Metode
0,4 gram 1 ml
x
100 ml 50 ml
V1 C1 V2 C2
5 ml 1000 ppm 50 ml 100 ppm
No C1 V1 C2 V2
.
1. 100 ppm 25 ml 50 ppm 50 ml
2. 100 ppm 6,5 ml 25 ppm 25 ml
3. 100 ppm 10 ml 10 ppm 100 ml
4. 10 ppm 12,5 ml 5 ppm 25 ml
5. 10 ppm 2,5 ml 1 ppm 25 ml
f. Pengukuran
Larutan standar
λ = 472,0 nm
No. Λ Absorbansi
1. 472,0 nm 0,054
Hasil Pengamatan
a. Penyiapan larutan standar FeCl3
V 1 . C1 = V 2 . C2
V1 . 1000 ppm = 50 ml . 100 ppm
V1 = 5 ml
Jadi, untuk membuat larutan standar FeCl3 100 ppm sebanyak 100 ml
diperlukan larutan standar FeCl3 1000 ppm sebanyak 5 ml yang kemudian
diencerkan kembali.
Absorbansi
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30
konsentrasi (ppm)
50 ml
Faktor pengenceran = = 50
1ml
Kandungan Fe dalam cuplikan bayam = 0,305 ppm x 50
= 15,25 ppm
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, sampel cuplikan yang digunakan yaitu bayam dengan
massanya sebesar 0,4 gram.spektrofotometri uv-vis tidak dapat digunakan untuk
menganalisis sampel padat. Oleh karena itu, Salah satu cara untuk mengubah partikel
padat menjadi partikel cair adalah dengan cara destruksi. Proses destruksi dikatakan
selesai apabila larutan yang di destruksi terlihat jernih hal ini menandakan semua partikel
padat bahan telah terdestruksi menjadi bentuk partikel yang larut tanpa ada partikel padat
yang tersisa. Untuk itu, bayam harus didestruksi karena bayam partikel padat.proses
destruksinya dengan cara melarutkan sampel bayam dengan asam nitrat pekat dan asam
sulfat pekat secara bertetes tetes hingga larut masing-masing sebanyak 2 ml. Sampel
dikatakan larut apabila serbuk bayamnya sudah benar-benar tidak ada (larut semua) dan
tidak ada lagi warna hijau dari bayam tersebut melainkan berwarna agak kekuningan.
ketika selesai destruksi dilakukan pengenceran dari 100 ml menjadi 50 ml dimana 1 ml
dari 100 ml sampel yang telah diencerkan dan ditambahkan larutan tiosianat sebanyak 2
ml . larutan sampel diencerkan dengan factor pengenceran sebesar 50 kali. Larutan
sampel perlu diencerkan karena konsentrasi yang terlalu tinggi akan memberikan hasil
yang tidak linier karena pengaruh hamburan. Namun, larutan sampel juga tidak boleh
terlalu encer karena akan memberikan serapan yang tidak linier karena pengaruh
background. Pada praktikum ini, prinsip spektofotometri yang digunakan,yaitu hukum
lambert beer . Dimana, konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu. Hukum Lambert-Beer menyatakan
hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding
terbalik dengan transmitan.
Dalam praktikum, larutan sampel dan larutan standar ditambahkan larutan asam
nitrat 0,1 N dan larutan tiosianat 2 M sebelum ditandabataskan. Karena pada asam nitrat
berfungsi untuk mencegah terjadinya hidrolisis Fe3+ menjadi Fe(OH)3.
Fe3+ + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+
Merah tua
DAFTAR PUSTAKA
Widiastuti & Fitria Aini. 2008. PENETAPAN KADAR BESI (Fe) PADA BAYAM HIJAU, BAYAM RAJA DAN
BAYAM DURI DI PASAR MOJOSONGO. https://jurnal.uns.ac.id/carakatani/article/view/13832.