Anda di halaman 1dari 7

PEMAHAMAN MENGENAI IMAN, ISLAM DAN IHSAN

Antika Melindasari, Asyif Rayendra Aisyah, Echa Veronika


Institut Agama Islam Negeri Mtero Lampung
Email:

Abstrak

Pendahuluan

A. PENGERTIAN IMAN, ISLAM DAN IHSAN


1. Pengertian Iman
Iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan
yang memiliki bebrapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang. Kemudian
al-Ghazali mengartikan iman sebagai “pembenaran”. Sumber: Afiful Ikhwan,
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Berbasis Islam Kontemporer Perspektif
Indonesia, (Jakarta Timur: PT. Tunas Artha Mandiri, 2021), hlm. 60. Dari
segi terminologi, pengertian iman oleh para ahli dimaknai secara berbeda-beda,
namun perbedaan tersebut tidak terlepas dari pengertian iman sebagaimana
dijelaskan oleh Rasulullah ketika Malaikat Jibril datang bertanya kepada-Nya,
yakni “iman adalah pembenaran dan keyakinan terhadap adanya Allah dengan Ke-
Esa-an-Nya, Malaikat, pertemuan dengan-Nya, pada utusan-utusan-Nya dan
percaya pada hari kebangkitan atau hari akhir”. Sumber: Chuzaimah Batubara,
Dkk, HANDBOOK METODOLOGI STUDY ISLAM, (Jakarta Timur:
Prenadamedia Group, 2018), hlm. 66
Menurut Abdul Rahman Abdul Khalid (1996) menjelaskan bahwa, bila
dierhatikan penggunaan kata Iman dalam Al- Qur‟an, akan mendapatinya
dalam dua pengertian dasar, yaitu:
1. Iman dengan pengertian membenarkan adalah mengkonfirmasi berita dari
Allah dan Rasul-Nya. Salah satu hadist shahih diceritakan bahwa
Rasulullah saat menjawab pertanyaan Jibril tentang Iman yang artinya
bahwa apa yang dikatakan Iman adalah kamu percaya kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan kamu
percaya bahwa Qadar baik dan buruk datang dari Allah SWT.
2. Iman dengan arti sedekah atau ber-iltizam dengan amal: sehingga semua
tindakan kebaikan yang tidak bertentangan dengan hukum yang telah
digariskan oleh syara‟. Sumber: M. Hatta, “Implementasi Isi atau Materi
Pendidikan (Iman, Islam, Ihsan, Amal Saleh, Dan Islah) Di SD
Muhammadiyah 7 Pekanbaru”, Indonesia Journal Of Islamic
Educational Management Vol. 2, No. 1, 2019, hlm. 15-16.
Percaya kepada Allah Tuhan Yang maha Esa. Penyataan ini dapat dipahami
bahwa Allah (Yang Esa) menjadi satu-satunya Tuhan yang harus disembah, ini
adalah ajaran yang menjadi misi utama yang merupakan misi Nabi yang pernah
diutus oleh Allah ke bumi sepanjang sejarah kehidupan manusia. Hal ini
ditegaskan dalam ayat Al Qur’an: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah
thaghut itu...” (QS. 16:36). Iman atau kepercayaan akan keesaan Allah dapat
disebut dengan Tauhid. Tauhid merupakan suatu pokok dan akar keimanan yang
menopang semua bagunan Islam, yang dalam Al Qur’an dengan kata Lailaha
illallah yang diucapkan dalam syahadat. Sumber: Kaelany, ISLAM & ASPEK-
ASPEK KEMASYARAKATAN, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), hlm. 41-42.
Iman terdiri atas tiga tingkatan, yaitu:
a) Tingkatan mengetahui/mengenal. Dalam tingkatan pertama ini
sesorang hanya mengetahui apa yang diyakini.
b) Tingkat kesadaran. Pada tingkat kedua ini, keimanan seseorang lebih
tinggi, karena sesuatu yang diyakini didasari oleh alasan tertentu.
c) Tingkat haqqul yaqin, tingkat ini adalah tingkatan iman yang tertinggi.
Seseorang meyakini sesuatu tidak hanya mengetahui adanya alasan
tertentu, tetapi disertai dengan ketaatan dan ketundukan kepada Allah.
Sumber: Masan AF, Pendidikan Agama Islam AKIDAH AKHLAK
Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 2014), hlm. 7
Iman merupakan keyakinan dalam hati yang diucapkan oleh lisan dan
diwujudkan dalam amal perbuatan manusia. keyakinan ini terdiri atas enam rukun
iman, yaitu : iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Allah, Nabi dan Rasul, Hari
Akhir, Qadla dan Qadar. Keenam rukun iman tersebut merupakan bentuk amal
batiniah sebagai wujud dari pengakuan hati manusia terhadap kebesaran Tuhan,
yang nantinya akan mempengaruhi segala aktifitas yang dilakukannya. Iman akan
membawa manusia ke titik penyadaran diri sebagai hamba Tuhan yang tunduk di
bawah kekuasaan Tuhan. Karena manusia merupakan makhluk dengan segala
kelebihan dan kekurangan yang ada. Ketika keyakinan pada keenam rukun iman
tertanam dalam hati, maka kita sebagai manusia akan berusaha menjalani
kehidupan sesuai dengan fitrah dan ketentuan hukum Tuhan yang pada akhirnya
akan membawa kita semua ke arah kehidupan yang berkualitas. Sumber:
Muhammad Asroruddin Al Jumhuri, BELAJAR AQIDAH AKHLAK
SEBUAH ULASAN RINGKAS TENTANG ASAS TAUHID DAN AKHLAK
ISLAMIYAH, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019), hlm. 6.

2. Pengertian Islam
Kata islam berasal dari bahasa Arab yang berarti ketundukan (taslim),
kepasrahan, penerimaan, tidak menolak, dan tidak mendurhakai. Sumber: Taofik
Yusmansyah, Akiah dan Akhlak, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008),
hlm. 11. Islam berarti penyerahan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa, Yang
Maha Perkasa dan Yang Maha Esa. Ketundukan diikuti dengan kepatuhan dan
ketaatan untuk menerima dan melaksanakan setiap perintah dan larangan-Nya.
Tunduk pada aturan dan hukum yang diwahyukan kepada manusia melalui hamba
pilihan-Nya. Aturan dan hukum yang dibuat Allah dikenal sebagai istilah
“Syar’iah”. Sumber: Afiful Ikhwan, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Berbasis
Islam Kontemporer Perspektif Indonesia, (Jakarta Timur: PT. Tunas Artha
Mandiri, 2021), hlm. 65.
Sedangkan menurut istilah, Islam adalah agama yang mengajarkan manusia
untuk berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT. Sehubungan
pengertian Islam, Rasullah saw. bersabda yang artinya adalah: “Islam itu ialah
engkau menyembah Allah (menghambakan diri kepada-Nya), dan tiada engkau
persekutukan Dia dengan suatu yang lain, engkau dirikan salat, engkau
keluarkan zakat yang difardukan, engkau berpuasa di bulan Ramadhan, dan
engkau tunaikan ibadah haji jika engkau mampu pergi ke baitullah.” (HR.
Bukhari)
Orang yang tunduk dan berserah diri kepada Allah disebut Muslim.
Seseorang yang benar-benar Muslim, hidup dan mati hanya untuk mencari
keridhaan dari Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, yang artinya
adalah: “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. An’am, ayat 162) Sumber: Masan AF,
Pendidikan Agama Islam AKIDAH AKHLAK Madrasah Tsanawiyah Kelas
VII, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2014), hlm. 8.
Dapat disimpulkan bahwa islam adalah ketundukan dan ketaatan terhadap
perintah dan larangan Allah. Perintah dan larangan-Nya terkandung dalam ajaran
Islam, oleh karena itu hanya orang yang tunduk dan taat pada ajaran Islam yang
akan mendapatkan keselamatan serta kedamaian hidup dunia dan akhirat.
Dengan Islam sebagai agama, tidak dapat lepas dari keberadaan unsur-
unsur penyusubya yang berupa rukun Islam, yaitu : a) Membaca dua kalimat
Syahadat; b) Mendirikan shalat lima waktu; c) Menunaikan zakat; d) Puasa
Ramadhan; e) Haji ke Baitullah jika mampu. Sumber: Nur Hadi, “Islam, Iman
Dan Ihsan Dalam Kitab Matan Arba‘In An-Nawawi: Studi Materi
Pembelajaran Pendidikan Islam dalam Perspektif Hadis Nabi SAW”, Jurnal
Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 9, No. 1. 2019, hlm.
4-5

3. Pengertian Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi`il) yaitu : – ‫احسا ن‬
‫ن –احسن‬FF‫ يحس‬artinya: ‫ل الحسن‬FF‫( فع‬Perbuatan baik). Sumber: Nur Hadi, “Islam,
Iman Dan Ihsan Dalam Kitab Matan Arba‘In An-Nawawi: Studi Materi
Pembelajaran Pendidikan Islam dalam Perspektif Hadis Nabi SAW”, Jurnal
Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 9, No. 1. 2019, hlm.
5. Ihsan menurut bahasa merupakan lawan dari keburukan. Kata ihsan berasal
dari kata kerja ahsana, yang berarti melakukan sesuatu kebaikan. Sumber:
Ahmad Mukhlasin, Dkk, FILSAFAT MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM,
(Medan: CV. Pusdikara Mitra Jaya, 2021), hlm. 198.
Sedangkan menurut istilah, ihsan merupakan menyembah Tuhan
(beribadah) kepada Allah yang seolah-olah dia melihat Tuhan. Jika Dia tidak
melihat Allah, maka sesungguhnya Allah melihatnya. Rasulullah saw. bersabda:
yang Artinya : “Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-
Nya. Jika kamu tidak dapat melihat-Nya sesungguhnya Allah melihat kamu.”
(HR. Muslim) Sumber: Raras Huraerah, RIPAIL Rangkuman Ilmu
Pengetahuan Agama Islam Lengkap, (Jakarta: JAL Publishing, 2011), hlm.
52. Sehingga Para ulama menggolongkan Ihsan menjadi 4 bagian yaitu: a) Ihsan
kepada Allah; b) Ihsan kepada diri sendiri; c) Ihsan kepada sesama manusia; d)
Ihsan bagi sesama makhluk. Sumber: Ruli Liana Anugrah, Dkk, “ISLAM,
IMAN DAN IHSAN DALAM KITAB MATAN ARBA‘IN ANNAWAWI
(STUDI MATERI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM
PERSPEKTIF HADIS NABI SAW)”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam
Vol. 9, No. 2, 2019, hlm . 34.

B. Hubungan Antara Iman, Islam, dan Ihsan


Iman, Islam dan Ihsan memiliki hubungan yang sangat erat yang tidak dapat
dipisahkan. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan ini kemudian
diwujudkan melalui pelaksanaan rukun Islam. Lalu pelaksanaan rukun Islam dilakukan
dengan cara Ihsan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Rukun Islam
berupa amalan lahiriah yang diatur dalam ilmu fiqih, yaitu ilmu amalan lahiriah manusia
sebagai hamba Allah SWT. Iman dipelajari melalui ilmu tauhid (teologi) yang
menjelaskan pokok-pokok keyakinan. Mempelajari Ihsan sebagai cara beribadah
merupakan bagian dari ilmu tasawuf, yaitu ilmu yang lebih menekankan pada hubungan
spiritual antara manusia dengan khaliqnya. ( Al Jumhuri dan Muh Asrorudin, Belajar
Aqidah Akhlak, (Sleman: CV. Budi Utama,2019), h.8)
Integrasi Iman, Islam dan Ihsan merupakan perpaduan dari tiga perangkat konsep
agama Islam yang sesuai dengan dalil. Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena
seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama tidak cukup jika tidak disertai
dengan Iman. Hubungan Iman, Islam dan Ihsan ini sangat erat. Sebagaimana dalam
hadits nabi SAW: yang artinya: Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata
bahwa Isma"il ibn Ibrahim telah menceritakan kepada kami, Abu Hayyan al Taimiy dari
Abi Zur"ah telah menyampaikan kepada kami dari Abu Hurairah ra berkata: Pada suatu
hari ketika Nabi saw. sedang duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki
dan bertanya, "apakah iman itu?". Jawab Nabi saw.: "iman adalah percaya Allah swt.,
para malaikat Nya, kitabkitabnya, dan pertemuannya dengan Allah, para RasulNya dan
percaya pada hari berbangkit dari kubur. ,,Lalu laki-laki itu bertanya lagi, "apakah Islam
itu? Jawab. Nabi saw., "Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-
Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan dan
berpuasa di bulan Ramadhan." Lalu laki-laki itu bertanya lagi: "apakah Ihsan itu?" Jawab
Nabi saw., "Ihsan ialah bahwa engkau menyembah kepada Allah seakan-akan engkau
melihat-Nya, kalau engkau tidak mampu melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah
melihatmu. Lalu laki-laki itu bertanya lagi: "apakah hari kiamat itu? "Nabi saw.
menjawab: "orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya, tetapi
saya memberitahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya hari kiamat,
yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika penggembala onta dan
ternak lainnya telah berlomba-lomba membangun gedung gedung megah. Termasuk lima
perkara yang 3 tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah, selanjutnya Nabi saw. membaca
ayat: "Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah yang mengetahui hari kiamat.
Kemudian orang itu pergi. Lalu Nabi saw. bersabda kepada para sahabat: "antarkanlah
orang itu. Akan tetapi para sahabat tidak melihat sedikitpun bekas orang itu. Lalu Nabi
saw.bersabda: "Itu adalah Malaikat Jibril a.s. yang datang untuk mengajarkan agama
kepada manusia." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at Turmudzi, Ibnu Majah dan
Ahmad bin Hambal). (Karmawan, dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi, (Cirebon: Insania, 2021), h. 88-89)
Secara teori, Iman, Islam, dan Ihsan bisa dibedakan, tetapi dalam praktiknya tidak
bisa dipisahkan. Iman dan Islam saling melengkapi satu sama lain, Iman menyangkut
aspek keyakinan dalam hati yaitu amanah atau keyakinan. Islam berarti keselamatan,
kedamaian, ketaatan, dan ketundukan, kemudian Ihsan berarti selalu berbuat baik karena
merasa diperhatikan oleh Allah SWT. (Nur Hadi, Islam, Iman Dan Ihsan Dalam
Kitab Matan arba’in An-Nawawi: Studi Materi Pembelajaran Pendidikan Islam
dalm Perspektif Hadist Nabi SAW. Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan
Studi Keislaman, Vol. 9, No. 1, 2019, h. 5.)
Pengakuan Iman seseorang tidak ada artinya jika tidak dibuktikan dengan amal
yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, Islam dan Ihsan (perbuatan nyata)
dalam kehidupan sehari-hari tidak akan diterima oleh Allah jika tidak berdasarkan Iman
yang benar. Dengan begitu, Iman, Islam, dan Ihsan merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
Jika diri kita diibaratkan sebuah bangunan, Iman adalah pondasi bangunan itu (diri
kita sendiri), Islam adalah tiangnya, dan Ihsan adalah atapnya. Jika pondasi Iman
(aqidah) kita kuat, maka bangunan Islam (bentuk pengabdian kepada Allah swt. atau
ibadah) serta Ihsan (perilaku yang muncul) akan indah dan berdiri kokoh dalam diri kita.
Dan sebaliknya, jika Iman rapuh maka kepribadian kita juga akan menjadi pribadi yang
rapuh serta mudah terjerumus ke dalam perbuatan maksiat karena hati kita lemah dalam
beriman atau berkeyakinan kepada Allah SWT. (Harjan Syuhada dan Fida' Abdilah,
Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2021)
h.14)
Meskipun Iman, Islam dan Ihsan dapat dibedakan dalam pembahasan dan
objeknya, namun dalam prakteknya tidak dapat dipisahkan karena Iman yang terkandung
dalam hati menuntut dibuktikan dalam bentuk perbuatan anggota tubuh kita sesuai
dengan Iman, dan Islam menuntut agar dilakukan dengan cara yang terbaik untuk
mencapai itu semua kita harus banyak bersabar.
Seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama saja tidak cukup tanpa
dibarengi oleh keimanan. Sebalikya, Iman tidak ada artinya jika tidak didasarkan pada
Islam. Makna Islam dan Iman bisa mencapai kesempurnaan jika disertai dengan Ihsan,
karena Ihsan dalam kita beribadah mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih. Iman,
Islam dan Ihsan juga memiliki kaitan dengan hari kiamat karena hari kiamat merupakan
tujuan akhir kehidupan manusia dari segala macam perjalanan manusia di dunia. Kiamat
juga merupakan tempat tanggung jawab manusia serta menerima ganjaran dari segala
perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya. Dan kepastian datangnya hari
kiamat merupakan rahasia Allah SWT yang harus diyakini oleh umat Islam.
(Karmawan, dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Cirebon:
Insania, 2021), h. 89-90)
Selain memiliki hubungan yang erat, Iman, Islam, dan Ihsan juga mempunyai
perbedaan antara ketiganya yang menjadi ciri masing-masing. Iman lebih menekankan
pada aspek keyakinan dalam hati. Islam adalah sikap untuk berbuat atau beramal, Ihsan
adalah pernyataan yang berupa perbuatan nyata. Selain itu, Ihsan juga menjadi ukuran
tebal dan tipisnya keimanan dan keislaman seseorang. (Masan AF, Pendidikan Agama
Islam : Akidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Semarang: PT.
Karya Toha Putra, 2014), h. 9-10)

Anda mungkin juga menyukai