REAKSI SAPONIFIKASI
FAKULTAS TEKNIK
2020
DAFTAR ISI
I. TUJUAN PERCOBAAN.................................................................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................1
A. Pengertian saponifikasi................................................................................................1
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Saponifikasi.............................................4
C. Kegunaan Saponifikasi.................................................................................................6
D. Sabun...........................................................................................................................6
III. ALAT DAN BAHAN..................................................................................................8
A. Alat..............................................................................................................................8
B. Bahan...........................................................................................................................9
C. Gambar alat................................................................................................................10
IV. CARA KERJA...........................................................................................................12
Diagram Alir......................................................................................................................14
V. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................20
A. Hasil Percobaan..........................................................................................................20
B. Pembahasan................................................................................................................21
VI. KESIMPULAN..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................27
VII. LAMPIRAN...............................................................................................................30
A. Data Percobaan..........................................................................................................30
B. Perhitungan................................................................................................................32
C. Galat...........................................................................................................................42
I. TUJUAN PERCOBAAN
1
2
CHCOO H2C−O
R1 H
CHCOO H2C−O
R3 H
Reaksi saponifikasi juga bisa di mekanismekan dengan mereaksikan
etil asetat dengan natrium hidroksida yang mempunyai karakter sama
dengan reaksi saponifikasi minyak atau lemak. Reaksi tersebut dapat ditulis
3
……………(2)
1. NaOH
2. HCl
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida
(HCl). HCl adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam
asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri.
Asam klorida harus ditangani dengan mewanti keselamatan yang tepat
karena merupakan cairan yang sangat korosif. (Zidni, 2016)
4
c. Tidak berwarna
3. Etil asetat
Etil asetat memiliki berat molekul 88,11 g/mol. Etil asetat
bebentuk cairan tak berwarna, berwarna seperti eter, mudah
terbakar,merupakan pelarut polar yang volatile, tidak beracun dan
tidak higroskopis. (Keenan, 1980)
Etil Asetat mempunyai beberapa sifat sebagai berikut (Hiskia,
2003):
a. Berat Molekul 88.12 gr/mol
c. Mudah menguap
d. Tidak berwarna
C. Kegunaan Saponifikasi
Saponifikasi digunakan dalam industri tekstil untuk menghilangkan
garam kalsium yang tidak larut. Dalam industri cat, digunakan untuk
mengintensifkan warna. Ini juga dapat digunakan dalam industri makanan
yaitu sebagai tampon dan pelindung. Saponifikasi dalam industri makanan
ini sebagai peran yang sangat signifikan sebagai tampon dalam
hemodialisis. Dan dalam industri kulit, saponifikasi digunakan dalam
netralisasi asam mineral. (Almesfer, 2017)
D. Sabun
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasikan dari reaksi lemak
atau minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam- garam
monovalen dari asam karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM, R
adalah rantai lurus (alifatis) panjang dengan jumlah atom C bervariasi,
yaitu antara C12–C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau ion
amonium. Pada prinsipnya sabun dibuat dengan cara mereaksikan asam
lemak dan alkali sehingga terjadi reaksi penyabunan (Austin, 1984).
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak
atau lemak alami. Surfaktan mempunyai gugus bipolar. Bagian kepala
bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah
sabun mampu mengangkat kotoran dari badan dan pakaian. Selain itu pada
larutan surfaktan akan menggerombol membentuk misel setelah melewati
konsentrasi tertentu yang disebut konsentrasi kritik misel. Sabun juga
mengandung sekitar 25% gliserin. Gliserin ini bisa melembabkan dan
melembutkan kulit, menyejukkan dan meminyaki sel-sel kulit juga. Oleh
karena itu, dilakukan percobaan pembuatan sabun dan pengujian terhadap
sifat- sifat sabun, sehingga didapat sabun yang berkualitas (Lavensplel,
1972).
7
8
9
B. Bahan
Berikut merupakan bahan yang digunakan pada praktikum
kimia proses reaksi saponifikasi :
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada praktikum reaksi saponifikasi
C. Gambar alat
Berikut merupakan gambar rangkaian alat yang digunakan
dalam percobaan reaksi saponifikasi.
Keterangan :
1. Alas
2. Buret
3.
Erlenmeyer
4. Klem
5. Kran buret
6. Statif
Gambar 1. Rangkaian alat titrasi.
3
2
Keterangan :
1. Gelas Beker
2. Hot plate
3. Kabel listrik
4. Magnetic stirrer
5. Termometer
12
13
Larutan boraks dititrasi dengan larutan HCL, titrasi hingga larutan berubah
warna dari orange menjadi merah bata. Catat volume larutan HCL setelah
berubah warna dan ulangi titrasi sebanyak 2 kali.
7. Standarisasi Asam Oksalat 0,1 M dengan Larutan NaOH 0,24 M
Larutan NaOH dimasukkan kedalam buret. Larutan asam oksalat
diambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet volume 10 ml
kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer 100 ml lalu ditambahkan 2
tetes phenolphthalein. Larutan asam oksalat dititrasi dengan larutan NaOH,
lakukan titrasi hingga larutan berubah warna dari bening menjadi merah
muda. Catat volume larutan NaOH dalam buret dan ulangi titrasi sebanyak
2 kali.
8. Reaksi Saponifikasi
Larutan etil asetat dan larutan NaOH masing-masing diambil sebanyak
250 ml dan dimasukkan kedalam gelas beker 250 ml. kemudian dipanaskan
diatas hotplate dengan suhu larutan 50C, lalu larutan etil asetat dan larutan
NaOH dicampur dan dimasukkan kedalam gelas beker 500 ml, kemudian
masukkan magnetic stirrer. Lalu dipanaskan kembali dengan suhu larutan
50C. Setelah itu, larutan sampel diambil sebanyak 10 ml dengan pipet
volume 10 ml pada menit ke 3, 8, 15, 25, 40, dan 85 ke dalam Erlenmeyer
100 ml yang sudah diisi dengan larutan HCl sebanyak 20 ml, lalu
tambahkan 2 tetes phenolphthalein. Kemudain dititrasi dengan larutan
NaOH hingga terjadi perubahan warna dari bening ke merah muda. Catat
volume larutan NaOH dan ulangi sebanyak 2 kali.
14
Diagram Alir
Aquades
Gelas beker 250 ml Secukupnya
Aquades hingga
Labu Ukur 500 ml tanda batas
Aquades
Labu Ukur 500 ml Secukupnya
Aquades hingga
Tanda batas
Aquades
Labu Ukur 250 ml Secukupnya
Asam Oksalat
Botol Timbang
1,2067 gram
Aquades
Gelas Beker 250 ml Secukupnya
Aquades
Gelas beker 250 ml
Secukupnya
Aquades hingga
Labu ukur 100 ml Tanda batas
Erlenmeyer Buret
Titrasi
Catat volume
Erlenmeyer Erlenmeyer
Titrasi
Catat volume
8. Reaksi Saponifikasi
Erlenmeyer Erlenmeyer
Titrasi
Catat volume
Ulangi 2 kali
20
21
B. Pembahasan
Reaksi saponifikasi adalah proses penyabunan yang mereaksikan suatu
lemak atau gliserida dengan basa. Skema umum reaksi saponifikasi adalah
sebagai berikut.
CHCOOR1 H2C−OH
CHCOOR3 H2C−OH
22
Pada percobaan reaksi saponifikasi ini, penentuan laju reaksi etil asetat
dilakukan dengan metode titimetri atau serig disebut metode titrasi. Reaksi
saponifikasi pada percobaan ini, etil asetat direaksikan dengan NaOH dengan
variasi waktu pengadukan, dan suhu dijaga konstan sebesar 500C. Tujuan suhu
dijaga konstan adalah agar laju konversi reaksi saponifikasi tidak terpengaruh.
Suhu dapat mempengaruhi besarnya energi kinetik suatu reaksi. Suhu dapat
meningkatkan energi kinetik reaksi, sehingga partikel semakin cepat bergerak
dan bertumbukkan. Semakin cepat partikel saling bertumbukkan, maka
kecepatan reaksi meningkat. Faktor/variabel lain yang mempengaruhi
kecepatan reaksi saponifikasi adalah waktu pengadukan. Semakin lama waktu
pengadukan yang dilakukan, maka partikel akan semakin terlarut dan
tercampur dalam larutan. Oleh karena itu, reaksi akan semakin cepat terjadi.
Begitu pula pada orde dua dan orde tiga dengan tingkat linearitas yang
berbeda.
Orde 1
1.92
1.91
1.91 f(x) = − 0 x + 1.91
R² = 1
ln (a-x)
1.9
1.9
1.89
1.89
1.88
1.88
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)
Dari data grafik di atas, diperoleh nilai R2 dari orde 1 adalah 0,9959, nilai
ini lebih kecil daripada nilai R2 orde 2 dan orde 3. Reaksi orde 1 merupakan
reaksi yang sangat bergantung pada konsentrasi reaktan yang dipangkatkan
satu. Pada grafik orde 1, diperoleh persamaan y = -0,0003x + 1,9112. Berikut
merupakan grafik orde 2.
Orde 2
0.15
0.15 f(x) = 0 x + 0.15
R² = 1
0.15
1/(a-x)
0.15
0.15
0.15
0.15
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)
Pada reaksi orde 2 diperoleh nilai R2 sebesar 0,9960. Nilai ini lebih besar
daripada nilai R2 pada orde 1, tetapi nilainya lebih keci daripada reaksi orde 3.
25
Reaksi orde 2 merupakan reaksi yang lajunya berlangsung pada kuadrat nilai
konsentrasi reaktan. Pada grafik di atas, diperolah persamaan y = 0,00004x +
0,1479. Berikut merupakan grafik orde 3.
Orde 3
0.02
0.02
0.02 f(x) = 0 x + 0.02
0.02 R² = 1
1/(a-x)²
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)
Dari ketiga pembuktian reaksi pada reaksi orde 1, 2 dan 3, nilai orde 3
memiliki nilai R2 yang terbesar, yaitu 0,9961. Nilai k pada orde 3 mendekati
konstan atau mendekati satu. Sehingga dapat dikatakan, reaksi saponifikasi
dengan etil asetat berlangsung pada reaksi orde 3 dengan nilai R 2 yang paling
besar.
26
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum percobaan reaksi saponifikasi yang telah dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Besarnya nilai konstanta reaksi saponifikasi Etil Asetat dengan NaOH
adalah -0.1572.
2. Orde reaksi Etil Asetat dengan NaOH adalah orde 3 dengan R32= 0,9961
3. Laju reaksi pada orde 3 adalah -47.2493.
26
DAFTAR PUSTAKA
Almesfer, M.K. 2017. Experimental Study of Batch Reactor Perfomance for Ethyl
Acetate Saponification. “International Journal of Chemical Reactor
Engineering”. 16(1): 1-13.
Fachry, A. R. 2011. Proses Pembuatan Sabun Cair dari Campuran Minyak Goreng
Bekas dan Minyak Kelapa. “Jurnal Teknik Kimia”. 7(17): 27-31.
Fessenden, R.J dan Fessenden, J. 1994. “Kimia Organik Edisi Ketiga”. Erlangga.
Jakarta
Hiskia, A. 2003. “Elektrokimia dan Kinetika Reaksi”. Citra Aditya Sakti. Bandung.
Noverry, Frank. 2012. “Lipid Technologies and Applications”. New York. Marcel
Dekker Inc.
Perdana, F.K dan Ibnu Hakim. 2008. Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan
Soda Q sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q. “Laporan
Penelitian Jurusan Teknik Kimia”. Universitas Diponogoro.
(Annisa Devianti)
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
30
31
31
B. Perhitungan
1. Menghitung massa NaOH 0,24 M dalam 500 mL
Diketahui : M NaOH = 0,24 M
V NaOH = 500 mL
Mr NaOH = 40 g/mol
Ditanya : Massa NaOH ?
V
Dijawab : Massa NaOH = M x Mr x
1000
500
= 0,24 x 40 x
1000
= 4,8 gram
100
= 0,1 x 381,37 x
1000
= 3,8137 gram
33
33
30,8455
=
88,13
= 34,1967 ml.
6. Menghitung molaritas NaOH 0,24 M setelah standarisasi
Diketahui : M asam oksalat = 0,24 M
V asam oksalat = 10 mL
V NaOH = 13,95 g/mol
Ditanya : M NaOH ?
Dijawab : M NaOH x V NaOH = M asam oksalat x V asam oksalat
M asam oksalat x V asam oksalat
M NaOH =
V NaOH
0,24 x 10
M NaOH =
13,95
M NaOH = 0,0717 M
Ditanya : n NaOH ?
Dijawab : n NaOH = M NaOH x V NaOH
n NaOH = 0,717 mol
Dengan perhitungan yang sama, diperoleh nilai mol HCl sisa pada
variasi waktu dalam tabel berikut.
Tabel 9. Data nilai mol HCl sisa pada variasi waktu.
2 8 0,0788 0,4647
3 15 0,0978 0,4457
4 25 0,1114 0,4321
5 40 0,1359 0,4076
6 60 0,1821 0,3614
7 85 0,2201 0,3234
13. Menghitung mol NaOH bereaksi
Diketahui : n NaOH mula-mula = 0,7168 mol
n NaOH sisa (3 menit) = 0,4742 mol
Ditanya : n NaOH bereaksi ?
Dijawab : n NaOH bereaksi= n NaOH mula-mula – n HCl sisa (3 menit)
n NaOH bereaksi= 0,7168 – 0,4742
n NaOH bereaksi= 0,2427 mol
Dengan perhitungan yang sama, diperoleh nilai mol NaOH bereaksi
pada variasi waktu dalam tabel berikut.
Tabel 11. Data nilai mol NaOH bereaksi pada variasi waktu.
Dengan perhitungan yang sama, diperoleh nilai mol etil asetat sisa
pada variasi waktu dalam tabel berikut.
Tabel 12. Data nilai mol etil asetat sisa pada variasi waktu.
n NaOH
No Waktu(menit) n etil asetat sisa (mol)
bereaksi(mol)
1 3 0,2427 6,7573
2 8 0,2522 6,7478
3 15 0,2712 6,7288
4 25 0,2848 6,7152
5 40 0,3092 6,6908
6 60 0,3554 6,6446
7 85 0,3935 6,6065
t = 3 menit
1
Orde 3 = 2
(a−x)
1
Orde 3 =
( 6,7573 )2
Orde 3 = 0,0219
Dengan perhitungan yang sama, diperoleh nilai orde reaksi
saponifikasi pada variasi waktu dalam tabel berikut.
Tabel 13. Data nilai orde reaksi saponifikasi pada variasi waktu.
K2 = ( 7.0,2427 )
( 6,7573 ) 3
1
.( )
K3 = 0,0017
c. Konstanta 3
t = 3 menit
(a−x )2 ( a)2 1
K3 =( 2
−
2 ).( )
t
2 2
1
=( )
(6,7573) (7)
K3 − .( )
2 2 3
K3 = -0,5564
Dengan perhitungan yang sama, diperoleh nilai konstanta reaksi
saponifikasi pada variasi waktu dalam tabel berikut.
Tabel 14. Data nilai konstanta reaksi saponifikasi pada variasi waktu.
C. Galat
1. Analisis galat standarisasi larutan HCl dengan boraks
a. Galat Acak
1
ƩR =
√ 2
¿¿
= 0,2
b. Galat Sistematis
1
ƩS = x 0,1
2
= 0,05
c. Galat Campuran
Ʃ = √ ƩR 2 + ƩS 2
= √ 0,22 +0,052
= 0,2062
= 0,05
b. Galat Sistematis
1
ƩS = x 0,1
2
= 0,05
c. Galat Campuran
Ʃ = √ ƩR 2 + ƩS 2
= √ 0,052 +0,052
= 0,0707
= 0,05
b. Galat Sistematis
1
ƩS = x 0,1
2
= 0,05
c. Galat Campuran
Ʃ = √ ƩR 2 + ƩS 2
= √ 0,052 +0,052
= 0,0707
1
ƩR =
√ 2
¿¿
= 0,1
b. Galat Sistematis
1
ƩS = x 0,1
2
= 0,05
c. Galat Campuran
Ʃ = √ ƩR 2 + ƩS 2
= √ 0,12 +0,052
= 0,1118
=0
b. Galat Sistematis
1
ƩS = x 0,1
2
= 0,05
c. Galat Campuran
Ʃ = √ ƩR 2 + ƩS 2
= √ 02 +0,052
= 0,05
1
ƩR =
√ 2
¿¿
= 0,1
b. Galat Sistematis
1
ƩS = x 0,1
2
= 0,05
c. Galat Campuran
Ʃ = √ ƩR 2 + ƩS 2
= √ 0,12 +0,052
= 0,1118
=0
b. Galat Sistematis
1
ƩS = x 0,1
2
= 0,05
c. Galat Campuran
Ʃ = √ ƩR 2 + ƩS 2
= √ 02 +0,052
= 0,05
a. Galat Acak
1
ƩR =
√ 2
¿¿
= 0,1
b. Galat Sistematis
1
ƩS = x 0,1
2
= 0,05
c. Galat Campuran
Ʃ = √ ƩR 2 + ƩS 2
= √ 0,12 +0,052
= 0,1118
= 0,1
b. Galat Sistematis
1
ƩS = x 0,1
2
= 0,05
c. Galat Campuran
Ʃ = √ ƩR 2 + ƩS 2
= √ 0,12 +0,052
= 0,1118
47
Berikut ini merupakan lampiran tabel dan grafik waktu dengan orde reaksi 1.
Tabel 16. Data variasi waktu dengan nilai orde 1.
Orde 1
No Waktu (menit)
ln (a-x)
1 3 1,9106
2 8 1,9092
3 15 1,9064
4 25 1,9044
5 40 1,9007
6 60 1,8938
7 85 1,8881
Berikut ini merupakan lampiran tabel dan grafik waktu dengan orde
reaksi 2.
Tabel 17. Data variasi waktu dengan nilai orde 2.
Orde 2
No Waktu (menit)
1/a-x
1 3 0,148
2 8 0,1482
3 15 0,1486
4 25 0,1489
5 40 0,1495
6 60 0,1505
7 85 0,1514
Berikut ini merupakan lampiran tabel dan grafik waktu dengan orde
reaksi 3.
Tabel 18. Data variasi waktu dengan nilai orde 3.
Waktu Orde3
No
(menit) 1(a-x)2
1 3 0,0219
2 8 0,022
3 15 0,0221
4 25 0,0222
5 40 0,0223
6 60 0,0226
7 85 0,0229
50
LAPORAN SEMENTARA
4 25 4 4,2 4,1
5 40 5 5 5
6 60 6,6 6,8 6,7
7 85 8 8,2 8,1
(Annisa Devianti)
53
Mengetahui,
Laboran
(Hartini, ST)