Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Indonesia kaya akan kuliner. Tiap-tiap suku bangsa atau daerah
memiliki kuliner dengan ciri khas tersendiri. Hanya saja kuliner kuliner
banyak yang hampir hilang, tidak lagi diketahui dan dirasakan oleh generasi
sekarang karena beberapa hal, diantaranya budaya makanan instant yang telah
berkembang di masyarakat, maupun kebanggaan tersendiri menyantap kuliner
asing dalam diri masyarakat.Tanpa perhatian untuk melestarikan kuliner
tradisional, cepat atau lambat kuliner tersebut akan hilang. Dapat saja
beberapa generasi yang akan datang, anak-anak Indonesia hanya mengetahui
nama-nama kuliner seperti gethuk,ombus-ombus, cimpa, tiwol, klepon, Kue
lompong sagu tanpa mengetahui bentuk dan rupanya apalagi
mencicipinya.Berangkat dari perlunya pelestarian itu, maka di pandang
penting adanya upaya pelestarian kuliner tradisional itu melalui berbagai
sarana dan prasarana, salah satu diantaranya menjajakannya sebagai hidangan
Salah satu lembaga yang menyediakan makanan salah satunya pasar.
Kenyataannya, pasar-pasar kampus jarang menawarkan kuliner tradisional.
akan mengenal dan dapat menikmati kuliner tradisional itu, yang pada
akhirnya akan menjadi wujud pelestarian kuliner tradisional
Indonesia.Konsumen pasar ingin mendapatkan manfaat lebih dari penawaran
pasar .Tidak hanya sekadar kenyang saja tetapi juga memiliki kesan dan
pengetahuan yang lebih tentang makanan. Berdasarkan latar belakang di atas
dianggap perlu menyumbangkan gagasan tertulis dengan judul :
”Melestarikan makanan tradisional Melalui tangan-tangan remaja sekarang”.
Pentingnya menghargai, melestarikan budaya bangsa untuk memperkokoh jati
diri dan kepribadian. Disadari bahwa dunia selalu mengalami perubahan
setiap waktu dan bangsa ini tidak mungkin menghindarinya. Di sinilah
pentingnya kita mengarahkan perubahan masyarakat pada arah yang tidak
menghilangkan kepribadian dan kebudayaan bangsa yang terdapat di seluruh

1
tanah air.Melestarikan budaya akan membuat kita eksis secara terhormat di
tengah-tengah pergaulan antarbangsa secara khusus di Sumatera barat . Salah
satunya dengan mempopulerkan kuliner. Sebab, remaja sebagai generasi
muda merupakan penggerak untuk melestarikan budaya bangsa.

Makanan tradisional Indonesia merupakan salah satu


keanekaragamaan budaya yang ada di Indonesia. Dalam kehidupan sehari -
hari makanan merupakan salahsatu kebutuhan primer bagi manusia, makanan
pun bisa menjadi media untuk menyampaikan rasa terima kasih, ritual,
mempererat kekerabatan dan lain lain. Dalam konteks ini makanan tradisional
lah yang sering kali digunakan. Di Indonesia banyak terdapat makanan
tradisional yang beraneka ragam, khususnya Sumatera Barat merupakan
salah satu daerah yang mempunyai banyak aneka makanan tradisional yang
beragam. Namun saat ini pola konsumsi masyarakat mulai banyak berubah,
semakin maraknya makanan modern semakin menurun pula tingkat
mengkonsumsi makanan tradisional di kalangan masyarakat. Hal ini
disebabkan banyaknya makanan produk olahan sehingga sebagian masyarakat
lebih memilih makanan modern dibanding makanan tradisional agar lebih
bergengsi untuk disuguhkan atau di hidangkan. Makanan modern ditunjukan
dengan kecepatan penyajian makanannya, selain itu tampilannya juga sangat
menggiurkan dan pembuatan makanan biasanya menggunakan alat alat yang
sudah canggih, berbeda dengan makanan tradisional yang cara penyajiannya
tergolong lama. Seperti yang terjadi pada pinyaraman , makanan tradisional
sumatera barat ini mulai mengalami penurunan. Seiring perkembangan jaman
popularitas pinyaram saat ini mulai terpinggirkan dengan banyaknya makanan
olahan modern yang marak di jual di berbagai tempat. Walau perdagangan
pinyaram masih bertahan namun pemasarannya cenderung menurun setiap
tahunnya. Selain itu produk yang dipasarkan hanya di daerah asal pembuatan
saja sehingga penyebabkan proses pemasaran tidak meluas.Kampung padang
panjang, desa silaying bawah jlan lintas padang bukit tinggi merupakan salah

2
satu daerah penghasil padi . Masyarakat di kampung ini sebagian besar
bermata pencaharian sebagai petani tetapi banyak juga yang bekerja sebagai
pembuat pinyaram. Pembuatan pinyara merupakan industri rumahan hal ini
menyebabkan makanan tradisional jarang ditemui di lingkungan masyarakat.
Keberadaan pinyaram yang saat ini mengalami penurunan bukan hanya
karena banyaknya makanan modern yang banyak di jual tetapi kurangya
promosi yang dilakukan penjual mempengaruhi keadaan ini, selain kemasan
yang masih sangat sederhana sehingga kurang memiliki daya tarik bagi
konsumen. Sebagian besar para pembuat pinyaram pun juga tidak
memperhatikan merek pinyaram yang mereka jual seperti halnya Ibu rumah
tangga ketika mereka menjual produk mereka kepasaran hanya berbentuk
pinyaram tanpa merek apapun sehingga masyarakat pun tidak tahu pembuat
atau asal pinaram tersebut. Sebagai makanan tradisional pinyaram juga
mempunyai nutrisi yang terkandung didalamya karena bahan dasar yang
mengandung zat aditif alami yaitu pemanis dari gula merah yang memberikan
hasil positif pada tubuh dan pankreas, yang berarti bermanfaat bagi kesehatan
(Gondosari, 2010). Untuk itu perlu usaha untuk mengenalkan dan
melestarikan makanan tradisional agar tetap mempunyai eksistensi dan tidak
kalah saing dengan makanan modern yang sedang marak saat ini. Makanan
yang hampir hilang di telan zaman
1. Pinyaram merupakan sebuah kue tradisional daerah Minangkabau.Kue
Pinyaram terbuat dari tepung beras putih.Pinyaram berbentuk pipih nan
buliah dilayangkan, artinya kelak kepala keluarga dapat memimpin dan
bijaksana didalam keluarganya. Dan makanan adat sumatera barat ini
ada lambing-lambagngnya masing,Pinyaram melambangkan urang
gadang dalam nagari. Susunan pinyaram tersebut merupakan lambang
pemerintahan dalam nagari sesuai dengan tingkatannya dalam adat yang
akrab dengan sebutan ninik mamak.

3
2. Kue lompong sagu

Kue lompong sagu merupakan kue khas Minang yang sudah


jarang ditemukan. Kue yang terbuat dari tepung sagu yang diaduk
bersama pisang kepok, santen, kelapa, dan gula aren ini memiliki
citarasa yang manis. Kue ini dibuat dengan cara dipanggang di atas bara
hingga memiliki aroma khas sisa pemanggangan. Dalam keadaan
hangat, kue ini terbungkus dalam daun pisang dan siap untuk dinikmati.
Kue lompong sagu menjadi salah satu kue khas tradisional yang menjadi
kekayaan kuliner yang dimiliki Indonesia. Keberadaannya yang sudah
mulai sulit ditemukan menjadikan kue ini menjadi buruan para penikmat
kuliner ketika berkunjung ke Sumatera Barat.
3. Bangko
Bongko merupakan Makanan masih sebangsa agar-agar powder atau
cemilan kecil lainnya yang terbuat dari tepung beras. Saat ini, cukup
susah mendapatkan pedagang yang menyediakan makanan khas ranah
Pikumbuah ini ,Biasanya muncul pada bulan-bulan
Ramadhan. Makanan tradisional yang ada ditengah masyarakat, kembali
hadir untuk. Makanan ini, lebih banyak muncul di Limbonang dan
sebagian daerah Lareh Sago Halaban Kabupaten Limapuluh Kota.Ref
(34), salah seorang pembuat Bongko di Limbonang
mengakui, makanan khas itu, biasanya hanya dibuat selama bulan
Ramadhan. Terutama untuk kebutuhan berbuka puasa. Namun diluar
bulan Ramdhan, ia tetap membuat Bongko, jika ada permintaan khusus.
Karena tampilan dan proses pembuatannya yang cukup repot, membuat
banyak orang yang tidak ingin mempelajarinya. Hanya saja, ketika ada
kegiatan-kegiatan adat dan kekeluragaan, makanan ini dihidangkan.Ciri
khasnya yang manis dan agak sedikit kenyal, membuat makanan yang
dibungkus dengan daun pisang ini, menjadi lebih gurih dinikmati untuk

4
sajian saat cuaca panas seperti akhir-akhir ini di Sumbar. Selain tidak
terlalu mengenyangkan, Bongko juga pilihan enak bagi yang suka
mengemil. Kekenyalanya membuat orang akan semakin tertarik untuk
selalu ingin memakannya. Seperti disebutkan Ref, proses pembuatan
Bongko, sama dengan cara membuat agar-agar powder lainnya. Selain
bahan tepung beras yang menjadi bahan utama, Bongko hanya
membutuhkan santan, gula aren dan sedikit air serta daun pandan.

Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di


pulau Sumatera dengan Padang sebagai ibu kotanya. Sesuai dengan namanya,
wilayah provinsi ini menempati sepanjang pesisir barat Sumatera bagian
tengah dan sejumlah pulau di lepas pantainya seperti Kepulauan Mentawai.
Dari utara ke selatan, provinsi dengan wilayah seluas 42.297,30 km² ini
berbatasan dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan
Bengkulu Sumatera Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran
Padang dengan citarasa yang pedas. Masakan Padang dapat ditemui hampir di
seluruh penjuru Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri..Beberapa contoh
makanan dari Sumatera Barat yang cukup populer adalah Rendang, Sate
Padang, Dendeng Balado, Itiak Lado Mudo, Soto Padang, dan Bubur
Kampiun. Setiap kawasan di Sumatera Barat, memiliki makanan sebagai ciri
khas daerah, yang biasa dijadikan sebagai buah tangan (oleh-oleh) misalnya:
Padang terkenal dengan bengkuang, Padang Panjang terkenal dengan pergedel
jaguang, Bukittinggi dengan karupuak sanjai, Payakumbuh dengan galamai.
Selain itu Sumatera Barat juga memiliki ratusan resep, seperti kipang kacang,
bareh randang, dakak-dakak, rakik maco, pinyaram, Karupuak Balado, dan
termasuk juga menghasilkan Kopi Luwak.

2. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam penyampaian gagasan tertulis ini
adalah sebagai berikut :

5
1. Mengenalkan makanan tradisional di minagkabau
2. Mempertahankan keberadaan makanan tradisional harus bersaing dengan
makanan modern tetapi eksistensi sebagai makanan tradisional masih bisa
tetap bertahan.
3. Membuat kemasan yang lebih menarik untuk meingkatkan jumlah
penjualan .
4. melestarikan kuliner tradisonal di kalangan remaja.
5. mengenalkan kepada remaja akan kekayaan kuliner tradisionlal
3. Manfaat Penulisan
Manfaat penyampaian penulis ini adalah sebagai berikut :
1. membangun sikap cinta budaya mahasiswa terhadap kuliner tradisional
2. menambah pengetahuan terhadap kuliner tradisional

6
Teori Pendukung

1. kebudayan minang

Kebudayaan Minangkabau (baik yang lama maupun yang baru)


merupakan warisan nasional yang kita miliki yang berharga dan berperan
dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Minangkabau itu
sendiri. Menurut Kaswandi dkk. (1994) “Budaya merupakan gagasan yang
menjadi pedoman yang berpengaruh bagi manusia dalam bersikap dan
berprilaku baik individu maupun kelompok. Kuliner termasuk kebudayaan
“takbenda” (intangible cultural heritage), karena hanya kelihatan jika
diperlihatkan. Inti dari kebudayaan takbenda adalah “pengetahuan” yang
dimiliki oleh pelaku budaya itu. Minangkabau memiliki keragaman budaya
karena sistem sosialnya mengenal “adat selingka nagari”, terutama dalam hal
makanan dan pakaian yang dapat memiliki ciri khas di setiap “nagari”.
Disamping itu masyarakat di sumatera barat, memiliki sejarah yang sangat
panjang, konsep Minangkabau dapat dilihat dalam konteks kebudayaan baru
dan lama, mamangan adat “Alam Takambang Jadi Guru” misalnya boleh jadi
konsep yang berasal dari era Hindu, sedangkan konsep “adat basandi syarak,
muncul semasa perang Paderi, kemudian muncul pula “syarak basandi adat”
(2010), dalam kongres kebudayaan (2010)(lihat tulisan Hadler, 2011).

2. Sistem religi atau keagamaan di Minangkabau

Kedatangan para reformis Islam dari Timur Tengah pada akhir abad ke-18,
telah menghapus adat budaya Minangkabau yang tidak sesuai dengan hukum
Islam. Budaya menyabung ayam, mengadu kerbau, berjudi, minum tuak,
diharamkan dalam pesta-pesta adat masyarakat Minang. Para ulama yang
dipelopori oleh Haji Piobang, Haji Miskin, dan Tuanku Nan Renceh
mendesak kaum adat untuk mengubah pandangan budaya Minang yang
sebelumnya banyak berkiblat kepada budaya animisme dan Hindu-Budha,
untuk berkiblat kepada syariat Islam.

7
Reformasi budaya di Minangkabau terjadi setelah perang Paderi yang berakhir
pada tahun 1837. Hal ini ditandai dengan adanya perjanjian di Bukit
Marapalam antara alim ulama, tokoh adat, dan cadiak pandai (cerdik pandai).
Mereka bersepakat untuk mendasarkan adat budaya Minang pada syariah
Islam. Hal ini tertuang dalam adagium Adat basandi syarak, syarak basandi
kitabullah. Syarak mangato adat mamakai (Adat bersendikan kepada syariat,
syariat bersendikan kepada Al-Quran). Sejak reformasi budaya dipertengahan
abad ke-19, pola pendidikan dan pengembangan manusia di Minangkabau
berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Sehingga sejak itu, setiap kampung atau
jorong di Minangkabau memiliki masjid, disamping surau yang ada di tiap-
tiap lingkungan keluarga. Pemuda Minangkabau yang beranjak dewasa,
diwajibkan untuk tidur di surau. Di surau, selain belajar mengaji, mereka juga
ditempa latihan fisik berupa ilmu bela diri pencak silat.

3. Budaya yang Sudah Mulai Hilang

Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni


perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka,
dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma
social merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-
batas budaya setiap bangsa. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau
akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian
tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang
perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang
semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran
hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika
dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat
bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang
berasal dari berbagai belahan bumi.

8
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya
kesenian tradisional dan makanan tradisional Indonesia dari kehidupan
masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat
Indonesia. Misalnya saja macam-macam makanan tradisional Indonesia, ,
selalu berkaitan dengan masyarakat. Dengan datangnya perubahan sosial
yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan
globalisasi informasi, maka makanan kita pun mulai bergeser ke arah
makanan yang berdimensi moderan alah kebarat-baratn .Semakin pesatnya
laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana
difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan makanan yang
lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi
menikmati berbagai makanan tradisional yang sebelumnya akrab dengan
kehidupan mereka. Misalnya, pinyaram, dadih

4. Peran remaja terhadap kebudayaan dan makanan tradisional


Kita sebagai seorang remaja atau mahasiswa yang aktif dan kreatif
tentunya tidak ingin maknaan tradisonal kita menjadi pudar bahkan lenyap
karena pengaruh dari maknan-makanan luar.remaja memiliki kedudukan dan
peranan penting dalam pelestarian budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi
bahwa remaja atau mahasiswa merupakan anak bangsa yang menjadi penerus
kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia.
Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa,
pada mereka harus bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga
keberlanjutan negara bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Pembentukan
kesadaran kultural remaja atau mahasiswa antara lain dapat dilakukan dengan
pengoptimalan peran mereka dalam makanan budaya daerah.
Optimalisasi peran remaja atau mahasiswa dalam pelestarian makanan
daerah. dapat dilakukan melalui dua jalur, yaitu intrakurikuler dan
ekstrakulikuler. Jalur Intrakurikuler dilakukan dengan menjadikan seni dan
budaya daerah sebagai substansi mata kuliah atau mata pelajaran di sekolah ;

9
sedangkan jalur ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui pemanfaatan unit
kegiatan mahasiswa remaja dan keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan-
kegiatan yang bernuasa tradisional yang diselenggarakan oleh berbagai pihak
untuk pelestarian makanan daerah atau tradisonal

Isi

1. Penyebab Budaya Tradisional Hilang

Budaya nasional yang seharusnya menjadi kebanggaan dan harusnya


di pertahankan sekarang mulai hilang dikarenakan masuknya budaya asing
(modern). Kita sebagai warga negara indonesia yang mempunyai hak penuh
atas kebudayaan tersebut seharusnya melestarikannya bukan malah
mengesampingkannya dengan berbagai alasan seperti takut dibilang
ketinggalan jaman, takut dibilang kupper, katrok, dan lain sebagainya.Jika
ditinjau melalui aspek global, globalisasi menjadi tantangan untuk semua
aspek kehidupan juga yang terkait dengan kebudayaan. Budaya tradisional
yang mencerminkan etos kerja yang kurang baik tidak akan mampu bertahan
dalam era global. Era global menuntut kesiapan kita untuk siap berubah
menyesuaikan perubahan zaman dan mampu mengambil setiap kesempatan.
Budaya tradisional di Indonesia sebenarnya lebih kreatif dan tidak bersifat
meniru, yang menjadi masalah adalah mempertahankan jati diri bangsa.
Sebagai contoh sederhana,makanan tradisonal yaitu dadih sudah tersaingi
dengan munculnya makanan modern yaitu yogurt. Kebudayaan tradisional
adalah sebuah warisan luhur.Dalam era globalisasi, kebudayaan tradisional
mulai mengalami erosi. Orang, anak muda utamanya lebih senang
menghabiskan waktunya untuk mengakses internet dari pada mengetahui ri
makanan tradisional itu sendiri. Orang akan merasa bangga ketika dapat
mengkonsumsi makanan yang berlebel seperti KFC. Dan makanan tradisional
di anggap makanan kuno. Globalisasi akan selalu memberikan perubahan, kita
lah yang harus meneliti bersifat positif ataupun negatife.

10
2. Pendapat makanan tradisional

Kota padang sumatera barat memilki beraneka ragam kuliner yang


berbeda-beda yang dapat menjadikan sebuah ciri khas dari daerah itu sendiri. Dari
ciri khas kuliner daerah itulah yang dapat membuat makanan itu di juluki sebagai
makanan tradisional. Dari hasil wawancara mahasiswa asli orang minang tentang
makanan tradisional, hasilnya pun membuktikan bahwa banyak dari mereka yang
belum mengetahui makanan tradisional di daerah mereka sendiri. Hasil itulah
orang dapat saja menyimpulkan, bahwa mayoritas orang indonesia mereka lebih
menyukai makanan cepat saji di bandingkan dengan rasa ingin tahu mereka untuk
“ menjajali” makanan tradisional.Kini telah banyak kita jumpai makanan cepat
saji yang telah begitu banyak beredar di kalangan masyarakat. Tidak heran lagi
jika masyarakat kita kini tidak lepas oleh makanan cepat saji, bahkan oleh mereka
dapat saja menjadikan makanan itu menjadi makanan pokok sehari-hari dengan
menggantikan makanan pokok mereka yang utama yaitu beras atau nasi. Makanan
cepat saji memiliki berbagai macam jenis dan itu semua telah pernah kita ketemui
di pasaran bahkan sebagian dari kita pun telah pernah mengkonsumsinya.
Makanan cepat saji yang pernah kita temui di sekelIling kita seperti mie instant,
makanan ringan yang mengandung MSG, Junk Food dan lain-lain.

3. Cara-cara Untuk Menjaga Kelestarian makanan Tradisional


Budaya yang dahulu tak ternilai harganya, kini justru menjadi budaya
yang tak bernilai di mata masyarakat. Sikap yang tak menghargai itu
memberikan dampak yang cukup buruk bagi perkembangan makanan tradisional
. Karena salah satu cara untuk melestarikan makanan tradisional adalah sikap
dan perilaku dari masyarakatnya sendiri. Jika dalam diri setiap masyarakat
terdapat jiwa nasionalis yang dominan, melestarikan maknan tradisional
merupakan suatu kebanggaan, tapi generasi muda sekarang ini justru
beranggapan yang sebaliknya, sehingga mereka menggagap melestarikan budaya
itu suatu paksaan. Jadi kelestarian makanan tradisional itu juga sangat
bergantung pada jiwa nasionais generasi mudanya.Sebagai para generasi muda

11
penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah diperlukan. Bukan hanya
untuk kepentingan politik saja kita dituntut untuk berjiwa nasionalis, tetapi dalam
mempertahankan dan melestarikan budayapun juga demikian. Kita butuh untuk
menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan sejarah itu tidak
mudah. Butuh pengorbanan yang besar pula. Oleh karenanya tak cukup apabila
hanya ada satu generasi muda yang mau tapi yang lain masa bodoh. Dalam
melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi
satu sama lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian budaya juga
diperlukan kekompakan untuk saling mengisi dan mendukung.Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan beragam seni budaya dan kuliner
yang terdapat disetiap daerah sebelum seni budaya yang masih ada tersebut
punah adalah dengan melaksanakannya.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)
Kabupaten Agam, Hadi Suryadi di Lubuk Basung, Senin, mengatakan dari 82
nagari yang ada, hampir semua memiliki kesenian tradisional dan kuliner yang
khas. Langkah awal Disbudpar Agamtelah menyurati semua Wali Nagari (kepala
desa adat) untuk mengirimkan data semua jenis kesenian tradisional dan ragam
kuliner yang ada di nagari mereka."Beberapa nagari sudah mengirimkan datanya
keDisbudparAgam," katanya.Ia mengatakan, pendataan kesenian dan kuliner ini
berdasarkan Undang-undang No 10 Tahun 2011 tentang Kepariwisataan
bertujuan untuk melestarikan kesenian dan kuliner yang ada di setiap
nagari."Apabila tidak dilakukan, maka kesenian dan kuliner ini akan hilang,
karena pengaruh teknologi yang ada saat ini," katanya.Setiap nagari memiliki
berbagai kesenian dan kuliner. Kesenian itu seperti, tambua tansa, kasidah,
salawat dulang, randai dan pencak silat."Saat ini, salawat dulang sudah mulai
hilang dari peredaran. Sebelumnya setiap nagari memiliki kelompok kesenian ini.
Namun saat ini hanya beberapa nagari yang memiliki kelompok kesenian ini,"
katanya.Sedangkan kuliner seperti itik lado hijau di Kecamatan Ampek Koto,
palai rinuk, gulai pensi dan peyek rinuk di Kecamatan Tanjung Raya, gulai
kapalo ikan di Kecamatan Tanjung Mutiara dan lainnya.Pemkab Agam akan

12
berusaha semaksimal mungkin untuk melestarikan kesenian dan kuliner ini
dengan cara melakukan pembinaan, sehingga bisa menarik wisatawan ke daerah
itu. "Pada 2015 kita menargetkan jumlah kunjungan sebanyak 500.000 orang dan
mudah-mudahan target ini akan tercapai nantinya, karena selain memiliki
kesenian dan kuliner, Kabupaten Agam juga memiliki objek wisata yang sangat
indah," katanya.Ia menyebutkan jumlah kunjungan wisatawan ke Agam
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 2014 jumlah kunjungan sebanyak
392.318 wisatawan nusantara dan sebanyak 28.146 wisatawan
mancanegera.Sementara pada 2013 sebanyak 308.740 wisatawan nusantara dan
sebanyak 20.733 wisatawan mancanegera, pada 2012 sebanyak 252.510
wisatawan nusantara dan sebanyak 19.006 wisatawan mancanegera.Kabupaten
Agam dengan luas 2.232,30 km² memiliki sebanyak 16 kecamatan dan 82 nagari
atau desa. Sementara jarak Agam dengan Kota Padang sekitar 120 kilometer. (*)

13
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makanan Tradisional yaitu bahan, biasanya berasal dari hewan atau
tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dana
nutrisi
Makanan tradisional dipengaruhi oleh kebiasaan makan masyarakat
dan menyatu di dalam sistem sosial budaya berbagai golongan etnik di
daerah-daerah. Makanan tersebut disukai , karena rasa, tekstur dan aroma nya
sesuai dengan selera nya. Demikian juga dengan kebiasaan makan khas
daerah umumnya tidak mudah berubah, walaupun anggota etnik bersangkutan
pindah ke daerah lain. Makanan tradisional adalah makanan dan minuman
yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, dengan citarasa khas yang
diterima oleh masyarakat tersebut. Adapun ciri-ciri makanan tradisional
adalah:

a. Mengandung aneka ragam makanan dasar, seperti: Padi, ubi,sagu dll


b. Kaya akan ramuan bumbu dan rempah alami
c. Bahan makanan mudah didapat
d. Sesuai dengan selera masyarakat
e. Pengolahannya relatif sulit karena membutuhkan banyak waktu.
B. Saran
Dalam usaha memperkokoh ketahanan bangsa Indonesia dengan
kebudayaan daerah. Para warga masyarakat terutama para pemudanya di
wajibkan untuk ikut berperan dalm pelestarian kebudayaan tradisional
1. Bagi generasi muda sebagai penerus bangsa untuk dapat mencintai
sekaligus ikut turut berpartisipasi melestarikan adat budaya daerah
yang dimiliki.
2. Sebaiknya diadakan penyuluhan tentang makanan adat oleh pihak
yang bersangkutan kepada masyarakat yang tidak mengerti dan
mengetahui makanan adat.

14
3. untuk memberikan dorongan dan motivasi dalam mempertahankan
budaya daerah, agar tidak hilang seiiring perkembangan zaman dan
tetap terjaga kelestariannya guna menambah aset budaya. Bagi
peneliti, menambah pengetahuan tentang makanan tradisional
khususnya di desa peneliti sendiri, yang pada awalnya tidak tau
sekarang menjadi tau.
4. Kepada peneliti selanjutnya agar penelitian kebudayaan dan makanan
dapat dilakukan, karena masih banyak tradisi dan makanan adat yang
harus dilestarikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

“Tergesernya Budaya Tradisional Karena Pengaruh Budaya Asing”.


https://hannypuspita.wordpress.com,juni 2011

http://tiuii.ngeblogs.com/2009/10/23/peran-budaya-lokal-memperkokoh-
ketahanan-budaya-bangsa-2

http://phantomtoili.blogspot.com/2009/01/lunturnya-budaya-lokal-akibat.html
diakses pada hari jumat, tanggal 24 desember 2010 jam 14.01

http://www.kaskus.co.id/thread/537cbd04becb171f6e8b4699/16-makanan-
tradisional-dari-berbagai-daerah-yang-hampir-punah/1

http://www.kompasiana.com/nurpuji/makanan-budaya-yang-mulai
hilang_550da969a33311091b2e3d98

16

Anda mungkin juga menyukai