Anda di halaman 1dari 21

SOSIOLOGI ANTROPOLOGI GIZI

Kajian Tentang Pola Konsumsi Makanan Utama Masyarakat


Desa Sembung Gede Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan

Oleh :
NI MADE AYU SANTHI NARESWARI
P07131221072

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah anugerah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kajian Tentang Pola
Konsumsi Makanan Utama Masyarakat Desa Sembung Gede Kecamatan Kerambitan
Kabupaten Tabanan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Dr. I
Putu Suiraoka, SST, M.Kes pada mata kuliah Sosiologi Antropologi Gizi. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pola konsumsi makanan utama
masyarakat Desa Sudimara bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. I Putu Suiraoka, SST, M.Kes, selaku
dosen Sosiologi Antropologi Gizi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tabanan, 23 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................................3
BAB II PROFILE DESA ..................................................................................................4
BAB III KEBIASAAN MAKAN .....................................................................................6
A. Cara mendapatkan sumber pangan .......................................................................6
B. Pemilihan Bahan Makanan ..................................................................................7
C. Penyusunan Menu Makanan Sehari-hari ..............................................................7
D. Pengolahan dan Penyajian Makanan ....................................................................7
E. Pendistribusian Makanan ......................................................................................7
F. Frekuensi Makan Sehari-hari ................................................................................8
G. Tabu atau Pantangan Makan .................................................................................8
H. Nilai Sosial Makanan ............................................................................................8
BAB 1V POLA KONSUMSI MAKANAN UTAMA .....................................................9
A. Makanan Pokok ....................................................................................................9
B. Hidangan Pelengkap ...........................................................................................10
C. Selingan atau Kudapan .......................................................................................12
BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
POLA KONSUMSI ........................................................................................................14
A. Letak Geografis...................................................................................................14
B. Faktor Budaya .....................................................................................................14
C. Faktor Pengetahuan dan Sumber Informasi ........................................................15
D. Faktor Ekonomi ..................................................................................................15
BAB VI PENUTUP ........................................................................................................16
A. Kesimpulan ........................................................................................................16
B. Saran ..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia (laut sekitar, di
antara,dan di dalam kepulauan Indonesia) menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.
Dan Indonesia sebagai negara kepulauan, telah diakui dunia internasional melalui
konvensi hukum laut PBB ke tiga, United Nation Convention on the Law of the Sea
1982 (UNCLOS 1982), kemudian diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-
Undang No.17 Tahun 1985. Secara geografis Indonesia membentang dari 6o LU
sampai 11 o LS dan 92 O
sampai 142O BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil
yang jumlahnya kurang lebih 17.504 pulau.Tiga per-empat wilayahnya adalah laut
(5,9 juta km2),dengan panjang garis pantai 95.161 km, terpanjang kedua setelah
Kanada.

Indonesia mempunyai tiga letak. Yaitu letak secara astronomis, secara


geografis, dan secara geologis. Secara astronomis, Indonesia terletak pada 6°LU -
11°LS dan 95°BT - 114°BT. Sedangkan letak Indonesia secara geografis adalah
terletak diantara Samudra hindia dan Samudra pasifik. Yang terakhir adalah letak
Indonesia secara geologis, Letak Indonesia secara geologis merupakan letak yang
berdasarkan batuan dalam bumi. Kondisi geologis di Indonesia merupakan kondisi
berdasarkan batuan, dan indonesia mempunyai banyak pulau dengan kondisi geologis
menarik karena gugus kepulauannya terbentuk akibat tumbukan antara berbagai
lempeng tektonik besar.

Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dengan


populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020. Indonesia juga merupakan
negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah total mencapai 17.504 pulau. Bali,
merupakan salah satu pulau yang dimana dimiliki Indonesia. Bali sudah terkenal luas
di mancanegara karena keindahan, kebudayaan, serta keseniannya yang masih sangat
kental. Bali juga masih menjunjung tinggi adat istiadat yang diwariskan turun menuru
dari leluhurnya. Salah satu kebudayaan yang bisa kita jumpai di Bali adalah makanan
khasnya. Makanan khas ini biasanya disajikan di hari-hari tertentu atau di upacara –

1
upacara tertentu. Makanan – makanan khas ini dapat berupa makanan pokok seperti
nasi, lauk seperti babi guling, sayuran seperti jukut gonde, bahkan kudapan/selingan
seperti klepon.

Bali memiliki 8 kabupaten dan 1 kota madya. 57 kecamatan, 80 kelurahan,


dan 636 desa. Dimana Tabanan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Bali.
Kabupaten Tabanan terletak di sebelah selatan. Yang dimana di daerah Kabupaten
Tabanan terkenal dengan “Lumbung Padi”. Pada Kecamatan Kerambitan dibagi lagi
menjadi beberapa dusun, yang diantaranya meliputi ; Dusun Br. Sarasidi, Dusun Br.
Sembung Gede, Dusun Br. Batuaji Kelod, Dusun Br. Batuaji Kawan, Dusun Br.
Sembung Meranggi, Dusun Br. Mandung, Dusun Br. Sembung Kumpi. Pada daerah
saya tinggal Kecamatan Kerambitan dikenal dengan adanya “Subak”. Di Bali,
kelompok yang mengkordinasikan sistem pengaturan dan penggunaan air irigasi
dikenal dengan sebutan subak. Cantika (1985) menyatakan bahwa subak merupakan
organisasi tradisional yang mampu mengelola air irigasi dari empelan yaitu suatu
bangunan dengan pengambilan air di sungai yang dibangun oleh subak secara
swadaya, sampai ke petak sawahnya.Keunggulan subak sebagai suatu sistem irigasi
yang dikelola petani secara swadaya untuk semusim, khususnya padi, telah banyak
diulas dalam berbagai tulisan.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut
gambaran pola konsumsi makanan masyarakat yaitu “Kajian Tentang Pola Konsumsi
Makanan Utama Masyarakat Desa Sembung Gede Kecamatan Kerambitan Kabupaten
Tabanan".

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kebiasaan makan masyrakat Desa Sembung Gede?
2. Bagaimanakah pola konsumsi makanan utama masyarakat Desa Sembung
Gede?
3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pada masyarakat
Desa Sembung Gede?

2
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui kebiasaan makan masyarakat pada Desa
Sembung Gede.
2. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti dari pola konsumsi makanan utama
pada masyarakat Desa Sembung Gede.
3. Agar mahasiswa mengetahi faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pada
pola konsumsi masyarakat Desa Sembung Gede.

3
BAB II
PROFILE DESA

Gambar 1. Logo Desa Sembung Gede

Sumber: SEJARAH SINGKAT DESA SEMBUNG GEDE | Desa Sembung Gede

I. Aspek Geografis
Desa Sembung Gede memiliki luas daerah 6,83 km2 yang merupakan 16,11%
dari kecamatan dan 0,81% dari luas kabupaten. Kecamatan Kerambitan merupakan
salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan, terletak kurang lebih 4 km di
sebelah barat kota Tabanan. Kedudukannnya sangat strategis karena merupakan salah
satu kecamatan penyangga ibu kota Kabupaten Tabanan. Disamping itu Kecamatan
Kerambitan juga merupakan daerah yang sangat potensial di bidang agrowisata
karena wilayahnya merupakan kawasan pertanian dan perkebunan yang cukup luas.

Kecamatan Kerambitan juga terdiri dari 90 Banjar Dinas dan 28 Desa


Pekraman. Batas-batas Kecamatan Kerambitan adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kecamatan Penebel


 Sebelah Timur : Kecamatan Tabanan
 Sebelah Selatan : Lautan Indonesia
 Sebelah Barat : Kecamatan Selemadeg Timur

Kondisi geografis Kecamatan Kerambitan sangat menuntut suatu bentuk


pelayanan yang optimal dan kesiapan dari aparat yang melaksanakan pelayanan. Pusat

4
Pemerintahan Kecamatan Kerambitan berada di Desa Sembung Gede. Kecamatan
Kerambitan dipimpin oleh seorang Camat, yang dalam melaksanakan tugasnya
bertanggungjawab langsung kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, sesuai dengan
Perda Kabupaten Tabanan Nomor : 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan susunan
Organisasi Kecamatan Pemerintah Kabupaten Tabanan.

II. Mutasi Penduduk


Besarnya pertumbuhan penduduk pada suatu kota atau kecamatan
sangatlah penting. Potensi dari suatu yang perlu di daya gunakan secara optimal,
bila tidak ia akan menjadi beban didalam pembangunan. Begitu pula dengan
potensi penduduk yang ada di wilayah Desa Sembung Gede. Adapun jumlah
penduduk di Kecamatan Kerambitan pada tahun Desember 2021 adalah sebanyak
39.360 jiwa, adapun rinciannya, sebagai berikut :
- Jumlah Wanita : 19.970 jiwa
- Jumlah Laki – laki : 19.390 jiwa
- Jumlah KK : 1.192

Adapun jumlah penduduk di Desa Sembung Gede pada tahun 2016 adalah
berjumlah 3.937 jiwa. Yang dimana perinciannya, sebagai berikut :

- Jumlah Wanita : 1.997 jiwa


- Jumlah Laki – laki : 1.940 jiwa
III. Persebaran Penduduk
Desa Sembung Gede terletak di Kecamatan Kerambitan, Kabupaten tabanan,
Povinsi Bali. Jumlah penduduk desa sebanyak 3985 jiwa dengan sebagian besar
bermatapencaharian sebagai petani. Sebagian kecil penduduknya mencari nafkah
sebagai buruh di industri sedang dan industri-industri kecil yang ada di desa.
Disamping itu ada pula yang membuat kerajinan rumah tangga. Desa Sembung Gede
menghasilkan beberapa komoditi pertanian seperti padi, jagung, singkong, kacang
panjang, mentimun dan terong.

IV. Iklim
Suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara 25,6 oC sampai 29,0 oC dengan
rata-rata adalah 27,45 oC. Kelembaban udara bulanan di lokasi penelitian berkisar
dari 75% sampai 85% dengan rata-rata adalah 79,88%. Kecepatan angin rata-rata di

5
lokasi penelitian sebesar 6,25 knot dengan rentang kecepatan angin antara tiga sampai
sembilan knot dengan arah angin rata-rata berasal dari timur.

BAB III

KEBIASAAN MAKAN

A. Cara Mendapatkan Sumber Pangan

Gambar 2. Sawah Desa Mandung

Cara mendapatkan sumber pangan makanan di Desa Sembung Gede,


Kerambitan adalah sebagian besar penduduknya hasil dari pertanian, perkebunan, dan
perternakannya tersendiri. Di Desa Sembung Gede masih memiliki beberapa sebagian
persawahan untuk mendapatkan sumber pangan makanan walaupun sudah sebagian
besar di bangun menjadi perumahan, sedangkan pada hasil perkebunan setiap
masyarakat di Desa Sembung Gede memiliki “tegal” atau bahasa indonesianya kebun
sendiri yang dimana kebun itu biasanya ditanami dengan berbagai macam buah –
buahan atau berbagai macam pohon yang bisa dikonsumsi.

Berdasarkan yang saya amati dari keluarga saya sendiri memiliki tegal yang
dimana banyak ditanami oleh buah pisang, buah duku, buah jambu air, dan masih
banyak lainnya. Sedangkan pada hasil perternakan, yang saya amati di lingkungan
saya yaitu mayoritas memelihara ayam, babi, dan sapi. Untuk memenuhi kebutuhan
lauknya, masyarakat biasanya bisa memasak sendiri dirumah dengan memetik hasil
perkebunannya atau juga bisa masyrakat membelinya diwarung terdekat atau pasar
terdekat atau biasanya dominan masyarakat pada pagi hari membeli sayur dipasar
kemudian dimasak dirumah masing – masing, sedangkan pada malam hari masyarakat

6
di Desa Sembung Gede biasanya memilih untuk pergi membeli makanan diluar
sekaligus menghabiskan waktu dengan keluarganya.

B. Pemilihan Bahan Makanan


Di Desa Sembung Gede, pemilihan bahan makanan biasanya dilakukan oleh
para ibu rumah tangga masing – masing. Mereka juga biasanya dapat menyusun menu
makanan setiap hari jikalau tidak ada halangan pekerjaan dan menyajikan makanan
secara sendiri. Di Desa Sembung Gede, biasanya masyrakat menentukan bahan pokok
makanannya yaitu nasi putih. Sedangkan untuk lauknya biasanya, dominan memilih
telur goreng, ayam sisit, atau tempe manis orek. Lalu untuk sayur, biasanya
masyarakat memilih untuk memetik atau mencari langsung di kebun masing – masing
yang ditanam sekaligus bisa menghemat biaya pengeluaran. Sayuran yang dominan
biasanya di olah di desa saya adalah sayur kangkung, sayur gonda, sayur kelor, dan
sayur paku.

C. Penyusunan Menu Makan Sehari – hari


Untuk penyusunan menu makanan sehari – hari di Desa saya adalah dengan
cara penyesuaian dari jumlah penghasilan pendapatan masing – masing keluarga
setiap harinya. Sehingga menimbulkan berbagai macam variasi menu makanan setiap
harinya karena berpatokan pada hasil sumber pendapatan setiap harinya pada keluarga
masing – masing.

D. Pengolahan dan Penyajian Makanan


Pada pengolahan dan penyajian makanan pada Desa Sembung Gede tidak
terdapat cara khusus. Pengolahan dan penyajian makanan dilakukan seperti biasanya
secara normal. Dalam pengolahan lauk ataupun sayur biasanya dengan cara dikukus,
direbus, digoreng, maupun secara dibakar. Untuk penyajian makanan yang saya amati
pada keluarga saya adalah menyajikan makanan selagi hangat selesai dimasak di atas
meja makan atau biasanya langsung dimasukkan ke dalam “Grodag” atau biasanya
disebut dengan ruang khusus untuk tempat makanan.

E. Pendistribusian Makanan
Pada proses penditribusian makanan dalam keluarga, pada masyarakat di Desa
Sembung Gede biasanya ada yang dahulu diprioritaskan seperti ayah atau suami

7
karena ayah merupakan kepala keluarga dan sumber dari segala sumber penghasilan
dan pengeluaran pendapatan dan juga terdapat seperti tidak ada yang diprioritaskan
untuk makan atau makanan terlebih dahulu semuanya disama ratakan. Dalam
keluarga saya yang saya amati, di dalam keluarga saya tidak ada yang di prioritaskan
dan tidak ada waktu khusus dalam makan. Kecuali pada hari raya besar atau hari raya
kecil tertentu, yang saya amati di Desa Sembung Gede sebagian besar melakukan
makan secara bersama – sama.

F. Frekuensi Makan Sehari – hari


Frekuensi makan sehari – hari pada masyarakat Desa Sembung Gede, yaitu
secara setiap hari. Berdasarkan yang saya amati dikeluarga saya sendiri, pola waktu
makan pada keluarga saya biasanya pukul 07.00 - 10.30 untuk makan pagi, untuk
makan siang biasanya berbarengan dengan waktu makan sore sekitar pada pukul
13.00-18.00, dan untuk waktu makan malam biasanya tidak teratur, seperti ada yang
makan malam pada pukul 20.00-22.00 malam.

G. Tabu atau pantangan makan


Seperti pada umumnya mayoritas agama di Desa Sembung Gede adalah
agama Hindu. Dimana pada agama Hindu disebutkan bahwa tida boleh mengonsumsi
daging sapi. Di Desa Sembung Gede juga tidak mengonsumsi daging sapi,
dikarenakan dalam agama Hindu hewan sapi merupakan hewan suci yang hanya
boleh digunakan pada saat upacara keagamaan tertentu. Mitos yang pernah saya
dengar, jikalau kita secara tidak sengaja mengonsumsi daging sapi setelah itu kita
harus keramas dan saya juga pernah mendengar jikalau kita mengonsusmi daging sapi
mengalami sakit. Maka dari itu, sebagian masyarakat Desa Sembung Gede tidak
mengonsumsi daging sapi hanya mengonsumsi daging ayam, babi ataupun kambing.

H. Nilai Sosial Makanan


Di Desa Sembung Gede memiliki nilai sosial makan yang bisa dibilang baik,
seperti dimana pada saat kita melakukan masak dan selesai masak biasanya mereka
akan menghaturkan sesajen yang biasanya disebut dengan “Banten Saiban”. Yang
dimana banten ini memiliki tujuan yang berdasarkan saya pernah dengar artinya
adalah rasa syukur rahmat amerta atau makanan yang telah kita terima dari Tuhan dan
biasnaya dihaturkan kepada para dewa dan leluhur. Berdasarkan yang saya amati di
dalam keluarga saya biasanya juga menghaturkan yang namanya “sode” atau bisa

8
dibilang mirip dengan punjung, tetapi dalam sode biasanya hanya simple saja seperti
terdapat kopi, air putih, nasi yang berisikan lauk pauk yang telah kita masak, dan jajak
basah. Jika terdapat hari raya biasanya ditambahkan dengan rokok dan lekesan. Pada
hal nya, masyarakat di Desa Sembung Gede tidak mengonsumsi daging sapi sama hal
umumnya dalam agama Hindu.

BAB IV

POLA KONSUMSI MAKANAN UTAMA

A. Makanan Pokok

Gambar 3. Nasi putih

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Nasi.

Secara umum seluruh masyarakat Indonesia mengonsumsi nasi sebagai


makanan pokok dalam hal apapun itu, begitu juga sebaliknya dengan sebagian besar
masyarakat di Desa Sembung Gede juga mengonsumsi nasi putih sebagai makanan
pokok. Ada juga beberapa yang mengkonsumsi beras merah. Beras memiliki berbagai
macam pilihan sesuai dengan pilihannya, seperti beras putih, beras hitam, beras
merah, dan beras ketan.

Pada masyarakat Desa Sembung Gede biasanya umumnya beras putih diolah
menjadi bubur untuk dimakan di pagi hari ataupun diolah biasa menjadi nasi. Baik
beras putih diolah menjadi bubur ataupun nasi memiliki segudang manfaat kesehatan
bagi tubuh. Nasi adalah beras (serelia) yang telah direbus atau ditanak. Pada
umumnya, warna nasi adalah putih bila beras yang digunakan adalah berwarna putih.
Nasi merupakan makanan pokok bagi masyarat Indonesia, karena hampir semua
wilayah di Indonesia adalah mengonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Nasi

9
mengandung karbohidrat (76,40 - 7,64%) dan air (12,67 - 14,52%), sehingga manfaat
nasi putih menjadi sumber tenaga utama yang cepat dan mudah diserap tubuh karena
nasi dapat dicerna menjadi glukosa. Indonesia adalah negara pengekspor beras
terbesar di dunia. Sekitar 14% padi yang beredar di pasaran dunia berasal dari negara
kita. Pada pola makan masyarakat Desa Sembung Gede biasanya penyajian nasi
ataupun bubur disajikan dengan hidangan pelengkap berupa lauk dan sayur. Dan juga
di Desa Sembung Gede memiliki nasi yang cukup khas dan populer dikalangan
masyarakat desa maupun luar desa yaitu “ Nasi Angin” yang dimana terdiri dari lauk
ayam sisit, bek manis, sambal, mie goreng, dan juga mendapatkan kuah ayam dan
hanya dijual pada malam hari saja.

B. Hidangan Pelengkap
Untuk memenuhi dari makanan pokok sebelumnya, diperlukan hidangan
pelengkap dalam menyajikan makanan yang berupa hidangan lauk, sayur, dan gorengan.
1) Lauk hewani

Gambar 4. Ayam sisit


Sumber: https://sweetrip.id/kuliner/resep-ayam-sisit-bali/.
Berdasarkan yang saya amati di keluarga saya, jenis lauk hewani yang
sering biasa dikonsumsi di keluarga saya dan dikalangan masyarakat adalah
ayam sisit. Hal ini dikarenakan mudah di dapatkan harga terjangkau dan
mudah dalam cara pembuatan. Yang saya amati di keluarga saya, ayam sisit
biasanya juga dapat dicampur dengan sambal matah. Cara pembuatan dari
ayam sisit sambal matah pun sangat mudah dengan cara memotong 3 siung
bawang merah dan 2 cabe merah biasa kemudian dicampurkan dengan minyak
goreng panas, kemudian dicampurkan.

10
Selain dari lauk hewani, masyarakat juga mengkonsumsi lauk nabati.
Dimana masyarakat dominan mengkonsumsi tempe goreng dan tahu goreng.

2) Sayuran

Gambar 5. Sayur Kelor


Berdasarkan yang saya amati dari keluarga saya dan sebagian
masyarakat Desa Sembung Gede lebih dominan mengonsumsi jukut kelor atau
sayur kelor yang dimana merupakan hasil panen sendiri dari kebun, adapun
juga sebagian masyarakat mengonsumsi jukut gonda atau sayur gonda. Selain
itu, daun kelor juga banyak memiliki manfaat yang bagus bagi kesehatan
tubuh. Jukut kelor biasanya diolah dengan cara di rebus kemudian disajikan
seperti hidangan soup, yang dimana bahannya terdiri dari bawang
putih,bawang merah, garam, masako, dan cabe rawit biasa.

3) Gorengan

11
Gambar 6. Perkedel jagung
Perkedel jagung biasanya meningkatan selera makan serta memiliki rasa
yang gurih dan renyah. Gorengan biasanya dapat berupa kerupuk ataupun
perkedel. Berdasarkan yang saya amati dikeluarga saya menyukai kedua hal
gorengan tersebut seperti kerupuk ataupun perkedel jagung dan perkedel
kentang.

C. Selingan atau Kudapan


Dari semua pola konsumsi makanan maka diperlukan bahan pelengkap manis
seperti selingan atau kudapan yang biasanya disebut camilan atau makanan selingan
yang terdiri dari bahan manis tetapi sehat. Camilan yang sehat mengandung kalori,
lemak, gula yang rendah, dan serat yang cukup. Makanan selingan yang biasanya
dikonsumsi masyarakat Desa Sembung Gede adalah Jajak bali dan sumping. Dan
berdasarkan yang saya amati dari keluarga saya menyukai mengonsumsi Kue Cucur
yang buat secara sendiri dirumah.

1. Jajak bali

Gambar 6. Jajak bali


Jajak bali merupakan jajajan tradisional Bali yang biasanya terdiri dari ongol-ongol,
jajak giling, bubur sumsum, pisang rai, lukis, zparutan kelapa dan seasoning akhir
ditaburi dengan cairan gula merah. Biasanya jajak bali dapat dijumpai di pasar
tradisional atau di pinggir jalan raya desa. Berdasarkan yang saya amati di Desa

12
Sembung Gede penjualan jajak bali biasanya pada pukul sore hari sekitar pukul
15.00.
2. Lak-lak

Gambar 7. Lak-lak
Jaje laklak adalah jajanan tradisional khas Bali yang sering dijual di pasar
tradisional atau pasar senggol di Bali. Jaje laklak mirip dengan serabi di Jawa, tetapi
memiliki perbedaan bahan dan topping. Bahan untuk pembuatan jaje laklak adalah
tepung beras yang dicampur air dan pewarna alami seperti daun suji. Kue ini disajikan
dengan gula merah yang dicairkan atau yang sering disebut kinca dan taburan kelapa
parut. Ada dua jenis jaje laklak yaitu jaje laklak berwarna hijau dan jaje laklak
berwarna putih.

13
BAB V

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA KONSUMSI

A. Letak Geografis
Kecamatan Kerambitan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di
Kabupaten Tabanan, terletak kurang lebih 4 km di sebelah barat kota Tabanan.
Kondisi geografis Kecamatan Kerambitan sangat menuntut suatu bentuk pelayanan
yang optimal dan kesiapan dari aparat yang melaksanakan pelayanan. Pusat
Pemerintahan Kecamatan Kerambitan berada di Desa Sembung Gede. Kecamatan
Kerambitan dipimpin oleh seorang Camat, yang dalam melaksanakan tugasnya
bertanggungjawab langsung kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, sesuai dengan
Perda Kabupaten Tabanan Nomor : 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan susunan
Organisasi Kecamatan Pemerintah Kabupaten Tabanan.

Desa Sembung Gede merupakan daerah yang memiliki iklim tropis dan
memiliki 2 musim pada umumnya yaitu, musim hujan dan musim kemarau. Curah
ujan di Desa Sembung Gede rata – rata 524,50 mm/tahun dengan memiliki suhu
sekitar 25oC – 30OC. Di desa Sembung Gede masih asir dengan daerah persawahan
sehingga sebagian kecil penduduknya berprofesi sebagai petani. Desa Sembung Gede

14
juga memiliki tempat wisata yang paling banyak dikunjungi oleh penduduk desa
maupun penduduk luar seperti tempat wisata Pantai Kelating dan Pantai Pasut.

B. Faktor Budaya
Pada pola kebiasaan makan pada Desa Kerambitan tidak memiliki pola
kebiasaan makan dan ada juga yang memiliki pola kebiasaan. Berdasarkan yang saya
amati pada keluarga saya, tidak memiliki pola kebiasaan makan melakukan makan
sama seperti hari biasanya. Dan juga ada beberapa masyarakat pada hari – hari raya
besar tertentu seperti Galungan, Kuningan, dan pagerwesi memiliki tradisi setiap
sembahyang akan melakukan makan bersama dengan keluarga besarnya. Yang
bertujuan untuk memperat hubungan persaudaraan antar keluarga/masyarakat dan
juga meminta berkah yang sudah kita haturkan kepada dewa dan leluhur kita.

C. Faktor Pengetahuan dan Sumber Informasi


Berdasarkan yang saya amati di Desa Sembung Gede rata – rata banyak
menjadi ibu rumah tangga. Dikarenakan sebagian zaman dulu masyarakat
menamatkan sekolahnya hanya sampai dengan SD, SMP, ataupun SMA. Pernanan ibu
rumah tangga dizaman sekarang sangatlah penting seperti halnya menyiapakan bekal
anak sekolah, menyajikan makanan, dan membuatkan makanan untuk keluarga. Lepas
dari peran ibu rumah tangga , tidak hanya mengurus pekerjaan rumah saja. Di zaman
sekarang dunia teknologi sudah semakin canggih yang dimana peran Ibu Rumah
Tangga bisa menjual berbagai macam produk atau prodak secara online dari berbagai
macam flatfrom media sosial. Berdasarkan yang saya amati di keluarga saya sebagian
besar memiliki pendidikan yang cukup tinggi yaitu lulusan Sarjana Muda (S1).

D. Faktor Ekonomi
Pada Pasar Kerambitan yang letaknya di Desa Kerambitan, Kecamatan
Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja,
dengan alasan bahwa Pasar Kerambitan, Tabanan merupakan salah satu
pasar .tradisional, yang letaknya sangat strategis karena berada di tengahtengah desa
yang menghubungkan beberapa desa. Tepatnya di depan Puri Agung Kerambitan dan
lokasinya tidak jauh dari pusat keramaian. Sebagaian masyarakat desa Kerambitan
bermata pencarian sebagai petani dan ada juga yang bekerja sebagai pegawai negeri.

15
Masyarakat juga memiliki pendapatan dari range kecil – sedang – hingga cukup tinggi
yang menyebabkan tingkat kesehatan penduduknya bisa dibilang tergolong baik.

BAB VI
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Kebiasaan makan masyrakat di Desa Sembung Gede adalah dipengaruhi
berbagai cara seperti bagaimana cara mendapatkan sumber pangan, pemilihan bahan
makanan yang sehat dan bagus, bagaimana cara dalam pengolahan dan penyajian
makanan, cara menyusun menu makanan sehari – harinya, dan juga frekuensi makan
sehari – hari pada setiap masyarakat dan juga memiliki nilai sosial makan.
Sebagain besar penduduk Desa Sembung Gede makanan pokoknya adalah
nasi, lauk nabati dan lauk hewaninya adalah ayam sisit, tempe goreng, dan tahu
goreng. Untuk sayur sebagian masyarakat mengonsumsi “jukut kelor” atau sayur
kelor yang merupakan hasil panen tanaman sendiri di kebun. Faktor – faktor yang
mempengaruhi pola konsumsi makan pada masayarakat Desa Sembung Gede adalah
faktor geografis, faktor ekonomi, faktor budaya, dan faktor pengetahuan dan sumber
informasi.

1.2 Saran

16
Dengan adanya dibuat makalah berjudul “Kajian Tetnag Makanan Utama
Pada Masyarakat Desa Pola Konsumsi Desa Sembung Gede Kecamatan Kerambitan
Kabupaten Tabanan. Saya berharap adanya penyuluhan mengenai pola makan yang
baik dan benar kepada seluruh masyarakat desa. Sehingga semakin luas dan banyak
menciptakan keturunan generasi masa depan yang cemerlang dan bagus karena
adanya pola makan konsumsi yang benar, sehat, bergizi, seimbang dan higenis.

DAFTAR PUSTAKA

Pudja Pratiwi Rina Ida Ayu, Widia I Wayan, dan Nada I Made. 2016. Desa Sembung Gede
dalam Pengembangan Usaha Kripik Singkong. Universitas Udayana.

Dr. I Nyoman Gede Wardana, M.Biomed. 2015. PELAYANAN KESEHATAN SECARA


CUMA-CUMA BAGI MASYARAKAT BANJAR TENGAH DESA
KERAMBITAN KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN
TABANAN. Universitas Udayana.

Wikipedia. 2021. Sembung Gede, Kerambitan, Tabanan.

Lasabuda Ridwan.2013. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam perspektif Negara
Kepulauan Republik Indonesia. Vol 1-2. Universitas Sam Ratulagi.

Andayani Istri Anak Agung, Martono Edhi, dan Muhamad. 2017. Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Desa dan Implikasinya terhadap Ketahanan Sosial
Budaya Wilayah. Vol 23. No 1. Universitas Gadjah Mada.

17
Aryawan Sony Putu I, Windia Wayan, dan Wijayanti Udayani Putu. 2013. Peranan Subak
dalm Aktivitas Pertanian Padi Sawah (Kasus di Subak Dalem, Kecamatan
Kerambitan, Kabupaten Tabanan). Univeristas Udayana.

18

Anda mungkin juga menyukai