Anda di halaman 1dari 15

Makalah

HADIS TARBAWY

Hadis Tentang Realisasi Iman dalam Kehidupan Sosial

Dosen Pengampu : Dr. Hj. St. Kuraedah M. Ag

Disusun Oleh:

Intan Indriawati

19010104029

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji bagi Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmatnya dan memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah Hadis Tarbawy ini yang berjudul
“Hadis Tentang Realisasi Iman dalam Kehidupan Sosial”.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya
pada akhir zaman.
Makalah ini juga tidak akan dapat terwujud tanpa bimbingan serta arahan dari
orang-orang terdekat. Oleh karena itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Hj. St Kuraedah., M.Ag., dosen pengampu mata kuliah manajmen pendidikan
2. Teman-teman sekelompok yang telah bekerja sama dalam pembuatan makalah
3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun bisa
memberikan banyak manfaat serta dapat menambah pengetahuan terutama dalam hal
materi yang mengenai Hadis Tentang Realisasi Iman dalam Kehidupan Sosial.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta kritikan
dari para pembaca.
Kendari, 15 Oktober 2022
Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Rumusan Masalah ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Hadis Tentang Realisasi Iman dalam Kehidupan Sosial ............................ 3


B. Konsep Iman............................................................................................... 5
C. Macam-macam Perbuatan .......................................................................... 6
D. Realisasi Iman dalam Menghadapi Tamu .................................................. 7
E. Cinta Sesama Muslim sebagian dari iman ................................................. 8
F. Selalu Membahagiakan Orang Lain ........................................................... 8
G. Contoh Kasus dan Solusinya ...................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10

A. Kesimpulan .................................................................................................. 10
DAFTAR PUTAKA ............................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu aspek kajian terpenting dalam sejumlah besar hadits Nabi
adalah persoalan al-iman (kepercayaan dengan berbagai aspek kandungan di
dalamnya. Hampir-hampir umat Islam terfokus pada kajian iman dalam
pengertian yang terbatas, parsial dengan melihat aspek iman hanya persoalan
teologis kepada Allah, Rasul, kitab-kitab, malaikat, hari kiamat dan takdir. Iman
bukan merupakan kata benda yang statis, tetapi iman adalah energi spiritual yang
mengendalikan dan mengarahkan ego seseorang untuk mengerti, memilih dan
menjalani kebenaran. Karena itu iman tidak berhenti pada pengakuan atau
pernyataan akan kepercayaan adanya Tuhan saja, lebih jauh lagi iman adalah
aktualisasi dalam amal kesalehan, sehingga iman yang tidak melahirkan
kesalehan bertindak adalah dusta. Oleh karenanya mengkaji keimanan
sebagaimana dipraktikkan dan diajarkan oleh Rasulullah merupakan kajian
menarik dan akan selalu urgen dan tidak akan pernah purna dan sempurna bagi
pecinta Allah dan Rasulnya (Puspitaningrum, 2020).
Para sahabat dan ulama telah mendefinisikan istilah iman, sepeti
diucapkan oleh Ali bin Abi Thalib r.a “iman itu ucapan dengan lidah dan
kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota” Aisyah r.a
berkata “iman kepada allah itu mengakur dengan lisan dan membenarkan dengan
hati dan mengerjakan dengan anggota.” Imam al ghazali menguraikan makna
iman “pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati
dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota). Dengan demikian
yang dikatakan beriman itu keyakinan yang dibenarkan oleh hati, diikrarkan
dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa hadis tentang realisasi iman dalam kehidupan sosial?
2. Apa konsep iman?
3. Apa saja macam-macam perbuatan?
4. Apa realisasi iman dalam menghadapi tamu?
5. Kenapa cinta sesama muslim sebagian dari iman?
6. Apa hakikat membahagiakan orang lain?
7. Apa contoh kasus dan solusi dari realisasi iman dalam kehidupan sosial?

C. Tujuan Rumusan Masalah

1. Mengetahui hadis tentang realisasi iman dalam kehidupan sosial?


2. Mengetahui konsep iman?
3. Mengetahui apa saja macam-macam perbuatan?
4. Mengetahui apa realisasi iman dalam menghadapi tamu?
5. Mengetahui kenapa cinta sesama muslim sebagian dari iman?
6. Mengetahui apa hakikat membahagiakan orang lain?
7. Mengetahui apa contoh kasus dan solusi dari realisasi iman dalam kehidupan
sosial?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadis Tentang Realisasi Iman dalam Kehidupan Sosial

Hadis tentang realisasi iman dalam kehidupan sosial

‫حد ثنا عبدﷲ بن يوسف حد ثنا الليث قال حد ثنى سعيد المقبرى عن ابى شريح العد وى‬
‫و اليوم‬ ‫قال سمعت اذنـاي وابصرت عيناي حين تكلم النبي ﷺ فقال من كان يؤمن با‬
‫اﻻخر فليكرم ضيفه جائزته قال وماجا ئزته يا رسول ﷲ ؟ قال يوم وليلة والضيا فة ثﻼ ثة‬
‫و اليوم اﻻخر فليكرم جاره‬ ‫ايـام فما كان وراء ذالك فهو صدقة عليه ومن كان يؤمن با‬
‫واليوم اﻷخر فليقل خير ااو ليصمت‬ ‫ومن كان يؤمن بـا‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah
menceritakan kepada kami Al Laits dia berkata; telah menceritakan kepadaku
Sa’id Al Maqburi dari Abu Syuraih Al ‘Adawi dia berkatta; “saya telah
mendengar dengan kedua telingaku dan melihat dengan kedua mataku ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan sabdanya: “Barang siapa
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya, dan
barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan
tamunya, dan menjamunya” dia bertanya; “Apa yang dimaksud dengan
menjamunya wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Yaitu pada siang dan malam
harinya, bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah bagi tamu tersebut.”
Dan beliau bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaknya dia berkata dengan baik atau diam.

Diantara hal-hal yan harus diperhatikan dalam memuliakan tamu adalah


memberikan sambutan yang hangat. Hal ini akan lebih baik dari pada di sambut
hidangan yang mahal-mahal, tetapi dengan muka masam dan kecut. Namun dalm
menjamu tamunya ini haruslah sesuai dengan kemampuan (Fathy, 2019).

3
Seandainya kedatangan tamu yang bermaksud meminta tolong tentang suatu
masalah atau kesulitan, sebagai orang muslim kita harus memberinya bantuan
semampunya. Apabila tamunya tidak mengatakan suatu kebutuhan, tetapi kita
mengetahui bahwa tamu tersebut dalam keadaan kafir,sedangkan kita
mampu,berilah bantuan apalagi kalau tamu tersebut masih kerabat (Fathy, 2019).
Dan sebaiknya pihak tamu pun harus mengerti ketentuan bertamu dalam
islam.
Dalam (Arafat, 2015) Hadis ini pun didukung oleh beberapa ayat Al-Quran,
yakni sebagai berikut:

‫س ْنت ُ ْم إِ ْن‬ َ ‫سأْت ُ ْم إِ ْن َ و ۖ ◌   ِﻷ َ ْﻧﻔُ ِس ُﻜ ْم أ َ ْح‬


َ ‫س ْنت ُ ْم أ َ ْح‬ َ َ ‫ا ◌   افَلَهَ أ‬ ِ َ ‫سئُوا ْاﻷ‬
ۚ َ‫اخ َرةِ َو ْعدُ َﺟﺎ ٓ َء فَإِذ‬ ‫ُو ُﺟو َه ُﻜ ْم ِليَ ُٓۥ‬
‫علَ ْوا َمﺎ َو ِليُتَبِّ ُروا َم ﱠرةٍ أَ ﱠو َل دَ َخلُوهُ َﻛ َمﺎ ْال َمس ِْجدَ َو ِليَ ْد ُخلُوا‬ ً ِ‫تَتْب‬
َ ‫يرا‬

Artinya: "Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu
sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu
sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan
musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid
(Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan
mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai." (QS. Al-Isra: 7)

Dalam ayat ini, Allah menyerukan kepada manusia untuk perbanyak berbuat
baik dan saling menghargai kepada sesama manusia. Jika kita berbuat jahat, maka
kejahatan itu akan berbalik pada diri sendiri. Namun, jika kita berbuat baik kepada
sesama, maka Allah-lah yang akan membantu dan mempermudah hidup kita.

‫ص ِل ُحوا إِ ْخ َوة ٌ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ﻧﱠ َمﺎ‬


ْ َ ‫وا ◌   أَخ ََو ْي ُﻜ ْم بَ ْي َن فَأ‬
ۚ ُ‫ت ُ ْر َح ُمونَ لَﻌَلﱠ ُﻜ ْم ﱠ َ َواتﱠق‬

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu


damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)

4
Ayat ini mengajarkan kita untuk menjadi makhluk yang bisa menjaga
hubungan, bahkan dapat berdamai dengan sesama. Selain itu, jangan saling
berselisih agar tidak memicu terjadinya perpecahan.

‫ﻰ قَ ْو ٍم ِ ّم ْن قَ ْو ٌم يَ ْسخ َْر َﻻ َءا َمنُوا الﱠذِينَ ٰيٓأَيﱡ َهﺎ‬ ٓ ٰ‫عس‬ َ َ ‫سﺎ ٓ ٌء َو َﻻ ِّم ْن ُه ْم َخي ًْرا يَ ُﻜوﻧُوا ْنأ‬َ ِ‫سﺎٓءٍ ِّم ْن ﻧ‬
َ ِّ‫ﻧ‬
َ ‫س ُﻜ ْم ت َ ْل ِم ُز ٓوا َو َﻻ ۖ ◌   ِّم ْن ُه ﱠن َخي ًْرا يَ ُﻜ ﱠن أ َ ْن‬
ٓ ٰ‫عس‬
‫ﻰ‬ ِ ‫س ۖ ◌   بِ ْﺎﻷ َ ْل ٰق‬
َ ُ‫ﺐ تَنَﺎبَ ُزوا َو َﻻ أ َ ْﻧﻔ‬ َ ْ‫سو ُق ِاﻻ ْس ُم بِﺌ‬ ُ ُ‫ْالﻔ‬
ٓ
ِ ْ   ◌ ۚ ‫الظ ِل ُمونَ ُم ُه فَأ ُ ٰولﺌِكَ يَتُﺐْ لﱠ ْم َو َم ْن‬
َ‫اﻹيمٰ ِن بَ ْﻌد‬ ‫ﱣ‬

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum


mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-
perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan
(yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok).
Janganlah ka mu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil
dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang
buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujurat: 11)

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala melarang umat-Nya untuk merendahkan dan
mencela sesama manusia karena itu akan menimbulkan perselisihan. Bahkan,
orang yang melakukannya disebut zalim.

B. Konsep Iman
Iman artinya dalam Islam menurut segi istilah disebut sebagai keyakinan
bulat yang dibenarkan oleh hati, diikrarkan oleh lidah, dan dimanifestasikan
dengan amalan atau pembenaran dengan penuh keyakinan. Tanpa adanya sedikit
pun keraguan mengenai ajaran yang datang dari Allah dan Rasulullah SAW
(Saraswati, 2020).

5
Iman yang berasal dari bahasa Arab ini memang mempunyai arti keyakinan,
dan tersirat adanya perbuatan. Iman yang diucapkan dengan lisan saja belum
menghasilkan apa-apa. Oleh karena itu, dalam realisasinya iman itu perlu adanya
perbuatan sesuai dengan yang kita yakini. Misalnya kita beriman adanya Allah
Swt, maka untuk membuktikannya kita harus mematuhi segala yang diperintahkan
oleh Allah Swt (Puspitaningrum, 2020).

(Fathy, 2019) Dalam surat Al-Hujurat ayat 15 Allah Berfirman:


۟ ‫ُوا َو ٰ َﺟ َهد‬
‫ُوا بِأ َ ْم ٰ َو ِل ِه ْم َوأَﻧﻔ ُ ِس ِه ْم فِﻰ‬ ۟ ‫سو ِلِۦه ث ُ ﱠم لَ ْم يَ ْرتَﺎب‬ ۟ ُ‫إِﻧﱠ َمﺎ ْٱل ُمؤْ ِمنُونَ ٱلﱠذِينَ َءا َمن‬
ُ ‫وا بِٱ ﱠ ِ َو َر‬
َ ٓ
◌‫ص ِدقُون‬ ‫س ِبي ِل ٱ ﱠ ِ ۚ أ ُ ۟و ٰلَﺌِ َك ُه ُم ٱل ٰ ﱠ‬
َ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-
orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah. mereka itulah orang-orang yang benar”. (Q.S Al-Hujurat:15).
Dari ayat tersebut kita mengetahui bahwa iman yang diterima dan benar
adalah keyakinan yang tidak dicampuri dengan keraguan dan amalan yang
diantaranya berupa jihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah Swt. Jadi iman yang
benar adalah yang meliputi dua hal, yaitu pertama, keyakinan kuat yang tidak
dicampuri dengan keraguan; Kedua perbuatan yang membuktikan keyakinan itu
dan ia merupakan buahnya.
C. Macam-macam Perbuatan

1. Perbuatan hati, misalnya kita takut kepada Allah, beribadah kepada-Nya dan
bertawakal kepada-Nya;
2. Perbuatan lidah, misalnya mengucapkan dua kalimat syahadat, bertasbih,
beristighfar, dan berdakwah;
3. Perbuatan anggota badan, misalnya shalat, zakat, puasa, jihad di jalan Allah,
mencari ilmu karena Allah, berdagang, bertani, dan bekerja di bidang industri

6
dalam rangka melaksanakan perintah Allah untuk mengelola bumi sesuai
dengan ajaran-ajaran Islam (Yatim et al., 2019).
D. Realisasi Iman dalam Menghadapi Tamu

Ada tiga perkara yang didasarkan atas keimanan kepada Allah dan hari
akhir, yakni memuliakan tamu, memuliakan tetangga dan berbicara baik atau
diam. Adapun alasan penyebutan dua keimanan yakni iman kepada Allah dan hari
akhir karena iman kepada Allah merupakan permulaan sedaga sesuatu dan
tangannya lah segala kebaikan dan kejelekan. Seaakan hari akhir merupakan akhir
kehidupan dunia, yang didalamnya mencakup hari kebangkitan, mahsyar, hisab,
dan surga – neraka, dan banyak sekali yang harus diimani pada hari akhir
tersebut. Dengan demikian seandainya manusia betul-betu beriman kepada allah
dan hari akhir, ia akan berbuat kebaikan dan menjauhi segala kemunkaran dan
kemaksiatan. Namun demikian, tidak berarti bahwa orang yang tidak memuliakan
tamu dan tetangga, serta tidak berkata yang baik dianggap tidak beriman kepada
Allah dan Rasulnya, maksud beriman kepada Allah dan hari akhir adalah sebagai
penyempurnaan iman. Ketiga hal diatas sangat penting dalam kehidupan sosial
(Fathy, 2019).

1. Memuliakan Tamu
Yang dimaksud dengan memuliakan tamu adalah memperbaiki
pelayanan terhadap mereka sebaik mungkin. Pelayanan yang baik tentu saja
dilakukan berdasarkan kemampuan dan tidak memaksakan di luar dari
kemampuan.
2. Menghormati Tetangga
Maksud tetangga disini adalah umum, baik yang dekat maupun jauh,
muslim, kafir, ahli ibadah, orang fasik, musuh dan lain-lain. Yang bertempat
tinggal dilingkungan rumah kita. Berbuat baik kepada tetangga itu dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberikan pertolongan,
menengoknya saat sakit, melayat saat ada keluarganya yang meninggal dan

7
lain-lain. Selain itu, diharuskan pula menjaga mereka dari ancaman, gangguan
dan bahaya.
3. Berbicara Baik atau Diam
Orang yang menahan banyak berbicara kecuali dalam hal-hal baik,
lebih banyak terhindar dari dosa dan kejelekan, daripada orang yang banyak
berbicara tanpa membedakan hal yang pantas dibicarakan dan yang tidak
pantas dibicarakan.
E. Cinta Sesama Muslim Sebagian dari Iman

‫ ﻻ يؤمن احد ﻛم حتﻰ‬: ‫َع ْن إَﻧ ٍَس رضئ ﷲ عنه عن النبي صلي ﷲ عليه و سلم قﺎل‬
(‫يحﺐ ﻻ خيه مﺎ يحﺐ لنﻔسهﻌنه)روه البخﺎرو مسلم والنسﺎئ‬

Artinya: Dari Anas r.a. berkata bahwa nabi saw bersabda: “ Tidakah
termasuk beriman seseorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (H.R Bukhari, Muslim, Ahmad, dan
Nasa`i)

Hadis di atas menegaskan bahwa di antara ciri kesempurnaan iman


seseorang adalah bahwa ia mencintai sesamanya seperti mencintai dirinya sendiri.
Kecintaan yang dimaksudkan disini termasuk di dalam rasa bahagia jika melihat
sesamanya muslim mendapatkan kebaikan yang ia senangi, dan tidak senang jika
sesamanya muslim mendapat kesulitan dan musibah yang ia sendiri
membencinya. Ketiadaan sifat seperti itu menurut hadis di atas menunjukkan
kurang atau lemahnya tingkat keimanan seseorang (Puspitaningrum, 2020).
F. Selalu Membahagiakan Orang Lain

Dalam (Puspitaningrum, 2020) Membahagiakan orang lain merupakan


perbuatan yang disenangi Allah dan manusia. Perbuatan yang dapat
membahagiakan orang lain tidak saja bersifat materi, tetapi juga bisa bersifat non
materi. Seperti:

8
1. Menampakan wajah yang simpati

2. Saling memberi nasehat

3. Memenuhi undangan

4. Menjenguk orang sakit

5. Tidak menjadi beban orang lain

6. Membayarkan hutang orang lain

7. Mendoakan orang islam

G. Contoh Kasus dan Solusi


Misal seorang muslim yang sedang putus asa atau sedang menghadapi
masalah yang sangat berat, sehingga ia memutuskan untuk mencuri dan memalak
orang lain agar mendapatkan harta dengan cara yang singkat.
Contoh lainnya adalah orang yang suka menghina kekurangan orang lain
atau menghina ras, suku, agama dan lain sebagainya, sehingga itu menyebabkan
ketidak nyamanan bagi orang lain (Fathy, 2019).
‫ المسلم من سلم المسلمون من لسﺎﻧه ويده والمهﺎﺟر‬:‫عن عبدﷲ بن عمر عن النبي ﷺ قل‬
(‫من هﺎﺟر مﺎﻧهﻰ ﷲ عنه)روه البخﺎري وابو داود والنسﺎئ‬

Artinya: “Dari Abdullah bin Umar berkata, bahwa Nabi saw, telah
bersabda: “Seorang muslim adalah orang yang menyebabkan orang-orang (islam
yang lain) selamat dari lisan dan tangannya, dan orang yang hijrah adalah orang
yang berpindah dari apa yang telah dilarang oleh Allah swt.” (H.R Bukhari, Abu
Dawud, dan Nasa`i)

Hadits di atas mengandung dua pokok bahasan, yakni tentang hakikat


seorang muslim, dalam membina hubungan dengan sesama muslim dalam
kehidupannya sehari-hari. Juga menjelaskan tentang hakikat hijrah dalam

9
pandangan Islam. Seorang muslim dalam bertindak dan bersikap senantiasa
berbuat adil dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Dia sangat hati-hati
dalam berbicara dan berbuat (Fathy, 2019).

Seorang muslim idealnya tidak boleh menyakiti saudaranya sendiri, baik


dengan cara menghina, memfitnah maupun menjelek-jelekan saudaranya
dihadapan orang lain. Dalam hadis di atas adalah memberi motivasi agar umat
Islam senantiasa berlaku baik terhadap sesamanya muslim dan tidak menyakitinya,
baik secara fisik maupun hati. Mengingat pentingnya hubungan baik dengan
sesama muslim, maka Rasulullah saw. menggambarkannya sebagai ciri tingkat
keislaman seseorang. Orang yang tidak memberikan rasa tenang dan nyaman
terhadap sesamanya muslim dikategorikan orang muslim sejati. Oleh sebab itu,
seorang muslim yang sejati harus mampu menjaga dirinya sehingga orang lain
selamat dari kezaliman atau perbuatan jelek tangan dan mulutnya. Dengan kata
lain, ia harus berusaha agar saudaranya sesama muslim tidak merasa disakiti oleh
tangannya, baik fisik seperti dengan memukulnya, merusak harta bendanya, dan
lain-lain ataupun dengan lisannya. Selain itu, sebagai umat muslim yang baik juga
harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt agar diberikan kesabaran,
ketabahan, taufik serta hidayah sehingga dapat selalu menjaga tingkah laku dengan
baik serta selalu dijunjung menuju jalan yang lurus (Arafat, 2015).

10
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Iman merupakan salah satu aspek kajian terpenting dalam sejumlah hadis
Nabi shalallahu alaihi wassalam. Dan iman ini berkenaan dengan hati dan tentunya
tidak satupun yang tau akan sesuatu yang ada didalam hati kecuali Allah SWT.
Namun, sebagai orang yang lemah manusia dapat menilai apakah seorang itu
benar-benar beriman yang baik atau tidak tentunya dapat dinilai dari perbuatan
baik maupun buruk yang nyata dalam kehidupannya. Karena iman tidak hanya
cukup dengan pengakuan hati tetapi harus terealisasi dalam kehidupannya. Bila
baik perilakunya itu adalaPh indikasi bahwa imannya bagus, sebaliknya bila jelak
berarti imannya rusak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arafat, A. T. (2015). HAKIKAT HATI MENURUT AL-HAKIM AL-TIRMIZI.


JURNAL SMART, 1(1), 83–95.

Fathy, R. (2019). Modal Sosial : Konsep , Inklusifitas Dan Pemberdayaan


Masyarakat. Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Sosiologi Cite, 3(2), 36.

Puspitaningrum, Y. (2020). Konsep Iman , Kufur dan Nifaq. Jurnal Penidikan Islam
Dan Isu-Isu Sosial, 18(2), 28–41.

Saraswati, E. (2020). Pena : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Analisis Nilai
Keimanan dalam Kehidupan Sosial pada Naskah Drama Balada Langgar Tua.
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 10(1), 64–79.

Yatim, A., Kelurahan, D. I., Obo, B., Bathin, K., Duri, S., Kurnia, H.,
Pengembangan, J., Islam, M., Dakwah, F., Komunikasi, D. A. N., Islam, U.,
Sultan, N., & Kasim, S. (2019). No. 3823/PMI-D/SD-S1/2019 (H. KURNIA
(ed.); 2019th ed., Issue 3823). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.

12

Anda mungkin juga menyukai