Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ KEIMANAN “
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DOSEN PENGAMPU : Dr. MAWARDI AHMAD, MA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
RANGGA ADITTIA
PUTRI NABILA SAVIRA
MUHAMMAD ISRA DELLA PUTRA
NPM : 224110270
224110299
224110235
PRODI : AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan karunia dannikmat
bagi umat-Nya. Alhamdulillah Makalah ini dapat teselesaikan tepat
padawaktunya.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Agama
Islamyang berjudul “Keimanan”.
Makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan.Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga
bantuan danbimbingan yang telah diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal
dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.

Pekanbaru, 22 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Iman................................................................................................. 3
2.2 Pengertian Tabligh................................................................................. 4
2.3 Maksud Iman Berdasarkan Ilmu........................................................................ 5
2.4 Pengertin Beriman Dengan Ainulyaqin.................................................................. 6
2.5 Pengertian Iman Hakikat dan Iman Maqam Baqoh................................................ 7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 9
3.2 Saran............................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau
dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia
harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami
hambatan atau masalah dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan
dengan masalah keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan
seseorang berbanding lurus dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik
keimanan dan ketakwaan seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini
karena keimanan dan ketakwaan adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang.
Keimanan dan ketakwaan sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan
melekat pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka potensi
tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi itu akan hilang secara perlahan.
Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh
masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya
dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh
tentang hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari
makna yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu
saja. Oleh karena itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah yang
melatar belakangi kelompok kami untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan
dan ketakwaan yang kami bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian iman?
2. Apa pengertian tabligh?
3. bagaimana beriman dengan ainulyaqin?
4. Apa maksud iman hakikat dan iman maqam baqa?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian iman
2. Memaparkan pengertian tabligh
3. Menjelaskan beriman dengan ainulyaqin
4. Menjelaskan iman hakikat dan iman maqam baqa
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan demikian,
rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh
setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu –
amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin
yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selainnya
seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak
mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih
disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa
yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah
syahadat telah menjadi Islam. Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :
ْ‫وَﻣِﻦَ اﻟﻨﱠﺎسِ ﻣَﻦْ ﯾَﺘﱠﺨِﺬُ ﻣِﻦْ دُونِ اﻟﻠﱠﮫِ أَﻧْﺪَادًا ﯾُﺤِﺒﱡﻮﻧَﮭُﻢْ ﻛَﺤُﺐﱢ اﻟﻠﱠﮫِ ۖ وَاﻟﱠﺬِﯾﻦَ آﻣَﻨُﻮا أَﺷَﺪﱡ ﺣُﺒًّﺎ ﻟِﻠﱠﮫِ ۗ وَﻟَﻮْ ﯾَﺮَى اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ظَﻠَﻤُﻮا إِذ‬
ِ‫ﯾَﺮَوْنَ اﻟْﻌَﺬَابَ أَنﱠ اﻟْﻘُﻮﱠةَ ﻟِﻠﱠﮫِ ﺟَﻤِﯿﻌًﺎ وَأَنﱠ اﻟﻠﱠﮫَ ﺷَﺪِﯾﺪُ اﻟْﻌَﺬَاب‬
Artinya : “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa
(pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah
amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan
keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan
(Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan
demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku
perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-Qur’an, mengandung
arti positif. Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau
dengan ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan yang dikaitkan dengan
selainnya, disebut iman bathil. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah
pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang
dari Allah SWT dan rasulNya.

Tanda-tanda Orang yang Beriman :


Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak
hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal: 2). Dia akan berusaha memahami
ayat yang tidak dia pahami sebelumnya.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi
dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah
Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim:
11, Mujadalah: 10, dan at-Taghabun: 13).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-
Anfal:3dan al-Mu’minun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu
shalat, dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun: 4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang
kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-
Mukminun: 3, 5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar
ilmu Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menempati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mu’min tidak
akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74). Berjihad di jalan Allah
adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta
benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan
dengan ajaran Allah dan Sunnah Rasul. Akidah
Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan seorang
muslim. Abu A’la Maududi menyebutkan tanda orang beriman sebagai berikut:
1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
4. Senantiasa jujur dan adil.
5. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi.
6. Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme.
7. Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko,
bahkan tidak takut kepada maut.
8. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.
9. Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi. (A. Toto Suryana AF, et.al,
1996 : 69).

2. Pengertian Tabligh
Dilihat dari makna katanya, tabligh sendiri memiliki makna yang berarti
penyampaian atau menyampaikan. Sedangkan secara istilah, tabligh merupakan kegiatan
menyampaikan ajaran Allah dan Rasul kepada orang lain ataupun umat muslim. Dalam
perihal ini, hukum tabligh sendiri tercantum dalam QS. Al Maidah ayat 67:
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu…”
Selain tertulisnya ayat tersebut, hukum tabligh serta tertulis dalam QS Al-Ahzab
ayat 39 yaitu sebagai berikut :
“Yaitu, orang-orang yang telah menyampaikan risalah risalah Allah, mereka takut
akan kepada-Nya serta mereka tiada merasa takut kepada seorang selain kepada Allah.
Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan.”
Dalam proses tabligh ini, seorang penceramah atau mubaligh menyampaikan materi-
materi tentang ajaran-ajaran islam yang berasal dari pada Al-Quran serta hadist yang
berupa ajaran – ajaran sunnah dari Rasulullah. Maksudnya ialah, materi bisa disampaikan
melalui lisan maupun lisan juga dan tulisan.
Pada awalnya, kegiatan tabligh adalah merefleksikan dari apa yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW serta juga para sahabat. Tabligh awalnya dilakukan oleh Rasulullah
SAW sendiri, yang kemudian juga diikuti oleh para sahabat dalam golongan as-
Sabiqunal Awwalun atau pemeluk agama Islam yang pertama kali melakukannya.
Dikarenakan Rasulullah SAW dan para sahabat sudah merefleksikannya, maka tabligh
telah menjadi sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Tentunya yang disesuaikan dengan
kemampuannya kembali untuk menyampaikan ajaran Islam yang dapat dia ketahui.
Tabligh sendiri pada dasarnya memiliki perbedaan dengan khutbah shalat Jumat ataupun
salat Ied yang merupakan bagian dari ibadah. Sebab tabligh dapat dilakukan berdasarkan
kreativitas dari seorang mubaligh. Tidak terdapat pada sebuah tata cara atau rukun yang
mengatur dalam pelaksanaan tabligh seperti sebuah pelaksanaan khutbah Jumat. Tabligh
dapat berjalan kapan saja serta dimana saja, namun tentunya dengan atau sesuai cara-cara
yang baik. Dalam sebuah praktiknya, mubaligh memiliki kesempatan secara leluasa
untuk membangun atau membawa suasana tabligh yang menjadi aktif dan kreatif.
Sehingga materi yang dibawakan juga dapat tersampaikan dengan baik kepada jamaah
tabligh.

3. Beriman Dengan Ainulyaqin


Keyakinan tidak akan diucapkan dalam penggambaran sifat Al-Haqq karena ketiadaan
taufik. Ilmul yaqin adalah yaqin, demikian juga dengan ‘ainul yaqin dan haqqul yaqin.
Ilmul Yaqin dalam pengertian istilah mereka adalah sesuatu yang adanya disertai dengan
syarat bukti (argumen atau dalil). ‘Ainul yaqin merupakan sesuatu yang dibarengi
dengan hukum bayan (penjelasan). Sedangkan Haqqul Yaqin merupakan sesuatu yang
dibarengi dengan sifat terang. Ilmul yaqin untuk pemilik akal, ‘ainul yaqin untuk pemilik
ilmu, dan haqqul yaqin untuk pemilik marifat. Ilmu yaqin adalah keyakinan yang
didasari oleh ilmu pengetahuan tentang sebab dan akibat atau melalui hukum kausalita
tentang keberadaan Allah SWT, seperti keyakinan dari para ahli ilmu kalam. Contohnya
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini merupakan akibat dari sebab yang telah ada
sebelumnya.

Haqqul yaqin adalah keyakinan dimiliki oleh orang yang telah menyadari bahwa alam
semesta ini pada hakikatnya adalah bayangan dari Penciptanya, sehingga dia dapat
merasakan wujud yang sejati itu hanyalah Allah, sedangkan lainnya hanyalah bukti dari
wujud yang sejati tersebut, yaitu Allah swt.

Dalam al Risalatul Al Qusyairiyyah disebutkan :

‫ و ﺣﻖ اﻟﯿﻘﯿﻦ ﻣﺎﻛﺎن‬،‫ و ﻋﯿﻦ اﻟﯿﻘﯿﻦ ﻣﺎﻛﺎن ﺑﺤﻜﻢ اﻟﺒﯿﺎن‬،‫ﻓﻌﻠﻢ اﻟﯿﻘﯿﻦ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺟﺐ اﺻﻄﻼﺣﮭﻢ ھﻮ ﻣﺎﻛﺎن ﺑﺸﺮط اﻟﺒﺮھﺎن‬
‫ﺑﻨﻌﺖ اﻟﻌﯿﺎن‬

“Ilmu yaqin dalam pengertian istilah mereka (ahli tasawuf) adalah sesuatu yg adanya
disertai dengan syarat bukti (argumentasi/dalil). Ainul Yaqin adalah sesuatu yang adanya
dengan hukum bayan (penjelasan), Haqqul Yakin adalah sesuatu yg adanya dengan sifat
terang.”

‫ و ﺣﻖ اﻟﯿﻘﯿﻦ ﻷﺻﺤﺎب اﻟﻤﻌﺎرف‬،‫ و ﻋﯿﻦ اﻟﯿﻘﯿﻦ ﻷﺻﺤﺎب اﻟﻌﻠﻮم‬،‫ﻓﻌﻠﻢ اﻟﯿﻘﯿﻦ ﻷرﺑﺎب اﻟﻌﻘﻮل‬

“Ilmu yaqin untuk pemilik akal, Ainul Yaqin untuk pemilik Ilmu dan Haqqul yaqin untuk
pemilik ma’rifat (al Risalatul al Qusyairiyyah hal 85).”

4. Pengertian Iman Hakikat Dan Iman Maqam Baqa

Definisi iman adalah keyakinan yang diteguhkan dalam hati, diikrarkan dalam lisan, dan
dibuktikan dalam tindakan nyata sehari-hari. Itu adalah definisi iman dalam pengertian
syariah. Namun, apa sebenarnya hakikat iman? Dalam karyanya, kitab Lum'at al-
I'tiqad, Imam Ibnu Quddamah al-Maqdisi menjelaskan hakikat iman tersebut. Tokoh yang
terkenal ahli fikih dan zuhud kelahiran tahun 541 Hijriyah tersebut mengatakan iman
adalah ucapan lisan, perbuatan anggota badan dan keyakinan hati. Iman akan bertambah
kuat dengan ketaatan kepada Allah SWT dan akan berkurang dengan berbuat
maksiat. Terkait hal ini Imam Ibnu Quddamah mengutip surah al-Bayyinah ayat ke-5
yaitu sebagai berikut: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama
yang lurus.”
Sementara itu, Ibnu Qudamah mengutip hadis Rasulullah SAW: “Iman ada 70 cabang
lebih. Yang paling tinggi adalah syahadat dan yang paling rendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalan.” (HR Muslim)

Rasulullah SAW bersabda: “Akan keluar dari neraka siapa yang mengucapkan Laa ilaaha
illallah dan di dalam hatinya ada iman meskipun seberat butir gandum atau biji atau
dzarrah.”(HR Al-Bukhari).

Iman pada tingkat maqam baqa. Dengan keimanan ini, seseorang memandang Allah dan
makhluk-Nya sekaligus tanpa terkecoh. Dengan keimanan ini, seseorang memandang dua
entitas berbeda, yaitu Allah sebagai ujud hakiki dan makhluk-Nya sebagai ujud majazi.
Tingkatan keimanan keenam ini yang disebut juga maqam akmal atau maqam lebih
sempurna karena ia tetap menjaga hubungan dengan alam, manusia, hewan, selain
menjaga hubungan dengan Allah.

‫وﻗﺪ ﻗﺎل أﺑﻮ ﺑﻜﺮ اﻟﺼﺪﯾﻖ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ ﻟﻌﺎﺋﺸﺔ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮭﺎ ﻟﻤﺎ ﻧﺰﻟﺖ ﺑﺮاءﺗﮭﺎ ﻣﻦ اﻹﻓﻚ ﻋﻠﻰ ﻟﺴﺎن رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ‬
‫ وﷲ ﻻ أﺷﻜﺮ إﻻ ﷲ دﻟﮭﺎ أﺑﻮ ﺑﻜﺮ رﺿﻲ ﷲ‬: ‫ ﯾﺎ ﻋﺎﺋﺸﺔ اﺷﻜﺮي رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ و ﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻟﺖ‬: ‫ﷲ ﻋﻠﯿﮫ و ﺳﻠﻢ‬
‫ وﻗﺎل ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ‬.َ‫ﻋﻨﮫ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻘﺎم اﻷﻛﻤﻞ ﻣﻘﺎم اﻟﺒﻘﺎء اﻟﻤﻘﺘﻀﻲ ﻹﺛﺒﺎت اﻵﺛﺎر وﻗﺪ ﻗﺎل ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ أن اﺷْﻜُﺮْ ﻟِﻲ وَﻟِﻮَاﻟِﺪَﯾْﻚ‬
‫ وﻛﺎﻧﺖ ھﻲ ﻓﻲ ذﻟﻚ اﻟﻮﻗﺖ ﻣﺼﻄﻠﻤﺔ ﻋﻦ ﺷﺎھﺪھﺎ ﻏﺎﺋﺒﺔ ﻋﻦ اﻵﺛﺎر ﻓﻠﻢ ﺗﺸﮭﺪ إﻻ‬.‫و ﺳﻠﻢ ﻻ ﯾﺸﻜﺮ ﷲ ﻣﻦ ﻻ ﯾﺸﻜﺮ اﻟﻨﺎس‬
‫اﻟﻮاﺣﺪ اﻟﻘﮭﺎر‬

Artinya, “Sahabat Abu Bakar al-Ṣiddîq RA memerintahkan Aisyah RA ketika turun ayat
pembebasannya dari fitnah melalui lisan Rasulullah, ‘Wahai A‘isyah, sampaikan ucapan
terima kasih kepada Rasulullah!” “Demi Allah, aku tidak akan berterima kasih kecuali
kepada Allah,’ jawab Aisyah RA. Sahabat Abu Bakar al-Ṣiddîq RA lalu menunjukinya
dengan maqam yang lebih sempurna, yaitu maqam baqa yang menuntut ketetapan
eksistensi ciptaan-Nya. Allah berfirman, “Bersyukurlah kepada-Ku dan bersyukurlah
kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku tempat kembali,” (Surat Luqman ayat 14),

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak dianggap bersyukur kepada Allah kalau tidak
berterima kasih kepada orang lain.” Tentu saja ketika itu Siti Aisyah sedang tercabut dari
penglihatannya dan lenyap dari ciptaan-Nya sehingga ia hanya menyaksikan Allah yang
maha esa dan maha perkasa.” Kutipan dari Al-Hikam ini menunjukkan tingkatan
keimanan keenam, yaitu maqam baqa. Pada maqam ini, seseorang yang semakin
tenggelam dalam fana justru bertambah baqa. Semakin mabuk cinta kepada Allah, orang
ini semakin sadar. Semakin mengakui keesaan Allah, orang ini bertambah adab kepada
makhluk-Nya.

KESIMPULAN

Keimanan dan keislaman saling mempengaruhi prilaku manusia, semakin


kuat landasan keimanan, dari unsur efistemologi dan ontologi sangat
mempengaruhi keislaman seseorang. Keimanan dan keislaman satu rangka yang
tidak dapat di pisahkan, keduanya saling menguatkan. Jika keduanya lemah maka
semangat pengabdian akan berbalik menjadi pengingkaran kepada Allah disitu
kekufuran akan terjadi. Allah telah banyak memberikan sarana, berupakan pikiran,
hati, hikmah untuk meneguhkan keimanan seseorang, sarana akal manusia yang
kritis bersifat analisis dapat menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan
pertentangan, dengan jalan bertanya, berdialog membedakan, membersihkan,
menyisihkan dan menolak, akhirnya ditemukanhakikat. Keimanan yang selanjutnya
dapat meningkatkan keislaman seseorang. Perilaku menyimpang dari keimanan dan
keislaman disebut kekufuran, diantara penyebab kesesatan dan kembali pada
kekufuran adalah kecenderungan manusia untuk menyukai kesesatan. . Karena
sejatinya semua amal perbuatan seorang muslim didahului oleh niat untuk berbuat.
Sedangkan niat adalah komunikasi manusia dengan Tuhan di dalam hati berkenaan
dengan motivasi dan tujuan perbuatannya.
Tabligh sendiri memiliki makna yang berarti penyampaian atau
menyampaikan. Sedangkan secara istilah, tabligh merupakan kegiatan
menyampaikan ajaran Allah dan Rasul kepada orang lain ataupun umat muslim
‘Ainul yaqin merupakan sesuatu yang dibarengi dengan hukum bayan
(penjelasan). Sedangkan Haqqul Yaqin merupakan sesuatu yang dibarengi dengan
sifat terang. Ilmul yaqin untuk pemilik akal, ‘ainul yaqin untuk pemilik ilmu, dan
haqqul yaqin untuk pemilik marifat. Ilmu yaqin adalah keyakinan yang didasari oleh
ilmu pengetahuan tentang sebab dan akibat atau melalui hukum kausalita tentang
keberadaan Allah SWT, seperti keyakinan dari para ahli ilmu kalam. Contohnya
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini merupakan akibat dari sebab yang telah
ada sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Husnel Anwar Matondang. 2015. “Konsep Al-Iman Dan Al-Islam: Analisis Terhadap
Pemikiran
2. Al-‘Izzin Ibn ‘Abd As-Salam”. Jurnal Analytica Islamica, Vol 4 No 1, 2015, 55-56.
Yusron
3. Masduki dan Idi Warsah. 2020. Psikologi Agama. Palembang: Tunas Gemilang Press.
Ihya
4. Ulumiddin. 2002. Ilmu dan Keyakinan. Jakarta: Republika.
5. Wahyuddin, Dkk. 2009. Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
6. Shofaussamawati. “Iman dan Kehidupan Sosial”. Jurnal Studi Hadis Vol 2 No 2, 223-224.

Anda mungkin juga menyukai