Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HADIST-HADIST TENTANG KEIMANAN


DAN KEIKHLASAN
(Pengertian Iman, Ikhlas, dan Hadis pendukung)

Disusun Oleh Kelompok


5:
ILMU

KOMPUTER 2

 RIKI HISBULLAH (0701192023)


 FACHRI SYAM (0701192024)
 TRISNA AMANDA BR. SEMBIRING (0701192025)

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN 2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah AL Hadist
tentang hadist keimanan dan keikhlasan dengan baik.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang hadist keimanan dan
keikhlasan yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi dan
referensi. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.

Di Rumah Masing Masing, 28 April 2020

Penyusun

Page 2
Daftar isi
Kata pengantar.....................................................................................................................2
Daftar isi..............................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan
A...Latar belakang masalah...........................................................................................4
B...Rumusan masalah....................................................................................................4
C...Tujuan......................................................................................................................4
D...Manfaat Penulisan...................................................................................................4
E.. .Metode Penulisan....................................................................................................4
Bab II Pembahasan
A...Pengertian Keimanan Dan Keikhlasan....................................................................5
B...Hadis Keimanan......................................................................................................6
1. Manisnya Iman..................................................................................................6
2. Malu Adalah iman.............................................................................................6
3. Suci Adalah Iman..............................................................................................7
C...Hadist Tentang Ikhlas..............................................................................................9
1. Beramal Dengan Ikhlas.....................................................................................9
Bab III Penutup
A. Kesimpulan..............................................................................................................11
B...Saran........................................................................................................................11
Daftar pustaka.....................................................................................................................12

Page 3
Bab I
Pendahuluan
1. Latar Belakang

Pada setiap agama, keimanan merupakan unsur pokok yang harus dimiliki
oleh setiap penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan
adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, kokoh tidaknya
bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut.. Meskipun
demikian, keimanan saja tidak cukup. Keimanan harus diwujudkan dengan amal
perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan baru
sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan oleh lisan, dan dibuktikan dalam segala
perilaku kehidupan sehari – hari.Iman adalah percaya atau yakin, keimanan berarti
kepercayaan atau keyakinan.
Ikhlas merupakan hakikat dari agama dan kunci dakwah para rasul
Shallallaahu 'alaihi wa Salam. suatu ketaatan apapun bentuknya jika dilakukan dengan
tidak ikhlas dan jujur terhadap Allah, maka amalan itu tidak ada nilainya dan tidak
berpahala, bahkan pelakuknya akan menghadapi ancaman Allah yang sangat besar.
Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan
benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (Al-An’am: 162).

2. Rumusan Masalah
Untuk memberikan arahan dalam pembahasan makalah ini, maka permasalahan yang
akan dibahas dirumuskan sebagai berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan keimanan ?
b. Bagaimana pembagian hadist keimanan ?
c. Apa yang dimaksud dengan keikhlasan ?
d. Bagaimana pembagian hadist keikhlasan ?

3. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan :
a. Untuk menambah pengetahuan mengenai apa itu keimanan dan keikhlasan
serta hadist-hadist yang bersangkutan dengan keimanan dan keikhlasan.
b. Melaksanakan tugas mata kuliah dengan penuh tanggung jawab.

4. Manfaat Penulisan
a. Makalah ini diharapkan dapat membantu dalam pembelajaran mata kuliah Al-
Hadist dalam forum diskusi
b. Mahasiswa dapat memahami hadist-hadist yang bersangkutan dengan
keimanan dan keikhlasan.

5. Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode studi pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku
buku di perpustakaan dan beberapa artikel dari website yang berkaitan dengan
penulisan makalah ini.

Page 4
BAB II
Pembahasan

1. Pengertian Keimanan dan Keikhlasan


Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan demikian,
rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh
setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu –
amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin
yang terletak dalam hati. (Dalam surah al-Baqarah ayat 165) :

‫ ا‬Gّ‫ ُّد ُح ٗب‬G‫و ْا َأ َش‬G َ ‫ َد ٗادا ي ُِحبُّونَهُمۡ َكحُبِّ ٱهَّلل ۖ ِ َوٱلَّ ِذ‬G‫ون ٱهَّلل ِ َأن‬
ٓ Gُ‫ين َءا َمن‬ ِ ‫اس َمن يَتَّ ِخ ُذ ِمن ُد‬ ِ َّ‫َو ِم َن ٱلن‬
ِ ‫ َذا‬G‫ ِدي ُد ۡٱل َع‬G ‫اب َأ َّن ۡٱلقُ َّوةَ هَّلِل ِ َج ِميعٗ ا َوَأ َّن ٱهَّلل َ َش‬
‫ب‬ َ ‫ين ظَلَ ُم ٓو ْا ِإ ۡذ يَ َر ۡو َن ۡٱل َع َذ‬
َ ‫هَّلِّل ۗ ِ َولَ ۡو يَ َرى ٱلَّ ِذ‬
١٦٥
Artinya :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-
orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang
yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal).”1
Ikhlas merupakan sifat terpuji dalam hati yang akan menghiasi perilaku seorang
Muslim. Segalanya karena Allah dan untuk-Nya semata. Ikhlas adalah perhiasan hati yang
akan menyelamatkan seseorang dari kerugian akhirat, tanpa ikhlas amal perbuatan akan sia-
sia tiada guna.
Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak ndianggap beragama dengan
benar jika tidak ikhlas. Seperti yang terkakandung dalam surah Al-An’am:162).

َ ‫ي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َربِّ ۡٱل ٰ َعلَ ِم‬


١٦٢ ‫ين‬ َ ‫قُ ۡل ِإ َّن‬
َ ‫صاَل تِي َونُ ُس ِكي َو َم ۡحيَا‬
Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam”.2

2. Hadist- Hadist keimanan

1
Q.S. Al-Baqarah : 165
2
Q.S.Al-An’Am : 162

Page 5
A. Manisnya Iman
ِ ‫َحالَ َو ِة اِإل ي َما‬
Terjemah dari judul yang telah diberikan oleh Imam Bukhari yaitu ‫ن‬ ‫باب‬.
Hadits ini masih termasuk dalam kitab Al-Iman, kitab kedua dalam Shahih Bukhari.

‫ث َم ْن ُك َّن فِي ِه َو َج َد َحالَ َوةَ اِإل ي َما ِن‬ ٌ َ‫ال ثَال‬


َ َ‫ ق‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫س َع ِن النَّبِ ِّى‬ ٍ َ‫ع َْن َأن‬
‫ َوَأ ْن يَ ْك َرهَ َأ ْن‬، ِ ‫ َوَأ ْن ي ُِحبَّ ْال َمرْ َء الَ يُ ِحبُّهُ ِإالَّ هَّلِل‬، ‫َأ ْن يَ ُكونَ هَّللا ُ َو َرسُولُهُ َأ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم َّما ِس َواهُ َما‬
ِ َّ‫يَعُو َد فِى ْال ُك ْف ِر َك َما يَ ْك َرهُ َأ ْن يُ ْق َذفَ فِى الن‬
‫ار‬

Dari Anas, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka
ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai
dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada
kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka."3

Penjelasan Hadist:
Hadist ini mengindikasikan bahwa tidak semua orang bisa merasakan manisnya madu
yang hanya akan dirasakan oleh orang sehat, sedangkan orang yang sakit kuning tidak
mampu merasakan manisnya. Demikian pula manisnya iman. Ia hanya didapatkan oleh
orang-orang yang imannya ‘sehat’.
Berdasarkan hadist diatas dapat disimpulkan bahwa ada 3 golongan yang akan
mendapatkan manisnya iman :
1. Golongan yang mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaannya kepada
apapun juga.
2. Golongan yang bila mencintai atau menyukai seseorang hanya atas dasar karena
dia cinta kepada Allah.
3. Golongan yang sangat membenci pada kekafiran.

B. Malu adalah Sebagian dari Iman


Berikut ini hadits Shahih Bukhari ke-24:
“Dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya, ia berkata, "Rasulullah SAW lewat di hadapan
seorang Ansar yang sedang mencela saudaranya karena saudaranya pemalu. Maka Rasulullah
SAW bersabda, 'Biarkan dia! Sesungguhnya malu itu sebagian dari iman”.

Penjelasan Hadist :
Inilah salah satu sifat Rasulullah. Bahwa beliau tidak membiarkan sesuatu yang
salah di hadapannya. Beliau tidak mendiamkan sesuatu yang keliru, kecuali menegurnya.
Sebaliknya, segala hal yang terjadi atau diucapkan di hadapan Rasulullah SAW, sedangkan
beliau membiarkan atau mendiamkannya, maka itu dianggap sebagai persetujuan Rasulullah

3
AL-HIDAYAH HADITS TENTANG IMAN blog

Page 6
SAW yang memiliki legitimasi hukum di dalam Islam. Dalam istilah hadits yang demikian
itu disebut "hadits taqriri" yakni persetujuan dari Rasulullah SAW.
Maka dalam hadits ini Rasulullah SAW mengingatkan bahwa yang benar justru adalah
tidak menghilangkan rasa malu dalam diri saudaranya. Biarkan saja seseorang memiliki sifat
malu. Ia adalah akhlak yang disunnahkan. Malu adalah sebagian dari iman.
Dalam hadist lain di riwayatkan oleh Al-Bukhari
“Di riwayatkan dari Imran bin Hushain ra. Dia telah berkata : nabi SAW telah
bersabda:” malu tidak akan datang kecuali dengan membawa kebaikan”

Hadist diatas menerangkan tentang pembagian cabang iman. Dalam kenyataannya


tingkatan iman ada yang paling tinggi dan ada pula yang paling rendah. Sebab iman bisa
pasang dan bisa pula surut sesuai dengan situasi dan kondisi seseorang dalam
memeliharanya. Yang perlu di catat, bahwa malu mengerjakan perbutan maksiat adalah
bagian dari cabang iman.4

Hadist tentang Berkurangnya Iman dan Islam karena Maksiat


(MUSLIM - 86) : Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya bin Abdullah bin
Imran at-Tujibi telah memberitakan kepada kami Ibnu Wahab dia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Yunus dari Ibnu Syihab dia berkata, saya mendengar Abu Salamah bin
Abdurrahman dan Sa'id bin al-Musayyab keduanya berkata, Abu Hurairah berkata,
"Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang mukmin tidak
disebut mukmin saat ia berzina, seorang mukmin tidak disebut sebagai mukmin saat ia
mencuri.5

C. Suci Adalah Sebagian Dari Iman


Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy'ari radhiyallahu ‘anhu: “Telah Bersabda
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam : 'Suci itu sebagian dari iman, (bacaan)
alhamdulillaah memenuhi timbangan, (bacaan) subhaanallaah dan alhamdulillaah keduanya
memenuhi ruang yang ada di antara langit dan bumi. Shalat itu adalah nur, shadaqah adalah
pembela, sabar adalah cahaya, dan Al-Qur'an menjadi pembela kamu atau musuh kamu.
Setiap manusia bekerja, lalu dia menjual dirinya, kemudian pekerjaan itu dapat
menyelamatkannya atau mencelakakannya". [HR. Muslim]

Penjelasan Hadist :
Hadits ini memuat salah satu pokok Islam dan memuat salah satu dari kaidah penting
Islam dan agama. Adapun yang dimaksud dengan kata "suci" ialah perbuatan bersuci.
Terdapat perbedaan pendapat tentang maksud kalimat "suci itu sebagian dari iman"
yaitu: pahala suci merupakan sebagian dari pahala iman, sedangkan yang lain mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan iman di sini adalah shalat, sebagaimana firman Allah :
‫ ِه ٗيد ۗا‬G ‫و ُل َعلَ ۡي ُكمۡ َش‬G ‫َّس‬
ُ ‫ون ٱلر‬ َ ‫اس َويَ ُك‬
ِ َّ‫وا ُشهَ َدٓا َء َعلَى ٱلن‬ َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
ْ ُ‫ك َج َع ۡل ٰنَ ُكمۡ ُأ َّم ٗة َو َس ٗطا لِّتَ ُكون‬
‫ ۚ ِه‬G‫ول ِم َّمن يَنقَلِبُ َعلَ ٰى َعقِبَ ۡي‬
َ G‫َّس‬ َ ‫َو َما َج َع ۡلنَا ۡٱلقِ ۡبلَةَ ٱلَّتِي ُك‬
ُ ‫ ُع ٱلر‬Gِ‫نت َعلَ ۡيهَٓا ِإاَّل لِنَ ۡعلَ َم َمن يَتَّب‬
4
Buku hadist-hadist MUTTAFAQ‘ALAIH dari KH. AHMAD MUDJAB MAHALI h.48-49
5
Muslim, hadis no.86 Bab Penjelasan Bahwa Iman Berkurang Karena Kemaksiatan,

Page 7
ِ َّ‫ي َع ِإي ٰ َمنَ ُكمۡۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ بِٱلن‬G ‫ُض‬
‫اس‬ َ G‫ين هَ َدى ٱهَّلل ۗ ُ َو َما َك‬
ِ ‫ان ٱهَّلل ُ لِي‬G َ ‫َوِإن َكانَ ۡت لَ َكبِي َرةً ِإاَّل َعلَى ٱلَّ ِذ‬
١٤٣ ‫يم‬ٞ ‫َّح‬ ِ ‫وف ر‬ ٞ ‫لَ َر ُء‬
143. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil
dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan
kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya
nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. 6

"Allah tidak menyia-nyiakan iman (shalat) kamu". (QS. 2: 143)

dan adapun yang mengatakan bahwa suci itu bagian dari keimanan, bahwa rasulullah
menjelaskan tentang pahala bersuci itu seperti berwudhu dan yang lainnya, pahalnaya berlipat
ganda disisi Allah hingga mencapai setengah pahala keimanan.
Hal itu karena keimanan akan menghapus dosa-dosa kecil dan juga dosa-dosa besar
yang telah lalu, maka kedudukannya setengah keimanan. Syaik Utsaimin mengatakan bahwa
keimanan itu terlepas dari kesyirikan, karena kesyirikan adalah najis, maka dari itu kesucian
diwaktu sholat bagian dari keimanan, dan dia tidak sempurna tanpa ada kesucian.
Dari hadist diatas, bahwa tidak ada nilainya kesucian yang tampak tanpa diiringi oleh
kesucian batin. Oleh karena itu kesucian badab hendaklah diiringi dengan kesucian hati, niat
yang baik, tujuan yang benar dan amalan yang lurus.

Kelebihan Orang Yang Beriman

Diriwayatkan Abi Hurairah r.a dia telah berkata : Rasulullah Saw telah bersabda : “
Penduduk Yaman datang, sedangkat mereka lebih jinak hatinya dan lebih lembut perasaan
nya. Iman yang kuat ada dimiliki orang Yaman. Fiqih juga ada orang Yaman kemudian
hikmah pun juga ada pada orang Yaman.”

Hadist diatas menerangkan tentang kelebihan orang Yaman dalam hal menjaga,
memelihara, serta mempertahankan keimanan. Mereka memiliki iman yang kuat karena
menguasai ilmu pengetahuan, berhati lembut dan rajin dalam melaksanakan ibadah. Jadi pada
hakikatnya keimanan atas seseorang dengan orang yang lain boleh jadi ada perbedaan tingkat
keimanan nya. Hal itu terjadi karena perbedaan tingkat ilmu pengetahuan yang dimiliki

3. Hadist-hadist tentang Keikhlasan


Orang yang ikhlas dalam beramal adalah orang yang tidak peduli apabila manusia tidak
memberikan penghargaan kepadanya, karena kejujuran hatinya hanya kepada Allah. Ia pun
6
Q.S Al-Baqarah : 143

Page 8
tidak suka bila orang lain memperhatikan amalnya sekecil apapun. Sesungguhnya pondasi
terbesar dan terpenting dalam agama Islam adalah mewujudkan keikhlasan kepada Allah
dalam melaksanakan berbagai aktivitas perbuatan kepada Allah serta menjauhkan diri dan
berhati-hati dari lawan dan musuh keikhlasan tersebut, seperti riya, sum’ah, ujub dan lainnya.

A. Beramal Dengan Ikhlas Karena Allah


Beberapa dadis yang menerangkan:
“orang yang paling bahagia mendapat syafa’at-Ku pada hari kiamat, ialah orang yang
mengucakan lailaha illallah, dengan ikhlas dari lubuk hatinya “.7

“sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk dan kekayaan kalian, tetapi Dia
memperhatikan hati dan pebuatan kalian”

“bertulus ikhlaslah dalam melaksanakan agamamu, niscaya namamu yang sedikit itu
cukup untukmu. (HR. Abu Dawud dan Hakim- dalam Jamius Shagir).

َ ‫لِ ِم‬G ‫ون َأ َّو َل ۡٱل ُم ۡس‬G


‫ين‬ َ G‫ت َأِل ۡن َأ ُك‬ ۡ G‫ َوُأ ِم‬١١ ‫ِّين‬
ُ ‫ر‬G َ ‫د‬G ‫ لَّهُ ٱل‬G‫صا‬ ُ ‫قُ ۡل ِإنِّ ٓي ُأ ِم ۡر‬
ٗ ِ‫ت َأ ۡن َأ ۡعبُ َد ٱهَّلل َ ُم ۡخل‬
١٢
11. Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
12. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah
diri" [QS. Az-Zumar : 11-12].8

Sebuah amal yang tidak dilakukan dengan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak
dibalas apa-apa, bahkan Allah akan mengazab orang tersebut, karena sesungguhnya amalan
yang dilakukan bukan karena Allah termasuk perbuatan kesyirikan yang tak terampuni
dosanya kecuali jika ia bertaubat darinya.

Khalifah Umar bin Khattab r.a berkata tentang ikhlas sebagai berikut:
“ amalan yang paling utama ialah menunaikan apa yang telah difardlukan Allah SWT,
dan melakukan wara’(menjaga diri) dari apa-apa yang telah diharamkan oleh Allah SWT,
serta meluruskan niat dalam beribadat kepada Allah SWT”.9
Ketika Umar bin Abdul Aziz dilantik menjadi khalifah pada tahun 99 Hijriah, beberapa
teman beliau antara lain Salim dan Abdullah, seorang tabi’i yang terkenal wara’ dan
taqwanya, berkirim surat kepadanya untuk memperingatkannya :

“ketahuliah bahwa bantuan Allah dan pertolongan Allah kepada hamba-Nya seimbang
dengan niatnya. Barang siapa yang sempurna niatnya, akan sempurna pula bantuan Allah

7
K.H.M.ALI USMAN, H.A.A. DAHLAN, PROF DR. H.M.D. DAHLAN. 1976. Hadist Qudsi h.256
8
QS. Az-Zumar : 11-12
9
K.H.M.ALI USMAN, H.A.A. DAHLAN, PROF DR. H.M.D. DAHLAN. 1976. Hadist Qudsi h.61

Page 9
kepadanya. Sebaliknya jika niatnya kurang sempurna, akan berkurang pula bantuan Allah
sesuai dengan niatnya.

Mengenai hukum amal perbuatan yang bercampur dengan riya, Hujjatul-Islam Imam
Al-Ghazali mengemukakan para ulama berselisih pendapat tentang hukum amalan yang tidak
ikhlas karena Allah SWT, yang bercampur tangan dengan riya/ hawa nafsu, ada pahalanya
atau mendapatkan hukuman.
Para ulama secara aklamasi menegaskan bahwa amalan yang dilakukan dengan riya
semata akan mendapat hukuman (siksaan). Adapun amal yang dilakukan dengan ikhlas
karena Allah semata akan menjadi penyebab untuk mendapatkan pahala. Akan tetapi, dari
beberapa hadis dapat disimpulkan bahwa amalan yang bercampur dengan riya diukur
menerut kadar kekuatan pendorongnya.
Niat yang tidak ikhlas dinamakan riya, dan riya termasuk salah satu penyakit rohaniah
oleh rasulullah SAW. Riya digologkan kepada syirik kecil (asghar), walaupun dalam bentuk
yang tidak terang-terangan.
Perlu kita ketahui bahwa orang yang beramal saleh secara terang-terangan diliat oleh
manusia, jika niatnya supaya dicontoh manusia lain, tidak termasuk kategori riya.

Hadist yang menjelaskan menjauhi Riya dan Sum’ah dalam Beribadah

“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya
dari Sufyan telah menceritakan kepadaku Salamah bin Kuhail. lewat jalur periwayatan lain,
telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami Sufyan dari
Salamah mengatakan; aku mendengar Jundab menuturkan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, -dan aku tak mendengar seorang pun (selainnya) mengatakan dengan redaksi 'Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, maka aku dekati dia, dan kudengar dia menuturkan,
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; - "Barangsiapa yang beramal karena sum'ah,
Allah akan menjadikannya dikenal sum'ah, sebaliknya barangsiapa yang beramal karena riya',
Allah akan menjadikannya dikenal riya.[ H.R Bukhori]10

10
Bukhari, hadist no.6018, Bab Riya dan Sum’ah
Page
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah dapat di ambil kesimpulan bahwa:
1. Hubungan iman, Islam, ihsan dan hari kiamat yaitu Islam di atas pondasi dengan
segala kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar
ihsan, dan orientasi akhir segala aktifitas adalah akhirat.
2. Berkurangnya iman dan Islam karena maksiat karena seorang manusia tidak sadar
bahwa segala perbuatan yang dilakukannya harus dipertanggung jawabkan
dihadapan-Nya, dan akan menerima akibat dari perbuatannya, baik ataupun buruk.
3. Malu termasuk dalam salah satu ciri orang yang beriman dan simbol keberimanan
seseorang karena merupakan salah satu sifat yang dianugerahkan Allah kepada
manusia dan yang membedakan manusia dengan binatang.
4. Niat atau motivasi dalam beramal adalah perbuatan yang sejalan dengan perintah
Allah SWT. dan tidak bertentangan dengan perintah Allah saw. atau melanggar
aturan Allah SWT.
5. Menjauhi riya dan sum’ah dalam beribadah sangat penting karena hal tersebut
merupakan sifat yang tercela.

B. Saran
Pembahasan tentang Keimanan dan Keikhlasan dalam makalah ini sangatlah jauh
dari kesempurnaan. Oleh karenanya jika ada kesalahan dan kekurangan, kami mohon
dibenarkan agar dapat membantu kami demi kemajuan dan keluasan ilmu pengetahuan
terutama pengetahuan tentang Hadis Tarbawi.

Page
11
Page
12
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Agama RI. 1982. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta Proyek.


Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an.
2. Ahmad bin Ali bin Hajar Abu al-Fadhl al-‘Asqalaniy al-Syafi’i. 1379 H. Fath al-
Bariy Juz I. Beirut: Daral-Ma’rifat.
3. Al-Ghazali, dkk. 2001.Menghidupkan Ajaran Rohani Islam, Jakarta : Lentera.
4. Bukhari, hadis no. 48, Bab Hubungan Iman, Islam, Ihsan dan Hari Kiamat dalam
Kitab 9 Imam CD kutub al-Tis’ah
5. Bukhari, hadis no.1 Bab Permulaan Wahyu, Kitab 9 Imam dalam CD Kutub al-Tis’ah.
6. Bukhari, hadis no.6018, Bab Riya dan Sum’ah, Kitab 9 Imam dalam CD Kutub al-
Tis’ah.
7. Husaini Majid Hasyim. 2003. Syarah Riyadhush Shalihin Jilid I. Surabaya: Bina
Ilmu.
8. Masjefuk Judbi. 2007. Studi Islam Jilid 1 Akidah. Bandung : Adiatama..
9. Muhammad Nu’aim. 2002. Iman (Rukun, Hakikat dan yang Membatalkannya).
Bandung : Asyamil.
10. Muhammad. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Bandung :
Pustaka Media.
11. Muhammad Fuad Abdul Baqi. 2002. Al-Lu’lu’ wal Marjan. Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar.
12. Muslim, hadis no.86 Bab Penjelasan Bahwa Iman Berkurang Karena Kemaksiatan,
Kitab 9 Imam dalam CD Kutub al-Tis’ah.

Page
13

Anda mungkin juga menyukai