Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

AL-QURAN DAN AS-SUNAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

DISUSUN OLEH:
DIAN EKA SETIANI
DONI HERMAWAN
ELISA VIVIA PUTRI
EVI TANIA
IZZA
NURUL SHALLY MAHAQQY
KELAS AK19B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat
dan karuniaNya yang diberikan kepada kita semua sebagai umatnya. kami dapat
menyusun makalah “Al-quran dan As-sunnah” untuk memenuhi mata kuliah
Pendidikan Agama Islam
 Makalah yang disusun untuk mempelajari lebih detail mengenai apa itu Al-
Quran dan As-Sunnah. Kami berharap informasi yang kami dapatkan tidak hanya
untuk kami melainkan untuk para pembaca sebagai ilmu untuk menambah wawasan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dan memberikan manfaat dalam hidup kita
nantinya. Dari lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa, makalah yang
kami buat masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu tidak ada salahnya kami
mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun untuk lebih baik
kedepannya.

Karawang, Maret 2020

Penyusun    

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................4
2.1 Pengertian Al-Quran .................................................................................4
2.2 Kedudukan Al-Quran dalam Islam ...........................................................6
2.3 Ruang lingkup dan pembahasan ulummul Qur’an ...................................6
2.4 Sejarah kodifikasi Al-Quran .....................................................................8
2.5 Fungsi dan Tujuan Al-Quran ....................................................................10
2.6 Pengertian As-Sunnah ..............................................................................11
2.7 Kedudukan As-Sunnah dalam syariat Islam .............................................12
2.8 Kehujjahan As-Sunnah .............................................................................14
2.9 Fungsi Sunnah terhadap Al-quran ...........................................................15
2.10Ingkar sunnah ...........................................................................................17
BAB III PENUTUP .........................................................................................20
3.1 Kesimpulan ............................................................................................20
3.2 Saran ......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-
Qur’an merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi
manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW, melalui perantara Malaikat Jibril.
Dan sebagai Wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW, sebagaimana
terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Qur’an merupakan salah satu kitab yang
mempunyai sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang
masih terjaga keasliannya.
Al-Qur’an dalam pengumpulannya mempunyai dua tahap yaitu tahap petama
pengumpulan Al-qur’an dalam arti menghafal Al-Qur’an pada masa Nabi, tahap
kedua dalam arti penulisan Al-Qur’an, hal ini dinamakan penghafalan dan
pembukuan Al-Qur’an.
Taat kepada Allah adalah mentaati kitab Allah SWT, konsisten dengan
hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, mengikuti perintahnya, menjauhi
larangannya, menerima ayat-ayatnya yang bersifat mutasyabih, mengambil pelajaran
dari kisah yang dikandungnya, dan memahami sunnah-sunnahnya. Sedangkan taat
kepada Rasulullah saw. adalah mengikuti perintahnya dan taat secara sempurna
kepadanya selama beliau masih hidup dan mengikuti sunnah-sunnahnya setelah
beliau wafat.
Sunnah merupakan sumber hukum utama bagi umat Islam setelah Al-Qur’an,
sunnah juga berfungsi sebagai penjelas hukum serta ajaran-ajaran yang terdapat
dalam Al-Qur’an. Nampaknya sulit dibayangkan apabila Al-qur’an dipahami dan
didalami tanpa melalui sunnah/hadis. Karena memahami Al-Qur’an tanpa merujuk
kepada hadis maka akan terjadi kesalahfahaman dalam memahami sesuatu. Oleh
karena itu, perhatian yang diberikan umat Islam terhadap sunnah/hadis sejalan dengan
besarnya perhatian mereka terhadap Al-Qur’an.

1
Dalam sebuah kehidupan pasti ada persoalan. Begitu juga dengan adanya
sunnah Nabi, ada yang pro dan ada pula yang kontra. Apalagi ada golongan yang
sengaja meninggalkan sunnah Nabi karena bagi mereka manusia disuruh berpedoman
hanya kepada al-Qur’an tidak kepada sunnah/hadis. Pengingkaran sunnah yang
terjadi dikarenakan mereka hanya percaya wahyu Allah yaitu, Al-Qur’an yang dapat
dijadikan hujjah. Mereka juga tidak percaya dengan adanya hadis karena menurut
mereka hadis itu karangan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.
Pengingkaran terhadap sunnah terjadi karena mereka hanya memahami al-
Qur’an secara setengah-setengah. Padahal Allah SWT. telah berfirman dalam surah
al-Najm ayat 3 dan 4 sebagai berikut: “Nabi tidak berkata menurut hawa nafsunya,
tetapi apa yang dikatakan tidak lain adalah wahyu yang diberikan”.
Berdasarkan hadis diatas telah diketahui bahwasannya al-Qur’an dan
sunnah/hadis adalah sama-sama wahyu dari Allah SWT. Jadi, apa yang dikatakan dan
diperbuat Rasul harus diikuti karena apa yang dikatakan adalah wahyu dari Allah
SWT.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka kami mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Al-Quran?
2. Bagaimana Kedudukan Al-Quran dalam Islam?
3. Bagaimana Ruang lingkup dan pembahasan ulummul Qur’an?
4. Bagaimana Sejarah kodifikasi Al-Quran?
5. Apa Fungsi dan Tujuan Al-Quran?
6. Apa Pengertian As-Sunnah?
7. Bagaimana Kedudukan As-Sunnah dalam syariat Islam?
8. Bagaimana Kehujjahan As-Sunnah?
9. Apa Fungsi Sunnah terhadap Al-quran?
10. Bagaimana Ingkar sunnah?

1.3 Tujuan Masalah

2
Berdasarkan uraian diatas maka kami mengambil Tujuan masalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Al-Quran
2. Untuk Mengetahui Kedudukan Al-Quran dalam Islam
3. Untuk Mengetahui Ruang lingkup dan pembahasan ulummul Qur’an
4. Untuk Mengetahui Sejarah kodifikasi Al-Quran
5. Untuk Mengetahui Fungsi dan Tujuan Al-Quran
6. Untuk Mengetahui Pengertian As-Sunnah
7. Untuk Mengetahui Kedudukan As-Sunnah dalam syariat Islam
8. Untuk Mengetahui Kehujjahan As-Sunnah
9. Untuk Mengetahui Fungsi Sunnah terhadap Al-quran
10. Untuk Mengetahui Ingkar sunnah

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al Quran


Al Qur’an merupakan murni wahyu yang disampaikan oleh Allah SWT,
bukan berasal dari hawa nafsu perkataan dari Rasulullah SAW. Di dalam Al Qur’an
termuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia dan Al Qur’an adalah petunjuk
bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa.
Al Qur’an ialah sebuah petunjuk yang bisa mengeluarkan manusia dari
keadaan gelap menuju jalan yang terang benerang. Al Qur’an juga mempunyai fungsi
sebagai pedoman bagi setiap manusia untuk mencapai kebahagiaannya, baik di dunia
maupun di akhirat. Pembahasan pokok dalam Al Qur’an terbagi menjadi tiga yakni
pembahasan tentang akidah pembahasan tentang ibadah dan pembahasan tentang
prinsip-prinsip syariat. Al Qur’an memiliki kedudukan sebagai sumber hukum islam
yang paling utama, sumber hukum kedua adalah perkataan nabi atau hadits.
Hukum islam merupakan hukum ketuhanan, Allah SWT telah mensyariatkan
kepada seluruh hambaNya. Al Qur’an adalah dalil utama dan jalan untuk mengetahui
hukum-hukum tersebut. Setiap umat islam tentu sudah menyadari dan mengetahui
bahwasanya Al Qur’an ialah kitab suci yang merupakan petunjuk atau pedoman
hidup dan dasar setiap langkah hidup. Al Qur’an tidak hanya mengatur hubungan
antara manusia dan Allah SWT saja, akan tetapi di dalamnya juga mengatur
hubungan antara manusia dan manusia bahkan dengan lingkungan sekitarnya.
Itulah yang menjadi sebab, Al Qur’an menjadi sumber hukum pertama dan
paling utama bagi umat manusia, umat islam pada khususnya. Seseorang bisa
dikatakan berpegang teguh pada Al Qur’an jika mampu mengamalkan apa yang telah
diajarkan dalam Al Qur’an.
a. Pengertian Al Qur’an Secara Etimologi (Bahasa)

4
Dari segi bahasa, Al Qur’an berasal dari bahasa Arab, yakni bentuk jamak
dari kata benda atau masdar dari kata kerja qara’a – yaqra’u – qur’anan yang
artinya adalah “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”.
b. Pengertian Al Qur’an Secara Terminologi (Istilah Islam)
Al Qur’an secara istilah berarti kitab suci umat Islam yang di dalamnya
berisi firman-firman Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW sebagai
mukjizat.Al Qur’an disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah SWT dengan
perantara malaikat jibril kepada nabi Muhammad SAW dan membacanya bernilai
ibadah.
c. Pengertian Al Qur’an Menurut Para Ahli
 MENURUT DR. SUBHI AS-SALIH
Menurut Dr. Subhi as-Salih, Al Qur’an adalah kalam Allah SWT yang
merupakan sebuah mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
di tulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir, serta membacanya
adalah termasuk ibadah
 MENURUT MUHAMMAD ALI ASH-SHABUMI
Menurut Muhammad Ali ash-Shabumi, Al Qur’an ialah firman Allah
SWT yang tidak ada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW penutup para nabi dan rasul dengan perantara malaikat Jibril as, ditulis
kepada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita dengan cara
mutawatir.Membaca dan mempelajari Al Qur’an adalah ibadah dan Al Qur’an
dimulai dari surat Al Fatihah serta ditutup dengan surat An Nas.
 MENURUT SYEKH MUHAMMAD KHUDARI BEIK
Menurut Syekh Muhammad Khudari Beik, Al Qur’an merupakan
firman Allah SWT yang bernahasa Arab, diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir,
ditulis dalam mushaf yang dimulai dari surat Al Fatihah dan diakhiri dengan
surat An Nas.

2.2 Kedudukan Al- Qur’an dalam Islam

5
Bagi umat islam bahwa Al- Qur’an adalah sumber yang asasi bagi syari’at
(hukum) islam. Dari Al- Qur’an lah dasar-dasar hokum islam beserta cabang-
cabangnya digali.
Agama islam, agama yang dianut oleh ratusan juta jiwa diseluruh dunia
merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya didunia dan di
akhirat kelak.
Agama islam datang dengan Al- Qur’an membuka lebar-lebar mata manusia,
agar mereka menyadari jati diri dan hakikat keberadaan mereka dipentas bumi ini.
Dan juga mereka tidak terlena dengan kehidupan ini, sehingga mereka tidak menduga
bahwa hdup merekahanya dimulai dengan kelahiran dan diakhiri dengan kematian.
Al-Qur’an mengajak mereka berpikir tentang kekuasaan Allah, untuk
mencapai kebahagiaan hidup diakhirat kelak manusia memerlukan peraturan-
peraturan untuk mencapaihal tersebut.

2.3 Ruang Lingkup dan Pembahasan Ulumul Qur’an


Ruang lingkup dan pembahasan Ulumul Qur’an sangat luas. Dalam kitab al-
Itqan, al-Syuyuti menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang
terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian al-Suyuti mengutip Abu Bakar
Ibnual-Araby yang mengatakan bahwa Ulumul Qur’an terdiri dari 77450 ilmu.
Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-Qur’an dengan
dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna zahir, batin,
terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufradatnya.
Adapun jika dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya
menjadi tidak terhitung.
Sementara itu, Jalal al-Din al-Bulqiny membagi kajian ilmu al-Qur’an
menjadi enam kelompok besar, yaitu:
1) Nuzul,
2) Sanad,
3) Ada’,
4) Al-Faz,

6
5) Ma’nan Muta‘alliq bi al-Ahkam,
6) Ma’nan muta’alliq bi al-faz.
Selanjutnya 6 kelompok ini dibagi lagi menjadi 50 persoalan seputar
pembahasan Ulumul Qur’an. Senada dengan pandangan al-Bulqiny, Hasby al-
Shiddieqi berpendapat dari segala macam pembahasan Ulumul Qur’an itu kembali ke
beberapa pokok pembahasan saja seperti:
1) Nuzul. Ayat-ayat
Yang menunjukan tempat dan waktu turunya ayat al-Qur’an misalnya makkiyah,
madaniyah, hadhariah, safariyah, nahariyah, lailiyah, syita’iyah, shaifiyah,
dan firasyiah.
2) Sanad
Sanad yang mutawattir, ahad, syadz, bentuk-bentuk qira’at nabi, para periwayat
dan para penghapal al-Qur’an, dan cara tahammul (penerimaan riwayat)
3) Ada’ al-Qira’ah
Menyangkut waqaf, ibtida’, imalah, madd, takhfif hamzah, idgham.
4) Pembahasan
menyangkut lafadz Al-Qur’an, yaitu tentang gharib, mu’rab, majaz, musytarak,
muradif, isti’arah, dan tasybih.
5) Pembahasan makna
Al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum, yaitu ayat yang bermakna Am dan
tetap dalam keumumanya, Am yang dimaksudkan khusus, Am yang dikhususkan
oleh sunnah, nash, zahir, mujmal, mufashal, mantuq, mafhum, mutlaq, muqayyad,
muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh mansukh, muqaddam, mu’akhar, ma’mul
pada waktu tertentu, dan ma’mul oleh seorang saja.
6) Pembahasan makna
Al-Qur’an yang berhubungan dengan lafadz, yaitu fasl, wasl, i’jaz, itnab,
musawah, dan qasr.

7
2.4 Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an
Al- Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus, Al-Qur’an turun secara
berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa
turunnya Al-qur’an ini di bagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan perode
Madinah.
Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun yaitu masa kenabian Rasulullah
SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat makkiyah. Sedangkan
periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah yang berlangsung selama 10
tahun dan surat yang turun pada waktu itu disebut surat Madaniyah.
Al- Qur’an terdiri dari 114 surah, 30 juz, dan 6.236 ayat menurut hafsh, 6.262
ayat menurut riwayat Ad-dur, atau 6.214 ayat menurut riwayat Warsy. Ayat 0 ayat
yang turun pada periode mekkah ( ayat Makkiyah ) sekitar 4.780 ayat yang tercakup
dalam 86 surah. Ayat-ayat yang turun pada periode Madinah (ayat Madaniyah)
sekitar 1.456 ayat yang tercakup dalan 28 surah
Al- Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara,
antara lain:
1. Malikat Jibril memasukkan wahyu itu kedalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa
memperlihatkan wujud aslinya. Nabi saw tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah
berada didalam hatinya.
2. Malikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan
kata-kata dihadapan Nabi SAW.
3. Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti gemerincing lonceng. Menurut Nabi SAW
cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW mencucurkan
keringat meskipun wahyu itu turun dimusim dingin yang sangat dingin.
4. Malikat jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujud yang aslinya.
Setiap kali mendapat wahyu Nabi SAW lalu menghafalnya. Beliau dapat
mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan jibril
kepadanya.

8
Kodifikasi atau pengumpulan Al- Qur’an sudah dimulai sejak zaman
Rasulullah SAW, bahkan sejak Al-Qur’an diturunkan setiap kali saat Nabi SAW
menerima wahyu, Nabi SAW langsung membacakannya dihaapan para sahabat.
Karena Nabi SAW memang diperintahkan untuk mengajarkan Al- Qur’an kepada
mereka.
Disamping itu Nabi SAW menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat
yang telah diajarkan, Nabi SAW juga memerintahkan para shabat utuk
menuliskannya diatas pelepah-pelepah kurma, lempeng-lempengan batu, dankeping-
keping tulang.
Saat Rasulullah SAW masih hidup, ada beberapa orang yang ditunjuk untuk
menulis Al-Qur’an yaitu Zaid bin Zabit, Ali bin Abithalib, Muawiyah bin abu
Sofyan, Ubay bin Kaab. Nabi juga memerintahkan para sahabat utuk menuliskannya
diatas pelepah-pelepah kurma, lempeng-lempengan batu, dankeping-keping tulang.
Pengumpulan Al- Qur’an pada zaman Nabi Muhammad SAW terdapat dua
cara yaitu:
1. para sahabat langsung menghafalkannya setiap kali Rasulullah SAW menerima
wahyu.
2. para sahabat menulis langsung wahyu yang diturunkan dari Allah SWT kepada
Nabi SAW selama kurun waktu kurang lebih 23 tahun.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar, pada masa kekhalifahannya terdapat


perang yang sangat besar ( perang Ridda ). Dan menewaskan para hafish yang
signifikan. Hal ini membuat Umar bin khatab sangat khawatir, ia menyuruh Abu
Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al- Qur’an.
Al- Qur’an yang pada saat itu tersebar kepada para sahabat Abu Bakar. Abu
Bakar menyuruh Zaid bin Zabit untuk mengkordinir. Setelah selesai, yang
menyimpan mushaf tersebut adalah Abu Bakar.
Pada masa Usman bin Affan terdapat keragaman dalam membaca Al- Qur’an,
yang menyebabkan adanya perbedaan dialek antara suku-suku yang berbeda-beda.
Usman bin Affan khawatir dengan perbedaan tersebut, ia ingin menyalin dan

9
membukukan Al-Qur’an atau menjadikan mushaf. Dalam melakukan pembukuan ini
Usman bin Affan menyuruh Zaid bin Zabit, Abdullah bin Azzubar, Said bin Al-ash,
Abdulrahman bin Al-harisi bin hysam. Hingga pada saat ini Al- Qur’an yang kita
pakai adalah hasil dari transformasi pada zaman Usman bin Affan.
Sehingga tidak lagi terjadi perbedaan pembacaaan Al- Qur’an maka Al-
Qur’an diberi harakat. Pemberian harakat ini dilakukan karena banyak orang yang
masuk islam tidak paham dengan Al- Qur’an berbeda dengan orang arab yang sudah
mengenal Al- Qur’an, ang memberikan harakat pada Al- Qur’an adalah Abu Al-
aswan Adwali namun belum sempurna sehingga disempurnakan oleh Nashir bin
Ashim dan Yahya bin Ya’mar.

2.5 Fungsi dan Tujuan Al-Qur’an


Adapun fungsi dan tujuan Al- Qur’an diturunkan sebagai berikut :
1. Sebagai petunjuk manusia
Sudah tidak diragukan lagi bahwa Al- Qur’an memberikan petunjuk dalam
persoalan-persoalan akidah, syari’ah, dan akhlak. Dan Allah SWT telah
menugaskan Rasul SAW untuk memberikan keterangan yang lengkap.
2. Sumber pokok ajaran Islam
Allah SWT telah menjelaskan dengan firmannya, antara lain: QS :Al-An’am:3
Sudah tidak disangkal lagi bahwa didalam Al- Qur’an Allah telah
menerangkansegala sesuatu yang diperlukan manusia, baik didunia maupun di
akhirat.
Di dalam Al- Qur’an, Allah SWT telah menjelaskan kaidah-kaidah syari’at
serta hokum-hukumnya yang cocok untuk diterapkan didalam disegala zaman dan
tempat, serta diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Tidak dibatasi untuk suatu
golongan atau suatu bangsa saja.
Dan didalam Al- Qur’an, Allah menerangkan hukumyang menyeluruh (kully),
akidah yang tegas, dalil atau hujjah yang kuatdan akuratuntuk menyatakan
kebenaran agama Islam. Karena itulah, maka Al- Qur’an dapat berlaku sepanjang

10
zaman, hokum-hukumnya yang menyeluruh terus dijadikan sumber hokum bagi
hukum-hukum yang lain.
3. Peringatan dan pelajaran bagi manusia
Di dalam Al- Qur’an, banyak terdapat kisah para Nabi atau Rasul beserta
umatnya. Ada yang mengungkapkan kebaikan-kebaikannya yaitu kepatuhan dan
ketaatan umat kepada Rasulnya, dan ada yang mengungkapkan keburukan-
keburukannya yaitu keingkarandan kesembongan umat kepada Rasulnya.
Dan bagaimana tantangan dan penderitaan yang mereka hadapi yang
merupakan peringatan dan pelajaran yang sangat berharga bagi para penegak
agama yang membawa kebenaran yang hakiki.

2.6 Pengertian Sunnah


Sunnah adalah penafsiran praktis terhadap al-Qur’an, implementasi realistis,
dan juga implementasi ideal Islam. Sunnah menurut bahasa (etimologi) berarti tradisi
yang biasa dilakakan (adat kebiasaan), dan jalan yang dilalui baik terpuji maupun
tercela. Sunnah juga berarti lawan dari bid’ah yaitu mengerjakan amalan agama tanpa
didasari oleh tradisi atau tata cara agama, kemudian ia mengada-ada (membuat
bid’ah). Sedangkan sunnah menurut istilah, antara lain dikemukakan para ulama
sebagai berikut:
a. Menurut para ahli hadis, sunnah adalah segala yang dinukilkan dari Nabi saw. baik
berupa perkataan, taqrir, pengajaran, keadaan, maupun perjalanan hidup beliau,
baik yang terjadi sebelum maupun sesudah di angkat menjadi Rasul.
b. Menurut Ahli Ushul, sunnah adalah segala yang dinukilkan dari Nabi saw. baik
berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir (ketetapan) yang mempunyai
hubungan dengan hukum.
c. Sunnah menurut ahli ushul hanya perbuatan yang dapat dijadikan dasar hukum
Islam. Jika suatu perbuatan Nabi tidak dijadikan dasar hukum seperti makan,
minum, tidur, berjalan, buang air, dan lain-lain maka pekerjaan biasa sehari-hari
tersebut tidak dinamakan sunnah.

11
d. Menurut Ahli Fiqih, sunnah adalah suatu amalan yang diberi pahala apabila
dikerjakan dan tidak diberi siksa apabila ditinggalkan.
e. Jadi, menurut ulama ushul fiqih sunnah dilihat dari segi hukum sesuatu yang
datang dari Nabi tetapi hukumnya tidak wajib, diberi pahala bagi yang
mengerjakannya dan tidak disiksa bagi yang meninggalkannya. Contohnya seperti
shalat sunnah, puasa sunnah, dan lain-lain.
f. Menurut Ibnu Taimiyah, sunnah adalah adat (tradisi) yang telah berulang kali
dilakukan oleh masyarakat, baik yang termasuk ibadah ataupun tidak.
g. Menurut Dr. Taufiq Sidqy, sunnah ialah thariqat (jalan) yang dipraktekkan oleh
Rasulullah saw. terus-menerus dan diikuti oleh para sahabat beliau
h. Menurut Prof Dr.T. M. Hasbi Ash- Shiddieqy, sunnah ialah suatu amalan yang
dilaksanakan oleh Nabi Saw secara terus- menerus dan di nukilkan kepada kita
dari zaman ke zaman dengan jalan mutawatir”. Jadi Nabi melaksanakan amalan
itu beserta para sahabat, para sahabat melaksanakannya bersama tabiin, dan
demikian seterusnya dari generasi ke generasi sampai pada kita sekarang ini.

Dari beberapa pengertian sunnah tersebut dapat disimpulkan bahwasannya


sunnah menurut ulama hadis lebih bersifat umum yaitu meliputi segala sesuatu yang
datang dari Nabi dalam bentuk apapun, baik yang berkaitan dengan hukum ataupun
tidak. Sedangkan sunnah menurut ulama ushul fiqih dibatasi dengan hal-hal yang
berkaitan dengan hukum saja sedangkan perbuatan sehari-hari seperti makan, minum,
dan lain sebagainya tidak termasuk sunnah. Jadi definisi sunnah yang paling relevan
untuk dijadikan pegangan adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad saw. baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya (atau selain
itu).

2.7 Kedudukan As-Sunnah Dalam Syariat Islam


Sunnah dalam kedudukan Islam memiliki kedudukan yang sangat penting. Di
mana hadis merupakan salah satu sumber hukum ke dua setelah al-Qur’an. Al-Qur’an
akan sulit dipahami tanpa adanya hadis. Memakai al-Qur’an tanpa mengambil hadis

12
sebagai landasan hukum dan pedoman hidup adalah hal yang tidak mungkin, karena
al-Qur’an akan sulit dipahami tanpa menggunakan hadis. Kaitannya dengan
kedudukan hadis/sunnah disamping al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam, maka al-
Qur’an merupakan sumber pertama sedangkan hadis merupakan sumber kedua.
Bahkan sulit dipisahkan antara al-Qur’an dan hadis karena keduanya adalah wahyu
Allah.
Nabi Muhammad saw. sendiri memberitahukan kepada umatnya bahwa di
samping al-Qur’an juga masih terdapat suatu pedoman yang sejenis dengan al-
Qur’an, untuk tempat berpijak dan berpandangan sebagaimana sabda Nabi
Muhammad saw. yang artinya sebagai berikut, “wahai umatku, sesungguhnya aku
diberi al-Qur’an dan menyamainya” (HR. Abu Daud, Ahmad, dan al-Turmudzi).
Tidak diragukan lagi bahwa yang menyamai (semisal) al-Qur’an itu adalah
sunnah/hadis, yang merupakan pedoman untuk mengamalkan dan ditaati sejajar
dengan al-Qur’an. Dan sekaligus sebagai salah satu dasar penetapan hukum Islam
setelah al-Qur’an.
Menurut Al-Syathihi kedudukan sunnah/hadits berada di bawah al-qur’an
karena,
1. Al-Qur’an diterima secara qath’i (meyakinkan), sedangkan hadits di terima secara
zhanni, kecuali hadits Mutawatir. Keyakinan kita kepada hadis hanyalah secara
global, bukan secara detail. Sedangkan al-Qur’an baik secara global maupun
secara detail diterima secara meyakinkan.
2. Hadis ada kalanya menerangkan sesuatu yang bersifat global dalam al-Qur’an, ada
kalanya memberi komentar terhadap al-Qur’an dan ada kalanya membicarakan
sesuatu yang belum dibicarakan oleh al-Qur’an. Jika hadis berfungsi menerangkan
atau memberi komentar terhadap al-Qur’an, maka status hadis tidak sama dengan
derajat al-Qur’an yang diberi penjelasan. Al-Qur’an pasti lebih utama daripada
hadis.
3. Di dalam Hadits sendiri terdapat petunjuk mengenai hal tersebut, yakni Hadits
menduduki posisi ke dua setelah Al-Qur’an.

13
Sedangkan menurut pendapat Mahmud Abu Rayyah, posisi as-sunnah atau
al- hadits itu berada di bawah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an sampai kepada umat
islam dengan jalan mutawatir dan tidak ada keraguan sedikitpun. Al-Qur’an
datangnya dengan qath’i al-wurud, yaitu kepastian jalannya sampai kepada kita dan
qath’i al-tsubu, yaitu eksistensi atau ketetapannya meyakinkan atau pasti. Sedangkan
hadits atau as-sunnah sampai kepada umat islam tidak semuanya mutawatir, tetapi
kebanyakannya adalah diterima dengan periwayatan tunggal (ahad). Kebenarannya
ada yang qath’i (pasti) dan zhanni (diduga benar), karena masih banyak hadits yang
tidak sampai kepada umat Islam. Disamping itu, banyak pula hadits-hadits daif.

2.8 Kehujjahan As-Sunnah


Ada beberapa dalil yang menunjukkan atas kehujjahan sunnah dijadikan
sebagai sumber hukum Islam, yaitu sebagai berikut.
ِ ‫ب الَّ ِذي أَ ْن َز َل ِم ْن قَ ْب ُل ۚ َو َم ْن يَ ْكفُرْ بِاهَّلل‬
ِ ‫ب الَّ ِذي نَ َّز َل َعلَ ٰى َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬
ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬
‫ضاَل اًل بَ ِعيدًا‬ َ ‫ض َّل‬ َ ‫َو َماَل ئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَقَ ْد‬
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya.”(An-Nisa ayat 136)

َ‫الس ‚بِي ِل َك ْي اَل يَ ُك‚‚ون‬ َّ ‫َما أَفَا َء هَّللا ُ َعلَ ٰى َرسُولِ ِه ِم ْن أَ ْه ِل ْالقُ َر ٰى فَلِلَّ ِه َولِل َّرسُو ِل َولِ ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِكي ِن َوا ْب ِن‬
ِ ‫دُولَةً بَ ْينَ اأْل َ ْغنِيَا ِء ِم ْن ُك ْم ۚ َو َما آتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Amat keras hukumannya”.(Al-Hasyr ayat 7)

Beberapa ayat di atas menunjukkan bahwa kita diperintah Allah SWT untuk
taat kepada Allah dan mengikuti Rasul saw. Perintah patuh kepada Rasul berarti
perintah untuk mengikuti sunnah sebagai hujjah. Sedangkan hadis yang dijadikan
dalil kehujjahan sunnah juga banyak sekali, diantaranya sebagaimana sabda Nabi
Muhammad saw.

14
َ ‫َضلُّوْ ا ما تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكت‬
‫َاب هللاِ َو ُسنَّتِي‬ ُ ‫تَ َر ْك‬
ِ ‫ت فِ ْي ُك ْم أ ْم َر ْي ِن لَ ْن ت‬
“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang
teguh kepada keduanya yaitu kitab Allah dan Sunnahku”. (HR. Al-Hakim dan Malik)

Hadis di atas menjelaskan bahwa seseorang tidak akan sesat apabila selama
hidupnya berpegang pada al-Qur’an dan sunnah. Kehujjahan sunnah sebagai
konsekuensi terpeliharanya Rasulullah dari sifat bohong dari segala apa yang beliau
sampaikan baik berupa perkataan, perbuatan dan ketetapannya.
Jadi, telah disepakati bahwasannya sunnah sebagai hujjah semua umat Islam
menerima dan mengikutinya, kecuali kelompok minoritas orang. Kehujjahan sunnah
adakalanya sebagai penjelas terhadap al-Qur’an ataupun berdiri sendiri sebagai hujjah
untuk menambah hukum-hukum yang belum diterangkan oleh Al-Qur’an. Sunnah
yang dijadikan hujjah tentunya sunnah yang telah memenuhi persyaratan shahih, baik
mutawatir maupun ahad. Wajib bagi umat Islam menerima dan mengamalkan apa-apa
yang terkandung di dalam hadis tersebut selama tidak bertentangan dengan al-Qur’an.

2.9 Fungsi Sunnah Terhadap al-Qur’an


Fungsi hadis terhadap al-Qur’an secara umum adalah untuk menjelaskan
makna kandungan al-Qur’an sangat dalam dan global. Karena tidak semua ayat-ayat
al-Qur’an dapat dipahami secara tekstual. Al-Qur’an menegaskan bahwa Rasulullah
memiliki tugas untuk menjelaskan maksud dan tujuan firman-firman Allah. Hadis
memiliki hubungan yang erat sekali dengan al-Qur’an, bahkan sulit dibayangkan al-
Qur’an berjalan tanpa hadis.
Seperti diinformasikan al-Qur’an surah al-Maidah ayat 67, tugas utama dan
pertama Nabi Muhammad saw. adalah menyampaikan al-Qur’an secara keseluruhan.
Namun sekalipun demikian, tugas kerasulan Nabi Muhammad bukanlah seperti
petugas pos yang hanya mementingkan sampainya surat ke alamat yang dituju tanpa
peduli tahu isinya, melainkan juga dibebani tugas untuk menjelaskan maksud al-
Qur’an dan sekaligus mempraktikkan isi ajaran-ajarannya.

15
Hadits-hadits Nabi dalam kaitannya terhadap al-Qur’an mempunyai fungsi
sebagai berikut:
1. Bayan Taqrir
Menetapkan dan memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh al-Qur’an.
Maksudnya ialah bahwasannya hadis menjelaskan apa yang sudah dijelaskan al-
Qur’an, misalnya hadis tentang sholat, zakat, puasa, haji.
2. Bayan Tafsir
Penjelasan (tafsir) yang diberikan hadis terhadap al-Qur’an ada 3 macam, yaitu
hadis memberikan perincian dan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang masih
mujmal atau global (bayan al-mujmal), hadis memberikan batasan terhadap hal-hal
yang masih terbatas di dalam al-qur’an (taqyiq al-mutlaq), memberikan
kekhususan (takhshish) ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat umum (tahkshis
al-‘amm), dan hadis memberikan penjelasan terhadap hal-hal yang masih rumit di
dalam al-qur’an (tawdih al-musykil).
3. Bayan Tasyri’i
Hadis menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak terdapat dalam al-Qur’an.
Ketetapan hadis merupakan ketetapan yang bersifat tambahan atas hal-hal yang
tidak terdapat dalam al-Qur’an dan hukum-hukum yang hanya berdasarkan hadist
semata.
4. Bayan Naskhi
Ketetapan hadist bisa mengubah hukum dalam al-Qur’an maksudnya hadis dapat
menghapus (nasakh) hukum yang diterangkan dalam al-Qur’an.

Jadi, hubungan antara sunnah dan al-Qur’an sangat erat keduanya tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, karena keduanya berdasarkan wahyu
yang datang dari Allah SWT. kepada Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan
kepada umatnya, hanya proses penyampaiannya dan periwayatannya yang berbeda.
Sunnah mempunyai peran yang utama yakni menjelaskan al-Qur’an baik secara
tersurat maupun tersirat, sehingga tidak ada istilah pertentangan antara keduanya.

16
2.10 Ingkar Sunnah
Ingkar sunnah terdiri dari dua kata yaitu: “Ingkar” dan “Sunnah”. Kata
“Ingkar” berasal dari akar kata bahasa Arab yaitu ‫ أَ ْن َك َر يُ ْن ِك ُر إِ ْن َكا َرا‬yang berarti tidak
mengakui dan tidak menerima baik di lisan dan di hati, bodoh atau tidak mengetahui
sesuatu. Ingkar berarti tidak mengakui dan tidak menerima baik di lisan dan di hati,
bodoh atu tidak mengetahui sesuatu. Ingkar secara etimologis berarti menolak, tidak
mengakui, dan tidak menerima sesuatu, baik lahir dan batin atau lisan dan hati yang
di latar belakangi oleh faktor ketidak tahuannya atau faktor lain, misalnya karena
gengsi, kesombongan, keyakinan, dan lain-lain.
Orang yang menolak sunnah sebagai hujjah dalam beragama disebut ahli
bid’ah. Jadi ingkar sunnah adalah paham atau pendapat perorangan atau kelompok
yang menolak hadis atau sunnah sebagai sumber ajaran agama islam ke dua setelah
al-qur’an. Sunnah yang mereka ingkari adalah sunnah yang shahih yang berdasarkan
pada pengamalan al-Qur’an (sunnah ‘amaliyah) ataupun sunnah yang sudah
dikodifikasikan oleh para ulama meliputi perkataan, perbuatan, dan persetujuan
Rasulullah. Bisa jadi mereka menerima sunnah ‘amaliyah tetapi menolak sunnah
yang sudah dikodifikasikan atau menolak seluruhnya. Paham ingkar sunnah bisa jadi
menolak secara keseluruhan sunnah baik sunnah mutawatir dan ahad atau menolak
yang ahad saja atau sebagian saja.
Pokok-pokok ajaran ingkar sunnah adalah sebagai berikut:
1. Tidak percaya kepada semua hadist Rasul. Menurut mereka hadist itu
karangan Yahudi untuk menghancurkan islam dari dalam.
2. Dasar hukum Islam hanya al-qur’an saja.
3. Syahadat mereka Isyhadu bi anna muslimun.
4. Shalat mereka bermacam-macam ada yang shalatnya dua rakaat-dua rakaat
dan ada yang hanya eling saja (ingat).
5. Puasa wajib hanya bagi orang yang melihat bulan saja, kalau seorang saja
yang melihat bulan, maka dialah yang wajib berpuasa.
6. Haji boleh di lakukan selama empat bulan haram yaitu muharam, rajab
Zulqa’dah dan Zulhijjah.

17
7. Pakaian ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot. Oleh karena itu pada
waktu mengerjakan haji boleh memakai celana panjang dan baju biasa serta
memakai jas atau dasi.
8. Rasul tetap diutus sampai hari kiamat
9. Nabi muhammad tidak berhak menjelaskan tentang ajaran al-qur’an atau
kandungan isi al-Qur’an.
10. Orang yang meninggal dunia tidak di shalati karena tidak ada perintah al-
Qur’an.

Demikian di antara ajaran pokok ingkar sunnah yang intinya menolak ajaran
sunnah yang di bawa Rasulullah dan hanya menerima al-Qur’an saja secara
terpotong-potong.
Pendapat mereka yang dijadikan pedoman Ingkar Sunnah antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Al-Qur’an turun sebagai penerang atas segala sesuatu secara sempurna, bukan yang
diterangkan. Jadi, al-Qur’an tidak perlu keterangan dari sunnah, jika al-Qur’an perlu
keterangan berarti tidak sempurna.
b. Penulisan sunnah dilarang, seandainya sunnah dijadikan dasar hukum Islam pasti
Nabi tidak melarang.
c. Al-Qur’an bersifat qath’i (pasti absolut kebenarannya) sedangkan sunnah bersifat
zhanni (bersifat relatif kebenarannya), maka jika terjadi kontradiksi antar keduanya,
sunnah tidak dapat berdiri sendiri sebagai produk hukum baru.

Demikianlah diantara argumentasi ingkar sunnah yang dikemukakan yang


pada prinsipnya mereka menolak sunnah karena ketidaktahuannya baik dari segi
keilmuan hadis atau sejarah terkodifikasiannya. Di samping adanya pengaruh dari
latar belakang pendidikan agama yang tidak memadai dan buku-buku bacaan tulisan
kaum orientalis atau yang sepemikiran dengan mereka. Jadi, jelaslah kiranya alasan-
alasan ingkar sunnah sangat lemah dan hanya mempermainkan agama semata.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

19
Sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah baik
berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasul baik setelah ke nabiannya maupun
sebelum ke nabiannya.
Kedudukan as-sunnah dalam sumber ajaran agama Islam menempati urutan ke
dua setelah al-Qur’an. Karena al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada umat manusia. Ayat-ayat dalam al-
Qur’an juga perlu mendapat penjelasan dari hadis karena banyak ayat-ayat al-Qur’an
yang masih berupa pernyataan secara global untuk itu perlu adanya sunnah/hadis
untuk menjelaskannya secara terperinci.
Karena hadis merupakan penjelas al-Qur’an dan dapat pula membentuk
hukum yang baru, oleh karena itu sunnah/hadis dapat dijadikan hujjah (pedoman)
ajaran agama Islam. Hubungan antara al-Qur’an dan hadis sangat erat. Sunnah/hadis
bisa berfungsi sebagai penjelas dari ayat-ayat yang masih global di dalam al-Qur’an.
Ingkar Sunnah berarti sekelompok orang yang tidak mengakui adanya
sunnah/hadis nabi, karena bagi mereka manusia wajib berpedoman kepada al-Qur’an
saja. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman mereka terhadap agama Islam
dan al-Qur’an dan masih terpengaruh oleh ajaran-ajaran agama yang menyesatkan.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, sangat diperlukan kritik dan saran yang membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi. Selain itu, makalah ini sarankan pula
untuk dijadikan tolak ukur dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ismail, M. Syuhundi, Pengantar Ilmu Hadits, Bandung: Angkasa, 1987.


Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2008.

20
Muhaimin, Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam,
Jakarta: Prenada Media, 2007.
Smeer, Zein B., Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis, Malang: UIN-Malang
Press, 2008.
http://ahsanahnida.blogspot.co.id/2014/09/makalah-as-sunnah-sebagai-sumber-
ajaran.html
http://fatkur4m4ns.blogspot.co.id/2012/04/sunnah-sebagai-sumber-agama-islam.html
http://kumpulanmakalah94.blogspot.co.id/
H.p Akhmad Yasin. 2002. Modul Pendidikan Islam. Diponegoro
Wilian.

21

Anda mungkin juga menyukai