Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan


a. Tabel Kuantitatif Kolorimetri
Data Penimbangan Volume Titrasi Kadar

177,6 mg 9 ml 89,25 %

b. Tabel Pengamatan
Konsentrasi Absorbansi

2 ppm 0,213 Abs

4 ppm 0,285 Abs

8 ppm 0,314 Abs

16 ppm 0,532 Abs

32 ppm 0,754 Abs

Sampel 0,278 Abs

IV.2 Perhitungan
a. Pembuatan Larutan Baku
100 ppm vitamin C murni
100 mg
100 ppm = 1000 ml

Diencerkan menjadi 2 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 16 ppm dan 32 ppm


1. 2 ppm
V1.K1 = V2.K2
V1.100 ppm = 10 mL.2ppm
20
V1 = 100= 0,2 mL ad 10 Ml
2. 6 ppm
V1.K1 = V2.K2
V1.100 ppm = 10 mL.6 ppm
60
V1 = 100= 0,6 mL ad 10 mL

3. 8 ppm
V1.K1 = V2.K2
V1.100 ppm = 10 mL.8 ppm
80
V1 = 100= 0,8 mL ad 10 mL

4. 12 ppm
V1.K1 = V2.K2
V1.100 ppm = 10 mL.12 ppm
120
V1 = = 1,2 mL ad 10 mL
100

5. 16 ppm
V1.K1 = V2.K2
V1.100 ppm = 10 mL.16 ppm
160
V1 = = 1,6 mL ad 10 mL
100

b. Persamaan Regresi
y = a + bx
y = 0,018x + 0,1865
ya
x= b
0,278 0,0186
=
0,0184
x = 4,97
c. Kadar vitamin C metode kolorimetri
N x Volume Titrasi x BE
%= x 100%
Bobot sampel
0,1 N x 9 ml x 176,12
%= x 100%
177,6 mg

%= 89,25%
IV.3 Pembahasan
Asam askorbat adalah vitamin yang dapat larut dalam air dan
sangat penting untuk biosintesis kolagen, karnitin, dan berbagai
neurotransmitter. Kebanyakan tumbuh- tumbuhan dan hewan dapat
mensintesis asam askorbat untuk kebutuhannya sendiri. Akan tetapi
manusia dan golongan primata lainnya tidak dapat mensintesa asam
askorbat disebabkan karena tidak memiliki enzim gulunolactone
oxidase, begitu juga dengan marmut dan kelelawar pemakan buah.
Oleh sebab itu asam askorbat harus disuplai dari luar tubuh terutama
dari buah, sayuran, atau tablet suplemen Vitamin C. Banyak
keuntungan di bidang kesehatan yang didapat dari fungsi askorbat,
seperti fungsinya sebagai antioksidan, anti atherogenik,
immunomodulator dan mencegah flu.
Sampel yang digunakan yaitu Vitamin C dalam sediaan
tablet (C-ipi). Metode yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
kolorimetri dan spektrofotometer UV-Vis. Metode kolometri
didasarkan pada pengukuran jumlah 2,6-diklorofenol indofenol yang
dihilangkan warnanya oleh asam askorbat di dalam ekstrak sampel
dan di dalam larutan asam askorbat standar.Jika senyawa
pengganggu yang dapat mereduksi dan bereaksi lambat, penetapan
yang tepat dengan cara ini terutama hanya mengukur asam
askorbat.
Pada percobaan titrasi kolorimetri, bobot sampel yang
ditimbang sebanyak 177,6 mg dan didapatkan volume titrasi 9 mL
dengan kadar 89,25 % vitamin C pada sampel. Sedangkan menurut
Farmakope Indonesia edisi III yaitu persen kadar dari asam askorbat
adalah tidak kurang dari 99,0% jadi percobaan pada metode ini
belum sesuai literatur.
Preparasi sampel sebelum pengukuran pada spektrofotometer
yaitu disesuaikan dengan jurnal sebagai acuan, dimana tablet
vitamin C dihaluskan dan ditambahkan sedikit air bebas CO2 dan
disaring kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan
dicukupkan sampai batas tanda. Penggunaan air bebas CO2
dimaksudkan untuk menghindari reaksi yang dapat membentuk
senyawa yang dapat menjadi pengotor dalam analisis asam
askorbat.
Adapun prinsip dari spektrofotometri yaitu larutan yang
dianalisis diukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampaknya.
Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding dengan jumlah
sinar yang diserap oleh zat yang terapat dalam larutan tersebut.
Digunakan panjang gelombang 200-300 nm karena menurut literatur,
penyerapan pada panjang geombang 260 nm dapat menyerap
absorbansi maksimal pada asam askorbat.
Pada percobaan ini dibuat larutan baku 100 ppm dan
diencerkan ke dalam 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 12 ppm, 16 ppm dan 32
ppm. Adapun larutan sampel yang dibuat adalah 1000 ppm.
Konsentrasi pengenceran dipilih karena kita ingin mengamati
perbedaan absorbansi pada konsentrasi dengan selisih yang
konstan.
Pada konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm, 16 ppm dan 32 ppm
didapatkan absorbansi berturut-turut yaitu 0,213 Abs; 0,258 Abs;
0,314 Abs; 0,532 Abs dan 0,754 Abs. Adapun untuk larutan sampel
yaitu 0,278 dan kadar untuk vitamin C pada sampel yaitu 4,97%
Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi dalam
praktikum ini yaitu aquadest yang digunakan tidak begitu bersih dan
tingkat ketelitian yang masih kurang saat mencukupkan larutan pada
labu takar sehingga mempengaruhi konsentrasi larutan yang dibuat.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan pada percobaan ini yaitu:
a. Pada metode kolorimetri, kadar vitamin C yang didapatkan yaitu
89,25 %
b. Pada metode spektrofotometri didapatkan konsentrasi vitamin C
pada sampel yaitu 4,97 ppm
V.2 Saran
a. Saran untuk Laboran
Agar alat dan bahan dilengkapi
b. Saran untuk asisten
Agar tetap mendampingi praktikan selama praktikum berlangsung
c. Saran untuk dosen
Agar metode belajar lebih ditingkatkan lagi
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen,POM 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Kementerian Kesehatan


RI. Jakarta
Rohman, Abdul, Sumantri, 2013. Analisis Makanan. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta

Siswandono,1995. Kimia Medisinal. Airlangga University Press. Surabaya

Sunaryo, 2011. Kimia Farmasi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum


Vitamin merupakan zat organik yang dalam jumlah kecil
dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memelihara fungsi metabolisme
normal. Kebanyakan vitamin diperoleh dari bahan makanan, hanya
beberapa vitamin yang dapat disintesis oleh tubuh, misalnya vitamin
B2, B5, K2, dan biotin. Vitamin A dan D3 dibentuk oleh tubuh dari bahan
dasar karoten dan kolesterol. Vitamin C, vitamin ini bekerja dalam
sistem reduksi-oksidasi yang memegang peranan penting pada
banyak proses redoks di dalam tubuh (Sunaryo,2011).

Vitamin C (asam askorbat; L-treo-2,3,4,5,6-pentahidroksi-2-


asam heksoat-4-lakton) banyak terkandung dalam sayur-sayuran dan
buah-buahan. Vitamin C diresorpsi dengan cepat dan mudah
dioksidasi dalam darah secara reversible menjadi dehidroaskorbat
yang sama aktifnya (Sunaryo,2011).
Sifat reduksi kuat yang memliki vitamin C berasal dari sistem
enediol yang membentuk gugus 1,2-dion pada asam askorbat setelah
oksidasi. Vitamin C termasuk vitamin antioksidan yang mampu
menangkal berbagai radikal bebas ekstraseluler dan sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Karena memiliki sifat
antioksidan, vitamin C dapat menurunkan faktor resiko penyakit
degeneratif seperti, diabetes hipertensi dan hiperlipidemika. Sifat
antioksidan ini berasal dari gugus OH nomor 2 dan 3 yang
mendonorkan ion hidrogen menuju ke berbagai senyawa oksidan,
seperti radikal bebas dengan gugus O2 dan peroksidanya. Akumulasi
vitamin C yang berlebihan didalam tubuh dapat mengakibatkan batu
ginjal, gangguan saluran cerna, dan rusaknya sel darah merah
(Sunaryo,2011).

Asam askorbat (Vitamin C)


Penetapan kadar, timbang saksama lebih kurang 400 mg zat,
larutkan dalam cxampuran 100 ml air dan 25 mil asam sulfat 2 N,
tambahkan 3 ml indikator kanji LP. Titrasi segera dengan iodium 0,1 N
LV (FI. Edisi V, 2014).
Rumus bangun asam askorbat (berat molekul 176,13) atau
vitamin c dapat digambarkan sbagai berikut:

Asam askorbat dalam keadaan kering cukup stabil, tetapi dalam


larutan cepat dioksidasi oleh udara. Reaksi oksidasi ini dipercepat
oleh beberapa ion logam, utamanya tembaga, besi (III), dan mangan
(II). Oleh pengaruh sinar, vitamin C lambat laun akan berubah menjadi
coklat (Rohman, 2013).
Metode 2,6-diklorofenolindofenol, metode ini berdasarkan atas
sifat mereduksi asam askorbat terhadap 2,6-diklorofenolindofenol
sehingga tidak berwarna. Hasil penetapan metode ini mendekati hasil
penetapan dengan metode hayati. Walaupun demikian metode ini
tidak spesifik karena beberapa senyawa mereduksi lainnya
mengganggu penetapan. Senyawa tersebut adalah senyawa sulfhidril,
tiosulfat, bentuk mereduksi dari turunan asam akontinat, senyawa besi
(II) organik. Pelarut terbaik untuk asam askorbat adalah asam
metafosfat dan asam oksalat karena senyawa ini mencegah pengaruh
tembaga. Suatu cara untuk menghilangkan senyawa pengganggu:
1. Semua asam askorbat dirubah menjadi asam dehidroaskorbat
denan melakukan larutan asam askorbat kedalam norit atau
dengan menggunakan oksidase asam askorbat.
2. Tetapkan jumlah senyawa mereduksi yang masih ada.
3. Reduksi asam dehidroaskorbat menjadi asam askorbat dengan
hidrogen sulfida dengan pH 4-7.
4. Titrasi asam askorbat dengan diklorofenolindofenol.
Dengan menggunkaan cara seperti diatas maka metode
diklorofenolindofenol menjadi lebih spesifik (Sunaryo,2011).
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan
sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur
energy relatif jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan
spektrofotometer dengan fotometer adalah panjang gelombang dari
sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada fotometer filter
dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek
pada panjang gelombang tertentu (Gandjar,2007)
Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu dan sinar
tampak umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang
lebar, semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-
tampak. Oleh karena itu mereka mengandung electron, baik yang
dipakai bersama atau tidak, yang dapat dieksitasi ke tingkat yang lebih
tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorbsi terjadi tergantung
pada bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul. Elektron dalam
satu ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energy
tinggi, atau panjang gelombang pendek, diperlukan eksitasinya
(Wunas,2011)
II.2 Uraian bahan
1. Asam askorbat (FI Edisi III hal 47)
Nama resmi : ACIDUM ASCORBICUM
Sinonim : Asam askorbat, Vitamin C
RM/BM : C6H8O6 / 176,13
Pemerian : Serbuk atau hablur, putih atau agak kuning,
tidak berbau rasa asam. Oleh pengaruh
cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam
keadaan kering, mantap di udara, dalam
larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar laut dalam
etanol 95 % P, praktis tidak larut dalam
kloroform P dan eter P dan dalam benzen P.
Khasiat : Antiskorbut
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya
2. Aquadest (FI Edisi III hal 96)
Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Air suling, Aquadest
Rumus kimia : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. Natrium Hidroksida (FI edisi III hal 412)
Nama resmi : NATRII HIDROCHLORYDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
RM/BM : Bentuk batang, massa hablur, air keping-keping
keras dan rapuh menunjukkan susunan yang
hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis
dan korosif segera menyerap karbondioksida
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
4. Asam sulfat (FI Edisi III hal 794 )
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam Sulfat
RM/BM : H2SO4/98,07
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif tidak
berwarna, jika ditambahkan ke dalam air
menimbulkan panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
5. Dietil eter (FI Edisi III hal 672)
Nama resmi : DIETIL ETER
Nama lain : Eter
RM/BM : C2H5/-
Pemerian : Larutan tidak berwarna, mudah menguap, sangat
mudah terbakar
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, larut dalam etanol
95% dan kloroform p
BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat Dan Bahan


III.1.1 Alat
Adapun alat alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
batang pengaduk, lumpang, stamper, gelas kimia, kertas
saring,corong, gelas ukur,vial dan spektofotometer UV-VIS
III.1.2 Bahan
Adapun bahan bahan yang digunakan dalam percobaan ini
yaitu Asam askorbat, asam sulfat, aquadest, etil eter dan natrium
hidroksida
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Pembuatan larutan baku 100 ppm
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil vitamin C murni gerus hingga halus
3. Ditimbang sebanyak 100 mg
4. Dilarutkan dengan air bebas CO2 secukupnya
5. Diaduk hingga larut
6. Disaring lalu hasil filtratnya dimasukkan kedalam labu
tentukur 1000 mL
7. Ditambahkan dengan air bebas CO2 hingga batas
8. Diambil hasil pembuatan larutan dengan pengenceran 2
ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm
9. Dimasukkan kedalam vial masing masing 5 Ml
10. Diukur absorbansinnya pada spektrofotometer Uv-Vis
dengan lamda max 200-300 nm
III.2.2 Pembuatan Larutan Sampel
1. Diambil tablet vitamin C gerus hingga halus
2. Ditimbang sebanyak 100 mg
3. Dilarutkan dengan air bebas Co2 secukupnya aduk hingga
larutkan
4. Disaring lalu hasil filtratnya dimasukkan kedalam lab tentukur
100 ml
5. Ditambahkan dengan air bebas Co2 hingg batas
6. Diambil larutan sebanyak 5 ml masukkan kedalam vial
7. Diukur absorbansinya dengan spektofotometer Uv-Vis
III.2.3 Kolorimetri
A. Preparasi sampel
Ditimbang seksama lebih kurang 400 mg zat dan larutkan dalam
campuran
B. Penetapan kadar
1. Dibuat preparasi 4 metoksol 2 nitroamilin melarutkan 500 mg 4
Metoksil 2 Nitroamilin dalam 126 ml asam asetat glasial.
2. Diencerkan dengan asam sulfat 10% sampel 250 ml
3. Ditambahkan 2 ml pereaksi 2 metoksil 2 nitroamilin,
ditambahkan 2 ml natrium nitrt 0,2 % aaduk hingga warna
jingga hilang
4. Ditambahkan 75 ml N-butil alkohol campuran
5. Ditambahkan 25 ml natrium hidroksida 10% dan 150 ml etil eter
kocok baik dan ditambahkan sampai memisah
6. Dipisahkan lapisan bawah dan cuci lapisan organik 3 kali
7. Tiap sekali dengan 15 ml natrium hidroksida 10%
8. Pada kumpulan sari dan cairan cucian encerkan dengan air
hingga 200 ml
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
ANALISIS FARMASI
ANALISIS ASAM ASKORBAT

OLEH :

KELOMPOK V
STIFA C 2015

ASISTEN : ELSHA YOSIANA

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2017

Anda mungkin juga menyukai