Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU TAUHID

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SYAHADAT


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Tauhid

Dosen Pengampu : Nanang Suryatna, MA

Disusun oleh :
Kelompok 3

1. Fina Apriana (1224060046)


2. Hilda Niar Rizkia Mayang SA (1224060055)
3. Hilman Fathurrahman (1224060056)
4. Hopipah Nurul Ihsan (1224060058)
5. Irma Nurlina (1224060064)
6. Liya Saira Agustina (1224060072)
7. Mochammad Kusuma Fajar (1224060077)
8. Muhamad Azmi Ramadan (1224060080)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI HUMAS

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Karunia-Nya Kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “ Hal – hal yang dapat membatalkan
Syahadat ” ini membahas mengenai Pengertian, Syarat syahadat, Rukun syahadat, dan hal – hal
yang membatalkan syahadat. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Tauhid.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan Kami tentang pentingnya mengetahui
lebih dalam mengenai syahadat.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahauan Kami. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapakan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Nanang Suryatna, MA. selaku dosen pengajar Mata Kuliah Ilmu Tauhid,
dan Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Syahadat ............................................................................................................................ 2
2.2 Syarat Syahadat ................................................................................................................................... 2
2.3 Rukun Syahadat .................................................................................................................................. 4
2.4 Hal-hal yang membatalkan syahadat .................................................................................................. 5
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata syahadat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab syahida yang artinya menjadi
saksi. Arti harfiah dari syahadat adalah mengambil saksi, berjanji setia, dan mengaku. Aqidah
merupakan faktor penentu dalam menerima atau menolak perbuatan manusia. Kesempurnaan
amal manusia tergantung pada apa itu tauhid.

Orang yang bersedekah tetapi belum sempurna tauhidnya, misalnya karena bercampur
dengan riya, tidak ikhlas dan lalai. Kedermawanannya, alih-alih mencapai kebahagiaan, pasti
akan menjadi bumerang baginya. Dengan mengucapkan dua rukun syahadat, seseorang
membuktikan dirinya sebagai satu-satunya hamba Allah.

Ungkapan "Lailaaha illallahu dan Muhammadur Rasulullah" selalu terpatri di jiwanya


dan dia menggerakkan anggota tubuhnya untuk menyembah tidak lain adalah Allah.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari Syahadat ?
2. Ada berapa syarat dan rukun syahadat ?
3. Hal apa saja yang dapat membatalkan syahadat ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari syahadat
2. Untuk mengetahui syarat dan rukun syahadat
3. Menjelaskan hal apa saja yang dapat membatalkan syahadat

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Syahadat

Syahadat merupakan sesuatu yang sangat penting dalam Islam, selain harus dijaga,
sebagai orang Muslim kita juga perlu berhati terhadap hal yang membatalkan syahadat.
Syahadat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu syahida yang artinya telah bersaksi.
Arti secara harfiah syahadat adalah memberikan persaksian, memberikan ikrar setia dan
memberikan pengakuan.
Syahadat merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal manusia. Sempurna dan
tidaknya amal seseorang tergantung apa tauhidnya. Orang yang beramal tetapi tauhidnya tidak
sempurna, misalnya karena dicampuri Riya’, tidak ikhlas, berbuat syirik, niscaya amalnya
akan menjadi bumerang baginya, bukan mendapatkan kebahagiaan. Seluruh amal harus
dilakukan ikhlas karena allah, baik itu berupa sholat, zakat, sodaqoh, puasa, haji, dan lainnya.

2.2 Syarat Syahadat

Syarat Bertauhid Tauhid memiliki tujuh syarat yang jika salah satunya tidak terpenuhi
maka tidak dapat dikatakan telah bertauhid. Ketujuh syarat tersebut merupakan hasil istiqra
(pengamatan) terhadap nash-nash yang tersaji dalam Al-Quran, As-Sunnah ataupun Al-Atsar.
Persaksian dengan kalimat laailahailallah yang merupakan kunci untuk membuka pintu surga
tentu harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
a. Al Ilmu (Ilmu)
Al ilmu adalah ilmu dalam menafikan dan menetapkan; menafikan semua jenis ibadah
kepada seluruh sesembahan selain Allah, dan menetapkan semua ibadah hanya kepada Allah.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT yang artinya: "Hanya kepada Engkaulah kami
menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah [1]: 5)

Maksudnya, kami hanya menyembah-Mu dan tidak menyembah selain-Mu, kami hanya
meminta pertolongan kepada-Mu dan tidak meminta pertolongan kepada selain-Mu. Orang yang
mengucapkan lä ilaha illallah wajib mengilmui makna dari la ilaha illallah.

Para ahli tafsir menjelaskan maksud illa man syahida adalah 'kecuali mereka yang
mengetahui apa yang mereka syahadatkan tersebut oleh lisan dan hari mereka. Dari Utsman bin
'Affan r.a., Rasulullah SAW. bersabda: "Barang siapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tiada
sesembahan yang berhak disembah selain Allah, akan masuk surga."

2
b. Al Yaqin (Meyakini)
Al yaqin menafikan syakk dan rayb (keraguan). Artinya, seeorang meyakini secara tegas
kalimat La ilaha illallah, tanpa ada keraguan dan kebimbangan, sebagaimana Allah SWT.
menyifati orang mukmin dalam Q.s Al-hujurat.

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan
harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. Al-Hujurat [49]:
15)

c. Al Ikhlas (Ikhlas)
Al ikhlas menafikan syirik dan riya', yaitu dengan membersihkan amal dari semua cabang
kesyirikan yang zahir ataupun yang samar, dengan mengikhlaskan niat untuk Allah semata
dalam seluruh ibadah. Allah SWT. berfirman, "...Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama
yang ikhlas (bersih dari syirik)" (QS. Az-Zumar [39]: 3).

d. Ash Shidqu (jujur)


Ash shidqu menafikan al kadzab (dusta), yaitu dengan mengucapkan kalimat “La ilaha
illallah” secara jujur dari hatinya sesuai dengan ucapan lisannya.

e. Al Mahabbah (cinta)
Al mahabbah (cinta) menafikan al bughudlu (benci) dan al karhu (marah), yaitu orang yang
mengucapkan kalimat "La ilaha illallah" wajib mencintai Allah, Rasul-Nya, agama Islam dan
kaum muslim yang menegakkan perintah-perintah Allah dan menjaga batasan- batasannya, serta
membenci orang-orang yang bertentangan dengan kalimat "La ilaha illallah" dan mengerjakan
lawan dari kalimat "La ilaha illallali" berupa kesyirikan atau kekufuran atau mereka mengerjakan
hal yang mengurangi kesempurnaan "La ilaha illallah" karena mengerjakan kesyirikan serta
kebid'ahan.

f. Al-Ingiyad (Patuh)
Al-inqiyad (patuh) menafikan at tarku (ketidak-patuhan). Orang yang mengucapkan kalimat
"La ilaha illallah" wajib patuh terhadap syariat Allah dan taat pada hukum Allah serta pasrah
pada aturan Allah.

g. Al-Qabul (Menerima)
Al-qabul (menerima) menafikan ar-radd (penolakan). Seorang hamba wajib menerima
kalimat "La ilaha illallah" dengan hati dan lisan. Allah SWT. telah mengisahkan kepada kita
dalam Al-Quran kisah-kisah orang terdahulu yang telah diberi keselamatan karena mereka
menerima kalimat "La ilaha illallah", dan orang-orang yang dihancurkan serta dibinasakan
karena menolak kalimat tersebut. Allah SWT. berfirman: "Kemudian Kami selamatkan rasul-

3
rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban Kami
menyelamatkan orang orang yang beriman." (QS. Yunus [10]: 103)

h. Mengingkari peribadatan kepada Thaghut


Thaghut adalah segala sesuatu selain Allah yang rida disembah/diibadahi. Allah SWT
berfirman:"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam) sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut
dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat
yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah [2]: 256)

Rasulullah SAW. bersabda, "Barang siapa mengucapkan la ilāha illallah dan mengingkari
sesembahan selain Allah, haramilah harta dan darahnya sedang perhitungannya adalah terserah
kepada Allah Azza Wa Jalla." (H.R. Muslim No. 36)

2.3 Rukun Syahadat

Rukun syahadat memiliki dua rukun, yaitu an-nafyu (penafian/ peniadaan) dan al-
itshat (penetapan). Kedua rukun ini diambil dari dua penggalan kalimat tauhid la ilaha
illallah.

a. La ilaha = An-Nafyu (Meniadakan)

La ilaha = An-Nafyu yaitu meniadakan dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan serta
mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah SWT. "Meniadakan" adalah menjauhi
sesembahan selain Allah SWT., baik malaikat yang dekat dengan-Nya maupun para nabi dan
rasul yang diutus.

An-nafyu (penafian/penolakan/peniadaan) yang terkandung dalam kalimat 'La ilaha', yaitu


menafikan, menolak, dan meniadakan seluruh sembahan yang berhak untuk disembah selain
Allah SWT., baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, baik malaikat yang terdekat
dengan Allah SWT. maupun rasul yang terutus, terlebih lagi makhluk yang derajatnya di bawah
keduanya.

b. Ilallah Al-Itsbat (Menetapkan)


Ilallah al-itsbat, yaitu menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi,
melainkan Allah SWT. serta beramal dengan landasan ini. "Menetapkan" adalah menetapkan
sesembahan yang benar hanya milik Allah, sedangkan sesembahan yang lain adalah batil.

Al-itsbat (penetapan) yang terkandung dalam kalimat illallah", vaitu menetapkan seluruh
ibadah, baik lahir seperti shalat, zakat, haji, dan menyembelih maupun batin -seperti tawakal,

4
harapan, ketakutan, dan kecintaan hanya untuk Allah semata. Ucapan, seperti zikir, membaca Al-
Quran, berdoa dan sebagainya, serta perbuatan seperti ruku dan sujud sewaktu shalat, tawaf dan
sai ketika haji hanya untuk Allah SWT.

Oleh karena itu, syahadat seseorang belumlah benar jika salah satu dari dua rukun itu atau
kedua-duanya tidak dilaksanakan. Misalnya, orang yang hanya meyakini Allah itu berhak
disembah (hanya menetapkan), tetapi juga menyembah yang lain atau tidak mengingkari
penyembahan selain Allah SWT. (tidak menafikan), belumlah dianggap masuk Islam, bahkan dia
masih dianggap sebagai orang-orang yang berbuat kesyirikan. Hal ini sebagaiman firman Allah
SWT yang artinya : "Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak.
Dan apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil, dan sungguh Allah, Dialah Yang
Mahatinggi, Mahabesar." (QS. Al-Hajj [22]: 62)

Banyak ayat Al-Quran yang mencerminkan dua rukun ini, di antaranya dalam (QS. Al-
Baqarah [2]: 256) yang artinya : “…..Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada
Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan
putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."

2.4 Hal-hal yang membatalkan syahadat

Terkadang kita sebagai orang islam tidak menyadari tingkah laku atau perbuatan yang dapat
mengeluarkan kita dari agama islam atau dengan kata lain merusak syahadat yang telah
diucapkan dengan lisan dan diyakini dalam hati.
Adapun kedudukan syahadat dalam pandangan Islam sebagaimana dalam hadits yang riwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Muslim

َ ‫ش ِه َد أ َ ْن ََل إِ ٰل َه إِ اَل هللا َو ْح َدهُ ََل‬


‫ش ِر ْيكَ َله َوأَنا ُم َح امدًا‬ ُ ‫عبَادَة بن الصَامِ ت َقا َل َق َل َر‬
َ ‫س ْو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم َم ْن‬ ُ ‫ع َْن‬
‫ق أ ْد َخلَهُ هللا الجنة على ما كان من ا ْل َع َم ِل‬ ٌّ ‫سى عبد هللا ورسوله وكلمته القَا َها إلى مريم وال َجناةَ َح‬ َ ‫ي‬
ْ ‫ع‬
ِ ‫نا‬َ ‫أ‬ ‫و‬ ُ ‫ه‬ُ ‫ل‬ ‫و‬
ْ ُ َ َ ُ‫ع ْب ُده‬
‫س‬ ‫ر‬ ‫و‬ َ

Ubadah bin Shamit r.a. menuturkan, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bersyahadat
bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad
hamba Allah, Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh
daripada-Nya serta (bersyahadat pula bahwa) surga adalah berar adanya, maka Allah pasti
memasukannya ke dalam surga betapapun amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Sa’id Hawwa dalam bukunya Al-Islam, banyak orang yang keliru mengira, bahwa kalau
sudah mengucapkan dua kalimah syahadat atau sudah memiliki nama yang Islami, maka tidak
ada satupun sikap atau perbuatan yang bisa membatalkan keislaman atau membatalkan dua
kalimah syahadahnya.
Sebenarnya banyak sikap atau perbuatan seorang muslim yang bisa membatalkan dua
kalimah syahadahnya. Lalu Sa’id Hawwa menyebut dua puluh diantaranya,dan menguraikan satu
per satu. Berikut adalah hal-hal yang membatalkan syahadat:

5
1. Bertawakkal bukan kepada Allah

Allah SWT. memerintahkan umat manusia untuk berusaha dan berikhtiar, tetapi tidak
menyandarkan diri atau bertawakkal pada usaha atau ikhtiarnya itu sendiri. Bertawakkal
hanyalah dialamatkan kepada Allah SWT. semata, sebagaimana difirmankan di dalam QS. Al-
Ma'idah [5]: 23:َ ‫ّٰللا فَت ََو َّكلُ ْْٓوا ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُّمؤْ مِ نِيْن‬
ِ ‫علَى ه‬
َ ‫َو‬

Artinya: "...Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah jika kamu orang-orang beriman."
(QS. Al-Ma'idah [5]: 23)

Dari ayat di atas, dapat diketahui perbedaan antara seorang kafir dan seorang mukmin.
Seorang kafir berusaha meng- gantungkan harapan sepenuhnya kepada usaha itu, sedangkan
seorang mukmin selain berusaha secara maksimal, ia hanya menggantungkan harapan
sepenuhnya kepada Allah SWT.

2. Tidak mengakui bahwa semua nikmat lahir maupun batin adalah karunia Allah

Setiap muslim wajib mengakui bahwa semua nikmat yang dia peroleh di dunia ini adalah
karunia Allah SWT., sebagaimana dinyatakan di dalam Q.S. Luqman [31]: 20:

َ ٗ‫علَ ْي ُك ْم نِعَ َمه‬


…… ً ‫ظاه َِرة‬ ِ ‫ت َو َما فِى ْاْلَ ْر‬
َ ‫ض َوا َ ْسبَ َغ‬ ِ ‫س َّخ َر لَ ُك ْم َّما فِى السَّمٰ ٰو‬ َ ‫َّوبَاطِ نَةً اَلَ ْم ت ََر ْوا ا َ َّن ه‬
َ ‫ّٰللا‬

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi untuk (kepentinganmu) dan menyempurnakan nikmat-Nya lahir dan
hatin…….” (QS. Luqman [31]: 20)

3. Beramal dengan tujuan selain Allah

Seorang muslim harus beramal dengan ikhlas karena Allah SWT., sebagaimana dinyatakan
dalam firman-Nya Q.S. Al- An'am [6]: 162-163:

‫ب‬ ِ ‫اي َو َم َماتِ ْي ِ ه‬


ِ ‫ّلِل َر‬ َ َ‫س ِك ْي َو َم ْحي‬ َ ‫ْل ٰعلَمِ يْنَ قُ ْل ا َِّن‬
ُ ُ‫ص ََلتِ ْي َون‬

َ‫َْل ش َِريْكَ لَهٗ ۚ َوبِ ٰذلِكَ اُمِ ْرتُ َواَن َۡا ا َ َّو ُل ْال ُم ْسلِمِ يْن‬
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)"."
(QS. Al-An'am [6]: 162-163).

Kata "beramal" atau ibadah ini tidak terbatas pada amalan ritual, seperti shalat, puasa, zakat,
dan haji semata, tetapi mencakup semua amalan yang dikerjakan karena Allah. Dengan
demikian, seorang muslim tidak boleh berbuat karena sesuatu yang lain, misalnya karena
nasionalisme, hidup matinya dibaktikan untuk nasionalisme sehingga walaupun salah, dia tetap
membela nasionalismenya. Pernyataan ini bukan berarti seseorang tidak boleh membela
negaranya, tetapi yang dilarang di sini adalah apabila menjadikannya sebagai "isme", karena
apabila sudah menjadi isme, dia akan menomorsatukannya dan segala-galanya, termasuk

6
melebihi agamanya (Islam). Termasuk juga dalam kategori ini semboyan-semboyan: Ilmu untuk
ilmu, seni untuk seni, hukum untuk hukum, dan sebagainya.

4. Memberikan hak menghalalkan dan mengharamkan,hak memerintah dan melarang, atau


hak menentukan syariat atau hukum pada umumnya kepada selain Allah.

Yang berhak menentukan hukum atau syariat hanyalah Allah semata. Hal ini tertera di dalam
Q.S. Al-An'am [6]: 57:

ِ ‫ص ْال َح َّق َوه َُو َخي ُْر ْال ٰف‬


‫ص ِليْن‬ ُّ ُ‫ّلِل ٖۗ َيق‬ ْ ‫ع ٰلى َب ِينَ ٍة مِ ْن َّر ِب ْي َو َكذَّ ْبت ُ ْم ِب ٖۗه َما ِع ْن ِد‬
ِ ‫ي َما ت َ ْست َ ْع ِجلُ ْونَ ِب ٖۗه ا ِِن ْال ُح ْك ُم ا َِّْل ِ ه‬ َ ‫قُ ْل ا ِِن ْي‬

Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Aku (berada) di atas keterangan yang nyata (Al-
Quran) dari Tuhanku sedang kamu mendustakannya Bukanlah kewenanganku (untuk
menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk disegerakan kedatangannya. Menetapkan (hukum itu)
hanyalah hak Allah. Dia menerangkan kebenaran dan Dia Pemberi keputusan yang terbaik." (QS.
Al-An'am [6]: 57)

Dalam konteks ini, Allah menilai orang-orang Yahudi dan Nasrani telah mempertuhan
rahib-rahib dan pendeta-pendeta mereka karena mereka mematuhi ajaran-ajaran rahib-rahib dan
pendeta-pendeta tersebut secara membabi buta, padahal para rahib dan pendeta itu menyuruh
berbuat maksiat atau meng- haramkan yang halal. Allah berfirman di dalam Q.S. At-Taubah [9]:
31:

‫ّٰللا َو ۡال َمس ِۡي َح ۡابنَ َم ۡريَ َم ۚ َو َم ۤۡا اُمِ ُر ۡۤۡوا ا َِّْل ِليَـعۡ بُد ُۡۤۡوا ا ِٰل ًها َّواحِ دًا ۚ َ ْۤۡل ا ِٰلهَ ا َِّْل ه َُو‬ َ َ‫اِتَّ َخذُ ۡۤۡوا ا َ ۡحب‬
ِ ‫اره ُۡم َو ُر ۡهبَانَ ُه ۡم ا َ ۡربَابًا ِم ۡن د ُۡو ِن ه‬

َ‫ع َّما ي ُۡش ِر ُك ۡون‬


َ ٗ‫س ۡبحٰ نَه‬
ُ

Artinya : “Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi) dan rahib-rahib-Nya (Nasrani)


sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan Yang Mahaesa; tidak ada Tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang
mereka persekutukan." 82 (QS. At-Taubah [9]: 31)

Kaum muslim yang memiliki kualifikasi layak pun hanya diberi kewenangan menetapkan hukum
- melalui ijtihad - dalam masalah-masalah yang belum ditetapkan oleh nash (Al- Quran dan
Sunnah).

5. Taat secara mutlak kepada selain Allah dan Rasul-Nya.

Seorang muslim hanya dibenarkan taat secara mutlak kepada Allah dan Rasul-Nya (karena
taat kepada Rasul-Nya berarti taat kepada-Nya). Adapun taat kepada Ulil Amri haruslah terbatas,
selama masih dalam ruang lingkup taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman di dalam
Q.S. Asy-Syu'ara [26]: 151-152:

ِ ‫ ٱلَّذِينَ يُ ْف ِسدُونَ فِى ْٱْل َ ْر‬. َ‫َو َْل تُطِ يعُ ْٓو ۟ا أ َ ْم َر ْٱل ُمس ِْرفِين‬
ْ ُ‫ض َو َْل ي‬
َ‫ص ِل ُحون‬

7
Artinya: "Dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melampaui batas, yang
berbuat kerusakan di bumi dan tidak mengadakan perbaikan." (Q.S. Asy-Syu'ara [26]: 151-52).

Rasulullah SAW. menegaskan di dalam hadisnya:

‫ْلطاعة لمخلوق في معصية هللا عز وجل‬

Artinya: "Tidak ada ketaatan kepada makhluk mana pun dalam mendurhakai
Khaliq."

6. Tidak menegakkan hukum Allah

Sebagaimana firman-Nya di dalam QS. Al-Ma'idah [5]: 44:


ٰۡۤ ُ
َ‫ولىِٕكَ هُ ُم ْال ٰكف ُِر ْون‬ ‫… َو َم ْن لَّ ْم يَ ْح ُك ْم بِ َما ْٓ اَ ْنزَ َل ه‬
‫ّٰللاُ فَا‬

Artinya: "Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunka Allah maka mereka
itulah orang-orang kafir." (QS. Al-Ma'idah (5): 44)

7. Membenci Islam, seluruh ataupun sebagiannya.

Sebagaimana tertera d dalam firman Allah QS. Muhammad [47]: 8-9:

‫ط ا َ ْع َمالَ ُه ْم‬ ‫ ٰذلِكَ ِباَنَّ ُه ْم ك َِره ُْوا َما ْٓ ا َ ْنزَ َل ه‬.‫ض َّل أ َ ْع ٰ َملَ ُه ْم‬
َ َ‫ّٰللاُ فَاَحْ ب‬ َ َ ‫سا لَّ ُه ْم َوأ‬ ۟ ‫َوٱلَّذِينَ َكف َُر‬
ً ‫وا فَت َ ْع‬

Artinya: "Dan orang-orang yang kafir maka celakalah mereka, dan Allah menghapus segala
amalnya. Yang demikian itu karena mereka membenci apa (Al-Quran) yang diturunkan Allah
maka Allah menghapuskan segala amal mereka." (QS. Muhammad [47]: 8-9)

Termasuk dalam kategori ini ialah membenci salah satu hukum Islam, baik yang menyangkut
ekonomi, politik, sosial maupun aspek lainnya.

8. Mencintai kehidupan dunia melebihi akhirat atau menjadikan dunia segala-galanya

Sebagaimana firman-Nya di dalam Q.S. Ibrahim [14]: 2-3:

‫ش ِد ْي ٍد‬ َ ‫ض َو َو ْي ٌل ِل ْل ٰكف ِِريْنَ مِ ْن‬


ٍ ‫عذَا‬
َ ‫ب‬ َ ْ ‫ت َو َما فِى‬
ٖۗ ِ ‫اْل ْر‬ ْ ‫ّٰللا الَّ ِذ‬
ِ ‫ي لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو‬ ِ‫ه‬
ٰۡۤ ُ
‫ض ٰل ٍل بَ ِع ْي ٍد‬
َ ‫ولىِٕكَ فِ ْي‬ ‫ّٰللا َويَ ْبغُ ْونَ َها ع َِو ًجا ٖۗ ا‬ َ ‫ع ْن‬
ِ ‫سبِ ْي ِل ه‬ َ َ‫صد ُّْون‬ ٰ ْ ‫علَى‬
ُ َ‫اْلخِ َرةِ َوي‬ َ ‫الَّ ِذيْنَ يَ ْستَحِ ب ُّْونَ ْال َح ٰيوة َ الدُّ ْنيَا‬

Artinya: "Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Celakalah
bagi orang yang ingkar kepada Tuhan karena siksaan yang sangat berat, (yaitu) orang yang lebih
menyukai kehidupan dunia daripada (kehidupan) akhirat, dan menghalang- halangi (manusia)
dari jalan Allah dan menginginkan (jalan yang) bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan
yang jauh." (Q.S. Ibrahim [14]: 2-3).

8
9. Memperolok-olok Alquran dan Sunnah, atau orang-orang yang menegakkan keduanya,
atau memperolok-olok hukum Allah atau syiar Islam.

Dalam hal ini Allah berfirman di dalam Q.S. At- Taubah [9]: 64-65:

‫سأ َ ْلت َ ُه ْم لَيَقُولُ َّن‬ َ َّ ‫ورة ٌ تُنَبِئ ُ ُهم بِ َما فِى قُلُوبِ ِه ْم ۚ قُ ِل ٱ ْست َ ْه ِز ُء ْٓو ۟ا إِ َّن‬
َ ‫ َولَئِن‬. َ‫ٱّلِل ُم ْخ ِر ٌج َّما تَ ْحذَ ُرون‬ َ ‫س‬ َ ‫يَ ْحذَ ُر ْٱل ُم ٰنَ ِفقُونَ أَن تُن ََّز َل‬
ُ ‫علَ ْي ِه ْم‬
ِ َّ ‫وض َون َْل َعبُ ۚ قُ ْل أ ِب‬
ُ ‫ٱّلِل َو َءا ٰيَتِِۦه َو َر‬
‫سو ِلِۦه ُكنت ُ ْم ت َ ْست َ ْه ِز ُءون‬ َ ُ ‫ِإنَّ َما ُكنَّا نَ ُخ‬

Artinya: "Orang-orang munafik itu takut jika diturunkan suatu surat yang menerangkan apa
yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah (kepada mereka), 'Teruskanlah berolok-olok
(terhadap Allah dan Rasul-Nya). Sesungguhnya Allah akan meng- ungkapkan apa yang kamu
takuti itu. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab,
'Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja. Katakanlah, 'Mengapa
kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya, serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’" (QS. At-Taubah
[9]: 64-65)

10. Menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, dan mengharamkan apa yang di
halalkan-Nya.

Perbuatan menghalalkan yang diharamkan Allah dan mengharamkan sesuatu yang telah
dihalalkan-Nya merupakan kebohongan terhadap Allah (QS. An-Nahl [16]: 116).

َ ‫ّٰللا ْال َكذ‬


َ‫ِب َْل يُ ْف ِل ُح ْون‬ َ َ‫…ا َِّن الَّ ِذيْنَ َي ْفت َُر ْون‬
ِ ‫علَى ه‬

Artinya: “….Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak


akan beruntung. (QS. An-Nahl [16]: 116)

11. Tidak beriman dengan seluruh nash-nash, alquran dan sunnah.

Nash-nash Al-Quran dan sunnah merupakan suatu kesatuan yang wajib diimani
keseluruhannya. Menolak sebagian berarti menolak keseluruhannya, sebagaimana dinyatakan
didalam Q.S. Al-Baqarah (2): 85:

‫ان َوا ِْن يَّأْت ُ ْو ُك ْم اُسٰ ٰرى ت ُ ٰفد ُْوهُ ْم‬


ِ ٖۗ ‫اْلثْ ِم َو ْالعُد َْو‬ َ َ‫اره ِْم ت َٰظ َه ُر ْون‬
ِ ْ ‫علَ ْي ِه ْم ِب‬ ِ ‫س ُك ْم َوت ُ ْخ ِر ُج ْونَ فَ ِر ْيقًا ِم ْن ُك ْم ِم ْن ِد َي‬ ۡۤ َ ‫ث ُ َّم ا َ ْنت ُ ْم ٰ ْٓهؤ‬
َ ُ‫ُْلءِ ت َ ْقتُلُ ْونَ ا َ ْنف‬
ْ
ِ‫ي فِى ال َح ٰيوة‬ َّ ٰ ۡۤ
ٌ ‫ض فَ َما َجزَ ا ُء َم ْن يَّ ْفعَ ُل ذلِكَ مِ ْن ُك ْم اِْل خِ ْز‬ ۚ ٍ ‫ب َوت َ ْكفُ ُر ْونَ بِبَ ْع‬ ٰ ْ
ِ ‫ض ال ِكت‬ ِ ‫علَ ْي ُك ْم اِ ْخ َرا ُج ُه ْم ٖۗ اَفَتُؤْ مِ نُ ْونَ بِبَ ْع‬ َ ‫َوه َُو ُم َح َّر ٌم‬
ْ ْٓ ٰ
‫ع َّما تَ ْع َملُ ْون‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫َا‬ ‫غ‬‫ب‬ ‫ّٰللا‬
َ ٍ ِ ِ ُ‫َ ِ َ َ ه‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ب‬ٖۗ ‫ا‬َ ‫ذ‬ ‫ع‬‫ال‬ ‫َد‬
ِ ‫ش‬ َ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ِل‬ ‫ا‬ َ‫ن‬ ْ َ ِ َ ِ ‫الدُّ ْن َيا َۚو َي ْو َم ْال‬
‫ُّو‬ ‫د‬ ‫ُر‬ ‫ي‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ي‬ٰ ‫ق‬

Artinya: “Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu) dan mengusir
segolongan dari kamu dari kampung halamannya. Kamu saling membantu (menghadapi) mereka
dalam kejahatan dan permusuhan. Dan jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu
tebus mereka, padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu beriman kepada sebagian
Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan (yang pantas)
bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan
pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah
terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Baqarah [2]: 85)

9
Termasuk juga dalam kategori ini adalah orang-orang yang menambah-nambah Al-Quran dan
Sunnah, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW.:

‫من حدث عني بحديث يرى أنه كذب فهو أحد ما رواه مسلم والترمذي هـ الكاذبين‬.

Artinya: "Barang siapa yang berucap tentang hadisku dan ternyata ia dusta maka ia dianggap
sebagai salah seorang pembohong." (H.R. Muslim dan Tirmidzi).

12. Mengangkat orang-orang kafir dan munafik menjadi pemimpin dan tidak mencintai
orang-orang yang beraqidah islam.

Sebagaimana tertera di dalam QS. Al-Ma'idah [5]: 51:

ٖۗ ٍ ‫ض ُه ْم ا َ ْو ِل َي ۤۡا ُء َب ْع‬
َ ‫ض َو َم ْن يَّت ََولَّ ُه ْم مِ ْن ُك ْم فَ ِانَّهٗ مِ ْن ُه ْم ٖۗ ا َِّن ه‬
‫ّٰللا َْل َي ْهدِى‬ ُ ‫ٰ ْٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َْل تَتَّخِ ذُوا ْال َي ُه ْودَ َوالنَّصٰ ٰ ْٓرى ا َ ْو ِل َي ۤۡا َء ۘ َب ْع‬
‫ْالقَ ْو َم ال ه‬
‫ظلِمِ يْن‬

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan
Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di
antara kamu yang menjadikan mereka teman setia maka sesungguhnya dia termasuk golongan
mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalım." (QS. Al-
Ma'idah [5]: 51)

QS. An-Nisa' [4]: 138-139

Artinya: "Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka aka mendapat siksaan
yang pedih, (yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencan kekuatan di sisi orang kafir itu?
Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah." (QS. An-Nisa' [4]: 138-139)

13. Tidak beradab dalam bergaul dengan Rasulullah.

Sebagaimana tersebut di dalam QS. Al-Hujurat [49]: 2:

‫ط اَ ْع َمالُ ُك ْم َواَ ْنت ُ ْم‬


َ َ‫ض اَ ْن ت َ ْحب‬ ِ ‫ت النَّبِي ِ َو َْل ت َ ْج َه ُر ْوا لَهٗ بِ ْالقَ ْو ِل َك َج ْه ِر بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُك ْم ِلبَ ْع‬ ْ َ ‫ٰيْٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َْل ت َْرفَعُ ْْٓوا ا‬
َ َ‫ص َوات َ ُك ْم فَ ْوق‬
ِ ‫ص ْو‬
‫َْل ت َ ْشعُ ُر ْون‬

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi
suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya
(suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus,
sedangkan kamu tidak menyadari." (QS. Al-Hujurat [49]: 2)

Ancaman penghapusan pahala amalan merupakan indikator kemurtadan. Karena itu, sanksi
yang sama pun dijatuhkan Allah kepadanya sebagaimana sanksi yang dijatuhkan kepada orang-
orang murtad, sebagaimana tercantum di dalam (QS. Al- Baqarah [2]: 217)

10
Artinya: "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram.
Katakanlah, 'Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi menghalangi (orang) dari
jalan Allah, ingkar kepada-Nya (menghalangi orang masuk) Masjidil haram, dan mengusir
penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih
kejam daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad
(keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barang siapa murtad di antara kamu dari
agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah [2]:
217).

Kalau meninggikan suara saja di hadapan Rasulullah SAW. dapat menghapuskan amalan,
apalagi mengolok-olok diri dan amalannya.

14. Tidak menyenangi tauhid, malah menyenangi kemusyrikan termasuk khurafat dan
takhayul.
15. Menyatakan bahwa makna yang tersirat(batin) dari suatu ayat yang bertentangan dengan
makna yang tersurat (sesuai dengan pengertian bahasa).
16. Memungkiri salah satu asma, sifat,dan af’al Allah.
17. Memungkiri salah satu sifat Rasulullah yang telah ditetapkan oleh Allah, atau memberi
cinta sifat yang tidak baik,atau tidak meyakininya sebagai contoh teladan utama bagi
umat manusia.
18. Mengkafirkan orang Islam atau menghalalkan darahnya atau tidak mengkafirkan orang
kafir.
Rasulullah SAW. bersabda di dalam hadisnya yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim,
dari Syu'bah:

Artinya: "Mencaci-maki orang Muslim adalah kefasikan dan men. bunuhnya adalah
kekufuran." (HR. Bukhari Muslim)

Begitu juga, riwayat Imam Bukhari dari Abu Dzar yang menyatakan bahwa dia telah
mendengar Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: "Jika seseorang menuduh orang lain fasik atau kafir padahal tidaklah dia mempunyai
sifat seperti itu, kefasikan dan kekufuran akan kembali kepadanya (orang yang menuduh)." (HR.
Bukhari)

19. Beribadah bukan kepada Allah.

Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-Nya semata. Maka,


beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya adalah kesyirikan. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫صا لاهُ ال ِدِّين‬ َ ‫َفا ْعبُ ِد ا‬


ً ‫َّللا ُم ْخ ِل‬

“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” [Az-Zumar/39: 2]

11
20. Melakukan syirik kecil.

Syirik kecil adalah syirik yang tidak membatalkan dua kalimah syahadah secara
menyeluruh,tetapi membatalkan dua kalimah syahadah dalam amalan itu saja, misalnya:
mengerjakan sholat karena ingin di puji orang, atau berhijab ingin mencari kedudukan bukan
mencari ridho Allah.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Syahadat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu syahida yang artinya telah
bersaksi. Arti secara harfiah syahadat adalah memberikan persaksian, memberikan ikrar setia
dan memberikan pengakuan.

Syarat Bertauhid Tauhid memiliki delapan syarat yang jika salah satunya tidak terpenuhi
maka tidak dapat dikatakan telah bertauhid. Kedelapan syarat tersebut adalah Ilmu, Yakin,
Ikhlas, Jujur, Cinta, Patuh, Menerima, dan An-Nafyu. Sedangkan rukun syahadat ada dua
diantaranya yaitu An-nafyu (penafian/ peniadaan) dan Al-itshat (penetapan). Kedua rukun ini
diambil dari dua penggalan kalimat tauhid la ilaha illallah.

Berikut adalah hal-hal yang membatalkan syahadat:


Bertawakkal bukan kepada Allah, Tidak mengakui bahwa semua nikmat lahir maupun
batin adalah karunia Allah, Beramal dengan tujuan selain Allah, Memberikan hak
menghalalkan dan mengharamkan, hak memerintah dan melarang, atau hak menentukan
syariat atau hukum pada umumnya kepada selain Allah, Taat secara mutlak kepada selain
Allah dan Rasul-Nya, dan lain sebagainya.

3.2 Saran

Menurut pendapat penulis, seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan


tentang syahadatnya. Dia wajib memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta
bersedia menerima konsekuensi ucapannya. Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui
dengan sempurna makna dari syahadat tanpa sedikitpun keraguan terhadap makna tersebut
sehingga hal-hal yang dapat membatalkan syahadat tidak terjadi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muwaffaq, M. M. (2019, November 13). 20 Hal Yang Membatalkan Syahadat, Hati Hatilah! Retrieved
from Pecihitam: https://pecihitam.org/20-hal-yang-membatalkan-syahadat-hati-hatilah/

Regita, E. (2022, Juni). 10 Hal yang Membatalkan Syahadat. Retrieved from Dalamislam.com:
https://www.google.com/amp/s/dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/hal-yang-membatalkan-
syahadat/amp

14

Anda mungkin juga menyukai