Disusun Oleh
3336200082
Kelas B
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang Sistem Ketahanan Pangan
Masyarakat Suku Baduy disusun guna memenuhi tugas Ibu Siti Asyiah, M.T. pada
mata kuliah Ketahanan Pangan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Sistem
sebesar-besarnya kepada Ibu Siti Asyiah, M.T. selaku dosen mata kuliah Ketahanan
Pangan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait ketahanan pangan. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
Penulis,
Angga
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
2.7 Cara Suku Baduy Menjaga Ketahanan Pangan ......................... 14
3.1 Kesimpulan................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia ini sangat beragam contohnya seperti beras, cabai, bawang, jagung, dan
Selain itu aja faktor seperti distribusi, produksi, dan ketersediannya. Salah
satu suku yang masih menerapkan ketahanan dengan cara tradisional adalah suku
Baduy yang berada di daerah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku tersebut
mengisolasi diri dari kehidupan luar. Suku baduy sudah ada sejak zaman kerajaan
Sunda pada abad ke-16. Masyarakat dari suku Baduy memiliki cara untuk
sebagai berikut:
1. Suku Baduy
ketahanan pangan masyarakat Baduy. Juga sebagai tugas untuk mata kuliah
Tirtayasa.
Metode yang dilakukan oleh penulis merupakan studi litratur, yang artinya
penulis hanya akan meneliti ketahanan pangan melalui sumber media masa,
PEMBAHASAN
segala sesuatu yang berasal dari hayati dan air, baik yang diolah maupun yang
tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi
manusia, temasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan proses
pangan juga dapat diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianyapangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Sejak adanya Conference of Food and
Agriculture pada tahun 1943 yang mencanangkan konsep “secure, adequate and
bervariasi, namun umumnya mengacu pada definisi dari Bank Dunia tahun 1986
dan Maxwell dan Frankenberger tahun 1992 yakn “ akses semua orang setiap saat
pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure access at all times to sufficient
food for a healthy life). Sementara USAID (1992) menyatakan kondisi ketika
semua orang pada setiap saat mempunyai akses secara fisik dan ekonomi untuk
mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi
semua orang pada segala waktu secara fisik, social dan ekonomi memiliki akses
pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan
konsumsi dan sesuai dengan seleranya demi kehidupan yang sehat dan aktif. Peter
empat tingkatan, yaitu (i) level global, ketahanan pangan diartikan dengan apakah
Jika rumah tangga tidak aman pangan, sulit untuk melihatnya aman pada
level nasional; (iii) level rumah tangga, ketahanan pangan merujuk pada
kemampuan akses untuk kecukupan pangan setiap saat. Ketahanan pangan secara
tersirat bukan hanya kecukupan asupan makanan hari ini saja, melainkan
permasalahan saat ini saja; (iv) level individu, ketahanan pangan merupakan
distribusi makanan pada rumah tangga. Pada saat rumah tangga kekurangan
Lebak, Banten. Populasi mereka sekitar 26.000 orang, dan mereka merupakan
5
salah satu suku yang mengisolasi diri mereka dari dunia luar. Selain itu mereka
wilayah Baduy Dalam. Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh
penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para
Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang
ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri
sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah
mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang
Cibeo.
rata mencapai 45%, yang merupakan tanah vulkanik (di bagian utara), tanah
endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di bagian selatan). suhu rata-rata
20 °C. Tiga desa utama orang Kanekes Dalam adalah Cikeusik, Cikertawana,
dan Cibeo.
dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.
untuk membangun fasilitas sekolah di desa-desa mereka. Bahkan hingga hari ini,
walaupun sejak era Soeharto pemerintah telah berusaha memaksa mereka untuk
wisatawan yang datang. Walaupun masih tetap berpegang teguh dengan larangan
adat yang dilarang mengambil foto serta dilarang menggunakan bahan kimia pada
saat mandi.
tidak membuat Suku Baduy Dalam merasa terasing dari dunia luar. Suku Baduy
Dalam selalu berjalan kaki apabila mengunjungi kerabatnya yang tinggal di kota
besar untuk bertamu maupun berjualan hasil ladang dan kerajinan tangan khas
Suku Baduy Dalam. Tidak seperti orang yang tinggal di kota pada umumnya yang
7
memiliki rumah besar selalu identik dengan orang kaya, berpangkat tinggi, dan
dipandang banyak orang. Lain halnya dengan Suku Baduy Dalam yang bentuk
dari kuningan yang disimpan di dalam rumah. Semakin banyak tembikar yang
orang.
Kanekes Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll,
yang sebelumnya dilarang oleh adat Kanekes Dalam Menggunakan pakaian adat
dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa
mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan
celana jeans. Menggunakan peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal,
piring & gelas kaca & plastik. Mereka tinggal di luar wilayah Kanekes Dalam.
bahasa Sunda, yang secara umum artinya adalah mereka yang dituakan. Secara
kabupaten yang berada di sekitar wilayah perbatasan Provinsi Banten dan Jawa
Barat. Berdasarkan catatan yang ada, Kasepuhan Adat Ciptagelar mulai berdiri
pada 1368 dan telah beberapa kali mengalami perubahan kepemimpinan yang
Sampai saat ini Kasepuhan Ciptagelar juga telah mengalami beberapa kali
karena masih menjalankan tradisi berpindah yang berdasar pada wangsit yang
diterima dari para leluhur (karuhun). Secara administratif saat ini Kasepuhan
Ciptagelar dihuni oleh sekitar 293 orang yang terdiri dari 84 kepala keluarga
dengan 151 orang laki-laki dan 142 orang perempuan. Desa ini merupakan bagian
dari Kesatuan Adat Banten Kidul yang tersebar di lebih dari 500 desa.
umum beberapa kasepuhan ini terikat dalam kumpulan narasi sejarah yang sama.
Keberadaan desa adat Kasepuhan Ciptagelar sudah dikenal luas oleh sebagian
yang memegang teguh adat dan tradisi yang bersandar pada budaya pertanian,
khususnya padi.
9
bagian dari keseluruhan adat istiadat, budaya, serta tradisi yang terus berkembang
Lumbung padi (leuit) terbuat dari anyaman bambu yang dirangkai dengan
kayu-kayu besar dan beratapkan kirai (sabut kelapa). Setiap keluarga Baduy
memiliki satu atau lebih leuit. Padi yang disimpan di lumbung dimanfaatkan
untuk kebutuhan pangan sehari-hari dan lebih diutamakan untuk digunakan pada
saat upacara adat. (Suparmini, Setyawati, Sriadi. Sumunar, Dyah Respati Suryo.
2013: 8) Dalam adat Baduy, menurut Jaro Alim, hasil pertanian berupa padi tidak
boleh dijual, tetapi hasil pertanian berupa pisang, singkong dan sejenisnya, itu
boleh untuk dijual. Aturan adat Baduy melarang menjual padi ataupun beras tetapi
tidak bisa membuka leuit tanpa seijin Puun dan Jaro (pemimpin adat). Di
Kampung Cikeusik misalnya, yang terdiri dari 81 rumah dan 131 KK (Kepala
Keluaga) memiliki lebih dari 250 buah leuit. Setiap kepala keluarga memiliki
paling sedikit 2 sampai 5 buah leuit. Bahkan puun Cikeusik memiliki 8 buah leuit.
masyakat Baduy, terdapat dua jenis leuit, yaitu leuit Lenggang yang terdapat di
Baduy Dalam dan Leuit Gugudangan di Baduy Luar. Perbedaannya adalah Leuit
10
Lenggang menggunakan Gelebeg (kayu untuk menahan tikus naik ke dalam leuit).
Ukuran leuit ada yang 7 jengkal atau 5 jengkal. Leuit dibuat pada saat sudah
menikah, sudah berkeluarga sendiri dan terpisah dari ibu atau orang tua. Maka
pada saat itu harus memiliki leuit, baik dengan membuat sendiri atau
Meskipun belum punya rumah sendiri tetapi jika sudah menikah maka
harus punya leuit sendiri. Menurut Jaro Alim, setiap warga Baduy yang sudah
menikah, maka disarankan untuk segera memiliki leuit, hal itu dimaksudkan agar
bagi semua warga baduy, tetapi merupakan hal yang diwajibkan bagi yang
memiliki kemampuan secara ekonomi saja. Bisa dikatakan memiliki leuit ini
Memiliki leuit sudah menjadi kebiasaan turun temurun, setiap warga yang
sudah menikah, pasti akan membuat leuit untuk menyimpan hasil panen nya tahun
itu. Hal itu didasarkan pada kesadaran hukum dan ketaatan mereka pada
kebiasaan adat leluhur dari zaman dahulu. Menurut Ayah Mursyid, ada 2 jenis
indung padi, yaitu indung pamelakan dan indung pamipitan. Jumlah batangnya
Batang padi tersebut dicabut dengan akarnya, bahkan tanah yang terbawa
pun dibawa serta. Tidak dengan cara dipotong sebagaimana padi yang lain.
indung pamelakan adalah padi yang diambil dari panen terakhir, yang nantinya
akan menjadi bibit. Indung pamipitan itu merupakan padi dari panen pertama.
Dua indung ini, disatukan di dalam leuit dengan diikat beserta dengan daun-daun
11
lain seperti daun kukuyaan, mara pepek yang dipercaya dapat menjadi obat
hama.
Menyimpan dua indung padi tersebut di dalam leuit, disebut dengan ritual
salametan ngadiukeun indung. Hal ini dilakukan dengan mencari waktu waktu
terbaik terlebih dahhulu. Yang dihitung oleh puun atau kokolot yang paham
panen tadi, dimulai dari indung pare dengan tata cara yang sudah diatur oleh
hukum adat Baduy, yaitu yang mengantarkan menuju leuit harus perempuan
dengan menggunakan baju adat yaitu memakai kain samping (bawahan) dan
tanpa menggunakan baju atasan, bisa pemiliknya, boleh juga yang dituakan, yang
mengerti tatacara ngadiukeun indung. Hal itu disebabkan, selain ada tata caranya
juga ada mantra-mantra tertentu yang harus dibacakan yang disebut ngadoa.
Mantra tersebut hanya diketahui oleh warga Baduy. Setelah ngadiukeun indung,
dilangsungkan acara salametan yang diisi dengan pembacaan doa dan makan
bersama (bacakan) di sekitar leuit. Pada saat makan bersama itulah orang tua
memberikan pelajaran berladang dan aturan adat terkait leuit terhadap anak-
anaknya.
Untuk padi yang sudah masuk ke dalam leuit, tidak dapat sembarangan
diambil kembali untuk keperluan sehari-hari. Hanya untuk keperluan antara lain:
acara adat, selametan (hajatan) baik hajatan pernikahan atau sunatan, seba Baduy.
Ketika panen tiba, maka padi hasil panen, akan dipisahkan untuk disimpan di leuit
dan untuk diserahkan pada saat acara Seba Baduy. Yaitu sebuah upacara
12
penyerahan hasil tanaman kepada Ibu Gede. Seba Baduy tahun 2017 ini
atau gubuk di ladang. Tata cara ngambil padi yang sudah di dalam leuit pun diatur
sedemikian rupa, yaitu terdapat beberapa aturan dan mantra doa yang harus
padi dari dalam leuit, dengan hanya memakai kain bawahan. Sedangkan yang
Yang disebut dengan nutu, nutu dilakukan pada hari-hari tertentu, ga boleh
atau pantangan hari Selasa dan Jumat. Padi yang disimpan di dalam leuit tidak
akan rusak, melainkan hanya berubah warna. Yang mengganggu padi hanya tikus
dan hama. Pembuatan leuit yang tidak sesuai dengan aturan adat, serta
menyimpan indung padi tidak mengikuti aturan adat, baik bentuk leuit, hari
Termasuk ketika menanam padi, jika tidak sesuai dengan hukum adat,
Misalnya terkena serangan hama. Karena masyarakat adat baduy, dengan kolenjer
binatang dan hama. Dalam hukum adat Baduy, penentuan perihal hari baik untuk
menanam padi, memanen, dan menyimpan padi di dalam leuit, hal itu semata-
mata agar padi yang dihasilkan tetap baik. Masyarakat adat Baduy, telah
Kebiasaan memiliki leuit ini jika dilihat dari fungsinya yaitu sebagai penjaga
13
kepada anak cucu kelak di kemudian hari sehingga tidak ada keluarga yang
kekurangan maupun kelebihan persediaan padi di rumah. Padi dalam leuit akan
menjadi harta yang diwariskan kepada ahli waris. Padi yang disimpan dalam leuit
dapat bertahan hingga ratusan tahun dan tetap layak untuk dikonsumsi.
dalam leuit, diyakini akan memberikan kekuatan dan menjadikan padi tersebut
dapat bertahan lama. Setelah dipanen, padi kemudian diiket menjadi beberapa
iket. Kemudian dijemur sampai kering. Proses ini dilakukan di huma. Setelah
masuk ke dalam leuit. Ketika disimpan di dalam leuit, ada mantra-mantra yang
harus dibacakan dan diberikan daun cangkudu yang dikasih air, untuk kemudian
dipercikan ke padi tersebut agar tidak kena hama. Sederet ritual lain pun menjadi
pelengkap dari tradisi ini. Pembuatan leuit pun sudah diatur sedemikian rupa oleh
para leluhur. Memilih kayu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan leuit.
Atap rumbia/ijuk, arsitektur bangunan leuit yang dapat mencegah masuknya tikus
sedemikian rupa oleh leluhur Baduy. Leuit wajib dibangun jauh di luar
perkampungan. Paling sedikit sekitar 100 meter dari kampung. Hal ini dilakukan
Leuit yang dibangun jauh diluar kampung, tidak akan ikut terbakar.
leuit yang sedemikian rupa mencerminkan pola ketahanan pangan yang dimiliki
oleh masyarakat Baduy. Alasan sederhana agar ketika terjadi kebakaran masih ada
cadangan makanan tetapi mengandung filosofi yang tinggi yang mungkin tidak
melakukan kegiatan bercocok tanam, panen, menyimpan padi dan membuat leuit
untuk tempat penyimpanan padi. Pembuatan leuit ini pun menjadi kewajiban bagi
3.1 Kesimpulan
Sistem ketahanan Baduy berupa Leuit. Lumbung padi (leuit) terbuat dari
anyaman bambu yang dirangkai dengan kayu-kayu besar dan beratapkan kirai
(sabut kelapa). Setiap kepala keluarga memiliki setidaknya satu leuit, meskipun
tidak bisa membuka leuit tanpa seijin Puun dan Jaro (pemimpin adat).
melakukan kegiatan bercocok tanam, panen, menyimpan padi dan membuat leuit
untuk tempat penyimpanan padi. Pembuatan leuit ini pun menjadi kewajiban bagi
3.2 Saran
ini:
dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ashadi Natha Prasetyo.10 Fakta Suku Baduy Dalam yang Jarang Turis Tahu
jarang-orang-tahu/
https://ciptagelar.info/tentang/
Fred Magdoff, “The World Food Crisis Sources and Solutions,” Monthly Review,
https://youtu.be/hBuifj0X4Xw
https://youtu.be/zxu6oM532kA
https://youtu.be/ZV0NkADi2dc
https://youtu.be/zxu6oM532kA