ayat yang menyebut kata bumi serta ada 5 ayat yang
menyebut kata bulan. Belum lagi ayat yang menjelaskan tentang langit,
pergantian siang dan malam, serta ayat yang menyebut tentang bintang-bintang.

26
Dalam hal ini Islam secara terang melalui al-Qur’an mendorong umatnya untuk
senantiasa melakukan pembaharuan di berbagai aspek kehidupan. Sebab dengan
mempelajari dan mengembangkan sains (ilmu pengetahuan) umat Islam dapat
mencapai kesadaran akan keagungan Allah. dan sains dapat mengharmoniskan
dunia dengan manusia, dan Islam menyelaraskan dengan dirinya.

2.2 Tinjauan Umum tentang Islam dan Sains

1. Pengertian Islam dan Sains

Kata Islam memiliki konseptual yang luas, sehingga ia dipilih menjadi nama
agama (din) yang baru diwahyukan Allah. melalui Nabi Muhammad kata Islam secara
umum mempunyai dua kelompok kata dasar yaitu selamat, bebas, terhindar, terlepas
dari, sembuh, meninggalkan. Bisa juga berarti: tunduk, patuh, pasrah, menerima.
Kedua kelompok ini saling berkaitan dan tidak dapat terpisah satu sama lain.

Adapun kata Islam secara terminologi dalam Ensiklopedi Agama dan Filsafat
dijelaskan bahwa Islam adalah agama Allah yang diperintahkan-Nya kepada Nabi
Muhammad untuk mengajarkan tentang pokok-pokok ajaran Islam kepada seluruh
manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya. Harun Nasution menerangkan
bahwa Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan kepada seluruh
masyarakat melalui Nabi Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa
ajaranajaran yang bukan hanya mengenai satu segi tetapi mengenai bebagai segi dari
kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengadung berbagai aspek itu
adalah al-Qur’an dan hadis.

Kata sains dalam Webste’s New Word Dictonary berasal ari bahasa latin yakni
scire, yang artinya mengetahui. Jadi secara bahasa sains adalah keadaan atau fakta
mengetahui.4 Sains juga sering digunakan dengan arti pengetahuan scientia. Secara
istilah sains berarti mempelajari berbagai aspek dari alam semesta yang teroganisir,
sistematik dan melalui berbagai metode saintifik yang terbakukan. Ruang lingkup
sains terbatas pada beberapa yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan,
pendengaran, rabaan, dan pengecapan) atau dapat dikatakan bahwa sains itu
pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian.

27
2.3 Asal Pengetahuan

Ada sebuah pertanyaan tentang pengetahuan manusia, apakah dalam diri


manusia terdapat sejumlah pengetahuan yang bersifat fitri? Ada tiga teori untuk
menjawabnya. Teori pertama, dalam diri setiap manusia terdapat banyak konsep dan
banyak pula hal-hal yang muktasabah (diperoleh melalui usaha). Seperti yang
diterangkan Allah dalam Q.S al-Nahl: 78, “Dan Alah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” Secara lahiriyah ayat
tersebut menerangkan bahwa “Sesungguhnya ketika kamu dilahirkan, kamu belum
mengetahui sesuatu apapun.” Artinya lembaran hati manusia masih dalam keadaan
putih bersih, maka manusia diberi penglihatan, pendengaran, dan hati agar manusia
dapat menuliskan berbagai hal dalam lembarannya hatinya.

Teori kedua, sesungguhnya manusia ketika dilahirkan sudah mengetahui segala


sesuatu tanpa terlewatkan. Sebagai penjelasan, roh manusia sebelum ditempatkan di
badan, ia berada di alam lain, yakni alam ide. Ide adalah hakikat dari segala sesuatu
yang ada di alam semesta dan roh telah mengetahuinya. Ketika roh itu dimasukkan ke
dalam badan maka muncullah penghalang yang memisahkan roh dari pengetahuan-
pengetahuan ide tersebut. Rupanya teori kedua ini terpengaruh dari teori plato tentang
ide, ia mencontohkan seorang bayi dilahirkan telah mengetahui segala sesuatu, adapun
kemudian adanya proses pembelajaran adalah untuk mengingatkan sesuatu yang
terlupakan.

Teori ketiga, manusia mengetahui sesuatu melalui fitrahnya. Sehingga


pengetahuan yang diperoleh melalui cara ini sangat sedikit, prinsip berfikir itu bersifat
fitrah. Dalam prinsip berfikir ini manusia membutuhkan guru untuk membuat
bangunan intelektualitas manusia agar sedemikian rupa. Sehingga cukup dengan
menyodorkan beberapa hal saja sudah cukup baginya untuk mengetahui tanpa harus
ada dalil dan bukti. Teori ketiga inilah yang umumnya dipakai oleh para filsuf muslim.

2.4 Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam

Hubungan antara Islam dan sains dapat diketahui dengan dua sudut pandang.
Pertama, apakah konsepsi dalam Islam melahirkan keimanan dan sekaligus rasional,

28
atau semua gagasan ilmiah itu bertentangan dengan agama. Sudut pandang kedua,
merupakan landasan dalam membahas hubungan antara Islam dan sains, yakni
bagaimana keduanya ini berpengaruh pada manusia. Agama dan sains sama-sama
memberikan kekuatan, sains memberi manusia peralatan dan mempercepat laju
kemajuan, agama menetapkan maksud tujuan upaya manusia dan sekaligus
mengarahkan upaya tersebut. Sains membawa revolusi lahiriah (material), agama
membawa revolusi batiniah (spiritual). Sains memperindah akal dan pikiran, agama
memperindah jiwa dan perasaan. Sains melindungi manusia dari penyakit, banjir,
badai, dan bencana alam lain. Agama melindungi manusia dari keresahan, kegelisahan
dan rasa tidak nyaman. Sains mengharmoniskan dunia dengan manusia dan agama
menyelaraskan dengan dirinya.

Muhammad Iqbal menerangkan bahwa manusia membutuhkan tiga hal: pertama,


interpretasi spiritual tentang alam semesta. Kedua, kemerdekaan spiritual. Ketiga,
prinsip-prinsip pokok yang memiliki makna universal yang mengarahkan evolusi
masyarakat manusia dengan berbasiskan rohani.” Mengingat hal tersebut, Eropa
modern membangun sebuah sistem yang realistis, bahwa pengalaman yang
diungkapkan dengan menggunakan akal saja tidak mampu memberikan semangat yang
ada dalam keyakinan hidup, dan ternyata keyakinan itu hanya dapat diperoleh dari
pengetahuan personal yang bersifat spiritual. Hal inilah yang kemudian membuat akal
semata tidak memberikan pengaruh pada manusia, sementara agama selalu
meninggikan derajat orang dan mengubah masyarakat.

Dasar dari gagasan-gagasan tinggi kaum muslim adalah wahyu, wahyu


berperan menginternalisasi (menjadikan dirinya sebagai bagian dari karakter manusia
dengan cara manusia memperlajarinya) aspek-aspek lahiriahnya sendiri. Bagi
intelektual muslim, basis spiritual dari kehidupan adalah tentang keyakinan. Demi
keyakianan inilah seroang muslim yang kurang tercerahkan pun dapat
mempertaruhkan jiwanya. Will Durant (Penulis History of Civilization) pernah
mengatakan: Harta itu membosankan, akal dan kearifan hanyalah sebuah cahaya redup
yang dingin. Hanya dengan cintalah kelembutan yang terlukiskan dapat
menghangatkan hati.

Bisakah sains dan agama saling menggantikan posisi masing-masing?

29
Pengalaman sejarah telah menunjukkan bahwa akibat dari memisahkan keduanya telah
membawa kerugian yang tidak dapat ditutup. Agama harus dipahami dengan
perkembangan sains, sehingga terjadi pembaruan agama dari cengkrama mitos-mitos.
Agama tanpa sains berakhir dengan kemandekan. Sehingga apabila agama tanpa sains
hanya akan dijadikan alat orang-orang munafik mencapai tujuannya.

Sains tanpa agama bagaikan lampu terang yang dipegang pencuri yang
membantu pencuri lain untuk mencuri barang berharga di tengah malam. Atau bahkan
sains tanpa agama adalah pedang tajam ditangan pemabuk yang kejam.

2.5 Dinamika Pemikiran di Abad Pertengahan

Ketika dunia barat mengalami masa kegelapan, khususnya di bidang ilmu


pengetahuan akibat doktrin dari gereja, pada saat yang sama, geliat keilmuan Islam
mengalami kemajuan seiring banyaknya pengkajian (research) dan pengembangan
ilmu pengetahuan yang begitu pesat sehingga melahirkan peradaban yang bernilai
tinggi. Ada dua faktor yang mempengaruhi kemajuan ini: pertama, faktor internal
bahwa Islam sangat mendorong umatnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,
ditandai dari wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad adalah perintah iqra’
yang menunjukkan bahwa dunia Islam memberikan perhatian yang besar terhadap
research dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Dorongan faktor eksternal ialah diperoleh melalui kekuatan sistem pendidikan


yang integral dan dinamis, di antaranya ketersediaan perpustakaan yang memadai pada
setiap lembaga pendidikan. Kuatnya dukungan dari penguasa yakni menyediakan
sarana yang lengkap untuk para ilmuan dalam mengembangkan teori-teori bahkan
akan menghargai dengan sangat tinggi setiap temuan-temuan yang ada.

Pembahasan diatas membuktikan bahwa pada saat Eropa berada pada abad
pertengahan (zaman kegelapan), umat Islam tengah mengalami kejayaan dan kemajuan
peradabannya, kemajuan inipun dirasakan nonmuslim termasuk Barat.8 Seiring dengan
mundurnya umat Islam di akhir abad pertengahan, sentuhan dunia barat dengan Islam
pada akhirnya memunculkan tranformasi intelektual dari dunia Islam ke dunia Barat,

30
sehingga melahirkan gerakan renaissance, reformasi, rasionalisme,dan aufklarung di
dunia Barat.

Dengan demikian, kemajuan sains dan teknologi serta semangat


intelektualisme yang berkembang begitu pesat di Barat pada saat ini, tidak terlepas dari
kontribusi kemjaun umat Islam pada masa sebelumnya. Salah satu faktor utama bagi
timbulnya majunya peradaban Islam ketika abad pertengahan adalah membanjirnya
proses penerjemahan berbagai literatur ke dalam bahasa Arab. Di antara literatur yang
diterjemahkan tersebut adalah buku-buku India, Iran, dan buku Suriani-Ibrani,
terutama sekali buku-buku Yunani. Pada pusat-pusat kebudayaan seperti Syria, Mesir,
Persia, juga Mesopotamia, pemikiran filsafat Yunani ditemukan oleh orang muslim.
Namun kota Baghdad yang menjadi pusat kekuasaan Dinasti Abbasiyah menjadi jalur
utama masuknya filsafat Yunani ke dalam Islam, dan di sinilah timbul gerakan
penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab. Berkat adanya usaha-usaha
penerjemahan tersebut, umat Islam telah mampu mewarisi tradisi intelektual dari tiga
jenis kebudayaan yang sangat maju, yakni Yunani, Persia, dan India. Warisan
intelektual tersebut dimanfaatkan dalam membangun suatu kebudayaan ilmu
pengetahuan yang lebih maju, seperti yang terlihat dalam berbagai bidang ilmu dan
mazhab filsafat pemikiran Islam.

Di Bagdad, dibuka jasa penerjemahan. Bagi penerjemah buku-buku bahasa


asing, akan dibayar dengan emas seberat buku yang diterjemahkan. Selain itu, di
Baitul Hikmah, terdapat 400 ribu judul buku. Fenomena ini kemudian melahirkan
cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai
disiplin ilmu pengetahuan. Berhasilnya pencapaian kemajuan Islam di berbagai
bidang, khususnya ilmu pengetahuan yang demikian pesat dan beragam itu adalah
berkat dorongan internal (faktor teologis) dan faktor eksternal yang antara lain berupa
sentuhan dengan peradaban dan budaya luar yang berupa kontak intelektual dengan
filsafat dan budaya Yunani pada masa itu. Persentuhan antar kebudayaan dimaksud
sebenarnya sudah berlangsung sejak masa Umayyah, namun kemudian mencapai
puncaknya pada era Abbasiyah berkat terlembagakannya upaya-upaya penterjemahan,
yang kemudian dikenal dengan nama Khizāna al-Ḥikmah maupun Bait al-Ḥikmah.10
Menurut Iqbal Dawami mengutip Myer, setidaknya ada empat hal yang menjadi akar

31
atau potensi munculnya peradaban Islam dalam hal ilmu pengetahuan:

a. Di tengah kemunduran Yunani dan munculnya Islam, berkembanglah


sebuah kebudayaan yang memainkan peranan penting setelah
kebudayaan Yunani dan juga merupakan sebuah perpaduan dari elemen-
elemen timur, yaitu peradaban Helenisme, yang mulai muncul di
permukaan setelah 300 SM. Tempat yang menjadi pusat intelektualnya
adalah Alexandria. Sebuah institusi penelitian yang besar, de museum,
telah dibangun di kota ini.

b. Filsafat Yunani mengalami stagnasi sejak tahun 529 M seiring dengan


penutupan Akademi Athena secara resmi oleh Justianian.

c. Akademi Jundishapur di Parsi, sebuah akademi yang menjadi pusat


pertukaran dan sinkretisme pengetahuan terbesar pada abad ke-7 M.
Institusi ini menjadi surga bagi para Nestorian (pengikut Nestorius) yang
diusir dari Edessa pada tahun 489 M dan juga bagi para Platonis yang
terusir. Para Nestorian itu membawa bersama mereka ke Jundishapur
terjemahan-terjemahan Syiria dari berbagai macam karya, khususnya
karya-karya dalam bidang pengobatan. Di Jundishapur pula Kisra
Anushirwan memerintahkan penerjemahan karya-karya Aristoteles dan
Plato ke dalam bahasa Parsi.

d. Aktivitas para Nestorian. Pada pertengahan pertama abad kelima masehi,


pendeta Suriah, Nestorius, dipecat dan diusir dari kota Antioch ke
wilayah Arab dan kemudian ke Mesir. Para pengikutnya dengan tulus
dan penuh dedikasi mereka pindah sambil mengajarkan ilmunya ke
wilayah Timur, tepatnya kota Edessa. Di sana terdapat sebuah akademi
kedokteran yang sedang berkembang. Akademi itu menjadi pusat bagi
aktivitas Nestorian dan memperoleh dukungan dari Akademi Nisbis di
Mesopotamia dan juga dari Akademi Jundishapur.

Selain hal-hal di atas, munculnya akar peradaban Islam boleh jadi lantaran
semangat keagamaan yang tinggi dalam memajukan ilmu pengetahuan, karena ayat
suci al-Qur’an sendiri telah memotivasi kaum muslimin agar mereka selalu membaca

32
dan membaca.

2.6 Sains dan Ayat-ayat al-Qur’an

Ketika kita berbicara tentang sains dan teknologi, maka kita tidak boleh
melupakan peran cendekiawan Islam terhadap khazanah intelektual Timur dan Barat.
Sebagai contoh Ibnu Sina, al-Ghazali, al-Biruni, alTabari, Nasiruddin, Abu al-Wafa,
Al-Battani, dan Omar Khayam yang berasal dari Persia. Al-Kindi, orang Arab, al-
Khawarizmi adalah dari Khiva, al-Farghani dari Trasoxiania (Yordania), al-Farabi
dari Khurasan, al-Zarkali (Arzachel), al-Betragius (al-Bitruji), dan Averroes (Ibn
Rusyd) adalah Arab Spanyol. Kita tidak bisa menafikan sumbangan intelektual
Muslim tentang matematik, ilmu kedokteran, ilmu astronomi, ilmu falak, ilmu
arsitektur, ilmu geografi, dan lain-lain.

Pada abad pertengahan, dunia Islam telah memainkan peranan penting baik di
bidang sains teknologi. Harun Nasution menyatakan bahwa cendekiawan-cendekiawan
Islam tidak hanya mempelajari sains-teknologi dan filsafat dari buku Yunani, tetapi
menambahkan ke dalam hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan dalam lapangan
sains-teknologi dan hasil pemikiran mereka dalam ilmu Filsafat. Dengan demikian,
lahirlah ahli-ahli ilmu pengetahuan dan filsuf-filsuf Islam, seperti, al-Farazi (abad
VIII) sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun Astrolabe (alat yang
digunakan untuk mengukur tinggi bintang) dan sebagainya. Para ilmuwan tersebut
memiliki pengetahuan yang bersifat desekuaristik, yaitu ilmu pengetahuan umum yang
mereka kembangkan tidak terlepas dari ilmu agama atau tidak terlepas dari nilai-nilai
Islam. Ibnu Sina misalnya, di samping hafal al-Qur‘an dia dikenal ahli di bidang
kedokteran. al-Biruni, seorang ahli filsafat, astronomi, geografi, matematika, juga
sejarah. Ibnu Rusyd, yang oleh dunia barat dikenal dengan Averous, dia bukan hanya
terkenal dalam bidang filsafat, akan tetapi juga dalam bidang Fiqh. Bahkan kitab fiqih
karangannya, yakni Bidayatul Mujtahid dipakai sebagai rujukan umat Islam di
berbagai negara.

Begitu tingginya nilai ilmu dalam peradaban manusia, Allah menegaskan


dalam al-Qur‘an bahwa Dia akan meninggikan derajat orang orang yang berilmu dan
beriman sebagaimana dalam Al-Mujadalah ayat 11, yang berbunyi:

33
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat di atas menunjukkan kepada kita betapa Islam memberikan perhatian yang besar
terhadap ilmu. Apapun bentuk ilmu itu, selama bisa memberikan kemanfaatan, maka
ilmu tersebut harus dicari. Allah dan RasulNya tidak menyebut suatu disiplin ilmu
tertentu yang menjadi penyebab seseorang akan diangkat derajatnya oleh Allah,
demikian juga tidak menyebut dengan menunjuk ilmu-ilmu tertentu untuk dipelajari.

Islam dan Sains tidak saling bertentangan, bahkan sebaliknya yakni memiliki
keselarasan. Ada banyak ayat yang telah ditafsirkan oleh cendekiawan atau pengkaji
al-Qur’an terkait dengan kesesuaiannya dengan sains. Salah satu yang telah diteliti
untuk menguatkan argumentasi di atas adalah ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki
kesesuaian dengan teori Heliosentris. Teori ini beranggapan bahwa matahari adalah
merupakan pusat peredaran planet-planet, termasuk di dalamnya adalah bumi,
sedangkan bulan adalah mengelilingi bumi yang kemudian bersama-sama bumi
berputar mengelilingi matahari. Sedangkan matahari hanyalah berputar mengelilingi
sumbunya saja.

Al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang bersumber langsung dari Allah telah
memberikan informasi-informasi tentang alam semesta, khususnya yang berhubungan
dengan matahari, bulan dan bumi. Ada 20 ayat yang menyebut kata matahari, dan ada
463 ayat yang menyebut kata bumi serta ada 5 ayat yang menyebut kata bulan. Belum
lagi ayat yang menjelaskan tentang langit, pergantian siang dan malam, serta ayat
yang menyebut tentang bintang-bintang. Terkait dengan teori Heliocentris, ada
beberapa ayat yang menjelaskan tentang gerak matahari, bulan dan bumi, yaitu surat
Yunus: 5, surat Yasin: 38, dan surat al-Naml: 88. Beberapa ayat tersebut dijelaskan:

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang

34
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui.”

Secara khusus Allah menjelaskan perjalanan matahari dalam surat Yāsīn ayat 38
dijelaskan:

“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha


Perkasa lagi Maha Mengetahui.”

Sedangkan mengenai gerak bumi, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Naml: 88:

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan
kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

Selain itu, ada juga kajian yang telah menafsirkan ayat al-Qur’an yang
memiliki kesesuaian dengan ilmu geologi yang ditulis oleh Izzatul Laila. Ia
mengatakan bahwa lempeng-lempeng litosfer bergerak dan saling berinteraksi satu
sama lain. Pada tempat-tempat tertentu saling bertemu dan pertemuan lempengan ini
menimbulkan gempa bumi. Sebagai contoh adalah Indonesia yang merupakan tempat
pertemuan tiga lempeng: Eurasia, Pasifik dan Indo-Australia. Bila dua lempeng
bertemu maka terjadi tekanan (beban) yang terus menerus. Dan bila lempengan tidak
tahan lagi menahan tekanan (beban) maka lepaslah beban yang telah terkumpul
ratusan tahun itu, akhirnya dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa antara Islam dan sains
tidak bertentangan satu sama lain. Bahkan, antara Islam dan sains memiliki
keselarasan dan dapat mempertegas antara satu dan yang lainnya. Keselarasan Islam
dan sains dapat dibuktikan dengan banyak hal. Salah satunya dengan produk berupa
tokoh-tokoh Islam yang cemerlang dan memiliki kontribusi dalam bidang sains.
Beberapa nama terkenal Islam tersebut diantaranya Ibnu Sina yang memiliki
kontribusi dalam banyak bidang seperti kedokteran, filsafat, dan lain sebagainya.
Selain itu juga, ayat-ayat al-Qur’an, sumber utama dalam Islam, memiliki keselarasan

35
dengan penemuan-penemuan sains masa kini. Beberapa diantaranya seperti ayat-ayat
tentang bulan, bintang, dan matahari. Al-Qur’an telah lama memuat ayat-ayat yang
berbicara tentang hal tersebut, dan telah dibuktikan kebenarannya oleh sains modern.

36
BAB III

ISLAM DAN PENEGAKAN HUKUM

3.1 Hukum dan Keadilan Dalam Islam

Dalam membicarakan sistem hukum di Indonesia maka pada sistem hukum di


Indonesia berlaku sistem hukum yang majemuk karena ada tiga sistem hukum yang
berlaku di Indonesia yaitu sistem hukum Adat, Islam dan Barat (Kontinental). Bila
kita melihat mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama islam maka penulis
mencoba mengkaji lebih mendalam mengenai Hukum islam dan pelaksanaannya oleh
masyarakat dan penguasa di Indonesia. Pada masa Rasulullah dan para sahabatnya
hukum islam berjalan sebagaimana mestinya, diterima dan dijalankan oleh
masyarakatnya dengan kesadaran penuh sehingga kondisi wilayah yang dikuasai oleh
Islam merupakan wilayah yang adil, tertib dan makmur. Kondisi demikian dapat
menjadi sumber inspirasi bagi penguasa dan masyarakat Indonesia dalam
menegakkan hukum yang adil dan diterima oleh seluruh bangsa Indonesia.

Islam adalah ajaran Allah yang diturunkan melalui wahyu kepada nabi
Muhammad saw untuk disampaikan kepada ummat manusia, sebagai pedoman hidup
demi kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat. Ajaran islam menurut Mahmud
Syaltut, dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, akidah dan syariat, atau seperti
dalam bukunya yang lain dibagi menjadi akidah, ahkam (hukum syariat), dan ahlak.
Dari pembagian ini jelas bahwa hukum Islam merupakan bag ian dari totalitas ajaran
Islam yang bersumber dari wahyu. Dalam kajian Ushul Fiqih yang dimaksud hukum
Islam adalah seperangkat aturan yang ditetapkan secara Iangsung dan tegas oleh
Allah atau ditetapkan pokok-pokoknya untuk mengatur hubungan antara manusia dan
Tuhannya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam semesta.

Hukum Islam telah ada sejak manusia (masyarakat) ada (qadim) karena ia
adalah firman Allah yang tidak berhuruf dan tidak bersuara. Oleh karena hukum itu
dibuat untuk manusia, Allah menurunkan sesuatu yang berfungsi untuk mengerahui
hukum tersebut, yang dalam Ushul Fiqh dikenal dengan istilah dalil, yang terdiri dari

37
dua yaitu bersifat qath'i dan manlli. Oleh karena itu hukum Islam pun ada dua macam.
Pertama, hukum Islam yang ditetapkan secara langsung dan tegas oleh Allah, yaitu
hukum-hukum yang diturunkan dari dalil yang qath 'j, Hukum ini jumlahnya tidak
banyak dan dalam perkembangannya dikenal dengan syariah. Kedua, hukum yang
ditetapkan pokok-pokoknya saja, maksudnya ialah hukum yang ditetapkan oleh dalil
yang zhani. Hukum jenis ini jumlahnya sangat banyak, dan dapat atau perlu
dikembangkan dengan ijtihad. Hasil pengembangannya itulah yang kemudian dikenal
dengan istilah fiqih.

Hukum Islam kategori syariat bersifat tsabat (konstan, tetap), artinya tetap berlaku
universal di sepanjang zaman, tidak mengenal perubahan dan tidak boleh disesuaikan
dengan situasi dan kondisi. Situasi dan kondisilah yang harus menyesuaikan diri
dengan syariat. Sedangkan hukum Islam kategori fiqih bersifat murunah (fleksibel,
elastis), tidak (harus) berlaku universal, mengenal perubahan, serta dapat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi.

Sungguhpun demikian sebagai ajaran samawi, hukum Islam dengan kedua macamnya
itu mempunyai sifat dan karakteristik yang secara umum berbeda dengan hukum
budaya (hukum wad'i, produk manusia). Sifat dan karakter tersebut yang terpenting
antara lain sebagai berikut :

a. Hukum Islam adalah serentetan peraturan yang digunakan untuk


beribadah. Melaksanakannya merupakan suatu ketaatan yang
pelakunya berhak mendapat pahala dan meninggalkan atau
menyalahinya merupakan suatu kemaksiatan yang pelakunya akan
dibalas dengan siksaan di akhirat.

b. Kepatuhan kepada hukum Islam merupakan tolak ukur keimanan


seseorang.

c. Hukum Islam bersifat ijabi dan salbi, artinya hukum Islam itu
memerintahkan. mendorong, dan menganjurkan melakukan perbuatan
makruf serta melarang perbuatan munkar dan segala macam
kemudaratan. Berbeda dengan hukum wad'i, aspek ijabi dalam hukum
Islam lebih dominan. Hal ini mengingat tujuan utama pensyariatan

38
hukum Islam adalah mendatangkan, menciptakan, dan memelihara
kemaslahatan bagi ummat manusia. Sedangkan aspek salbi, yang
bertujuan menghindari kemudaratan dan kerusakan, sebenarnya telah
tercakup di dalamnya. Kemaslahatan individu dan masyarakat haruslah
berimbang. Artinya kemaslahatan individu bukaniah sekedar tujuan
sampingan, yang hanya diperhatikan jika membawa kemaslahatan bagi
masyarakat.

d. Hukum Islam tidak hanya berisi perintah dan larangan, tetapi juga
berisi ajaran-ajaran untuk membentuk pribadi-pribadi muslim sejati,
berahlak mulia, berhati suci, berjiwa tinggi (tidak kerdil) serta
mempunyai kesadaran akan segala tanggung jawab. Termasuk di
dalamnya kewajiban menjalin hubungan yang erat dan harmonis antar
sesama manusia dan Khaliknya dengan cara yang sangat sempurna.

e. Hukum Islam berpangkal dari iman yang meyakinkan manusia tentang


kebebasan dari segala macam penghambaan dari selain Allah. Hukum
Islam mengembangkan kesadaran dalam diri manusia yang beriman
tentang kesamaan seluruh manusia di hadapan Allah. Semua manusia
adalah hamba Allah, sama dengan semua mahluk lainnya. Manusia
dipilih oleh Allah menjadi khalifah di bumi ini berdasarkan al-Quran
surat al-Baqarah ayat 3,6 dan 165 (Q.S. 2 : 3,5, 165).

Dalam hukum Islam inilah terpadu kesadaran moral dengan kesadaran sosial. Dari
landasan ini dapat dipahami bahwa ada empat bidang utama format hukum Islam,
yaitu sebagai berikut:

a) Bidang ibadah, tentang hukum-hukum yang menata pembinaan hubungan


manusia dengan Penciptanya yang kepada dia manusia harus mengabdi.
Dengan berbagai ragam ibadah yang disyariatkan manusia ditumbuh
kembangkan kesadaran moral sekaligus kesadaran sosialnya.

b) Bidang muamalah, tentang hukum-hukum yang menata pembinaan


hubungan manusia dengan sesamanya, dalam melakukan interaksi untuk
memenuhi hajat hidup sehari-hari dengan sesamanya, dalam rangka

39
kesadaran moral untuk mengembangkan interaksi sosial dalam
kehidupannya.

c) Bidang munakahat, tentang seperangkat hukum yang menata pembinaan


kehidupan dan rumah tangga yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dan keturunannya, yang akan mewarisi nilai-nilai moral dan
norma-norma sosial yang dikembangkan dalam kehidupan itu.

d) Bidang jinayat, tentang hukum-hukum yang menata pembinaan


bermasyarakat yang bertanggungjawab dengan hak-hak setiap manusia
dilindungi. Dari setiap manusia dituntut tanggung jawab atas kewajiban-
kewajibannya dalam rangka mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang
bermoral sehingga setiap manusia dapat hidup bebas, terhormat, tertib,
aman dan damai.

Nilai kemanusiaan dan martabat manusia sangat terhormat dalam hukum Islam,
sejalan dengan petunjuk al-Quran yang menetapkan status manusia sebagai mahluk
terhormat (QS. 17:70). Maka lima komponen dasar kemaslahatan hidupnya, yakni
jiwa raga, kehormatan, akal pikiran, harta benda, nasab, dan agama (keyakinannya)
merupakan landasan dan semangat dan menjiwai seluruh batang tubuh hukum Islam.
Dalam kaitan itu dapat dipahami keberadaan hukum Islam itu sebagai rahmat untuk
dan kesejahteraan lahir dan batin bagi semua.

Patokan Hukum Islam adalah kebenaran dan keadilan (Q.S. 2:176. 213, 4: 170,
9:45, 4:58, 135, 5:8, 6:52). Kedua nilai lersebul harus dikembangkan dalam sikap.
ucapan, perilaku, dan pengambilan kepulusan. Kedua nilai ini harus diberlakukan
unluk semua orang, sekalipun ia musuh. Kewajiban-kewajiban yang dituntut hukum
Islam dari setiap manusia adalah kewajiban individual, namun disamping itu dilumut
juga kewajiban bersama untuk memenuhi kepentingan bersama dalam kehidupan
bermasyarakat.

Ajaran Islam memperkenalkan prinsip bahwa setiap orang dituntut bekerja


melakukan pembenahan atas dirinya dan lingkungannya dan setiap orang bertanggung
jawab atas segala apa yang dilakukannya. Tak seorangpun yang sudah dewasa dapat
mengelak dari tanggung jawab. Hal ini dituntut sepanjang kehidupan manusia di

40
dunia dan akan dituntaskan di akhirat kelak. Dalam hubungan ini, hukum Islam
memperkenalkan adanya pahala/ganjaran baik dan sanksi derita.

Pada masa Rasulullah dan para sahabatnya hukum Islam berjalan dengan baik
dan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh al-Quran dan Hadits Rasul. Bila
tidak terdapat ketentuannya dalam kedua sumber di atas maka para sahabat berijtihad
dengan menggunakan akal pikirannya berdasarkan al-Quran dan Hadits dalam
memutuskan suatu perkara.

Hal ini dapat diuraikan dari fungsi hukum Islam bagi umat Islam yang tidak dapat
dipisahkan dari pembahasan mengenai karakteristik hukum Islam. Beberapa fungsi
hukum Islam adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Ibadah Berdasarkan uraian di atas, fungsi paling utama hukum


Islam adalah untuk beribadah. Hukum Islam adalah ajaran Tuhan yang
harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah yang
sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang. Sebagai
implementasinya, setiap pelaksanaan hukum Islam diberi pahala,
sedangkan setiap pelanggarnya diancam siksaan.

b. Fungsi Amar Makruf (Nahi Munkar Walaupun hukum Islam telah ada dan
eksis mendahului masyarakat karena kalam Allah yang qadim, dalam
praktiknya hukum Islam tetap bersentuhan dengan masyarakat. Contohnya
adalah proses pengharaman hukum riba dan khamar (minuman keras), jelas
menunjukkan adanya keterkaitan penetapan hukum Allah dengan subjek
dan objek hukum (perbuatan mukallaf). Penetapan hukum tidak pernah
mengubah atau memberikan toleransi dalam hal proses pengharamannya.
Riba dan khamar tidak diharamkan sekaligus, tetapi secara bertahap.
Penetap hukum menyadari bahwa hukum tidak bersifat elitis dan melangit.
Ketika suatu hukum lahir, yang terpenting adalah bagaimana agar hukum
tersebut dipatuhi dan dilaksanakan dengan kesadaran penuh. Penetap
hukum sangat menyadari bahwa cukup riskan bila riba dan khamar
diharamkan secara sekaligus bagi masyarakat pecandu riba dan khaar.

Berkaca dari pengharaman riba dan khamar tampak bahwa hukum islam

41
berfungsi pula sebagai salah satu sarana pengendali sosial (kontrol sosial). Kita sulit
membayangkan apa saja yang akan terjadi jika hukum riba dan khamar dipaksakan.
Hukum Islam tidak hanya untuk hukum Islam. Hukum juga memperhatikan kondisi
masyarakat agar hukum tidak dilecehkan dan tali kendali sosial terlepas. Secara
langsung akibat buruk riba dan khamar memang hanya menimpa para pelakunya,
namun secara tidak langsung lingkunganpun ikut terancam bahaya tersebut.

Dari fungsi amar makruf nahi munkar ini akun tercapai tujuan hukum Islam yaitu
mendatangkan (menciptakan) kemasalahan dan menghindarkan kemudaratan di
dunia dan akhirat.

c. Fungsi Zawajir

Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina. yang


disertai dengan ancaman hukuman atau sanksi hukum. Qisasdiyat
diterapkan untuk tindak pidana tcrhadap jiwa/badan. Hudud untuk tindak
pidana tertentu (pencurian. perzinaan). dan ta 'zir untuk tindak pidana selain
kedua macam tindak pidana tersebut. Ta 'zir juga diterapkan untuk
pelanggaran terhadap hukum Islam yang tidak ada ketentuan sanksi
hukumnya dalam al-Quran dan al-Hadits. Adanya sanksi hukum
mencerminkan fungsi hukum Islam sebagai sarana pemaksa yang
melindungi warga masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan
yang membahayakan.

d. Fungsi Tanzim wa islah al-Ummah

Fungsi hukum Islam keempat adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik
mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial sehingga terwujudlah
masyarakat yang harmonis. aman dan sejahtera. Dalam hal-hal tertentu
hukum Islam menetapkan aluran yang cukup rinci dan mendetail
sebagaimana terlihat dalam hukum yang berkenaan dengan masalah
perkawinan dan kewarisan. Sedangkan dalam masalah-masalah yang lain.
yakni masalah muamalah pada umumnya hukum Islam hanya menetapkan

42
aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya. Perinciannya diserahkan kepada para
ahli dan pihak-pihak yang berkompeten pada bidang masing-masing.
dengan tetap memperhatikan dan berpegang teguh pada aturan pokok dan
nilai dasar tersebut.

Keempat fungsi hukum Islam tersebut tidak bisa dipilah-pilah begitu saja untuk
bidang hukum tertentu. Keempatnya saling berkait. Fungsi pertama yaitu fungsi ibadah
bukan hanya tidak dapat dipilah dari ketiga fungsi lainnya. tetapi ia senantiasa ada
dalam seliap bidang hukum. Sementara ilu ketiga fungsi lainnya dapal dipilah atau
dibedakan. Riba dan khamar, tidak hanya memiliki fungsi kontrol sosial tetapi juga
memiliki fungsi ‘’memaksa untuk melindungi" dan fungsi “interaksi sosial “ . Begitu
juga masalah pidana dan muamalah lainnya. Pengklasifikasian suatu fungsi ke dalam
bidang hukum tertemu seperti disajikan di atas hanya umuk memudahkan dan
menyederhanakan. Disamping tidak dapat dipilah-pilah, secara ekstrim juga tidak bisa
ditentukan, fungsi manakah yang lebih utama. Hal ini bergantung pada sudut pandang
ahli hukum Islam dan kasus yang dihadapi.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, ia banyak melakukan ijtihad di
lapangan hukum, antara lain sebagai berikut.

1. Menurut Q.S. al-Maidah (5) ayat 38, orang yang mencuri diancam dengan
hukuman potong tangan. Hukuman bagi pencuri memiliki fungsi memaksa
untuk melindungi warga. Tetapi pada masa pemerintahan Kalifah Umar, ia
tidak menerapkan hukuman potong tangan terhadap seseorang yang terpaksa
mencuri pada musim paceklik dan terjadi kelaparan di masyarakat. Berarti
dalam kasus ini Kalifah Umar memandang fungsi kontrol sosial yang lebih
dominan dan berdasarkan pertimbangan keadaan darurat dan kemaslahatan
jiwa masyarakat.

2 Mengucapkan talak tiga sekaligus di zaman nabi dan khalifah Abu Bakar
dianggap talak satu. Namun pada zaman Khalifah Umar dianggap sebagai
talak yang tidak mungkin rujuk kembali sehingga suami isteri, kecuali salah
satu pihak (dalam hal ini bekas isteri) kawin lebih dulu dengan orang lain.
Garis ini ditentukan oleh Umar berdasarkan kepentingan para wanita, karena

43
di zamannya banyak pria yang mudah mengucapkan talak tiga dengan wanita
lain. Tujuannya adalah untuk melindungi kaum wanita dari penyalahgunaan
hak talak yang berada di tangan pria sehingga pria lebih berhati-hati
mempergunakan hak talak itu.

3 AI-Quran telah menetapkan golongan-golongan yang berhak menerima zakat,


termasuk mualaf di dalamnya, yaitu orang-orang yang baru memeluk agama
Islam karena masih lemah imannya dan mungkin terputus hubungannya
dengan keluarganya sehingga perlu dilindungi. Khalifah Umar menghentikan
pemberian zakat kepada mualaf itu berdasarkan perimbangan bahwa Islam
telah kuat, umat Islam telah banyak sehingga tidak perlu lagi diberikan
keistimewaan kepada golongan khusus dalam tubuh umat Islam.

4 Di dalam al-Quran (Q.S. 5:5) terdapat ketentuan yang membolehkan pria


muslim menikahi wanita ahlul kitab (wanita Yahudi dan Nasrani). Akan tetapi
khalifah Umar melarang perkawinan campuran tersebut untuk melindungi
kedudukan wanita Islam dan keamanan (rahasia) negara.

5 Ijtihad Khalifah Umar mengenai peradilan adalah sebagai berikut.

a) Tugas memuruskan suaru perkara adalah kewajiban seorang hakim. Bila


suatu perkara yang diajukan tidak terdapat ketentuannya dalam al-Quran
dan sunnah Nabi, maka bandingkanlah (qiyaskan) perkara itu dengan
perkara sebelumnya. Apabila dalam kasus yang sama telah ada
penyelesaiannya, maka pergunakanlah kaidah hukum yang telah ada itu
untuk menyelesaikan kasus tersebut.

b) Dalam memutus suaru perkara hendaknya dipelajari dulu berkasnya


sebaik-baiknya dan putuskanlah seadil-adilnya tanpa menyamakan
kedudukan para pihak. Keadilan itu harus diwujudkan dalam praktek,
sebab bila tidak diwujudkan tidak ada artinya.

c) Para pihak boleh didamaikan tetapi isi perdamaian tidak boleh


menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

44
d) Bila terdapat kekeliruan dalam keputusan yang telah diberikan, maka
janganlah ragu untuk mengubahnya kembali.

Berdasarkan pembahasan ini , kita juga harus memperhimngkan dua jenis


penekanan di dalam hukum islam, yaitu aspek pribadi dan aspek perbuatan. Aspek
pribadi (person, insan), secara teoritis akademik lebih dominan pada bidang perdata
islam, sedangkan aspek perbuatan lebih dominan pada bidang pidana Islam. Dua
penekanan ini membawa kita kepada pemahaman mengapa perdata Islam sangat
mementingkan "keridhaan keduabelah pihak" dan mengecam berbagai bentuk atau
unsur kezaliman. Sebaliknya di dalam pidana Islam, sifat "keridhaan keduabelah
pihak" sangat dihindari. Misalnya, zina tidak bisa dihalalkan dengan dalih "suka sama
suka". Perbuatan membunuh memang bisa dimaafkan oleh keluarga korban, tetapi
tetap saja ada bentuk ganti rugi yang diberikan.

Penekanan dua aspek yang berbeda di atas hanyalah secara teoritis akademik. Artinya
perdata Islam tidak sepenuhnya bertoleransi dengan asas "suka sama suka". Dalam
beberapa kasus perdata Islam, ketika hakim memandang perbuatan tertentu sebagai
ancaman bagi masyarakat, dapat saja menjatuhkan hukuman ta 'zir dengan berbagai
bentuknya. Dalam hukum pidana Islam, aspek perbuatan memang ditekankan, namun
aspek pribadi juga diperhatikan.

Seorang ahli hukum Islam harus mampu memilah fungsi-fungsi hukum Islam di atas
sesuai dengan situasi dan kondisi. la juga harus mampu mencari fungsi yang dominan
bagi kasus tertentu dan fungsi utama bagi kasus yang lain. Proses mencari dan
menghayati apa yang dominan dianara fungsi-fungsi tersebut dengan memperhatikan
dua orientasi di atas merupakan tugas dan sekaligus kenikmatan sendiri bagi ahli
hukum Islam. Semuanya ini diperlukan dalam rangka mencapai maqasid asy syariah.
yakni melindungi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda.

Memasalahkan budaya hukum Islam, maka kita dihadapkan pada dua kemungkinan
yaitu:

1. mengenai hukum positif Islam, sehingga terbatas memasalahkan hukum


yang berlaku bagi mereka yang beragama Islam, atau

45
2. mengenai nilai-nilai hukum Islam, yang akan dapat berlaku bagi seluruh
warga negara bahkan mungkin seluruh penduduk termasuk yang bukan
warga negara.

Alternatif pertama dapat kita lihat pada masa sekarang sebagai kelanjutan
politik hukum pada masa kolonial, baik melalui Aturan Peralihan Pasal II UUD 1945
maupun yang kemudian dituangkan ke dalam peraturan Perundang-undangan baru.
Ciri khas orientasi ini adalah masih diakuinya pembedaan hukum dalam hukum
perdata Barat, hukum Islam, dan hukum Adat. Bidang yang terutama dijangkau adalah
hukum perdata. Lembaga yang dipergunakan adalah lembaga peradilan agama. Yang
dimaksud dengan "hukum positif Islam" hanyalah yang menjadi hukum materiil atau
hukum substantif Peradilan Agama, yang berlaku di Pengadilan Agma Islam. Hal ini
terlihat dari munculnya UU No. I tahun 1974 tentang Perkawinan, Peraturan
Pemerintah No.9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan clari UU No. 1 tahun 1974,
Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1985 tentang Wakaf, UU No. 7 tahun 1989 tentang
Peradilan Agama, Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
Islam, Undang-undang No. 32 tahun 1999 tentang Zakat dan Undangundang No. 40
tahun 1999 tentang Haji.

Alternatif kedua ialah hukum positif Islam yang bersumber dari nilai-nilai
agama Islam. Kita tarik asas-asas hukum Islam, kemudian menuangkannya sebanyak
mungkin ke dalam hukum nasional. Dengan cara demikian maka pembudayaan hukum
islam tidak saja terjadi di bidang hukum perdata, khususnya hukum keluarga, tetapi
juga di bidang lain, seperti hukum pidana, hukum tata negara, dan hukum administrasi
negara. Dengan orientasi ini maka hukum Islam akan benar-benar menjadi sumber
hukum nasional di samping Pancasila, tanpa menimbulkan anggapan bahwa hukum
Islam adalah kuno. Kedua alternatif ini dapat mempengaruhi pembentukan hukum
nasional di masa yang akan datang.

Untuk menuangkan hukum Islam yang terdapat di al-Quran dan Hadits menjadi
suatu bentuk perundang-undangan diperlukan seni menyusun undang-undang.
Membuat undang-undang adalah perbuatan politik karena itu tidak dapat dilepaskan
dari persoalan politik. Yang menjadi pertanyaan adalah politik yang bagaimana yang
dapat meyakinkan masyarakat, khususnya Badan Pembuat Undang-undang bahwa

46
norma-norma dalam al-Quran itu apabila dituangkan dalam bentuk undang-undang
atau bentuk peraturan perundang-undangan lainnya, dapat memenuhi keadilan setiap
orang.

Seperti yang sudah kita bahas tentang pelaksanaan hukum Islam pada masa
awal penegakan Islam dapat kita lihat bahwa aturan Islam tersebut bila diterapkan
dengan benar-benar oleh manusianya sebagai pribadi yang menyadari bahwa dirinya
adalah ciptaan Tuhan dan harus bertanggung jawab atas segala perbuatannya terhadap
Sang Pencipta, maka persoalan penegakan hukum yang selalu terjadi di Indonesia akan
hilang. Hal ini berpulang kepada manusia sebagai pembuat hukum. pelaksana hukum
dan pengguna hukum untuk dapat menegakkan hukum seadil-adilnya dengan melihat
kondisi dan situasi masyarakatnya.

Apabila teori pertingkatan hukum ini kita terapkan pada permasalahan hukum Islam
sebagai sumber hukum nasional pada masa yang akan datang, maka gambaran
pertingkatan hukumnya adalah sebagai berikut :

a. Norma Abstrak : Nilai-nilai di dalam Kitab suci al-Quran (universal dan


tidak boleh diubah manusia).

b. Norma Antara : Asas-asas (principles) serta pengaturan, hasil kreasi


manusia sesuai dengan situasi, kondisi, budaya, dan kurun waktu, yang
muncul sebagai peraturan negara, pendapat ulama, pakar ilmuwan, atau
kebiasaan.

c. Norma Kongkret : Semua hasil penerapan dan pelayanan hukum kreasi


manusia bukan nabi, serta hasil penegakan hukum di pengadilan (hukum
positif. living law).

Pelaksanaan hukum Islam pada masa awal tegaknya Islam di jazirah Arab
berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh al-Quran dan
Hadits Rasul. Bila tidak terdapat ketentuannya dalam kedua sumber di atas maka para
sahabat berijtihad dengan menggunakan akal pikirannya berdasarkan al-Quran dan
Hadits dalam memutuskan suatu perkara. Fungsi hukum Islam saat itu bagi umat Islam

47
tidak dapat dipisahkan dari karakteristik hukum Islam.

Sistem hukum Islam di Indonesia kedudukkannya sama dan sederajat dengan sistem
hukum lainnya yang hidup di Indonesia, yaitu hukum adat dan hukum barat. Selain itu
juga menjadi sumber pembentukan hukum nasional yang akan datang.

Hukum Islam sebagai hukum yang hidup tetap akan ada sebagai kelengkapan dari
hukum nasional. Penerapan dan penegakan hukum Islam di Indonesia dapat
dituangkan ke dalam hukum nasional baik melalui hukum positif Islam maupun
melalui nilai-nilai hukum Islam yang berlaku bagi seluruh warga negara. Keduanya
dipengaruhi oleh political will yang akan membentuk politik hukum perundang-
undangan.

48
BAB IV

KEWAJIBAN MENEGAKKAN AMAR MAKRUF DAN NAHI


MUNKAR

4.1 Pengertian Amar Makruf Nahi Munkar

1. Secara Etimologis

Pada hakikatnya Amar makruf nahi Munkar terdapat empat penggalan kata yang
apabila dipisahkan satu sama lain mengandung pengertian sebagai berikut: amar,
maruf, nahi, Munkar. Manakala keempat kata tersebut digabungkan, Sedangkan
menurut DR.Ali Hasbullah Amar ialah suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih
tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya. Selanjutnya
makruf yang berarti semua kebaikan yang dikenal oleh jiwa manusia dan membuat
hatinya tentram, sedangkan munkar adalah lawan dari makruf yaitu durhaka, perbuatan
munkar adalah perbuatan yang menyuruh kepada kedurhakaan.

Nahi menurut bahasa larangan, menurut istilah yaitu suatu lafadz yang digunakan
untuk meninggalkan suatu perbuatan, sedangkan menurut ushul fiqih adalah, lafadz
yang menyuruh kita untuk meninggalkan suatu pekerjaan yang diperintahkan oleh
orang yang lebih tinggi dari kita. Jadi bisa disimpulkan bahwa Allah berupa iman dan
amal salih. “Amar” adalah suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih tinggi
kedudukannya kepada yang lebih rendah kedudukannya. Selanjutnya kata “ma’ruf”
mempunyai arti “mengetahui” bila berubah menjadi isim kata ma’ruf maka secara
harfiah berarti terkenal yaitu apa yang dianggap sebagai terkenal dan oleh karena itu
juga diakui dalam konteks kehidupan sosial namun ditarik dalam pengertian yang
dipegang oleh agama islam. Sedangkan Nahi menurut bahasa adalah larangan, menurut
istilah adalah suatu lafad yang digunakan untuk meninggalkan suatu perbuatan.
Sedangkan menurut ushul fiqh adalah lafad yang menyuru kita untuk meninggalkan
suatu pekerjaan yang diperintahkan oleh orang yang lebih tinggi dari kita.

Dari pengertian di atas, nampaknya amar makruf nahi munkar merupakan


rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena kalimat tersebut suatu
istilah yang dipakai dalam al-Qur’an dari berbagai aspek, sesuai dari sudut mana para

49
ilmuan melihatnya, oleh karena itu boleh jadi pengertiannya cenderung kea rah
pemikiran iman, fiqih dan akhlak.

2. Secara Terminologis

Salman al-Audah mengemukakan bahwa Amar Makruf Nahi Munkar adalah


segala sesuatu yang diketahui oleh hati dan jiwa tentran kepadannya, segala sesuatu
yang di cintai oleh Allah SWT. Sedangkan nahi munkar adalah yang dibenci oleh
jiwa, tidak disukai dan dikenalnya serta sesuatu yang dikenal keburukannya secara
syar’i dan akal. Sedangkan imam besar Ibn Taimiyah menjelaskan bahwa amar
makruf nahi munkar adalah merupakan tuntunan yang diturunkan Allah dalam kitab-
kitabnya, disampaikan Rasul-rasulnya, dan merupakan bagian dari syariat islam.7
Adapun pengertian nahi munkar menurut Ibnu Taimiyyah adalah mengharamkan
segala bentuk kekejian, sedangkan amar makruf berarti menghalalkan semua yang
baik, karena itu yang mengharamkan yang baik termasuk larangan Allah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Jika amar makruf dan nahi mungkar
merupakan kewajiban dan amalan sunah yang sangat agung (mulia) maka sesuatu yang
wajib dan sunah hendaklah maslahat di dalamnya lebih kuat/besar dari mafsadatnya,
karena para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan dengan membawa hal ini, dan
Allah tidak menyukai kerusakan, bahkan setiap apa yang diperintahkan Allah adalah
kebaikan, dan Dia telah memuji kebaikan dan orang-orang yang berbuat baik dan
orang-orang yang beriman serta beramal saleh, serta mencela orang-orang yang
berbuat kerusakan dalam beberapa tempat, apabila mafsadat amar makruf dan nahi
mungkar lebih besar dari maslahatnya maka ia bukanlah sesuatu yang diperintahkan
Allah, sekalipun telah ditinggalkan kewajiban dan dilakukan yang haram, sebab
seorang mukmin hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam menghadapi hamba-Nya,
karena ia tidak memiliki petunjuk untuk mereka, dan inilah makna.”

Perintah melakukan sesuatu yang baik dan melarang semua yang keji akan
terlaksana secara sempurna, karena diutusnya Rasulullah SAW oleh Allah SWT, untuk
menyempurnakan akhlak mulia bagi umatnya. Dalam surat al-Maidah ayat 3
dijelaskan, bahwa:

50
“pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai islam itu jadi agama bagimu. Maka
barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Jelas, Allah telah menyempurnakan agama ini untuk kita, telah melengkapi
nikmat kepada kita, juga ridho islam sebagai satu-satunya agama bagi umat manusia,
oleh karena itu umat Muhammad SAW. Sebagai umat yang baik. Dalam surat Ali
Imran ayat 110 juga dijelaskan bahwa:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekirannya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”

Ayat ini mengedepankan mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran atas
iman, padahal iman merupakan dasar bagi setiap amal shalih, sebagai isyarat tentang
pentingnya mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran, dimana
umat Islam dikenal dengannya, bahkan ia merupakan ciri utama yang membedakannya
dari umat-umat lain, dan dilahirkan bagi umat manusia untuk melaksanakan kewajiban
mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sesungguhnya Allah yang
maha tinggi dan maha kuasa mengingatkan umat Islam agar tidak lupa pada tugas
utamanya dalam kehidupan ini, atau bermalasmalasan dalam melaksanakannya, yaitu
mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Dengan jelas Allah menegaskan bahwa umat islam adalah sebaik baik umat
yang senantiasa berbuat ihsan sehingga keberadaannya sangat besar manfaatnya bagi
segenap umat manusia. Dengan amar makruf nahi munkar berarti menyempurnakan
bagin umat yang lain tidak ada yang memerintahkan untuk melaksanakan semua
makruf bagi kemaslahatan seluruh umat lapisan manusia dan tidak pula melarang
semua orang dari berbuat kemungkaran. Dan dari beberapa Hadist juga dijelaskan
bahwa diwajibkan kepada setiap Muslim melakukan amar makruf dan nahi munkar.
Dikeluarkan oleh (takhrifi oleh Muslim dari hadits Ibnu Mas'ud Ra dari Nabi Saw.
Yang menjelaskan bahwa:

51
“Tiadalah dari seorang Nabi yang diutus AIIah kepada suatu umat sebelum aku
melainkan dari umatnya ia mempunyai penolong (hawairyyum) dan sahabat yang
mereka berpegang teguh pada sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian
sesudah mereka muncul generasi-generasi penerus yang mereka mengatakan sesuatu
yang mereka sendiri tidakmelakukannya, dan melakukan sesuatu yang mereka tidak
diperintahkan. Maka bagi yang berjihad terhadap mereka dengan tangannya, ia seorang
yang beriman dan siap yang berjihad terhadap mereka dengan lisannya, ia adalah
seorang yang beriman, dan siapa yang berjihad terhadap mereka dengan hatinya, ia
juga seorang yang beriman. Dan sesudah itu tidak ada sebesar biji sawipun iman. "

Hadits-hadits tersebut dan banyak hadits-hadits lain yang semakna -


menunjukkan bahwa wajibnya menentang kemungknran (al-munkar) hanyalah
menurut kemampuan yang ada. Tetapi penentangan dengan hati adalah
keharusan.Maka jika hati tidak mau menentang, itu pertanda hilangnya iman dari
orang yang bersangkutan. Diriwayatkan oleh Abu juhaifah, ia menceritakan: Ali Ra
pernah berkata:

"sesungguhnya jihad pertama yang harus diatasi adalah jihad dengan tangan kalian,
kemudian jihad dengan lisan, lalu dengan hati. Barang siapa hatinya tidak mengetahui
kebaikan (al-ma'ruf) dan menentang kemunkaran (almunkar), maka ia jungkir balik,
yang di atas menjadi di bawah. "

A. Amar Makruf Nahi Munkar dalam Kehidupan Manusia

Al-Qur’an adalah kitab Tuhan yang universal, berlaku kapan saja, dimana
saja, dan untuk siapa saja. Dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak kita temui
orang-orang yang selalu menyerukan kebaikan dan melarang berbuat kemungkaran,
bahkan diri kita sendiri pun disadari atau tidak selalu menyerukan kebaikan dan
melarang melakukan kejahatan, baik melalui tulisan maupun melalui sumbang saran
terhadap sesuatu. Amar makruf nahi munkar tidak hanya menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan pokok-pokok agama saja atau ideologi semata. Amar makruf nahi
munkar juga bisa saja berkaitan dengan kehidupan sosial, politik, budaya maupun
hukum. Contohnya, ketika seseorang menyarankan temannya yang masih
membujang untuk segera menikah, berarti orang tersebut telah melakukaan amar

52
makruf. Contoh lain, ketika seorang pemimpin berusaha untuk memberantas korupsi,
maka pemimpin tersebut telah ber-nahi munkar’, dan seterusnya. Mengajak kepada
kebaikan itu baik, melarang kemungkaran juga baik. Apabila kebaikan selalu
diserukan, tetapi masih ada saja yang melakukan kemunkaran, maka kemungkaran
tersebut harus dirubah atau di perbaiki.

1. Aspek Sosial

Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan ciri


utama masyarakat orang-orang yang beriman, setiap kali al-Qur'an memaparkan
ayat yang berisi sifat-sifat orang-orang beriman yang benar, dan menjelaskan
risalahnya dalam kehidupan ini, kecuali ada perintah yang jelas, atau anjuran dan
dorongan bagi orang-orang beriman untuk mengajak kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran, maka tidak heran jika masyarakat muslim menjadi
masyarakat yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, karena
kebaikan negara dan rakyat tidak sempurna. Amar makruf nahi mungkar termasuk
kewajiban terpenting dalam masyarakat muslim, selain shalat dan zakat, terutama di
waktu umat Islam berkuasa di muka bumi, dan menang atas musuh, bahkan
kemenangan tidak datang dari Allah, kecuali bagi orang-orang yang tahu bahwa
mereka termasuk orang-orang yang melakukannya, dalam QS. Al-Hajj: 40-41
dijelaskan:

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.


Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang
yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah menggambarkan masyarakat


yang amar makruf dan nahi mungkar, dan masyarakat tidak melakukan amar makruf
nahi mungkar, dengan para penumpang kapal yang mengundi tempat di kapal,
sebagian mendapat tempat di atas dan sebagian mendapat tempat di bawah, orang-
orang yang bertempat di bawah apabila ingin mengambil air, mereka harus melewati
orang-orang yang ada di bagian atas, maka mereka berkata: kalau saja kita melubangi

53
kapal agar tidak mengganggu orang di atas. Jika mereka membiarkan kemauan
mereka, maka akan binasa semua, dan jika mereka dihalangi maka semuanya akan
selamat.

Ini adalah gambaran yang indah bagi pengaruh amar makruf dan nahi mungkar dalam
masyarakat, dari hadits tersebut jelas bahwa amar makruf dan nahi munkar bisa
menyelamatkan orang-orang lalai dan orangorang ahli maksiat dan juga orang lain
yang taat dan istiqamah, dan bahwa sikap diam atau tidak peduli terhadap amar ma'ruf
dan nahi mungkar merupakan suatu bahaya dan kehancuran, ini tidak hanya mengenai
orangorang yang bersalah saja, akan tetapi mencakup semuanya, yang baik dan yang
buruk, yang taat dan yang jahat, yang takwa dan yang fasik. Amar makruf dan nahi
munkar merupakan hak dan kewajiban rakyat.

Dalam masyarakat muslim amar ma'ruf dan nahi mungkar merupakan hak dan juga
kewajiban bagi mereka, ia merupakan salah satu prinsip politik dan sosial, al-Qur'an
dan hadits nabi telah menjelaskan hal itu dan memerintah orang untuk memberikan
nasihat atau kritik bagi pemangku kekuasaan dalam masyarakat, dan minta penjelasan
hal-hal yang menjadi kemaslahatan rakyat, atau mengingkari hal-hal yang tidak
menjadi maslahat bagi rakyat.

Tolok ukur kebaikan dan kemungkaran adalah syari'at dalam satu sisi, dan
kemaslahatan rakyat dari sisi lain. Ini merupakan persoalan yang luas dari tuntutan
rakyat pada penguasa, khususnya dalam mencegah kezaliman, tidak menerimanya atau
bersabar atasnya. Al-Qur'an telah menganggap terjadinya kezaliman dari penguasa,
dan diamnya rakyat atas kezaliman tersebut merupakan suatu dosa besar dari kedua
belah pihak, yang bisa mengakibatkan turunnya siksa di dunia, dan juga di akhirat
kelak.

Apabila kita perhatikan seluruh ajaran islam dan menyelami rahasia-rahasia hikmah
yang terkandung di dalam ajarannya, tentu kita akan memperoleh kesimpulan bahwa
semuannya itu menuju kepada tujuan yang satu, yaitu menyempurnakan akhlak
manusia, mudah untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat, dan membuka jalan
kebahagiaan masyarakat, kejayaan bangsa dan kejayaan umatnya terletak pada
akhlaknya. Selama bangsa itu masih memegang pada norma-norma dan kesusialaan

54
yang teguh, maka selama itu bangsa menjadi jaya dan bahagia.

Yang hendak dikendalikan akhlak adalah tindakan lahir manusia, akan tetapi oleh
karena tindakan lahir itu tidak dapat terjadi jika tidak didahului oleh gerak-gerik batin
(tindakan hati), maka tindakan batin ini termasuk lapangan yang diatur oleh akhlak
juga. Karena itu setiap orang diwajibkan menguasai batinnya, mengontrol hatinya,
karena hati sumber dari segala tindakan lahir. Apabila seseorang dapat menguasai
tindakan batinnya, maka dapatlah ia menjadi orang yang berakhlak baik.

Dalam pembinaan pribadi seseorang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari
pembinaan kehidupan beragama, karena kehidupan beragama adalah bagian dari
kehidupan itu sendiri, sikap atau tindakan seseorang dalam hidupnya tidak lain dari
pantulan pribadinnya yang tumbuh dan berkembang sejak lahir, bahkan telah mulai
sejak dalam kandungan. Semua pengalaman yang dilalui sejak dalam kandungan
mempunyai pengaruh terhadap pembinaan pribadi, bahkan diantara ahli jiwa yang
berpendapat bahwa pribadi itu tidak lain dari kumpulan pengalaman yang dilalui dan
diterimannya sejak lahir.17Tindakan-tindakan ritual seperti shalat dan membaca do’a,
agama lebih dari keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku
itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur (berakhlak karimah), atas dasar
percaya atau iman kepada Allah dan tanggung jawab pribadi dihari kemudian.

Kalau kita pahami bahwa agama akhirnya menuju kepada penyempurnaan keluhuran
pribadi, karena memang tujuan utama agama adalah menyempurnakan akhlak manusia
yang berbudi luhur serta membentuk keutuhan manusia atas dasar iman atau percaya
pada Allah SWT. Maka dari itu bisa tercipta kehidupan bermoral di muka bumi, hanya
dengan landasan moral itulah maka suatu bangsa akan teguh berdiri, jika sebaliknya
maka Negara akan hancur luluh.

Amar makruf merupakan tawaran konsep dan tatanan sosial yang baik (terkonsepkan
secara konkrit), sebagai solusi yang baik berupa contoh yang sudah ada maupun
berupa usulan ketika kita mengadakan nahi munkar yang merupakan tindakan
pencegahan atau penghapusan akan halhal yang jelek/salah. Sudah pasti untuk hal-hal
tertentu dalam menjalankan nahi munkar (atau bukan juga amar ma’ruf) diperlukan
kemauan politik setidaknya dorongan politik, mereka yang mempunyai otoritas. Hal

55
ini ibarat kepastian hukum (new enforcement) terhadap para pelaku kriminal, lebih-
lebih kriminal dalam hal sosial.

2. Aspek Politik

Sudah dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 104, bahwasanya menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, maka
perlu kita pahami bersama, bahwa ajaran amar makruf nahi munkar tersebut bukan
tanpa metode, dan mekanisme yang sesuai dengan tatanan kehidupan masyarakat.
Allah SWT pun telah mengajarkan bagaimana kita seharusnya melakukan amar
makruf nahi munkar.

Maka, dalam hal ini, tidak ada kebebasan bagi sembarang orang atau kelompok untuk
secara langsung melakukan tindakan kekerasan atas dasar amar makruf nahi munkar,
kecuali atas dasar otoritas yang diberikan oleh negara. Otoritas inilah yang dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini dapat dipahami sebagai makna
dari “biyadihi"/dengan tangan” dalam hadis yang dikutip sebelumnya, tentang anjuran
merubah kemungkaran. Selain itu, implementasi amar ma’ruf nahi munkar juga harus
didasari dengan penghargaan akan keniscayaan perbedaan dan keragaman yang
tumbuh dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang majemuk. Oleh
karenanya, prinsip tasamuh tidak dapat dipisahkan dalam melakukan amar makruf nahi
munkar. Dengan demikian, maka umat muslim Indonesia, sebagai mayoritas di negeri
ini, dapat memperkokoh tegaknya negara hukum Indonesia.

Dalam hal ini, tidak ada kebebasan bagi semua orang atau kelompok untuk secara
langsung melakukan tindakan kekerasan atas dasar amar makruf nahi munkar, kecuali
atas dasar otoritas yang diberikan oleh negara. Otoritas inilah yang dalam konteks
kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini dapat dipahami sebagai makna dari
“biyadihi/dengan tangan” dalam hadis yang dikutip sebelumnya, tentang anjuran
merubah kemungkaran. Selain itu, implementasi amar makruf nahi munkar juga harus
didasari dengan penghargaan akan keniscayaan perbedaan dan keragaman yang
tumbuh dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang majemuk. Oleh
karenanya, prinsip tasamuh tidak dapat dipisahkan dalam melakukan amar makruf nahi
munkar. Dengan demikian, maka umat muslim Indonesia, sebagai mayoritas di negeri

56
ini, dapat memperkokoh tegaknya negara hukum Indonesia.

Dalam hal ini, tidak ada kebebasan bagi sembarang orang atau kelompok untuk secara
langsung melakukan tindakan kekerasan atas dasar amar makruf nahi munkar, kecuali
atas dasar otoritas yang diberikan oleh negara. Otoritas inilah yang dalam konteks
kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini dapat dipahami sebagai makna dari
“biyadihi/dengan tangan” dalam hadis yang dikutip sebelumnya, tentang anjuran
merubah kemungkaran. Selain itu, implementasi amar ma’ruf nahi munkar juga harus
didasari dengan penghargaan akan keniscayaan perbedaan dan keragaman yang
tumbuh dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang majemuk. Oleh
karenanya, prinsip tasamuh tidak dapat dipisahkan dalam melakukan amar ma’ruf nahi
munkar. Dengan demikian, maka umat muslim Indonesia, sebagai mayoritas di negeri
ini, dapat memperkokoh tegaknya negara hukum Indonesia.

Pengawasan terhadap pemerintah dan kebebasan menyampaikan pendapat kepada


penguasa baik berkaitan dengan harta maupun politik merupakan prinsip-prinsip dasar
konstitusi yang diakui, karena ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits nabi telah
menegaskannya, sebagaimana juga ia telah menjadi tradisi politik yang belaku pada
masa dahulu, dan secara teori hal ini masih tetap diterima di kalangan umat Islam
secara umum dan khusus, akan tetapi praktiknya menjadi lemah apabila yang menjadi
penguasa adadalah orangorang zalim, dan ia akan kembali lagi diterapkan jika yang
naik ke pucuk pimpinan adalah orang yang adil dan baik.

Adapun para ulama, mereka tidak mengabaikan prinsip ini, banyak dari mereka yang
mengalami tekanan dan siksaan, sebagaimana yang terjadi pada Said bin Jubair, Imam
Malik, Imam Ahmad, Ibnu Taimiyah dan lain-lain di beberapa masa dan beberapa
Negara.

Konsep Amar makruf nahi munkar dalam bidang hukum merupakan gagasan, cita-cita
penegakkan hukum dan keadilan serta penanggulangan atau pencegahan kejahatan.
Penegakkan hukum sangat tergantung (kemauan politik) penyelenggara Negara pada
umumnya dan profesi penegak hukum pada khususnya yang terdiri dari polisi, jaksa,
penasehat hukum dan hakim. Reformasi dan sosialisasi konsep Amar makruf nahi
munkar dalam bidang hukum berarti penegakkan hukum dalam masyarakat dan

57
Negara dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Amar makruf nahi munkar merupakan statemen tanpa terkecuali baik laki-laki maupun
perempuan, yang miskin atau yang kaya, seorang pemimpin atau yang bawahan, kulit
hitam maupun kulit putuh, buruh maupun pengusaha, dan seterusnya. Amar makruf
nahi munkar memiliki kekuatan penegakkan terhadap prinsip-prinsip keadilan,
kejujuran, dan perlu dijalankan berdasarkan sidiq, amanah, fathonah, tabligh, dan
istiqomah serta sabar. Hal ini hendaknya mampu menghilangkan rasa riya’, sum’ah,
ujub, dengki, munafik, kufur, dan lain sebagainnya.

Gerakan amar makruf nahi munkar dengan muatan-muatan penegakkan dan penerapan
prinsip itu ditujukan sebagai landasan gerak setiap muslim. Semua dijalankan secara
global, konferhensip, stimulant dan berkelanjutan. Serta antara amar makruf nahi
munkar sebagai satu kesatuan perjuangan bak dua sisi sekeping mata uang.

B. Gerakan Amar Makruf Nahi Munkar

Menurut, ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq
Syihab menegaskan, medan juang Islam terdiri dari tiga bagian, yakni: Dakwah,
Hisbah, dan Jihad. Ketiga medan juang ini hendaknya jangan dibenturkan. Ketiga
medan ini wajib disinergikan. Jangan mimpi meraih kejayaan Islam, jika diantara kita
meninggalkan satu medan juang tanpa alasan yang jelas.

“Setiap medan memiliki ciri khas dan perannya masing-masing. Dalam


pelaksanaannya, aktivis dakwah harus menggeluti medan juang yang menjadi
pilihannya, sesuai kapasitas keilmuan dan kemampuan yang dimiliki,”

Lebih jauh, Habib Rizieq menguraikan satu per satu medan juang umat Islam yang
harus dijalani. Khusus medan juang di bidang dakwah, seorang aktivis dakwah yang
mengajak untuk suatu kebaikan, harus berperilaku ramah, sopan, lemah lembut, arif
dan bijak, serta menjadi suri tauladan. Setiap aktivis yang menggeluti dakwah, tidak
boleh bengis, garang, dan kasar. Jika bengis, tentu orang yang akan diajak menuju
kebaikan akan lari meninggalkan pendakwah.

“Al Qur’an telah memberi panduan bagaimana cara berdakwah kepada ahli kitab.
Seorang yang memilih medan juang dakwah, selain memiliki ilmu yang bermanfaat,

58
juga harus sesuai antara ucapan dan perbuatan. Jika suatu kaum menantang untuk
berdialog, maka debatlah dengan cara yang baik. Contoh akhlak Nabi. Jika dengan
orang kafir saja diajarkan untuk berdialog secara baik, apalagi dengan sesama
Muslim,”

Adapun medan juang Hisbah adalah upaya menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Menurut Habib Rizieq, amar makruf itu berbentuk seruan dan instruksi yang tegas
kepada masyarakat untuk berbuat kebaikan. Nabi Muhammad Saw ketika
menyampaikan amar makruf bak komando pasukan tempur, suaranya lantang dan
matanya sampai terlihat memerah.

“Mengajak anak shalat, mentradisikan mematikan televisi saat Maghrib, melarang


untuk merokok adalah bentuk amar maruf. Karena itu orang tua harus memberi
teladan,”

Jika medan juang dakwah dituntut untuk bersikap lembut, amar makruf bersikap
tegas, sedangkan nahi mungkar lebih tegas lagi. Dulu, Nabi Saw pernah memecahkan
gentong-gentong miras, meninju orang mabuk di pasar karena meresahkan warga di
sekitarnya, termasuk memerintahkan untuk membakar masjid dhiror. Habib
mengatakan:

“Masjid yang dibangun untuk memecah belah kaum muslimin saja dibakar, apalagi
tempat kemaksiatan yang lain. Jika Nabi hidup di masa kini, bukan tidak mungkin,
sarang judi, tempat pelacuran, pabrik miras, dan tempat kemaksiatan akan
diperintahkan untuk dibakar. Dalam konteks sekarang, aparat pemerintahlah yang
harus tegas menutup (segel) tempat maksiat seperti itu, bukan untuk mengambil atau
mendahului wewenang pemerintah dan aparat kepolisian, tapi mendorong pemerintah
untuk menegakkan hisbah (amar maruf nahi mungkar). Sebagai umat Islam, dalam
menyikapi kemungkaran hendaknya jangan menjadi penonton, tapi ambil bagian untuk
itu.

59
BAB V

FITNAH AKHIR ZAMAN

5.1 Pengertian Fitnah

Fitnah maknanya adalah cobaan dan ujian. Di akhir zaman akan


bermunculan berbagai macam fitnah yang semakin beragam dan semakin
berat. Sehingga manusia yang berada pada zaman tersebut akan merasakan
ujian kehidupan yang tidak ringan.Di antara fitnah yang muncul di akhir
zaman adalah :

1. Banyaknya Praktek Kesyirikan

Kesyirikan merupakan dosa besar yang terbesar. Semakin jauhnya


manusia dari masa kenabian, menjadikan manusia semakin berani
menyelisihi petunjuk Nabi . Sehingga pelan-pelan manusia akan terseret
ke dalam jurang kesyirikan tanpa ia sadari. Allah berfirman dalam QS.
An-Nur : 63. Dijelaskan:

”Maka hendaklah takut orang-orang yang menyelisihi perintah Rasul


mereka akan ditimpa fitnah atau ditimpa azab yang pedih.”

Imam Ahmad berkata:

”Tahukah engkau apakah fitnah yang dimaksud? Fitnah tersebut adalah


kesyirikan, jika seorang menolak sebagian sabda Nabi maka hatinya akan
ditimpa sesuatu, berupa kecondongan kepada kesesatan yang akan
membinasakan(nya).”

2. Banyak Terjadi Perpecahan

Di akhir zaman akan muncul perpecahan di kubu kaum muslimin.


Sehingga dengan perpecahan tersebut akan mengurai kekuatan kaum
muslimin dan akan banyak energi yang terbuang. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah ia berkata, Rasulullah bersabda;

“Dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan.”

60
3. Banyaknya Pembunuhan

Di akhir zaman nyawa manusia menjadi murah harganya. Terkadang


karena permasalahan yang sepele darah ditumpahkan. Selain itu pula
banyak terjadi peperangan di akhir zaman. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda;

“Tidak akan terjadi Hari Kiamat hingga banyaknya ‘Al-Harju.’” Para


sahabat bertanya, ”Apa yang dimaksud dengan ’AlHarju,’ wahai
Rasulullah?” Rasulullah a bersabda, ”Pembunuhan-pembunuhan.” HR.
Muslim Juz 4 : 157.

4. Munculnya Syubhat (Kesamaran)

Di akhir zaman banyak tulisan dan buku-buku. Di satu sisi ini merupakan
kenikmatan dan kemudahan. Namun disisi lain, jika tulisan dan buku-
buku tersebut tidak disusun berdasarkan sumber rujukan yang benar, maka
justru akan menimbulkan syubhat (kesamaran) bagi pembacanya.
Sehingga akan menjadi samar pula antara kebenaran dengan kebatilan.
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud , bahwa Rasulullah bersabda;

“Sesungguhnya dihadapan Hari Kiamat (akan terjadi); memberi salam


hanya kepada orang khusus. Tersebarnya perdagangan hingga seorang
wanita membantu suaminya di dalam berdagang. Terputusnya
silaturrahim, saksi palsu, disembunyikannya saksi yang benar, dan
tersebarnya pena.” HR. Ahmad.

5. Tersebarnya fitnah Wanita

Jumlah wanita di akhir zaman mengalahkan jumlah laki-laki. Dan banyak


di antara mereka yang tidak mengerti bagaimana seharusnya berhijab
secara syar’i, sehingga akan menimbulkan fitnah yang besar bagi kaum
laki-laki. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda;

“Sepeninggalku tidak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki

61
daripada (fitnahnya) wanita.” HR. Muslim Juz 4 : 2470.

6. Terbukanya Lumbung-lumbung Harta

Perhatian utama sebagian besar manusia akhir zaman adalah harta. Hal
inilah yang menjadikan maraknya perdagangan di akhir zaman. Padahal
bukanlah kefakiran yang ditakutkan oleh Rasulullah akan menimpa umat
ini, akan tetapi yang ditakutkan oleh Rasulullah adalah ketika
dibukakannya lumbung harta, sehingga manusia akan berlomba-lomba
untuk memperebutkannya. Rasulullah pernah bersabda;

“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang lebih aku takutkan menimpa


kalian, akan tetapi yang aku takutkan atas kalian jika dunia dibentangkan
kepada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang-orang
sebelum kalian. Sehingga kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka
berlomba-lomba, dan (dunia) akan menghancurkan kalian sebagaimana
(dunia) telah menghancurkan mereka.” HR. Bukhari .

A. KIAT MENGHADAPI FITNAH AKHIR ZAMAN

Ada beberapa kiat dalam menghadapi fitnah akhir zaman, antara lain :

1. Hadir Dalam Majelis Ilmu

Di antara cara untuk menjaga konsistensi iman di akhir zaman adalah


dengan menghadiri majelis-majelis keilmuan. Karena di dalam majelis ilmu
seorang akan ditunjukkan kepada jalan kebenaran dan kebaikan, dan ia akan
dibimbing di atasnya. Di dalam majelis ilmu seorang dimotivasi untuk
melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Sehingga dengan demikian
diharapkan keimanannya akan terus kontinu dan konsisten. Karena demikian
pentingnya duduk dalam majelis ilmu, sehingga ‘Umar bin Khaththab y pernah
berkata;

”Sesungguhnya seorang keluar dari rumahnya dengan membawa dosa


sebesar gunung Tihamah. Jika mereka mendengarkan ilmu, (maka) ia akan
takut kemudian akan bertaubat. (Dan) ia kembali ke rumahnya dalam keadaan

62
tidak berdosa lagi. Maka janganlah engkau berpisah dari majelis para ulama’.”

1. Sibukkan Diri Dengan Ibadah dan Amalan Kebaikan


Dengan menyibukkan diri dengan ibadah dan amal kebaikan akan lebih
bermanfaat bagi seorang muslim untuk kehidupannya di dunia dan di akhirat. Dan
seorang yang menyibukkan dirinya dengan kebaikan, maka ia tidak akan
mempunyai waktu untuk melakukan keburukan. Dengan demikian, hari-harinya
akan terisi dengan hal-hal kebaikan dan ketaatan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah y
ia berkata, bahwa Rasulullah bersabda;

“Bersegeralah untuk beramal (sebelum datangnya) fitnah-fitnah seperti potongan


malam yang gelap. Pagi harinya seorang masih beriman, namun sore harinya ia telah
kafir. Atau sore harinya seorang masih beriman, namun pagi harinya ia telah kafir. Ia
menjual agamanya dengan sedikit bagian dari dunia.”

Imam Asy-Syafi’i 5 pernah berkata;


“Aku bertemu dengan orang-orang sufi, aku tidak mengambil manfaat (dari mereka),
kecuali dua kata; Pertama, waktu seperti pedang jika engkau tidak memotongnya, maka
ia yang akan memotongmu. Kedua, jika engkau tidak menyibukkan dirimu dalam
kebenaran, maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan.”

2. Mejauhi Berbagai Macam Syubhat dan Syahwat


Hati manusia itu lemah, sedangkan syubhat menyambar-nyambar.Sebagaimana
perkataan Imam Adz-Dzahabi , menukil perkataan imam-imam salaf;
“Hati itu lemah dan syubhat itu menyambar-nyambar.”
Sehingga barangsiapa yang menjauhkan diri dari syubhat, maka ia telah
menyelamatkan agamanya. Diriwayatkan dari Abu ‘Abdillah Nu’man bin Basyir
y ia berkata, Rasulullah bersabda;
“Barangsiapa menjaga diri dari yang syubhat, maka berarti ia telah
menyelamatkan agamanya.”
Demikian pula dengan menjauhi berbagai macam hal-hal yang
merangsang syahwat akan menjadikan hati bersih. Dan ketika syahwat

63
diperturutkan, maka banyak waktu yang akan terbuang dalam perkara yang sia-
sia.

3. Senantiasa Berdoa Kepada Allah


Hendaklah seorang muslim berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari
berbagai fitnah kehidupan dan dijadikan hatinya senantiasa istiqamah dalam
kebenaran dan ketaatan. Karena hati manusia berada di antara Jari-jemari Allah ,
maka Allah lah yang mampu memberikan hidayah kepada hati tersebut agar
tetap istiqamah di atas kebenaran dan kebaikan, atau memalingkanya kepada
kesesatan –wal’iyadzubillah.- Dan hendaknya seorang muslim juga memohon
perlindungan kepada Allah dari fitnah kehidupan.

4. Keutamaan sebagai Umat Akhir Zaman


1. Amal ibadah yang dilakukan, pahalanya dilipatgandakan 10 kali lipat.
2. 2/3 surga dihuni oleh umat Nabi Muhammad SAW.
3. Di Surga ada 120 shaff, 80 shaff milik umat Nabi Muhammad SAW. Rasio
penduduk neraka dan surga 1000:1. Urutan Surga dari yang paling atas ke
bawah yaitu, Firdaus, ‘Adn, Naim, Makwa, Darussalam, Darul Maqamah
dan Baitul Makmur.
5. Cara Allah Ta’ala Menghapuskan Dosa-dosa kita:
1. Adanya Huru-hara.
2. Adanya Gempa Bumi.
3. Dengan dibunuh, dibantai dan disiksa.

Rasulullah SAW Bersabda: “Bersegeralah Beramal sebelum munculnya fitnah


yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap. Seseorang dipagi harinya
beriman dan di sorenya telah menjadi kafir, atau sorenya masih beriman dan pagi
harinya telah menjadi kafir, menjual agamanya dengan gemerlap dunia.” (HR Muslim).
Fitnah dalam bahasa Arab bisa berarti ujian keimanan, fitnah atau huru hara atau
menuduh tanpa bukti. Allah Ta’ala berfirman: “Apakah manusia mengira bahwa mereka
akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah Beriman’ dan mereka tidak
diuji?’ (QS Al-Ankabut: 2)

64
B. Cara Menjaga Diri dan Keluarga dari Fitnah Akhir Zaman
Cara menjaga diri dan keluarga dari fitnah akhir zaman sebagai berikut:
a. Bentengi dengan aqidah dan Tauhid yang benar. Syaratnya yaitu kembalikan
semua hal kepada Alqur’an dan Hadits.
b. Ikhlas kepada Allah Ta’ala dalam semua Amal.
c. Meninggalkan riya dan kemunafikan.

Tidak boleh taqlid, yaitu hanya mengikuti kebiasaan pendahulu tanpa dasar yang
benar. Allah Ta’ala berfirman: “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah
(mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul.” Mereka menjawab,
“Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya).”
Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” (QS Al-
Maidah : 104).

65
DAFTAR PUSTAKA

http://wwwilmuduniaku.blogspot.com/2016/11/makalah-pengertian-iman.html?m=1
Belajar-Tauhid. 2005. Hal-hal yang membatalkan iman.
(http://belajar-tauhid.blogspot.com/2005/04/hal-hal-yang-membatalkan-iman.html)
Diakses 15 September 2015
Ceritakuaja. 2013. Makalah hakikat islam dan ihsan.
(https://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/25/makalah-hakikat-iman-islam-dan-
ihsan/). Diakses 15 September 2015.
Qamaruddinshadie. 2012. Rukun iman dan cabangnya.
(http://qamaruddinshadie.blogspot.com/2012/07/rukun-iman-dan-cabang-
cabangnya.html) Diakses 15 September 2015-09-28

Anam, Nurul -. “Al-Qur’an Dan Hadits: Dialektika Sains-Teknologi Dan Ilmu


Agama.” Al-Adalah 7, no. 1 (2008): 213–26.

AR., Muhammad. “Sains, Teknologi, Dan Nilai-Nilai Moral.” Elkawnie: Journal of


Islamic Science and Technology V 2, no. 2 (2016): 109–26. www.jurnal.ar-
raniry.com/index.php/elkawnie.

Effendi, "Ensiklopedi Agama dan Filsafat", Cet I, (Palembang: Univ. Brawijaya),


2001.

Muslih, M. “Sains Islam Dalam Diskursus Filsafat Ilmu.” Kalam: Jurnal Studi Agama
dan Pemikiran Islam 8, no. 1 (2014): 1. https://doi.org/10.24042/klm.v8i1.162.

Laila, Izzatul. “Penafsiran Al-Qur’an Berbasis Ilmu Pengetahuan.” Epistemé: Jurnal


Pengembangan Ilmu Keislaman 9, no. 1 (2014).
https://doi.org/10.21274/epis.2014.9.1.45-66.

Ali, M. Daud. Asas-asas Hukum Islam. Jakarta: Rajawali Press, 199 1.

Hosen, Ibrahim. "Fungsi dan Karakteristik Hukum Islam dalam Kehidupan Umat
Islam". Dalam Dimensi Hukum Islam dalam Sislem Hukum Nasional. Jakarta: Gema
Insani Press, 1995 . Him. 85-92.

66
Wahjono, Padmo. "Budaya Hukum Islam dalam Perspektif Hukum di Masa Datang"
dalam Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional. Jakarta: Gema Insani
Press, 1995. Him. 167-176.

Yafie, Ali. "Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Umat". Dimensi Hukum Islam
dalam Sistem Hukum Nasional. Ed. Amrullah Ahmad et. al. Jakarta: Gema Insani
Press, 1996. Him. 93-95.

Salman Bin Fahd al-Audah, Urgensi Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Penj. Ummu
‘udhma’ azmi, (Solo: Pustaka Mantiq),13

Ibnu Taimiyah, Etika Beramar Ma’ruf Nahi Munkar, Penj. Abu fahmi, (Jakarta: gema
Insani Press, 1995), 15

Syeikhul Islam Ibn Taimiyyah. Diterjemahkan Akhmad hasan. Amar Maruf Nahi
Munkar (Perintah Kepada Kebaikan Larangan Dari Kemungkaran), t.t (Departemen
Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah, dan Pengarahan kerajaan Arab Saudi), 5

Habib Muhammad Riziq Shihab, Dialog FPI-Amar Ma’ruf Nahi Munkar, (jakarta,
Ibnu Saidah, 2008), 43
Ghazali, Imam, Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin, Surabaya: Terbit
Terang, 1990
Iwudh, Ahmad Abduh, Mutiara Hadis Qudsi, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006
Qasyimi, Muhammad Jalaludin, Roudhlotul Mu’minin. Terj. Abu Ridho. Semarang:
Assyifa.
Ash Shiddiqey, Muhammad Teungku Hasbi, Al-Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putra, 2001
Nawawi, Imam, Riyadhus Sholihin, Terj. Ahmad Sunarto, Jakarta: Pustaka Amani,
1990
Dahlan, Ali Usman, Hadits Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim, Bandung: CV.
Diponegoro
Tirmidhi, Imam, Sunan At Tirmidhi, Bairut: Darul Kutub Al- Ilmiyah.
https://bisaquran.com/
http://buletin-aliman.blogspot.com/2013/02/fitnah-akhir-zaman.html?m=1

67

Anda mungkin juga menyukai