Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Tazkiyatun Nafs
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Akhlak dan Tasawuf
Dosen Pengampu: Dr. Didin Komaruddin, M.Ag.

Disusun Oleh:
Maulana Ahmadi Gumilar 1231030152
Yasin Husnul Hakim 1231030124
Nurfadilah Aulia 1231030170
Rhevalina Nazwa Agustina 1231030178

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR 1-D


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023

1
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهللا الَّرْح مِن الَّرِح ْيِم‬

Dengan menyebut nama allah swt yang Maha pengasih lagi maha penyayang,

kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini tentang Tazkiyatun Nafs.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. untuk itu kami

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi

dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami

dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................5
A. Pengertian Takziah An-Nafs........................................................................5
B. TujuanTazkiah An-Nafs...............................................................................5
C. Metode Tazkiah An-Nafs..............................................................................6
D. Sarana Takziatun Nafs..................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................9
Kesimpulan..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pembersihan jiwa merupakan bagian dari tugas utama di utusnya para nabi umat
ini sebagaimana allah SWT firmankan seraya menyebut nikmat yang di utusnya
beliau.

‫ُهَو اَّلِذ ْي َبَع َث ِفى اُاْلِّم ّٖي َن َر ُسْو اًل ِّم ْنُهْم َيْتُلْو ا َع َلْيِهْم ٰا ٰي ِتٖه َو ُيَز ِّك ْيِه ْم َو ُيَع ِّلُم ُهُم اْلِكٰت َب َو اْلِح ْك َم َة َو ِاْن َك اُنْو ا ِم ْن َقْبُل َلِفْي‬
‫َض ٰل ٍل ُّم ِبْيٍۙن‬

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Untuk itu, siapa pun yang mengharap pertemuan dengan allah dan hari kemudian,
ia harus menaruh perhatian terhadap pembersihan jiwa

Dalam Islam, konsep keberuntungan seseorang hamba yang terkait dengan


pembersihan jiwa, ada sebelas sumpah yang sering disebut merujuk pada konsep
Tazkiah an-Nafs, yaitu Bersumpah untuk menegakkan tauhid (keesaan Allah),
Bersumpah untuk menjauhi syirik (mempersekutukan Allah), Bersumpah untuk
menjaga shalat dengan penuh khusyu, Bersumpah untuk membayar zakat dengan
tulus, Bersumpah untuk berpuasa dengan sungguh-sungguh, Bersumpah untuk
menyucikan hati dari iri dan dengki, Bersumpah untuk menahan diri dari berbohong,
Bersumpah untuk menjaga kehormatan diri, Bersumpah untuk mengendalikan
amarah, Bersumpah untuk menghormati tetangga, Bersumpah untuk menjaga diri dari
maksiat dan dosa.

Dengan menjalankan sebelas sumpah ini dan menghayati ajaran-ajaran yang


terkandung di dalamnya, seseorang dapat memperoleh keberuntungan dan
keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat, sesuai dengan konsep Tazkiah an-
Nafs.

4
Tazkiah an-Nafs adalah proses pembersihan dan pengembangan jiwa yang
bertujuan untuk mencapai kesempurnaan spiritual dan mendekatkan diri kepada
Allah.

B.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tazkiah An-Nafs?
2. Apa tujuan dari Tazkiah An-Nafs?
3. Apa saja metode dari Tazkiah An-Nafs?
4. Apa saja sarana dari Tazkiah An-Nafs?

C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tazkiyatun Nafs
2. Untuk mengetahui metode dari Tazkiyatun Nafs
3. Untuk mengetahui tujuan dari Tazkiyatun Nafs
4. Untuk mengetahui sarana dari Tazkiyatun Nafs

5
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Takziyatun Nafs
Tazkiyatun nafs adalah proses atau usaha penyucian diri atau jiwa terhadap
pikiran, perasaan, dan kerohanian yang tidak mengenal tata final. Hal ini sesuai
dengan firman allah dalam al qur’an :

“ sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya


merugilah orang yang mengotorinya “. ( QS al syams:9-10)1

Menurut haryun nasution, tasawuf sendiri bertujuan untuk memperoleh hubungan


langsung dan di sadari dengan tuhan, sehingga di sadari benar bahwa seseorang
berada di hadirat tuhan.2

Oleh karena itu, upaya tazkiyatun nafs sangat perlu bagi manusia. Dalam upaya
upaya tazkiyatun nafs ada beberapa hal yang di anggap perlu.:
1. Harus ada langkah langkah yang mendukung untuk mencapainya
2. Sepiritual terhadap hal hal yang telah kita lakukan
3. Evaluasi terhadap segala sesuatu dari hal hal yang telah kita lakukan.

Tazkiyatun nafs secara bahasa berasal dari akar kata zakaa, berarti
berkembang.tazkiya adalah pengembangan dan pembersihan. Sedangkan menurut
piritual syara tazkiya berarti perawatan , pengembangan, dan pembersihan hati dari
berbagai intrik syirik.

B.Tujuan Tazkiyatun Nafs


Adapaun tujuan tazkiyatun nafs sebagaimana dijabarkan oleh Al-Ghazali sebagai
berikut :

1. Pembentukan manusia yang bersih akidahnya, suci jiwanya, luas


ilmunya, dan seluruh aktivitas hidupnya bernilai ibadah.

1
Nasrul, akhlak tasawuf, 2015 Aswaja presindo , hal 144
2
Harun nasutin (1983) filsafat dan mistisisme dalam islam, jakarta: bulan bintang, hal 56

6
2. Membentuk manusia yang berjiwa suci dan beakhlak mulia dalam
pergaulan dengan sesamanya, yang sadar akan hak dan kewajiban, tugas
seta tanggung jawabnya.
3. Membentuk manusia yang berjiwa sehat dengan terbebasnya jiwa dari
perilaku tercela yang membahayakan jiwa itu sendiri
4. Membentuk manusia yang berjiwa suci dan berakhlak mulia, baik terhadap
Allah, diri sendiri maupun manusia sekitarnya.3

Tujuan tazkiyat al-nafs yaitu untuk menyeimbangkan antara ibadah, adat dan
akhlak manusia. Diperlukan beberapa cara untuk memperbaiki ketiganya, agar
keseimbangan dapat tercapai. Al-Ghazali menjelaskan beberapa cara untuk
memperoleh akhlak yang baik. Pertama, mengharap kemurahan Allah. Kedua,
bersusah payah melakukan segala kebaikan sehingga menjadi kebiasaan dan
sesuatu yang menyenangkan. Ketiga, sering bergaul dengan orang-orang yang
shaleh.4
Jadi tujuan tazkiyah al-nafs ini selain untuk menjadikan manusia mempunyai
kualitas keimanan dan ketaqwaan yang baik, juga untuk menjadikan manusia
berakhlaqul karimah terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungan. Dengan
demikian melalui tazkiyah al-nafs ini diharapkan manusia bisa menjadi manusia
yang berkualitas dari sisi jasmani maupun ruhani.
Tujuan mempelajari takziah Al nafs adalah untuk menciptakan suatu model yang
digunakan oleh suatu lembaga pendidikan dalam rangka melahirkan pemimpin yang
suci jiwanya yang dirumuskan dalam model pendidikan kepemimpinan berbasis
kepemimpinan yang terdiri dari perencanaan pelaksanaan hasil dan evaluasi
pendidikan ke pendidikan berbasis takziah.

C.Metode Tazkiyatun Nafs


Tazkiyah al-nafs, baik dalam artian mensucikan hati, membersihkan diri
serta prilaku dari sifat negatif maupun dalam artian meningkatkan kualitas diri yang
dihiasi dengan ahlak-ahlak mulia dan terpuji dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai cara atau metode.

3
Solihin, Tasawuf Tematik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), 145.
4
Gusti Abd. Rahman, Terapi Sufistik untuk Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2012), 296.

7
Dalam tasawuf ada 3 macam metode dalam melaksanakan tazkiyah al-nafs, yaitu
metode takhalli, metode tahalli dan metode tajalli. Ketiga metode ini merupakan
sebuah rangkaian proses yang berhubungan dan harus dilakukan secara berurutan
mulai dari metode yang pertama.

1. Takhalli
Takhalli yaitu membersihkan diri dari sikap dan sifat yang mengikuti dorongan
nafsu yang membawa kepada dosa. Dalam makna lain takhalli berarti pembersihan
dari sifat-sifat tercela, seperti hasud, hiqd (rasa dongkol), su’udzon, takabbur, ujub,
riya’, ghadzab) serta pembersihan dari maksiat lahir dan batin. Menurut para sufi,
kemaksiatan dibagi menjadi dua, yaitu maksiat lahir dan batin. Maksiat lahir yaitu
segala perbuatan tercela yang dilakukan oleh anggota badan termasuk panca indera,
sedangkan maksiat batin adalah yang dikerjakan oleh hati. 5 Jadi takhalli yaitu
membersihkan dan membebaskan diri dari berbagai kotoran hati dari berbagai dosa
dengan bertaubat dan beristigfar.
Adapun langkah pertama dalam takhalli yaitu dengan cara bertaubat. Taubat
secara etimologi berarti kembali, yaitu kembali dari berbuat dosa dan dari
maksiat menuju berbuat baik dan ketaatan, setelah adanya kesadaran akan bahayanya
perpuatan dosa. Menurut Imam Ghazali, taubat adalah pengertian yang tersusun dari
tiga hal yaitu, ilmu, hal dan amal. Ilmu dalam hal ini adalah mengetahui besarnya
bahaya dosa dan keberadaanya sebagai tabir penghalang antara hamba dan Yang
dicintai. Setelah seseorang memiliki pengetahuan, maka akan muncul hal atau
pengalaman batin yakni rasa takut akan dosa-dosanya. Taubat bagi Imam
Ghazali merupakan tangga pertama yang harus ditempuh seseorang dalam proses
penyucian diri atau proses takhalli.6
Taubat dalam pembahasan ini tidak hanya dimaknai sebagai tangga yang harus
dilewati oleh seorang penempuh jalan kepada Allah, akan tetapi lebih dari itu, taubat
ternyata mampu menjadi terapi bagi seseorang. Bagaimana hal ini dapat terjadi,
karena dengan melakukan taubat terhadap dosa-dosa yang telah diperbuat
sehingga dengan dosa tersebut seseorang yanga sebelumnya mengalami stress, cemas,
putus asa, akibat dari banyaknya masalah yang dihadapi, akan lebih bisa

5
Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 208.
6
M. Sholihin, Tasawuf Tematik,.... 188.

8
menerima dengan bertaubat. Dengan taubat, seorang sufi membersihkan dirinya
dari perilaku yang menimbulkan dosa dan rasa bersalah.

2. Tahalli
Tahalli yaitu pembersihan kembali jiwa yang bersih dengan sifat-sifat
terpuji, kebiasaan jelek yang telah ditinggalkan diganti dengan kebiasaan baik melalui
latihan yang berkesinambungan, sehingga terciptanya kepribadian yang membiasakan
akhlaqul karimah. Salah satu cara itu yaitu dengan berdzikir, sebagaimana
diungkapkan oleh al Ghazali dengan istilah “pelarut qalbu” dengan selalu mengingat
Allah.7
Jadi tahalli dapat diartikan membekali, membiasakan, dan menghiasi diri
dengan berbagai perbuatan baik dan positif, seperti taubat, sabar, raja’, faqr,
zuhud, wara’, peningkatan ilmu, iman, takwa, ibadah, zikir, do'a, tilawah, tadabur Al-
Quran dan lain sebagainya. Juga dapat dilakukan dengan menumbuhkan
membiasakan sifat-sifat terpuji seperti siddiq, jujur, amanah, tawadhu, khidmah dan
seterusnya. Sehingga kelak sifat-sifat tersebut menjadi kebiasaan dari ahklaknya
dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tajalli
Dari serangkaian takhalli dan tahalli yang dialakukan secara sungguh-sungguh,
diharapkan jiwa manusia terbebas dari nafsu ammarah sehingga terhindar dari
perbuatan keji.8 Dan lebih dari itu dapat mencapai nafsu tertinggi yaitu nafsu
mardhiyah. Apabila jiwa kita telah terisi dengan sifat mulia dan organ-organ tubuh
telah terbiasa melakukan amal-amal shaleh, untuk selanjutnya agar hasil yang
diperoleh tidak berkurang, maka perlu penghayatan keagamaan, yang akan
menimbulkan cinta dan rindu kepada Nya dan selanjutnya akan terbuka jalan
mencapai Tuhan.9

7
Rifay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neosufisme, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
cet. II, 245.
8
Rifay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik …, 251.
9
Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam…, 209.

9
Jadi tajalli ini merupakan kondisi di mana tersingkapnya tabir antara manusia
dengan Allah. Jika manusia sudah pada tahap tajalli ini maka seluruh amal
perbuatannya semata-mata hanya karena kecintaannya kepada Allah.

D.Sarana Takziyatun Nafs


Yang dimaksud dengan sarana tazkiyah ialah berbagai amal perbuatan yang
mempengaruhi jiwa secara langsung dengan menyembuhkanya dari penyakit,
membebaskanya dari tawanan atau merealisasikan akhlak padanya. Semua hal ini bisa
terhimpun dalam suatu amal perbuaatan.
Dalam sarana Tazkiyah, ada berbagai amal perbuatan yang memberikan dampak
pada jiwa ini sehingga dengan perbuatan tersebut jiwa terbebas dari penyakit atau
mencapai maqam keimanan atau akhlak Islami.
Ada beberapa sarana dalam Tazkiah yaitu :
1. Shalat
Shalat adalah sarana tazkiyah dan merupakan wujud tertinggi dari ubudiyah dan
rasa syukur.Shalat dapat membebaskan manusia dari sifat sombong kepada Allah
Tuhan semesta, dan pada saat yang sama bisa menerangi hati lalu memantul pada jiwa
denga memberikan dorongan untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar.
Fitrah manusia bisa terkontaminasi oleh najis ma’nawi yaitu suatu kotoran yang
diartiakan dari hakekatnya seperti kemusyrikan, seperti dalam al-Qur’an menyatakan
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia- nyiakan
shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui
kesesatan”.
Allah telah menjadikan pada manusia kesiapan untuk berakhlak dengan berbagai
kesempurnaan, seperti santun dan kasih sayang, dan mejadikan untuknya beberapa
sifat seperti mendengar dan melihat.
Berbagai taklif Ilahi tercurahkan untuk kemaslahatan untuk kemaslahatan
individu dan masyarakat. Sementara itu tidak ada kemaslahatan bagi individu dan
masyarakat kecuali dengan menyucikan jiwa individu. Oleh karena itu diantara
taklif Ilahi yang terpenting adalah apa yang bisa membersihkan hati.
Titik awal dan Akhir dalam taklif Ilahi adalah tauhid yang membersihkan dari
barbagai karat kemusyrikan dan berbagai akibatnya seperti ujub,ghurur,dengki dan
lain sebagainya. Sesuai dengan sejauh mana tauhid itu tertanam dalam jiwa sejauh itu

10
pula jiwa akan tersucikan dan memetik bebrbagai buah tauhid seperti sabar,
syukur,ubudiyah,tawakal,takut,harap,ikhlas,jujur dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, kami menjadikan sarana pertama dalam tazkiyah adalah
shalat.Shalat berikut sujud, ruku',dan dzikirnya membersihkan jiwa dari kesombongan
kepada Allah dan mengingatkan jiwa agar istiqamah diatas perintah
Nya.”Sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar”. Jadi shalat
salah satu sarana tazkiiyah.

2. Zakat dan Infaq


Zakat dan Infaq bisa membersihkan jiwa dari bakhil dan kikir. Dan menyadarkan
manusia bahwa pemilik harta yang sebenarnya adalah Allah. Oleh sebab itu, kedua
ibadah ini termasuk dalam bagian dari tazkiyah,“Yang menafkahkan hartanya (di
jalan Allah) untuk membersihkanya”.

3. Puasa
Puasa merupakan pembiasaan jiwa untuk mengendalikan syahwat dan kemaluan
sehingga dengan demikian ia termasuk sarana tazkiyah,“Diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa”.
Tujuan dari puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar dari mulai terbit
fajar sampai matahari tenggelam, namun lebih dari itu, yaitu melatih kesabaran dan
mengekang hawa nafsu dari keinginan-keinginan nafsu duniawi. Sehingga dengan
berpuasa setiap hamba dapat mendekatkan diri pada Allah dengan khusyu tanpa
terbebani keinginan-keingian duniawi.

4. Dzikir dan Pikir


Membaca Al Qur’an dapat megingatkan jiwa kepada berbagai kesempurnaan,
karenanya ia merupakan salah satu jenis dzikir dan merupakan sarana tazkiyah,“dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Nya, bertambahlah iman mereka
(karenanya)”.

11
Berbagai dzikir yang bisa memperdalam iman dan tauhid di dalam hati,
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”. Dengan
demikian jiwa bisa mencapai derajat tazkiyah yang tinggi.
Dzikir dan pikir adalah dua sejoli yang dapat membukakan hati manusia untuk
menerima ayat-ayat Allah. Oleh karena itu tafakkur termasuk sarana tazkiyah, dan
munculah nilai-nilai dalam hati tidak lain adalah melalui perpaduan antara dzikir dan
pikir.

5. Mengingat Kematian
Kadang jiwa manusia ingin menjauh dari pintu Allah, bersikap sombong,
sewenang-wenang atau lalai, maka mengingat kematian akan dapat
mengendalikannya lagi kepada ubudiyah-Nya dan menyandarkan bahwa ia tidak
memiliki daya sama sekali,“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas
semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga
apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh
malaikat-malaikat Kami, dan malaikiat-malaikat Kami itu tidak melalaikan
kewajibanya”. Oleh karena itu, mengingat kematian merupakan salah satu sarana
tazkiyah.

6. Amarِ Ma’rufِ Nahiِ Mungkar


Tidak ada hal yang sedemikian efektif untuk menanamkan kebaikan ke dalam
jiwa sebagaimana perintah untuk melakukan kebaikan, dan tidak ada hal yang
sedemikian efektif untuk menjauhkan jiwa dari keburukan sebagaimana larangan
darinya. Oleh karena itu, amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan salah satu sarana
tazkiyah, bahkan orang-orang yang tidak memerintahkan yang ma’ruf dan tidak
mencegah kemungkaran berhak mendapat laknat.
Demikian pula jihad karena ia merupakan bentuk pengukuhan kebaikan dan
pengikisan kemungkaran. Oleh karena itu, mati syahid di jalan Allah adalah
penghapus dosa. Orang yang berjihad di jalan Allah terbebas secara langsung dari
rasa takut dan kikir karena ia menerjang kematian dengan niat menjual dirinya kepada
Allah,”sesunguhnya Allah telah membelikan dari orang-orang mukmim diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah;
lalu mereka membunuh atau terbunuh”.

12
Jadi jihad adalah adalah salah satu sarana tazkiyah, bahkan merupakan sarana
paling tinggi dan tidak dapat melakukanya pada ghalibnya kecuali orang yang
tersucikan jiwanya.
Itulah berbagai induk sarana tazkiyah secara umum. Jika semua terlaksana
semakin sempurna pula hasil-hasilnya, dan sebaliknya kenikmatan di dunia dan di
akherat.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Tazkiyatun nafs adalah pembebasan jiwa dari berbagai najis yang


mengotorinya, berbagai hawa nafsu yang keliru, berbagai perangai kebinatangan
yang nista, penentangan terhadab rubbubiyah, dan berbagai kegelapan.
Tujuan dari tazkiyah al-nafs adalah penyucian dan pengembangan jiwa
manusia sehingga menjadi berakhlak mulia.
Metode penyucian dan penyehatan jiwa (tazkiyah al-nafs) perspektif tasawuf
yaitu takhalli, tahalli, dan tajalli.
Berbagai sarana tazkiyatun nafs adalah sholat, zakat dan infaq, puasa, dzikir dan
fikir, ingat akan kematian, dan yang terakhir yaitu amar ma’rufَ serta nahi munkar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nasrul, 2015, Akhlak Tasawuf, Yogyakarta, PT ASwaja Presindo)

Nasution. 2005. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam.bulan bintang:Jakarta.

Solihin. 2003. Tasawuf Tematik. Bandung: CV Pustaka Setia.

Rahman, Gusti Abd. 2012. Terapi Sufistik untuk Penyembuhan Gangguan


Kejiwaan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Musyrifah. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Siregar, Rifay. 2002. Tasawuf dari SufismeKlasik ke Neosufisme. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai