Anda di halaman 1dari 4

NAMA: Shinta murti

Nim : 22181003
MK : Ekonomi Kesehatan

PRODUKSI KERUPUK MULIENG KHAS PIDIE


Pidie merupakan pemasok kerupuk mulieng terbesar diaceh. Dengan demikian, banyak
rumah usaha yang merekruk para karyawan untuk mengolah buah melinjo menjadi kerupuk
mulieng dan ini tentunya bisa menyeraptenaga kerja di pidie. Mungkin saya masih ingat masa
kecil saya Ketika orang tua saya ingin mengunjungi kerabat di tempat lain kota. Tentu saja,
sesampaimnya dirumah, mereka membawa oleh oleh khas dari daerah yang mereka kunjungi.
Ingatan saya masih sangat melekat dengan souvenir ini. Jika mereka melewati sigli, pasti akan
membeli kerupuk mulieng saat Kembali.

Kabupaten pidie merupakan salah satu daerah sekunder dari provinsi aceh, dan hanya di
kabupaten pidie yang tidak memiliki nama aceh diawal Namanya seperti nama-nama
kabupaten lain. Kabupaten pidie dengan ibu kotanya sigli dikenal sebagai kota emping melinjo
(kerupuk muling). Mengapa pidie di katakana terkenal dengan kkerupuk mulieng? Ada banyak
pohon mmelinjo di daeah pidie, jadi semua orang pasti akan menjawabnya. Data yang dirilis
badan pusat statistic pidie September, melinjo merupakan jenis tanaman pangan seluas 33.075
hektar yang merupakan luas budidaya terluas dipidie. Kerupuk khas pidie ini sangat digemari
masyarakat. Selain rasanya yang gurih dan renyah, kerupuk ini juga mudah didapat.

Cemilan kerupuk ini dihasilkan oleh pengusaha-pengusaha kecil yang berada di daerah
pedalaman pidie. Selain sebagai snack atau cemilan, emping juga banyak kita dapatkan dalam
penyajian masakan aceh, sepperti nasi goreng, mie aceh, nasi lemak,dan lain-lain. Lezatnya
emping melinjo semakin memicu nafsu makan kita. Kerupuk mulieng ini memiliki rasa yang
renyah, sangat cocok dimakan sebagai cemilan sambal menikmati secangkir kopi. Apalagi
sambal makan ditemani sama kerupuk melinjo ini, maan kita akan semakin berselera.proses
pembuatannya dipertahankan secara tradisional turun temurun dari dulu kedulu supaya rasa
nya tidak berubah sama sekali.

Kerupuk yang berbahan baku dari melinjo ini di proses dengan tangan manusia secara alami.
Pproses pembuatan kerupuk mulieng tidaklah rumit. Konon masih menggunakan cara
tradisional yang merupakan warisan leluhur masyarakat pidie. Melinjo yang menjadi bahan
dasar kerupuk mulieng terlebih dahulu dikupas kulitnya, kemuudian biji melinjo di simpan satu
hari agar melinjonya kering. Lalu melinjo di sangria menggunakan wajan yang diisi pasir,
kemudian di panasi. Glosir menawarkan kerupuk pidie khas ini hamper disetiap negara bagian
aceh. Bahkan beberpa penjual mie aceh menggunakan kerupuk ini untuk meninggalkan rasa
dan kualitas mie mereka. Proses pembuatan kerupuk mulieng ini masih mengikuti cara klasik,
dan tidak disediakan tehnologi terbarukan dalam proses pembuatannya.

Untuk proses pembuatan juga sangat mudah setelah biji melinjo dikuliti, lalu dipanaskan
sekitar 3 menit diatas kuali yang lebih dulu diisi pasir agar panas merata pada biji melinjo,
kemudian diangkat dan diketuk-ketuk dengan palu diatas media kayu. Kemudian setelah biji
melinjo mengembang jadi kerupuk lalu dicungkil dan di jemur untuk siap dipasarkan, kerupuk
melinjo ini merupakan kuliner khas nenek moyang warga Kabupaten Pidie, sejak ratusan tahun
silam. Sehingga siapapun yang ingat dengan Kabupaten Pidie, Aceh maka mereka pasti akan
ingat dengan kerupuk melinjo nya, untuk mengabadikan kerupuk muling sebagai oleh-oleh
khas Kabupaten Pidie,

Bupati periode 2017-2022 Ronie Ahmad atau yang akrab disapa Abu Chik telah
membangun tugu Simpang Lampu Merah, Kota Sigli dengan bentuk buah melinjo sehingga
disebut simpang tugu buah melinjo. Harga kerupuk melinjo atau kerupuk mulieng khas Pidie
di Pasar Beureunuen, Kecamatan Mutiara, Pidie, masih normal. Harga itu, yakni untuk kualitas
super Rp 70 ribu per kilogram, losse Rp 65 ribu per kilogram, dan kualitas biasa Rp 60 ribu
per kilogram. Harga ini sebagaimana disampaikan seorang pedagang di Pasar Beureunuen,
Irfan Ramadhan (26) kepada Serambinews.com. Menurutnya, permintaan kerupuk mulieng
dalam dalam dua pekan terakhir di Beureunuen, Pidie menurun. Misalnya, jika rata-rata per
hari, termasuk untuk pesanan ke luar daerah biasanya mencapai 120 kilogram, kini paling
hanya 60 kilogram.

Ini merupakan salah satu pusat pemasaran kurupuk mulieng dan kue tradisional aceh
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai