Disusun Oleh :
Kelas : Gizi 2B
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Etika dan kebiasaan makan suku minang“.
Namun penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan partisipasi dalam penyempurnaanya dengan memberikan
kritik dan saran agar makalah ini dapat lebih terkonsep dengan baik.
Penulis sangat mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
kritik dan saran anda sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Kesimpulan............................................................................................................8
B. Saran......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Suku Bangsa Minangkabau adalah salah satu suku bangsa yang
terdapat di Indonesia. Suku bangsa ini sering disebut Suku minang yang
terdapat di Provinsi Sumatera Barat dan sekitarnya seperti sebagian daerah
riau, Jambi, bengkulu, Bahkan Negeri Sembilan, Malaysia. Salah satu
kekayaan Suku Bangsa Minangkabau adalah kekayaan kulinernya, bahwa dari
satu bahan dasar dapat diolah menjadi beberapa jenis masakan.
Kecenderungan orang minang menyukai makanan atau masakan yang pedas,
tetapi tidak semua orang Minang menyukai masakan pedas.
Pada umumnya, kebudayaan kuliner ini akan membentuk pola makan
baik individu maupun kelompok. Kuliner dalam suatu masyarakat berbudaya
memiliki makna simbolik dan diterima secara rutin sejak dini, dan biasanya
sulit untuk diubah. Dengan berkembangnya gaya hidup dan tingkat aktifitas
yang padat mendorong individu untuk melakukan berbagai hal yang lebih
praktis. Perubahan akibat berkembangnya gaya hidup individu maupun
kelompok ini berpengaruh pada pola makan atau kebiasaan makan.
Berkembangnya gaya hidup yang terjadi perlu diiringi dengan upaya
pelestarian dengan tujuan untuk mempertahankan sesuatu yang sudah ada.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Tradisi atau Budaya makan suku minang ?
2. Bagaimana Etika makan suku minang ?
3. Bagaimana Kebiasaan pola makan suku minang ?
4. Apa Saja makanan khas suku minang ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Tradisi dan Budaya makan suku minang
2. Untuk Mengetahui Etika makan suku minang
1
3. Untuk mengetahui Kebiasaan pola makan suku minang
4. Untuk mengetahui makanan khas suku minang
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tradisi dan Budaya Makan Suku Minang
Suku Minang ini memiliki Tradisi Makan bersama yang telah ada
sejak abad ke-7 Masehi yang biasa disebut dengan Makan Bajamba. Tradisi
makan ini pertama kali di lakukan di Daerah Koto Gadang, di Luhak nan
tangah, yang sekarang dikenal dengan kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Budaya makan ini mengikuti sunnah Rasulullah SAW yang ketika makan
selalu bersama. Dilihat dari Sejarah, Upacara adat Makan Bajamba ini sesuai
dengan teori Makkah yang menyatakan bahwa islam masuk ke Indonesia
sejak abad ke-7, melalui perdagangan-perdagangan arab di semenanjung
Sumatera.
Tradisi ini akan dilakukan setelah acara-acara adat selesai
diselenggarakan, seperti pesta perkawinan, pengangkatan penghulu, acara-
acara besar agama islam dan lain sebagainya. Tradisi makan bersama ini
berbentuk melingkar yang terdiri dari 3-7 orang, kemudian nasi dan lauknya
diletakkan di tengah. Penyelenggaraan tradisi ini memiliki makna tersendiri
yang dalam dan penuh arti yang memunculkan rasa kebersamaan tanpa
memandang status maupun gender.
Jamba atau dulang ini terbuat dari anyaman daun, yang dibawa oleh
kaum perempuan diatas kepalanya, ditutup dengan tudung saji yang terbuat
dari anyaman daun enau, dan diatasnya dilampiri dengan dalamak, kain
bersulam benang emas. Acara ini biasanya diadakan didalam ruangan besar
seperti aula atau gedung, dan diikuti mulai dari puluhan hingga ribuan orang.
Jamba diletakkan di tiap-tiap lingkaran orang, setiap lingkaran mempunyai 1
hamba ditengah-tengahnya.
Di atas jamba tersebut, tersedia pinggan nasi, dan piring-piring yang
berisi berbagai jenis makanan khas Minangkabau untuk disantap bersama-
sama. Sebelum ajang santap dimulai, biasanya didahului dengan berbagai
3
acara kesenian, seperti tarian daerah, berbalas pantun dan pembacaan ayat suci
Al-Quran. Untuk menu hidangannya, dikenal dengan nama “Samba Nan
Salapan”, yakni 8 jenis makanan, diantaranya gulai ayam, rendang, asam
padeh (anyang), gulai babat (paruik lauak), karupuk tunjuk balado, terung
buat digoreng pakai cabe, pergedel, dan ikan pang.
Perayaan Tradisi Makan Bajamba terbesar yang pernah dilakukan
adalah, ketika ulang tahun kota Sawahlunto yang ke-123. Peserta yang
mengikutinya adalah berjumlah lebih dari 16 ribu orang, hingga tercatat dalam
Museum Rekor Indonesia sebagai ajang makan bersama terbanyak dan
terpanjang.
4
nasi yang terjatuh. Sehingga, nasi itu harus segera diambil dengan tangan
kanan, kemudian dimasukkan kembali ke mulut . Untuk posisi duduk,
punggung juga harus tegap, tidak membungkuk.
d. Cara Duduk
Terdapat sedikit perbedaan tentang cara duduk ketika Makan
Bajamba bagi kaum pria dan wanita. Untuk pria, mereka harus duduk
bersila (Baselo) dengan badan yang tegap. Sedangkan untuk wanita, duduk
makan dengan cara bersimpuh, yakni selayaknya duduk diantara dua sujud
pada gerakan sholat.
e. Makanan Harus Habis
Adab yang terakhir adalah, semua makanan yang ada dalam Jamba
pada tiap-tiap lingkaran wajib dihabiskan, tidak ada yang boleh tersisa
meskipun hanya sebiji nasi atau sekeping lauk. Semuanya harus habis dan
bersih dari jamba. Ini juga merupakan cara kita menghormati orang yang
sudah memasaknya, dan juga bermakna rasa terima kasih kepada mereka.
5
Pada suku minang selera makan lebih diutamakan daripada
mempedulikan penyakit yang akan ditimbulkan oleh makanan tersebut. Suku
minang mempunyai kebiasaan untuk mengajak tamu yang datang ke
rumahnya untuk makan. Ada cerita bahwa tamu tidak boleh pulang kalau
belum makan dan makan bersama dengan anggota kelaurga minimal satu kali
sehari bertujuan untuk untuk mempertahankan ikatan keluarga.
6
lauk. Lauk yang biasanya disajikan dalam nasi Kapau ini sendiri adalah
lauk-pauk khas kapau. Kuliner ini tidak hanya terkenal di Sumatera Barat
saja bahkan di daerah Medan, Sumatera Utara.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suku Minang ini memiliki Tradisi Makan bersama yang telah ada
sejak abad ke-7 Masehi yang biasa disebut dengan Makan Bajamba. Tradisi
ini akan dilakukan setelah acara-acara adat selesai diselenggarakan, seperti
pesta perkawinan, pengangkatan penghulu, acara-acara besar agama islam dan
lain sebagainya. Tradisi makan bersama ini berbentuk melingkar yang terdiri
dari 3-7 orang, kemudian nasi dan lauknya diletakkan di tengah.
Penyelenggaraan tradisi ini memiliki makna tersendiri yang dalam dan penuh
arti yang memunculkan rasa kebersamaan tanpa memandang status maupun
gender.
Pada suku minang selera makan lebih diutamakan daripada
mempedulikan penyakit yang akan ditimbulkan oleh makanan tersebut. Suku
minang mempunyai kebiasaan untuk mengajak tamu yang datang ke
rumahnya untuk makan. Ada cerita bahwa tamu tidak boleh pulang kalau
belum makan dan makan bersama dengan anggota kelaurga minimal satu kali
sehari bertujuan untuk untuk mempertahankan ikatan keluarga.
B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang makalah ini, diharapkan para
pembaca dapat mengetahui dan memahami juga mengenali mengenai etika
makan dan kebiasaan yang sering dilakukan oleh suku minang seperti yang
telah dibahas pada makalah ini. Penulis juga berharap semoga ilmu ini dapat
dimanfaatkan sebagai ilmu pengetahuan dan diterapkan ketika suatu saat pergi
ke Suku Minang.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, N. I. (2013). STRATEGI ADAPTASI ORANG MINANG TERHADAP
BAHASA,MAKANAN, DAN NORMA MASYARAKAT JAWA.
Komunitas 5 , 26-37.
Minangku. (2021, November 4). Makan Bajamba, Tradisi Makan Bersama Sejak
Abad Ke-7. Diambil kembali dari https://minangku.com/.
Sonia. (2021, Februari 26). Kenali adab makan di Minangkabau. Diambil kembali
dari https://padangkita.com/.