Anda di halaman 1dari 23

Nama

NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, A. dkk. 2007. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa
Clayden, J. N. 2007. Organic Chemistry 2nd. London: Oxford University Press
Daniel, Harris C. 2013. Exploring Chemical Analysis. New York: Freeman and Company
Ghalib, Ahmad K. 2010. Kimia Dasar. Jakarta: Powerbooks
James, Joyce, dkk. 2006. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga
Legowo, Anang Mohamad, Nurwantoro dan Sutaryo. 2007. Analisis Pangan. Semarang:
Universitas Diponegoro
Manikharda. 2011. Perbandingan Metode dan Verifikasi Analisis Total Karbohidrat dengan
Metode Luff-Schoorl dan Anthrone Sulfat. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Rahayu, Dessy Nursetiani dan Krisha Nurul Anindita. 2012. Penentuan Kadar Karbohidrat
dengan Metode Anthrone. Bandung: Politeknik Kesehatan Bandung
Sridianti. 2014. Sifat Asam Klorida Fungsi dan manfaat. Diakses melalui www.sridianti.com
pada 27 April 2016 pukul 22.04
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2010. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty: Yogyakarta
Sumardjo. 2006. Dasar-dasar Biokimia Jilid 5. Jakarta: Pustaka Bunda
Winarno, F.G. 2006. Kimia Pangan dan Zat Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Zulfikar. 2010. Sifat-sifat Alkohol. Diakses melalui www.chem-is-try.com pada 27 April 2016
pukul 22.06

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

D. Hasil dan Pembahasan


1. Total Gula Metode Anthrone
Kurva standar
No.
Volume LarutanStandar
Konsentrasi
Absorbansi
1.
0 (blanko)
0
0
2.
0,2 ml
0,04
0,23
3.
0,4 ml
0,08
0,379
4.
0,6 ml
0,12
0,57
5.
0,8 ml
0,16
0,707
6.
1,0 ml
0,2
0,873
Persamaan linear:
y : 4,2764x + 0,0322
R2: 0,9948
Kurva Standart Analisis Kadar Gula Total Metode Anthrone

Kurva standart kadar gula metode anthrone


1
0.8 f(x) = 4.28x + 0.03
0.6 R = 0.99
Absorbansi 0.4
0.2
0
0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

Konsentrasi

Untuk menentukan kadar gula total dengan metode anthrone perlu dibuat kurva
standart agar didapatkan persamaan linear. Persamaan liner kemudian digunakan untuk
menentukan kadar gula total pada sampel. Pada analisis total gula pada sampel madu rasa
digunakan larutan standart glukosa untuk membuat kurva standart. Untuk volume larutan
standart 0 ml (blanko), konsentrasinya adalah 0 dan absorbansinya adalah 0. Untuk volume
larutan standart 0,2 ml, konsentrasinya adalah 0,04 dan absorbansinya adalah 0,23. Untuk
volume larutan standart 0,4 ml, konsentrasinya adalah 0,08 dan absorbansinya adalah
0,379. Untuk volume larutan standart 0,6 ml, konsentrasinya adalah 0,12 dan absorbansinya
adalah 0,570. Untuk volume larutan standart 0,8 ml, konsentrasinya adalah 0,16 dan
absorbansinya adalah 0,707. Untuk volume larutan standart 1 ml, konsentrasinya adalah 0,2
dan absorbansinya adalah 0,873.
Setelah didapatkan absorbansi pada masing-masing konsentrasi sampel larutan
standart glukosa, dibuat kurva standart pada Ms.Excell. dari kurva dapat diketahui bahwa
semakin tinggi konsentrasi larutan glukosa maka semakin tinggi absorbansinya. Sehingga
kurva yang didapat adalah kurva linear dari ujung kiri bawah ke kanan atas. Kemudian
didapatkan persamaan linear yaitu y=4,2764x+0,0322 dengan r 2=0,9948. r2 merupakan
pengukur kevalidan dari persamaan regresi. Nilai r2 berkisar antara 0-1. Nilai r2 mendekati 1
maka persamaan semakin valid dan hasil perhitungan konsentrasi yang didapatkan juga
akan semakin valid. Apabila nilai absorbansi lebih dari 1 maka nilai absorbansi yang didapat

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

kurang valid sehingga larutan harus diencerkan sampai memenuhi konsentrasi larutan
standart (Manikharda, 2011).

No

Nama sampel

Berat sampel
(gram)

1.

Madu

5,8205

Madu Rasa

5,9164

Volume
filtrat

Absorbansi

Kadar gula

16 ml

0,170

17,7029%

16 ml

0,213

22,8788%

FP=2000
Perhitungan
% kadar gula=

volime filtrat konsentrasi FP


100
Berat sampel (mg)

Persamaan linear untuk mencari konsentrasi madu:


y=4,2764x +0,0322
0,169=4,2764x +0,0322
4,2764x= 0,1368
x=0,03198
% kadar gula=

16 0,0322 2000
100
5,8205 1000

=17,7029%
Persamaan linear untuk mencari konsentrasi madu rasa:
y =0,213

y 0,0322
x=
4,2764
x=

0,2130,0322
4,2764

x=0,0423

% kadar gula=

16 0,0423 2000
100
5,9164 1000

=22,8788%
a. Apa fungsi penambahan CaCO3 pada persiapan sampel?
Penambahan CaCO3 pada saat persiapan sampel berfungsi untuk memberi suasana
basa pada sampel karena reaksi hidrolisis gula oleh enzim terjadi pada pH netral,
sehingga penambahan CaCO3 dapat menghentikan reaksi hidrolisis gula oleh enzim
sehingga tidak terbentuk gula inverse (Manikharda, 2011).
b. Apa fungsi penambahan Pb-asetat pada persiapan sampel cair?

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

Penambahan pB-asetat berfungsi untuk menghilangkan pengotor pada sampel dengan


cara pengendapkan pengotor. Adanya pengotor seperti nitrogen, protein, lipid, pigmen,
senyawa fenolik serta vitamin dan mineral dapat mengganggu analisis (Manikharda,
2011).

c. Apa fungsi alkohol 80% pada persiapan sampel padat?


Dalam persiapan sampel padat alkohol berfungsi untuk memisahkan gula dari
komponen lain dengan cara melarutkan gula. Alkohol dan gula sama-sama bersifat polar
sehingga gula akan larut dalam alkohol dan komponen non polar tidak akan larut dalam
alkohol sehingga gula dapat dipisahkan dari komponen lain (Manikharda, 2011).
d. Apakah glukosa dari pati terdeteksi pada analisis total gula dengan metode Anthrone?
Iya. Metode anthrone merupakan metode yang menganalisis kadar gula total yang ada
pada sampel. Gula total adalah banyaknya kandungan seluruh jenis gula pada suatu
bahan pangan yang terdiri dari gula pereduksi maupun gula non pereduksi. Glukosa
merupakan hasil hidrolisis pati yang akan didehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural
yang kemudian bereaksi dengan reagen anthrone membentuk kompleks hijau kebiruan.
Sehingga glukosa juga teranalisis pada metode anthrone (Manikharda, 2011).
2. Pati Metode Hidrolisis Asam
Kurva standar
No.
Volume Larutan Standar
1.
0 (blanko)
2.
2
3.
4
4.
6
5.
8
6.
10

Konsentrasi
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1

Absorbansi
0
0,203
0,365
0,542
0,747
0,946

Persamaan linear: y =9,341x +0,0000952


Kurva Standart Analisis Kadar Pati Metode Hidrolisis Asam

Kurva standart analisis kadar pati metode hidrolisis asam


1
0.8 f(x) = 9.34x + 0
R = 1
0.6
Absorbansi 0.4
0.2
0
0

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12


Konsentrasi

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

Untuk menentukan kadar gula total dengan metode hidrolisis asam perlu dibuat kurva
standart agar didapatkan persamaan linear. Persamaan liner kemudian digunakan untuk
menentukan kadar gula pada sampel. Kadar gula kemudian bisa dikonversi menjadi kadar
pati dengan cara dikalikan dengan factor konversi yaitu 0,9. Pada analisis pati pada sampel
kentang digunakan larutan standart glukosa untuk membuat kurva standart. Untuk volume
larutan standart 0 ml (blanko), konsentrasinya adalah 0 dan absorbansinya adalah 0. Untuk
volume larutan standart 2 ml, konsentrasinya adalah 0,02 dan absorbansinya adalah 0,203.
Untuk volume larutan standart 4 ml, konsentrasinya adalah 0,04 dan absorbansinya adalah
0,365. Untuk volume larutan standart 6 ml, konsentrasinya adalah 0,06 dan absorbansinya
adalah 0,542. Untuk volume larutan standart 8 ml, konsentrasinya adalah 0,08 dan
absorbansinya adalah 0,747. Untuk volume larutan standart 10 ml, konsentrasinya adalah
0,1 dan absorbansinya adalah 0,946.
Setelah didapatkan absorbansi pada masing-masing konsentrasi sampel larutan
standart glukosa, dibuat kurva standart pada Ms.Excell. Setelah dibentuk kurva maka
diketahui bahwa garis yang terbentuk adalah garis lurus dari ujung kiri bawah ke ujung
kanan. Dari kurva diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi maka nilai absorbansinya
semakin tinggi. Kemudian didapatkan persamaan linear yaitu y=0,0093x+0,0001 dengan
r2=0,9987. r2 merupakan pengukur kevalidan dari persamaan regresi. Nilai r 2 berkisar antara
0-1. Nilai r2 mendekati 1 maka persamaan semakin valid dan hasil perhitungan konsentrasi
yang didapatkan juga akan semakin valid. Apabila nilai absorbansi lebih dari 1 maka nilai
absorbansi yang didapat kurang valid sehingga larutan harus diencerkan sampai memenuhi
konsentrasi larutan standart (Manikharda, 2011).

No

Nama sampel

Absorbansi

Kadar gula
(%)

Kadar pati
(%)

1.

Kentang

0,560

11,99

10,79

FP=50
Perhitungan
% kadar gula=

volime filtrat konsentrasi FP


100
Berat sampel (mg)

Persamaan linear untuk menentukan konsentrasi:


y =0,0093x +0,0001
0,560=0,0093x +0,0001
0,0093x=0,560-0,0001
x=60,21 ppm

10 60,210
100
% kadar gula=
5 0 20
=11,99%
% kadar pati=%kadar gula0,9
=11,99%0,9 =10,79%
a. Mengapa pada analisa pati dengan metode hidrolisis asam dillakukan proses
penghilangan lemak?

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

Pada analisis pati metode hidrolisis asam perlu dilakukan proses penghulangan
lemak karena lemak dapat mengganggu analisis. Apabila lemak tidak dihilangkan,
maka lemak akan berada pada sampel. Lemak memiliki warna kuning sehingga akan
mempengaruhi hasil pembacaan absorbansi pada spektrofotometer karena analisis
kadar pati metode hidrolisis asam menggunakan prinsip spektrofotometri. Jika
terdapat lemak pada sampel maka larutan akan menjadi lebih pekat sehingga nilai
absorbansinya lebih tinggi. Apabila nilai absorbansi tinggi maka perhitungan
konsentrasi gula juga akan semakin tinggi sehingga bisa menyebabkan kesalahan
positif (Manikharda, 2011).
b. Apakah serat larut air terdeteksi sebagai pati?
Pada analisis kadar pati metode hidrolisis asam dilakukan beberapa kali pencucian
dengan menggunakan aquades. Aquades merupakan air yang dimurnikan sehingga
memiliki sifat polar sama seperti air. Penambahan aquades dapat melarutkan serat
yang larut dalam air sehingga serat larut air akan hilang terlebih dahulu sebelum
dibaca nilai absorbansinya. Sehingga serat larut air tidak ikut teranalisis pada metode
hidrolisis asam karena serat larut air terlah hilang bersama dengan komponen
lainnya yang bersifat polar saat pencucian dengan aquades (Manikharda, 2011).

c. Bagaimana pengaruh gelatinisasi pati terhadap hasil analisis kadar pati?


Gelatinisasi pati merupakan proses membengkaknya granula pati karena adanya
panas serta air yang cukup. Air akan diserap oleh granula pati sehingga granulanya
membengkak dan berubah struktur fisik serta kimianya. Penyerapan air dalam jumlah
banyak menyebabkan partikel pati menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga
kadar pati menurun. Apabila bahan yang dianalisis telah mengalami gelatinisasi maka
kadar patinya akan menurun (Manikharda, 2011).
d. Mengapa berat pati dihitung sebagai 0.9 X berat gula, bukan 1.0 X berat gula?
Faktor konversi yaitu 0,9 diperoleh dari perbandingan berat molekul pati dengan
berat molekul gula yang dihasilkan. Pada analisis pati metode hidrolisis asam, asam
akan menghidrolisis ikatan -1,4 dan -1,6 pada pati menjadi glukosa (Manikharda,
2011).
Ketika molekul glukosa berikatan dengan glukosa lain hingga membentuk struktur
pati yang panjang maka akan terjadi kondensasi (pelepasan H2O) (Manikharda,
2011).
C6H12O6+ C6H12O6

H2O
(C6H10O5)n+nH2OnC6H12O6 (BM=180)
BM: (126)=72
(110)=10
(165)=80
+

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

162
Faktor konversi didapatkan dari perbandingan berat molekul glukosa hasil
kondensasi dengan berat molekul glukosa asli.
Jadi FK=

BM Glukosa hasil kondensasi


162
=0,9 (Manikharda, 2011).
= 180
BM glukosa asli

3. Serat Kasar
No
Nama sampel
1.
Wortel

Berat awal
5,0499

Berat residu
0,1375

Perhitungan
Berat endapan=(residu kertas)-kertas saring kosong
= 1,1632-1,0257
= 0,1375

Berat residu
%serat kasar = Berat awal sampel
Serat kasar(%)=

0,1375
100
5,04

=2,7%

100

Serat kasar (%)


2,7

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

a. Apakah prinsip analisa serat kasar sama dengan kadar air?


Iya. Analisis serat kasar yang dilakukan pada praktikum menggunakan prinsip
gravimetri yaitu perhitungan berdasarkan penimbangan bobot sebelum dan sesudah
percobaan. Prinsip tersebut sama dengan prinsip pada penentuan kadar air metode
oven. Pada penentuan kadar air metode oven, perhitungan kadar air juga didasarkan
pada prinsip penimbangan bobot sesudah dan sebelum perlakuan (prinsip
gravimetri). Pada analisis serat kasar, berat serat kasar diperoleh dari mengurangi
berat residu akhir pada kertas saring dengan berat kertas saring kosong. Sedangkan
pada analisis kadar air, selisih antara berat sebelum dan sesudah perlakuan dihitung
sebagai kadar air yang hilang (Pratiwi, 2010).
b. Apa fungsi alkali dan asam kuat yang digunakan pada analisis serat kasar?
Fungsi alkali (pada praktikum digunakan NaOH 1,25 N) dan asam kuat (pada
praktikum digunakan Asam sulfat 0,325 N) adalah untuk menghidrolisis komponen
selain serat kasar. Alkali seperti NaOH akan menghidrolisis komponen selain serat
kasar dalam suasana basa sedangkan asam seperti asam sulfat akan menghidrolisis
komponen selain serat kasar dalam suasana asam (Pratiwi, 2010).
c. Apakah polisakarida larut air seperti gum arab, gum tragacanth, dan locust bean gum
terukur sebagai serat kasar?
Tidak. Dalam analisis serat kasar digunakan prinsip gravimetri yaitu menimbang
bobot residu yang tertinggal pada kertas saring dikurangi dengan berat kertas saring
kosong. Hasilnya merupakan kadar serat kasar. Apabila polisakarida larut dalam air
seperti gum arab, gum tragacanth dan locust bean gum maka polisakarida tersebut
akan hilang dari residu dan beratnya menjadi tidak terukur. Polisakarida larut air akan
terikut dalam air yang akan dihidrolisis oleh asam yang menyebabkan polisakarida
tersebut larut bersama aquades saat pencucian. Sehingga polisakarida larut air tidak
terukur sebagai serat kasar (Pratiwi, 2010).
d. Bagaimana cara menganalisis serat larut air?
Metode fraksinasi enzimatis merupakan metode analisis yang menggunakan enzim
amilase yang diikuti oleh penggunaan enzim pepsin pankreatik. Metode ini dapat
mengukur serat larut dan serat tak larut air. Residu hasil hidrolisis enzim pencernaah
kemudian dihidrolisis asam dan basa sehingga residu yang tersisa dapat ditimbang.
Prinsip dari penentuan serat kasar metode enzim adalah bahan dihidrolisis disertai
penyaringan hingga zat yang tersisa hanya serat kasar sebagai residu tak
terhidrolisis (Pratiwi, 2010).

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

E. Analisis Prosedur
1. Analisis Total Gula Metode Anthrone
Sebelum melakukan praktikum analisis gula metode anthrone, dipersiapkan alat
dan bahan terlebih dahulu. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk analisis total gula
metode anthrone adalah gelas beker, timbangan analitik, cawan petri, spatula, gelas ukur
100 ml, CaCO3, aquades, kompor listrik, baskom, alumunium foil, pengaduk kaca, labu
ukur 100 ml, Pb-asetat, Natrium oksalat, kertas saring whatman no 40, tabung reaksi,
pipet volume, bulb, pipet tetes vortex, kuvet, spektrofotometer, bubuk anthrone serta
madu.
Gelas beker 250 ml berfungsi sebagai wadah sampel saat dan setelah ditimbang
serta untuk mereaksikan sampel dengan CaCO3 dan aquades. Selain itu, gelas beker 250
berfungsi sebagai wadah sampel saat dipanaskan. Gelas beker 100 ml berfungsi sebagai
wadah bubuk anthrone serta wadah untuk mereaksikan bubuk anthrone dengan H2SO4
saat pembuatan reagen anthrone. Timbangan analitik berfungsi untuk mengetahui massa
sampel. Cawan petri berfungsi sebagai wadah ketika menimbang CaCO3. Spatula
berfungsi untuk mengambil serbuk. Gelas ukur berfungsi untuk mengambil larutan dalam
jumlah besar. CaCO3 berfungsi untuk memberi suasana basa pada sampel karena reaksi
hidrolisis gula oleh enzim terjadi pada pH netral, sehingga penambahan CaCO 3 dapat
menghentikan reaksi hidrolisis gula oleh asam. Aquades berfungsi untuk mengencerkan
larutan agar konsentrasinya tidak terlalu pekat dan absorbansi larutan yang diukur pada
spektrofotometer tidak terlalu tinggi (melebihi 1). Alumunium foil berfungsi untuk menutup
tabung reaksi dan erlenmeyer agar sampel didalamnya tidak menguap. Kompor listrik
berfungsi untuk memanaskan larutan. Baskom berfungsi sebagai wadah air untuk
mendinginkan sampel setelah dipanaskan. Labu ukur 100 ml berfungsi sebagai wadah
untuk mengencerkan larutan hingga didapat volume larutan tertentu yang akurat. Pbasetat berfungsi untuk membersihkan pengotor dari larutan dengan cara diendapkan.
Pengaduk kaca berfungsi untuk mengaduk larutan agar homogen. Natrium oksalat
berfungsi untuk membersihkan Pb-asetat yang tersisa dengan cara bereaksi dengan Pbasetat membentuk Pb-oksalat yang mengendap sehingga mudah dipisahkan. Kertas
saring berfungsi untuk memisahkan filtrate dan residu berdasarkan ukuran molekul bahan.
Tabung reaksi berfungsi sebagai wadah sampel yang akan dianalisis. Pipet volume
berfungsi untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Bulb berfungsi untuk
membantu mengambil larutan dengan pipet volume. Pipet tetes berfungsi untuk
mengambil larutan dengan volume kecil atau sedikit. Vortex berfungsi untuk
menghomogenkan larutan, kuvet berfungsi sebagai wadah untuk mengukur absorbansi
sampel pada spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi larutan. Bubuk anthrone berfungsi untuk membuat reagen
anthrone. Madu merupakan sampel yang akan dianalisis kadar gula totalnya.
Setelah alat dan bahan siap, sampel berupa madu rasa jeruk ditimbang
menggunakan timbangan analitik. Gelas beker dimasukkan terlebih dahulu ke timbangan
analitik, kemudian dikalibrasi agar beratnya tidak ikut terhitung. Kemudian dimasukkan
madu rasa jeruk kedalam gelas beker didalam timbangan analitik dengan menggunakan
pipet tetes hingga diperoleh berat 5,8 gram. Setelah didapatkan 5,8 gram madu, gelas
beker dikeluarkan dari timbangan analitik. Setelah itu ditimbang CaCO 3, cawan petri
dimasukkan dalam timbangan analitik kemudian dikalibrasi agar beratnya tidak ikut
terhitung. Kemudian diambil CaCO3 dengan menggunakan spatula dan dimasukan
kedalam cawan petri didalam timbangan analitik hingga beratnya 2 gram. Cawan petri

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

berisi CaCO3 dikeluarkan dari timbangan analitik. Aquades dituangkan ke dalam gelas
ukur hingga volumenya 80 ml. Ditambahkan 80 ml aquades kedalam gelas beker berisi
madu rasa jeruk sambil diaduk untuk menghomogenkan campuran. Setelah diaduk
terbentuk suspensi warna kuning putih. Penambahan aquades berfungsi untuk
mengencerkan larutan agar konsentrasinya tidak terlalu pekat dan nilai absorbansinya
tidak terlalu tinggi ketika dilakukan pengukuran dispekrofotometer. Ditambahkan 2 gram
CaCO3 kedalam gelas beker berisi larutan madu kemudian diaduk hingga homogen.
Setelah ditambahkan CaCO3 warna suspense menjadi bening. CaCO 3 berfungsi untuk
membentuk suasana basa, karena apabila pH larutan asam akan terjadi hidrolisis gula
oleh enzim. Sehingga suasana basa akan menghentikan hidrolisis gula oleh enzim.
Setelah sampel dipanaskan (direfux) hingga mendidih pada kompor listrik. Pemanasan
berfungsi untuk mempercepat reaksi antara sampel dengan reagen. Setelah terbentuk
gelembung pertama pada gelas beker, kompor listrik dimatikan. Dilakukan pendinginan
pada gelas beker berisi sampel. Pendinginan berfungsi untuk menghindari terjadinya
kerusakan pada reagen dan sampel. Proses pendinginan dilakukan dengan cara
merendam gelas beker berisi dengan menggunakan air dalam baskom (ketinggian air
dalam baskom 1/2 tinggi gelas beker). Setelah didinginkan terbentuk endapan dibagian
bawah gelas beker. Setelah dingin gelas beker dikeluaran dari baskom. Diambil
supernatan (cairan) dengan menggunakan pipet volume sebanyak 5 ml dengan
menggunakan pipet volume. Bulb dipasang pada ujung bagian atas pipet volume,
kemudian pipet volume dimasukkan kedalam gelas beker berisi sampel. Ditekan tombol S
pada bulb untuk menyedot cairan sampel. Dimasukkan 5 ml supernatan ke labu ukur 100
ml dengan menekan tombol E. Setelah itu ditambahkan 3 ml Pb asetat ke labu ukur berisi
sampel dengan menggunakan pipet volume dengan cara yang sama seperti pada
pengambilan 5 ml supernatan. Setelah itu ditambahkan 0,5 gram Natrium oksalat. Pb
asetat berfungsi untuk membersihkan pengotor berupa logam, protein dll agar tidak
mengganggu analisis. Penambahan natrium oksalat berfungsi untuk membersihkan Pbasetat dengan cara bereaksi dengan Pb asetat membentuk Pb-oksalat yang akan
mengendap sehingga mudah dipisahkan dari larutan sampel. Setelah itu ditambahkan
aquades hingga tanda batas untuk mengencerkan larutan agar konsentrasinya tidak
terlalu pekat dan ketika dilakukan pembacaan dispektrofotometer didapatkan nilai
absorbansi yang tidak melebihi 1 karena apabila nilai absorbansi >1 maka hasilnya tidak
akurat. Setelah ditambahkan aquades, labu ukur ditutup kemudian dihomogenkan agar
reagen bercampur dengan sampel secara sempurna. Kemudian larutan sampel disaring
dengan kertas saring whatman nomer 40 karena butiran sampel sangat halus. Kertas
saring dibentuk menyerupai bentuk kerucut kemudian dipasang pada corong. Larutan
dilewatkan pada kertas saring dan supernatan ditampung di erlenmeyer. Setelah tu
supernatan ditambahkan 0,1 gram Na-oksalat untuk membersihkan Pb-asetat yang
mungkin masih tersisa. Larutan disaring kembali dengan menggunakan kertas saring dan
supernatan ditampung di erlenmeyer. Penyaringan berfungsi untuk memisahkan filtrate
(supernatan) dengan residu (natan). Diambil 1 ml supernatan dengan menggunakan pipet
volume dan dimasukkan ke labu ukur 100 ml. Ditambahkan aquades hingga tanda batas
untuk mengencerkan larutan agar tidak terlalu pekat dan menghasilkan nilai absorbansi
yang terlalu besar ketika diukur dengan spektrofotometer. Larutan kemudian
dihomogenkan dengan cara dikocok.

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

Setelah itu dibuat reagen anthrone. Reagen anthrone sangat reaktif sehingga
harus dibuat pada hari H praktikum. Ditimbang 0,015 bubuk anthrone karena reagen
antrone yang akan dibuat hanya 15 ml. Alumunium foil dimasukkan ke timbangan analitik
kemudian dikalibrasi agar beratnya tidak ikut terhitung. Diambil bubuk anthrone dengan
menggunakan spatula hingga beratnya 0,015 gram. Setelah itu dikeluarkan dari
timbangan dan dimasukkan bubuk anthrone kedalam gelas beker 100 ml. Kemudian
diambil asam sulfat dari botol penyimpanan dan dituangkan ke gelas beker 50 ml.
Diambil asam sulfat pada botol penyimpanan dengan menggunakan pipet volume
sebanyak 15 ml dan dmasukkan kedalam gelas beker berisi 0,015 gram bubuk anthrone.
Kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk kaca agar homogen. Asam sulfat
berfungsi untuk menghidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida kemudian didehidrasi
menjadi furfural.
Setelah itu diambil sampel (larutan madu) dan blanko (aquades) masing-masing 1 ml
dengan menggunakan pipet volume dengan bantuan bulb. Sampel dan blanko
dimasukkan dalam tabung reaksi. Ditambahkan 5 ml reagen anthrone pada sampel dan
blanko. Reagen anthrone berfungsi untuk membentuk kompleks warna hijau kebiruan
apabila bereaksi dengan furfural. Setelah itu sampel dan blanko divortex agar hmogen
dan bercampur sempurna. Sambil menunggu, dipanaskan air 100 ml pada gelas beker
dengan menggunakan kompor listrik. Setelah air panas, dimasukkan tabung reaksi berisi
sampel dan blanko yang telah divortex. Sampel dan blanko dipanaskan selama 12 menit.
Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi antara glukosa dengan reagen anthrone
dalam asam sulfat sehingga terbentuk kompleks warna hijau kebiruan. Setelah itu,
didinginkan tabung reaksi berisi sampel dan blanko pada air mengalir. Setelah dingin,
dimasukkan blanko dan sampel pada kuvet. Kuvet dibilas terlebih dahulu dengan blanko
(untuk kuvet yang akan diisi blanko), untuk kuvet yang akan diisi sampel maka kuvet
dibilas dengan sedikit sampel. Setelah itu cairan pembilas dibuang dan sisi halus kuvet
dibersihkan dengan menggunakan tisu agar tidak mempengaruhi pembacaan
dispektrofotometer. Setelah dibilas dimasukkan blanko pada kuvet 1 dan sampel pada
kuvet 2 hingga hampir penuh dan sisi halus kuvet diberishkan dengan tisu dengan arah
pembersihan 1 arah. Diatur spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.
Dimasukkan kuvet berisi sampel pada lubang spektrofotometer kemudian ditera
absorbansinya. Setelah keluar nilai absorbansi blanko, kuvet berisi blanko dikeluarkan
kemudian dikalibrasi. Diukur nilai absorbansi dengan cara yang sama untuk sampel
kemudian hasilnya ditulis di DHP.
Pembuatan kurva standar
Kurva standart digunakan untuk membuat persamaan linear, dimana persamaan
linear digunakan untuk menghitung konsentrasi gula. Pembuatan kurva standart diawali
dengan pembuatan larutan standart glukosa. Cawan petri ditimbang pada timbangan
analitik kemudian dikalibrasi agar beratnya tidak ikut terhitung. Setelah itu dimasukkan
glukosa anhidrat kedalam cawan petri dalam timbangan analitik dengan menggunakan
spatula hingga beratnya mencapai 200 mg. 200 mg glukosa anhidrat dimasukkan
kedalam gelas beker dan diberi sedikit aquades. Setelah itu larutan glukosa anhidrat
dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquades hingga tanda batas
untuk mengencerkan larutan agar absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer tidak
melebihi 1. Kemudian diambil 10 ml larutan glukosa dengan menggunakan pipet volume
dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml yang baru. Ditambahkan aquades hingga

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

tanda batas (10 ml) untuk mengencerkan larutan agar terlalu pekat dan apabila dilakukan
pembacaan dispektrofotometer hasilnya tidak melebihi 1. Kemudian diambil larutan
glukosa dengan menggunakan pipet volume dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berbeda sebanyak 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 ml. Pada masing-masing tabung reaksi
ditambahkan aquades hingga volumenya 1 ml. Ditambahkan 5 ml pereaksi anthrone pada
masing-masing tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi kemudian divortex agar
homogen. Tabung reaksi berisi larutan standart kemudian dipanaskan selama 12 menit
pada gelas beker berisi air mendidih untuk mempercepat reaksi antara sampel dengan
reagen. Setelah itu tabung reaksi berisi larutan standart didinginkan di air mengalir.
Dimasukkan larutan standart ke dalam kuvet, dan dibaca absorbansinya satu persatu
pada spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm. Setelah didapatkan semua
absorbansi larutan standart, dibuat kurva standart hubungan antara konsentrasi dan
absorbansi pada Ms. Excell untuk mendapatkan persamaan linear.
2. Analisis Kadar Pati Metode Hidrolisis Asam
Sebelum melakukan praktikum analisis pati metode hidrolisis asam, dipersiapkan
alat dan bahan terlebih dahulu. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk analisis pati
metode hidrolisis asam adalah gelas beker, timbangan analitik, erlenmeyer, cawan petri,
spatula, gelas ukur, etanol 80%, HCl 25%, NaOH 45%, reagen nelson, reagen
arsenomolibdat, aquades, kompor listrik, labu ukur 100 ml, labu ukur 500 ml, labu ukur 10
ml, kertas saring, tabung reaksi, pipet volume, bulb, alumunium foil, pengaduk kaca,
vortex, kuvet, spektrofotometer, serta kentang.
Gelas beker berfungsi sebagai berfungsi sebagai wadah air mendidih untuk
memanaskan sampel. Gelas beker 100 ml berfungsi sebagai wadah untuk mereaksikan
nelson A dan nelson B dalam pembuatan reagen nelson somogyi. Timbangan analitik
berfungsi untuk mengetahui massa sampel. Etanol 80% berfungsi untuk melarutkan
komponen polar selain pati. Eter berfungsi untuk melarutkan senyawa non polars seperti
lemak yang ada pada sampel. HCl berfungsi untuk menghidrolisis pati. NaOH berfungsi
untuk menetralkan sampel agar reagen nelson somogyi dapat bereaksi dengan sampel.
Reagen nelson somogyi befungsi untuk bereaksi dengan gula pereduksi sehingga kupri
oksida pada sampel direduksi menjadi kupro oksida. Reagen arsenomolibdat berfungsi
untuk mereduksi kupro oksida menjadi molibden blue. Cawan petri berfungsi sebagai
wadah ketika menimbang sampel. Spatula berfungsi untuk mengambil serbuk. Gelas ukur
berfungsi untuk mengambil larutan dalam jumlah besar. Aquades berfungsi untuk
mengencerkan larutan agar konsentrasinya tidak terlalu pekat dan absorbansi larutan
yang diukur pada spektrofotometer tidak terlalu tinggi (melebihi 1). Kompor listrik
berfungsi untuk memanaskan larutan. Labu ukur berfungsi sebagai wadah untuk
mengencerkan larutan hingga didapat volume larutan tertentu yang akurat. Pengaduk
kaca berfungsi untuk mengaduk larutan agar homogen. Kertas saring berfungsi untuk
memisahkan filtrate dan residu berdasarkan ukuran molekul bahan. Tabung reaksi
berfungsi sebagai wadah sampel yang akan dianalisis. Pipet volume berfungsi untuk
mengambil larutan dengan volume tertentu. Bulb berfungsi untuk membantu mengambil
larutan dengan pipet volume. Vortex berfungsi untuk menghomogenkan larutan, kuvet
berfungsi sebagai wadah untuk mengukur absorbansi sampel pada spektrofotometer.
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi larutan.
Kentang merupakan sampel yang akan dianalisis kadar gula totalnya.

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

Setelah alat dan bahan disiapkan, sampel berupa kentang dihaluskan dengan
menggunakan cawan porselin dan mortar. Penghalusan berfungsi agar pati yang
terkandung dalam kentang keluar. Setelah itu, sampel ditimbang. Erlenmeyer 500 ml
ditimbang dalam timbangan analitik kemudian dikalibrasi agar beratnya tidak ikut
terhitung. Kemudian dimasukkan kentang yang telah dihaluskan kedalam erlenmeyer
didalam timbangan analitik dengan menggunakan spatula hingga beratnya mencapai 5
gram. Setelah ditimbang, erlenmeyer berisi sampel dikeluarkan dari timbangan analitik.
Etanol 80% dituangkan dari botol penyimpanan ke gelas ukur hingga volumenya 50 ml,
kemudian dituangkan 50 ml etanol 80% tersebut ke erlenmeyer berisi sampel kentang.
Penambahan etanol berfungsi untuk melarutkan komponen polar selain pati sehingga
komponen polar selain pati bisa terpisah dari pati. Komponen polar selain pati yang
terlarut dalam etanol akan tertinggal dikertas saring sebagai residu ketika dilakukan
penyaringan. Setelah itu, erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil agar etanol tidak
menguap dan diaduk selama 1 jam menggunakan shaker untuk menghomogenkan
sampel, serta memaksimalkan ekstraksi senyawa polar selain pati agar pelarutannya
maksimal. 1 jam kemudian, sampel disaring dengan menggunakan kertas saring. Kertas
saring dibentuk menyerupai kerucut dan dipasang pada corong. Larutan sampel
dilewatkan pada kertas saring dan filtratnya ditampung pada erlenmeyer. Penyaringan
berfungsi untuk memisahkan antara filtrat dan residu. Saat penyaringan, sesekali diaduk
agar ekstraksi berjalan maksimal dimana komponen polar selain pati akan jatuh kebawah
bersama dengan etanol 80% karena kepolarannya sama. Residu hasil penyaringan,
dicuci cara mengalirkan aquades pada residu hingga 250 ml. Aquades berfungsi untuk
melarutkan senyawa polar yang masih tersisa. Filtrat hasil penyaringan kemudian
dibuang. Setelah itu, residu yang masih berada di kertas saring kembali dicuci dengan
eter sebanyak 2 ml. Eter berfungsi untuk melarutkan senyawa non polar seperti lemak
pada sampel. Pencucian dilakukan diatas kertas saring agar komponen pati tidak jatuh ke
filtrate di bagian bawah. Setelah ditambahkan eter, sampel didiamkan selama 5 menit
untuk memberi waktu bagi eter untuk melarutkan komponen non polar. Selain itu, sampel
didiamkan selama 5 menit untuk menguapkan eter dan senyawa yang larut didalamnya
sehingga residu terbebas dari komponen non polar. Setelah itu residu kembali dicuci
dengan cara dialiri 10 ml etanol 10%. Penambahan etanol berfungsi untuk melarutkan
komponen non polar yang kemungkinan masih tersisa serta membebaskan karbohidrat
yang masih tertinggal. Residu kemudian dipindahkan ke erlenmeyer baru. Residu kembali
dicuci dengan aquades untuk menghilangkan komponen polar yang kemungkinan masih
tersisa. Setelah itu residu dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan dengan 20
ml HCl 25% serta aquades sebanyak 200 ml. Penambahan HCl ke erlenmeyer
menggunakan gelas ukur. HCl dari botol penyimpanan diruangkan ke gelas beker
kemudian dituangkan ke gelas ukur hingga volumenya tepat 20 ml baru kemudian
dituangkan ke erlenmeyer berisi residu sampel. Untuk penambahan aquades, aquades
langsung dituangkan ke gelas ukur hingga volumenye 200 ml kemudian baru dituangkan
ke erlenmeyer berisi sampel. Sampel dikocok hingga bercampur. Penambahan aquades
berfungsi untuk mengencerkan larutan sehingga konsentrasinya tidak terlalu pekat dan
ketika dibaca absorbansinya pada spektrofotometer tidak terlalu tinggi (<1). Sedangkan
HCl berfungsi untuk menghidrolisis ikatan -1,4 dan -1,6 pada pati. Setelah itu
erlenmeyer dipasang pada pendingin balik dan direflux diatas pemanas listrik selama 2,5
jam. Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi antara reagen dan sampel. Saat

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

pemanasan digunakan reflux untuk menjaga volume reagen dalam erlenmeyer tetap
(tidak berkurang) karena jika volume berkurang pengukuran tidak valid. Saat
memasangkan erlenmeyer ke cold finger lubang erlenmeyer bagian dalam serta lubang
cold finger bagian bawah sisi luar diberi vaselin agar reagen tidak menguap. Setelah itu,
sampel didinginkan pada air mengalir. Setelah dingin sampel dimasukkan dalam labu ukur
500 ml, sampel kemudian dinetralkan dengan NaOH 45%. NaOH berfungsi untuk
menetralkan pH sampel karena ketika sampel bersifat asam reagen nelson somogyi tidak
dapat bereaksi dengan sampel. Setelah itu ditambahakan aquades hingga tanda batas
untuk mengencerkan sampel agar konsentrasinya tidak terlalu pekat serta untuk
melarutkan komponen polar yang kemungkinan masih tersisa. Larutan sampel kemudian
dikocok agar homogen. Larutan kemudian disaring untuk memisahkan filtrat dan residu.
Filtart yang jatuh kebawah kemudian diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam labu ukur 10
ml. Kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas untuk mengencerkan larutan.
Setelah itu labu ukur dikocok agar homogen.
Setelah itu, dilakukan pembuatan reagen nelson somogyi. Reagen nelson terdiri dari
nelson A dan nelson B. Nelson A merupakan campuran dari kalium atau natrium tartarat
dengan NaOH, sedangkan nelson B terdiri dari CuSO4 dan H2SO4. Perbandingan campuran
nelon A:nelson B adalah 25:1 sehingga dalam praktikum ini perbandingan nelson A dan B
yang dipakai adalah 2,5 ml:0,1 ml. Nelson A dan B diambil dengan menggunakan pipet
volume kemudian dicampurkan pada gelas beker 100 ml.
Filtrat sampel yang ada pada labu ukur 10 ml diambil 1 ml dengan menggunakan
pipet volume. Bulb dipasang pada ujung bagian atas pipet volume kemudian ujung yang
lain dimasukkan kedalam labu ukur. Ditekan tombol S pada bulb untuk mengambil larutan,
kemudian larutan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Pada tabung reaksi yang berbeda
dimasukkan juga 1 ml blanko berupa aquades. Ditambahkan 1 ml reagen nelson pada
masing-masing tabung reaksi. Reagen nelson berfungsi untuk bereaksi dengan gula
pereduksi sehingga gula pereduksi akan mereduksi kupri oksida pada reagen nelson
menjadi kupro oksida. Setelah itu, tabung reaksi berisi sampel yang telah diberi reagen
nelson dipanaskan dalam gelas beker berisi air mendidih diatas kompor listrik selama 20
menit untuk mempercepat reaksi antara gula pereduksi dengan reagen nelson. Setelah itu,
sampel didinginkan pada air mengalir. Ditambahkan 1 ml reagen arsenomolibdat dengan
menggunakan pipet volume pada masing-masing tabung reaksi berisi sampel. Reagen
arsenomolibdat berfungsi untuk mereduksi kupro oksida menjadi molibdene blue yang
berwarna biru. Tabung reaksi kemudian dikocok agar homogen. Lalu ditambahkan 7 ml
aquades untuk mengencerkan larutan dan kemudian dikocok kembali agar homogen.
Setelah itu, dilakukan pembacaan absorbansi sampel dan blanko pada spektrofotometer.
Kuvet dibilas dengan blanko (untuk kuvet yang akan diisi blanko), untuk kuvet yang akan
diisi sampel maka kuvet dibilas dengan sedikit sampel. Setelah itu cairan pembilas dibuang
dan sisi halus kuvet dibersihkan dengan menggunakan tisu agar tidak mempengaruhi
pembacaan dispektrofotometer. Setelah dibilas dimasukkan blanko pada kuvet 1 dan
sampel pada kuvet 2 hingga hampir penuh dan sisi halus kuvet dibersihkan dengan tisu
dengan arah pembersihan 1 arah. Diatur spektrofotometer pada panjang gelombang 560
nm. Dimasukkan kuvet berisi sampel pada lubang spektrofotometer kemudian ditera
absorbansinya. Setelah keluar nilai absorbansi blanko, kuvet berisi blanko dikeluarkan
kemudian dikalibrasi. Diukur nilai absorbansi dengan cara yang sama untuk sampel
kemudian hasilnya ditulis di DHP.

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

Pembuatan kurva standar


Kurva standart digunakan untuk membuat persamaan linear, dimana persamaan
linear digunakan untuk menghitung konsentrasi gula. Pembuatan kurva standart diawali
dengan pembuatan larutan standart glukosa. Cawan petri ditimbang pada timbangan
analitik kemudian dikalibrasi agar beratnya tidak ikut terhitung. Setelah itu dimasukkan
glukosa anhidrat kedalam cawan petri dalam timbangan analitik dengan menggunakan
spatula hingga beratnya mencapai 10 mg. 10 mg glukosa anhidrat dimasukkan kedalam
gelas beker dan diberi sedikit aquades. Setelah itu larutan glukosa anhidrat dimasukkan
kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquades hingga tanda batas untuk
mengencerkan larutan agar absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer tidak melebihi
1. Kemudian diambil larutan glukosa dengan menggunakan pipet volume dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi yang berbeda sebanyak 0, 2, 4, 6, 8 dan 10 ml. Pada masingmasing tabung reaksi ditambahkan aquades hingga volumenya 10 ml. Ditambahkan 1 ml
reagen nelson pada masing-masing tabung reaksi kemudian dipanaskan dalam air
mendidih pada kompor listrik selama 20 menit. Setelah 20 menit, larutan standart dalam
tabung reaksi didinginkan. Ditambahkan 1 ml reagen arsenomolibdat pada masing-masing
tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi kemudian divortex agar homogen.
Dimasukkan larutan standart ke dalam kuvet, dan dibaca absorbansinya satu persatu pada
spektrofotometer pada panjang gelombang 560 nm. Setelah didapatkan semua absorbansi
larutan standart, dibuat kurva standart hubungan antara konsentrasi dan absorbansi pada
Ms. Excell untuk mendapatkan persamaan linear.
3. Analisis Kadar Serat Kasar
Sebelum melakukan praktikum, hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan. Alat dan bahan yang digunakan untuk analisis kadar serat kasar adalah Wortel,
cawan porselin, mortar, parutan, cawan petri, spatula, H 2SO4, NaOH, K2SO4, etanol 95%,
aquades, timbangan analitik, erlenmeyer 250 ml, labu ukur, kertas lakmus, kertas saring,
oven, penjepit besi, serta desikator. Wortel merupakan sampel yang akan dianalisis kadar
serat kasarnya, cawan porselin dan mortar berfungsi untuk menghaluskan sampel. Parutan
berfungsi untuk memperkecil ukuran sehingga luas permukaannya semakin besar. Cawan
petri digunakan sebagai wadah saat menimbang sampel. Spatula berfungsi untuk
mengambil sampel. H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis komponen non serat dalam
suasana asam. NaOH berfungsi untuk menghidrolisis komponen non serat dalam suasana
basa. K2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis sisa-sisa hidrolisis berupa garam mineral.
Etanol berfungsi untuk melarutkan sisa-sisa gula pereduksi. Aquades berfungsi untuk
mengencerkan larutan sehingga konsentrasinya tidak terlalu pekat dan ketika dibaca
dispektrofotometer absorbansinya tidak melebihi 1 serta untuk melarutkan senyawa polar
yang ada pada sampel. Timbangan analitik berfungsi untuk mengetahui massan sampel.
Erlenmeyer 250 ml berfungsi sebagai wadah sampel. Labu ukur berfungsi untuk
mengencerkan larutan agar volumenya tepat. Kertas lakmus merupakan indikator yang
menandakan bahwa larutan telah netral. Kertas saring berfungsi untuk memisahkan filtrate
dan residu. Penjepit besi berfungsi untuk mengambil sampel dari oven dan dari desikator.
Desikator berfungsi untuk menurunkan suhu sampel dan erlenmeyer setelah dioven agar
tidak pecah serta menyeimbangkan kelembapan.
Setelah alat dan bahan siap, sampel berupa Wortel diparut untuk memperkecil
ukuran sehingga luas permukaan semakin besar. Jika luas permukkan semakin besar
maka kontak dengan panas dan reagen semakin banyak dan penetrasi panas serta reagen

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

ke dalam bahan semakin cepat. Setelah diparut, sampel dihaluskan dengan cawan porselin
dan mortar untuk mengekstrak komponen dari dalam sel. Setelah itu, sampel ditimbang
menggunakan timbangan analitik. Cawan petri dimasukkan dalam timbangan analitik
kemudian dikalibrasi agar beratnya tidak ikut terhitung. Setelah itu sampel Wortel
dimasukkan kedalam cawan petri dalam timbangan analitik dengan menggunakan spatula
hingga beratnya mencapai 5 gram. Setelah itu, cawan petri berisi sampel dikeluarkan dari
timbangan analitik dan dpindahkan ke erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan H2SO4 0,325 N
sebanyak 100 ml dengan menggunakan pipet volume. H2SO4 berfungsi untuk
menghidrolisis komponen non serat dalam suasana asam. Normalitas H2SO4 yang
digunakan adalah 0,325 N, normalitas tersebut disesuaikan dengan kondisi asam lambung
karena yang akan diuji adalah serat kasar yang tidak bisa dihidrolisis oleh enzim, asam,
serta basa didalam tubuh sehingga kondisinya dibuat sama dengan yang ada di dalam
tubuh. Setelah itu, sampel direflux diatas kompor listrik selama 30 menit untuk
mempercepat laju reaksi dan mempercepat proses pemisahan serat. Setelah 30 menit,
kompor listrik dimatikan dan sampel didinginkan di air mengalir. Sampel kemudian disaring
dengan kertas saring whatman no. 40 karena butirannya halus. Kertas saring whatman
dibentuk menyerupai kerucut kemudian dipasang pada corong kaca, setelah itu sampel
dilewatan pada kertas saring dan filtratnya ditampung pada erlenmeyer. Penyaringan
berfungsi untuk memisahkan antara filtrate dan residu. Residu yang tertampung kemudian
dibilas dengan aquades hingga netral. Cara mengetahui bahwa sampel sudah netral
adalah dengan cara meletakkan kertas lakmus warna merah pada residu. Jika kertas
lakmus berubah warna menjadi ungu maka residu telah netral. Jika kertas lakmus masih
berwarna merah maka residu masih asam. Residu kemudian dipindahkan ke erlenmeyer
yang lain, kemudian ditambahkan NaOH 1,25 N sebanyak 50 ml. Penambahan NaOH
berfungsi untuk menghidrolisis komponen non serat dalam suasana basa. Normalitas
NaOH yang digunakan adalah 1,25 N, normalitas tersebut disesuaikan dengan kondisi
dalam tubuh karena yang akan diuji adalah serat kasar yang tidak bisa dihidrolisis oleh
enzim, asam, serta basa didalam tubuh sehingga kondisinya dibuat sama dengan yang ada
di dalam tubuh. Setelah itu sampel direflux selama 30 menit diatas kompor listrik. Saat
pemanasan digunakan reflux untuk menjaga volume reagen dalam erlenmeyer tetap (tidak
berkurang) karena jika volume berkurang pengukuran tidak valid. Saat memasangkan
erlenmeyer ke cold finger lubang erlenmeyer bagian dalam serta lubang cold finger bagian
bawah sisi luar diberi vaselin agar reagen tidak menguap. Pemanasan pada reflux
bertujuan untuk mempercepat reaksi antara sampel dengan NaOH. Setelah itu sampel
didinginkan pada air mengalir. Sampel kemudian disaring dengan kertas saring whatman
no 40 karena butirannya halus. Sebelumnya kertas saring whatman telah dioven selama 15
menit suhu 1050C untuk menghilangkan kadar air pada kertas saring. Kadar air pada kertas
saring perlu dihilangkan karena dalam penentuan kadar serat kasar digunakan metode
gravimetri. Dalam penimbangan serat kasar, sampel harus dilapisi kertas saring agar tidak
menyebar. Jika pada kertas saring terdapat air, maka air akan ikut tertimbang sebagai berat
kertas saring sehingga dapat mengalami kesalahan negatif karena berat serat kasar yang
tertimbang menjadi lebih sedikit. Kertas saring dibentuk kerucut kemudian dipasang pada
corong buchner. Sampel kemudian dilewatkan pada kertas saring dan filtrate ditampung
pada erlenmeyer buchner. Penyaringan berfungsi untuk memisahkan antara filtrat dan
residu. Sampel dibilas dengan aquades hingga netral. Pompa vakum dipasangkan pada
lubang pada leher erlenmeyer buchner. Sampel dibilas dengan 25 ml K 2SO4 (menggunakan

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

gelas ukur) yang berfungsi untuk menghidrolisis sisa-sisa hidrolisis berupa garam mineral.
Kemudian pompa vakum dinyalakan untuk menyedot K2SO4. Setelah itu ditambahkan 25
ml etanol dengan menggunakan gelas ukur untuk menghilangkan gula pereduksi.
Kemudian pompa vakum kembali dinyalakan untuk menyedot etanol. Pompa vakum
dimatikan kemudian ditambahkan 25 ml aqudes untuk menghilangkan senyawa polar pada
sampel. Kemudian residu yang tertinggal di kertas saring dikeringkan dalam oven untuk
menghilangkan reagen serta air pada oven suhu 105 oC selama 2 jam. Setelah 2 jam
sampel diambil dengan menggunakan penjepit besi untuk menghindari panas dari oven
serta agar sampel tidak menyerap air dari lingkungan karena penjepit besi sangat kering.
Setelah itu sampel dimasukkan dalam desikator selama 15 menit. Pada desikator terdapat
silica gel yang berfungsi untuk menyerap uap air pada cawan petri dan sampel. Silika gel
yang berwarna biru atau hijau gelap berarti belum jenuh sehingga daya serap airnya bagus,
sedangkan silica gel yang berwarna merah kecoklatan telah jenuh sehingga daya serapnya
kurang baik dan perlu dioven selama 24 jam untuk menguapkan air yang dikandungnya.
Didalam desikator, silica gel akan menyerap uap air dan menurunkan panas karena cawan
petri dalam keadaan panas apabila ditimbang maka tidak stabil dan akan mempengaruhi
berat (bisa bertambah atau berkurang). Saat memindahkan cawan dari oven ke desikator,
desikator harus didekatkan dengan oven dan harus langsung ditutup ketika cawan petri
sudah masuk ke desikator (tidak boleh dibuka-buka terlalu lama) karena cawan petri serta
sampel yang dibiarkan terlalu lama pada udara terbuka sangat mudah menyerap air.
Kemudian sampel ditimbang pada timbangan analitik. Sampel kembali dikeringkan hingga
diperoleh berat konstan. Kemudian ditulis hasil penimbangan pada DHP.

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

F. ANALISIS HASIL
1. Penentuan Kadar Gula Total Metode Anthrone
Prinsip penentuan kadar gula dengan metode anthrone adalah karbohidrat
dihidrolisis oleh asam kuat menghasilkan monosakarida atau gula sederhana yang kemudian
dalam keadaan panas didehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural yang selanjutnya firfiral
mengalami kondensasi degan anthrone (9,10-dihidro-9-ozoanthracene) membentuk
kompleks hijau kebiruan yang kemudian diukur menggunakan spektorfotometer dengan
panjang gelombang 630 nm.
Setelah dilakukan praktikum analisis kadar gula total metode anthrone didapatkan
hasil bahwa berat awal sampel madu rasa jeruk adalah 5,8042 gram dengan volume filtrate
yaitu 1 ml16=16 ml. Setelah diukur nilai absorbansinya dengan spektrofotometer
didapatkan hasil bahwa nilai absorbansi dari sampel adalah 0,168. Nilai absorbansi dari
larutan standart glukosa konsentrasi 0; 0,04; 0,08; 0,12; 0,16; 0,2 dengan volume berturutturut sebesar 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 ml absorbansinya berturut-turut adalah 0; 0,23;
0,379; 0,570; 0,707; 0,873. Sehingga didapatkan persamaa linear y=4,2764x+0,0322. Dari
persamaan linear kurva standart larutan glukosa dan absorbansi sampel bisa dihitung
konsentrasi gula total. Pada persamaan linear y merupakan absorbansi sampel sedangkan x
adalah konsentrasi sampel sehingga didapatkan perhitungan:
y=4,2764x+0,0322
0,169=4,2764x+0,0322
x=

0,1690,0322
4,2764

x=0,03198
Sehingga konsentrasi sampel adalah 0,03198 mg/ml. Kadar gula dihitung dengan
menggunakan rumus % kadar gula=

volume filtrat konsentrasi sampel FP


. Faktor
berat sampel( mg)

pengenceran pada praktikum kali ini adalah 2000 yang didapatkan dari:
Pengenceran 5 ml sampel menjadi 100 ml Fp=

100
=20 kali
5

Pengenceran 1 ml sampel menjadi 100 ml Fp=

100
=1 00 kali
1

Sehingga factor pengenceran total adalah 20100=2000 kali


Volume filtrate yang digunakan adalah 16 ml karena pengenceran dilakukan pada 5 ml
sampel dari larutan asli yaitu 80 ml. Sehingga volume fitrat harus dikali 16.
Setelah itu dihitung kadar gula pada madu rasa sebagai berikut:
% kadar gula total=

16 0,03198 2000
100 = 17,6313%.
5804,2 mg

Jika dibandingkan antara hasil praktikum dengan literatur maka hasil praktikum tidak
sesuai dengan literature. Menurut Nanda (2008) kadar gula total pada madu adalah 79,8%.
Kandungan nutrisi tertinggi pada madu adalah karbohidrat dan air. Karbohidrat yang ada
pada madu sebagian besar adalah gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) dengan kadar
minimal 65%. Faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian antara hasil praktikum dengan

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

literature adalah perbedaan jenis madu yang digunakan, perbedaan metode penentuan
kadar gula total. Selain itu komposisi kimia madu dipengaruhi oleh beberapa factor seperti
komposisi nectar madu, keadaan iklim, topografi, jenis lebah, cara pengolahan dan
penyimpanan (Saputra, 2012).
Selain itu factor yang dapat mempengaruhi hasil praktikum adalah jenis bahan, sifat
bahan, ukuran sampel, reagen serta suhu. Untuk factor jenis bahan, apabila komponen yang
dianalisis berbeda maka perlakuan yang diberikan pada sampel juga berbeda. Untuk factor
kedua yaitu sifat bahan, misalkan bahan yang dianalisis bersifat asam maka harus
dinetralkan terlebih dahulu. Untuk factor ukuran sampel, ukuran yang besar menyebabkan
ekstraksi komponen semakin sulit karena penetrasi panas ke dalam bahan semakin lama.
Apabila luas permukkan semakin kecil (ukuran semakin besar) maka semakin mudah
ekstraksi dilakukan karena penetrasi panas dan reagen kedalam bahan semakin cepat.
Faktor selanjutnya adalah reagen. Konsentrasi serta jenis reagen tergantung pada jenis
bahan. Faktor yang terakhir adalah suhu. Apabila suhu dinaikkan maka reaksi akan
berlangsung semakin cepat dan waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi semakin cepat.
2. Analisis Pati metode Hidrolisis Asam
Prinsip analisis pati metode hidrolisis asam adalah pati dihidrolisis dengan HCl
sehingga malekul pati akan pecah dan secara acak menghasilkan sakarida berantai pendek
yang kemudian dinetralkan dengan NaOH. Terjadi reaksi kupri oksida menjadi kupro oksida
dari reagen nelson karena adanya gula pereduksi hasil hidrolisis pati. Jumlah gula pereduksi
ditentukan dengan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 560 nm. Setelah
dilakukan praktikum analisis pati metode hidrolisis asam didapatkan hasil bahwa berat awal
sampel kentang adalah 5 gram atau 5 10 -3 mg dengan volume filtrate yaitu 500 ml. Setelah
diukur nilai absorbansinya dengan spektrofotometer didapatkan hasil bahwa nilai absorbansi
dari sampel adalah 0,560. Nilai absorbansi dari larutan standart glukosa konsentrasi 0; 0,02;
0,04; 0,06; 0,08; 0,1 dengan volume berturut-turut 0, 2, 4, 6, 8 dan 10 ml absorbansinya
berturut-turut adalah 0; 0,203; 0,365; 0,542; 0,747; 0,946. Sehingga didapatkan persamaan
linear y=0,0093x+0,0001. Dari persamaan linear kurva standart larutan glukosa dan
absorbansi sampel bisa dihitung konsentrasi gula. Pada persamaan linear y merupakan
absorbansi sampel sedangkan x adalah konsentrasi sampel sehingga didapatkan
perhitungan:
y =0,0093x +0,0001
0,560=0,0093x +0,0001
0,0093x=0,560-0,0001
x=60,21 ppm
Sehingga konsentrasi gula sampel kentang adalah 60,21 mg/ml. Kadar gula dihitung
dengan menggunakan rumus % kadar gula=

volume filtrat konsentrasi sampel FP


.
berat sampel( mg)

Faktor pengenceran pada praktikum kali ini adalah 10 yang didapatkan dari:
Pengenceran 1 ml sampel menjadi 10 ml Fp=

10
=10 kali
1

Setelah itu dihitung kadar gula pada kentang sebagai berikut:

Nama
NIM
Kelas
Kelompok
% kadar gula total =

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

10 60,210
100
5020

=11,99%
Kemudian dihitung kadar pati pasa sampel kentang dengan menggunakan rumus %kadar
pati=% kadar gula0,9 Sehingga
% kadar pati =%kadar gula0,9
=11,99%0,9 =10,79% atau 10,79 mg/ml
Jika dibandingkan antara hasil praktikum dengan literatur maka hasil praktikum
sesuai dengan literature. Menurut Koswara (2006) kadar pati pada kentang rata-rata adalah
22,4% sehingga hasil praktikum hanya berselisih 11,69 % dari literature. Selisih yang cukup
jauh. Komposisi kentang dipengaruhi oleh varietas, lokasi dan musim tanam (Koswara,
2006).
3. Penentuan Kadar serat kasar
Prinsip analisis serat kasar adalah mengukur serat kasar atau zat organic yang tidak
larut dalam asam kuat H2SO4 0,325 N dan basa kuat NaOH 1,25 N secara berturut-turut
kemudian dipanaskan selama 30 menit. Pengukuran serat kasar dilakukan secara gravimetri
melalui 2 tahap yaitu defeating (menghilangkan lemak dengan pelarut non polar) dan
digestion (pelarutan dengan asam dan basa untuk menghilangkan komponen selain serat.
Setelah dilakukan praktikum analisis kadar serat kasar didapatkan hasil bahwa berat
awal sampel Wortel adalah 5,0499 gram. Berat awal kertas saring adalah 0,9745 gram.
Berat kertas saring perlu ditimbang karena serat kasar tidak mungkin ditimbang sendiri tanpa
alas. Sehingga fungsi dari menimbang berat kertas saring adalah agar diketahui berat
sampel. Setelah dilakukan praktikum, didapatkan hasil bahwa berat kertas saring+residu
adalah 1,1632 gram. Dari data tersebut dapat dihitung berat endapan. Berat endapan adalah
berat residu dikurangi berat kertas saring sehingga berat endapan=1,1632-1,0257=0,1375
gram. Kadar serat kasar dihitung dengan menggunakan rumus %serat kasar=

0,1375
100 =2,7 .
5,04
Jika dibandingkan antara hasil praktikum dengan literatur maka hasil praktikum tidak
sesuai dengan literature. Menurut Millah (2013) kadar serat kasar pada Wortel cukup tinggi
mencapai 2,1%. Namun kadar serat kasar pada Wortel hasil praktikum lebih tinggi dari
literature yag mencapai 2,7% sehingga berselisih 0,6% dari literature. Faktor yang
menyebabkan ketidaksesuaian dengan literature adalah perbedaan jenis atau varietas
Wortel yang digunakan, perbedaan lokasi penanaman Wortel, perbedaan musim tanam
Wortel, serta perbedaan metode analisis serat kasar yang digunakan.
Selain itu factor yang dapat mempengaruhi hasil praktikum adalah jenis bahan, sifat
bahan, ukuran sampel, reagen serta suhu. Untuk factor jenis bahan, apabila komponen yang
dianalisis berbeda maka perlakuan yang diberikan pada sampel juga berbeda. Untuk factor
kedua yaitu sifat bahan, misalkan bahan yang dianalisis bersifat asam maka harus
dinetralkan terlebih dahulu. Untuk factor ukuran sampel, ukuran yang besar menyebabkan
ekstraksi komponen semakin sulit karena penetrasi panas ke dalam bahan semakin lama.
Apabila luas permukkan semakin kecil (ukuran semakin besar) maka semakin mudah
ekstraksi dilakukan karena penetrasi panas dan reagen kedalam bahan semakin cepat.
Faktor selanjutnya adalah reagen. Konsentrasi serta jenis reagen tergantung pada jenis

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

bahan. Faktor yang terakhir adalah suhu. Apabila suhu dinaikkan maka reaksi akan
berlangsung semakin cepat dan waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi semakin cepat.

KESIMPULAN
Prinsip penentuan kadar gula dengan metode anthrone adalah karbohidrat
dihidrolisis oleh asam kuat menghasilkan monosakarida atau gula sederhana yang kemudian
dalam keadaan panas didehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural yang selanjutnya firfiral
mengalami kondensasi degan anthrone (9,10-dihidro-9-ozoanthracene) membentuk
kompleks hijau kebiruan yang kemudian diukur menggunakan spektorfotometer dengan
panjang gelombang 630 nm. Tujuan dari metode anthrone adalah untuk menganalisis kadar
gula total (gula pereduksi dan gula non pereduksi) pada sampel.
Prinsip analisis pati metode hidrolisis asam adalah pati dihidrolisis dengan HCl
sehingga malekul pati akan pecah dan secara acak menghasilkan sakarida berantai pendek
yang kemudian dinetralkan dengan NaOH. Terjadi reaksi kupri oksida menjadi kupro oksida
dari reagen nelson karena adanya gula pereduksi hasil hidrolisis pati. Jumlah gula pereduksi
ditentukan dengan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 560 nm. Tujuan
metode hidrolisis asam adalah untuk mengetahui kadar gula dalam sampel yang kemudian
bisa dikonversikan menjadi kadar pati dengan cara dikalikan dengan faktor konversi yaitu
0,9.
Prinsip analisis serat kasar adalah mengukur serat kasar atau zat organic yang tidak
larut dalam asam kuat H2SO4 0,325 N dan basa kuat NaOH 1,25 N secara berturut-turut
kemudian dipanaskan selama 30 menit. Pengukuran serat kasar dilakukan secara gravimetri
melalui 2 tahap yaitu defeating (menghilangkan lemak dengan pelarut non polar) dan
digestion (pelarutan dengan asam dan basa untuk menghilangkan komponen selain serat.
Tujuan dari analisis serat kasar adalah untuk menentukan kadar serat kasar pada sampel
serta untuk membuktikan bahwa serat kasar merupakan serat yang tidak dapat dihidrolisis
oleh asam serta basa di dalam tubuh.
Tujuan dari praktikum analisis karbohidrat adalah mengetahui prinsip dasar analisis
karbohidrat serta menentukan kadar karbohidrat pada sampel.
Dari praktikum analisis kadar gula total dengan metode anthrone didapatkan
persamaan kurva standart y=4,2764x+0,0322. Sehingga didapatkan konsentrasi gula total
(x) adalah 0,03198 mg/ml. Setelah dihitung didapatkan kadar gula total pada sampel madu
rasa jeruk adalah sebesar 17,6313%. Pada praktikum analisis kadar pati dengan metode
hidrolisis asam didapatkan persamaan kurva standart y=9,341x+0,0000952 sehingga

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

didapatkan konsentrasi gula pada sampel adalah 0,0506 dengan kadar gula 25,2742%.
Setelah dikalikan dengan faktor konversi yaitu 0,9 didapatkan bahwa kadar pari pada sampel
kentang adalah 22,74678%. Pada praktikum analisis serat kasar didapatkan bahwa berat
endapan adalah 0,248 gram sehingga kadar serat kasar pada sampel Wortel adalah 4,91%

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN


Koswara, Sutrisno. 2006. Teknologi Pengolahan Umbi-umbian. Bogor: Institut Pertanian
Bogor
Millah, Irma Ika. Wignyanto dan Ika Atsari Dewi. 2013. Pembuatan Cookies (Kue Kering)
dengan Kajian Penambahan Wortel Manalagi (Mallus sylvesteris) Subgrade dan
Margarin. Malang: Universitas Brawijaya
Nanda, Prendis Betha. Lilik Eka Radiati dan Djalal Rostidi. 2008. Perbedaan Kadar Air,
Glukosa dan Fruktosa pada Madu Karet dan Madu Sonokeling. Malang: Universitas
Brawijaya
Pratiwi, Ade Yuliany. Dkk. 2010. Penetapan Kadar Serat Larut dan Tidak Larut secara
Enzimatis. Bogor. Institut Pertanian Bogor
Saputra, Arini Aristia. 2012. Pembuatan Madu Kering dari Kristal Madu dengan Kasein
sebagai Bahan Anti Caking. Depok: Universitas Indonesia

Penilaian
Komponen
Pre-test
Aktivitas
Hasil dan
Pembahasan

Nilai

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Nur Kholifah KF
: 155100500111018
:Q
: Q2

Anda mungkin juga menyukai