Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TELAAH KEBIASAAN MAKAN MASYARAKAT MINANG KABAU

Dosen Pengampu : Jayanti Dian Eka Sari, S.KM., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Uly Rifatul Mila (G42140780)

2. Iqroatul Jannah (G42140795)

3. Reny Dwi Refiana (G42140860)

4. Bilqis Makhmumul Qolbi (G42140871)

5. Ida Mawarda (G42140899)

6. Ellanda Rima Ervyanna (G42140911)

7. Nensi Salsabila Putri (G42140966)

8. Rigo Shendy Alvian (G42141035)

9. Wahyu Esa Khasanah (G42141247)

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

JURUSAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK

2014
BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Kebudayaan Minang kabau (baik yang lama maupun yang baru) merupakan
warisan nasional yang kita miliki yang berharga dan berperan dalam kehidupan
masyarakat, khususnya masyarakat Minangkabau itu sendiri. Menurut Kaswandi dkk.
(1994) Budaya merupakan gagasan yang menjadi pedoman yang berpengaruh bagi
manusia dalam bersikap dan berprilaku baik individu maupun kelompok. Kuliner
termasuk kebudayaan takbenda (intangible cultural heritage), karena hanya kelihatan
jika diperlihatkan. Inti dari kebudayaan takbenda adalah pengetahuan yang dimiliki
oleh pelaku budaya itu. Minangkabau memiliki keragaman budaya karena sistem
sosialnya mengenal adat selingka nagari, terutama dalam hal makanan dan pakaian
yang dapat memiliki ciri khas di setiap nagari. Disamping itu masyarakat di sumatera
barat, memiliki sejarah yang sangat panjang, konsep Minangkabau dapat dilihat dalam
konteks kebudayaan baru dan lama, mamangan adat Alam Takambang Jadi Guru
misalnya boleh jadi konsep yang berasal dari era Hindu, sedangkan konsep adat
basandi syarak, muncul semasa perang Paderi, kemudian muncul pula syarak basandi
adat (2010), dalam kongres kebudayaan (2010)(lihat tulisan Hadler, 2011). Disamping
itu daerah ini juga mengenal era zaman purba dengan bukti peninggalan megalitiknya.

Berdasarkan keadaan geografisnya daerah Minangkabau yang terbagi dua itu


yaitu daerah inti (darek) dan daerah rantau (pesisir barat dan pantai timur). Geografis ini
mempengaruhi tingkah laku, kebiasaan dan jenis makanan yang mereka konsumsi.
Makanan tradisi masyarakat Minangkabau dibedakan berdasarkan aktivitasnya yaitu
makanan yang dikonsumsi sehari-hari (untuk keseharian) dan makanan yang
dikonsumsi dalam berbagai upacara baik upacara adat maupun upacara agama dan hari
peringatan. Bahan atau materi kuliner berdasarkan yang tersedia pada lingkungannya,
yang terdiri dari flora dan fauna. Jenis makanan tradisi terutama yang dihidangkan
dalam upacara-upacara adat dan agama terdiri dari makanan pokok, lauk pauk dan
sayur-sayuran serta parabuang. Ciri utama dari lauk pauk makanan pokok dan
parabuang secara umum lauk pauknya berasa pedas dengan menggunakan bumbu yang
beragam, sedangkan parabuang (makanan penutup) umumnya memiliki rasa manis.
Proses pengolahan lauk pauk dan parabuang tersebut umumnya menggunakan waktu
yang lama dan memakai santan kelapa.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kebiasaan makan masyarakat minang kabau ditinjau dari food
taboo, food belief, dan food habit?
2. Apa dampak kebiasaan makan masyarakat minang kabau terhadap
kesehatan?
BAB II
DASAR TEORI
Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan, salah satunya adalah
kebudayaan Minangkabau. Kebudayaan Minangkabau merupakan warisan nasional
yang bernilai berperan dalam kehidupan masyarakatnya, khususnya masyarakat itu
sendiri. Setiap suku bangsa mempunyai ciri-ciri tertentu yang menggambarkan
kehidupan masyarakatnya. Menurut definisi baru kebudayaan adalah hasil kognisi
lingkungan, yang diturunkan agar pelaku budaya dapat hidup dalam habitatnya.
Minangkabau termasuk salah satu daerah yang kaya dengan budaya dan memberi warna
tertentu dalam sistem sosialnya. Salah satu warna yang khas budaya Minangkabau
adalah kulinernya. Masyarakat Minang juga dikenal dengan citarasanya yang pedas, dan
masakan ini populer di luar komunitasnya.

Kuliner yang dimiliki masyarakat Minang juga berkembang di kawasan-


kawasan lain seperti Riau, dan Jambi, dan dikenal juga di kalangan masyarakat
Indonesia dan atau nusantara. Di Malaysia khususnya di Negeri Sembilan Malaysia dan
Singapura, masakan ini juga sangat digemari. Bahan atau material kuliner umumnya
berasal dari lingkungan hidupnya. Material makanan tradisi yang berasal dari tanaman
dan tumbuh-tumbuhan anatara lain adalah; padi, carai, dan pulut disertai dengan kelapa,
cubadak, paku dan rabuang. Sedangkan makanan tradisi yang berasal dari hewan adalah
: kerbau, sapi, kambing, ayam, itik, ikan (ikan air tawar terutama di darek dan ikan laut
untuk pesisir).

Masyarakat Minangkabau adalah salah satu masyarakat yang telah berhasil


mengembangkan pengolahan berbagai sumber daya alamnya menjadi berbagai jenis
makanan, tetapi yang menarik jenis makanan berbahan dasar daging justru menjadi jenis
makanan yang lebih dominan. Ini menarik, karena masyarakat yang mengembangkan
budaya pertanian dan perdagangan, justru menjadikan daging sebagai konsumsi
utamanya. Makanan sebagai simbol material budaya dapat kita pahami dalam hal dua
sisi, yaitu makanan sebagai sesuatu yang telah menjadi tradisi budaya dalam kehidupan
sebuah masyarakat (life culture), dan makanan sebagai gaya hidup yang dijadikan
sebagai suatu budaya yang dikembangkan (style culture). Apabila sifatnya diwariskan
dari generasi ke generasi (generic), maka gaya hidup sebagai budaya sifatnya
dikembangkan secara kontekstual.

Secara ekologis, idealnya masyarakat pengkosumsi daging adalah masyarakat


yang lebih mengembangkan budaya pertenakan sebagai mata pencaharian utamanya,
sementara masyarakat yang lebih mengembangkan budaya pertanian justru akan akan
menjadi masyarakat pengkosumsi sayuran, ini justru berbeda dengan masyarakat
Minangkabau yang mengembangkan budaya pertanian dan perdagangan, justru
sebaliknya dimana daging akhirnya menjadi kosumsi utama. Bahkan sulit kita temukan
di setiap rumah makan Minangkabau yang akan menyugahkan berbagai jenis sayuran,
kecuali yang umum adalah pucuak parancih (daun singkong). Artinya ada sesuatu yang
berbeda (lokalitas) mengapa orang Minangkabau yang mengembangkan budaya
pertanian, justru menjadi masyarakat pengkosumsi daging.

Rapinya tatanan adat dan kuatnya pemahaman agama Islam di Minangkabau,


telah menjadikan suku di Minangkabau sebagai golongan masyarakat yang dalam
kehidupan bermasyarakatnya tidak terlepas dari upacara tradisionalnya. Bila penyajian
makanan yang disajikan dalam upacara adat, dalam hal ini bertujuan untuk
melaksanakan ajaran-ajaran tradisi yang telah dirasakan manfaatnya dalam kehidupan
masyarakat. Orang minangkabau percaya bahwa hidup di dunia tidak bisa sendiri, hal
ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk social yang hidupnya gotong-
royong, topang-menopang, dan berhubungan satu dengan lainnya. Arti dan fungsi
makanan di Minangkabau sangat komplek, hal ini menyangkut baik status sosial,
mental, dan kepribadian seseorang dalam menyantap hidangan saat berlangsung
upacara. Sangat positif sekali arti dan fungsi makanan secara tradisional ini adalah
tingginya kesadaran masyarakat tentang budaya makan dan kokohnya rasa kebersamaan
sehingga setiap ada upacara , mulai dari penyediaan dan pengolahan makanan
tradisional ini tetap dikerjakan bersama oleh kerabat dan tetangga.

1. Kuliner Sehari-hari

Masakan Minangkabau telah terlanjur dikenal masyarakat awam dengan sebutan


Masakan Padang, yang dikenal banyak menggunakan santan dan daging, memiliki rasa
pedas dari penggunaaan bumbu dan rempah-rempah.

Ciri utama dari lauk-pauk, makanan pokok dan parabuang; umumnya lauk
pauknya berasa pedas dengan bumbu yang beragam, sedangkan parabuang umumnya
manis. Proses pembuatan lauk pauk dan parabuang tersebut umumnya membutuhkan
waktu yang lama. Umumnya lauk-pauk dan parabuang memakai santan kelapa. Lauk
pauk yang dikonsumsi untuk upacara adat berbeda dengan lauk-pauk yang dikonsumsi
sehari-hari. Lauk pauk utama untuk upacara adat batagak pangulu adalah: gulai daging
sapi dalam dua macam; gulai merah dan gulai putih. Sedangkan parabuangnya; nasi
kuning, wajik, gelamai.

Resep makanan. Terdapat banyak resep, resep dan variasi masakan Sumatera
Barat berdasarkan daerah, kota atau kabupatennya, antara lain Bukittinggi, Padang,
Padang Panjang, Payakumbuh, Solok, Batusangkar, Agam, Dharmasraya dan
sebagainya. Meskipun beraneka ragam masakan Minangkabau bukan hanya berasal dari
kota Padang.
Bumbu Penyedap. Makanan masyarakat Minangkabau baik makanan sehari-hari
atau makanan tradisi, tidak mengenal bumbu-bumbu penyedap, bumbu-bumbu
pengawet dan bumbu-bumbu penyegar. Boleh dikata, tanpa disadarinya, mereka telah
terbebas dan terhindar dari efek samping bahan-bahan kimia yang kemudian terbukti
lebih banyak merusak tubuh dan kesehatan.

Cara Pembuatan. Berdasarkan cara pembuatannya makanan minangkabau itu


dirandang, digulai, dibakar, dilempap, direbus, diulam (makanan mentah).Cara
Menghidangkan. Cara menghidangkan makanan tradisi dalam upacara adat adalah:
langsung menghidangkan makanan pokok dan kemudian baru makanan parabuang. Pola
makanan tradisi Minangkabau di Sumatera Barat seperti di atas dalam
perkembangannya mengalami berbagai perubahan dan perkembangan dalam variasi:
material, pengolahan, penyajian dan cita rasa.

2. Kuliner untuk Upacara-upacara

Makanan dan minumana dalam pandangan suku Minangkabau, tidak hanya


sekedar memenuhi kebutuhan hidup, atau sekedar dalam upacara tradisi saja, namun
juga memiliki nilai-nilai lain dalam kehidupan individu atau kelompok. Berkaitan
dengan pandangan tersebut, orang Minangkabau membedakan makanan sehari-hari
dengan makanan untuk upacara dan peringantan.

Minangkabau adalah salah satu daerah yang kaya dengan rangkaian acara
tradisi. Diantaranya adalah upacara adat dan keagamaan. Upacara adat adalah wujud
gagasan kebudayaan yang turun temurun mengandung nilai budaya, aturan, norma, dan
hukum yang harus diikuti menjadi system social yang berlaku di suatu daerah. Contoh
upacara adat itu adalah

(1) Upacara batagak panghulu,

(2) Baralek (upacara perkawinan)

(3) Turun mandi (upacara kelahiran anak)

(4) Manando hari, (acara kematian)

(5) Acara keagamaan, dsb.

Dalam upacara-upacara adat dan agama terdiri dari makanan pokok: nasi dengan
lauk pauknya : daging, ikan dan sayur-sayuran. Parabuang (dessert/makanan penutup)
yang terdiri dari kue-kue. Sedangkan makanan tradisi yang berasal dari hewan adalah;
kerbau, sapi, kambing, ayam, itik, ikan (ikan air tawar terutama di darek dan ikan laut
laut untuk di pesisir). Jenis makanan tradisi terutama yang dihidangkan dalam upacara-
upacara adat dan agama terdiri dari makanan pokok: nasi dengan lauk pauknya; daging,
ikan dan sayur-sayuran. Parabuang (dessert/makanan penutup) yang terdiri dari kue-
kue.

3. Kuliner Hari Raya dan Hari Peringatan

Berbagai upacara atau acara yang disebutkan diatas telah dianut oleh
masyarakat secara turun temurun. Misalnya Contoh upacara keagamaan itu adalah
Maulid Nabi, sunat rasul, dll. Dari masing-masing upacara tradisi itu mempunyai urutan
tata cara dan setiap tata cara adat tersebut selalu ada jenis makanan yang dihidangkan.
Berdasarkan tradisi di daerah masing-masing, makanan yang dihidangkan ini biasanya
di atur dalam jamba, yang biasanya disebut dengan makana bajamba. Makanan dan
minuman yang disediakan juga memiliki nilai filosofis. Biasanya yang menjadi
makanan khas, itulah yang menjadi penanda masyarakat itu berasal dari luhak mana,
luhak tanah datar, luhak agam, atau luhak limo puluah koto.

Makanan untuk upacara agama (acara hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, Maulud
Nabi) biasanya; lemang, paniaram. Upacara-upacara yang spesifik seperti acara
perkawinan, turun mandi, sunatan makanannya lebih beragam dan tidak meninggalkan
jenis makanan yang harus ada. Lauk pauk untuk makanan sehari-hari umumnya lebih
beragam tergantung kepada selera dan kondisi.

4. Ciri Khas Makanan Tradisi Minangkabau

Masakan Minangkabau ini akan lebih nikmat jika cara membuatnya


menggunakan tunggu (bukan api kompor). Memasak makanan yang lezat merupakan
salah satu budaya dan kebiasaan masyarakat Minangkabau. Hal ini dikarenakan
seringnya penyelenggaraan pesta adat, yang mengharuskan penyajian makanan yang
nikmat. Masakan Minangkabau tidak hanya disajikan untuk masyarakat Minangkabau
saja, namun juga telah dikonsumsi oleh masya-rakat di seluruh Nusantara. Masakan
Minangkabau merupakan masakan yang kaya akan variasi bumbu. Oleh karenanya
banyak dimasak menggunakan bumbu dan rempah-rempah seperti cabai (cabe), serai
(sereh), lengkuas, kunyit, jahe, bawang merah, bawang putih. Kelapa merupakan salah
satu unsur pembentuk cita rasa masakan Minang. Bahan utama masakan Minang anatara
lain daging sapi, daging kambing, ayam, itik, ikan dan belut.

Orang Minangkabau hanya menyajikan makanan-makanan yang halal, sehingga


menghindari alkohol dan lemak babi. Selain itu masakan Minangkabau juga tidak
menggunakan bahan-bahan kimia untuk pewarna, pengawet, dan penyedap rasa. Teknik
memasaknya yang agak rumit serta memerlukan waktu yang cukup lama
menjadikannya sebagai makanan yang nikmat dan tahan lama, Contoh makanan atau
masakan khas tradisi Minangkabau adalah randang, simpadeh, dendeng batokok, gulai
kapau.
Gurih dan Pedas, Cita rasa utama ditemui pada masakan khas Minang adalah
gurih dan pedas. Rasa gurih dan pedas tersebut diperoleh dari Santan dan cabai merah
yang memang banyak dikonsumsi orang Minang. Rasa gurih dan pedas ini yang berasal
dari santan dan cabe, dapat dicampur dengan bahan baku apa saja, misalnya bahan baku
yang berasal dari hewani seperti; daging sapi, ayam atau bebek, ikan laut, ikan air tawar
termasuk telur ayam atau itik. Sementara sayurannya lebih banyak menggunakan
kacang panjang, daun singkong, pakis, nangka, buncis, serta petai dan jengkol.

Orang-orang Minang biasa menjual makanan khas seperti; randang, asampadeh,


soto padang, sate padang, dan dendeng balado di rumah makan yang dikenal dengan
Restoran Padang. Restoran Padang tidak hanya tersebar di seluruh Indonesia, namun
juga banyak terdapat di Malaysia, Singapura, Australia, Belanda, dan Amerika Serikat.
Salah satu maakan khas Minangkabau yang telah dinobatkan menjadi salah satu
masakan terlezat di dunia adalah Randang.

5. Jenis-jenis Makanan Tradisi Minangkabau

Terdapat banyak jenis dan variasi masakan Sumatera Barat berdasarkan daerah,
kota atau kabupatennya. Meskipun beraneka ragam masakan Minangkabau bukan hanya
berasal dari kota Padang, namun masakan Minangkabau terlanjur dikenal masyarakat
awam dengan masakan Padang. Setiap daerah mempunyai makanan dan minuman khas
dari masing-masing.

Makanan tradisi masyarakat Minangkabau baik di darek maupun di rantau


dibedakan berdasarkan atas aktifitas budaya yaitu; makanan tradisi yang dikonsumsi
untuk sehari-hari dan makanan tradisi yang dikonsumsi dalam berbagai upacara adat
maupun acara agama. Jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari terbagi atas:
Makanan utama, makanan selingan, Kue-kue tradisional dan aneka minuman khas
Minangkabau. Sedangkan makanan yang dihidangkan pada upacara adat atau agama
terdiri dari makanan pokok: nasi, dengan lauk pauknya dan parabuang yang terdiri dari
kue-kue dengan bahan dasar beras dan pulut.

Contoh makanan yang dihidangkan pada acara Adat perkawinan dari berbagai
daerah di Sumbar. Bukittinggi sebagai kota wisata kuliner. Kuliner yang disediakan di
kota tersebut diantaranya sebagai berikut, gulai cubadak, rendang daging, gulai rabuang,
randang talua ragi, randang, kalio, gulai toco, pangek cubadak, talua balado, talua dadar,
goring ikan, dakak-dakak ubi, singgang ayam, asam pedah dagiang, asam padeh ikan,
gulai ikan, ikan balado, gulai cubadak, gulai tauco, sala lauak, gulai kambing, gulai
putiah, bistik hati, samba lado, dendeng balado, gulai paku, gulai jariang, cancang.
Sedangkan contoh makanan yang dihidangkan untuk sehari-hari adalah Masakan
berikut merupakan hidangan utama yang dihidangkan dengan nasi. Di restoran masakan
Minang, makanan ini disajikan sekaligus di atas meja.

6. Makanan berikut dihidangkan tanpa nasi, dengan ketan, atau memakai ketupat

Randang, RandangLokan, Dendeng Balado, Dendeng Batokok, Gulai Tunjang,


Gulai paku, Gulai cubadak, Gulai itiak, Gulai banak, Gulai kambiang, Gulai manih,
Gulai pucuak ubi, Gulai Paku, Sapadeh Ikan, Sampadeh Dagiang, Gulai Kapau, Pangek
masin, Pangek padeh, Kalio dagiang, Kalio jariang, Sambalado tanak, Sambalado
matah, Cancang, Ikan balado, Ikan baka, Soto padang, Goreng baluik, Goreng lauak,
Palai Bada, Pangek Masin, Pangek Padeh.

7. Makanan Selingan

Sate Padang, Sate Pariaman, Sate Padang panjang, Pical, Dadiah, Lamang,
Lamang tapai, Katupek Pitalah, Katan durian, Katan sarikayo, Bubur kampiun, Bubur
kacang padi, Kolak kundua, Bubua Cino.

8. Kue-kue Tradisional

Galamai, Wajik, KipangKacang, Bareh Randang, Rakik Maco, Karupuak


Balado, Karupuak Jangek, Karupuak Sanjai, Karak kaliang, Palai Rinuak, Pergedel
Jaguang, Pensi, Wajik, Sarabi, Kue putu, Bika, Sarangbalam, Lamang Limo Kaum,
Dakak-dakak Simabua, Kue Sapik, Pinyaram, Lapek bugih, Lamangbaluluikmagek,
Batiah, Aluo, Kanji

9. Minuman

Es tebak, Es campua, Teh Talua, Cindua, Ampiang dadiah, Aia Aka


BAB III
PEMBAHASAN

1. Telaah kebiasaan makan masyarakat minang kabau

1. Food habit di masyarakat minang kabau

Sudah bukan rahasia lagi bahwa masakan padang itu memang enak, bahkan
masakan padang dengan gulai rendangnya merupakan masakan paling enak di seluruh
dunia , hal ini tidak dapat dipungkiri karena daging rendang yang dihasil dari masakan
tersebut telah dilumuri dengan berbagai macam rempah-rempah dan dimasak dengan
pola tersendiri.

Masyarakat Minangkabau adalah salah satu masyarakat yang telah berhasil


mengembangkan pengolahan berbagai sumber daya alamnya menjadi berbagai jenis
makanan, tetapi yang menarik jenis makanan berbahan dasar daging justru menjadi jenis
makanan yang lebih dominan. Ini menarik, karena masyarakat yang mengembangkan
budaya pertanian dan perdagangan, justru menjadikan daging sebagai konsumsi
utamanya.

Masakan Minangkabau telah terlanjur dikenal masyarakat awam dengan sebutan


Masakan Padang, yang dikenal banyak menggunakan santan dan daging, memiliki rasa
pedas dari penggunaaan bumbu dan rempah-rempah.

Ciri utama dari makanan pokok masyarakat minang kabau, lauk-pauk, dan
parabuang, umumnya lauk pauknya berasa pedas dengan bumbu yang beragam,
sedangkan parabuang umumnya manis. Proses pembuatan lauk pauk dan parabuang
tersebut umumnya membutuhkan waktu yang lama. Umumnya lauk-pauk dan
parabuang memakai santan kelapa. Lauk pauk yang dikonsumsi untuk upacara adat
berbeda dengan lauk-pauk yang dikonsumsi sehari-hari. Lauk pauk utama untuk
upacara adat batagak pangulu adalah: gulai daging sapi dalam dua macam: gulai merah
dan gulai putih. Sedangkan parabuangnya; nasi kuning, wajik, gelamai.

2. Food belief di masyarakat minang kabau

Menurut masyarakat minang seorang ibu yang sedang hamil lalu meminum air
kelapa muda, saat melahirkan anaknya bersih dari lemak. Jika ditinjau dari segi
kesehatan Manfaat air kelapa yaitu sebagai Elektrolit alami berfungsi mencegah
terjadinya dehidrasi pada ibu hamil. Selain itu kandungan kalium berperan penting
dalam menjaga tekanan darah dan kesehatan jantung. Air kelapa muda juga
mengandung protein, serat, mangan dan vitamin C yang sangat berperan untuk
meningkatkan metabolisme Ibu selama kehamilan. Air kelapa muda juga bermanfaat
untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi dari virus, bakteri, dan jamur karena air kelapa
mengandung asam lauric (asam yang memebantu melawan penyakit).

Selain itu, ibu hamil yang mengkonsumsi kacang hijau menurut masyarakat
minang kabau membuat anak yang dilahirkan kulitnya menjadi halus. Jika ditinjau dari
segi kesehatan Kacang hijau memiliki kandungan asam folat yang baik untuk
perkembangan syaraf janin. Selain itu kacang hijau juga dapat mengurangi resiko
terjadinya kelainan jantung pada bayi, bibir sumbing, dan kecacatan lainnya juga dapat
meningkatkan kecerdasaan pada bayi. Selain asam folat kacang hijau juga mengandung
protein dan karbohidrat, kalsium dan vitamin B1 dan B2 yang bermanfaat untuk
kesehatan janin.

3. Food taboo di masyarakat minang kabau


Menurut masyarakat minang kabau jika mereka sedang hamil, mereka memiliki
pantangan tidak boleh mengkonsumsi karak(nasi yang dikeringkan dan di goreng)
dikarenakan oleh masyarakat padang makanan tersebut dapat mengakibatkan placenta
menempel di rahim sang ibu dan mengakibatkan pendarahan. Padahal jika ditinjau dari
segi medis, makanan tersebut tidak mempengaruhi kondisi janin maupun rahim pada
ibu hamil. Karak tidak memiliki kandungan gizi yang cukup baik untuk ibu hamil
maupun janin, mungkin hal ini yang membuat nenek moyang masyarakat minang kabau
melarang ibu hamil untuk mengkonsumsi karak. Akan tetapi karak tidak mengakibatkan
placenta menempel di rahim sang ibu dan tidak mengakibatkan pendarahan.

2. Hubungan kebiasaan maka masyarakat padang dengan kesehatan

Bisa jadi dengan kenikmatan dari masakan itu maka beberapa program
pemerintah yang berkenaan dengan pola makan yang dilakukan oleh badan ketahanan
pangan sangat sulit diterapkan, kita sangat menyadari kondisi masakan minang selain
enak juga mempunyai permasalahan.
Hal ini apabila dikaitkan dengan kadar lemak yang dapat mengakibatkan
kolesterol tinggi, dan tanpa kita sadari di rumah sakit jantung harapan kita hampir 60 %
pasiennya adalah masyarakat sumatera barat ( Minang) hal ini sudah dapat
diindikasikan kondisi kesehatan ini tidak terlepas dari pola makan masyarakat minang.
Beberapa pogram yang sedang digalakkan oleh Badan Ketahanan Pangan yakni
program diversifikasi ( Penganekaragaman ) pangan, program ini sudah ditunjang oleh
kebijakan-kebijakan ( UU, PP, Permentan, Pergda, Pergub dll) pemerintah, akan tetapi
sampai saat ini program yang sudah didukung oleh dana milyaran rupaih tidak dapat
disebut berhasil, ternyata sampai saat ini pola konsumsi masyarakat sumatera barat
tidak ada perubahan sama sekali, dan bahkan terkesan kebijakan yang dilaksanakan itu
bukan untuk kita tetapi untuk orang lain.
Tanpa disadari bahwa ternyata pola makan menurut para ahli gizi sangat
mempengerahi tingkat intelektual generasi kedepan, sumatera barat sebagai daerah yang
menganggap belum makan apabila belum makan nasi ternyata memiliki konsumsi
energi lebih tinggi dari konsumsi nasional, akan tetapi konsumsi energi yang diperoleh
oleh masayarakat ini diperoleh dari beras dan terigu, beras ternyata tidak sepenuhnya
baik untuk tubuh, dimana kita ketahui kandungan gula pada beras apabila tidak
dimanfaatkan oleh tubuh dapat meningkatkan kandungan kolesterol pada tubuh, dan
dapat menjadi penyebab terjadi penyakit diabetes pada tubuh, oleh karena itu mari kita
mulai membangun pola makan yang beraneka ragam.
Indonesia bukan negara miskin lagi yang harus dihembuskan pola makan 4
sehat lima sempurna itu , tetapi mari kita atur pola makan dengan mencampur sayuran,
buah daging dan lain lain secara seimbang, pada makanan kita.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Makanan padang umumnya gurih dan lezat dan banyak mengandung lemak.
Kandungan kalori dari makanan Padang cukup tinggi sehingga dapat mencukupi
kebutuhan energi per hari. Namun masakan padang rendah serat, sehingga beresiko
tinggi menyebabkan penyakit kolesterol.

SARAN
Seharusnya masakan Padang harus diimbangi dengan makanan yang berserat
tinggi untuk menyeimbangkan makanan Padang yang tingi kolesterol. Sehingga
masyarakat Padang tidak beresiko tinggi terhadap penyakit jantung.
DAFTAR PUSTAKA
http://haudiya18.wordperss.com/2014/08/14/budaya-makanan-ciri-khas-minang-kabau/
Vanrenov.wordperss.com/2013/05/22/sulitnya-merubah-karakter-pola-makan-
masyarakat-minang/

Anda mungkin juga menyukai