HADIS TARBAWY
Disusun Oleh:
Intan Indriawati
19010104029
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................. 10
DAFTAR PUTAKA ............................................................................................ 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek kajian terpenting dalam sejumlah besar hadits Nabi
adalah persoalan al-iman (kepercayaan dengan berbagai aspek kandungan di
dalamnya. Hampir-hampir umat Islam terfokus pada kajian iman dalam
pengertian yang terbatas, parsial dengan melihat aspek iman hanya persoalan
teologis kepada Allah, Rasul, kitab-kitab, malaikat, hari kiamat dan takdir. Iman
bukan merupakan kata benda yang statis, tetapi iman adalah energi spiritual yang
mengendalikan dan mengarahkan ego seseorang untuk mengerti, memilih dan
menjalani kebenaran. Karena itu iman tidak berhenti pada pengakuan atau
pernyataan akan kepercayaan adanya Tuhan saja, lebih jauh lagi iman adalah
aktualisasi dalam amal kesalehan, sehingga iman yang tidak melahirkan
kesalehan bertindak adalah dusta. Oleh karenanya mengkaji keimanan
sebagaimana dipraktikkan dan diajarkan oleh Rasulullah merupakan kajian
menarik dan akan selalu urgen dan tidak akan pernah purna dan sempurna bagi
pecinta Allah dan Rasulnya (Puspitaningrum, 2020).
Para sahabat dan ulama telah mendefinisikan istilah iman, sepeti
diucapkan oleh Ali bin Abi Thalib r.a “iman itu ucapan dengan lidah dan
kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota” Aisyah r.a
berkata “iman kepada allah itu mengakur dengan lisan dan membenarkan dengan
hati dan mengerjakan dengan anggota.” Imam al ghazali menguraikan makna
iman “pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati
dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota). Dengan demikian
yang dikatakan beriman itu keyakinan yang dibenarkan oleh hati, diikrarkan
dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa hadis tentang realisasi iman dalam kehidupan sosial?
2. Apa konsep iman?
3. Apa saja macam-macam perbuatan?
4. Apa realisasi iman dalam menghadapi tamu?
5. Kenapa cinta sesama muslim sebagian dari iman?
6. Apa hakikat membahagiakan orang lain?
7. Apa contoh kasus dan solusi dari realisasi iman dalam kehidupan sosial?
2
BAB II
PEMBAHASAN
حد ثنا عبدﷲ بن يوسف حد ثنا الليث قال حد ثنى سعيد المقبرى عن ابى شريح العد وى
و اليوم قال سمعت اذنـاي وابصرت عيناي حين تكلم النبي ﷺ فقال من كان يؤمن با
اﻻخر فليكرم ضيفه جائزته قال وماجا ئزته يا رسول ﷲ ؟ قال يوم وليلة والضيا فة ثﻼ ثة
و اليوم اﻻخر فليكرم جاره ايـام فما كان وراء ذالك فهو صدقة عليه ومن كان يؤمن با
واليوم اﻷخر فليقل خير ااو ليصمت ومن كان يؤمن بـا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah
menceritakan kepada kami Al Laits dia berkata; telah menceritakan kepadaku
Sa’id Al Maqburi dari Abu Syuraih Al ‘Adawi dia berkatta; “saya telah
mendengar dengan kedua telingaku dan melihat dengan kedua mataku ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan sabdanya: “Barang siapa
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya, dan
barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan
tamunya, dan menjamunya” dia bertanya; “Apa yang dimaksud dengan
menjamunya wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Yaitu pada siang dan malam
harinya, bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah bagi tamu tersebut.”
Dan beliau bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaknya dia berkata dengan baik atau diam.
3
Seandainya kedatangan tamu yang bermaksud meminta tolong tentang suatu
masalah atau kesulitan, sebagai orang muslim kita harus memberinya bantuan
semampunya. Apabila tamunya tidak mengatakan suatu kebutuhan, tetapi kita
mengetahui bahwa tamu tersebut dalam keadaan kafir,sedangkan kita
mampu,berilah bantuan apalagi kalau tamu tersebut masih kerabat (Fathy, 2019).
Dan sebaiknya pihak tamu pun harus mengerti ketentuan bertamu dalam
islam.
Dalam (Arafat, 2015) Hadis ini pun didukung oleh beberapa ayat Al-Quran,
yakni sebagai berikut:
Artinya: "Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu
sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu
sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan
musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid
(Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan
mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai." (QS. Al-Isra: 7)
Dalam ayat ini, Allah menyerukan kepada manusia untuk perbanyak berbuat
baik dan saling menghargai kepada sesama manusia. Jika kita berbuat jahat, maka
kejahatan itu akan berbalik pada diri sendiri. Namun, jika kita berbuat baik kepada
sesama, maka Allah-lah yang akan membantu dan mempermudah hidup kita.
4
Ayat ini mengajarkan kita untuk menjadi makhluk yang bisa menjaga
hubungan, bahkan dapat berdamai dengan sesama. Selain itu, jangan saling
berselisih agar tidak memicu terjadinya perpecahan.
ﻰ قَ ْو ٍم ِ ّم ْن قَ ْو ٌم يَ ْسخ َْر َﻻ َءا َمنُوا الﱠذِينَ ٰيٓأَيﱡ َهﺎ ٓ ٰعس َ َ سﺎ ٓ ٌء َو َﻻ ِّم ْن ُه ْم َخي ًْرا يَ ُﻜوﻧُوا ْنأَ ِسﺎٓءٍ ِّم ْن ﻧ
َ ِّﻧ
َ س ُﻜ ْم ت َ ْل ِم ُز ٓوا َو َﻻ ۖ ◌ ِّم ْن ُه ﱠن َخي ًْرا يَ ُﻜ ﱠن أ َ ْن
ٓ ٰعس
ﻰ ِ س ۖ ◌ بِ ْﺎﻷ َ ْل ٰق
َ ُﺐ تَنَﺎبَ ُزوا َو َﻻ أ َ ْﻧﻔ َ ْسو ُق ِاﻻ ْس ُم بِﺌ ُ ُْالﻔ
ٓ
ِ ْ ◌ ۚ الظ ِل ُمونَ ُم ُه فَأ ُ ٰولﺌِكَ يَتُﺐْ لﱠ ْم َو َم ْن
َاﻹيمٰ ِن بَ ْﻌد ﱣ
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala melarang umat-Nya untuk merendahkan dan
mencela sesama manusia karena itu akan menimbulkan perselisihan. Bahkan,
orang yang melakukannya disebut zalim.
B. Konsep Iman
Iman artinya dalam Islam menurut segi istilah disebut sebagai keyakinan
bulat yang dibenarkan oleh hati, diikrarkan oleh lidah, dan dimanifestasikan
dengan amalan atau pembenaran dengan penuh keyakinan. Tanpa adanya sedikit
pun keraguan mengenai ajaran yang datang dari Allah dan Rasulullah SAW
(Saraswati, 2020).
5
Iman yang berasal dari bahasa Arab ini memang mempunyai arti keyakinan,
dan tersirat adanya perbuatan. Iman yang diucapkan dengan lisan saja belum
menghasilkan apa-apa. Oleh karena itu, dalam realisasinya iman itu perlu adanya
perbuatan sesuai dengan yang kita yakini. Misalnya kita beriman adanya Allah
Swt, maka untuk membuktikannya kita harus mematuhi segala yang diperintahkan
oleh Allah Swt (Puspitaningrum, 2020).
1. Perbuatan hati, misalnya kita takut kepada Allah, beribadah kepada-Nya dan
bertawakal kepada-Nya;
2. Perbuatan lidah, misalnya mengucapkan dua kalimat syahadat, bertasbih,
beristighfar, dan berdakwah;
3. Perbuatan anggota badan, misalnya shalat, zakat, puasa, jihad di jalan Allah,
mencari ilmu karena Allah, berdagang, bertani, dan bekerja di bidang industri
6
dalam rangka melaksanakan perintah Allah untuk mengelola bumi sesuai
dengan ajaran-ajaran Islam (Yatim et al., 2019).
D. Realisasi Iman dalam Menghadapi Tamu
Ada tiga perkara yang didasarkan atas keimanan kepada Allah dan hari
akhir, yakni memuliakan tamu, memuliakan tetangga dan berbicara baik atau
diam. Adapun alasan penyebutan dua keimanan yakni iman kepada Allah dan hari
akhir karena iman kepada Allah merupakan permulaan sedaga sesuatu dan
tangannya lah segala kebaikan dan kejelekan. Seaakan hari akhir merupakan akhir
kehidupan dunia, yang didalamnya mencakup hari kebangkitan, mahsyar, hisab,
dan surga – neraka, dan banyak sekali yang harus diimani pada hari akhir
tersebut. Dengan demikian seandainya manusia betul-betu beriman kepada allah
dan hari akhir, ia akan berbuat kebaikan dan menjauhi segala kemunkaran dan
kemaksiatan. Namun demikian, tidak berarti bahwa orang yang tidak memuliakan
tamu dan tetangga, serta tidak berkata yang baik dianggap tidak beriman kepada
Allah dan Rasulnya, maksud beriman kepada Allah dan hari akhir adalah sebagai
penyempurnaan iman. Ketiga hal diatas sangat penting dalam kehidupan sosial
(Fathy, 2019).
1. Memuliakan Tamu
Yang dimaksud dengan memuliakan tamu adalah memperbaiki
pelayanan terhadap mereka sebaik mungkin. Pelayanan yang baik tentu saja
dilakukan berdasarkan kemampuan dan tidak memaksakan di luar dari
kemampuan.
2. Menghormati Tetangga
Maksud tetangga disini adalah umum, baik yang dekat maupun jauh,
muslim, kafir, ahli ibadah, orang fasik, musuh dan lain-lain. Yang bertempat
tinggal dilingkungan rumah kita. Berbuat baik kepada tetangga itu dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberikan pertolongan,
menengoknya saat sakit, melayat saat ada keluarganya yang meninggal dan
7
lain-lain. Selain itu, diharuskan pula menjaga mereka dari ancaman, gangguan
dan bahaya.
3. Berbicara Baik atau Diam
Orang yang menahan banyak berbicara kecuali dalam hal-hal baik,
lebih banyak terhindar dari dosa dan kejelekan, daripada orang yang banyak
berbicara tanpa membedakan hal yang pantas dibicarakan dan yang tidak
pantas dibicarakan.
E. Cinta Sesama Muslim Sebagian dari Iman
ﻻ يؤمن احد ﻛم حتﻰ: َع ْن إَﻧ ٍَس رضئ ﷲ عنه عن النبي صلي ﷲ عليه و سلم قﺎل
(يحﺐ ﻻ خيه مﺎ يحﺐ لنﻔسهﻌنه)روه البخﺎرو مسلم والنسﺎئ
Artinya: Dari Anas r.a. berkata bahwa nabi saw bersabda: “ Tidakah
termasuk beriman seseorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (H.R Bukhari, Muslim, Ahmad, dan
Nasa`i)
8
1. Menampakan wajah yang simpati
3. Memenuhi undangan
Artinya: “Dari Abdullah bin Umar berkata, bahwa Nabi saw, telah
bersabda: “Seorang muslim adalah orang yang menyebabkan orang-orang (islam
yang lain) selamat dari lisan dan tangannya, dan orang yang hijrah adalah orang
yang berpindah dari apa yang telah dilarang oleh Allah swt.” (H.R Bukhari, Abu
Dawud, dan Nasa`i)
9
pandangan Islam. Seorang muslim dalam bertindak dan bersikap senantiasa
berbuat adil dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Dia sangat hati-hati
dalam berbicara dan berbuat (Fathy, 2019).
10
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Iman merupakan salah satu aspek kajian terpenting dalam sejumlah hadis
Nabi shalallahu alaihi wassalam. Dan iman ini berkenaan dengan hati dan tentunya
tidak satupun yang tau akan sesuatu yang ada didalam hati kecuali Allah SWT.
Namun, sebagai orang yang lemah manusia dapat menilai apakah seorang itu
benar-benar beriman yang baik atau tidak tentunya dapat dinilai dari perbuatan
baik maupun buruk yang nyata dalam kehidupannya. Karena iman tidak hanya
cukup dengan pengakuan hati tetapi harus terealisasi dalam kehidupannya. Bila
baik perilakunya itu adalaPh indikasi bahwa imannya bagus, sebaliknya bila jelak
berarti imannya rusak.
11
DAFTAR PUSTAKA
Puspitaningrum, Y. (2020). Konsep Iman , Kufur dan Nifaq. Jurnal Penidikan Islam
Dan Isu-Isu Sosial, 18(2), 28–41.
Saraswati, E. (2020). Pena : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Analisis Nilai
Keimanan dalam Kehidupan Sosial pada Naskah Drama Balada Langgar Tua.
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 10(1), 64–79.
Yatim, A., Kelurahan, D. I., Obo, B., Bathin, K., Duri, S., Kurnia, H.,
Pengembangan, J., Islam, M., Dakwah, F., Komunikasi, D. A. N., Islam, U.,
Sultan, N., & Kasim, S. (2019). No. 3823/PMI-D/SD-S1/2019 (H. KURNIA
(ed.); 2019th ed., Issue 3823). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
12