Disusun oleh :
PRODI ARSITEKTUR
1|Ulumul Hadist
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, yang telah memberikan kesehatan kepada sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai untuk memenuhi tugas kelompok dari Mata
Kuliah Ulumul Hadist
Terima kasih kami ucapkan kepada ibuk Murni, S.pd.I., M.Ag. selaku dosen
pembimbing yang telah memberi kami kesempatan umtuk dapat memaparkan materi ini. Juga
terhadap kepada teman-teman yang ikut berpatisipasi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarnakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
harapkan segala bentuk saran serta masukan bahwa kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan
bagi kita semua.
Penyusun
2|Ulumul Hadist
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………5
Kesimpulan …………………………………………………………………………….15
3|Ulumul Hadist
BAB I PENDAHULUAN
Al-Hadist merupakan sumber ajaran Islam, yang kedua dari Al-Qur’an. Dilihat dari sudut
periwayatannya, jelas antara hadist dan Al-Qur’an terdapat perbedaan. Untuk Al-Qur’an
semua periwaytannya berlangsung secara mutawattir. dan sebagian lagi berlangsung secara
Ahad sehingga dimulai dari sinilah timbul berbagai pendapat dalam menilai kualitas Hadist,
sekaligus sumber perbedaan dalam ilmiah,atau bahkan non ilmiah. Akibatnya bukan
kesepakatan yang didapatkan, akan tetapi sebaliknya perpecahan yang terjadi.
Oleh karena itu timbul sebuah pertanyaan apakah hadist dapat dijadikan dalam sebuah hujjah
atau tidak..?? maka penulis mencoba membahas beberapa hal yang terkait dengan Al-Hadist
sebagai mana terangkum dalam rumusan masalah berikut.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kedudukan dan fungsi hadist terhadap
Alquran ,perbandingannya .Hadist qudsi dan contohnya.
4|Ulumul Hadist
BAB II PEMBAHASAN
Kedudukan Hadist sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang menjelaskan hukum Al-
Qur’an, tidak diragukan lagi dan dapat diterima oleh semua pihak, karen amemang itu
untuklah nabi ditugaskan Allah SWT. Namun dalam kedudukan Hadist sebagai dalil yang
berdiri sendiri dan sebagai sumber kedua setelah Al-Qur’an menjadi bahan perpincangan
dikalangan ulama. Perbincangan ini muncul disebaban keterangan Allah SWT sendiri yang
menjelaskan bahwa Al-Qur’an atau ajaran islam itu telah sempurna. Oleh karennaya tidak
perlu lagi ditambah oleh sumber lain
Jumhur Ulama berpendapat bahwa hadist berkedudukan sebagai sumber dalil kedua setelah
Al-Qur’an dan mempunyai kekuatan untuk di taati serta memikat untuk semua umat islam.
Jumhur ulama mengemukakan alasan-alasannya dengan bebrapa dalil, diantaranya:
1. Banyak aya Al-Qur’an yang menyuruh umat menaati Rasul. Ketaatan kepada Rasul
sering dirangkaikan denga keharysan menaati Allah ; seperti yang tersebut da;am surah
An-Nisa : 59
Artinya ; Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya)
Bahkan dalam tempat lain Al-Qur’an mengatakan bahwa orang yang menaati Rasul bearti
menaati Allah, sebagai mana disebutkan dalam surah An-Nisa : 80 :
Artinya: barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.dan
barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka kami tidak mengutuskan mu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka.
Yang dimaksud denga mentaati Rasul dalam ayat-ayat tersebut adalah mengikuti apa-apa
yang dilakukan oleh Rasul sebagaimana tercangkup dalam sunnahnya.
5|Ulumul Hadist
Dari ayat diatas, jelaslah Hadist itu wahyu. Bila wahyu mempunyai kekuatan sebagai dalil
hukum, maka hadist pun mempunyai kekuatan hukum untuk dipatuhi.kekuatan Hadist
sebagai sumber hukum ditentukan oleh dua segi : pertama,dari segi kebenaran materinya dan
kedua dari seginya kekuatan penunjukkannya terhadap hukum. Dari segi kebenaran materinya
kekuatan Hadist mengikuti kebenaran pemberi tanyaanya yang memberi dari tiga tingkat,
yaitu : mutawattir,masyhur, dan ahad sebagaimana dijelaskan diatas.
Khabar mutawatir ditinjau dari segi kuantitas sahabat yang meriwayatkannya dari nabi dan
juga kuantitas yang meriwayatkannya dari sahabat dan seterusnya adalah qathi’i dalam arti
diyakini kebenarannya bahwa hadist itu benar dari nabi. Meskipun jumlah hadist mutawattir
ini tidak banyak namun mempunyai kekuatan sebagai dalil sebagaimana kekuatan Al-Qur’an
kabar muatawattir mempunyai kekuatan tert9nggi didalam periwayatan dan menghasilkan
kebenaran tentang apa yang diberikan secara mutawattir sebagaimana kebenaran yang muncul
dari hasil pengamatan. Para Ulama sepakat mengakatan bahwa kabar mutawattir ilmu yakni
meskipun merka berbeda pendapat cara penyampaian kepada ilmu yakin itu secara tanpa
memerlukan pembuktian atau memerlukan pembuktian kebenarannya. Untuk sampainya
khabar mutawattir itu krpada ilmu yakin harus terpenuhi syarat-syarat tertentu. Diantarnya
syarat-syarat itu disepakati oleh ulama dan syarat lainnya diperselisihkan. Syarat-syarat yang
disepakati ada yang menyangkut pembawa berita
Dalam uraian tentang Al-quran telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-ayat hukum dalam
Al –quran adalah dalam bentuk garis besar yang secara amaliyah belum dapat di laksanakan
tanpa penjelasan dari hadist . Dengan demikian fungsi hadist yang utama adalah umtuk
menjelaskan Al-Qur’an ini telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surah An-Nahl : 26
Artinya : dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) ini, melainkan agar
kamudapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu.
6|Ulumul Hadist
Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh, makah
hadist disebut sebagai bayani. Daklam kedudukannya sebagai bayani dalam hubungan
dengan Al-Qur’an. Ia menjalankan fungsi sebagai berikut :
1. Menguatkan dan menegaskan hukum-hukumnya tersebut dalam Al-Qur’an atau
disebut fungsi ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk ini hadist hanya mengulangi apa-apa
yang tersebut dalam Al-Qur’an. Umpanya Firman Allah dalam Surah Al-
Baqarah:10yang artinya : “dan dirikan sholat dan tunaikanlah zakat “ayat itu
dikuatkan oleh sabda Nabi yaitu: “ kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat.
2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an
3. Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an
4. Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara garis besar
5. Mebatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum
6. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur’an
Contoh menjelaskan arti kata dalam Al-Qur’an umpamanya kata shalat yang masih samar
artinya, karena dapat saja shalat itu bearti do’a sebagaimana yang bisa dipahami secara umum
waktu itu. Kemudia Nabi melakukan serangkaian perbuatan yang terdiri dari ucapan dan
perbuatan secara jelas yang mulai dari takbiratul ihram dan berakhir dengan salam. Sesudah
itu Nabi bersabda: “ inilah shalat sebagaimana kamu melihat saya mngerjakan shalat.
Menetapkan suatu hukum dalam hadist yang secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur’an.
Dengan demikian kelihatan bahwa Haist menetapkan sendirihukum yng ditetapkan dalam Al-
Qur’an. Fungsi hadist dalam bentuk ini disebut itsbat. Sebenarnya bila diperhatikan dengan
teliti akan jelas bahwa apa yamg ditetapkan hadist itu pada hakikatnya adalah penjelasan
terhadap apa yang disinggung Al-Qur’an atau memperluas apa yang disebutkan Al-Qur;an
secara terbatas. Umpamanya Allah SWT mengharamkan memakan bangkai, darah, dan
daging babi.
7|Ulumul Hadist
Persamaannya
Tentang persamaan Al-Qur’an dan Hadist adalah sebagaimana yang telah dijelaskan
bahwa hadist dan Al-Qur’an adalah sama-sama sumber ajaran islam dan bahkan pada
hakikatnya keduanya adalah sama-sama wahyu dari Allah SWT.
Perbedaanya
Meskipun Hadist dan Al-Qur’an adalah sama-sama sumber ajaran Islam dan dipandang
sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT, keduanya tidaklah persis sama. Melainkan
terdapat beberapa perbedaan al-Qur’an dan Hadist itu sendiri. Untuk mengetahui
perbedaanya. Perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian dan karakteristik dari Al-
Qur’an sebagaimana halnya dengan Hadist.
Kata Al-Qur’an dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar dari kata qara’a, yang bearti
“bacaan” (al-qira’ah). Didalam QS. Al-Qiyamah [75]: 17 disebutkan: “sesungguhnya atas
tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya”
Selanjutnya.kata Qur’an secara umum lebih dikenal sebagai nama dari sekumpulan
tertentu dari kalam Allah yang selalu dibaca hamba-Nya. Dengan demikian, secara
terminologis Al-Qur’an bearti: “Dia (Al-Qur’an itu)adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada Rasulullah SAW dengan bahasa Arab, mengandung mukjizat meskipundengan
suratnya yang terpendek, terdapat didalam mushaf yang diriwayatkan secara mutawattir,
membacanya merupakan ibadah, dimulai dengan Al-Fatihah dan di akhiri dengan Al-
Nas”
Dari definisi di atas jelas terlihat kekhususan dan perbandingan antara Al-Qur’an dengan
Hadist, yaitu:
1. Bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bersifat mukjizat. Kemukjizatan Al-
Qur’an tersebut dianataranya terletak pada ketinggian balaghah (kandungan sastra_-
8|Ulumul Hadist
nya yang mencapai tingkatan diluar batas kemampuan manusia, sehingga masyarakat
Arab khusunya dan manusia pada umumnya tidak mamapu menandinginya. Dari segi
ini telihat perbedaanya yang nyata anatar Al-Qur’an dengan Hadist. Yaitu bahwa
Hadist maknanya bersumber dari Allah (hadist qudsi), atau dari Rasul SAW sendiri
berdasrkan hidayah dan bimbinganya dari Allah (Hadist Nabawi), dan lafadznya
berasal dari Rasul SAW serta tidak bersifat mukjizat, sedangkan Al-Qur’an makna
dan Lafadznya sekaligus berasal dari AllahSWT dan bersifat mukjizat.
2. Membaca Al-Qur’an hukumnya adalah ibadah, dan sah membaca ayat-ayatnya
didalam shalat, sementara tidak demikian halnya dengan Hadis.
3. Keseluruhan ayat Al-Qur’an diriwayatkan oleh Rasul SAW periwayatanyang
menghasilkan ilmu yang pasti dan yakin keauntetikannya pada setiap generasinya dan
waktu. Ditinjau dari segi periwayatannya tersebut, maka nash-nash Al-Qur’an adalah
bersifat pasti wujudnya atau qath’I al-stubut. Akanalnya Hadist, sebagian besar
adalah bersifat ahad dan zhanni al-wurud, yaitu tidak diriwayatkan secara mutawattir.
kalaupun ada, hanya sedikit sekali yang mutawattir lfadz dan maknanya sekaligus.
9|Ulumul Hadist
Hari Kiamat tiba. Sementara, hadist Qudsi bukanlah suatu hukum islam untuk ditantang dan
juga bukan sebuah mukjizat.
4. Sumber makna dan lafadz hadist tidak hanya dari Rasulullah SAW
Al-Qur’an baik itu ladafz dan maknanya semua berasala dari Allah SWT, sehingga ia disebut
sebagai wahyu. Sementara hadist, maknanya saja yang berasal dari Allah SWT sedangkan
untuk lafadznya asalnya dari Rasulullah SAW. Hadist merupakan wahyu yang terdapat
didalam makna, bukanlah dalam lafadz. Sehingga bagi sebagian mayoritas para ahli hadist
memprbolehkan untuk meriwayatkan hadist ini maknanya saja.
10 | U l u m u l H a d i s t
apabila membacanya secara umum saja. Maka dari itu apabila membaca hadist maka
tidak akan mendapatkan pahala seperti yang disebutkan dalam hadist saat membaca
Al-Qur’an tapi dimana akan memperoleh sepuluh kebaikan setiap membacanya satu
ayat Al-Qur’an.
Itulah beberapa perbedaan Al-Qur’an dan hadist yang wajib dipahami. Tentunya agar dapat
menempatkan sumber hukum agama islam serta pedoman umat islam secara benar.
11 | U l u m u l H a d i s t
1.4 Hadist Qudsi dan Contohnya
Hadist Qudsi disebut juga dengn istilah hadist ilahi atau hadist Ilahi atau Hadist Rabbani.
Secara bahasa hadist Qudsi merupakan penisbatan kepada kata Quds yang artinya suci.
Yaitu hadist yang di nishbatkan kepada dzat yang suci. Sedangkan secara istilah,
pengertian hadist qudsi terdapat dua macam, yaitu:
Hadist Qudsi merupakan kalam Allah SWT baik dalam matan maupun substansi
bahasanya, dan Nabi Muhammad SAW hanya menyampaikan kepada kita.
Hadist Qudsi adalah perkatan dari Nabi Muhammad SAW, sedangkan isi perkataan
tersebut berasal dari Allah SWT.
Dan istilah tersebut dapat dikatakan bahwa hadist Qudsi adalah hadist yang berisi firman
Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian Nabi menerangkanya
dengan menyandarkannya kepada Allah SWT, dengan kata lain. Hadist qudsi ialah hadist
yang disampaikan kepada kita dari Nabi Muhammad SAW dengan sanad dari beliau sendiri
kepada Allah SWT dengan menggunakan salah satu dari dua lafadz periwayatan sebagai
berikut;
1. Rasulullah SAW mengatakan mengenai apa yang diriwayatkan nya dari Rabbnya
2. Atau Rasulullah SAW mengatakan: “Allah SWT telah berfirman” atau “Befirman
Allah SWT”. Ciri-ciri Hadist Qudsi:
Ada redaksi hadist qala-yaqulu allahu1
Ada redaksi fi ma rawa/yarwihi ‘anillahi fabarakahu wata’ala2
Redaksi lain yang semakna dengan redaksi diatas, setelah selesai menyebut
rawi yang menjadi sumber pertamanya, yakni sahabat.3
Definisi diatas menjelaskan bahwa hadis qudsi itu adalah perkataan yang bersumber dari
Rasul SAW namun disandarkan beliau kepada Allah SWT akan tetapi itu adalah perkataan
1
A. Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: kencana. Hal.20
2
A. Hamid, (2017). Globalisasi dan Tantangan Dakwah. Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Pengguruan
Tinggi Agama Islam, 16(1), 15-30
3
A, Hamid, (2016). Dakwah dalam Prespektif Paradigma Tradisionalisme dan Reforisme. Kordinat: jurnal
Komunikasi antar pengguruan Tinggi Agama Islam, 16(1),89-104
12 | U l u m u l H a d i s t
atau firman Allah SWT akan tetapi itu adalah perkataan atau firman Allah SWT.
Dibandingkan dengan jumlah hadist-hadist Nabi, maka Hadist Qudsi bisa dibilang tidak
banyak. Jumlah lebih sedikit dari 200 hadist
13 | U l u m u l H a d i s t
pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat kebaikan, lalu
dia melakukannya, Alloh menulis pahala sepuluh kebaikan sampai 700 kali, sampai
berkali lipat banyaknya. Barangsiapa berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia tidak
melakukannya, Alloh menulis di sisiNya pahala satu kebaikan sempurna untuknya.
Jika dia berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia melakukannya, Alloh menulis satu
keburukan saja. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.)
Hadits Ke – 23: Dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw,
sesungguhnya Allah tabaaraka wa ta’aala berfirman di hari kiamat, “Dimanakah orang
– orang yang saling mencintai karena-Ku, dihari ini (kiamat) aku menaungi mereka
dalam naunganku, dihari dimana tidak ada naungan kecuali naunganku” (Hadits
riwayat Bukhari, dan begitu juga diriwayatkan oleh Imam Malik.)
Hadits Ke – 31: Diriwayatkan dari Jundub r.a., bahwa Rasulullah saw diberitakan
bahwa seseorang berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni fulan”, dan
sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “siapakah yang telah bersumpah
dengan nama-Ku, bahwa aku tidak akan mengampuni fulan, sesungguhnya aku benar-
benar mengampuni fulan, dan Aku membatalkan amal-amalmu”, atau seperti
perkataan/sabda yang serupa kalimat tersebut. (Hadits diriwayatkan oleh Imam
Muslim.)
14 | U l u m u l H a d i s t
BAB III KESIMPULAN
Dari beberapa uraian di atas dapat kita ambil beberapa kesimpulan bahwa:
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat
atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW,
baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah penjelasan mengenai
ucapan, perbuatan, dan perkataan.Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan
sebagai sumber atau dalil kedua setelah Al-Quran dan mempunyai kekuatan untuk ditaati
serta mengikat untuk semua umat Islam. Fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan
Al-Qur’an
Bila kita lihat dari fungsinya hubungan Hadits dengan Al-Qur’an sangatlah
berkaitan. Karena pada dasarnya Hadits berfungsi menjelaskan hukum-hukum dalam Al-
Qur’an dalam segala bentuknya sebagaimana disebutkan di atas. Allah SWT menetapkan
hukum dalam Al-Qur’an adalah untuk diamalkan, karena dalam pengalaman itulah terletak
tujuan yang digariskan.
15 | U l u m u l H a d i s t
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin, Amir, Haji, Ushul Fiqh – Cet. 1. Jakarta : Logos Wacana Ilmu 1997
Al-Shiddieqie, T.M. Hasbi, Pengantar Ilmu Fiqh, Bulan Bintang, Jakarta, 1999
16 | U l u m u l H a d i s t