KOEFISIEN DISCHARGE
Kelompok/Kelas : 1F/C
I. TUJUAN PERCOBAAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Fluida
B. Sifat-Sifat Dasar Fluida
C. Klasifikasi Fluida
D. Klasifikasi Aliran Fluida
E. Koefisien Discharge
F. Orificemeter
G. Venturimeter
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
B. Bahan
C. Gambar Alat
IV. CARA KERJA
V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
B. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN
VI. KESIMPULAN
VII. LAMPIRAN
A. Data Percobaan
B. Perhitungan
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan koefisien discharge secara eksperimental untuk orifice plate
meter yang dipasang pada pipa yang dialiri udara.
2. Menentukan koefisien discharge secara eksperimental untuk venturimeter.
3. Menentukan distribusi tekanan sepanjang pipa menggunakan alat
pengukur tekanan yang terpasang pada alat percobaan.
Gambar 1. Kontinuitas.
5. Viskositas
Viskositas (kekentalan) (μ) adalah ukuran ketahanan sebuah fluida
terhadap deformasi atau perubahan-perubahan bentuk. Viskositas zat
cair cenderung menurun seiring bertambahnya kenaikan temperatur,
hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan
mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada
zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas zat cair tersebut.
Viskositas dibagi menjadi dua yaitu :
a. Viskositas Dinamik atau Viskositas Mutlak (Absolute Viscosity)
Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan
tegangan geser dengan gerakan fluida. Viskositas dinamik
tampaknya sama dengan ratio tegangan geser terhadap gradien
kecepatan.
𝜏
𝜇 = 𝑑𝑢 (12)
⁄𝑑𝑦
b. Viskositas Kinematik
Viskositas kinematik adalalah perbandingan antara viskositas
dinamik dengan kerapatan fluida.
𝜇
𝑣= (13)
𝜌
C. Klasifikasi Fluida
Fluida diklasifikasikan sebagai fluida Newton dan fluida bukan
Newton. Dalam fluida Newton terdapat hubungan antara besarnya
tegangan geser yang diterapkan dan laju perubahan bentuk yang
diakibatkan (μ konstan). Dalam fluida bukan Newton terdapat hubungan
tak linier antara besarnya tegangan geser yang diterapkan dan laju
perubahan bentuk sudut. Gas dan cairan cenderung bersifat fluida Newton,
sedangkan hidrokarbon berantai panjang yang kental mungkin bersifat
bukan Newton (Victor et al., 1988).
Berdasarkan wujudnya, fluida dapat dibedakan menjadi dua bagian
yaitu (Raswari, 1986) :
1. Fluida cair, merupakan fluida dengan partikel yang rapat dimana gaya
tarik antara molekul sejenisnya sangat kuat dan mempunyai
permukaan bebas serta cenderung untuk mempertahankan volumenya.
2. Fluida gas, merupakan fluida dengan partikel yang renggang dimana
gaya tarik antara molekul sejenis relatif lemah dan sangat ringan
sehingga dapat melayang dengan bebas serta volumenya tidak
menentu.
1. Aliran Laminer
Aliran laminer merupakan aliran fluida mulus dimana lapisan-
lapisan yang bersebelahan meluncur satu dengan yang lain dengan
mulus. Aliran laminer biasanya dijumpai pada air yang dialirkan
melalui pipa atau selang.
2. Aliran Turbulen
Aliran ini ditandai dengan adanya lingkran-lingkaran tidak
menentu dan menyerupai pusaran.
Kecepatan aliran fluida sangat berpengaruh pada kondisi aliran fluida,
semakin tinggi kecepatan maka akan mempengaruhi pola aliran. Besaran
yang dapat menghubungkan antara kecepatan aliran, kondisi fluida dan
kondisi penampang diameter pipa adalah bilangan Reynolds dengan
persamaan berikut (Sularso dan Tahara, 1994):
𝑉𝐷𝜌
𝑅𝑒 = (14)
𝜇
E. Koefisien Discharge
Koefisien discharge Cd menyatakan nilai perbandingan antara luasan
efektif yang merupakan bidang normal tegak lurus aliran dengan luasan
lubang itu sendiri (Kozai dan Sase, 1978).
Discharge coefficient (Cd) adalah koefisien pengkoreksi tidak
berdimensi. Nilai discharge coefficient (Cd) ditetapkan secara empiris
melalui beberapa penelitian. Berbagai literatur menyebutkan bahwa nilai
discharge coefficient (Cd) merupakan fungsi dari bilangan Reynolds dan
rasio restriksi pelat orifice (Hollingshead, 2011).
𝐶𝑑 = 𝑓(𝛽, 𝑅𝑒𝐷 ) (15)
F. Orificemeter
Orifice plate flow meter merupakan salah satu flowmeter berbasis beda
tekanan (pressure differential) yang sangat banyak digunakan karena
desain dan cara pengukurannya yang sederhana. Pengukuran aliran
dibutuhkan dalam berbagai aplikasi antara lain untuk mengetahui
konsumsi air rumah tangga, gedung komersial, dan industri yang
mengindikasikan kapasitas aliran pada stasiun pengisisan bahan bakar,
mengindikasikan kapasitas gas buang, dalam bidang kesehatan digunakan
untuk memonitor pernafasan selama pembiusan dan mengukur kapasitas
paru-paru (Ghurri dkk, 2016).
Orifice merupakan alat untuk mengukur laju aliran dengan
menggunakan prinsip perbedaan tekanan dan perbedaan kecepatan. Jika
kecepatan meningkat, tekanan akan menurun begitu pula sebaliknya.
Orifice berupa plat tipis dengan lubang di bagian tertentu (umumnya di
tengah). Fluida yang mengalir melalui pipa ketika sampai pada orifice
akan dipaksa untuk melewati lubang pada orifice. Hal itu menyebabkan
terjadinya perubahan kecepatan dan tekanan (Fox et al., 2010).
Alat yang paling sederhana dan paling banyak digunakan untuk
mengukur kecepatan aliran fluida adalah orifice plate. Alat ini berupa
suatu plat tipis berlubang yang dipasangkan di antara sambungan dua pipa
dan perbedaan tekanan antara kedua sisi plat diukur untuk menentukan
laju alir (Darby,2001). Karena bentuknya sederhana, alat ini mudah
dipasang dan biaya pembuatan serta pemasangannya cukup murah.
Kelemahan utama alat ini adalah kapasitasnya yang terbatas dan tingginya
head loss karena ekspresi yang tidak terkontrol pada aliran melalui plat
(Fox et al.,2004).
Pengukur tekanan dapat ditempatkan pada berbagai posisi seperti pada
Gambar 1. karena letak pengukur tekanan mempengaruhi koefisien aliran,
maka nilai koefisien tersebut harus dipilih yang sesuai dengan letak
pengukur tekanan pada pipa (Fox et al., 2004).
Pada percobaan ini orifice plate diletakkan pada sambungan pipa yang
berada kurang lebih di setengah panjang pipa. Manometer pipa banyak
ditempatkan sepanjang pipa untuk mengukur penurunan tekanan
sepanjang orifice dan ini berhubungan dengan debit yang telah diukur
tersendiri.
Prinsip utama dari orifice plate adalah bahwa fluida yang
meninggalkan lubang pada orifice berkontraksi hingga menempati luas
penampang yang lebih kecil daripada luas orifice itu sendiri. Bagian ini
dinamakan vene contracta. Keadaan ini timbul karena fluida memiliki
momentum radiasi ke dalam yang cukup besar yang konvergen pada
lubang orifice sehingga fluida cenderung mengalir ke arah pusat pipa
sampai pada jarak tertentu sebelum berekspansi untuk mengisi selruh
penampang pipa. Diagram aliran fluida dalam orifice dapat dilihat pada
Gambar 3 (Darby, 2001).
G. Venturimeter
Venturi adalah salah satu alat yang digunakan sebagai flowmeter.
Venturi memiliki desain pipa yang mengecil kemudian membesar secara
perlahan, desain ini dapat mengurangi head losses pada saat pengukuran
(Gambar 4). Walaupun memiliki desain optimum, pada venturi tetap
terjadi hilangnya energi pada aliran fluida karena penyempitan dan
pelebaran pipa (Perry dan Green, 1999).
Gambar 4. Venturi.
Venturimeter merupakan salah satu alat ukur fluida dengan
menggunakan prinsip Bernoulli. Jika kecepatan meningkat, tekanan akan
menurun begiru pula sebaliknya (Munson et al., 2009).
Gambar 5. Venturimeter
1
3 5
6
Keterangan:
1) Blower
2) Fluida
3) Orificemeter
4) Tombol on-off
5) Pipa
6) Pipa manometer
4 5
6
3
Keterangan:
1) Pipa
2) Tangki larutan
3) Valve
4) Water pump
5) Tombol power
6) Tombol saklar on-off
7) Pipa Nanometer
B. Pembahasan
Koefisien discharge adalah salah satu cara yang digunakan untuk
membandingkan keakuratan dari suatu alat ukur aliran berdasarkan
pada tekanan yaitu dengan membandingkan kapasitas aliran aktual
dengan kapasitas aliran teoritis. Pada percobaan terdapat dua alat yang
digunakan untuk menentukan koefisien discharge :
1. Orificeplate meter
Orificeplate meter merupakan alat yang paling sederhana dan
sering digunakan untuk mengukur kecepatan aliran fluida
berdasarkan perbedaan tekanan. Dengan menggunakan alat
orificeplate meter dimana blower terbuka 100% (sepenuhnya)
diperoleh koefisien discharge (C’D) sebesar 2,4832.
Berikut merupakan grafik hubungan jarak dan tinggi fluida
untuk orificeplate meter :
40
35
Tinggi (cm) 30
25
20
15 terbuka
10 Linear (terbuka)
5
0
-20 -10 0 10 20
Jarak(cm)
100000
98000
Tekanan (Pa)
96000
94000 terbuka
Linear (terbuka)
92000
90000
88000
-20 -10 0 10 20
Jarak(cm)
2. Venturimeter
Venturimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur laju aliran fluida yang mengalir melalui pipa. Perbedaan
tekanan digunakan untuk menghitung laju alir fluida dimana
perbedaan tekanan dapat dilihat pada manometer yang terpasang.
Dengan menggunakan venturimeter dimana fluida yang digunakan
adalah larutan CMC yang memiliki massa jenis sebesar 1,018
g/cm3 diperoleh koefisien discharge minimum (C’D min) sebesar
0,1585 dan koefisien dischrage maksimum (C’D maks) sebesar
0,1605.
Berikut merupakan grafik hubungan jarak dan tinggi untuk
venturimeter:
35
30
25
Tinggi (cm)
20
15 putaran 1
putaran 2
10
0
-20 -10 0 10 20
Jarak (cm)
30000
25000
Tekanan (Pa)
20000
15000 Putaran 1
putaran 2
10000
5000
0
-20 -10 0 10 20
Jarak (cm)
Arum, W. F. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving Dan Problem
Posing Pada Materi Fluida. Jurnal Teknika STTKD, 4(2), 40–50.
Bhatkar, M. R., & Ban, P. V. (2019). “ Review Study on Analysis of Venturimeter using
Computational Fluid Dynamics ( CFD ) for Performance Improvement ’’, 226–228.
Darby, R., 2001, Chemical Engineering Fluid Mechanics Marcel Dekker, Inc. ,New York.
Fox, R.W., McDonald, A.T., and Pritchard, P.J., 2004, Introduction to Fluid Mechanics, John
Wiley & Sons, Inc. .
Fox, Robert W. and Mc Donald, Alan T. (2010). “Introduction to Fluid Mechanics”, Fifth
Edition. Purdue University, New York : John Wiley and Sons.
Ghofur, A.(2001). Koefisien Hidrolika Aliran Air yang Melewati Suatu Orifice Berbentuk
Segitiga, 2(1), 27–32.
Ghurri, A., Tista, G. S. P. G., & Syamsudin. (2016). Pengujian Orifice Flow Meter dengan
Kapasitas Aliran Rendah. Jurnal Mechanical, 7(September), 61–66.
Perry, R. h., & Green, D. W. (1999). Chemical Engineer' Handbook. New-York:Mc Graw Hill.
Raswari. 1986. Teknologi Dan Perencanaan Perpipaan. Cetakan ketiga. Jakarta: UI press.
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
1. Orifice platemeter adalah alat untuk mengukur laju aliran volume atau massa
atau massa fluida di dalam saluran yang tertutup ( pipa )berdasarkan prinsip
beda tekanan.
2. Pada alat orifice platemeter di dihasilkan nilai koefisien discharge
( C’D ) sebesar 2.4832.
3. Venturimeter adalah alat untuk mengukur laju alir fluida yang mengalir
melalui pipa.
4. Pada alat venturimeter di dihasilkan nilai koefisien discharge maksimum dan
koefisien discharge minimum sebesar 0.1604 dan 0.1584.
VII. LAMPIRAN
A. Data Percobaan
Berat piknometer kosong : 15.13 gram
Berat piknometer + aquades : 25.34 gram
Berat piknometer + CMC : 25.308 gram
Suhu ruangan : 29 C
C’D : 0.97 C
T minimum : 22.82 detik
T maximum :18.2 detik
1. Orifice platemeter
Berikut ini merupakan data menggunakan orifice platemeter
Tabel 6. Data percobaan alat orifice platemeter.
NO jarak terbuka
1 -11.4 24
2 -9.8 24.8
3 -8.1 24.8
4 -6.3 24.9
5 -4.9 25
6 -3.3 25.1
7 -1.7 35
8 1.7 33
9 3.3 31.1
10 4.9 30.8
11 6.3 31.4
12 8.1 31.3
13 9.8 24.6
14 11.4 25
2. Venturimeter
Berikut ini merupakan data menggunakan venturimeter
Tabel 7. Data percobaan alat venturimeter
B. Perhitungan
1. Orifice platemeter
a. Menghitung nilai Q
AP = πr2
= 3.14 x (4)2
= 50.24 cm3
Q = C’D x AP √2𝑔ℎ
= 10569.51408
Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai Q sebagai
berikut :
NO jarak Q
1 -11.4 10569.51408
2 -9.8 10744.22863
3 -8.1 10744.22863
4 -6.3 10765.86858
5 -4.9 10787.46513
6 -3.3 10809.01853
7 -1.7 12763.90088
8 1.7 12393.85385
9 3.3 12031.77205
10 4.9 11973.60037
11 6.3 12089.66383
12 8.1 12070.39742
13 9.8 10700.81742
14 11.4 10787.46513
b. Menghitung nilai V
𝑄
𝑉 = 𝐴𝑃
V = 210.3804554
Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai V sebagai
berikut :
NO jarak V
1 -11.4 210.3804554
2 -9.8 213.8580539
3 -8.1 213.8580539
4 -6.3 214.2887855
5 -4.9 214.7186531
6 -3.3 215.1476619
7 -1.7 254.0585366
8 1.7 246.6929509
9 3.3 239.4859086
10 4.9 238.3280328
11 6.3 240.6382131
12 8.1 240.2547257
13 9.8 212.9939774
14 11.4 214.7186531
Re = 109753.146
Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai bilangan
reynold (Re) sebagai berikut :
NO jarak Re
1 -11.4 109753.146
2 -9.8 111567.3705
3 -8.1 111567.3705
4 -6.3 111792.0784
5 -4.9 112016.3356
6 -3.3 112240.1447
7 -1.7 132539.5157
8 1.7 128696.9714
9 3.3 124937.1375
10 4.9 124333.0866
11 6.3 125538.282
12 8.1 125338.2209
13 9.8 111116.5914
14 11.4 112016.3356
NO jarak C'D
1 -11.4 2.4832
2 -9.8 2.4832
3 -8.1 2.4832
4 -6.3 2.4832
5 -4.9 2.4832
6 -3.3 2.4832
7 -1.7 2.4832
8 1.7 2.4832
9 3.3 2.4832
10 4.9 2.4832
11 6.3 2.4832
12 8.1 2.4832
13 9.8 2.4832
14 11.4 2.4832
P = 101325
Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai tekanan
( P2 ) sebagai berikut :
NO jarak P2
1 -11.4 101325
2 -9.8 100524.536
3 -8.1 100524.536
4 -6.3 100424.478
5 -4.9 100324.42
6 -3.3 100224.362
7 -1.7 90318.62
8 1.7 92319.78
9 3.3 94220.882
10 4.9 94521.056
11 6.3 93920.708
12 8.1 94020.766
13 9.8 100724.652
14 11.4 100324.42
2. Venturimeter
a. Menghitung nilai Q
Vminimal : 500 cm3
Tminimal : 22.82 detik
Vmaksimal : 500 cm3
Tmaksimal : 18.2 detik
𝑉
𝑄=
𝑇
b. Menghitung nilai V
𝐴𝑣 = 𝜋𝑟 2
Av = 2.009
Ap = πr2
Ap = 5.3066
𝑄
𝑉=
𝐴
∆𝑉
𝑉^2( 1 − ∆𝑃 )
𝐶 ′ 𝐷 = √ 2𝑔(ℎ1 − ℎ2)
C’Dmaksimal = 0.160490133
C’Dminimal = 0.158497485
d. Menghitung nilai P
𝑃= 𝜌𝑥𝑔𝑥ℎ
NO Putaran 1 putaran 2
1 14562.68 30122.8088
2 14462.94 30322.2976
3 14662.43 30821.0196
4 14263.45 31020.5084
5 14662.43 31120.2528
6 13166.26 28826.1316
7 13664.98 29125.3648
8 43.78372 29723.8312
9 13764.73 29524.3424
10 13664.98 29624.0868
ORIFICE PLATEMETER
jarak terbuka
-11.4 24
-9.8 24.8
-8.1 24.8
-6.3 24.9
-4.9 25
-3.3 25.1
-1.7 35
1.7 33
3.3 31.1
4.9 30.8
6.3 31.4
8.1 31.3
9.8 24.6
11.4 25
Gambar 13. Grafik hubungan jarak dan tinggi pada orifice platemeter
jarak P2
-11.4 101325
-9.8 100524.536
-8.1 100524.536
-6.3 100424.478
-4.9 100324.42
-3.3 100224.362
-1.7 90318.62
1.7 92319.78
3.3 94220.882
4.9 94521.056
6.3 93920.708
8.1 94020.766
9.8 100724.652
11.4 100324.42
102000
100000
98000
Tekanan (Pa)
96000
94000 terbuka
92000 Linear (terbuka)
90000
88000
-20 -10 0 10 20
Jarak(cm)
Gambar 14. Grafik hubungan jarak dan tekanan pada orifice platemeter
VENTURIMETER
35
30
25
Tinggi (cm)
20
15 putaran 1
putaran 2
10
0
-20 -10 0 10 20
Jarak (cm)
Gambar 15. Grafik hubungn antara jarang dan tinggi pada venturimeter
jarak Putaran 1 putaran 2
-16.1 14562.68 30122.8088
-13.1 14462.94 30322.2976
-9.3 14662.43 30821.0196
-5.5 14263.45 31020.5084
-1.8 14662.43 31120.2528
1.8 13166.26 28826.1316
5.5 13664.98 29125.3648
9.3 13664.98 29723.8312
13.1 13764.73 29524.3424
16.1 13664.98 29624.0868
35000
30000
25000
Tekanan (Pa)
20000
15000 Putaran 1
putaran 2
10000
5000
0
-20 -10 0 10 20
Jarak (cm)
Abstrak
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan suatu
proses pembelajaran. Ketepatan dalam memilih suatu model pembelajarn akan sangat berpengaruh dalam menunjang
keberhasilan pembelajarn tersebut. Model pembelajaran merupakan suatu desain pembelajaran yang dirancang untuk
memperlancar proses pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran double loop problem solving dan problem
posing, motivasi belajar, dan keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar. Penelitian ini merupakan penelitian
quasi eksperimen dengan populasi penelitian taruna/I Prodi D3 Aeronautika STTKD Yogyakarta. Teknik pemilihan
sampel menggunakan cluster random sampling yaitu pemilihan sampel secara acak dengan menggunakan undian.
Sampel populasi ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen 1 dengan model double loop problem solving dan
eksperimen 2 dengan model problem posing. Data motivasi belajar diperoleh dari lembar observasi saat pembelajaran
berlangsung sedangkan data keterampilan berpikir kritis diperoleh dari tes uraian. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan anava tiga jalan menggunakan General Linier Model.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh model double loop problem solving lebih baik dibandingkan model problem
posing baik ditinjau dari skor motivasi belajar, keterampilan berpikir kritis, maupun prestasi belajar.Pada era globalisasi
seperti sekarang ini, terjadi kebebasan arus produk sehingga membuat persaingan antar perusahaan menjadi semakin
ketat. Agar dapat survive, perusahaan PT. XYZ harus melakukan kegiatannya secara efektif dan efisien pada semua lini
bagiannya. Salah satu lini tersebut adalah lini gudang atau persediaan. Sistem persediaan yang ada dan dijalankan oleh
PT XYZ merupakan lingkungan produksi yang memproduksi lebih dari satu produk akhir dan permintaan terhadap
produknya tersebut tidak pasti. Berdasarkan kondisi PT XYZ tersebut, penulis mendekati system persediaan yang ada
pada PT XYZ dengan model persediaan Economic Manufacturing Quantity, multi item, dan probabilistic. Solusi terhadap
model yang dibangun, diperoleh menggunakan bantuan spreadsheet.
Pendahuluan
Setiap proses pembelajaran suatu materi harus mendapatkan model pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan suatu proses pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau
pola yang digunakan untuk pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan menentukan
instrument pembelajaran yang termasuk di dalamnya kurikulum, silabus, rps, computer, dan lain-lain
[1]. Berdasarkan hal tersebut, dalam memilih suatu model pembelajaran harus menggunakan
pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi yang akan diajarkan, kognitif peserta pembelajaran,
dan sarana yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang dinginkan dapat tercapai.
STTKD sebagai salah satu institusi pendidikan berupaya untuk melaksanakan proses pembelajaran
yang bisa meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik. Salah satu upaya untuk
mendukung proses ini adalah dengan mencari model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
diajarkan sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Program Studi D III
Aeronautika STTKD Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan yang bergerak di bidang teknik
kedirgantaraan. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dilakukan oleh Prodi D III
Aeronautika salah satunya adalah meningkatkan hasil belajar dan pemahaman peserta didik pada
materi Fluida. Fluida merupakan salah satu materi yang sangat penting di dunia penerbangan
sehingga harus diajarkan dengan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang sesuai
akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada materi Fluida dan berimbas pada peningkatan
pemahaman serta keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menerapkan model double loop problem solving dan
problem posing untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil belajar, motivasi belajar, dan keterampilan
berpikir kritis mahasiswa.
Model menurut Meyer [1] dapat diartikan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
mempresentasikan sesuatu hal dengan kata lain model merupakan sesuatu yang dapat
menggambarkan sesuatu agar dapat dipahami. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran materi tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki beberapa unsur, antara lain sintakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi,
sistem pendukung, serta dampak instruksional dan pengiring.
Sintakmatik merupakan fase-fase atau tahapan kegiatan yang perlu dilakukan untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar sesuai model pembelajaran. Sistem sosial merupakan situasi atau suasana
dan norma yang berlaku dalam pelaksanaan model pembelajaran. Prinsip reaksi merupakan pola
kegiatan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan pelaksanaan model
pembelajaran. Sistem pendukung merupakan sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan model pembelajaran. Dampak instruksional merupakan perubahan perilaku
yang telah ditargetkan atau yang seharusnya terjadi dalam pembelajaran materi dengan pelaksanaan
model tersebut. Dampak pengiring merupakan perubahan perilaku yang tidak ditargetkan tetapi
kemungkinan muncul.
Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria, Pertama, sahih (valid) [2]. Aspek
validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu: (1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada
rasional teoritis yang kuat; dan (2) apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek
kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang
dikembangkan dapat diterapkan; dan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan
tersebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektifitas ini, Nieveen
memberikan parameter sebagai berikut: (1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan
bahwa model tersebut efektif; dan (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai
dengan yang diharapkan [1].
Berdasarkan uraian di atas, maka model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang berisi
tentang pedoman serta langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran fisika untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Model pembelajaran Double Loop Problem Solving merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan proses analisis berfikir siswa. Model Double Loop Problem Solving adalah
variasi dari model pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian
kausal (penyebab) masalah [3]. Model ini juga dikenal dengan model pengambilan keputusan di mana
keputusan yang diambil dalam model ini menyangkut proses mempertimbangkan berbagai macam
pilihan, yang akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan atas pilihan yang akan diambul.
Pendekatan pada model Doble Loop Problem Solving yang disarankan adalah mengakomodasi
adanya perbedaan dari penyebab suatu masalah, termasuk mekanisme bagaimana sampai terjadinya
permasalahan tersebut. Pada proses pembelajaran menggunakan model ini, mahasiswa perlu bekerja
pada dua loop pemecahan masalah yang berbeda tetapi saling berkaitan. Loop untuk pemecahan
masalah pertama ditujukan untuk mendeteksi penyebab masalah yang paling langsung, dan kemudian
merancang dan menerapkan solusi sementara. Loop solusi kedua berusaha untuk menemukan
penyebab arahnya lebih tinggi, dan kemudian merancang dan mengimplementasikan solusi dari akar
masalah.
Model Problem Posing adalah suatu model pembelajaran yang mengharuskan peserta menyusun atau
mengajukan pertanyaan lebih sederhana dengan mengacu pada penyelesaian soal baik berupa gambar,
cerita, atau informasi lain yang berkaitan dengan materi yang disediakan baik untuk pembelajaran
secara kelompok atau individu guna meningkatkan hasil belajar dengan membuat pesertanya aktif an
kreatif.
Langkah-langkah model problem posing menurut Lyn D. [4] adalah menjelaskan sekilas materi untuk
memperjelas konsep yang akan diajarkan, mencari permasalahan untuk diselesaikan baik secara
individu maupun kelompok, melakukan evaluasi dengan menyelesaikan soal-soal.
d. Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual [5]. Motivasi belajar berperan
dalam penumbuhan gairah, perasaan senang dan semangat belajar. Peserta belajar yang tidak
berkembang dalam belajar bisa dikarenakan kurang motivasi yang dapat mendorong semangat
peserta didik dalam belajar. Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar untuk menambah keterampilan dan pengalaman.
Motivasi belajar merupakan motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
keseluruhan penggerak psikis dalam kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan belajar dalam
mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar berperan penting dalam memberikan rangsangan, semangat
dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunya motivasi tinggi mempunyai energi yang
banyak untuk belajar.
Keterampilan berpikir kritis memiliki 12 indikator yang selanjutnya dikelompokkan dalam lima besar
aktifitas. Kelima aktifitas tersebut antara lain: a) memberikan penjelasan sederhana; b) membangun
keterampilan dasar; c) membuat kesimpulan; d) memberikan penjelasan lebih lanjut; e) mengatur
strategi dan teknik
f. Fluida
Fluida terbagi menjadi dua yaitu fluida statis dan fluida dinamis. Fluida dikatakan statis saat berada
dalam fase tidak bergerak tetapi tidak ada perbedaan kecepatan antar partikel. Persamaan-persamaan
dakam fluida statis ini mencakup massa jenis, tegangan permukaan, kapilaritas, viskositas, dan
tekanan hidrostatis.
a Massa Jenis
Massa jenis atau densitas merupakan perbandingan antara massa dengan volume suatu benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi akan memiliki volume yang lebih rendah
daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah.
b Tegangan Permukaan
Kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi
oleh suatu lapisan yang bersifat elastis.
c Kapilaritas
Gejala kapilaritas merupakan gejala naik turunnya zat cair dalam pipa kapiler. Penyebab dari
terjadinya peristiwa ini adalah gaya tarik antara molekul di dalam zat cair yang dibedakan
menjadi adhesi dan kohesi. Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar molekul yang sama
jenisnya sedangkan adhesi adalah gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenisnya.
d Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di
dalam fluida. Semakin besar viskositas suatu fluida, maka semakin sulit fluida mengalir dan
semakin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Viskositas suatu zat cair bisa
ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisen viskositas (η). Apabila suatu
benda bergerak dengan kecepatan v dalam suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya η,
maka benda tersebut akan mengalami gaya gesekan sebesar Fs = kηv, dengan k adalah konstanta
yang bergantung pada bentuk geometris benda yang tercelup pada fluida. Benda yang
geometrisnya berbentuk bola memiliki nilai k = 6 π r. Sehingga apabila dimasukkan ke dalam
persamaan, maka akan diperoleh persamaan Fs = 6 π η r v.
e Tekanan hidrostatis
Tekanan hidrostatis merupakan tekanan zat cair pada kesetimbangan karena pengaruh gravitasi.
Tekanan hidrostatis dipengaruhi oleh kedalaman atau ketinggian suatu benda, massa jenis zat
cair, dan gravitasi sedangkan volume sendiri tidak berpengaruh pada besarnya tekanan
hidrostatik.
Fluida dinamis merupakan fluida yang berada dalam keadaan bergerak. Fluida di sini dianggap dalam
keadaan steady dimana mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu, tidak mengalami
perubahan volume, tidak kental dan tidak mengalami turbulen. Aliran fluida dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Aliran laminer
Aliran laminer merupakan aliran fluida mulus dimana lapisan-lapisan yang bersebelahan
meluncur satu dengan yang lain dengan mulus. Aliran laminer biasanya dijumpai pada air yang
dialirkan melalui pipa atau selang.
b. Aliran turbulen
Aliran ini ditandai dengan adanya lingkaran-lingkaran tidak menentu dan menyerupai pusaran.
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Ditinjau Dari Model Pembelajaran
Kelompok Jumlah Data Maks. Min Rerata
Double Loop Problem Solving 30 85 60 76,17
Problem Posing 30 80 50 71,5
Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar kognitif peserta didik yang
dibelajarkan dengan model double loop problem solving adalah 76,17. Sedangkan rata-rata nilai hasil
belajar kognitif dengan menggunakan problem posing adalah 71,5. Hal ini menunjukkan bahwa rata-
rata nilai hasil belajar kognitif yang dibelajarkan dengan menggunakan model double loop problem
solving lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nilai hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan model problem posing.
Berikut ini merupakan Tabel 1 yang merupakan parameter beserta nilainya yang digunakan dalam
menentukan total biaya persediaan tahunan. Indeks ke-1 merupakan parameter berserta nilainya untuk
item ke-1, sedangkan indeks ke-2 merupakan parameter beserta nilainya untuk item ke-2.
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kognitif Penggunaan Dua Jenis
Model Pembelajaran
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 1 distribusi data hasil belajar kognitif dengan model pembelajaran
double loop problem solving frekuensi tertinggi terdapat pada interval 80-84 dengan frekuensi 10,
sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interbal 55-59 dengan frekuensi 0. Data kemampuan hasil
belajar kognitif dengan model double loop problem solving frekuensi tertinggi pada interval 75-79
dengan frekuensi 9, sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interval 55-59 dan 84-89 dengan
frekuensi 0.
Berdasarkan hasil uji anava tiga jalan terhadap variabel bebas yaitu hasil belajar didapatkan nilai
signifikansi 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran fluida dengan
menggunakan model double loop problem solving dan problem posing terhadap hasil belajar kognitif
mahasiswa. Hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan model Double Loop Problem Solving
mendapatkan rata-rata nilai hasil belajar yang lebih tinggi daripada pembelajaran dengan
menggunakan model problem posing. Data ini bias dilihat pada Tabel 4.1 di mana rata-rata untuk
kelas eksperimen 1 dengan model pembelajaran Double Loop Problem Solving mendapatkan rata-
rata nilai hasil belajar 76,17 sedangkan untuk kelas eksperimen 2 dengan model pembelajaran
Problem Posing mendapatkan rata-rata nilai hasil belajar 71,5.
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar kognitif yang dibelajarkan dengan
menggunakan model double loop problem solving lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nilai hasil
belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model problem posing.Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lucky Heriyanti Jufri [7] di mana dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Double Loop Problem Solving dapat
meningkatkan hasil belajar melalui proses pemecahan soal-soal sulit. Pada pelaksanaan kelas
eksperimen dengan menggunakan model Problem Solving peningkatan hasil belajarnya lebih rendah
daripada model Double Loop Problem Solving dikarenakan peserta didik dituntut untuk menyusun
soal/ permasalahan sendiri.
Proses pembelajaran pada kedua kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan metode ceramah,
diskusi, dan tanya jawab. Proses pembelajaran di kelas eksperimen 1 dengan menggunakan model
double loop problem solving dilakukan dengan memberikan permasalahan terlebih dahulu kepada
mahasiswa. Kemudian mahasiswa yang sudah membentuk kelompok belajar akan menyelesaikan
permasalahan yang diberikan dengan mencari akar permasalahan baru menemukan solusinya.
Sedangkan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model problem posing mahasiswa
diminta untuk berkumpul dengan kelompok belajarnya masing-masing untuk mendiskusikan materi
yang sekilas sudah diberikan kemudian menemukan permasalahan-permasalan dan
menyelesaikannya secara diskusi kelompok.
2. Hipotesis kedua
Deskripsi hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
ditunjukkan dalam Tabel 3.
Eksperimen 1 30 24 14 18.83
Eksperimen 2 30 23 14 16.70
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai motivasi belajar peserta didik kelas
eksperimen 1 adalah 18,83. Sedangkan rata-rata nilai motivasi belajar siswa kelas eksperimen 2
adalah 16,70. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai motibasi belajar kelas eksperimen 1 lebih
baik daripada kelas eksperimen 2.
Tabel 4. Deskripsi Data Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 dengan Motivasi Belajar
Tinggi dan Rendah
Motivasi Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2
Belajar
Frekuensi Prosentase(%) Frekuensi Prosentase(%)
Tinggi 20 66,67 19 63,33
Distribusi frekuensi mahasiswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang memiliki
keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah disajikan dalam Tabel 5 dan Gambar 2.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Mahasiswa Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
Eksperimen 1 Eksperimen 2
Distribusi frekuensi motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah mahasiswa kelas eksperimen
1 dan kelas eksperimen 2 disajikan dalam Tabel 4 dan Gambar 2. Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 2
distribusi data motivasi belajar kelas eksperimen 1 frekuensi tertinggi terdapat pada interval 20 -24
dengan frekuensi 15, sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interval 10-14 dengan frekuensi 1.
Distribusi data motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen 2 frekuensi tertinggi terdapat pada
interval 15-19 dengan frekuensi 16, sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interval 20-24
dengan frekuensi 3.
Berdasarkan hasil uji anava menyatakan bahwa ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan motivasi
belajar rendah terhadap hasil belajar mahasiswa pada materi fluida. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai
signifikansi sebesar 0,001 di mana nilainya < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan Tabel
4.3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai motivasi belajar peserta didik kelas eksperimen 1 yang diamati
dengan menggunakan lembar observasi saat proses pembelajaran berlangsung adalah 18,83.
Sedangkan rata-rata nilai motivasi belajar siswa kelas eksperimen 2 adalah 16,70 dari nilai maksium
24,00.
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai motivasi belajar kelas eksperimen 1 lebih baik daripada
kelas eksperimen 2. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusnanang Wahyudi [8]
yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar
peserta didik. Hal ini disebabkan karena peserta didik akan terdorong untuk belajar mencapai sasaran
dan tujuan karena yakin dan sadar akan kebaikan tentang kepentingan dan manfaatnya dari belajar.
Bagi peserta didik, motivasi itu sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku ke arah yang
positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta mampu menanggung resiko
dalam studinya.
Pengambilan data terhadap motivasi belajar mahasiswa baik dari kelas eksperimen 1 maupun kelas
eksperimen 2 dilakukan dengan menggunakan metode observasi dengan lembar observasi. Observasi
dilakukan di kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Ada delapan indikator yang diamati yaitu tekun
dalam menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, menunjukkan minat, senang bekerja
mandiri, tidak cepat bosan pada tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah
melepas hal yang diyakini, serta senang mencari dan memecahkan soal. Ke delapan indikator ini
dinilai ketika pembelajaran berlangsung baik saat mengerjakan tugas, melakukan diskusi, ataupun
ketika mengerjakan ujian.
3. Hipotesis Ketiga
Deskripsi data hasil belajar ditinjau dari keterampilan berpikir kritis mahasiswa disajikan pada Tabel
6.
Eksperimen 1 30 70 50 58,83
Eksperimen 2 30 70 40 57,50
Berdasar Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai keterampilan berpikirkritis mahasiswa kelas
eksperimen 1 adalah 58,83 dan rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen 2
adalah 57,50. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa kelas
eksperimen 1 lebih baik daripada rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa kelas
eksperimen 2.
Tabel 7. Deskripsi Data Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
Keterampilan Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2
Berpikir Kritis
Frekuensi Prosantase(%) Frekuensi Prosentase(%)
Tinggi 11 36,67 19 63,33
Sedangkan berdasarkan Tabel 7 tentang deskripsi keterampilan berpikir kritis mahasiswa untuk
masing-masing kelas menunjukkan bahwa kategori mahasiswa dengan keterampilan bepikir kritis
tinggi pada kelas eksperimen 1 memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
eksperimen 2.
Distribusi frekuensi mahasiswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang memiliki
keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah disajikan dalam Tabel 8 dan Gambar 3.
Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah
Distribusi frekuensi keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah siswa kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 disajikan dalam Tabel 8 dan Gambar 3. Berdasarkan tabel 8 dan gambar 3 distribusi
keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen 1 frekuensi tertinggi terdapat pada interval 60-69
dengan frekuensi 14 sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interbal 40-49 dengan frekuensi 1.
Distribusi data keterampilan berpikir kritis mahasiswa pada kelas eksperimen 2 frekuensi tertinggi
terdapat pada interval 50-59 dengan frekuensi 15, sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interval
40-49 dengan frekuensi 2.
Berdasarkan hasil uji anava menyatakan bahwa ada pengaruh keterampilan berpikir kritis tinggi dan
keterampilan berpikir kritis rendah terhadap hasil belajar mahasiswa pada materi fluida. Hasil ini
dibuktikan dengan diperolehnya nilai signifikansi sebesar 0,001 di mana nilainya < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap hasil
belajar siswa. Berdasar tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai keterampilan berpikirkritis
mahasiswa kelas eksperimen 1 adalah 58,83 dan rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis siswa kelas
eksperimen 2 adalah 57,50.
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa kelas eksperimen
1 lebih baik daripada rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa kelas eksperimen 2. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dian Aditya [9] di mana hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar peserta
didik. Hal ini dikarenakan kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam
berpikir, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya lebih akurat.
Keterampilan berpikir kritis pada penelitian ini dinilai dengan menggunakan soal keterampilan
berpikir kritis yang terdiri dari empat soal uraian dengan berbagai macam indikator keterampilan
berpikir kritis yaitu keterampilan analisis, sintesis, maupun keterampilan evaluasi. Soal ujian
keterampilan berpikir kritis ini diberikan di akhir proses pembelajaran materi kuliah fluida, jadi saat
semua materi sudah selesai diajarkan baru kemudian soal keterampilan berpikir kritis diberikan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat
pengaruh model pembelajaran double loop problem solving dan problem posing berpengaruh
terhadap hasil belajar mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis data tes hasil belajar
menggunakan SPSS dan menghasilkan nilai signifikansi 0,00 < 0,05. Selain itu terdapat pengaruh
motivasi belajar tinggi dan rendah pada kelas eskperimen 1 dan kelas eksperimen 2 terhadap hasil
belajar mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis data yang diperoleh dari observasi ketika
proses pembelajaran berlangsung dan menghasilkan nilai signifikansi 0,001 < 0,005. Terdapat
pengaruh keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah pada kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 terhadap hasil belajar mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis data yang
diperoleh dari tes keterampilan berpikir kritis dan menghasilkan nilai signifikansi 0,001 < 0,005.
Daftar Pustaka
[1] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Kencana, 2010.
[2] Nieveen, N, Design Approaches and Tools in Educational and Training, Dordrecht: Kluwer Academic Publiser, 1999.
[3] Shoiman, Model-model Pembelajaran Berwawasan Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2002.
[4] Saminanto, Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas), Semarang: Rasail Media Group, 2010.
[5] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, Jakarta: Rajawali Press, 1998.
[6] Martinis Y., Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.
[7] Jufri, L.H., “Penerapan Double Loop Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematis Level 3,” LEMMA., vol. II, no.1,
pp.52-62, Nov. 2015.
[8] Wahyudi, K, “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Produksi, Konsumsi dan Distribusi”, Jurnal Widyaloka Ikip
Widyadarma Surabaya, vol. 2, No.2, Jan. 2015.
[9] Aditya, D, “Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar”, Jurnal Pendidikan Fisika, vol.1, no.3, pp. 133 -
141, 2013.
1. Introduction Here all the energies are taken per unit weight of the
fluid. The Bernoulli’s equation for the fluid passing
1.1 General
through the section 1 and 2 are given by
A venturimeter is a device used for measuring the
rate of flow of a fluid flowing through a pipe.
1.3 Working
pressure difference of the fluid at the two sections. At the TABLE 1 Advantages of CFD
section 1(i.e. at the inlet) the pressure of the fluid is
maximum and the velocity is minimum. And at the Simulation Experiment
section 2 (at the throat) the velocity of the fluid is (CFD)
maximum and the pressure is minimum. The pressure Cost Cheap Expensive
difference at the two section can be seen in the Time Short Long
manometer attached at both the section. This pressure Scale Any Small/Middle
difference is used to calculate the rate flow of a fluid Information All Measured Point
flowing through a pipe. Repeatable Yes Some
Safety Yes Some Dangerous
1.4 Concept of Computational Fluid Dynamics
2. LITERATURE REVIEW
Computational Fluid Dynamics (CFD) is the simulation of
fluids engineering systems using modeling Patel Mitesh B (2018) In this paper we study
(mathematical physical problem formulation) and conceptualization of this project is inspired by the
numerical methods (discretization methods, solvers, experiments conducted for the calibration of
numerical parameters, and grid generations, etc.). The Venturimeter and the loss of water head at the
process is as figure . downstream of pipe flow in various hydraulic power
plants. Also Venturimeter, are widely used in industry for
flow measurements. In this present work, Computational
Fluid Dynamics (CFD) has been used to compute the
permanent pressure loss and relative pressure loss for
3D incompressible fluid for various designs of a classical
Venturimeter. Further different parameters are defined
to be varied to study effect of each in combination to
minimize pressure drop in future work.
© 2019, IRJET | Impact Factor value: 7.34 | ISO 9001:2008 Certified Journal | Page 227
International Research Journal of Engineering and Technology (IRJET) e-ISSN: 2395-0056
Volume: 06 Issue: 10 | Oct 2019 www.irjet.net p-ISSN: 2395-0072
Conculsion
© 2019, IRJET | Impact Factor value: 7.34 | ISO 9001:2008 Certified Journal | Page 228
Jurnal Mechanical, Volume 7, Nomor 2, September 2016
Abstract
Orifice flow meter is used in many laboratory and industrial application due because of its simple design
and low cost. The present research investigated an orifice flow meter operated in relatively low flow rate. Orifice
plate is a metal plate, 10 mm width provided with bevel at inlet section. The diameter ratios (β) are 0.3, 0.4, 0.5,
0.6, 0.7, and 0.8, respectively. The experiment used water with flowrate range having Reynolds number between
6827,55 and 8004,72. The fluid is flown through the orifice plate. Pressure taps are used to measure pressure at
upstream and downstream of the orifice plate. The actual capacity is directly measured at an outlet reservoir;
while the theoretical capacity is calculated using modified Bernoulli equation with diameter ratio (β) within the
equation. The results showed that the irrecoverable pressure drop decreased with the increase of flow capacity
and the diameter ratio. The discharge coefficient of the orifice flowmeter ranged between 0.3 and 1.3.
Keywords: Orifice flow meter, diameter ratio, pressure drop.
61
Jurnal Mechanical, Volume 7, Nomor 2, September 2016
d 2 2P1 P2
m s
diabaikan) dan abaikan losses aliran yang terjadi; 1
2
persamaan Bernoulli menjadi: 3
q Cd
4 1 4
1 1 (5)
P1 v1 P2 v2
2 2
(1)
2 2 D = Diameter dalam orifice (m)
P = Tekanan (Pa) d = Diameter pipa hulu dan hilir (m)
ρ = Densitas (Kg/m3) = Rasio diameter d / D
v = Kecepatan aliran (m/s) π = 3.14
Untuk aliran vertikal ketinggian atau elevasi h1 dan Persamaan (5) dapat dimodifikasi ke laju alir
h2 harus dimasukkan dalam persamaan (1) di atas. massa fluida dengan mengalikannya dengan densitas
Asumsikan profil kecepatan aliran seragam pada fluida.
sisi hulu dan hilir; maka persamaan kontinyuitas
d 2 2P1 P2 2 Kg
1
berlaku sebagai berikut:
m Cd s
4 1 4
(6)
q = v1 A 1 = v 2 A 2 (2)
q = Laju alir volume atau kapasitas (m3/s)
A = Luas penampang aliran (m2) Dalam pengukuran aliran gas, perlu
Dengan mengkombinasikan (1) dan (2), A2 < A1, diperhitungkan tidak hanya penurunan tekanan yang
menghasilkan persamaan „ideal‟: terjadi, tapi juga perubahan densitasnya. Persamaan
1 di atas dapat digunakan untuk aplikasi dimana
2
perubahan tekanan dan densitasnya relatif kecil.
Adanya vena contracta saat melintasi orifice plate,
2P P
q A2 1 2
A2
2
m s
3
(3)
maka persamaan Qorifice menjadi:
Qorifice
1 d 2
2 P Kg s (7)
1 1 4
4
62
Jurnal Mechanical, Volume 7, Nomor 2, September 2016
Gambar 3. Orifice plate flow meter Distribusi tekanan sepanjang orifice flow meter
Dari hasil pengujian maka didapatkan distribusi
tekanan sepanjang aliran dengan rasio diameter (β)
0.3; 0.4; 0.5; 0.6; 0.7; dan 0.8 seperti pada grafik-
grafik di bawah ini.
Adapun distribusi tekanan setiap rasio diameter
(β) pada kapasitas aktualnya dapat dilihat pada
grafik dibawah ini:
(a) Skematik
63
Jurnal Mechanical, Volume 7, Nomor 2, September 2016
0.000130
0.000120
Q (m3/s)
0.000110
0.000100
0.000090
6700 7200 7700
Bilangan Reynolds (Re)
Qakt Qth-1 Qth-2
Qth-3 Qth-4 Qth-5
Qth-6
Coefficient of discharge
Dengan menghitung pressure drop maka
kapasitas aliran secara teoritis dapat dihitung dengan Dari nilai Qth yang menggunakan letak
menggunakan rumus : pengukuran beda tekanan antara pressure tap pada
hulu dan pada plat orifice maka nilai Cd dapat
√
√ dihitung dengan menggunakan rumus:
Atau
Qact (liter / menit )
√
√ Cd
Qth (liter / menit )
Adapun nilai dari kapasitas teoritis yang sudah
dihitung dapat diplotkan pada grafik hubungan Adapun nilai Cd yang dapat diplotkan pada
antara kapasitas terhadap bilangan Reynolds seperti grafik seperti yang terlihat dibwah ini:
yang terlihat dibawah ini :
64
Jurnal Mechanical, Volume 7, Nomor 2, September 2016
1000
6700 7200 7700
1.2
Coefficient of discharge (Cd)
300
Cd1 Cd2 Cd3
250
200
Gambar 10. Grafik terhadap Re untuk 150
d = 10,8 mm
100
Ada 2 hal yang dapat disimpulkan dari kedua 50
grafik diatas yaitu semakin besar diameter orifis 0
maka semakin besar nilai Cd dan hanya pada Cd1 6700 7200 7700
dan Cd2 yang sesuai dengan semakin besar bilangan Bilangan Reynolds (Re)
Reynolds maka nilai Cd semakin turun atau kecil. Pressure Drop Max
Nilai Cd (coefficient discharge) untuk orifice Pressure Drop Irrecoverable
flow meter nilainya berkisar 0,3535 - 1,3374 dimana
nilai Cd terendah ada pada d = 14,4 mm di posisi
pressure tap hdown-1, sedangkan nilai Cd tertinggi pada Gambar 12. Grafik hubungan antara pressure drop
posisi pressure tap hdown-5. Berdasarkan nilai Cd letak terhadap Re untuk d = 14,4 mm
pressure tap yang baik berada pada hdown-2 dengan
nilai Cd = 1,0073 pada d = 14,4 mm (Qaktual = 6,3
ltr/mnt).
KESIMPULAN
Pressure Drop dan Irrecoverable Pressure Drop Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian
Presentase dari Irrecoverable pressure drop mengenai orifice flow meter dengan (β) = 0.3; 0.4;
dapat dicari dengan menggunakan rumus : 0.5; 0.6; 0.7; dan 0.8 dapat disimpulkan beberapa hal
antara lain:
1. Perhitungan kapasitas teoritis yang
menggunakan beda tekanan (∆P) pada posisi
(hdown-1– hup-1) titik pada plat orifice
65
Jurnal Mechanical, Volume 7, Nomor 2, September 2016
DAFTAR PUSTAKA
66
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen
Bagian 1 Proyek/penelitian/kegiatan
1.1: Deskripsi singkat tentang proyek/penelitian/kegiatan
Menentukan koefisien discharge secara eksperimental untuk orifice plate meter dan venturimeter.
Menentukan distribusi tekanan sepanjang pipa dengan alat pengukur tekanan.
BKB3 v1 Page 1 of 4
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen
BKB3 v1 Page 2 of 4
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen
Jas Lab Keseluruhan Chemical suit baju sekali pakai Apron Pilih semua yang
Kaus tangan kacamata kacamata/Goggles pelindung muka Kaus sesuai
tangan Alat pelindung kepala sepatu keselamatan lainnya
Training khusus diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan selamat (Jika ya, isi detilnya di ya
bawah)
BKB3 v1 Page 3 of 4
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen
lainnya
Bagian 6 Persetujuan
6.1: Pengisi borang
Nama Hasna Nadila Pralista Tanda tangan Tanggal 06 November 2020
BKB3 v1 Page 4 of 4
HSL.02 Risk
Assessment v.01
Diisi sebelum melaksanakan penelitian
Laboratorium Teknik Kimia
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Judul Penelitian/Title of project
Koefisien Discharge
or activity
Penanggung jawab/Responsible
Person / Manager
Asal Institusi/Faculty/Prodi Teknik Kimia
Tanggal Penilaian/Date of
assessment
Tempat Penelitian/Location of Laboratorium Teknik Kimia UMS Gedung H
work Lantai 2
Pendahuluan
Borang penilaian resiko (risk assessment form) berikut dibuat memberi
penilaian terhadap aktivitas yang berpotensi menyebabkan bahaya dan
resiko terhadap kesehatan dan keselamatan, serta untuk mengidentifikasi
cara dan metode yang tepat untuk mencegah dan mengendalikan bahaya
dan resiko tersebut. Hal ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa cara
dan metode pengendalian sudah dilaksanakan dengan baik.
Aktivitas yang berpotensi bahaya dan resiko yang
signifikan
Semua Aktivitas harus dinilai sehingga aktivitas yang berbahaya dan resiko
yang disebabkan aktivitas tersebut dapat diidenfikasi.
Telah
Bahaya/ bahaya bagi kehidupan lingkungan Date
dilaksankan
Hazard 1
Resiko/
menyebabkan kerusakan lingkungan
Risks
Metode dan
hindari pelepasan ke lingkungan dan buang isi atau wadah ke tempat
peralatan
pembuangan limbah yang disetujui
kendali
Page 1 of 3
HSL.02 Risk
Assessment v.01
Diisi sebelum melaksanakan penelitian
kendali
Implemente Date
Emergency Procedures
d
Resiko/
Risks
Metode dan
peralatan
kendali
Page 2 of 3
HSL.02 Risk
Assessment v.01
Diisi sebelum melaksanakan penelitian
kendali
Penilai
NamaIr. Haryanto A.R, M.S Tanda tangan Tanggal
Page 3 of 3