Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI KOMERSIALISASI KULINER BANYUMAS

“NOPIA DAN MINO”

Disusun guna memenuhi tugas Mata Budaya Banyumasan


Dosen Pengampu :
Daryanto, S.Pd., M.Si
Tri Asiati S.S., M.Pd

Kelompok 4 :
Adelia Zahra Amany J1C020001
Fatimah Nur Assyifa J1C020012
Safina Rindy Antika J1C020014
Janky Febrika Arudina J1C020016
Rhea Zena Fathari J1C020023
Fatimah Sekar Aurum J1C020048
Reva Naryama J1C020054

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2021
PENDAHULUAN

Setiap daerah di Indonesia memiliki makanan tradisional sebagai ciri khas setempat. Baik
berupa makanan berat, makanan ringan, maupun minuman. Di Banyumas sendiri terdapat
makanan tradisional berupa Nopia. Nopia merupakan kue kering yang dibuat dari adonan tepung
terigu biasanya berisi adonan gula merah, cara pembuatannya tidak memerlukan keterampilan
khusus karena proses memasaknya dibakar menggunakan tungku tradisional. Nopia pertama kali
dibuat oleh keluarga keturunan Tionghoa pada 1880-an. Masyarakat Tionghoa di Banyumas saat
itu kemudian mengenalkan resepnya ke masyarakat Banyumas dan dapat diterima oleh
masyarakat. Industri nopia pun berkembang hingga saat ini. Selain Nopia, ada juga Mino atau
mini Nopia. Mino adalah versi mini dari Nopia dikarenakan bentuknya yang lebih kecil dari
ukuran Nopia biasa.

Nopia dapat dijumpai diberbagai toko yang ada di Banyumas. Tidak sulit untuk
mendapatkan makanan tradisional yang satu ini, hampir semua toko kecil dan toko oleh-oleh
selalu menyediakan Nopia. Selain rasanya yang enak dan ringan, Nopia sangat cocok dijadikan
sebagai camilan ringan. Nopia biasa dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan yang datang ke
Banyumas. Harganya pun relatif murah dan sangat terjangkau. Selain itu Nopia memiliki daya
simpan yang cukup lama. Seiring berkembangnya zaman, hadir berbagai varian Nopia dengan
isian yang beraneka macam, misalnya rasa durian, rasa coklat, rasa nangka, rasa pandan, dan
lain-lain.

Akhir-akhir ini telah berkembang berbagai topping untuk makanan yang sangat digemari
masyarakat. Topping ini dapat diterapkan pada Nopia dan Mino sebagai terobosan baru. Seperti
topping coklat yang dapat di variasikan dengan Nopia, dan menjadikan Nopia sebagai produk
lokal yang inovatif, praktis, dan begizi yang digemari oleh seluruh kalangan masyarakat. Varian
topping coklat tersebut diguyurkan di atas Nopia kemudian diberi taburan mesis maupun bola
warna-warni. Aplikasi topping tersebut menambah cita rasa pada Nopia dan membuat tampilan
Nopia menjadi lebih menarik. Apalagi jika Nopia dikemas dengan kotak cantik atau paper bag,
menambah kesan elegan pada Nopia.

2
TINJAUAN PUSTAKA

Komersialisasi merupakan suatu proses pengembangan produk baru hasil industri kreatif
sehingga sebuah produk tersebut menjadi lebih berharga dan memiliki nilai komersial. dapat
dimaknai pula sebagai proses alih teknologi secara keseluruhan, yang dimulai dari tahap
pemilihan bahan baku produk dilanjukan dalam proses produksi hingga sampai dengan produk
tersebut dihasilkan dan sampai ketangan konsumen akhir. (eko prasetyo, 2017)

Makanan tradisional yang mulai terlupakan seiring perkembangan zaman, membutuhkan


sebuah inovasi baru yang menarik perhatian semua kalangan. munculnya berbagai makanan khas
luar, membuat posisi makanan tradisional khas setempat terlupakan. bahkan masyarakat lebih
mencari-cari makanan khas luar daripada makanan tradisional. hal tersebut dikarenakan makanan
luar lebih menarik dan menggoda untuk dinikmati. sedangkan makanan tradisional kurang
mendapat perhatian lebih. beberapa alasan mengapa makanan tradisional kurang diminati yaitu,
tampilannya yang biasa saja, rasanya yang kurang bervariasi, jarang ada inovasi yang menarik
minat masyarakat, jangkauan pemasaran hanya berada di pasar tradisional, dan lain-lain.

Makanan tradisional sangat penting bagi ciri khas budaya setempat. Indonesia memiliki
begitu banyak makanan tradisional yang tidak kalah enaknya dengan makanan khas luar. Dengan
banyaknya rempah di Indonesia, membuat cita rasa makanan tradisional memiliki keunikan
tersendiri. Terlebih lagi masih banyak makanan tradisional yang dibuat secara tradisional pula.

Di Jawa Tengah tepatnya daerah Banyumas, memiliki banyak makanan tradisional


diantaranya nopia, soto sokaraja, getuk, mendoan, dan lain-lain. Makanan khas Banyumas
tersebut tidak banyak diminati kaum milenial. Butuh terobosan baru pada makanan tersebut agar
dapat menarik perhatian masyarakat terutama generasi muda. Tentu saja terobosan ini diharuskan
tetap menjaga cita rasa asli dari makanan tersebut agar ciri khasnya tidak menghilang.

3
PROFIL KEBUDAYAAN TRADISIONAL BANYUMAS “MINO DAN NOPIA”

1. Pengertian Makanan Mino

Menurut Elfa Swaratama (2016), Mino atau kepanjangannya dari Mino Nopia adalah kue
khas kabupaten Banyumas berbentuk bulat dengan tekstur yang halus, renyah diluar namun
lembut dibagian tengahnya. Saat ini nopia dan mino tidak hanya tersedia di wilayah Banyumas
saja, namun dapat ditemukan ditempat oleh-oleh dibeberapa kota seperti Wonosobo, Gombong,
Cilacap, Yogyakarta, hingga Surabaya, namun pusat produksinya tersedia di wilayah kabupaten
Banyumas, Kue nopia atau Mino merupakan kuliner yang menarik, karena menggunakan
gentong sebagai pemanas sederhana.

Mino atau Nopia merupakan hasil produksi warga desa Pakunden Kecamatan Banyumas
adalah makanan khas Banyumas yang terbuat dari terigu, gula jawa, dan beberapa rempah-
rempah. Ada beberapa proses yang harus dilalui dalam pembuatan Nopia dan Mino, terigu dibuat
adonan kemudian dibagi dua. Untuk bagian kulit dipisah, bagian isi diberi gula jawa dan rempah-
rempah serta perasa misalnya rasa bawang, Nangka, cokelat, durian, dan sebagainya. Untuk
Nopia takarannya lebih besar di bandingkan dengan Mino. Kue kering yang mirip dengan bakpia
ini memiliki tekstur kulit mirip dengan cangkang telur yang renyah pada bagian luarnya. Nopia
atau Mino dimasak dengan cara tradisional dengan menggunakan tungku yang terbuat dari tanah
liat berbentuk menyerupai susmur dangkal. Nopia atau Mino dimasak denmgan cara ditempelkan
di dinding tungku tradisional yang berfungsi sebagai tempat pemanggang layaknya oven.

2. Sejarah Mino
Menurut Elfa Swaratama (2016), saat ini Nopia dan Mino tidak hanya tersedia di wilayah
Banyumas, namun dapat ditemui di berbagai took oleh-oleh di kota-kota besar di pulau Jawa,
Sumatra, dan Kalimantan. Namun pusat produksinya tersedia di wilayah Banyumas. Nopia dan
Mino mulai diproduksi pada tahun 1880 oleh Ting Sing Piang, yatiu seorang etnis Tionghoa
yang tinggal di Banyumas (Dharmawan, 2010) Kue kering ini kemudian dikenalkan pada
masyarakat local Banyumas tanpa mengenal etnik dan latar belakangnya, hingga bisa diterima
oleh masyarakat pada saat itu. Industri kecil pembuatan Nopia kemudian berkembang di

4
beberapa desa di Kawasan Kota Lama Banyumas. Nopia dan Mino merupakan kuliner akulturasi
budaya yang hingga saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Banyumas.

Hingga kini jejak perkembangannya dengan mudah bisa kita temui di desa Sudagaran,
Pakunden dan Kalisube Kecamatan Banyumas yang terletak di Kawasan Kota Lama Banyumas.
Indutri kecil ini menggeliat membangkitkan perekonomian masyarakat sekitar sehingga
mengangkat nama Nopia sebagai salah satu kuliner khas Banyumas. Awalnya Nopia dan Mino
hanya memiliki satu varian rasa, yaitu rasa bawang merah goreng atau lebih dikenal dengan rasa
brambang goreng. Namun kini varian rasa it uterus berkembang seiring permintaan konsumen.
Penggunaan tungku tradisional yang menyerupai sumur dangkal pun masih terus dipertahankan
dan menjadi cerita unik tersendiri dari kue kering khas Banyumas ini.

5
PEMBAHASAN

Menurut Pungky Febi Arifianto dan Nofrizaldi (2020), makanan merupakan kebutuhan
pokok dan mendasar manusia sebagai makhluk hidup. Sebagai negara yang kaya akan sumber
daya alam, Indonesia memiliki bahan pangan nabati dan hewani yang melimpah. Bahan pangan
setiap daerah juga memiliki perbedaan yang menjadikan setiap wilayah di Indonesia memiliki
ragam kuliner yang berbedaBanyumas sebagai salah satu yang berada di wilayah Jawa Tengah,
mempunyai banyak makanan tradisional yang tergolong unik seperti tempe mendoan dan nopia.

Beberapa makanan tersebut merupakan makanan tradisional Banyumas yang kurang


dikenal masyarakat berasal dari Banyumas. Adapun Gethuk Goreng Sokaraja masuk sebagai
warisan budaya tak benda Indonesia pada tahun 2017 (Kemdikbud,2016:152). Sangat
disayangkankeunikan dan kepopuleran makanan tersebut belum diketahui banyak
orang.Keunikan kuliner merupakan salah satu cerminan budaya masyarakat Banyumas yang
menjadi petanda akan sebuah identitas. Melalui identitas, sebuah kota/wilayah akan mudah
diingat karena mempunyai pembeda dengan daerah lain. Dari kuliner ini, seharusnya pemerintah
mulai melirik bisnis wisata kuliner di lain wisata alam dan wisata religi yang banyak digaungkan
oleh pemerintah daerah Banyumas. Bisa dikatakan bahwa industri wisata alam berbanding lurus
dengan industri kuliner karena pengeluaran wisatawan tidak hanya untuk konsumsi kebutuhan
entertaiment tetapi untuk kebutuhan lainnya seperti mengunjungi toko oleh-oleh dan wisata
kuliner.

Dalam mengkomersialisasikan kuliner tradisional Mino dan Nopia kami melakukan


sebuah inovasi produk yaitu “Nopia dan Mino Topping”. Strategi pemasaran komersialisasi yang
kami gunakan adalah berdasarkan bauran pemasaran 4P, yaitu :

1. Produk

Makanan tradisional merupakan wujud dari keanekaragaman budaya berciri khas


kedaerahan dan mencerminkan potensi alam dari masing masing daerah. Makanan tradisional
diolah dengan peralatan sederhana dan umumnya menggunakan bahan bahan lokal yang tidak
memerlukan keterampilan khusus dalam mengolahnya sehingga biaya yang dibutuhkan relatif
murah (Lestari, Sari, & Utami, 2014). Nopia adalah kue kering yang dibuat dari adonan tepung

6
terigu dengan isi gula merah. Mino (mini nopia) merupakan nopia dengan ukuran yang lebih
kecil. Nopia dan Mino merupakan makanan khas banyumas yang masih bertahan hingga saat ini
dan memiliki nilai yang ekonomis untuk pemasukan daerah sebagai oleh-oleh bagi wisatawan
yang hendak mengunjungi daerah tersebut. Nopia dan Mino memiliki daya simpan yang tahan
lama. Selain itu juga, saat ini memiliki variasi rasa coklat, durian, nangka, pandan, dan lain-lain.

Mengingat saat ini telah berkembang berbagai topping unik yang digemari masyarakat
dari berbagai kalangan, menurut kami, topping ini dapat diterapkan pada nopia dan mino untuk
menarik minat masyarakat. Variasi topping tersebut, yakni topping cokelat. Di era modern ini,
produk lokal yang inovatif, praktis dan bernilai gizi tinggi menjadi trend konsumsi pangan yang
semakin digemari oleh seluruh kalangan masyarakat. Hal ini didukung oleh adanya pemanfaatan
bahan pangan lokal yang sudah banyak diolah menjadi makanan ringan atau snack yang dapat
dengan mudah ditemui oleh masyarakat. Salah satunya, yakni cokelat yang sangat disukai oleh
semua kalangan masyarakat dari berbagai jenis umur. Cokelat terkenal mengandung antioksidan
dan flavonoid yang sangat berguna untuk mencegah masuknya radikal bebas ke dalam tubuh
yang bisa menyebabkan kanker. Varian topping cokelat tersebut diguyurkan diatas nopia dan
mino. Aplikasi topping cokelat ini menambah cita rasa manis pada nopia dan mino. Selain varian
topping cokelat dapat pula digunakan varian topping keju. Varian topping keju dibuat dari cream
cheese yang diguyurkan pada nopia dan mino kemudian ditambah dengan taburan parutan keju.
Aplikasi topping keju ini menambah cita rasa gurih pada kulit nopia dan mino.

2. Kemasan

Nopia merupakan salah satu makanan khas Banyumas yang bahan bakunya terbuat dari
tepung terigu dan gula jawa. Proses pembuatannya, adonan tepung terigu dibentuk bulat lonjong
seperti telur dan diisi gula jawa. Kemudian, dipanggang didalam tungku hingga mengembang
dan kering. Ada pula Mino, atau yang merupakan singkatan dari mini nopia. Bentuk dan rasanya
sama dengan nopia hanya saja ukurannya lebih kecil. Daya simpan nopia dan mino ini relatif
lama dan biasanya dikemas didalam plastik.

Plastik merupakan alternatif menarik yang ringan dan ideal yang telah memberikan
banyak manfaat bagi masyarakat modern. Salah satunya, untuk menyimpan dan membawa
makanan. Namun, dilansir dari laman National Geographic, sampah plastik merupakan salah satu

7
masalah lingkungan yang mengundang banyak perhatian. Ini tidak lepas dari meningkatnya
produksi barang-barang plastik sekali pakai, namun tidak diimbangi dengan kemampuan untuk
menangani limbahnya. Banyaknya masalah yang ditimbulkan akibat limbah plastik berujung
pada salah satu solusi penyelesaian masalah, yaitu penetapan kebijakan larangan penggunaan
kantong plastik di tempat perbelanjaan di beberapa daerah. Larangan penggunaan plastik
memicu adanya peralihan dari penggunaan kantong plastik menjadi kantong kertas (paper bag)
atau kantong kain (cotton bag) di kalangan masyarakat.

Kemasan merupakan suatu material pembungkus produk yang memiliki fungsi untuk
menampung, melindungi, mengidentifikasi, dan mempromosikan produk. Kemasan makanan
dalam perspektif pemasaran dapat dipandang sebagai brand yang memiliki nilai produk yang
disampaikan kepada konsumen (Shekhar, 2013: 61). Kabupaten Banyumas mulai menggunakan
kemasan besek sejak tahun 1918-an untuk kemasan makanan oleh-oleh khas Banyumas, salah
satunya nopia. Penggunaan besek sebagai kemasan makanan oleh-oleh khas Banyumas berasal
dari keinginan konsumen. Gaya hidup sehat konsumen memilih kemasan besek sebagai kemasan
yang dianggap lebih alami dan sehat karena tidak banyak zat kimia yang terkandung. Namun,
seiring berjalannya waktu, mulai banyak kemasan plastik yang digunakan karena dinilai lebih
praktis dan lebih modern.

Mengingat permasalahan limbah plastik, kami menyarankan adanya inovasi kemasan


baru, yakni kantong kertas (paper bag). Saat ini sudah banyak restoran cepat saji yang sudah
menunjukkan kepedulian akan isu lingkungan melalui gerakan-gerakan yang dilakukan untuk
menyadarkan masyarakat, khususnya permasalahan sampah kemasan sekali pakai dengan
menggunakan paper bag. Hal ini juga dapat kita terapkan pada kemasan makanan oleh-oleh khas
Banyumas. Paper bag dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan limbah pertanian, seperti yang
telah dikembangkan oleh mahasiswa fakultas kehutanan Universitas Hasanuddin yang
mengembangkan paper bag berbahan limbah pelepah pisang dan sabut kelapa. Sebuah kemasan
tidak lengkap rasanya jika tidak diberi label. Label sebuah produk makanan merupakan hal yang
penting agar produk tersebut di kenal di masyarakat. Untuk label, kami menyarankan agar label
lebih baik di print dalam bentuk stiker dibanding dicetak langsung di paper bag karena dapat
mengantisipasi adanya bahan berbahaya bagi tubuh dari tinta yang digunakan.

8
3. Harga

Nopia dan mino topping menawarkan produk dengan harga yang ekonomis yang aman di
kantong masyarakat juga di kantong mahasiswa. Setiap varian ditawarkan dengan harga Rp.
20.000 untuk nopia topping isi 20 pcs dan Rp. 15.000 untuk mino topping isi 20 pcs. Harga yang
ditawarkan mungkin sedikit lebih mahal karena menggunakan topping. Namun, harga tersebut
masih dapat bersaing dengan produk kompetitor di pasaran.

4. Tempat

Distribusi atau penjualan produk dilakukan secara tidak langsung. Distribusi tidak
langsung adalah jenis distribusi yang biasanya digunakan oleh produsen. Distribusi tidak
langsung adalah suatu sistem yang melibatkan beberapa distributor sebelum akhirnya produk
sampai ditangan konsumen. Sistem distribusi tidak langsung cocok digunakan oleh perusahaan
yang memproduksi barang tahan lama. Sistem distribusi tidak langsung akan membuat
pemasaran barang menjadi lebih luas sehingga dapat menjangkau lebih banyak orang. Nopia dan
mino topping ini dapat didistribusikan di pusat oleh-oleh atau di supermarket, bisa juga di tempat
yang dekat dengan mahasiswa maupun karyawan seperti universitas, sekolah, wilayah kos-
kosan, maupun perkantoran.

5. Promosi

Promosi produk dapat dilakukan secara offline dan online. Promosi secara offline dengan
melakukan pembagian tester sebelum penjualan produk dilakukan untuk mengenalkan produk
dan melihat tingkat penerimaan oleh calon konsumen terhadap produk. Secara online, dapat
dilakukan dengan membuat akun di media sosial seperti instagram dan twitter. Media sosial ini
sebagai sarana untuk mempromosikan produk sekaligus mengenalkan makanan tradisional khas
banyumas. Dengan pembuatan media sosial, diharapkan semakin banyak masyarakat yang
mengetahui dan tertarik untuk membeli produk makanan tradisional.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto, P. F., & Nofrizaldi. (2020). Komunikasi Visual Kuliner Banyumas sebagai Media
Pendukung City Branding “Better Banyumas”. Andharupa: Jurnal Desain Komunikasi
Visual & Multimedia, Vol. 6, No. 1 pp. 63-72.

Fitrah, C.N., Azis, A., Hasyim, H., & Mambela, F. (2020). Pemanfaatan Limbah Pertanian
sebagai Alternatif Kantong Plastik di Dusun Mappasaile Kabupaten Maros, Sulawesi
Selatan. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 6, No. 1 pp. 8-
14.

Kurniawan, A., 2021. Dampak Sampah Plastik bagi Lingkungan dan Ekonomi, Begini Cara
Menanganinya. [Online]. Tersedia dari https://www.merdeka.com/jabar/dampak-sampah-
plastik-bagi-lingkungan-dan-ekonomi-begini-cara-menanganinya-kln.html

Lestari, L. A., Sari, P. M., & Utami, F. A. (2014). Kandungan Zat Gizi Makanan Khas
Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lukitasari, E. H. (2013). Komunikasi Visual pada Kemasan Besek Makanan Oleh-oleh Khas
Banyumas. Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, Vol. 8, No. 3 pp. 315-
329.

Putra, 2020. DISTRIBUSI & DISTRIBUTOR: Pengertian, Jenis, Tugas & Contoh Perusahaan.
[Online]. Tersedia dari https://salamadian.com/pengertian-distribusi-distributor/

Rini, A. S., 2021. Deretan 18 Oleh-oleh khas Purwokerto Paling Recommended. [Online].
Tersedia dari https://kulinerkota.com/oleh-oleh-khas-purwokerto/

Yuliani, R., Widyakanti. (2020). Peningkatan Penjualan melalui Inovasi Kemasan dan Label
pada UMKM. Jurnal Keuangan dan Akuntansi Terapan, Vol. 2, No. 2 pp. 71-76.

Swaratama, E. (2016). Perancangan Komunikasi Visual Nopia sebagai Kuliner Khas Kabupaten
Banyumas. Mahasiswa Penciptaan Desai Komunikasi Visual, Program Pascasarjana

10
Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Jurnal Dekave Vol 9, No.1, 2016.
http://journal.isi.ac.id. 2 Oktober 2021.

LAMPIRAN

Gambar 1. Contoh Paper bag

[Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis]

Gambar 2. Contoh Label

11
[Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis]

Gambar 3. Contoh Produk

[Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis]

12

Anda mungkin juga menyukai