I. PROSEDUR ASLI
a. Pindahkan 10 ml susu atau larutan protein ke dalam Erlenmayer 125 ml dan tambahkan
20 ml aquades dan 0,4 ml larutan K-oksalat jenuh (K-oksalat : air = 1 : 3. Perhatian : K-
oksalat beracun) dan 1 ml phenolphtalein 1%. Diamkan selama 2 menit
b. Titrasilah larutan contoh dengan 0,1 N NaOH (lihat lampiran 16) sampai mencapai warna
seperti warna standar di bawah ini, atau sampai warna merah jambu.
Lampiran 16 (Standarisasi larutan 0,1 N NaOH)
Ditimbang dengan teliti lebih kurang 0,1 g asam oksalat (C 2H2O4.2H2O) BM = 126;
dimasukkan ke dalam Erlenmayer 250ml dan ditambah aquades 25 ml. setelah larut
ditambah 2-3 tetes indikator phenolphtalein dan dititrasi dengan larutan NaOH yang
akan distandarisasi sampai warna merah jambu. Perhitungan N NaOH dari hasil rata-
rata 3 kali ulangan.
N larutan NaOH =
Larutan NaOH harus disimpan dalam botol tertutup (lebih baik kalau dilengkapi
dengan alat penyaring CO2).
c. Warna standar : 10 ml susu + 10 ml aquades + 0,4 ml K-oksalat jenuh + 1 tetes 0,01%
indikator rosanilin-chlorida (lihat Lampiran 17).
Lampiran 17 (Larutan indikator Rosanilin-HCl)
Dilarutkan 0,01 g kristal Rosanilin-HCl (C20H19N3.HCL) dalam ethanol 95% sampai
100 ml
d. Setelah warna tercapai, tambahkan 2 ml larutan formaldehid 40% dan titrasilah kembali
dengan larutan NaOH sampai warna seperti warna standar tercapai lagi. catatlah titrasi
kedua ini.
e. Buatlah titrasi blanko yang terdiri dari : 20 ml aquades + 0,4 ml larutan K-oksalat jenuh
+ 1 ml indikator phenolphtalein + 2 ml larutan formaldehid; dan titrasilah dengan larutan
NaOH.
f. Titrasi terkoreksi yaitu titrasi kedua dikurangi titrasi blanko merupakan titrasi formol.
Untuk mengetahui % protein, harus dibuat percobaan serupa dengan menggunakan
larutan yang telah diketahui kadar proteinnya (misalnya dengan cara Kjeldahl).
g. Untuk susu dapat digunakan faktor 1,83 :
% Protein susu = 1,83 x ml titrasi formol
% Kasein = 1,63 x ml titrasi formol
%N=
0,00-2,15 2,15-5,20
N asam oksalat =
0,1 N =
Jumlah
Nama Alat Fungsi
Alat
Timbangan milligram 1 set
Anak timbangan 1 set Untuk menimbang baku primer dan sampel
Timbangan analitik 1 set
Botol timbang tanpa Wadah untuk menimbang baku primer dan sampel
1 set
tutup
Labu Ukur 100,0 ml 1 buah Untuk pelarutan baku primer
Buret 10,0 ml 1 buah Untuk larutan NaOH
Gelas Ukur 25 ml Untuk mengukur air bebas mineral yang
1 buah
ditambahkan
Pipet volume:
2,0 ml 1 buah Untuk memipet larutan formadehid 40% (formalin)
10,0 ml 1 buah Untuk memipet larutan baku primer dan sampel
Pipet tetes Untuk mengambil larutan K-Okslaat, indikator
3 buah
phenolphtalein 1%, indikator Rosaline HCl 0,01%
Corong Untuk membantu memasukkan larutan NaOH ke
1 buah
dalam buret, asam oksalat dalam labu ukur
Erlenmeyer
e. Bahan
Nama Bahan Jumlah Bahan
Sampel susu Untuk warna standart = 10,0 ml x 1 replikasi = 10,0 ml
Untuk sampel susu = 10,0 ml x 4 replikasi = 40,0 ml
Jadi sampel susu yang di ambil = 50,0 ml
Serbuk Asam Oksalat 630,35 mg ± 5%
Larutan Formaldehid 40% Untuk sampel susu = 2,0 ml x 4 replikasi = 8,0 ml
(Formalin) Untuk blanko = 2,0 ml x 1 replikasi = 2,0 ml
Jadi formaldehid 40% yang di ambil = 10,0 ml
Larutan NaOH 0,1 N Untuk pembakuan (5 kali replikasi) = 10,0 ml x 5 =
50,0 ml
Untuk sampel (4 kali replikasi) = 9,98 ml x 4 = 39,92
ml
Untuk blanko (1 kali replikasi) = 0,50 ml x 1 = 0,50 ml
Jadi NaOH yang diambil = 50,0 ml + 39,92 ml + 0,50
ml = 90,42 ml ~ dilebihkan menjadi 125 ml
Larutan K2C2O4 Jenuh (dengan Untuk sampel = 0,4 ml x 4 replikasi = 1,6 ml
perbandingan K2C2O4 : Air = 1: 3) Untuk warna standart = 0,4 ml x 1 replikasi = 0,4 ml
Untuk blanko = 0,4 ml x 1 replikasi = 0,4 ml
Jadi kalium oksalat jenuh yang diambil = 2,4 ml ~
dilebihkan menjadi 5 ml
Indikator phenolphtalein 1%, 3 tetes untuk setiap pemakaian, diamsusikan 1 ml = 20
tetes
-Untuk pembakuan NaOH = 3 x 5 replikasi = 15 tetes
-Untuk titrasi blanko = 3 tetes
-Untuk penetepan kadar = 3 x 4 replikasi = 12 tetes
Jumlah kebutuhan pp = 30 tetes = 2 ml
Indikator Rosaline HCl 0,01% 1 ml
Air bebas mineral Untuk titrasi sampel = 20 mL x 4 = 80 mL
Untuk titrasi blanko = 20 mL x 1 = 20 mL
Untuk warna standar = 10 mL x 1 = 10 mL
Untuk pembuatan larutan baku = 100 mL x 1 = 100mL
Untuk pembilasan alat = 250 ml
Total aquadem yang dibutuhkan = 460 mL ~ 500 mL
Kertas saring Secukupnya
Kertas perkamen Secukupnya
f. Prosedur Kerja
Pembuatan Larutan Baku Primer Asam Oksalat
1. Diukur air bebas mineral sebanyak 100 mL menggunakan beaker glass 100 mL
2. Ditimbang asam oksalat standar sebanyak 630,35 mg ± 5% (598,8325 mg –
661,8675 mg) dengan kertas perkamen menggunakan timbangan milligram.
3. Asam Oksalat yang berada dalam kertas perkamen dimasukkan ke dalam botol
timbang tanpa tutup yang sudah ditara dan ditimbang kembali di timbangan
analitik dan didapat 0,6303 gram.
4. Setelah penimbangan, dilarutkan serbuk asam oksalat dengan air bebas mineral
sebanyak ¾ tinggi botol timbang kemudian diaduk dan dipindahkan secara
kuantitatif (3-4x) ke dalam labu ukur 100,0 mL menggunakan bantuan corong kaca
dan batang pengaduk.
5. Ditambahkan air bebas mineral sampai tanda batas 100,0 ml
6. Labu ukur ditutup dengan penutupnya, ditahan penutupnya dan dibalik kemudian
dikocok sampai homogen.
Pembakuan Larutan Baku Sekunder NaOH dengan Larutan Baku Primer Asam
Oksalat
1. Dipipet larutan baku primer asam oksalat sebanyak 10,0 ml, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 ml.
2. Ditambahkan indikator phenolphthalein sebanyak 3 tetes ke dalam Erlenmeyer.
3. Dititrasi dengan larutan baku sekunder NaOH hingga larutan berubah warna
menjadi merah muda sekali (mms) => Titik akhir titrasi.
4. Dicatat volume NaOH untuk titrasi pada buret
5. Dilakukan replikasi sebanyak 5 kali
Titrasi Blanko
1. Diukur air bebas mineral sebanyak 20,0 ml dalam gelas ukur 25 ml, dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer 250 ml
2. Ditambahkan 0,4 ml K-Oksalat jenuh, kemudian ditambahkan indikator
phenolphthalein 1% sebanyak 1 ml dan larutan formaldehid 40% sebanyak 2 ml.
3. Dititrasi dengan menggunakan larutan baku sekunder NaOH hingga titrat berubah
warna menjadi seperti warna standar atau merah muda sekali (mms) => Titik akhir
titrasi
4. Dicatat volume NaOH untuk titrasi blanko.
Replikasi Volume Volume NaOH Volume NaOH Volume NaOH Volume NaOH 0,1002
Pemipetan 0,1002 N titrasi 0,1002 N titrasi 0,1002 N (mL) N Blanko (ml)
Sampel (ml) pertama (mL) kedua (mL)
V
V NaOH
V NaOH NaOH
V 0,1002 N
0,1002 N 0,1002
Replikasi sampel titrasi % Protein
titrasi kedua N
(ml) pertama
(ml) Blanko
(ml)
(ml)
1 10,0 0,00-2,22 2,22 – 5,23 0,00-
% protein = ((Vt-Vb) x x 1,83) %
= 3,01 0,50
= ((3,01-0,50) x x 1,83) %
= (2,51 x 1,002 x 1,83) % = 4,6024866
% = 4,60 %
2,15-5,20 = 0,00-
4 10,0 0,00-2,15 = ((3,05-0,50) x x 1,83) %
3,05 0,50
V. PEMBAHASAN
Protein adalah suatu senyawa polimer yang terbentuk dari monomer-monomer asam
amino dan dihubungkan oleh ikatan peptida antara asam amino satu dengan asam amino
lainnya. Fungsi dari protein adalah sebagai sumber energi bagi tubuh makhluk hidup,
membentuk jaringan tubuh, pertumbuhan, sebagai enzim (merupakan katalisator), transport
molekul di dalam darah dan sel, sebagai hormon contohnya hormon insulin, sebagai
pembentuk antibody, molekul yang membantu kontraksi otot, keseimbangan cairan dan
transmisi saraf.
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kadar protein dalam susu dengan metode titrasi
formol. Prinsip dari metode titrasi formol adalah menetralkan larutan protein dengan basa
(NaOH) kemudian ditambahkan formaldehid yang akan membentuk dimethilol. Dimethilol
yang terbentuk menandakan gugus asam aminonya sudah terikat dan tidak akan
mempengaruhi reaksi antara asam (gugus karboksil) dengan basa NaOH.
Pertama-tama, dibuat larutan baku primer asam oksalat dengan dengan menimbang asam
oksalat sebesar 0,6303 gram dan dilarutkan dalam 100,0 ml air bebas mineral. Selanjutnya,
disiapkan NaOH untuk dibakukan dengan larutan baku primer asam oksalat yang telah
dibuat. Akan terjadi reaksi antara asam oksalat dengan NaOH yang merupakan reaksi antara
asam lemah dengan basa kuat. Reaksi antara asam lemah dan basa kuat mencapai titik
ekivalen pada pH > 7, sehingga harus digunakan indikator yang memiliki trayek kerja pada
pH diatas 7. Indikator yang digunakan pada percobaan adalah indikator PP (phenolphtalein)
yang memiliki trayek pH antara 8,2-10,0 dengan perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi merah muda sekali.
Selanjutnya, dibuat warna standar yang akan digunakan sebagai pembanding. Dipipet
sampel sebanyak 10,0 ml yang ditambahkan 10 ml air bebas mineral, 0,4 ml larutan K 2C2O4
jenuh dan 1 tetes indikator rosanilin klorida 0,01 % hingga timbul warna (merah jambu).
Warna yang timbul tersebut digunakan sebagai patokan penetapan kadar sampel.
Lalu, dilakukan penetapan kadar protein pada sampel. Ditambahkan air bebas mineral
dan kalium oksalat jenuh yang bertujuan untuk mengikat kasein (kalsium dalam susu),
sehingga asam amino dari protein susu bisa bereaksi dengan formaldehid 40% (formalin)
dan di titrasi. Titrasi pertama sampel dititrasi (dinetralkan) dengan menggunakan NaOH
sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda sekali. Tujuan titrasi ini adalah untuk
menetralkan asam asam lemak bebas dari susu. Selanjutnya, dilakukan penambahan
formaldehid 40% (formalin) yang bertujuan untuk membentuk gugus dimethilol. Gugus
tersebut akan dititrasi kembali (titrasi kedua) dengan baku sekunder NaOH dan akan
bereaksi. Dicatat jumlah NaOH yang dibutuhkan, dengan cara mengurangkan hasil antara
titrasi kedua dengan titrasi pertama. Hal tersebut karena hasil titrasi pertama hanya
digunakan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dalam sampel. Sehingga hasil dari
titrasi pertama tidak dimasukkan kedalam perhitungan.
Dalam penetapan kadar ini dilakukan titrasi blanko yang bertujuan untuk mengkoreksi
kesalahan pada saat titrasi karena adanya formaldehid yang teroksidasi menjadi asam
formiat. Blanko mengandung formaldehid 40% (formalin), saat menghitung kadar dilakukan
pengurangan antara volume titrasi (mengandung dimethilol dan formaldehid 40%) dengan
blanko, dengan tujuan supaya sampel yang dianalisis hanya mengandung dimethilol.
Penambahan formaldehid 40% berfungsi untuk membentuk gugus dimethilol sehingga dapat
bereaksi dengan basa NaOH nantinya.
Menurut BPOM no. 34 tahun 2019 kadar protein dalam susu tidak kurang dari 2,7%. Jadi
kadar protein dalam susu yang didapat dari praktikum ini adalah 4,62% sehingga sudah
memenuhi syarat.
VI. KESIMPULAN
Kadar protein dalam susu yang di dapat dengan menggunakan titrasi formol adalah 4,62%
sehingga sudah memenuhi persyaratan BPOM dimana menurut BPOM no 34 tahun 2019,
kadar protein dalam susu tidak kurang dari 2,7%.