Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

TASAWUF IRFANI
( Rabiah Al 'Adawiyah,Zun nun Al Misri,
Al Junaid,Al Bustomi)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

Anggi Sukma Nabilla (PAI) : (2314480023)


Amanda dwi lestari (HES) : (2311450018)
Mirsa Dwi Suntari (PAI) : (2314480018)
Nuha Nur Afifah (HES) : (2311450019)
Ratna fazira (PAI) : (2314480022)
Ariani Nasution (PIAUD) : (2313470010)
DOSEN PENGAMPU
MUHAMMAD WAHYUDI M.PD.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


PANCA BUDI PERDAGANGAN

T.A 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah dari mata
kuliah Akhlak Tasawuf ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan materi maupun pikirannya. Dan khususnya kepada dosen pembimbing kami
Bapak Muhammad Wahyudi M.pd.i
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang Akhlak
Tasawuf bagi para pembaca. Untuk kedepannya kami akan berusaha untuk memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Perdagangan,25 September 2023

Kelompok 7

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR………………………………………………….....…...............…1

DAFTAR ISI…………………………………………………………….......…............... 2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………....................…...3
0. Latar Belakang………………………………………………….........................…3
0. Rumusan Masalah……………………………………………….......................….3
0. Tujuan Penulisan.......…………………………………………….......................…3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….…....................…...4
0. Pengertian Tasawuf Irfani ……………………………………........................…...4
0. Tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf irfani.…………................................6

BAB III PENUTUP……………………………………………………........................…9


0. Kesimpulan…………………………………………………….....................….....9
0. Saran…………………………………………………………......................……..9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....................…...10

BAB I

3
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu khazanah dalam islam yang datang dalam kemudian.
Keberadaannya memiliki epistemologi tersendiri dibanding ilmuwan lain semisal fiqih dan
kalam. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Dengan serangkaian perbuatan tertentu yang dapat dicapai oleh seseorang jika melaluinya.
Sebagai sebuah ajaran tasawuf muncul pada zaman rasulullah saw.sebab misi kerasulannya
meliputi ajaran-ajaran yang berkaitan dengan keyakinan (aqidah), ibadah dan akhlak. Akhlak
sebagian ajaran rasulullah saw. Ditanamkan kepada seluruh sahabat beliau dengan melalui
pengajaran dan pembinaan yang disertai dengan contoh dari beliau. Ajaran akhlak itulah yang
nantinya yang akan menjadi ajaran-ajaran tasawuf yang diamalkan oleh kaum muslim
khususnya kaum sufi.
Dari ayat-ayat al qur'an itulah rasulullah mengajarkan tasawuf kepada umatnya sebagai
penjelasan ayat-ayat alquran itulah rasulullah mengajarkan tasawuf pada umatnya. Sebagai
penjelasan ayat-ayat al qur'an itulah beliau menuntun akhlak para sahabatnya baik dengan
perkataan, maupun perbuatan beliau. Kemudian pada masa sahabat semua perilaku para
sahabat merupakan para kelanjutan dan upaya mencontoh perilaku dan kepribadian
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam

B.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tasawuf irfani ?
2. Siapa tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf irfani ?

C.Tujuan
1. Mengetahui pengertian tasawuf irfani
2. Mengetahui tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf irfani

BAB II
PEMBAHASAN

4
A.Pengertian Tasawuf Irfani
Tasawuf irfani adalah tasawuf yang berusaha mengungkap hakikat kebenaran atau
makrifat yang diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran, tetapi
melalui pemberian Tuhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh karena seorang sufi berupaya
melakukan tasfiat al-Qalb. Dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog secara batin
dengan tuhan. Sehingga pengetahuan atau makrifat dimasukkan Allah kedalam hatinya,
hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi).
Murtadha Muthahhari berpendapat bahwa irfan sebagai ilmu memiliki dua aspek: praktis
dan teoritis. Aspek praktis ‘irfani adalah bagian yang menjelaskan hubungan dan pertanggung
jawaban manusia terhadap dirinya, dunia dan Tuhan. Irfan praktis juga disebut as-Sair wa as-
Suluk. Bagian ini menjelaskan bagaimana seorang salik mengawali perjalanan, menempuh
maqamat secara sistematis, dan keadaan jiwa yang akan dialami sepanjang perjalanannya
tersebut. Untuk tujuan perjalanan ini, menurut muthahhari, sangatlah penting dibawah
bimbingan guru yang benar-benar telah mengalami sendiri perjalanan ini dan sangat
mengetahui prosedur setiap tahap tanpa bimbingan seorang mursyid.
Sedangkan irfan teoritis memfokuskan perhatiannya pada masalah wujud secara
ontologis. Mendiskusikan manusia, Tuhan alam semesta. Dengan demikian irfan ini yang
juga memberikan penjelasan tentang wujud. Seperti halnya filsafat, ‘irfan juga
mendefinisikan berbagai prinsip dan problemannya. Dalam pandangan seorang arif
kesempurnaan manusia tidaklah terletak pada gambaran mental yang utuh tentang alam
semesta, tetapi terletak pada kemampuan untuk kembali kepada sumber segala sesuatu,
kemampuan untuk mengatasi jarak antara dirinya dengan Zat Tuhan, dan dalam dekapannya
untuk meleburkan diri hingga ia menjadi abadi dalam ketakterhinggaan-Nya.
Tokoh yang mengembangkan tasawuf ‘irfani yaitu: Rabi’ah al-Adawiyah (96 H.-185 H.),
Dzunnun al-Misri (180 H.-246 H.), Junaid al-Baghdadi (W. 297 H.), Abu Yazid al-Bustami
(200 H.-261 H.), Jalaluddin Rumi, Ibn ‘Arabi, Abu Bakar As-Syibli, Syekh Abu Hasan al-
Kharqani, ‘Ain al-Qudhat al-Hamdani, Abu Abdul Rahman Al-Sulami, Syekh Najmuddin al-
Kubra dan lain-lainnya.
Berikut ini penjelasan masing-masing bagian dari metode irfani:

1.Riyadhah
Riyadhah adalah latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri agar tidak melakukan
perihal yang mengotori jiwanya. Suatu pembiasaan itu dilakukan terus-menerus secara rutin
sehingga seseorang benar-benar terlatih, khususnya dalam menahan diri agar jauh dari
berbuat maksiat atau dosa. Riyadhoh bukanlah perkara mudah, sehingga dalam
pelaksanaannya diperlukan mujahadah, yaitu kesungguhan dalam berusaha meninggalkan
sifat-sifat buruk

2.Tafakur (Refleksi)
Secara harfiyah ‘Tafakur’ berarti memikirkan sesuatu secara mendalam, sistematis, dan
terperinci (Gulen, 2001: 34). Menurut imam al-Ghazali (dalam Badri, 1989), jika ilmu sudah
sampai pada hati, keadaan hati akan berubah, jika sudah berubah, perilaku anggota badan
juga akan berubah.

3.Tazkiyat An-Nafs
Secara harfiyah terdiri dari dua kata, yaitu ‘tazkiyat’ dan ‘an-nafs’. Kata ‘tazkiat’,
berasal dari bahasa Arab, adalah isim masdar dari kata zaka’ yang berarti penyucian.
Allah berfirman : (QS Asy-Syams [91]: 7-10)

5
harfiyah terdiri dari dua kata, yaitu ‘tazkiyat’ dan ‘an-nafs’. Kata ‘tazkiat’, berasal dari
bahasa Arab, adalah isim masdar dari kata zaka’ yang berarti penyucian.
Allah berfirman : (QS Asy-Syams [91]: 7-10)

)9( ‫) َقْد َاْفَلَح َم ْن َز َّك َه ا‬8( ‫) َفَا ْلَهَمَه ا ُفُجْو َر َه ا َو َت ْق َو َه ا‬7( ‫َو َن ْف ٍس َّو َم ا َسَّو َه ا‬

)10( ‫َو َقْد َخ ا َب َم ْن َد َّسَه ا‬

Artinya:
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”

Kata ‘an-nafs’ berarti jiwa anti psikis. Dengan begitu Tazkiyat An-Nafs (penyucian jiwa)
merupakan salah satu tugas yang diemban Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam.
Allah berfirman : QS Al-Jumu’ah [62]: 2

‫ُهَو اَّلِذ ى َبَع َث ِفى اُأْل ِّم ِّييَن َر ُسوًال ِّم ْنُهْم َيْتُلْو اَع َلْيِهْم َاَياِتِه َو ُيَز ِّك ْيِه ْم َو ُيَع ِّلُم ُهُم ا ْلِكَتا‬

‫َب َو ا ْلِح ْك َم َة َوِأْن َك ا ُنوا ِم ْن َقْبُل َلِفى َض َال ٍل ُّم ب‬


Artinya:
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang
membacakan ayat-ayatnya kepada mereka, mensucikan mereka Kitab Hikmah (As Sunnah).
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesatuan yang nyata”.

4.Dzikrullah
Istilah ‘zikr’ berasal dari bahasa Arab, yang berarti mengisyaratkan, mengagumkan,
menyebut atau mengingat-ingat. Berzikir kepada allah berarti zikrullah, atau mengingatkan
diri kepada Allah sebagai tuhan yang disembah dengan sebaik-baiknya. Dzikrullah adalah
tuntunan masalah ruhiyah atau yang berhubungan dengan masalah pengalaman ruhiyah
(batin). Al-Qur’an mengisyaratkan tentang dzikrullah.
Allah berfirman : QS Al-Baqarah [2]: (152)

‫يَآُيَهااَّلِذ ْيَن آَم ُنوااْسَتِع يُنواِبالَص ْبِر َو الَص َلوِة ِاَّن َهللا َم َع الَّص ِبِرْيَن‬
Artinya :
“Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada-Mu, dan bersyukurlah kepada-
Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

B.Tokoh-Tokoh Yang Mengembangkan Tasawuf Irfani


1.Rabiatul Adawiyah

6
Dilahirkan di Basrah pada tahun 714 M. Kelahirannya, diliputi bermacam cerita aneh-
aneh. Pada malam ia lahir, di rumahnya tidak ada apa-apa, bahkan minyak untuk menyalakan
lampu pun tidak ada, juga tidak ditemui sepotong kain pun untuk membungkus bayi yang
dilahirkan itu.
Rabiah seorang mistisme paling terkemuka yang mengajarkan kasih sayang terhadap tuhan
tanpa pamrih
”aku mengabdi kepada tuhan bukan untuk mendapatkan pahala apapun, jangan takut
pada neraka, jangan mendambakan surga, aku akan menjadi abdi yang tidak baik jika
pengabdianku untuk mendapatkan keuntungan materi, aku mentaati Allah tanpa
mengharapkan apapun itulah bukti pengabdianku pada-Nya." Rabi'ah meninggal dunia di
Basrah tahun 801 M, dan di makamkan di rumah di mana ia tinggal.
Ajaran-ajaran yang dianutnya:
1. Ia mempopulerkan konsep mahabbah di kalangan para sufi
2. Hidup zuhud dan rutin beribadah kepada Allah SWT
3. Belum pernah menikah sepanjang hidupnya, walaupun rabiah seorang yang cantik
dan menarik.
4. Kehidupannya sejak awal tidak pernah merugikan orang lain. Rabiah adawiyah hidup
tanpa dinodai barang-barang yang subhat.
5. Beliau memanjatkan do’a dengan syair-syair indah sebagai pembuktian rasa cinta dan
rindunya kepada Allah SWT.

2.Zunnun Al-Mishri
A.Riwayat Hidup Zunnun Al-Mishri
Zunnun al-misri adalah nama julukan bagi seorang sufi yang tinggal di pertengahan abad
ke-3 Hijriyah. Nama lengkapnya Abu Al-Faidl bin ibrahim Zun An-Nun al-Mishri ia
dilahirkan di Iklim di dataran tinggi Mesir. Zunnun al-Mishri meninggal pada tahun 246
H/856 M. Ia dimakamkan di pemakaman Asy-Syafi’i.
Sebelum al-Mishri, sebenarnya sudah ada sejumlah guru sufi, tetapi ia adalah orang
pertama yang memberi tafsiran terhadap isyarat-isyarat tasawuf. Ia pun merupakan orang
pertama di mesir yang berbicara tentang ahwal dan maqamat .

B.Pandangan Tasawuf Zunnun Al-Mishri


Zunnun mengatakan bahwa sufi ialah orang yang tidak meminta dan tidak merasa
kesusahan karena ketiadaan.Beliau mengatakan bahwa akhlak seorang Arif billah adalah
Allah dan orang yang arif selalu akan bersifat seperti sifat-sifat Tuhan dan selalu menjaga
perilakunya agar tidak terjebak dalam kenistaan dunia yang menghanyutkan dan
menghinakan orang yang dekat kepada Allah. Zunnun al-Misri dianggap sebagai seorang
zindiq oleh ulama-ulama Mesir pada masa itu.
Dia pun menjelaskan konsep tasawufnya yang menonjol yaitu tentang makrifat. Zunnun
al-Misri dikenal sebagai bapak paham makrifat. Karena teorinya tentang ilmu tersebut sangat
mencolok.

C).Ajaran-Ajaran Tasawuf Al-Mishri


1).Pengertian Makrifat Menurut Zunnun Al-Mishri
Pertama makrifat adalah mengetahui Tuhan dari dekat sehingga hati sanubar dapat
melihat-Nya. Kedua al-Misri membagi pengetahuan tentang Tuhan menjadi tiga macam:
1. Pengetahuan untuk seluruh umat muslim
2. Pengetahuan khusus untuk para filosof dan ulama
3. Pengetahuan khusus untuk para wali Allah

7
Menurut pengalamannya, sebelum sampai pada maqam al-Ma'rifat, al-Mishri melihat Tuhan
melalui tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta adapun ada tanda-tanda orang arif,
menurut al-Mishri sebagai berikut:
0. Cahaya makrifat tidak memadamkan cahaya kewargaannya
0. Ia tidak berkeyakinan bahwa ilmu batin merusak hukum lahir
0. Banyaknya nikmat Tuhan tidak mendorongnya menghancurkan tirai-tirai larangan.
Menurut al-Mishri di atas menunjukkan bahwa seseorang arif yang sempurna selalu
melaksanakan perintah Allah, terikat hanya kepada-Nya, senantiasa bersamanya dalam
kondisi apapun dan semakin dekat dan menyatu kepada-Nya.

2).Pandangan Dzun Nun Al-Mishri tentang Maqamat dan Ahwal


Pandangan al-Mishri tentang maqamat dikemukakan pada beberapa hal yaitu, at-taubah, at-
tawakkal dan ar-ridha.
Al-Misri membagi taubat menjadi tiga bagian yaitu:
1. Tobat dari dosa dan keburukannya
2. Taubat dari kelalaian dan kelalaian mengingat Allah
3. Tobat karena memandang kebaikan dan ketaatannya.
Berkenaan dengan maqam at-tawakkal, al-Mishri mendefinisikan sebagai ‘berhenti
memikirkan diri sendiri dan merasa memiliki daya dan kekuatan’. Intinya adalah penyerahan
diri sepenuhnya kepada Allah disertai perasaan tidak memiliki kekuatan.
Tentang ar-ridha al-Mishri mengemukakan bahwa ar-ridha adalah kegembiraan hati
menyambut ketentuan Tuhan baginya. Pandangan al-Mishri tentang ahwal, al-Mishri
menjadikan mahabbah (cinta kepada tuhan) sebagai urutan pertama dari empat ruang lingkup
pembahasan tentang tasawuf. Ketika al-Mishri di tanya tentang mahabbah, beliau menjawab:
“ Mahabbah adalah mencintai apa yang dicintai Allah, membenci apa yang dibenci Allah,
mengerjakan secara paripurna apa yang diperintahkan, dan meninggalkan segala sesuatu yang
akan membuat kita jauh dari Allah, tidak takut dengan apapun selain Allah, dan bersifat
lembut terhadap saudara dan bersifat keras terhadap musuh-musuh Allah, dan mengikuti jejak
Rasulullah dalam segala hal”.

4.Al-Junaid
Nama lengkapnya adalah Abu Qosim Al-Junaid bin Muhammad Al-Khazzaz Al-
Nahwandi, tetapi beliau lebih dikenal dengan nama Junaid Al-Baghdadi. Al-junaid lahir di
Kota Nahawan, Persia. Imam junaid adalah seorang ahli perniagaan yang berjaya. Beliau
memiliki sebuah gedung di kota Baghdad. Sebagai seorang guru sufi, beliau tidak disibukkan
dengan menguruskan perniagaannya, waktu yang beliau gunakan untuk berniaga sering di
singkatkan. Beliau wafat pada hari sabtu 297 H (910 M). Imam junaid wafat di sisi As-Syibli
salah satu dari muridnya.
Sesuatu yang mengagumkan dari imam junaid ialah selalu menutup kedainya setelah
selesai mengajar murid-muridnya. Kemudian beliau kembali kerumah untuk beribadah.
1)Ajaran Tasawuf Junaid Al-Baghdadi
Dalam masa-masa hidupnya, junaid menghadapi kendala dalam mengajarkan
tasawufnya. Karena perlawanan mereka terhadap para sufi yang terjadi ketika itu, maka
junaid melakukan praktik-praktik spiritual dan mengajari murid-muridnya di balik pintu
terkunci.
Amalan tasawuf junaid banyak di ambil dari pengalaman-pengalaman ke tasawufnya; namun,
konsep-konsep pemikiran tasawufnya masih belum tersusun secara sistematis, tetapi lebih
banyak dijelaskan melalui ungkapan-ungkapan verbalnya.
Al-junaid dikenal sebagai tokoh sufi yang konsen dan memiliki pemikiran tentang
ma'rifah. Pemikiran makrifat yang diajarkan oleh junaid banyak dikutip oleh tokoh-tokoh sufi

8
lainnya. Al-junaid berpendapat ma'rifah sebagai berikut. “ma'rifah ada dua macam yaitu
ma'rifah ta'aruf dan ma'rifah ta’rif. Ma'rifah ta'aruf adalah bahwa Allah memberitahukan
kepada orang banyak akan diri-Nya dan memberitahu orang banyak akan hal-hal yang
menyerupai-Nya, sedangkan makrifah ta’rif adalah Allah memberitahu orang banyak bekas-
bekas kekuasaannya dalam cakrawala dan dalam diri manusia, kemudian secara halus
terjadilah kejadian benda-benda menunjukkan kepada orang bahwa mereka itu ada yang
menciptakan, yaitu Allah SWT. Pengetahuan tentang Allah adalah pengetahuan orang-orang
khawas. Semua orang tidak bisa ma'rifah terhadap hakikat Allah kecuali karena Allah
sendiri”.
2).Pokok-Pokok Pikiran Al-Junaid
1. Seseorang yang sudah memahami ilmu tasawuf dan sebagai seorang sufi, harus
berbudi pekerti baik dan meninggalkan yang buruk
2. Ajaran yang memurnikan hati dan hubungannya dengan makhluk lain
3. Seorang sufi harus dapat melaksanakan tiga rukun amal , yaitu: melazimi dzikir,
mempertahankan tingkat kegairahan yang tinggi, selalu melaksanakan syariat secara
ketat dan tepat.
4. Mengalihkan perhatian dari urusan dunia pada urusan akhirat masih mudah, uzlah
lebih sulit, mengekang hawa nafsu untuk dapat tenggelam bersama Allah jauh lebih
sulit.
5. Arti tauhid menurut junaid adalah: “mengesakan Allah dengan sesempurna ke-Esa-
an, bahwa Allah Maha Esa yang tidak beranak dan diperanakkan, tidak berbilang dan
tidak tersusun, tidak ada yang serupa dengan dia dan tidak pula menyerupai sesuatu,
dia Maha Mendengar dan Maha Melihat”.

4.Abu Yazid Al-Busthami


Abu Yazid Al-Busthami, nama lengkapnya adalah Abu Yazid Thaifur bin Isa bin Sorushan
Al-Busthami. Abu Yazid lahir di Bustham, timur laut Persia. Dia adalah cucu seorang
pengikut Zoroaster. Abu Yazid meninggal tahun 261H (874 M) ada pula yang mengatakan
meninggal ada 264H (877 M), dan makamnya masih terpelihara dengan baik hingga
sekarang.
Karomah Abu Yazid sangat banyak berkaitan dengan dunia kesufian yang menunjukkan akan
spiritualitasnya yang tinggi.
Dikisahkan pada suatu hari seseorang menyampaikan kepada Abu Yazid.
"Di Tabaristan seseorang telah meninggal dunia. Aku melihat engkau ada disana dengan Nabi
Khidir. Dia meletakkan tangannya di lehermu dan tangan mu di punggungnya. Ketika orang
orang berkabung itu pulang dari makam, aku melihat engkau naik terbang ke udara." Ucap
orang itu.
"Ya, benar." Jawab Abu Yazid membenarkan apa yang disampaikan seseorang. "Apa yang
engkau katakan benar adanya." lanjutnya.
Dikisahkan pula ada suatu kisah aneh yang dialami oleh Abu Yazid.
"Engkau bisa berjalan diatas air." Kata murid-muridnya
"Demikian pula sepotong kayu,bisa berjalan di atas air."
"Engkau juga bisa terbang di udara."
"Demikian pula seekor burung, bisa terbang di udara."
"Engkau bisa pergi ke Ka'bah dalam satu malam."
"Tukang sulap juga bisa bepergian dari India ke Damavand dalam satu malam."
"Lalu apakah tugas orang orang yang ikhlas?" tanya mereka kemudian.
"Orang yang ikhlas itu meletakan hatinya tidak lain hanya kepada Allah." Jawab Abu Yazid.
HIKMAH

9
Perilaku khawariqul adat yang di miliki oleh para wali memang menjadi fenomena indah bagi
orang-orang yang mempercayainya. Akan tetapi mungkin bagi orang yang berpikir rasional
akan meragukan perilaku khawariqul adat seperti itu.
Akan tetapi perilaku Abu Yazid yang bisa berjalan di atas air tanpa tenggelam dan bisa
terbang di udara.
Perilaku yang irasional ini bagi orang yang telah dekat dan melekat hatinya hanya kepada
Allah, sebenarnya bisa saja terjadi karena tindakan tersebut atas kehendak Allah yang
menguasai alam ciptaannya. Memang jika perilaku itu dilakukan oleh kita sebagai manusia
awam yang masih belum dekat dengan Tuhan, maka sulit untuk dilakukan. Akan tetapi, jika
perilaku itu dilakukan oleh manusia manusia suci dan juga atas kuasa Allah, maka adalah
menjadi logis hal yang aneh itu dapat dilakukan.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
• Tasawuf irfani adalah tasawuf yang berusaha yang menyikap hakikat kebenaran atau
ma'rifah diperoleh dengan tidak melalui logika atau pemikiran, tetapi melalui pemberian
Tuhan secara langsung. Pemikiran dari masing-masing tokoh tasawuf irfani berbeda-beda
dilihat dari cara pandang mereka, latar belakang tokoh dan pemikirannya dan kita dapat
mengujinya untuk menambah ilmu pengetahuan.

• Murtadha Mutahahhri berpendapat bahwa irfan sebagai ilmu memiliki dua aspek: praktis
dan teoritis. Aspek praktis ‘irfani adalah bagian yang menjelaskan hubungan dan pertanggung
jawaban manusia terhadap dirinya, dunia dan Tuhan. Irfan praktis juga disebut as-Sair wa as-
Suluk. Bagian ini menjelaskan bagaimana seorang salik mengawali perjalanan, menempuh
maqamat secara sistematis, dan keadaan jiwa yang akan dialami sepanjang perjalanannya
tersebut.
• Sedangkan irfan teoritis memfokuskan perhatiannya pada masalah wujud secara ontologis.
Mendiskusikan manusia, Tuhan alam semesta. Dengan demikian irfan ini yang juga
memberikan penjelasan tentang wujud. Seperti halnya filsafat, ‘irfan juga mendefinisikan
berbagai prinsip dan problemannya.

B.Saran
• Agama Islam ini merupakan Agama yang sangat luas. Di era akhir zaman ini haruslah kita
berhati-hari dengan setiap ilmu yang kita pelajari,kita harus bisa memahami ilmu tersebut dan
jangan menelan mentah-mentah ilmu yang kita dapatkan itu. Agar terhindar dari banyak nya
penyimpangan-penyimpangan terhadap ilmu Agama maka jalan satu-satu nya adalah
Berpegang Teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadist

10
DAFTAR PUSTAKA

1]https://an-nur.ac.id/imam-junaid-al-baghdadi-biografi-dan-
Ajaran-sufinya/
2]https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rabi%27ah_al-Adawiyyah
3]https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Yazid_Al-Busthami
4]https://www.referensimakalah.com/2011/09/abu-yazid-al-bustami-dari-faqih-
menjadi_662.html?M=1
5]https://www.qudusiyah.org/id/blog/2015/11/04/dzun-nun-al-mishri/
6]http://ahlaktasawuf2017.blogspot.com/2017/12/tasawwuf-irfani-konsep-dan-
tokohnya.html?M=1
7]kisah Sejuta Hikmah Kaum Sufi,Samsul Munir Amin

11
12

Anda mungkin juga menyukai