Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEIMANAN DAN KETAQWAAN

Disusun oleh:

KHOIROYYAROH

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PRIMAGRAHA

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan Insha Allah benar.
Shalawat dan salam tetap kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, kepada sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya yang senantiasa
menjalankan sunnah-sunnah beliau.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Euis Ismayati Yuniar yang
telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami, dan juga teman-teman yang
ikut menyumbang pikirannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami mohon kepada para pembaca apabila menemukan kesalahan atau


kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi bahasa maupun isinya,kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua pembaca demi
Lebih baiknya makalah – makalah kami yang akan datang.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan Masalah...............................................................................

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................

A. Pengertian Iman..............................................................................
B. Proses Terbentuknya Iman...............................................................
C. Kriteria Orang Beriman...................................................................
D. Hubungan Iman dan Taqwa..............................................................

BAB III PENUTUP...................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia
lain atau dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan
interaksi sosial manusia harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses
interaksi tersebut tidak mengalami hambatan atau masalah dengan manusia lain.
Proses pembentuk akhlak Sangat berperan dengan masalah keimanan dan
ketakwaan seseorang.
Keimanan dan Ketakwaan seseorang berbanding lurus dengan akhlak
seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan
seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan
dan ketakwaan adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang.
Keimanan dan ketakwaan sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia
lahir dan melekat pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka
potensi tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi itu akan hilang
secara perlahan.

Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa,
oleh masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang
sebenarnya dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu
menganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai
arti bahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan
membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena itu dari persoalan dan
masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar belakangi untuk
membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan ketakwaan yang kami
bukukan menjadi sebuah makalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman?
2. Bagaimana Proses terbentuknya Iman?
3. Apa Saja kriteria Orang Beriman?

4
4. Bagaimana korelasi antara keimanan dan ketakwaan?

C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan pengertian iman
2. Memaparkan Proses terbentuknya Iman
3. Menelaah kriteria Orang Beriman
4. Menjelaskan korelasi antara keimanan dan ketakwaan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman

Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan


demiikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus
diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja
Amina-yu’manu – amanan yang berarti percaya.

Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam
hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam
rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau
kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang beriman.

Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang
urusan hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah
menjadi Islam.

Dalam surah al-Baqarah ayat 165:

‫َوِم َن الَّناِس َم ْن يتخذ ِم ْن ُدوِن َّ هللا َأْنَداًدا ُيِح ُّبوَنُهْم َك ُح ِِّبَّ هللاۖ َو اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأَشُّد ُح ًّباَ هللۗ َو َلْو يرى اَّلِذ يَن َظَلُم وا ِإْذ َيَر ْو َن اْلَع َذ اَب‬
‫َأَّن اْلُقَّوَةَ هلل َجِم يًعا َو َأَّن َّ هلل َش ِد يُد اْلَع َذ اب‬

Artinya:

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain


Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-
orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-
orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”

Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan


keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan

6
(Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan
demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku
perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya
hidup.

Definisi Iman Secara Istilah Syar’i

1) Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :

‫اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة‬

Iman dalam pengertian syar’i dalah satu perkataan yang mencakup makna semua
ketaatan lahir dan batin” [AlHujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403].

An-Nawawiy menukil perkataannya :

‫اإليمان في لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل باألركان‬

Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan
anggota tubuh” [Syarh Shahih Muslim, 1/146]

2) Imaam Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :

‫ وال عمل إال بنية‬،‫أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل‬

“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan
perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat” [At-Tamhiid, 9/238]

B. Proses Terbentuknya Iman

Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
bkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif,
besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai
pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang
datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk
benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora serta fauna.

Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik


yang

7
disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah
laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi
anakanak. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-anaknya.
Jangan diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu melakukan
perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, “Setiap anak, lahir
membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi
Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.

Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses
perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah
adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal
ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.

Dalam hal ini dijelaskan beberap prinsip dengan mengemukakan implikasi


metodologinya, yaitu:

1. Prinsip pembinaan berkesinambungan

Proses terbentuknya iman merupakan suatu proses yangterus menerus dan tidak
berkesudahan atau dilakukan seumur hidup.

2. Prinsip internalisasi dan individuasi.

Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk
tingkah laku tertentu, apabila anak diberi kesempatan untuk menghayatinya melalui
suatu peristiwa internalisasi (usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya)
dan individuasi (menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya). Dalam hal ini
yang perlu diperhatikan adalah proses penanam nilai tersebut bukan hasilnya semata,
karena dengan pengalaman-pengalaman yang panjang terjadi kristalisasi nilai iman.

3. Prinsip sosialisasi

Pada umumnya nilai-nilai hidup baru benar-benar mempunyai arti apabila telah
memperolah dimensi sosial. Keberhasilan suatu usaha baru dapat terukur jika sudah
dapat diterima secara sosial bukan pada tataran individual saja

4. Prinsip konsistensi dan koherensi

Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani
secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu tanpa
mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya.

8
5. Prinsip integrasi

Hakekat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang pada


problematika kehidupan Yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh.
Tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat terbentuk terpisah –pisah
dan berdiri sendiri, namun semakin integral pendekatan seseorang terhadap kehidupan,
makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku yang berhubungan dengan
iman yang dipelajari.

C. Kriteria Orang Beriman

a) Bersyukur

Bersyukur karena Allah SWT menjadikan manusia makhluk paling sempurna.


Rasa syukur dapat diungkapkan dengan memanfaatkan pemberian-Nya. Misalnya
menggunakan mulut untuk berbicara kata-kata yang santun, mata untuk membaca al-
quran, dan lain sebagainya.

Allah berfirman:

‫ولقد ءاتىنا لقمان الحكمة ان اشكرهلل ومن يش““كرفانما يش““كر لنفس““ه ومن كف““ر ف““ان هللا غ““نى‬
‫حميد‬

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaituَْ:


Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(QS: Luqman Ayat : 12)

b) Ikhlas

Ikhlas berarti beribadah semata-mata untuk mengharap ridha Allah SWT. Ibadah
yang dilakukan dengan ikhlas akan terasa menyenangkan dan tidak terasa berat.

Allah berfirman:

‫َفاْد ُعوداَّ هلل ُم ْخ ِلِص يَن َلُه الِِّد يَن َو َلْو َك ِر َه اْلَك اِفُروَن‬

Artinya: “Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun
orang-orang kafir tidak menyukainya.” (QS Ghafir: 14)

c) Takut pada Allah

9
Ciri yang utama pada seorang yang beriman adalah ia takut pada Allah SWT. Ia
tidak akan berani melanggar apapun larangan Allah dan akan selalu mentaati setiap
perintah Allah SWT.

Allah Ta’ala berfirman:

‫اَّنَم ا ُم ْؤ ِم ُنوَنالذىن ِإَذ ا ُذ ِك ََر هللا َو ِج َلْت ُقُلوُبُهم‬

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka (QS. Al-Anfal:9).

d) Sabar

Sabar artinya tabah dalam menghadapi cobaan dan menyerahkan segala sesuatu
kepada Allah SWT. Sabar merupakan cahaya kehidupan bagi umat Islam.

Allah berfiman:

‫ََّو هلل ُيِح ُّب الَّصاِبِرين‬

“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”. [Ali Imran : 146]

e) Amanah

Seorang yang beriman akan menggunakan kemampuan dan kekuasaannya untuk


hal yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Jika diberi jabatan, ia akan
melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab.

Allah berfirman yang Artinya: Sungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanah itu
dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.

f) Tidak sombong dengan ilmu yang dimiliki

Ilmu yang dimiliki manusia sangatlah terbatas, berbeda dengan kemampuan


Allah SWT yang tanpa batas. Iman kepada-Nya menjadikan manusia tidak sombong
atas Ilmu yang dimilikinya.

Allah berfirman :

‫َفاَل ُتَز ُّك وا َأنُفَس ُك ْم ُهَو َأْعَلُم ِبَمِن اّتقىد‬

10
Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui siapa
orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)

g) Memiliki akhlak yang baik

Tanda lain dari seorang yang beriman adalah memiliki akhlak yang baik. Tidak
mungkin seorang yang beriman justru memiliki akhlak yang buruk karena ia akan selalu
meneladani Rasul yang berakhlak mulia.

Abu Darda ‘meriwayatkan bahwa Nabi saw, mengatakan:“Tidak ada sesuatu


yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada akhlak yang
mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang
berpuasa dan shalat.” (At-Tirmidzi, 2002)

h) Khusyu’ saat sholat

Ciri kedua dari orang yang beriman adalah lebih khusyu’ dalam sholat baik
sholat Wajib maupun sunnat. Orang yang telah memiliki keimanan yang kuat akan lebih
Khusyu’ dalam sholat meski banyak gangguan.

Allah Ta’ala berfirman:

‫اَّلِذ يَن ُهْم ِفي َص اَلِتِه ْم َخ اِش ُعون‬

(Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya (Q.S. Al-Mukminun 23: 2)

i) Tawakal

Orang yang beriman juga adalah orang yang tawakal dan iklas pada setiap
ketetapan dan takdir yang diberikan Allah SWT.

Allah berfirman:

‫َو َع َلىَّ هلل َفَتَو َّك ُلوا ِإْن ُكْنُتْم ُم ْؤ ِمِنين‬

“Dan hanya kepada Allah-lah kalian betawakal, jika kalian benar-benar orang yang
beriman” (QS. Al-Maidah : 23).

j) Meneladani Rasul

11
Beriman tak hanya sekedar menjalankan perintah Allah tapi juga meneladani
setiap perbuatan dan perkataan rasul.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan
tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan
sunnahku, serta keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangiku di telaga
(di Surga).”

D. Korelasi Keimanan Dan Kehubungan

Keimanan dan ketaqwaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Iman
adalah pondasi dan landasan untuk mencapai taqwa. Taqwa merupakan perdiket
tertinggi dari seorang mukmin. Ketika tingkat keimanan sudah maksimal, maka ia
sampai ke tingkat taqwa. Allah memanggil orang beriman untuk selalu mensucikan
dirinya agar mencapai prediket taqwa.

Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi
dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang
membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaaan Perbuatan Tuhan.
Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan,
pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis
tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud
Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.

Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan
amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat
Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengertian tauhid
praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan
kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah
Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan
langkah.

12
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan
Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan
perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam
pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang
tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari.
Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid
praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen.

Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep
dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian
bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah
melalui pikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan
mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman
dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat Asyhadu
allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian
diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-
Nya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Iman adalah adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan


sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.

Prinsip-prinsip pembentukan iman adalah:

 Prinsip pembinaan berkesinambungan


 Prinsip internalisasi dan individuasi
 Prinsip sosialisasi
 Prinsip konsistensi dan koherensi
 Prinsip integrasi

Tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

13
 Bersyukur
 Ikhlas
 Takut Kepada Allah
 Amanah
 Tidak Sombong dengan Ilmu yang dimiliki
 Memiliki Akhlak yang Baik
 Khusyu’ saat sholat
 Tawakkal
 Meneladani Rasul

Keimanan dan ketaqwaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Iman
adalah pondasi dan landasan untuk mencapai taqwa. Taqwa merupakan perdiket
tertinggi dari seorang mukmin.

Seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan


kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah
dan meninggalkan segala larangan-Nya.

B. Saran

Kita sebagai orang Muslim seharusnya benar-benar memahami arti dari


keimanan dan ketakwaan serta memupuk keimanan dan ketakwaan tersebut di dalam
diri mereka, sebab 2 hal tersebut sangat berperan dan berpengaruh penting terhadap diri
manusia dalam menjalani kehidupan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Akidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII karangan Drs. H. Masan AF,
M.Pd.

http://amrhy.blogspot.com/2011/10/makalah-keimanan-dan-ketakwaan.html

https://kumparan.com/berita-hari-ini/ciri-ciri-orang-yang-beriman-kepadaallah-swt-
1xThXbyiiix/full

https://umma.id/post/10-ciri-ciri-orang-yang-beriman-dan-dalilnya-

15

Anda mungkin juga menyukai