Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

(Alqur’an Sebagai Sumber Dasar Nilai Dan Norma Dalam Islam)

Dosen Pembimbing:

Muhammad Yunus Ahmad, S.Hum., M.Us.

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Villianna Indah Lucia (220802077)
Intan Tarisa (220802075)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
T/A 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadhirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“alqur’an sebagai sumber dasar nilai dan norma dalam islam” ini dengan baik. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari tuntutan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakanterbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikanyang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dan pendidikan.

Banda Aceh, 10 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan Masalah...................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................5
1. Pengertian alqur’an.................................................................................................6
a) kehujjahan alqur’an........................................................................................7
b) keistimewaan alqur'an....................................................................................8
c) pesan-pesan moral dalam alqur'an.................................................................9
2. Pengertian hadist...................................................................................................10
a) kehujjahan hadist..........................................................................................11
b) fungsi hadist terhadap alqur'an.....................................................................12

BAB III PENUTUP..................................................................................................13


A.KESIMPULAN...................................................................................................13
B. SARAN...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15

iii
A. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Diskusi tentang Islam dan budaya lokal sangat penting bagi perkembangan
Islam dan umat Islam di masa depan Islam diturunkan sebagai agama kafah yang
menjadi pedoman hidup seluruh umat manusia di seluruh dunia. Sejak zaman Nabi,
agama ini berkembang pesat melintasi ruang dan waktu. Pada dasarnya, Islam berarti
“keselamatan” dan merupakan agama yang berupaya mengarahkan manusia ke jalan
keselamatan, kedamaian, dan kebahagiaan dari dunia ini ke akhirat.
Oleh karena itu, ajaran Islam melampaui seluruh aspek kehidupan manusia di
dunia, baik material maupun spiritual. Aspek jasmani dan rohani di akhirat sebenarnya
bukanlah dua hal yang terpisah, meskipun yang satu lebih diutamakan dari yang lain.
Keduanya merupakan entitas integral satu sama lain dan perhatian harus selalu
diberikan untuk memastikan bahwa keduanya adalah Muslim yang unik.
Islam adalah agama wahyu. Telah diturunkan oleh Allah Yang Maha Esa
kepada semua manusia di segala waktu dan tempat. Oleh karena itu, Islam menuntut
keaslian/konsistensi dan tidak boleh mengalami penyimpangan/penyimpangan atau
distorsi/perubahan seperti yang terjadi pada agama lain. Karena Islam adalah agama
yang utama. Di sisi lain, kehidupan dan manusia senantiasa mengalami dinamika dan
perubahan. Agar Islam dapat berfungsi sebagai pedoman hidup manusia, ia harus
mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi agar tidak kehilangan
keunikan fungsinya (di luar konteks) sebagai pedoman hidup manusia.
Tantangan mendasar bagi umat Islam sepanjang sejarah adalah menemukan
cara untuk menghubungkan Al-Qur'an dengan berbagai situasi dan kondisi yang baru
dan selalu berubah. Oleh karena itu, para, intelektual, dan pemikir berusaha mencari
cara untuk menemukan aturan normatif yang berbeda dalam situasi baru dan
mengandalkan prinsip dan nilai esensial yang berbeda. Atau, dalam kata-kata
Fazlurrahman, dengan mengambil cita-cita moral universal dan menerapkannya dalam
konteks hukum tertentu. Menurut Mattson (2013: 316), banyak ulama di abad ke-20
yang mengembangkan berbagai pendekatan baru terhadap Islam dengan mencari
kontekstualisasi, sehingga pemahaman mainstream masih berpandangan bahwa agama
adalah agama. menolak mereka karena ortodoksi Islam. Hal ini identik dengan
menghormati nilai-nilai normatif yang sakral.
4
Oleh karena itu, diperlukan metodologi yang tepat dan konsisten untuk

5
menentukan sejauh mana konteks dianggap relevan dengan pemahaman dan kapan
waktu yang tepat untuk memprioritaskan prinsip-prinsip umum dibandingkan aturan-
aturan khusus. Kekhawatirannya adalah bahwa Al-Qur'an terlalu dikontekstualisasikan
dan terlalu bergantung pada prinsip-prinsip umum, yang menjadikan isi Al-Qur'an
menjadi lebih relativ dan menjadikan ajaran-ajaran eksplisitnya kurang relevan dengan
konteks spesifik di mana Wahyu diterapkan. dapat mengarah pada sikap yang hanya
berlaku. terungkap. Namun, sulit membedakan konteks relevan dan batas antara
egoisme atau relativisme yang kejam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian alqur’an dan kehujjahan alqur’an ?
2. Bagaimana keistimewaan alqur’an, dan apa pesan moral dalam alqur’an ?
3. Apa pengertian hadist kehujjahan hadist dan fungsi hadis terhadap alqur’an ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mendeskripsikan pengertian alqur’an, kehujjahan alqur’an
2. Untuk mengetahui keistimewaan alqur’an dan pesan moral dalam alqur’an
3. Dan untuk mengetahui pengertian hadist dan fungsi hadist terhadap alqur’an

6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian al qur’an

Al-Qur'an adalah sumber hukum Islam Kata sumber dalam pengertian ini
hanya dapat digunakan untuk Al-Quran dan sunnah, karena sebenarnya kedua tersebut
merupakan wadah dari mana dapat ditarik hukum syariah, namun kata ini tidak dapat
digunakan untuk ijma' dan qiyas. karena sebenarnya keduanya dapat dibeli kontainer
sesuai standar hukum. Ijma' dan qiyas juga mencakup cara untuk mengetahui hukum.
Padahal dalil merupakan bukti tambahan atau memberikan petunjuk dalam Al-Qur'an
untuk mengetahui hukum Allah yaitu larangan atau perintah Allah.
Al-Qur'an merupakan firman Allah SWT yang menjadi pedoman sekaligus
landasan hukum yang memungkinkan manusia mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Sejak zaman Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW, utusan Allah
SWT datang untuk menyampaikan ajaran Allah kepada umatnya. Karena Al-Qur'an
merupakan pedoman bagi manusia dalam menata kehidupannya guna mencapai
kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Fungsi turunnya Alquran adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia dan
menjelaskan petunjuk. Selain itu juga sebagai pembeda mana yang benar dan mana
yang batil. Al-Qur'an tentunya memuat tentang orang beriman yang taat yang selalu
menginginkan hidayah Allah dalam kehidupannya. Al-Qur'an adalah firman Allah
yang benar sekali dan benar isinya.1
Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab karena Al-Qur'an diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang berkebangsaan Arab. Oleh karena itu, dikatakan bahwa
siapa pun yang mengerti bahasa Arab dapat memahami isi Al-Qur'an. Selain itu,
terdapat orang yang merasa dapat memahami dan menafsirkan Al-Qur'an dengan
menggunakan terjemahannya, meskipun mereka tidak memahami bahasa Arab.
Faktanya, banyak orang Arab sendiri yang tidak memahami bahasa Al-Quran, apalagi
isi dan terjemahannya, serta tidak mengamalkan ajarannya. 2
Oleh karena itu untuk mengetahui isi Al-Quran kita pelajari ilmu mempelajari
tafsir Al-Quran khususnya Al-Quran Ulumul dan juga cara menghafal Al-Quran dan
manfaatnya. Surah al-Isra (17) ayat 88 Allah mengatakan: “katakanlah:”Seandainya

1
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama, 2004.
2
Mannaa’ Khaliil Al-Qattaan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2007.

7
seluruh manusia dan jin itu berkumpul untuk membuat gubahan seperti Al-Quran ini
mereka tak akan mampu membuat seperti itu, sekalipun mereka satu sama lain sudah
saling membantu”.
Bukti lain bahwa Al-Quran itu adalah Kalamullah adalah dengan ayat 9
sampai 19 surah Al-Alaq (96), surah yang pertama turun,dan yang diturunkan di
Mekkah pada awal permulaan Islam. Ayat-ayat itu adalah:
“Bagaimana pendapatmu tentang orang-orang yang melarang (9),hamba
Tuhan mengerjakan shalat (10). Bagaimana pula pendapatmu jika orang yang
melarang itu mengikuti jalan yang benar (11),atau menyuruh orang bertaqwa(12).
Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan tauhid dan
mengingkari seruanmu (13). Apakah dia tidak tahu bahwa Allah memperhatikan
segala segala tindak tanduknya (14). Ketahuilah jika dia tidak mau menghentikan
kedurhkaannya, niscaya kami akan tarik ubun-ubunnya (15), yaitu ubun-ubun orang
yang menentang dan durhaka(16). Biarkanlah dia memanggil kawan-kawan
segolongan untuk menolngnya(17). Sedangkan kamipun akan memanggil malaikat
zabaniyyah (penjaga neraka) (18). Jangan! Sekali-kali kau turut orang itu; sujud dan
menekatlah kepada-Ku (19)”.
Jadi, pada penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa Al-Quran adalah
kalam Allah yang tetap terjaga keasliannya dan diturunkan atau diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. karena Alquran selalu menjaga keasliannya, maka dengan
mempelajari dan memahami isi ayat kita suci, Alquran sederhana dan efektif. Karena
alasan inilah banyak umat Islam yang hafal kitab suci Al-Quran.
a) Kehujjahan Alqur’an
Para ulama’ sepakat menjadikan Al-qur’an sebagai sumber pertama dan utama
bagi syari’at islam karena dilator belakangi oleh beberapa alasan,diantaranya:
1. Kebenaran alqur’an
Abdul Wahab Khallaf mengatakan bahwa “keaslian Al-Quran terletak
pada kebenaran dan kepastian isinya tanpa keraguan sedikitpun.”
Demikian firman Allah SWT dalam QS.Al-Baqarah:2 yang artinya:
“Tidak ada keraguan terhadap kitab ini (Al-Qur'an); petunjuk bagi orang-
orang shaleh orang.3

3
Djalil Basiq. Ilmu Ushul Fiqih I dan II, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

8
2. Kemukjizatan Al-qur’an
Keajaiban artinya sesuatu yang luar biasa yang tidak dapat dilakukan oleh
tenaga manusia mana pun karena berada di luar kemampuan manusia.
Mukjizat merupakan anugerah yang Allah SWT anugerahkan kepada para
nabi dan rasul untuk meneguhkan nubuatan dan kerasulan mereka, serta
untuk menunjukkan bahwa agama yang mereka bawa bukanlah karena
mereka diciptakan yang sebenarnya berasal dari Allah SWT. Semua nabi
dan rasul mempunyai mukjizat, di antaranya adalah Rasulullah
Muhammad SAW, salah satu dari mukjizat diantaranya adalah kitab suci
Al-Qur'an.4
b) Keistimewaan alqur’an
Berdasarkan fakta sebenarnya, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Al-
Quran merupakan satu-satunya kitab suci yang sangat berbeda dengan kitab agama
lainnya. Keistimewaan dan keajaiban Al-Quran adalah sebagai berikut:
 Al-Qur'an tetap suci sejak turunnya wahyu pertama hingga akhir zaman. Al-
Qur'an merupakan satu-satunya kitab suci ke yang tetap asli dan murni isi
dan ajarannya, meski usianya sekitar 15 abad. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran dan Kami akan
menjaganya dengan setia” (QS.Al Hijr: 9).Penulisan Al-Quran
dikoordinasikan oleh Rasullullah SAW sendiri, sehingga jika ada
kebingungan bisa menanyakannya langsung. Selain itu, banyak sahabat yang
menghafal Al-Quran di bawah bimbingan Nabi SAW. Dan upaya menghafal
ini berlanjut hingga hari ini, sehingga pemalsuan mudah dideteksi.
 Al-Quran mempunyai tata letak dan gaya bahasa yang begitu indah sehingga
tidak ada yang dapat menandinginya. Tidak ada yang bisa menandinginya.
Tidak ada yang bisa menandingi keindahan dan keagungannya. (QS.Al
Baqarah : 23 dan QS.Al Isro: 88). Al-Qur'an mempunyai huruf sebanyak
jumlah kata, baik kata maupun padanannya, serta kata-kata dan lawan kata
serta akibat yang ditimbulkannya. Misalnya kata “hayat” (hidup) sama
dengan “maut” (mati), masing-masing 145, “akhirat” diulang 115 kali lebih
banyak dari kata “dunia”, kata “malaikat” diulang 88 kali. dan kali lebih

4
Djalil Basiq. Ilmu Ushul Fiqih I dan II, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Irfan Ansori, “Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam Pertama”, diakses dari
http://rahasiasuksesirfanansori.wordpress.com/2011/10/31/al-quran-sebagaisumber-hukum-
islam-pertama/, pada tanggal 10 Januari 2017 pukul 16.25 WIB.
9
banyak dari kata “setan”, kata “panas” diulang 4 kali lebih banyak dari kata
“dingin”, dst. Tidak heran Allah berfirman: “Allah telah menurunkan kitab
Al-Quran dengan penuh kebenaran dan keseimbangan.5
 Isinya bebas dari campur tangan manusia dan tidak ada yang saling
bertentangan
 Isi dan ajaranya sesuai dengan fitrah (kodrat) manusia.
 Al Quran apabila kita baca sudah merupakan suatu ibadah
 Al Quran mudah dihafal, dipahami dan diamalkan. (QS. Al Qomar : 17 dan
34)
 Isinya mencakup dan menyempurnakan ajaran-ajaran kitab-kitab
sebelumnya.
 Isi Al Quran juga ditujukan kepada semua umat manusia, tidak hanya untuk
satu bangsa saja. (QS. Saba : 28)
 Ajarannya sangat universal, sehingga berlaku untuk segala bangsa dan
segala zaman serta memberi petunjuk dan pedoman yang lengkap,
mendalam, dan mencakup semua kehidupan.
 Al Quran mengandung prinsip persamaan derajat
 Pembawanya (Muhammad) adalah orang yang ummi (tidak dapat membaca
dan menulis) sehingga dapat membuktikan bahwa Al Quran itu benar-benar
dari Allahbukan karangan manusia.
 Diturunkanya Al Quran sebagai rahmat dari Allah. (QS. Al Isro':82)6
Salah satu keajaiban Al-Qur'an terletak pada kefasihan dan retorikanya, keindahan
susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang belum pernah ada sebelumnya. Manusia
tidak dapat menciptakan tatanan yang serupa dengan Al-Quran yang dapat dibandingkan
dengannya. Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menantang manusia untuk
melakukan sesuatu yang serupa dengan Al-Quran, antara lain ayat Allah berfirman:
"Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin" bersatu untuk melakukan sesuatu yang
serupa dengan Al-Quran ini, maka mereka akan menjadi mampu melakukannya. niscaya
aku tidak akan mampu mencapai hal itu, biarlah sebagian dari mereka saling tolong-
menolong.” keajaiban kebohongan Al-Qur'an, mengetahui tingginya kualitas susunan kata
tertentu tidak akan bisa

5
Ash-Shiddieqy, Hasbi.1980.Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, Jakarta:Bulan Bintang
6
Bisri Affandi. (1993) “Dirasat Islamiyyah (Ilmu Tafsir & Hadits)”.CV Aneka Bahagia Offset,
10
dipahami jika kita tidak merasakan keindahan bahasanya.
Oleh karena itu, cukuplah kita melihat reaksi para penulis yang menantang Islam
dan membuktikannya mukjizat kitab tersebut. Hampir seluruh orientalis Barat
menyimpulkan bahwa Al-Qur'an adalah karya Nabi Muhammad SAW dan disusun
dengan tanpa bantuan siapa pun. Tuduhan ini misalnya terlihat dalam buku “Preliminary
Lectures” karya G. Sale (1899) yang ditulis oleh Sir Wiliam Muir dan Wollaston (1905),
dari F.J.L. Menezes (1911) dalam karyanya “Kehidupan dan Agama Muhammad: Nabi
Arabia”. Ini adalah rasa frustrasi para orientalis Barat, yang timbul dari upaya mereka
untuk menentang hak prerogatif Al-Quran. Mereka menuduh Muhammad sebagai seorang
penyair, orang gila atau penyihir berdasarkan sumber-sumber Yahudi dan Kristen.
c) Pesan Moral dalam alqur’an
Tidak ada pesan moral yang diajarkan dalam Al-Quran yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan oleh
Tuhan dan ajaran dalam Alquran juga berasal dari Tuhan. Karena Tuhan menciptakan
otomatis Tuhan mengetahui apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, aturan-aturan dalam
Al-Quran jelas-jelas mengacu pada manusia, sehingga luasnya suatu aturan tidak pernah
menyimpang dari kemampuan manusia untuk menegakkannya. Demikian pula ketika
Al- Qur'an berbicara tentang moralitas, kita dapat meyakinkan bahwa moralitas ini dapat
dianut oleh siapa saja.7
Misalnya, sebagian orang memahami bahwa pesan moral dalam Al-Qur'an
adalah sebuah beban. Mereka menilai pesan moral tersebut telah merampas kebebasan
yang seharusnya dimiliki masyarakat karena banyak hal yang tidak diperbolehkan.
Hipotesis jenis ini terkesan biasa karena menganggap pesan moral Al-Quran hanya dari
satu sudut pandang. Padahal, pesan moral yang disebutkan dalam Al-Qur'an selalu
berpihak pada kepentingan manusia karena mengandung prinsip kemanusiaan yang
terdalam. Salah satu pesan moral Al-Qur'an adalah jangan membenci suatu kaum karena
menghakiminya secara tidak adil.
Terkadang dalam hidup, kita sering menjumpai tuduhan-tuduhan yang bersifat
umum meskipun bukan perorangan (beberapa orang) siapa yang melakukan
kejahatan.Misalnya suku A serakah, suku B gila, suku C penipu, dan seterusnya.
meskipun ciri-ciri tersebut menjadi perhatian individu dalam setiap suku. Menurut al-

7
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Jakarta:
Lentera Hati, 2006).

11
Samarqandî, ketika umat Islam menaklukkan kota Mekah, Allah melarang mereka
mengingat peristiwa yang lalu. Umat Islam kemudian diperintahkan untuk berlaku adil
terhadap mereka, baik dalam perkataan, hukum, maupun pembagian.
2. Pengertian hadist
Hadis dalam Islam menempati posisi yang sangat urgen. hadis merupakan salah
satu sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. Al-Quran akan sulit dipahami tanpa
campur tangan hadis. Tidak mungkin menggunakan Al-Quran tanpa mengambil hadis
sebagai landasan hukum dan pedoman hidup, karena Al-Quran akan sulit dipahami
tanpa menggunakan hadis. Mengenai kedudukan hadits di samping Al-Quran sebagai
sumber ajaran Islam, maka Al-Quran merupakan sumber pertama, sedangkan hadis
merupakan sumber kedua.
Memang sulit memisahkan Al-Quran dengan hadis karena keduanya merupakan
wahyu, hanya saja Al-Quran terdiri dari wahyu matlu (wahyu yang diriwayatkan oleh
Allah SWT, baik dalam redaksi maupun dalam arti, sebagaimana Nabi Muhammad
SAW dalam bahasa Arab) dan wahyu goiru matlu hadits (wahyu yang tidak dibacakan
oleh Allah SWT langsung kepada Nabi Muhammad SAW, namun maknanya berasal
dari Allah dan pengucapannya berasal dari Nabi Muhammad SAW. Dari segi
kekuasaannya dalam menentukan hukum, kewibawaan Al-Quran lebih tinggi dari
kewibawaan Hadits, karena Al-Quran mempunyai sifat-sifat qath'i baik secara
keseluruhan maupun rinciannya. Sedangkan Hadis secara umum mempunyai kualitas
qath'i, bukan rincian.
Sebaliknya, karena Nabi Muhammad SAW sebagai manusia menaati perintah
dan hukum Al-Quran, maka Nabi Muhammad SAW bukan lagi hanya sekedar yang
mewariskan Al-Quran kepada anak-anaknya. Rasulullah SAW adalah manusia yang
setiap perkataan dan perbuatannya menjadi pedoman bagi manusia. Oleh karena itu, ia
ma'shum (selalu mendapat petunjuk dari Allah SWT). 8
Jadi pada hakikatnya Sunnah Rasul adalah petunjuk yang juga berasal dari
Tuhan. Jika Al-Quran adalah petunjuk berupa ayat-ayat yang isi dan perkataannya
diturunkan langsung oleh Tuhan, maka Sunnah Rasul adalah petunjuk dari Tuhan yang
diilhami-Nya, kemudian Dia mewariskannya kepada setiap orang dengan caranya
masing-masing.
a) Kehujjahan hadist
Keaslian Hadis (hujjiyah hadits) artinya syarat Hadits harus dijadikan dalil atau

12
8
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, (Jakarta: Erlangga, tt.).

13
landasan hukum (al-dalil alsyar'i), seperti halnya Al-Quran karena adanya. Syariah
menunjukkan hal itu. Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua (petunjuk hidup
umat Islam) setelah Al-Qur'an. Bagi mereka yang meyakini Al-Quran sebagai sumber
hukum Islam, maka otomatis mereka juga harus meyakini bahwa Hadits juga
merupakan sumber hukum Islam. Bagi mereka yang menolak kebenaran Hadits sebagai
sumber hukum Islam, maka ia tidak hanya akan mengalami dosa tetapi juga akan
murtad dari hukum tersebut.
Alasan lain umat Islam menganut hadis adalah selain diperintahkan oleh Al-
Quran, juga untuk memudahkan penetapan (hukuman) suatu perkara yang tidak dibahas
secara rinci.Pasal atau tidak dibahas sama sekali dalam Al-Quran adalah yang utama
sumber hukum . Jika hadis tidak menjadi sumber hukum, maka umat Islam akan
menghadapi kesulitan di berbagai bidang, seperti tata cara shalat, tarif dan aturan zakat,
haji, dll. Karena ayat Alquran mengenai hal ini hanya berbicara secara global dan secara
umum.
Dan yang menjelaskan secara rinci adalah Sunnah Rasulullah. Selanjutnya juga
akan timbul kesulitan dalam menafsirkan ayat sebagai musytarak (bermakna ganda),
muhtamal (mengandung makna alternatif), dan lain-lain, yang tentunya memerlukan
sunnah untuk menjelaskannya. Dan ketika penafsiran tersebut hanya didasarkan pada
pertimbangan proporsional (logis), tentu saja menimbulkan penafsiran yang sangat
subyektif dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
b) Fungsi hadist
Al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam
islam, antara satu dengan yang lainya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan satu
kesatuan. Al-qur’an sebagai sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran
yang bersifat umum dan global. Oleh karena itu kehadiran hadis, sebagai sumber ajaran
kedua tampil untuk menjelaskan keumuman isi al-Qur’an tersebut.
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.”(QS. An-Nahl : 44).9
Mengenai Al-Qur'an, hadis berperan sebagai penafsir, syarat dan penjelasan ayat-ayat
Al- Qur'an. Jika kita simpulkan tentang fungsi hadis yang berkaitan dengan Al-Qur'an, adalah
sebagai berikut:

9
Amir Syarifudin, Ushul Fiqih, Jakarta: Zikrul Hakim, 2002.

14
1. Bayan Tafsir
Yang dimaksud dengan bayan At -Tafsir adalah menjelaskan maksud dari Al-Qur’an
Fungsi hadist dalam hal ini adalah merinci ayat secara global ( bayan al mujmal),
membatasi ayat yang mutlak ( taqyid al muthlaq), mengkhususkan ayat yang umum
( takhshish al’am) dan menjelaskan ayat yang dirasa rumit
2. Bayan Taqrir
Bayan At-Taqrir atau sering juga disebut bayan ta’kid ( penegas hukum) dan bayan
al- itsbat adalah hadist yang berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat
pernyataan Al-Qur’an. Dalam hal ini, hadis hanya berfungsi untuk memperkokoh isi
kandungan Al-Qur’an
3. Bayan Tasyri’
Yang dimaksud dengan bayan at-tasyri’ adalah menjelaskan hukum yang tidak
disinggung langsung dalam Al-Qur’an. Bayan ini juga disebut dengan bayan zaid
‘ala Al-Kitab Al-Karim. Hadits merupakan sebagai ketentuan hukum dalam
berbagai persoalan yang tidak ada dalam Al-Qur’an.
4. Bayan An-Nasakh
Secara bahasa an-naskh bisa berarti al-ibthal (membatalkan), al-ijalah
(menghilangkan), at-tahwil (memindahkan) atau at-tagyar (mengubah). Menurut
Ulama’ mutaqaddimin, yang dimaksud dengan bayan an-nasakh adalah adanya dalil
syara’ yang datang kemudian. Dan pengertian tersebut menurut ulama’ yang setuju
adanya fungsi bayan an nasakh, dapat dipahami bahwa hadis sebagai ketentuan yang
datang berikutnya dapat menghapus ketentuan-ketentuan atau isi Al-Qur’an yang
datang kemudian. Menurut ulama mutaqoddimin mengartikan bayan an-nasakh ini
adalah dalil syara’ yang dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada, karena
datangnya kemudian.10

10
Muhammad Hasbi As-Shiddieqy, Ilmu-ilmu al-Qur’an: Media-media Pokok dalam Menafsirkan al-
Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Al-Quran sebagai kalamullah, memilki peranan penting, bahkan sejarah


penulisannyapun tidak segampang membalikkan telapak tanga. Disana ada pelbagai
macam peristiwa yang melatar belakangi penulisan al-Quran sehingga menjadi satu
mushaf yang disepakati oleh seluruh umat muslim didunia. Tidak semua kalam Allah
adalah Al Quran, hanya yang di wahyukan kepada Rasullulah dan di riwayatkan
secara mutawattir sajalah yang disebut Al Quran. Juga tidak semua wahyu Allah
kepada Rasulullah adalah Al Quran karena ada pula yang dinamakan Hadits Qudsi
yang redaksinya berasal dari Rasulullah.
Kehujjahan Al-Qur’an sebagai sumber hukum disepakati oleh para Ulama
madzab. Mereka sepakat karena, Secara garis besar hukum-hukum yang dikandung
Alqur’an dalam tiga bidang yaitu aqidah, akhlak dan hukum-hukum amaliyah. Pada
alQur’an terdapat dalil-dalil yang bersifat Qoth’i (dalil yang tegas dan tidak
memerlikan penafsiran ulang) dan Zanni (dalil yang apabila ditafsirkan masih
menimbulkan banyak makna). Sebagai umat muslim sudah sangat seharusnya
melestarikan dan membudayakan mem.ahami al-qur’an. Hukum memelajari al-
Qur’an al-qur’an sudah dianjurkan oleh rasulullah SAW.
Hadits merupakan sumber hukum kedua bagi umat Islam setelah Al-Quran
sebagai sumber utama, hadits juga sebagai pedoman hukum serta ajaranajaran yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Hadits adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum
Muslimin) yang kedua setelah Al-Qur’an. Bagi mereka yang telah beriman terhadap
Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa
Hadits juga merupakan sumber hukum Islam. Bagi mereka yang menolak kebenaran
Hadits sebagai sumber hukum Islam, bukan saja memperoleh dosa, tetapai juga
murtad hukumnya.
Fungsi hadits terhadap Al-Qur’an yaitu: bayan tafsir, bayan taqrir, bayan
tasyri’ dan bayan an-nasakh.
B. Saran
Untuk umat islam harus dapat meletakkan kembali konsep pembangunan,
bukan dalam arti pembangunan fisik atau ekonomi semata, melainkan harus dimulai
dari pembanguan individu yang memahami kedudukannya, baik dihadapan Tuhan,
masyarakat, maupun dirinya sendiri. Dengan kata lain pembangunan masyarakat
16
harus

17
dilandaskan pada konsep pengembangan individu yang mengarah pada pembentukan
manusia beradab tersebut yang dapat menghadapi segala problematika kehidupan
tanpa kehilangan identitas diri.

18
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama, 2004.

Amir Syarifudin, Ushul Fiqih, Jakarta: Zikrul Hakim, 2002.


Ahmad Syauki (1984) “Lintasan Sejarah Al-Qur’an”, Bandung CV Sulita Bandung.
Ash-Shiddieqy, Hasbi.1980.Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, Jakarta:Bulan
Bintang Bisri Affandi. (1993) “Dirasat Islamiyyah (Ilmu Tafsir & Hadits)”.CV Aneka
Bahagia
Offset,
Djalil Basiq. Ilmu Ushul Fiqih I dan II, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Irfan Ansori, “Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam Pertama”, diakses dari
http://rahasiasuksesirfanansori.wordpress.com/2011/10/31/al-quran-
sebagaisumber-hukum-islam-pertama/, pada tanggal 10 Januari 2017 pukul
16.25 WIB.
Mannaa’ Khaliil Al-Qattaan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Lentera Antar
Nusa, 2007.
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan
Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006).
Muhammad Hasbi As-Shiddieqy, Ilmu-ilmu al-Qur’an: Media-media Pokok dalam
Menafsirkan al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. III, (Jakarta: Balai Pustaka,
1990). Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural,
(Jakarta:
Erlangga, tt.).

19

Anda mungkin juga menyukai