Anda di halaman 1dari 9

HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI SUBJEK DAN OBJEK DAKWAH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Dakwah

Oleh:

Syubbanur Rahman (B92219133)


Abdul Aziz Assalam (04010521099)
Alifatul Fajriyah Endah Safira (04010221005)
Dosen Pengampu:

M.Yusuf, S.Sos, M.Pd.


NIP. 20220131

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahuwata’ala karena atas berkat
Rahmat-Nya kami memperoleh keberhasilan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat
Dakwah dengan membuat makalah yang berjudul “HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI
SUBJEK DAN OBJEK DAKWAH”.

Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya nantinya menjadi
laporan yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada bapak
M. Yusuf, S. Sos, M. Pd Yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi yang
membutuhkan.

Surabaya, 8 Mei 2022

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
1. Urgensi Dakwah dalam Kehidupan Manusia
2. Hakikat Manusia sebagai Subjek Dakwah

3. Hakikat Manusia sebagai Objek Dakwah

BAB III PENUTUP..................................................................................................................8


A. Kesimpulan...............................................................................................................8.
Daftar Pustaka..................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai manusia yang beriman kepada Allah dan Sebagai manusia yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka kita wajib untuk saling mengingatkanRasul-Nya,
maka kita wajib untuk saling mengingatkan akan kebaikan. Dalam Islam, aktivitas ini
disebut denganakan kebaikan. Dalam Islam, aktivitas ini disebut dengan dakwah.
Kata. Kata dakwah, diambil dari Bahasa Arab,  memiliki makna memanggil, atau
mengajak kepada memiliki makna memanggil, atau mengajak kepada amal perbuatan
yang baik secara agama. Amal perbuatan yang baik secara agama.

Manusia diciptakan oleh Allah untuk menyembah kepada-Nya sekaligus menjadi


Khalifah di muka Bumi. Manusia diciptakan oleh Allah untuk menyembah kepada-
Nya sekaligus menjadi Khalifah di muka Bumi. Hal ini tentunya membuat kita
bertanggungjawab untuk saling Hal ini tentunya membuat kita bertanggungjawab
untuk saling mengingatkan satu sama lain akanmengingatkan satu sama lain akan
kebaikan, serta tujuan kita ada kebaikan, serta tujuan kita ada di muka Bumi ini untuk
menyembah kepada di muka Bumi ini untuk menyembah kepada Allah. Dengan
demikian,Allah. Dengan demikian, dakwah menjadi kewajiban kita bersama. Dakwah
menjadi kewajiban kita bersama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Urgensi Dakwah dalam Kehidupan Manusia ?
2. Bagaimana Hakikat Manusia sebagai Subjek Dakwah ?
3. Bagaimana Hakikat Manusia sebagai Objek Dakwah

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui Urgensi Dakwah dalam Kehidupan Manusia
2. Mengetahui Hakikat Manusia sebagai Subjek Dakwah
3. Mengetahui Hakikat Manusia sebagai Objek Dakwah

1
BAB II

PEMBAHASAN
1. Urgensi Dakwah dalam Kehidupan Manusia
Secara etimologi dakwah berasal dari kosakata Arab yakni da’a yad’u. Dakwah berarti
seruan, ajakan, serta panggilan. Seruan berisikan ajakan kepada sesama manusia untuk selalu
berbuat baik dalam melakukan kegiatan ataupun merubah kebiasaan pola hidup. Allah SWT
berfirman dalam surat An-nahl 125 :

‫ض َّل َعنْ َس ِب ْيلِهٖ َوه َُو اَعْ لَ ُم ِب ْال ُم ْه َت ِدي َْن‬ َ ‫ِي اَحْ َس ۗنُ اِنَّ َر َّب‬
َ ْ‫ك ه َُو اَعْ لَ ُم ِب َمن‬ َ ‫ا ُ ْد ُع ا ِٰلى َس ِبي ِْل َرب‬
َ ‫ِّك ِب ْالح ِْك َم ِة َو ْال َم ْوعِ َظ ِة ْال َح َس َن ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّتِيْ ه‬

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. (QS. An-nahl:125)

Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa “Mendakwahkan orang agar beriman Kepada Allah dan
para rasul nya, dengan cara membenarkan kabar yang mereka beritakan dan menaati perintah
yang mereka mandatkan. Dakwah tersebut mencakup: (1) berdakwah kepada dua kalimat
syahadat, mendirikan salat,syahadat, mendirikan salat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan
dan haji ke menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah. (2) mendakwahkan
iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari kebangkitan setelah kematian
malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari kebangkitan setelah kematian dan iman kepada takdir,
baikdan iman kepada takdir, baik maupun buruknya. (3) berdakwah agar seseorang beribadah
kepada Allah seakan-akan ia melihat-ribadah kepada Allah seakan-akan ia melihatNya (ihsan
dalam ibadah)”. Mengingat bahwa manusia diciptakan dengan tujuan utama untuk
menyembah Allah subhanahu wa ta’ala, maka aktivitas dakwah diperlukan untuk
menyadarkan manusia, serta mengingatkannya kembali akan Tuhannya.

Dahulu Nabi memotivasi para sahabatnya untuk berdakwah kepada Allah dan mengobarkan
semangat mereka untuk itu, serta menjelaskan pahala yang dikandungnya dan akan diangkat
derajatnya di sisi Allah bila mereka menegakkannya. Banyak metode dakwah yang bisa kita
lakukan untuk menyeru atau mengajak mad’u (pendengar) kepada jalan kebaikan. Bisa
dengan berkhutbah, mengisi pengajian, pidato dan juga mengingatkan akan hal yang dilarang
Allah untuk meninggalkannya.

Dari Sahal bin Mas’ud, ia berkata: Rasulullah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib: “Allah
memberikan petunjuk kepada seseorang disebabkan engkau lebih baik bagimu dari pada unta
merah” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hal ini dakwah ditujukan atau diserukan kepada para audiens (mad’u), yaitu seluruh
umat manusia tanpa kecuali, yang memiliki beragam tipologi, baik suku bangsa, ras, warna
kulit maupun berdasarkan klasifikasi kemanusiaan lainnya.

2
Seorang muslim mau dan bersemangat berdakwah kepada Allah, karena Allah akan
meninggikan derajatnya serta menjadikannya sebaik-baiknya manusia dalam perkataannya
disisi Allah swt. Dengan demikian sangat mulia jika kita mau berdakwah di jalan Allah,
karena pahala yang kita dapatkan sangatlah besar dan mendapatkan derajat yang tinggi disisi
Allah swt. Dakwah juga meneruskan sunnah Rasulullah saw untuk mengubah pola kehidupan
manusia agar dekat dengan Sang Pencipta. Rasulullah juga menerangkan, seandainya orang
yang mengikutinya lebih dari satu, maka pahalanya seperti pahala mereka semua tanpa
dikurangi sedikitpun dari pahala mereka tersebut.

2. Hakikat Manusia sebagai Subjek Dakwah


Manusia ketika dikaitkan dengan dakwah dan mereka menjadi subjeknya maka dia
bisa dikatakan sebagai seorang da’i. Da’I adalah seorang manusia yang
menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada objek dakwah (mad’u). Setiap manusia
adalah da’I, mereka dapat menjadi da’I kepada dirinya sendiri, menjadi da’I kepada
Allah SWT, dan menjadi da’I kepada orang lain. Bagi seorang muslim dakwah
merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari dirinya, kemanapun dia pergi dia
akan selalu membawa pesan-pesan dakwah. Allah SWT berfirman :

‫هّٰلل‬
َ‫ب لَ َكان‬ ِ ْ‫اس تَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
ِ ‫ف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُوْ نَ بِا ِ ۗ َولَوْ ٰا َمنَ اَ ْه ُل ْال ِك ٰت‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج‬
ٰ
َ‫خَ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْالف ِسقُوْ ن‬

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena
kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah
orang-orang fasik” (Q.S Ali Imran : 110)

Ayat tersebut sudah sangat jelas sekali menyebutkan bahwa kita sebagai umat
islam adalah sebaik-baiknya manusia. Umat islam diberi tugas oleh allah untuk
menyampaikan risalah yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Muncul persoalan
ketika kita menjadikan manusia sebagai subjek dakwah menurut ayat tersebut, yaitu
siapa yang dimaksudkan sebagai subjek dakwah menurut ayat tersebut, apakah
seluruh manusia atau hanya umat islam saja.

Jumhur ulama berselisih dalam menanggapi persoalan ini, namun sejauh


pemikiran yang berkembang hingga sekarang perselisihan dalam masalah ini dapat
dikelompokan keadalam 3 pendapat, yaitu:

1. Dakwah dihukumi sebagai kewajiban individu (Fardhu ‘ain)


2. Dakwah dihukumi sebagai kewajiban kolektif (Fardhu kifayah)
3. Dakwah dihukumi sebagai kewajiban individu (fardhu ‘ain) sekaligus dihukumi
sebagai kewajiban kolektif (Fardhu kifayah)

3
Umat Islam jika dikaji sebagai subjek dakwah sesuai dengan surat Ali Imran ayat
104 maka seluruh umat islam memiliki kewajiban menyampaikan pesan dakwah.
Allah SWT berfirman:

ٰۤ ُ
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬
َ ‫ول ِٕى‬ ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬

”Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q.S Ali Imran : 104)

Prof. Quraish Shihab ketika menafsiri ayat ini beliau cenderung mengambil
jalan tengah. Prof Quraish Shihab berpendapat bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki
oleh seseorang jika tidak diingatkan seiring dengan berjalannya waktu akan
terlupakan. Manusia perlu diingatkan dan diberikan keteladanan melalui dakwah agar
mereka selalu ingat dengan ilmu pengetahuan tersebut. Penyampaian dakwah
hendaknya disampaikan oleh seluruh umat islam, namun jika semuanya tergolong
memberatkan maka sebagian saja tidak apa-apa. Hukum dakwah menjadi Fardhu ‘ain
dalam kontek dakwah yang mencakup keumuman mengajak atau mengingatkan
kepada kebaikan, dan menjadi fardhu kifayah ketika menjadi tanggung jawab ulama
ataupun kelompok profesional.

Berkaitan dengan hal ini Rosulullah SAW bersabda:

‫ك َأضْ َعفُ ْاِإل ْي َما ِن‬


َ ِ‫ فَِإ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َو َذل‬،‫ فَِإ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه‬Œ،‫َم ْن َرَأى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكراً فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه‬

“Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu
maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya
dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman” (HR. Muslim)

Kewajiban untuk berdakwah dan saling mengingatkan dalam hal kebiakan


menjadi tanggung jawab bagi setiap muslim. Setiap muslim bertanggung jawab dalam
berdakwah setidaknya atas diri sendiri dan keluarganya. Allah SWT berfirman terkait
hal tersebut dalam surat at-tahrim ayat 6 :

ۤ
‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َّوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ٰل ِٕى َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُوْ نَ هّٰللا َ َمٓا اَ َم َرهُ ْم‬
َ‫َويَ ْف َعلُوْ نَ َما يُْؤ َمرُوْ ن‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Allah SWT memerintahkan kepada umat islam untuk menjaga diri sendiri dan
keluarganya dari api neraka, namun kewajiban berdakwah kepada yang lainnya tidak

4
bisa luput darinya. Sebagai subjek dakwah manusia harus menyampaikan pesan yang
dia terima kepada manusia yang lainnya. Keberhasilan pesan dakwah yang
disampaikannya tergantung kepada kualitas diri yang dimilikinya. Sebelum kita
menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain hendaklah kita memiliki
pengetahuan, pemahaman, penghayatan, prilaku serta ketrampilan yang lebih
mendalam, maka dari itu setiap orang yang menyampaikan pesan dakwah harus
memiliki kompetensi substantif maupun kompetensi metodologis.

3. Hakikat Manusia sebagai objek Dakwah


Difirmankan oleh Allah SWT dalam surat At-taubah ayat 71 :
‫الز ٰكو َة ويُطِ ْيع ُْون هّٰللا‬
َّ ‫ض َيْأ ُمر ُْو َن ِب ْال َمعْ ر ُْوفِ َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ُيقِ ْيم ُْو َن الص َّٰلو َة َويُْؤ ُت ْو َن‬ ۘ ٍ ْ‫ض ُه ْم اَ ْولِ َي ۤا ُء َبع‬ ُ ‫َو ْالمُْؤ ِم ُن ْو َن َو ْالمُْؤ م ِٰن‬
ُ ْ‫ت َبع‬
َ َ َ
ٌ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ٰۤ ُ َ
‫ك َس َيرْ َح ُم ُه ُم ُ ۗاِنَّ َ َع ِز ْيز َح ِك ْي ٌم‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫َو َرس ُْول ٗه ۗا‬

Artinya : “ Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah
dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa,
Mahabijaksana”. (QS. At-taubah:71)

Ayat diatas berisi tentang bagaimana seseorang bisa menjadi penolong bagi kaum yang lain.
Bentuk pertolongan itu seperti berdakwah, mengajak untuk perbuatan ma’ruf dan melarang
untuk perbuatan Munkar, mendirikan shalat, melaksanakan zakat, dan dan taat kepada Allah
dan Rasulnya.

Selain ayat diatas ditemukan juga ayat yang mengindikasikan bahwa objek dakwah Islam
adalah seluruh umat manusia. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Saba: 28:
ٰ
ِ ‫ك ِااَّل َك ۤا َّف ًة لِّل َّن‬
ِ ‫اس بَشِ يْرً ا وَّ َن ِذيْرً ا َّولكِنَّ اَ ْك َث َر ال َّن‬
‫اس اَل َيعْ لَم ُْو َن‬ َ ‫َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰن‬

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia
tiada mengetahui“.( QS. Saba: 28).

Ayat di atas tidak mengungkapkan secara jelas kepada manusia yang mana Rasulullah
menyampaikan dakwah. Manusia yang dimaksud bersifat global (umum) . Artinya tidak
dibedakan apakah manusia itu muslim atau non muslim. Siapa pun manusia itu, dakwah
Islam mesti disampaikan. Terserah ia mau menerima atau tidak. Sebab di dalam Islam tidak
ada paksaan dalam beragama. Sebagaimana yang terdapat di dalam firman Allah: Laa ikraha
fiddiin (tidak ada paksaan dalam beragama). Manusia bebas menentukan pilihan hidupnya
dengan segala konsekuensinya. Pesan dakwah tetaplah harus disiarkan dari da’I kepada
mad’u, baik dikalangan individu ataupun kelompok, baik yang beragama Islam ataupun
belum beragama Islam, baik yang sudah bertakwa ataupun belum bertakwa.

5
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwah adalah sebuah aktivitas yang tidak terlepas Dakwah adalah sebuah aktivitas yang
tidak terlepas dari kewajiban dalam menjadi seorang Muslim, dari kewajiban dalam menjadi
seorang Muslim, dikarenakan masih banyak orang yang perlu diingatkan akan kebaikan, t
dikarenakan masih banyak orang yang perlu diingatkan akan kebaikan, terutama akan Tuhan.
Seorang erutama akan Tuhan. Seorang Da’I paling tidak berkewajiban untuk berdakwah
kepada dirinya sendiri dan paling tidak berkewajiban untuk berdakwah kepada dirinya sendiri
dan keluarganya. Namun, keluarganya. Namun, kewajiban untuk berdakwah kepada orang
lain pun kewajiban untuk berdakwah kepada orang lain pun tak luput dari dirinya. Dalam
berdakwah, seorang tak luput dari dirinya. Dalam berdakwah, seorang Da’I juga perlu
memahami dan menyesuai juga perlu memahami dan menyesuaikan dengan keadaan dan
kondi dakwahnya bisa sampai dan mengenai sasaran dengan tepat. Kan dengan keadaan dan
kondisisi Mad’u-nya, agar pesan dakwahnya bisa sampai dan mengenai sasara

Daftar Pustaka
Filsafat Dakwah (Draft Naskah Buku)

Amrullah, Ahmad. “Dakwah Islam Sebagai Ilmu: Sebuah Kajian Epistemologi dan Struktur
Keilmuan Dakwah”. IAIN Summatra Utara. 1996.

Muzzammil, Faisal. “Prinsip dan Metode Berpikir dalam Filsafat Dakwah”.

Effendi M Rahmat. “Kajian Tentang Prinsip Dasar Dan Metode Berfikir Dalam Filsafat
Dakwah Yang Diturunkan Dari Al-Qur’an”. UNISBA

Anda mungkin juga menyukai