Anda di halaman 1dari 12

Makalah

IKHLAS
Disusun guna memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti fase F semester 4

Guru Pengampu: Zainudin, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1) AHMED ADNAN FAUZY (03)


2) ALFITO RIZKY PRABOWO (04)
3) OPIN CAHYO (22)
4) PANGGALIH DEWAKA PAMUJI (23)
5) PUTRI FERIRELITA (25)
6) RINDO WILDAN PUTRA ERFANDI
7) RISHNA NURHANIFAH KALSA (30)
8) SEPTY EKA RAMADHANI (34)
9) WAHYU NOVITA SARI (36)

SMA NEGERI 1 KARANGAN

KELAS XI – F

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT., atas berkat dan rahmat-Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Ikhlas” dengan tepat waktu. Makalah ini hadir untuk
memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat untuk menambah
wawasan bagi pembaca. Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, dengan segala
kekurangan dan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini kedepannya.

Trenggalek, 29 Januari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................4

1.1. Latar Belakang .........................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................4

1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................................6

2.1. Syu’abul Iman ..........................................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................................7

3.1. Pengertian Ikhlas ......................................................................................................7

3.2. Dalil Naqli tentang Iklhas .........................................................................................7

3.3. Tanda – Tanda Ikhlas ...............................................................................................8

3.4. Tingkatan Ikhlas .......................................................................................................9

3.5. Manfaat Ikhlas ..........................................................................................................9

BAB IV PENUTUP .............................................................................................................11

4.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Islam rukun iman, yang artinya dasar kepercayaan yang wajib diamalkan oleh orang
–orang yang telah beriman. Dalam rukun iman, terdapat 6 rukun utama, yaitu; 1) Iman kepada
Allah; 2) Iman kepada Malaikat Allah; 3) Iman kepada Kitab – Kitab Allah; 4) Iman kepada
Rasul – Rasul Allah; 5) Iman kepada hari akhir; 6) Iman kepada Qadha’ dan Qadar. Rukun
Iman tersebut juga merupakan dasar – dasar dari Aqidah Islam.

Layaknya sebuah pohon, Rukun Iman memiliki banyak sekali cabang iman. Cabang iman ini
berjumlah 77 cabang dan disebut dengan Syuabul Iman. Dalam Syuabul Iman ini terbagi
menjadi tiga macam yaitu; Iman berdasar hati, Iman berdasar lisan, Iman berdasar perbuatan.
Dan dari tiga cabang tersebut masih terbagi lagi menjadi beberapa cabang.

Ikhlas merupakan salah satu dari cabang Iman. Ikhlas merupakan sebuah perbuatan yang tidak
bisa dilihat dan dinilai oleh manusia. Ikhlas hanya bisa dilihat dari individu tersebut dan Allah
Yang Maha Mengetahui segala isi hati dan pikiran hamba-Nya. Bahkan Ikhlas tersebut hanya
Allah yang mengetahuinya. Orang yang ikhlas memiliki beberapa ciri – ciri, namun sebagai
disklaimer ciri – ciri tersebut hanya dapat mengklaim orang tersebut ikhlas secara subjektif
(dalam artian; bisa benar namun bisa juga salah). Untuk kepastian tidak ada yang
mengetahuinya, selain Allah SWT. Wallahu a’lam.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud Ikhlas?


2) Bagaimana ciri – ciri orang yang Ikhlas?
3) Apa saja tingkatan Ikhlas?

1.3. Tujuan Penulisan

4
1) Untuk mengetahui definisi Ikhlas
2) Untuk mengetahui ciri – ciri orang yang ikhlas beramal
3) Untuk mengetahui tingkatan ikhlas
4) Untuk mengetahui manfaat dari ikhlas

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Syu’abul Iman

Pengertian Syuabul Iman adalah cabang-cabang iman yang apabila diamalkan seluruhnya,
maka akan sempurnalah iman seorang Muslim. Disebutkan dalam HR. Muslim bahwa syuabul
iman terdiri dari 77 cabang.

“Dari Abu Hurairah ra.berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Iman itu 77 (tujuh puluh tujuh)
lebih cabangnya, yang paling utama adalah mengucapkan laa ilaha illallah, dan yang
paling kurang adalah menyingkirkan apa yang akan menghalangi orang di jalan, dan
malu itu salah satu dari cabang iman," (HR. Muslim).

Beberapa ahli hadis menyusun risalah tentang syu’abul iman atau cabang-cabang iman
meliputi:

a. Imam Baihaqi RA yang menuliskan kitab Syu’bul Iman;


b. Abu Abdilah Halimi RA dalam kitab Fawaidul Minhaj;
c. Syeikh Abdul Jalil RA dalam kitab Syu’bul Iman;
d. Imam Abu Hatim RA dalam kitab Washful Iman wa Syu’buhu

Syu’abul iman dikategorikan ke dalam tiga bagian berdasarkan Hadis Ibnu Majah berikut:

"Dari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: iman adalah tambatan
hati, ucapan lisan dan perwujudan perbuatan," (H.R. Ibnu Majah).

Berdasarkan hadis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa syu’abul iman terdiri atas tiga
kategori berikut:

 Ma'rifatun bil qalbi yaitu meyakini dengan hati;


 Iqrarun bil lisan yaitu diucapkan dengan lisan;
 Amalun bil arkan yaitu mengamalkannya dengan perbuatan anggota badan.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Ikhlas

Kata ikhlas dari bahasa Arab. Secara bahasa kata ikhlas berarti murni, tidak bercampur, bersih,
jernih, mengosongkan dan membersihkan sesuatu. Ikhlas berarti suci dalam berniat, bersihnya
batin dalam beramal, tidak ada pura-pura, lurusnya hati dalam bertindak, jauh dari penyakit riya’
serta mengharap ridha Allah semata. Kaitannya ibadah, secara bahasa ikhlas berarti tidak
memperlihatkan amal kepada orang lain. Sedangkan secara istilah, al-Jurjani dalam kitabnya
al-Ta’rifat memberikan pengertian ikhlas adalah membersihkan amal perbuatan dari hal-hal
yang mengotorinya seperti mengharap pujian dari makhluk atau tujuan-tujuan lain selain dari
Allah termasuk juga tidak mengharap amalnya disaksikan oleh selain Allah. Dengan kata lain
ikhlas adalah sikap yang dilakukan seseorang dalam melaksanakan perintah-perintah Allah Swt.
dan tidak mengharap sesuatu apapun, kecuali ridha Allah Swt. Jadi, ikhlas merupakan sesuatu
hal yang sifatnya batin dan ia merupakan perasaan halus yang tidak dapat diketahui oleh
siapapun kecuali pelakunya dan Allah Swt.

3.2. Dalil Naqli tentang Iklhas

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

‫َق‬
ِ ْ ‫ب‬
‫ِالح‬ ‫ٰب‬
َ ‫ِت‬ ْ َ‫ْك‬
‫الك‬ َ‫ا ا‬
‫ِلي‬ ‫َْلن‬
َٓ ‫نز‬َْ
‫ا ا‬ َّ‫ا‬
ٓ‫ِن‬
َ
‫ين‬ِْ
‫الد‬ ُ‫ًا َّل‬
‫ه‬ ‫ِص‬‫مخْل‬
ُ َ‫ّٰلل‬
‫ِ اه‬ ‫ُد‬ ‫َاع‬
‫ْب‬ ‫ف‬
Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan hak.
Maka, sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Az-Zumar [39]:2

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

7
َ‫َاي‬‫ْي‬ ََ
‫مح‬ ‫و‬ ْ‫ِي‬ َُ
‫نسُك‬‫و‬ ‫َََلت‬
ْ‫ِي‬ ‫ص‬ َّ‫ا‬
‫ِن‬ ‫ُل‬
ْ ‫ق‬
َ
‫ْن‬‫ِي‬
‫لم‬َٰ ْ
‫الع‬ ِ‫َب‬ ‫َات‬
‫ِيْ ِه‬
‫ّٰللِ ر‬ ‫مم‬ََ
‫و‬
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Al-An‘ām [6]:162

۠
‫نا‬ََ
‫َا‬‫ُ و‬ ‫ْت‬
‫ِر‬‫ُم‬
‫ِكَ ا‬ ‫ٰل‬‫َب‬
‫ِذ‬ ٗ‫يكَ َل‬
‫ۚ و‬
‫ه‬ ‫ََل شَر‬
ِْ
َ
‫ْن‬‫ِي‬
‫ِم‬‫ُسْل‬ ْ ‫ل‬
‫الم‬ ‫َو‬
َُّ ‫ا‬
Tidak ada sekutu bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadaku. Aku adalah orang yang
pertama dalam kelompok orang muslim.” Al-An‘ām [6]:163

Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, keuali dilakukan dengan Ikhlas dan
mengharap ridho-Nya” (H.R. Abu Dawud dan An Nasa’i)

3.3. Tanda – Tanda Ikhlas

Imam Dzun Nun menjelaskan, yaitu seseorang harus bersungguh-sungguh, sabar serta terus
menerus/istiqamah dalam beramal, sehingga ia akan terbiasa dengannperbuatan baik.
Menurutnya ada tiga ciri seseorang yang ikhlas dalam beramal:

1. Tidak lagi mengharap/menghiraukan pujian dan hinaan orang lain


2. Tidak lagi melihat kepada manfaat dan bahaya perbuatan, tetapi pada hakikat
perbuatan, misalnya bahwa amal yang kita lakukan adalah perintah Allah.
3. Tidak mengingat pahala dari perbuatan yang dilakukan.

8
3.4. Tingkatan Ikhlas

Ali Abdul Halim (2010) mengatakan bahwa ikhlas dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:

a) Orang awam (umum).


Pada tingkatan ini seseorang beribadah kepada Allah Swt., tujuannya mencari dan
menghitung keuntungan dunia dan akhirat. Contohnya: seseorang melakukan ibadah
shalat atau memberi shadaqah kepada anak yatim dengan tujuan ingin agar badannya
sehat, hartanya banyak, mendapat bidadari dan nanti di akhirat masuk surga.

b) Orang khawash (khusus).


Pada tingkatan ini, seseorang beribadah hanya untuk mencari keuntungan akhirat
bukan lagi berorientasi pada keuntungan dunia. Seseorang pada tingkatan ini,
beribadah sambil hatinya berharap untuk memperoleh pahala, surga, dan semua yang
berorientasi pada akhirat.

c) Orang khawashul khawas (excellent).


Seseorang masuk dalam tingkatan ini, apabila ia beribadah tidak ada motivasi apa pun,
kecuali mengharap ridha dari Allah Swt. Ia beribadah setiap hari bukan sebagai
kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan sebagai seorang hamba. Dengan kata lain Ia
beribadah tidak lagi didasari keinginan dunia maupun akhirat, melainkan didasari oleh
rasa mahabbah (cinta) dan rindu kepada Allah Swt. Sehingga orang pada tingkatan ini
mencapai kenikmatan dalam setiap ibadah yang dikerjakan.

3.5. Manfaat Ikhlas

 Mendapat pahala dari Allah SWT


 hati menjadi tenang dan ibadah menjadi lancar
 menjadi manusia yang pemaaf
 tidak mudah marah dan tidak diperdaya oleh amarah
 selalu disayangi dan disenangi orang lain
 dijauhkan dari sifat-sifat kotor, seperti Ujub, takabur dan iri

9
 hati selalu lapang dan terasa ringan dalam menjalani hidup
 Selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT dan menerima qada dan
qadar Allah SWT
 menjadi sosok yang hebat dan kuat
 mendapat kemuliaan di sisi Allah SWT

10
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

IKHLAS berarti niat dengan mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa
menyekutukan-Nya dengan yang lain. Keikhlasan itu sangat penting bagi umat muslim dalam
melaksanakan ibadah, karena tanpa rasa ikhlas dan hanya mengharap ridho dari Allah SWT
ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah.

Keikhlasan dapat dicapai dengan cara mengosongkan pikiran disaat kita sedang beribadah
kepada Allah SWT. Fokuskan pikiran hanya kepada Allah, shalat untuk Allah, zikir untuk Allah,
semua amal yang kita lakukan hanya untuk Allah. Lupakan semua urusan duniawi, kita hanya
tertuju pada Allah. Jangan munculkan rasa riya' atau sombong atau sum'ah di dalam diri kita
karena akan merusak keikhlasan kita. Rasakanlah Allah berada di hadapan kita dan sedang
menyaksikan kita. Sikap ikhlas dapat membuahkan hasil yang baik dan positif pada diri
seseorang. Memang kata ikhlas sangat mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Abd., R., & Hery, N. (2021). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK
Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Badan Standar Kurikulum dan Asesmen
Pendidikan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

12

Anda mungkin juga menyukai