Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Studi Hadist
Oleh:
Dosen Pengampu:
Bapak. Dr. H. M. Munir Mansyur, M.Ag
Oleh karena dipandang perlu dan penting bagi kita untuk mengetahui dan mendalami
tentang hadits. Karena bagaimanapun hadits merupakan sumber hukum kedua dalam islam.
Sehingga kita perlu memahami fungsi hadist terhadap Al- Qur’an. Kami tentunya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya nantinya menjadi laporan yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada bapak Bapak.
Dr. H. M. Munir Mansyur, M.Ag yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi
yang membutuhkan.
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran dan hadits tidak dapat dipisahkan, keduanya saling membutuhkan
sehingga dapat dijadikan pedoman oleh umat islam. Karena itu, baik al-Quran
maupun hadits Nabi dapat dan harus dijadikan hujjah. Keberlakuan hadist sbagai
sumber hukum diperkuat pula dengan kenyataan bahwa Al- Qur’an hanya
memberikan garis- garis besar dan petunjuk umum yang memerlukan penjelasan dan
rincian lebih lanjut. Maka hadits-hadits Nabi berfungsi sebagai penjelas dan
menafsirkan ayat-ayat al-Quran.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian Al- Hadist
2. Untuk hubungan hadist dengan Al- Qur’an
3. Untuk mengetahui fungsi hadits terhadap Al-Quran
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I..................................................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
A. Pengertian Al- Hadist..............................................................................................
B. Hubungan Hadist dengan Al- Qur’an
C. Fungsi Hadits terhadap Al-Quran............................................................................
BAB III...............................................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Hadits
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat
atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain. Hadits menurut istilah
syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan, atau
pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah penjelasan mengenai ucapan, perbuatan, dan
perkataan.
Hadits Qauliyah ( ucapan) yaitu hadits hadits Rasulullah SAW, yang diucapkannya
dalam berbagai tujuan dan persuaian (situasi).
Hadits Fi’liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW, seperti pekerjaan
melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya dan rukun-rukunnya, pekerjaan
menunaikan ibadah hajinya dan pekerjaannya mengadili dengan satu saksi dan
sumpah dari pihak penuduh.
Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah diikrarkan
oleh Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan, sedangkan ikrar
itu adakalanya dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan anggapan baik
terhadap perbuatan itu, sehingga dengan adanya ikrar dan persetujuan itu. Bila
seseorang melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan suatu ucapan dihadapan
Nabi atau pada masa Nabi, Nabi mengetahui apa yang dilakukan orang itu dan
mampu menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak menyanggahnya, maka hal itu
merupakan pengakuan dari Nabi.
Untuk mengeluarkan hukum Islam, pertama kali para ulama harus menelitinya di
dalam Al-Quran. Kemudian setelah itu, baru mencari bandingan dan penjelasannya di
dalam hadits-hadits Nabi karena pada dasarnya tidak satupun ayat yang ada dalam Al-
Quran kecuali dijelaskan oleh hadits-hadits Nabi. Dengan sinergi beberapa ayat dan hadits
tersebut, seorang ulama bisa memutuskan hukum-hukum agama sesuai dengan persoalan
yang dihadapi, tentunya dengan dukungan ilmu dan perangkat pengetahuan yang mumpuni
terhadap kedua sumber tersebut.
Menurut Abdul Wahab Khallaf, seorang ahli hukum Islam berkebangsaan Mesir,
hadits mempunyai paling tidak tiga fungsi utama dalam kaitannya dengan Al-Quran :
Hadits berfungsi sebagai penegas dan penguat segala hukum yang ada dalam Al-
Quran seperti perintah shalat, puasa, zakat dan haji. Abdul Wahab Khallaf mengatakan,
إما أن تكون سنة مقررة ومؤكدة حكما جاء في القرآنArtinya, “Adakalanya hadits berfungsi sebagai
penegas dan penguat terhadap hukum yang ada dalam Al-Quran.”
b). Hadits juga berfungsi sebagai penjelas dan penafsir segala hukum yang bersifat
global
Hadits juga berfungsi sebagai penjelas dan penafsir segala hukum yang bersifat
global dalam Al-Quran, seperti menjelaskan tatacara shalat, puasa, zakat dan haji. إما
ومفس]رة لم]]ا ج]]اء في الق]]رآن
ِّ أن تكون سنة مفصلِّةArtinya, “Adakalanya hadits berfungsi sebagai
penjelas dan penafsir terhadap hukum global/umum yang disebutkan dalam Al-Quran.”
c). Hadits juga berfungsi sebagai pembuat serta memproduksi hukum yang belum
dijelaskan oleh Al-Quran
Hadits juga berfungsi sebagai pembuat serta memproduksi hukum yang belum
dijelaskan oleh Al-Quran seperti hukum mempoligami seorang perempuan sekaligus
dengan bibinya, hukum memakan hewan yang bertaring, burung yang berkuku tajam
dan lain sebagainya. Khallaf kembali mengatakan sebagai berikut. وإما أن تكون سنة
ومنشَئة حُكما سكت عنه القرآن
ِ مثبِتَةArtinya, “Adakalanya hadits berfungsi sebagai penetap dan
pencipta hukum baru yang belum disebutkan oleh Al-Quran.” Dengan demikian, karena
begitu pentingnya posisi hadits dalam konsepsi hukum Islam, maka seseorang yang
akan berkecimpung di dalamnya diharuskan untuk mengenal istilah dasar dalam ilmu
hadits, menguasai kaidah-kaidah takhrij dan kajian sanadnya, serta mengetahui seluk
beluk dan tatacara memahami redaksinya.
Fungsi al-Hadits terhadap al Qur`an yang paling pokok adalah sebagai bayân,
sebagaimana ditandaskan dalam ayat:
Ayat tersebut menunjukkan bahwa Rasul SAW bertugas memberikan penjelasan tentang
kitab Allah. Penjelasan Rasul itulah yang dikategorikan kepada alhadîts. Umat manusia
tidak akan bisa memahami al-Qur`ân tanpa melalui al-hadîts tersebut. AlQur`ân bersifat
kullydan ‘am, maka yang juz’iy dan rinci adalah alhadîts. Imam Ahmad menandaskan
bahwa seseorang tidak mungkin bisa memahami al-Qur`ân secara keseluruhan tanpa
melalui al-hadîts. Imam Al-Syatibi jugaberpendapat bahwa kita tidak akan bisa
mengistinbath atau mengambil kesim pulan dari hukum al-Qur`ân tanpa melalui al-hadîts.
Dengan demikian jelaslah fungsi al-hadîts terhadap al-Qur`ân itu cukup penting, yaitu
sebagai bayân atau penjelas. 1
Dalam konteks ini akan memberikan contoh serta gambaran tentang bagaimana al-
hadîts menjelaskan isi al-Qur`ân:
1
Hamdani Khairul Fikri, “Fungsi Hadist Terhadap Al-Qur’an”, (Volume 12, No. 2, Tahun 2015), hal 180
dimakannya sendiri sekalipun sedikit, maka bagaimanakah hukumnya?Sunnah Rasulullah
SAW, menjelaskan bahwa jika buruan itu dimakan oleh anjing pemburu, maka kaum
muslimin dilarang memakannya, karena dikuatirkan hewan yang ditangkapnya itu untuk
dirinya sendiri.
4. Al-Qur`ân melarang orang yang sedang ihram mem-buru buruan dengan muthlaq,
artinya tidak me-makai syarat, apabila larangan itu diabaikannya, maka diwajibkan jaza
(balasan) atas orang yang melanggarnya (membunuhnya). Tetapi larangan memburu itu
dikecualikan bagi orang yang halal, artinya bagi yang tidak mengerjakan ihram.
Pengecualian itu dengan muthlaq juga. Kemudian timbul pertanyaan: Bagaimana
hukumnya orang yang sedang ihram itu memburu dengan tidak disengaja?, Oleh Rasul
SAW dijelaskan bahwa memburu buruan bagi orang yang sedang ihram itu, sama saja,
hukumnya antara yang sengaja dengan yang tidak disengaja, dalam kewajibannya
menunaikan denda atau dam.
Fungsi al-Hadits terhadap alQur`ân sebagai bayân itu difahami oleh ulama dengan
berbagai pemahaman, antara lain sebagai berikut:
a. Bayan Taqrir
Bayân taqrir ialah al-Hadits yang berfungsi menetapkan, memantapkan, dan
mengokohkan apa yang telah ditetapkan alQur`ân, sehingga maknanya tidak perlu
dipertanyakan lagi. Ayat yang ditaqrir oleh al-Hadits tentu saja yang sudah jelas
maknanya hanya memerlukan penegasan supaya jangan sampai kaum muslimin salah
menyim-pulkan. Contoh: Firman Allah SWT: ه
ْ ِ ص ْ ُم ُ َ ي فَلْ َ الش ْهر َ م ك ُ ُ َم َن ِشهَدBarangsiapa yang menyaksikan bulan ramadlan
َمن ف
maka hendaklah shaum. (Qs.2:185)
b. Bayan Tafsir
Bayân tafsir berarti menjelaskan yang maknanya samar, merinci ayat yang
maknanya global atau mengkhususkan ayat yang maknanya umum. Sunnah yang
berfungsi bayân tafsir tersebut terdiri dari (1) tafshîl al-mujmal, (2) tabyîn al-
musytarak, (3) takhshish al-’âm.
c. Bayan Tabdila
Bayân Tabdîl ialah mengganti hukum yang telah lewat keberlakuannya.
Dalam istilah lain dikenal dengan nama nâsih wa al- mansûh. Banyak ulama yang
berbeda pendapat tentang keberadaan hadits atau sunnah men-tabdil al-Qur`ân.
Namun pada dasarnya bukan berbeda dalam menyimpulkan hukum, melainkan hanya
terletak pada penetapan istilahnya saja.2
2
Mukhyar Sani, “Fungsi Hadist Nabi Muhammad SAW Terhadap Al-Qur’an”, Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah,
(Volume 12, No 23, Tahun 2017), hal 45
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas hadist Rasullah SAW telah menetapkan hukum baru yang tidak
ditetapkan oleh Al-Qur’an. Karena dalam Al-Qur’an terdapat ayat- ayat yang
memerintahkan kepada orang- orang beriman untuk taat secara mutlak kepada apa yang
diperintahkan dan dilarang Rasulullah Saw serta mengancam orang yang menyelesihinya.
Fungsi hadist terhadap Al- Qur’an adalah sebagai bayan dan muhaqiq (penjelas dan
penguat) bagi Al- Qur’an secara langsung. Oleh karena itu hadist berperan sebagai
penjelas dan penguat Al- Qur’an.
B. SARAN
Pokok bahasan tulisan ini sudah dipaparkan di depan. Besar harapan penulis semoga
tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi,
penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempuma. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan agar tulisan ini dapat disusun menjadi lebih
baik dan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Abdul Muiz. “Posisi Hadist dalam Hukum Islam”. Di akses dari
https://islam.nu.or.id/ilmu-hadist-dalam-hukum-islam-RrwHa pada tanggal 18 Maret 2022.
Fikri, Hamdani Khairul. “Fungsi Hadist Terhadap Al-Qur’an”. Tasamuh. Volume 12. No. 2.
Tahun 2015.
Sani, Mukhyar. “Fungsi Hadist Nabi Muhammad SAW Terhadap Al-Qur’an”. Alhadharah:
Jurnal Ilmu Dakwah. Volume 12. No 23. Tahun 2017.