Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

KOEFISIEN DISCHARGE

Nama : Agnes Dea P., Adestya Sari R., Hasna Nadila P

NIM : D500180133, D500180136, D500180138

Kelompok/Kelas : 1F/C

Hari/Tgl Percobaan : Jum’at, 06 November 2020

Asisten : Aurilia Rahmah N

Dosen : Ir. Haryanto AR,M.S.

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
DAFTAR ISI

I. TUJUAN PERCOBAAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Fluida
B. Sifat-Sifat Dasar Fluida
C. Klasifikasi Fluida
D. Klasifikasi Aliran Fluida
E. Koefisien Discharge
F. Orificemeter
G. Venturimeter
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
B. Bahan
C. Gambar Alat
IV. CARA KERJA
V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
B. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN
VI. KESIMPULAN
VII. LAMPIRAN
A. Data Percobaan
B. Perhitungan
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan koefisien discharge secara eksperimental untuk orifice plate
meter yang dipasang pada pipa yang dialiri udara.
2. Menentukan koefisien discharge secara eksperimental untuk venturimeter.
3. Menentukan distribusi tekanan sepanjang pipa menggunakan alat
pengukur tekanan yang terpasang pada alat percobaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Fluida
Fluida merupakan suatu zat atau bahan yang dalam keadaan setimbang
tidak dapat menahan gaya atau tegangan geser (shear force). Dapat pula
didefinisikan sebagai zat yang dapat mengalir bila ada perbedaan tekanan
dan atau tinggi (Raswari, 1986).
Fluida adalah zat yang berubah bentuk secara kontinu (terus-menerus)
bila terkena tegangan geser, berapapun kecilnya tegangan geser itu. Gaya
geser adalah komponen gaya yang menyinggung permukaan, dan gaya ini
yang dibagi dengan luas permukaan tersebut adalah tegangan geser
rata-rata pada permukaan itu (Victor et al., 1988).
Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari
benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah
mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan
molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang
relatif kecil pada perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat
mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu
gaya yang besar diberikan kepada zat padat tersebut, zat padat tidak
mudah berubah bentuk maupun volumenya,sedangkan zat cair dan gas,zat
cair tidak mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk
wadahnya dan volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya gaya
yang sangat besar. Gas tidak mempunyai bentuk maupun volume yang
tetap, gas akan berkembang mengisi seluruh wadah. Karena fase cair dan
gas tidak mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai
kemampuan untuk mengalir. Dengan demikian kedua-duanya sering
secara kolektif disebut sebagai fluida (Olson dan Wright, 1990).

B. Sifat-Sifat Dasar Fluida


Adapun sifat-sifat dasar fluida yaitu (Olson dan Wright 1990) :
1. Kerapatan (Density)
Kerapatan (density) ρ suatu zat adalah ukuran untuk
konsentrasi zat tersebut dan dinyatakan dalam massa per satuan
volume. Sifat ini ditentukan dengan cara menghitung perbandingan
massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap
volume bagian tersebut.
𝑚
ρ= 𝑣 (1)

Dimana : v = volume fluida (m3)


m = massa fluida (Kg)
ρ = rapat massa (Kg/m3)
Volume jenis (v) adalah volume yang ditempati oleh sebuah
satuan massa zat dank arena itu merupakan kebalikan dari kerapatan :
1
𝑣=𝜌 (2)

Berat jenis (γ) adalah gaya gravitasi terhadap massa yang


terkandung dalam sebuah satuan volume zat, maka:
𝛾 = 𝜌. 𝑔 (3)

Dimana : ρ = rapat massa (Kg/m3)


g = percepatan gravitasi ( 9,81 m/s2)
2. Tekanan (Pressure)
Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja tegak lurus pada
suatu permukaan yang dibagi dengan luasan permukaan, dapat
dirumuskan :
𝐹
𝑃= (4)
𝐴

Dimana : P = tekanan (N/m2,N/cm2)


A = luas penampang (m2,cm2)
F = gaya (N)
Dalam termodinamika, tekanan secara umum dinyatakan dalam
nilai absolutnya. Tekanan absolut tergantung pada tekanan pengukuran
sistem. Apabila tekanan pengukuran sistem diatas tekanan atmosfer,
dapat dirumuskan :
Pabs = Pgauge + Patm (5)

Dimana : Pabs = tekanan absolut

Pgauge = tekanan pengukuran

Patm = tekanan atmosfer

Apabila tekanan pengukuran dibawah tekanan atmosfer, dapat


dirumuskan:

Pabs = Patm + Pgauge (6)

Dimana : Pabs = tekanan absolut

Pgauge = tekanan pengukuran

Patm = tekanan atmosfer


3. Specific Gravity
Specific grafity (s.g) adalah sifat yang digunakan untuk
mempertimbangkan kerapatan suatu zat dengan kerapatan air. Karena
kerapatan semua zat cair bergantung pada temperatur serta tekanan,
maka temperatur zat cair yang dinyatakan, serta temperature air yang
dijadikan acuan, harus dinyatakan untuk mendapatkan harga-harga
gravitasi jenis yang tepat.
𝜌
𝑠. 𝑔 = (7)
𝜌𝑤

Dimana : s.g = spesifik grafity


ρ = rapat massa (Kg/m3)
ρw = kerapatan air (Kg/m3)

4. Laju Aliran Massa


Laju aliran massa yang mengalir dapat diketahui dengan
persamaan dibawah ini :
𝑚̇ = 𝜌. 𝑉. 𝐴
𝑉.𝐴
𝑚̇ = (8)
𝑣

Dimana : 𝑚̇ = laju aliran massa (Kg/s)


V = kecepatan aliran fluida (m/s)
v = volume jenis (m3/Kg)
A = luas penampang pipa (m2)

Laju aliran adalah volume fluida yang dikeluarkan tiap


detiknya. Laju aliran dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
berikut :
𝑄 = 𝑉. 𝐴 (9)
Dimana : Q = debit aliran (m3/s)

V = kecepatan aliran (m/s)

A = luas penampang (m2)

D = diameter pipa (m)

Laju aliran melalui A1 dan A2 harus sama, dengan demikian :


𝜌1 𝐴1 𝑉1 = 𝜌2 𝐴2 𝑉2 (10)

Disebut persamaan kontinuitas. Jika ρ1=ρ2, maka persamaan


kontinuitas menjadi :
𝐴1 𝑉1 = 𝐴2 𝑉2 (11)

Gambar 1. Kontinuitas.

5. Viskositas
Viskositas (kekentalan) (μ) adalah ukuran ketahanan sebuah fluida
terhadap deformasi atau perubahan-perubahan bentuk. Viskositas zat
cair cenderung menurun seiring bertambahnya kenaikan temperatur,
hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan
mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada
zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas zat cair tersebut.
Viskositas dibagi menjadi dua yaitu :
a. Viskositas Dinamik atau Viskositas Mutlak (Absolute Viscosity)
Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan
tegangan geser dengan gerakan fluida. Viskositas dinamik
tampaknya sama dengan ratio tegangan geser terhadap gradien
kecepatan.
𝜏
𝜇 = 𝑑𝑢 (12)
⁄𝑑𝑦

Dimana : 𝜇 = viskositas dinamik (Kg/m.s)


𝜏 = tegangan geser (N/m2)
𝑑𝑢
= gradien kecepatan ((m/s)/m)
𝑑𝑦

b. Viskositas Kinematik
Viskositas kinematik adalalah perbandingan antara viskositas
dinamik dengan kerapatan fluida.

𝜇
𝑣= (13)
𝜌

Dimana : υ = viskositas kinematik (m2/s)

μ = viskositas dinamik (Kg/m.s)

ρ = kerapatan fluida (Kg/m3)

C. Klasifikasi Fluida
Fluida diklasifikasikan sebagai fluida Newton dan fluida bukan
Newton. Dalam fluida Newton terdapat hubungan antara besarnya
tegangan geser yang diterapkan dan laju perubahan bentuk yang
diakibatkan (μ konstan). Dalam fluida bukan Newton terdapat hubungan
tak linier antara besarnya tegangan geser yang diterapkan dan laju
perubahan bentuk sudut. Gas dan cairan cenderung bersifat fluida Newton,
sedangkan hidrokarbon berantai panjang yang kental mungkin bersifat
bukan Newton (Victor et al., 1988).
Berdasarkan wujudnya, fluida dapat dibedakan menjadi dua bagian
yaitu (Raswari, 1986) :
1. Fluida cair, merupakan fluida dengan partikel yang rapat dimana gaya
tarik antara molekul sejenisnya sangat kuat dan mempunyai
permukaan bebas serta cenderung untuk mempertahankan volumenya.
2. Fluida gas, merupakan fluida dengan partikel yang renggang dimana
gaya tarik antara molekul sejenis relatif lemah dan sangat ringan
sehingga dapat melayang dengan bebas serta volumenya tidak
menentu.

D. Klasifikasi Aliran Fluida


Secara garis besar jenis aliran dapat dibedakan atau dikelompokkan
sebagai berikut (Olson dan Wright, 1990) :
1. Aliran Tunak (steady)
Suatu aliran dimana kecepatannya tidak terpengaruh oleh
perubahan waktu sehingga kecepatan konstan pada setiap titik (tidak
mempunyai percepatan).
2. Aliran Tidak Tunak (unsteady)
Suatu aliran dimana terjadi perubahan kecepatan terhadap
waktu.
Aliran fluida dibedakan menjadi dua yaitu (Arum, 2017) :

1. Aliran Laminer
Aliran laminer merupakan aliran fluida mulus dimana lapisan-
lapisan yang bersebelahan meluncur satu dengan yang lain dengan
mulus. Aliran laminer biasanya dijumpai pada air yang dialirkan
melalui pipa atau selang.
2. Aliran Turbulen
Aliran ini ditandai dengan adanya lingkran-lingkaran tidak
menentu dan menyerupai pusaran.
Kecepatan aliran fluida sangat berpengaruh pada kondisi aliran fluida,
semakin tinggi kecepatan maka akan mempengaruhi pola aliran. Besaran
yang dapat menghubungkan antara kecepatan aliran, kondisi fluida dan
kondisi penampang diameter pipa adalah bilangan Reynolds dengan
persamaan berikut (Sularso dan Tahara, 1994):

𝑉𝐷𝜌
𝑅𝑒 = (14)
𝜇

Dimana : V = kecepatan fluida (m/s)

D = diameter dalam pipa (m)

ρ = rapat massa fluida (Kg/m3)

μ = viskositas dinamik fluida (Kg/m.s)

Jenis aliran berdasarkan bilang Reynolds untuk aliran internal yaitu


sebagai berikut (Sularso dan Tahara, 1994) :

1. Re < 2300, aliran adalah laminar


2. Re > 4000, aliran adalah turbulen
3. 2300 < Re > 4000, aliran adalah transisi
1) Aliran Laminar
Aliran laminar ialah aliran dimana fluida dianggap mengalir
pada lapisan masing-masing dengan kecepatan konstan. Aliran ini
terjadi karena fluida cukup kental, kecepatan aliran rendah, aliran
pada lorong sempit. Kisaran nilai bilangan Reynolds aliran laminar
yaitu kurang dari 2300 (Re<2300).
2) Aliran Turbulen
Aliran turbulen ialah aliran yang dimana pergerakan partikel-
partikel suatu fluida tidak menentu karena mengalami percampuran
serta putaran antar lapisan dalam skala besar. Aliran turbulen terjadi
karena kecepatan aliran tinggi, aliran pada lorong yang besar, fluida
yang mengalir encer. Nilai bilangan Reynolds aliran turbulen yaitu
lebih besar dari 4000 (Re>4000).
3) Aliran Transisi
Aliran transisi ialah aliran peralihan dari aliran laminar ke
aliran turbulen maupun sebaliknya. Keadaan ini tergantung pada
viskositas, kecepatan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
geometri aliran. Nilai bilangan Reynolds aliran transisi yaitu antara
2300 sampai 4000 (2300<Re>4000).

E. Koefisien Discharge
Koefisien discharge Cd menyatakan nilai perbandingan antara luasan
efektif yang merupakan bidang normal tegak lurus aliran dengan luasan
lubang itu sendiri (Kozai dan Sase, 1978).
Discharge coefficient (Cd) adalah koefisien pengkoreksi tidak
berdimensi. Nilai discharge coefficient (Cd) ditetapkan secara empiris
melalui beberapa penelitian. Berbagai literatur menyebutkan bahwa nilai
discharge coefficient (Cd) merupakan fungsi dari bilangan Reynolds dan
rasio restriksi pelat orifice (Hollingshead, 2011).
𝐶𝑑 = 𝑓(𝛽, 𝑅𝑒𝐷 ) (15)

Rasio interaksi (β) pelat orifice adalah perbandingan luas penampang


lubang pelat dengan luas penampang pipa. Dapat dituliskan dengan
persamaan sebagai berikut :
𝐷
𝛽 = 𝐷𝑡 (16)
1

Dimana : Dt = diameter lubang pelat orifice (m)


Sehingga,
𝐴 𝐷
(𝐴 𝑡 )2 = (𝐷𝑡 )4 = 𝛽 4 (17)
1 1

Koefisien discharge didefinisikan sebagai discharge (laju aliran


volume air) sebenarnya (actual) yang melalui orifice terhadap discharge
teoritis dan secara matematik dapat ditulis (Ghofur, 2001):
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐶𝑑 = (18)
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

Sedangkan Qaktual adalah kecepatan aliran sebenarnya pada vena


konstrakta dikalikan luas pancaran pada vena konstrakta, atau :
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = √2𝑔𝐻 . 9𝐴0 (19)
Sehingga Cd dapat dinyatakan :
𝑉 𝐴
𝐶𝑑 = (𝑉𝑎𝑐 ) (𝐴𝑐 ) = (𝐶𝑣 )(𝐶𝑐 ) (20)
𝑡ℎ 0

F. Orificemeter
Orifice plate flow meter merupakan salah satu flowmeter berbasis beda
tekanan (pressure differential) yang sangat banyak digunakan karena
desain dan cara pengukurannya yang sederhana. Pengukuran aliran
dibutuhkan dalam berbagai aplikasi antara lain untuk mengetahui
konsumsi air rumah tangga, gedung komersial, dan industri yang
mengindikasikan kapasitas aliran pada stasiun pengisisan bahan bakar,
mengindikasikan kapasitas gas buang, dalam bidang kesehatan digunakan
untuk memonitor pernafasan selama pembiusan dan mengukur kapasitas
paru-paru (Ghurri dkk, 2016).
Orifice merupakan alat untuk mengukur laju aliran dengan
menggunakan prinsip perbedaan tekanan dan perbedaan kecepatan. Jika
kecepatan meningkat, tekanan akan menurun begitu pula sebaliknya.
Orifice berupa plat tipis dengan lubang di bagian tertentu (umumnya di
tengah). Fluida yang mengalir melalui pipa ketika sampai pada orifice
akan dipaksa untuk melewati lubang pada orifice. Hal itu menyebabkan
terjadinya perubahan kecepatan dan tekanan (Fox et al., 2010).
Alat yang paling sederhana dan paling banyak digunakan untuk
mengukur kecepatan aliran fluida adalah orifice plate. Alat ini berupa
suatu plat tipis berlubang yang dipasangkan di antara sambungan dua pipa
dan perbedaan tekanan antara kedua sisi plat diukur untuk menentukan
laju alir (Darby,2001). Karena bentuknya sederhana, alat ini mudah
dipasang dan biaya pembuatan serta pemasangannya cukup murah.
Kelemahan utama alat ini adalah kapasitasnya yang terbatas dan tingginya
head loss karena ekspresi yang tidak terkontrol pada aliran melalui plat
(Fox et al.,2004).
Pengukur tekanan dapat ditempatkan pada berbagai posisi seperti pada
Gambar 1. karena letak pengukur tekanan mempengaruhi koefisien aliran,
maka nilai koefisien tersebut harus dipilih yang sesuai dengan letak
pengukur tekanan pada pipa (Fox et al., 2004).

Gambar 2. Geometri orifice dan berbagai letak pengukur tekanan.

Pada percobaan ini orifice plate diletakkan pada sambungan pipa yang
berada kurang lebih di setengah panjang pipa. Manometer pipa banyak
ditempatkan sepanjang pipa untuk mengukur penurunan tekanan
sepanjang orifice dan ini berhubungan dengan debit yang telah diukur
tersendiri.
Prinsip utama dari orifice plate adalah bahwa fluida yang
meninggalkan lubang pada orifice berkontraksi hingga menempati luas
penampang yang lebih kecil daripada luas orifice itu sendiri. Bagian ini
dinamakan vene contracta. Keadaan ini timbul karena fluida memiliki
momentum radiasi ke dalam yang cukup besar yang konvergen pada
lubang orifice sehingga fluida cenderung mengalir ke arah pusat pipa
sampai pada jarak tertentu sebelum berekspansi untuk mengisi selruh
penampang pipa. Diagram aliran fluida dalam orifice dapat dilihat pada
Gambar 3 (Darby, 2001).

Gambar 3. Diagram orifice meter.

G. Venturimeter
Venturi adalah salah satu alat yang digunakan sebagai flowmeter.
Venturi memiliki desain pipa yang mengecil kemudian membesar secara
perlahan, desain ini dapat mengurangi head losses pada saat pengukuran
(Gambar 4). Walaupun memiliki desain optimum, pada venturi tetap
terjadi hilangnya energi pada aliran fluida karena penyempitan dan
pelebaran pipa (Perry dan Green, 1999).

Gambar 4. Venturi.
Venturimeter merupakan salah satu alat ukur fluida dengan
menggunakan prinsip Bernoulli. Jika kecepatan meningkat, tekanan akan
menurun begiru pula sebaliknya (Munson et al., 2009).

Gambar 5. Venturimeter

Alat ini digunakan untuk mengukur besarnya laju aliran. Besarnya


flow coefficient (Cd) pada venturimeter yaitu (Munson et al.,2009) :

Gambar 6. Nilai Cd pada venturimeter.

Venturimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran


fluida yang mengalir melalui pipa. Penerapannya dapat ditemukan di
berbagai bidang seperti penerbangan, otomotif, kimia, industri kimia, dan
lain-lain (Bhatkar dan Ban, 2019).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Berikut ini merupakan alat yang digunakan dalam percobaan koefisien
discharge.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam percobaan koefisien discharge.

No Nama Alat Ukuran (mL) Jumlah


1 Blender 1500 1
2 Ember - 1
3 Gelas Beker 500 2
4 Kaca Arloji - 1
5 Neraca Analitik - 1
6 Orifice Plate Meter - 1
7 Pengaduk Kaca - 1
8 Piknometer 10 1
9 Pipa Manometer - 14
10 Pipa Nanometer - 10
11 Stopwatch - 1
12 Venturimeter - 1
B. Bahan
Berikut ini merupakan bahan yang digunakan dalam percobaan
koefisien discharge.
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam percobaan koefisien discharge.

No Nama Bahan Massa (gram) Volume (mL) Densitas (g/mol)


1 Air - 30000 -
2 Aquades - Secukupnya 0,9966
3 CMC 40 - -
4 Udara - Secukupnya -
C. Gambar Alat
Berikut ini merupakan gambar alat yang digunakan dalam percobaan
koefisien discharge.
1. Orifice Plate Meter

1
3 5
6

Keterangan:
1) Blower
2) Fluida
3) Orificemeter
4) Tombol on-off
5) Pipa
6) Pipa manometer

Gambar 7. Alat Orifice Plate Meter.


2. Venturimeter

4 5

6
3

Keterangan:
1) Pipa
2) Tangki larutan
3) Valve
4) Water pump
5) Tombol power
6) Tombol saklar on-off
7) Pipa Nanometer

Gambar 8. Alat Venturimeter.


IV. CARA KERJA
Berikut merupkan cara kerja dari praktikum koefisien discharge:
1. Orificeplate Meter
Wadah diisi dengan aquades secukupnya. Lalu alat dihidupkan dan
tombol power on ditekan. Dilihat hingga tinggi aquades sejajar lalu
tutup blower dibuka 100% (sepenuhnya). Kemudian tinggi aquades
dicatat dari pipa manometer 1 hingga pipa manometer 14.
2. Venturimeter
CMC ditimbang menggunakan neraca analitik dengan kaca arloji
sebanyak 2 gram. Kemudian CMC dimasukkan ke dalam blender dan
ditambahkan air sebanyak 1500 mL. Lalu diblender kemudian larutan
CMC di masukkan ke dalam ember. Ulangi menimbang dan blender
CMC hingga 20 kali sampai diperoleh 40 gram CMC dalam 30 L air.
Lalu larutan CMC dimasukkan ke dalam tandon. Alat dihidupkan dan
tombol power on ditekan lalu water pump dibuka. Valve output dibuka
satu putaran dan valve input juga dibuka satu putaran. Apabila larutan
sudah sejajar dicatat tinggi larutan dalam pipa manometer dari pipa
manometer 1 hingga pipa manometer 10. Larutan dimasukkan ke
dalam gelas beker 500 mL dan di stopwatch lalu T minimum pertama
dicatat. Kemudian valve input dibuka putaran kedua lalu jika larutan
sudah sejajar dicatat tinggi larutan dari pipa manometer 1 hingga pipa
manometer 10. Lalu larutan dimasukkan ke dalam gelas beker 500 mL
dan di stopwatch lalu dicatat T minimum kedua.
3. Mengukur Densitas Larutan CMC
Piknometer 10 ml kosong ditimbang dan dicatat massanya. Lalu
piknometer diisi aquades hingga penuh dan ditimbang kemudian
dicatat massanya. Larutan CMC dimasukkan ke dalam piknometer 10
ml lalu ditimbang dan dicatat massanya.
V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Berikut merupakan hasil percobaan dari praktikum koefisien
discharge:
1. Orificeplate Meter
Berikut merupakan hasil percobaan dari praktikum koefisien
discharge untuk orificeplate meter:
Tabel 3. Data hasil percobaan koefisien discharge untuk
orificeplate meter

NO Jarak (cm) Terbuka (cm)


1 -11,4 24
2 -9,8 24,8
3 -8,1 24,8
4 -6,3 24,9
5 -4,9 25
6 -3,3 25,1
7 -1,7 35
8 1,7 33
9 3,3 31,1
10 4,9 30,8
11 6,3 31,4
12 8,1 31,3
13 9,8 24,6
14 11,4 25
2. Venturimeter
Berikut merupakan hasil percobaan dari praktikum koefisien
discharge untuk venturimeter:
Tabel 4. Data hasil percobaan koefisien discharge untuk
venturimeter

NO Jarak (cm) Putaran 1 (cm) Putaran 2 (cm)


1 -16,1 14,6 30,2
2 -13,1 14,5 30,4
3 -9,3 14,7 30,9
4 -5,5 14,3 31,1
5 -1,8 14,7 31,2
6 1,8 13,2 28,9
7 5,5 13,7 29,2
8 9,3 13,7 29,8
9 13,1 13,8 29,6
10 16,1 13,7 29,7

B. Pembahasan
Koefisien discharge adalah salah satu cara yang digunakan untuk
membandingkan keakuratan dari suatu alat ukur aliran berdasarkan
pada tekanan yaitu dengan membandingkan kapasitas aliran aktual
dengan kapasitas aliran teoritis. Pada percobaan terdapat dua alat yang
digunakan untuk menentukan koefisien discharge :
1. Orificeplate meter
Orificeplate meter merupakan alat yang paling sederhana dan
sering digunakan untuk mengukur kecepatan aliran fluida
berdasarkan perbedaan tekanan. Dengan menggunakan alat
orificeplate meter dimana blower terbuka 100% (sepenuhnya)
diperoleh koefisien discharge (C’D) sebesar 2,4832.
Berikut merupakan grafik hubungan jarak dan tinggi fluida
untuk orificeplate meter :
40
35

Tinggi (cm) 30
25
20
15 terbuka
10 Linear (terbuka)
5
0
-20 -10 0 10 20
Jarak(cm)

Gambar 9. Grafik hubungan jarak dan tinggi fluida untuk


orificeplate meter

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa jarak berbanding lurus


dengan tinggi fluida dimana semakin besar jarak maka fluida
dalam pipa manometer akan semakin meningkat atau naik. Hal ini
karena laju alir fluida semakin besar karena blower yang dibuka
100% (sepenuhnya) sehingga fluida dalam pipa manometer akan
naik ke atas.
Berikut merupakan grafik hubungan jarak dan tekanan untuk
orificeplate meter:
102000

100000

98000
Tekanan (Pa)

96000

94000 terbuka
Linear (terbuka)
92000

90000

88000
-20 -10 0 10 20
Jarak(cm)

Gambar 10. Grafik hubungan jarak dan tekanan fluida untuk


orificeplate meter

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa semakin besar jarak


maka tekanan fluida semakin kecil. Hal ini karena blower yang
dibuka 100% (sepenuhnya) maka fluida akan terdorong dan
menyebabkan penurunan tekanan.

2. Venturimeter
Venturimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur laju aliran fluida yang mengalir melalui pipa. Perbedaan
tekanan digunakan untuk menghitung laju alir fluida dimana
perbedaan tekanan dapat dilihat pada manometer yang terpasang.
Dengan menggunakan venturimeter dimana fluida yang digunakan
adalah larutan CMC yang memiliki massa jenis sebesar 1,018
g/cm3 diperoleh koefisien discharge minimum (C’D min) sebesar
0,1585 dan koefisien dischrage maksimum (C’D maks) sebesar
0,1605.
Berikut merupakan grafik hubungan jarak dan tinggi untuk
venturimeter:
35

30

25
Tinggi (cm)

20

15 putaran 1
putaran 2
10

0
-20 -10 0 10 20
Jarak (cm)

Gambar 11. Grafik hubungan jarak dan tinggi fluida untuk


venturimeter

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa jarak berbanding


terbalik dengan tinggi fluida sehingga diperoleh grafik menurun.
Semakin besar jarak maka fluida dalam pipa manometer akan
semakin menurun.
Berikut merupakan grafik hubungan jarak dan tekanan untuk
venturimeter
35000

30000

25000
Tekanan (Pa)

20000

15000 Putaran 1
putaran 2
10000

5000

0
-20 -10 0 10 20
Jarak (cm)

Gambar 12. Grafik hubungan jarak dan tekanan fluida untuk


venturimeter

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa jarak berbanding


terbalik dengan tekanan fluida sehingga diperoleh grafik yang
menurun. Semakin besar jarak maka tekanan fluida akan semakin
menurun.

Perbedaan untuk orificeplate meter dengan venturimeter yaitu


terletak pada kemudahan dalam penggunannya dan penurunan
tekanannya. Orificeplate meter lebih sederhana sehingga lebih
mudah dipasang dibandingkan dengan venturimeter. Penurunan
tekanan pada orificeplate meter tidak stabil sedangkan penurunan
tekanan pada venturimeter cukup stabil dimana antara jarak yang
satu dengan jarak yang lain terjadi penurunan tekanan yang sangat
kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Arum, W. F. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving Dan Problem
Posing Pada Materi Fluida. Jurnal Teknika STTKD, 4(2), 40–50.

Bhatkar, M. R., & Ban, P. V. (2019). “ Review Study on Analysis of Venturimeter using
Computational Fluid Dynamics ( CFD ) for Performance Improvement ’’, 226–228.

Darby, R., 2001, Chemical Engineering Fluid Mechanics Marcel Dekker, Inc. ,New York.

Fox, R.W., McDonald, A.T., and Pritchard, P.J., 2004, Introduction to Fluid Mechanics, John
Wiley & Sons, Inc. .

Fox, Robert W. and Mc Donald, Alan T. (2010). “Introduction to Fluid Mechanics”, Fifth
Edition. Purdue University, New York : John Wiley and Sons.

Ghofur, A.(2001). Koefisien Hidrolika Aliran Air yang Melewati Suatu Orifice Berbentuk
Segitiga, 2(1), 27–32.

Ghurri, A., Tista, G. S. P. G., & Syamsudin. (2016). Pengujian Orifice Flow Meter dengan
Kapasitas Aliran Rendah. Jurnal Mechanical, 7(September), 61–66.

Hollingshead, C. L. (2011). Discharge Coefficient Performance of Venturi, Standard Concentric


Orifice Plate, V-Cone, and Wedge Flow Meters at Small Reynolds Numbers. Utah:Utah
State University.

Kozai, T., & Sase, S. (1978). A SIMULATION OF NATURAL VENTILATION FOR A


MULTI-SPAN GREENHOUSE. Acta Horticulturae.
https://doi.org/10.17660/actahortic.1978.87.3

Munson, Young, Okiishi, and Huebsch. (2009).“Fundamentals of Fluids Mechanics”, Sixth


Edition. Purdue University, New York : John Wiley and Sons.

Olson, R. M. and Wright, S. J. (1990). Dasar-Dasar Mekanika Fluida Teknik. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Perry, R. h., & Green, D. W. (1999). Chemical Engineer' Handbook. New-York:Mc Graw Hill.

Raswari. 1986. Teknologi Dan Perencanaan Perpipaan. Cetakan ketiga. Jakarta: UI press.

Sularso dan Tahara,H.(1994). Pompa dan Kompressor,Pemilihan,Pemakaian dan Pemeliharaan.


Jakarta:Pradnya Paramita.
Victor L. Steeter dan E. Benjamin Wyle. (1988). Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga.
Surakarta, November 2020

Asisten Pembimbing Praktikan

1. Agnes Dea Prahesti


2. Adestya Sari Ramadhan
(Aurilia Rahmah Novitasari) 3. Hasna Nadila Pralista

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

(Ir. Haryanto A.R, M.S)


VI. KESIMPULAN

Dari percobaan Discharge koefisien yang telah dilakukan dapat disimpulkan


sebagai berikut :

1. Orifice platemeter adalah alat untuk mengukur laju aliran volume atau massa
atau massa fluida di dalam saluran yang tertutup ( pipa )berdasarkan prinsip
beda tekanan.
2. Pada alat orifice platemeter di dihasilkan nilai koefisien discharge
( C’D ) sebesar 2.4832.
3. Venturimeter adalah alat untuk mengukur laju alir fluida yang mengalir
melalui pipa.
4. Pada alat venturimeter di dihasilkan nilai koefisien discharge maksimum dan
koefisien discharge minimum sebesar 0.1604 dan 0.1584.
VII. LAMPIRAN

A. Data Percobaan
Berat piknometer kosong : 15.13 gram
Berat piknometer + aquades : 25.34 gram
Berat piknometer + CMC : 25.308 gram
Suhu ruangan : 29 C
C’D : 0.97 C
T minimum : 22.82 detik
T maximum :18.2 detik
1. Orifice platemeter
Berikut ini merupakan data menggunakan orifice platemeter
Tabel 6. Data percobaan alat orifice platemeter.

NO jarak terbuka
1 -11.4 24
2 -9.8 24.8
3 -8.1 24.8
4 -6.3 24.9
5 -4.9 25
6 -3.3 25.1
7 -1.7 35
8 1.7 33
9 3.3 31.1
10 4.9 30.8
11 6.3 31.4
12 8.1 31.3
13 9.8 24.6
14 11.4 25
2. Venturimeter
Berikut ini merupakan data menggunakan venturimeter
Tabel 7. Data percobaan alat venturimeter

NO jarak putaran 1 putaran 2


1 -16.1 14.6 30.2
2 -13.1 14.5 30.4
3 -9.3 14.7 30.9
4 -5.5 14.3 31.1
5 -1.8 14.7 32.2
6 1.8 13.2 28.9
7 5.5 13.7 29.2
8 9.3 13.7 29.8
9 13.1 13.8 29.6
10 16.1 13.7 29.7

B. Perhitungan
1. Orifice platemeter
a. Menghitung nilai Q
AP = πr2
= 3.14 x (4)2
= 50.24 cm3
Q = C’D x AP √2𝑔ℎ

= 10569.51408
Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai Q sebagai
berikut :

Tabel 8. Data perhitungan nilai Q

NO jarak Q
1 -11.4 10569.51408
2 -9.8 10744.22863
3 -8.1 10744.22863
4 -6.3 10765.86858
5 -4.9 10787.46513
6 -3.3 10809.01853
7 -1.7 12763.90088
8 1.7 12393.85385
9 3.3 12031.77205
10 4.9 11973.60037
11 6.3 12089.66383
12 8.1 12070.39742
13 9.8 10700.81742
14 11.4 10787.46513

b. Menghitung nilai V
𝑄
𝑉 = 𝐴𝑃

V = 210.3804554
Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai V sebagai
berikut :

Tabel 9. Data perhitungan nilai V

NO jarak V
1 -11.4 210.3804554
2 -9.8 213.8580539
3 -8.1 213.8580539
4 -6.3 214.2887855
5 -4.9 214.7186531
6 -3.3 215.1476619
7 -1.7 254.0585366
8 1.7 246.6929509
9 3.3 239.4859086
10 4.9 238.3280328
11 6.3 240.6382131
12 8.1 240.2547257
13 9.8 212.9939774
14 11.4 214.7186531

c. Menghitung bilangan reynold


𝜌. 𝐷. 𝑉
𝑅𝑒 =
𝜇

Re = 109753.146
Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai bilangan
reynold (Re) sebagai berikut :

Tabel 10. Data perhitungan nilai bilangan reynold (Re)

NO jarak Re
1 -11.4 109753.146
2 -9.8 111567.3705
3 -8.1 111567.3705
4 -6.3 111792.0784
5 -4.9 112016.3356
6 -3.3 112240.1447
7 -1.7 132539.5157
8 1.7 128696.9714
9 3.3 124937.1375
10 4.9 124333.0866
11 6.3 125538.282
12 8.1 125338.2209
13 9.8 111116.5914
14 11.4 112016.3356

d. Menghitung koefisien discharge


A0 = 19.625
𝑄
𝐶′𝐷 =
𝐴0 𝑥 √2𝑔ℎ
𝐶 ′ 𝐷 = 2.4832
Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai koefisien
discharge ( C’D ) sebagai berikut :

Tabel 11. Data perhitungan nilai koefisien discharge ( C’D )

NO jarak C'D
1 -11.4 2.4832
2 -9.8 2.4832
3 -8.1 2.4832
4 -6.3 2.4832
5 -4.9 2.4832
6 -3.3 2.4832
7 -1.7 2.4832
8 1.7 2.4832
9 3.3 2.4832
10 4.9 2.4832
11 6.3 2.4832
12 8.1 2.4832
13 9.8 2.4832
14 11.4 2.4832

e. Menghitung nilai tekanan (P2)


𝑃 = 𝑃1 − ( 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆ℎ )

P = 101325
Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai tekanan
( P2 ) sebagai berikut :

Tabel 12. Data perhitungan nilai tekanan ( P2 )

NO jarak P2
1 -11.4 101325
2 -9.8 100524.536
3 -8.1 100524.536
4 -6.3 100424.478
5 -4.9 100324.42
6 -3.3 100224.362
7 -1.7 90318.62
8 1.7 92319.78
9 3.3 94220.882
10 4.9 94521.056
11 6.3 93920.708
12 8.1 94020.766
13 9.8 100724.652
14 11.4 100324.42

2. Venturimeter
a. Menghitung nilai Q
Vminimal : 500 cm3
Tminimal : 22.82 detik
Vmaksimal : 500 cm3
Tmaksimal : 18.2 detik
𝑉
𝑄=
𝑇

Qminimal : 21.91060473 cm3/s

Qmaksimal : 27.47252747 cm3/s

b. Menghitung nilai V
𝐴𝑣 = 𝜋𝑟 2
Av = 2.009
Ap = πr2
Ap = 5.3066
𝑄
𝑉=
𝐴

Vminimal = 10.90296812 cm/s

Vmaksimal = 13.67064464 cm/s

c. Menghitung nilai C’D

∆𝑉
𝑉^2( 1 − ∆𝑃 )
𝐶 ′ 𝐷 = √ 2𝑔(ℎ1 − ℎ2)

C’Dmaksimal = 0.160490133

C’Dminimal = 0.158497485
d. Menghitung nilai P
𝑃= 𝜌𝑥𝑔𝑥ℎ

Rho CMC :1.0118 g/cm3


P = 1.0118 g/cm3 x 980 cm/s 2 x 14.6
= 14562.68

Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai tekanan


( P2 ) sebagai berikut :

Tabel 13. Data perhitungan nilai tekanan ( P2 )

NO Putaran 1 putaran 2
1 14562.68 30122.8088
2 14462.94 30322.2976
3 14662.43 30821.0196
4 14263.45 31020.5084
5 14662.43 31120.2528
6 13166.26 28826.1316
7 13664.98 29125.3648
8 43.78372 29723.8312
9 13764.73 29524.3424
10 13664.98 29624.0868
ORIFICE PLATEMETER

jarak terbuka
-11.4 24
-9.8 24.8
-8.1 24.8
-6.3 24.9
-4.9 25
-3.3 25.1
-1.7 35
1.7 33
3.3 31.1
4.9 30.8
6.3 31.4
8.1 31.3
9.8 24.6
11.4 25

Gambar 13. Grafik hubungan jarak dan tinggi pada orifice platemeter
jarak P2
-11.4 101325
-9.8 100524.536
-8.1 100524.536
-6.3 100424.478
-4.9 100324.42
-3.3 100224.362
-1.7 90318.62
1.7 92319.78
3.3 94220.882
4.9 94521.056
6.3 93920.708
8.1 94020.766
9.8 100724.652
11.4 100324.42

102000
100000
98000
Tekanan (Pa)

96000
94000 terbuka
92000 Linear (terbuka)

90000
88000
-20 -10 0 10 20
Jarak(cm)

Gambar 14. Grafik hubungan jarak dan tekanan pada orifice platemeter
VENTURIMETER

jarak putaran 1 putaran 2


-16.1 14.6 30.2
-13.1 14.5 30.4
-9.3 14.7 30.9
-5.5 14.3 31.1
-1.8 14.7 31.2
1.8 13.2 28.9
5.5 13.7 29.2
9.3 13.7 29.8
13.1 13.8 29.6
16.1 13.7 29.7

35

30

25
Tinggi (cm)

20

15 putaran 1
putaran 2
10

0
-20 -10 0 10 20
Jarak (cm)

Gambar 15. Grafik hubungn antara jarang dan tinggi pada venturimeter
jarak Putaran 1 putaran 2
-16.1 14562.68 30122.8088
-13.1 14462.94 30322.2976
-9.3 14662.43 30821.0196
-5.5 14263.45 31020.5084
-1.8 14662.43 31120.2528
1.8 13166.26 28826.1316
5.5 13664.98 29125.3648
9.3 13664.98 29723.8312
13.1 13764.73 29524.3424
16.1 13664.98 29624.0868

35000

30000

25000
Tekanan (Pa)

20000

15000 Putaran 1
putaran 2
10000

5000

0
-20 -10 0 10 20
Jarak (cm)

Gambar 16. Grafik hubungan jarakk dan tekanan pada venturimeter.


ISSN :2460-1608

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP


PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING PADA
MATERI FLUIDA
Wahyuni Fajar Arum1)
1)
Program Studi DIII Aeronautika, STTKD Yogyakarta
1)
wahyunifajararum@gmail.com

Abstrak

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan suatu
proses pembelajaran. Ketepatan dalam memilih suatu model pembelajarn akan sangat berpengaruh dalam menunjang
keberhasilan pembelajarn tersebut. Model pembelajaran merupakan suatu desain pembelajaran yang dirancang untuk
memperlancar proses pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran double loop problem solving dan problem
posing, motivasi belajar, dan keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar. Penelitian ini merupakan penelitian
quasi eksperimen dengan populasi penelitian taruna/I Prodi D3 Aeronautika STTKD Yogyakarta. Teknik pemilihan
sampel menggunakan cluster random sampling yaitu pemilihan sampel secara acak dengan menggunakan undian.
Sampel populasi ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen 1 dengan model double loop problem solving dan
eksperimen 2 dengan model problem posing. Data motivasi belajar diperoleh dari lembar observasi saat pembelajaran
berlangsung sedangkan data keterampilan berpikir kritis diperoleh dari tes uraian. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan anava tiga jalan menggunakan General Linier Model.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh model double loop problem solving lebih baik dibandingkan model problem
posing baik ditinjau dari skor motivasi belajar, keterampilan berpikir kritis, maupun prestasi belajar.Pada era globalisasi
seperti sekarang ini, terjadi kebebasan arus produk sehingga membuat persaingan antar perusahaan menjadi semakin
ketat. Agar dapat survive, perusahaan PT. XYZ harus melakukan kegiatannya secara efektif dan efisien pada semua lini
bagiannya. Salah satu lini tersebut adalah lini gudang atau persediaan. Sistem persediaan yang ada dan dijalankan oleh
PT XYZ merupakan lingkungan produksi yang memproduksi lebih dari satu produk akhir dan permintaan terhadap
produknya tersebut tidak pasti. Berdasarkan kondisi PT XYZ tersebut, penulis mendekati system persediaan yang ada
pada PT XYZ dengan model persediaan Economic Manufacturing Quantity, multi item, dan probabilistic. Solusi terhadap
model yang dibangun, diperoleh menggunakan bantuan spreadsheet.

Kata Kunci: double loop problem solving, problem posing, fluida

Pendahuluan
Setiap proses pembelajaran suatu materi harus mendapatkan model pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan suatu proses pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau
pola yang digunakan untuk pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan menentukan
instrument pembelajaran yang termasuk di dalamnya kurikulum, silabus, rps, computer, dan lain-lain
[1]. Berdasarkan hal tersebut, dalam memilih suatu model pembelajaran harus menggunakan
pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi yang akan diajarkan, kognitif peserta pembelajaran,
dan sarana yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang dinginkan dapat tercapai.

STTKD sebagai salah satu institusi pendidikan berupaya untuk melaksanakan proses pembelajaran
yang bisa meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik. Salah satu upaya untuk
mendukung proses ini adalah dengan mencari model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
diajarkan sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Program Studi D III
Aeronautika STTKD Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan yang bergerak di bidang teknik
kedirgantaraan. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dilakukan oleh Prodi D III

Jurnal Teknika STTKD Vol.4, No. 2, Desember 2017 | 40


ISSN :2460-1608

Aeronautika salah satunya adalah meningkatkan hasil belajar dan pemahaman peserta didik pada
materi Fluida. Fluida merupakan salah satu materi yang sangat penting di dunia penerbangan
sehingga harus diajarkan dengan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang sesuai
akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada materi Fluida dan berimbas pada peningkatan
pemahaman serta keterampilan berpikir kritis peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menerapkan model double loop problem solving dan
problem posing untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil belajar, motivasi belajar, dan keterampilan
berpikir kritis mahasiswa.

Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis


a. Pengertian Model Pembelajaran

Model menurut Meyer [1] dapat diartikan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
mempresentasikan sesuatu hal dengan kata lain model merupakan sesuatu yang dapat
menggambarkan sesuatu agar dapat dipahami. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran materi tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki beberapa unsur, antara lain sintakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi,
sistem pendukung, serta dampak instruksional dan pengiring.

Sintakmatik merupakan fase-fase atau tahapan kegiatan yang perlu dilakukan untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar sesuai model pembelajaran. Sistem sosial merupakan situasi atau suasana
dan norma yang berlaku dalam pelaksanaan model pembelajaran. Prinsip reaksi merupakan pola
kegiatan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan pelaksanaan model
pembelajaran. Sistem pendukung merupakan sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan model pembelajaran. Dampak instruksional merupakan perubahan perilaku
yang telah ditargetkan atau yang seharusnya terjadi dalam pembelajaran materi dengan pelaksanaan
model tersebut. Dampak pengiring merupakan perubahan perilaku yang tidak ditargetkan tetapi
kemungkinan muncul.

Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria, Pertama, sahih (valid) [2]. Aspek
validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu: (1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada
rasional teoritis yang kuat; dan (2) apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek
kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang
dikembangkan dapat diterapkan; dan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan
tersebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektifitas ini, Nieveen
memberikan parameter sebagai berikut: (1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan
bahwa model tersebut efektif; dan (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai
dengan yang diharapkan [1].

Berdasarkan uraian di atas, maka model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang berisi
tentang pedoman serta langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran fisika untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Jurnal Teknika STTKD Vol.4, No. 2, Desember 2017 | 41


ISSN :2460-1608

b. Model Double Loop Problem Solving

Model pembelajaran Double Loop Problem Solving merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan proses analisis berfikir siswa. Model Double Loop Problem Solving adalah
variasi dari model pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian
kausal (penyebab) masalah [3]. Model ini juga dikenal dengan model pengambilan keputusan di mana
keputusan yang diambil dalam model ini menyangkut proses mempertimbangkan berbagai macam
pilihan, yang akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan atas pilihan yang akan diambul.

Pendekatan pada model Doble Loop Problem Solving yang disarankan adalah mengakomodasi
adanya perbedaan dari penyebab suatu masalah, termasuk mekanisme bagaimana sampai terjadinya
permasalahan tersebut. Pada proses pembelajaran menggunakan model ini, mahasiswa perlu bekerja
pada dua loop pemecahan masalah yang berbeda tetapi saling berkaitan. Loop untuk pemecahan
masalah pertama ditujukan untuk mendeteksi penyebab masalah yang paling langsung, dan kemudian
merancang dan menerapkan solusi sementara. Loop solusi kedua berusaha untuk menemukan
penyebab arahnya lebih tinggi, dan kemudian merancang dan mengimplementasikan solusi dari akar
masalah.

c. Model Problem Posing

Model Problem Posing adalah suatu model pembelajaran yang mengharuskan peserta menyusun atau
mengajukan pertanyaan lebih sederhana dengan mengacu pada penyelesaian soal baik berupa gambar,
cerita, atau informasi lain yang berkaitan dengan materi yang disediakan baik untuk pembelajaran
secara kelompok atau individu guna meningkatkan hasil belajar dengan membuat pesertanya aktif an
kreatif.

Langkah-langkah model problem posing menurut Lyn D. [4] adalah menjelaskan sekilas materi untuk
memperjelas konsep yang akan diajarkan, mencari permasalahan untuk diselesaikan baik secara
individu maupun kelompok, melakukan evaluasi dengan menyelesaikan soal-soal.

d. Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual [5]. Motivasi belajar berperan
dalam penumbuhan gairah, perasaan senang dan semangat belajar. Peserta belajar yang tidak
berkembang dalam belajar bisa dikarenakan kurang motivasi yang dapat mendorong semangat
peserta didik dalam belajar. Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar untuk menambah keterampilan dan pengalaman.

Motivasi belajar merupakan motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
keseluruhan penggerak psikis dalam kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan belajar dalam
mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar berperan penting dalam memberikan rangsangan, semangat
dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunya motivasi tinggi mempunyai energi yang
banyak untuk belajar.

e. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan individu dalam menggunakan proses


berpikirnya untuk menganalisis argumen dan interprestasi berdasarkan persepsi yang benar dan
rasional, analisis asumsi dan bias dari argumen dan interprestasi yang logis [6].

Jurnal Teknika STTKD Vol.4, No. 2, Desember 2017 | 42


ISSN :2460-1608

Keterampilan berpikir kritis memiliki 12 indikator yang selanjutnya dikelompokkan dalam lima besar
aktifitas. Kelima aktifitas tersebut antara lain: a) memberikan penjelasan sederhana; b) membangun
keterampilan dasar; c) membuat kesimpulan; d) memberikan penjelasan lebih lanjut; e) mengatur
strategi dan teknik

f. Fluida

Fluida terbagi menjadi dua yaitu fluida statis dan fluida dinamis. Fluida dikatakan statis saat berada
dalam fase tidak bergerak tetapi tidak ada perbedaan kecepatan antar partikel. Persamaan-persamaan
dakam fluida statis ini mencakup massa jenis, tegangan permukaan, kapilaritas, viskositas, dan
tekanan hidrostatis.
a Massa Jenis
Massa jenis atau densitas merupakan perbandingan antara massa dengan volume suatu benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi akan memiliki volume yang lebih rendah
daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah.
b Tegangan Permukaan
Kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi
oleh suatu lapisan yang bersifat elastis.
c Kapilaritas
Gejala kapilaritas merupakan gejala naik turunnya zat cair dalam pipa kapiler. Penyebab dari
terjadinya peristiwa ini adalah gaya tarik antara molekul di dalam zat cair yang dibedakan
menjadi adhesi dan kohesi. Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar molekul yang sama
jenisnya sedangkan adhesi adalah gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenisnya.
d Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di
dalam fluida. Semakin besar viskositas suatu fluida, maka semakin sulit fluida mengalir dan
semakin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Viskositas suatu zat cair bisa
ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisen viskositas (η). Apabila suatu
benda bergerak dengan kecepatan v dalam suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya η,
maka benda tersebut akan mengalami gaya gesekan sebesar Fs = kηv, dengan k adalah konstanta
yang bergantung pada bentuk geometris benda yang tercelup pada fluida. Benda yang
geometrisnya berbentuk bola memiliki nilai k = 6 π r. Sehingga apabila dimasukkan ke dalam
persamaan, maka akan diperoleh persamaan Fs = 6 π η r v.
e Tekanan hidrostatis
Tekanan hidrostatis merupakan tekanan zat cair pada kesetimbangan karena pengaruh gravitasi.
Tekanan hidrostatis dipengaruhi oleh kedalaman atau ketinggian suatu benda, massa jenis zat
cair, dan gravitasi sedangkan volume sendiri tidak berpengaruh pada besarnya tekanan
hidrostatik.

Fluida dinamis merupakan fluida yang berada dalam keadaan bergerak. Fluida di sini dianggap dalam
keadaan steady dimana mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu, tidak mengalami
perubahan volume, tidak kental dan tidak mengalami turbulen. Aliran fluida dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Aliran laminer
Aliran laminer merupakan aliran fluida mulus dimana lapisan-lapisan yang bersebelahan
meluncur satu dengan yang lain dengan mulus. Aliran laminer biasanya dijumpai pada air yang
dialirkan melalui pipa atau selang.
b. Aliran turbulen
Aliran ini ditandai dengan adanya lingkaran-lingkaran tidak menentu dan menyerupai pusaran.

Jurnal Teknika STTKD Vol.4, No. 2, Desember 2017 | 43


ISSN :2460-1608

Hasil dan Pembahasan


1. Hipotesis Pertama
Deskripsi data hasil belajar peserta didik yang ditinjau dari jenis model pembelajaran ditunjukkan
dalam Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Ditinjau Dari Model Pembelajaran
Kelompok Jumlah Data Maks. Min Rerata
Double Loop Problem Solving 30 85 60 76,17
Problem Posing 30 80 50 71,5

Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar kognitif peserta didik yang
dibelajarkan dengan model double loop problem solving adalah 76,17. Sedangkan rata-rata nilai hasil
belajar kognitif dengan menggunakan problem posing adalah 71,5. Hal ini menunjukkan bahwa rata-
rata nilai hasil belajar kognitif yang dibelajarkan dengan menggunakan model double loop problem
solving lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nilai hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan model problem posing.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kognitif Menggunakan Model


Double Loop Problem Solving dan Problem Posing

Double Loop Problem Solving Problem Posing

Nilai Frekuensi Nilai Freakuensi


Frekuensi Frekuensi
Interval Relatif (%) Interval Relatif (%)

55-59 0 0.00 55-59 1 3.33


60-64 3 10.00 60-64 4 13.33
65-69 2 6.67 65-69 4 13.33
70-74 2 6.67 70-74 4 13.33
75-79 7 23.30 75-79 9 30.00
80-84 10 33.33 80-84 8 26.67
84-89 6 20.00 84-89 0 0.00

Berikut ini merupakan Tabel 1 yang merupakan parameter beserta nilainya yang digunakan dalam
menentukan total biaya persediaan tahunan. Indeks ke-1 merupakan parameter berserta nilainya untuk
item ke-1, sedangkan indeks ke-2 merupakan parameter beserta nilainya untuk item ke-2.

Jurnal Teknika STTKD Vol.4, No. 2, Desember 2017 | 44


ISSN :2460-1608

Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kognitif Penggunaan Dua Jenis
Model Pembelajaran

Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 1 distribusi data hasil belajar kognitif dengan model pembelajaran
double loop problem solving frekuensi tertinggi terdapat pada interval 80-84 dengan frekuensi 10,
sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interbal 55-59 dengan frekuensi 0. Data kemampuan hasil
belajar kognitif dengan model double loop problem solving frekuensi tertinggi pada interval 75-79
dengan frekuensi 9, sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interval 55-59 dan 84-89 dengan
frekuensi 0.

Berdasarkan hasil uji anava tiga jalan terhadap variabel bebas yaitu hasil belajar didapatkan nilai
signifikansi 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran fluida dengan
menggunakan model double loop problem solving dan problem posing terhadap hasil belajar kognitif
mahasiswa. Hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan model Double Loop Problem Solving
mendapatkan rata-rata nilai hasil belajar yang lebih tinggi daripada pembelajaran dengan
menggunakan model problem posing. Data ini bias dilihat pada Tabel 4.1 di mana rata-rata untuk
kelas eksperimen 1 dengan model pembelajaran Double Loop Problem Solving mendapatkan rata-
rata nilai hasil belajar 76,17 sedangkan untuk kelas eksperimen 2 dengan model pembelajaran
Problem Posing mendapatkan rata-rata nilai hasil belajar 71,5.

Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar kognitif yang dibelajarkan dengan
menggunakan model double loop problem solving lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nilai hasil
belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model problem posing.Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lucky Heriyanti Jufri [7] di mana dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Double Loop Problem Solving dapat
meningkatkan hasil belajar melalui proses pemecahan soal-soal sulit. Pada pelaksanaan kelas
eksperimen dengan menggunakan model Problem Solving peningkatan hasil belajarnya lebih rendah
daripada model Double Loop Problem Solving dikarenakan peserta didik dituntut untuk menyusun
soal/ permasalahan sendiri.

Proses pembelajaran pada kedua kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan metode ceramah,
diskusi, dan tanya jawab. Proses pembelajaran di kelas eksperimen 1 dengan menggunakan model

Jurnal Teknika STTKD Vol.4, No. 2, Desember 2017 | 45


ISSN :2460-1608

double loop problem solving dilakukan dengan memberikan permasalahan terlebih dahulu kepada
mahasiswa. Kemudian mahasiswa yang sudah membentuk kelompok belajar akan menyelesaikan
permasalahan yang diberikan dengan mencari akar permasalahan baru menemukan solusinya.
Sedangkan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model problem posing mahasiswa
diminta untuk berkumpul dengan kelompok belajarnya masing-masing untuk mendiskusikan materi
yang sekilas sudah diberikan kemudian menemukan permasalahan-permasalan dan
menyelesaikannya secara diskusi kelompok.

2. Hipotesis kedua
Deskripsi hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
ditunjukkan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Data Motivasi Belajar Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2


Kelompok Jumlah Data Maks. Min. Rerata

Eksperimen 1 30 24 14 18.83

Eksperimen 2 30 23 14 16.70

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai motivasi belajar peserta didik kelas
eksperimen 1 adalah 18,83. Sedangkan rata-rata nilai motivasi belajar siswa kelas eksperimen 2
adalah 16,70. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai motibasi belajar kelas eksperimen 1 lebih
baik daripada kelas eksperimen 2.

Tabel 4. Deskripsi Data Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 dengan Motivasi Belajar
Tinggi dan Rendah
Motivasi Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2
Belajar
Frekuensi Prosentase(%) Frekuensi Prosentase(%)
Tinggi 20 66,67 19 63,33

Rendah 10 33,33 11 36,67

Jumlah 30 100 30 100

Distribusi frekuensi mahasiswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang memiliki
keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah disajikan dalam Tabel 5 dan Gambar 2.

Jurnal Teknika STTKD Vol.4, No. 2, Desember 2017 | 46


ISSN :2460-1608

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Mahasiswa Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
Eksperimen 1 Eksperimen 2

Frek. Relatif Frek. Relatif


Nilai Interval Frekuensi Nilai Interval Frekuensi
(%) (%)

10-14 1 3.33 10-14 11 36.67

15-19 14 46.67 15-19 16 53.33

20-24 15 50.00 20-24 3 10.00

Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar di Setiap Kelas

Distribusi frekuensi motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah mahasiswa kelas eksperimen
1 dan kelas eksperimen 2 disajikan dalam Tabel 4 dan Gambar 2. Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 2
distribusi data motivasi belajar kelas eksperimen 1 frekuensi tertinggi terdapat pada interval 20 -24
dengan frekuensi 15, sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interval 10-14 dengan frekuensi 1.
Distribusi data motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen 2 frekuensi tertinggi terdapat pada
interval 15-19 dengan frekuensi 16, sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interval 20-24
dengan frekuensi 3.

Berdasarkan hasil uji anava menyatakan bahwa ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan motivasi
belajar rendah terhadap hasil belajar mahasiswa pada materi fluida. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai
signifikansi sebesar 0,001 di mana nilainya < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan Tabel
4.3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai motivasi belajar peserta didik kelas eksperimen 1 yang diamati
dengan menggunakan lembar observasi saat proses pembelajaran berlangsung adalah 18,83.
Sedangkan rata-rata nilai motivasi belajar siswa kelas eksperimen 2 adalah 16,70 dari nilai maksium
24,00.

Jurnal Teknika STTKD Vol.4, No. 2, Desember 2017 | 47


ISSN :2460-1608

Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai motivasi belajar kelas eksperimen 1 lebih baik daripada
kelas eksperimen 2. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusnanang Wahyudi [8]
yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar
peserta didik. Hal ini disebabkan karena peserta didik akan terdorong untuk belajar mencapai sasaran
dan tujuan karena yakin dan sadar akan kebaikan tentang kepentingan dan manfaatnya dari belajar.
Bagi peserta didik, motivasi itu sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku ke arah yang
positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta mampu menanggung resiko
dalam studinya.

Pengambilan data terhadap motivasi belajar mahasiswa baik dari kelas eksperimen 1 maupun kelas
eksperimen 2 dilakukan dengan menggunakan metode observasi dengan lembar observasi. Observasi
dilakukan di kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Ada delapan indikator yang diamati yaitu tekun
dalam menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, menunjukkan minat, senang bekerja
mandiri, tidak cepat bosan pada tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah
melepas hal yang diyakini, serta senang mencari dan memecahkan soal. Ke delapan indikator ini
dinilai ketika pembelajaran berlangsung baik saat mengerjakan tugas, melakukan diskusi, ataupun
ketika mengerjakan ujian.

3. Hipotesis Ketiga
Deskripsi data hasil belajar ditinjau dari keterampilan berpikir kritis mahasiswa disajikan pada Tabel
6.

Tabel 6. Deskrispi Data Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Kelas Eksperimen 1


dan Kelas Eksperimen 2
Kelompok Jumlah Data Maks. Min. Rerata

Eksperimen 1 30 70 50 58,83

Eksperimen 2 30 70 40 57,50

Berdasar Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai keterampilan berpikirkritis mahasiswa kelas
eksperimen 1 adalah 58,83 dan rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen 2
adalah 57,50. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa kelas
eksperimen 1 lebih baik daripada rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa kelas
eksperimen 2.

Tabel 7. Deskripsi Data Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
Keterampilan Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2
Berpikir Kritis
Frekuensi Prosantase(%) Frekuensi Prosentase(%)
Tinggi 11 36,67 19 63,33

Rendah 19 63,33 11 36,67

Jumlah 30 100 30 100

Jurnal Teknika STTKD Vol.4, No. 2, Desember 2017 | 48


ISSN :2460-1608

Sedangkan berdasarkan Tabel 7 tentang deskripsi keterampilan berpikir kritis mahasiswa untuk
masing-masing kelas menunjukkan bahwa kategori mahasiswa dengan keterampilan bepikir kritis
tinggi pada kelas eksperimen 1 memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
eksperimen 2.

Distribusi frekuensi mahasiswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang memiliki
keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah disajikan dalam Tabel 8 dan Gambar 3.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa


Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
Eksperimen 1 Eksperimen 2

Frek. Relatif Frek. Relatif


Nilai Interval Frekuensi Nilai Interval Frekuensi
(%) (%)

40-49 1 3.33 40-49 2 6.67

50-59 12 40.00 50-59 15 20.00

60-69 14 46.67 60-69 9 30.00

70-79 3 10.00 70-79 4 13.33

Jumlah 30 100 Jumlah 30 100

Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah

Distribusi frekuensi keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah siswa kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 disajikan dalam Tabel 8 dan Gambar 3. Berdasarkan tabel 8 dan gambar 3 distribusi

Jurnal Teknika STTKD Vol.4, No. 2, Desember 2017 | 49


ISSN :2460-1608

keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen 1 frekuensi tertinggi terdapat pada interval 60-69
dengan frekuensi 14 sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interbal 40-49 dengan frekuensi 1.
Distribusi data keterampilan berpikir kritis mahasiswa pada kelas eksperimen 2 frekuensi tertinggi
terdapat pada interval 50-59 dengan frekuensi 15, sedangkan frekuensi terendah terdapat pada interval
40-49 dengan frekuensi 2.

Berdasarkan hasil uji anava menyatakan bahwa ada pengaruh keterampilan berpikir kritis tinggi dan
keterampilan berpikir kritis rendah terhadap hasil belajar mahasiswa pada materi fluida. Hasil ini
dibuktikan dengan diperolehnya nilai signifikansi sebesar 0,001 di mana nilainya < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap hasil
belajar siswa. Berdasar tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai keterampilan berpikirkritis
mahasiswa kelas eksperimen 1 adalah 58,83 dan rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis siswa kelas
eksperimen 2 adalah 57,50.

Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa kelas eksperimen
1 lebih baik daripada rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa kelas eksperimen 2. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dian Aditya [9] di mana hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar peserta
didik. Hal ini dikarenakan kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam
berpikir, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya lebih akurat.

Keterampilan berpikir kritis pada penelitian ini dinilai dengan menggunakan soal keterampilan
berpikir kritis yang terdiri dari empat soal uraian dengan berbagai macam indikator keterampilan
berpikir kritis yaitu keterampilan analisis, sintesis, maupun keterampilan evaluasi. Soal ujian
keterampilan berpikir kritis ini diberikan di akhir proses pembelajaran materi kuliah fluida, jadi saat
semua materi sudah selesai diajarkan baru kemudian soal keterampilan berpikir kritis diberikan

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat
pengaruh model pembelajaran double loop problem solving dan problem posing berpengaruh
terhadap hasil belajar mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis data tes hasil belajar
menggunakan SPSS dan menghasilkan nilai signifikansi 0,00 < 0,05. Selain itu terdapat pengaruh
motivasi belajar tinggi dan rendah pada kelas eskperimen 1 dan kelas eksperimen 2 terhadap hasil
belajar mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis data yang diperoleh dari observasi ketika
proses pembelajaran berlangsung dan menghasilkan nilai signifikansi 0,001 < 0,005. Terdapat
pengaruh keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah pada kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 terhadap hasil belajar mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis data yang
diperoleh dari tes keterampilan berpikir kritis dan menghasilkan nilai signifikansi 0,001 < 0,005.

Daftar Pustaka
[1] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Kencana, 2010.
[2] Nieveen, N, Design Approaches and Tools in Educational and Training, Dordrecht: Kluwer Academic Publiser, 1999.
[3] Shoiman, Model-model Pembelajaran Berwawasan Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2002.
[4] Saminanto, Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas), Semarang: Rasail Media Group, 2010.
[5] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, Jakarta: Rajawali Press, 1998.
[6] Martinis Y., Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.
[7] Jufri, L.H., “Penerapan Double Loop Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematis Level 3,” LEMMA., vol. II, no.1,
pp.52-62, Nov. 2015.
[8] Wahyudi, K, “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Produksi, Konsumsi dan Distribusi”, Jurnal Widyaloka Ikip
Widyadarma Surabaya, vol. 2, No.2, Jan. 2015.
[9] Aditya, D, “Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar”, Jurnal Pendidikan Fisika, vol.1, no.3, pp. 133 -
141, 2013.

Jurnal Teknika STTKD Vol.4, No. 2, Desember 2017 | 50


International Research Journal of Engineering and Technology (IRJET) e-ISSN: 2395-0056
Volume: 06 Issue: 10 | Oct 2019 www.irjet.net p-ISSN: 2395-0072

“Review Study on Analysis of Venturimeter using Computational


Fluid Dynamics (CFD) for Performance Improvement’’
Manish R. Bhatkar1, Preeti V. Ban2
1Assistant Professor at Department of Civil Engineering, Jagadambha College of Engineering and Technology
Yavatmal Maharastra India
2Assistant Professor at Department of Civil Engineering, Jagadambha College of Engineering and Technology

Yavatmal Maharastra India


-----------------------------------------------------------------------***------------------------------------------------------------------------
Abstract— Venturimeter is a device which is used for Diverging part: It is the portion of the venturimeter
measuring rate of flow of fluid flowing through pipes. The (venturi) where the fluid gets diverges.
application of these are found in various fields like
Aviation, Automotive, chemical, petro chemical industries, 1.2 Principle of Venturimeter
etc. In automotive industry venturimeter is used to
measure the fuel and air distribution in carburetor. In this The working of venturimeter is based on the principle of
paper we study the CFD and experimental calculations on Bernoulli’s equation. Bernoulli’s Statement: It states that
venturimeter In the present work, an attempt was made in a steady, ideal flow of an incompressible fluid, the
to study, prepare a computational model of a total energy at any point of the fluid is constant. The
venturimeter, which can be used as an efficient and easy total energy consists of pressure energy, kinetic energy
means for predicting the discharge coefficients for that and potential energy or datum energy.
computational fluid dynamics (CFD) software has been
Mathematically
used as to perform the modeling and simulation of
venturimeter. Simulation was carried out for a standard
venturimeter and the results were compare with the
standards.

Keywords: venturimeter, CFD

1. Introduction Here all the energies are taken per unit weight of the
fluid. The Bernoulli’s equation for the fluid passing
1.1 General
through the section 1 and 2 are given by
A venturimeter is a device used for measuring the
rate of flow of a fluid flowing through a pipe.

1.3 Working

The venturimeter is used to measure the rate of flow


of a fluid flowing through the pipes. Let’s understand
how it does this measurement step by step. Here we have
considered two cross section, first at the inlet and the
Fig.No.1. Venturimeter. second one is at the throat. The difference in the pressure
heads of these two sections is used to calculate the rate of
A short converging part: It is that portion of the venturi flow through venturimeter. As the water enters at the
where the fluid gets converges. inlet section i.e. in the converging part it converges and
reaches to the throat. The throat has the uniform cross
Throat: It is the portion that lies in between the section area and least cross section area in the
converging and diverging part of the venturi. The cross venturimeter. As the water enters in the throat its
section of the throat is much less than the cross section of velocity gets increases and due to increase in the velocity
the converging and diverging parts. As the fluid enters in the pressure drops to the minimum. Now there is a
the throat, its velocity increases and pressure decreases.
© 2019, IRJET | Impact Factor value: 7.34 | ISO 9001:2008 Certified Journal | Page 226
International Research Journal of Engineering and Technology (IRJET) e-ISSN: 2395-0056
Volume: 06 Issue: 10 | Oct 2019 www.irjet.net p-ISSN: 2395-0072

pressure difference of the fluid at the two sections. At the TABLE 1 Advantages of CFD
section 1(i.e. at the inlet) the pressure of the fluid is
maximum and the velocity is minimum. And at the Simulation Experiment
section 2 (at the throat) the velocity of the fluid is (CFD)
maximum and the pressure is minimum. The pressure Cost Cheap Expensive
difference at the two section can be seen in the Time Short Long
manometer attached at both the section. This pressure Scale Any Small/Middle
difference is used to calculate the rate flow of a fluid Information All Measured Point
flowing through a pipe. Repeatable Yes Some
Safety Yes Some Dangerous
1.4 Concept of Computational Fluid Dynamics
2. LITERATURE REVIEW
Computational Fluid Dynamics (CFD) is the simulation of
fluids engineering systems using modeling Patel Mitesh B (2018) In this paper we study
(mathematical physical problem formulation) and conceptualization of this project is inspired by the
numerical methods (discretization methods, solvers, experiments conducted for the calibration of
numerical parameters, and grid generations, etc.). The Venturimeter and the loss of water head at the
process is as figure . downstream of pipe flow in various hydraulic power
plants. Also Venturimeter, are widely used in industry for
flow measurements. In this present work, Computational
Fluid Dynamics (CFD) has been used to compute the
permanent pressure loss and relative pressure loss for
3D incompressible fluid for various designs of a classical
Venturimeter. Further different parameters are defined
to be varied to study effect of each in combination to
minimize pressure drop in future work.

J. Ahamed Jahith (2019) In this paper we study and


prepare the computational model of a venturimeter,
which can be used as an efficient and easy for calibration
Fig.No.2Flow Chart for CFD. of the instrument rather than of costly experimental
methods. The research covers the following Points: to
Firstly, we have a fluid problem. To solve this problem, study the theory of the venturimeter and calculate the
we should know the physical properties of fluid by using data theoretically by using Bernoulli’s equation, to
Fluid Mechanics. Then we can use mathematical analyse the experimental data. The focus here is to
equations to describe these physical properties. This is analyse the pressure variations across the venturi
Navier-Stokes Equation and it is the governing equation sectionby means of Ansys Fluent 14.5, a commercial CFD
of CFD. As the Navier-Stokes Equation is analytical, code, which explores the use of computational methods
human can understand it and solve them on a piece of to compute the flow parameters in the tube. The study
paper. But if we want to solve this equation by computer, aims at comparing the results calculated by both, the
we have to translate it to the discretized form. The computational and experimental methods. And check the
translators are numerical discretization methods, such as validity of Bernoulli’s equation when applied to the
Finite Difference, Finite Element, Finite Volume methods. steady flow of water in a tapered duct and to calibrate the
Consequently, we also need to divide our whole problem venturi as a flow meter by calculating the coefficient of
domain into many small parts because our discretization discharge.
is based on them. Then, we can write programs to solve
them. The typical languages are Fortran and C. Normally H.Ameresh (2017) In this Paper we study that the
the programs are run on workstations or dynamic flow analysis is to be carried by varying inlet
supercomputers. At the end, we can get our simulation diameter of venturimeter such as 25mm, 30mm and
results. We can compare and analyze the simulation 35mm. Theoretical calculations are to be done for mass
results with experiments and the real problem. If the flow rate of air. And also obtained theoretical values are
results are not sufficient to solve the problem, we have to to be compared with ANSYS values. By using different
repeat the process until find satisfied solution. This is the inlet pressure the mass flow rates of Al2O3, water and air
process of CFD. passing through various diameters of Venturimeter are
to be calculated. In this work Unigraphics software is
used for modeling of venturimeters with inlet diameters

© 2019, IRJET | Impact Factor value: 7.34 | ISO 9001:2008 Certified Journal | Page 227
International Research Journal of Engineering and Technology (IRJET) e-ISSN: 2395-0056
Volume: 06 Issue: 10 | Oct 2019 www.irjet.net p-ISSN: 2395-0072

of 25 mm, 30mm and 35mm. FEA software ANSYS is used References


for calculating mass flow rate values for venturimeters.
[1] Patel Mitesh B “Analysis of venture-meter using
Jay Kumar(2014) In this paper we study that Venturi Computational Fluid Dynamics (CFD) for
plays very Important Role in different field of performance improvement’’ Vol-4 Issue-2 2018
engineering. Venturi has a number of industrial IJARIIE
applications in which its design is important factor. One
of the important factors that affect the fuel consumption [2] J. Ahamed EXPERIMENTAL STUDY ON FLOW
is that design of venture of carburettor. There is a need to THROUGH VENTURIMETER JIRJET Volume: 06
design the Venturi with an effective analytical tool or Issue: 03 | Mar 2019
software. In this work, there parameters namely
pressure drop and Velocity discharge nozzle angle of the [3] H. Ameresh Investigation of Mass Flow Rate in
Venturi will be analyzed using computational fluid Venturimeter Using CFD Vol. 7, Issue 12, ( Part -7)
dynamics. For this analysis CFD will be done using two December 2017 ijera
softwares namely GAMBIT and FLUENT. The results
[4] Jay Kumar, CFD Analysis of Flow Through Venturi
obtained from the softwares will be gives optimum
IJRMET Vol. 4, Issue 2, Spl- 2 May - October 2014
result.
[5] Arun R Prediction of discharge coefficient of
Arun R, (2015) In this paper we study that the
Venturimeter at low Reynolds numbers by
venturimeter is a typical obstruction type flow meter,
analytical and CFD Method International Journal of
widely used in industries for flow measurements. The
Engineering and Technical Research (IJETR)
ISO standard (ISO-5167-1) provides the value of
Volume-3, Issue-5, May 2015
discharge coefficients for the classical venturimeters in
turbulent flows with Reynolds number above 2x105. But
in case of viscous fluids, venturimeters are sometimes
operated in laminar flow rather than turbulent flow at
Reynolds number below the range covered by the
standards. In this work, an attempt was made to study,
prepare a computational model of a venturimeter, which
can be used as an efficient and easy means for predicting
the discharge coefficients at low Reynolds number. The
computational fluid dynamics (CFD) software ANSYS
FLUENT-14 has been used as a tool to perform the
modeling and simulation of venturimeter. Simulation was
carried out for a standard venturimeter and the results
were validated with the standards. the results obtained
from the simulations show that the discharge coefficient
decreases rapidly as the Reynolds number decreases and
also results were compared with the analytically
proposed equation to calculate Cd at low Re and also
same with the experimental data

Conculsion

After the review of previous researches, it clear that CFD


modeling and simulation was performed to calibration of
venturimeter if CFD simulations could predict the
performance of a venturimeter under non-ISO standard
The results obtained from CFD were used to study the
detailed information on venturimeter flow
characteristics that could not be easily measured during
experimental testing at very low Reynolds number. And
lastely it is conclude that the computational model of a
venturimeter, which can be used as an efficient and easy
means for calibration of the instrument instead of costly
experimental methods.

© 2019, IRJET | Impact Factor value: 7.34 | ISO 9001:2008 Certified Journal | Page 228
Jurnal Mechanical, Volume 7, Nomor 2, September 2016

Pengujian Orifice Flow Meter dengan Kapasitas Aliran Rendah


Ainul Ghurri, S.P.G. Gunawan Tista, Syamsudin
Jurusan Teknik Mesin Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Bali 80362
Telp.: +62 8123965206, Fax.: 361 703321
E-mail: a_ghurri@unud.ac.id

Abstract
Orifice flow meter is used in many laboratory and industrial application due because of its simple design
and low cost. The present research investigated an orifice flow meter operated in relatively low flow rate. Orifice
plate is a metal plate, 10 mm width provided with bevel at inlet section. The diameter ratios (β) are 0.3, 0.4, 0.5,
0.6, 0.7, and 0.8, respectively. The experiment used water with flowrate range having Reynolds number between
6827,55 and 8004,72. The fluid is flown through the orifice plate. Pressure taps are used to measure pressure at
upstream and downstream of the orifice plate. The actual capacity is directly measured at an outlet reservoir;
while the theoretical capacity is calculated using modified Bernoulli equation with diameter ratio (β) within the
equation. The results showed that the irrecoverable pressure drop decreased with the increase of flow capacity
and the diameter ratio. The discharge coefficient of the orifice flowmeter ranged between 0.3 and 1.3.
Keywords: Orifice flow meter, diameter ratio, pressure drop.

PENDAHULUAN 2. Bagaimana pengaruh posisi pengukuran beda


Orifice plate flow meter merupakan salah satu tekanan terhadap variasi nilai discharge
flowmeter berbasis beda tekanan (pressure coefficient pada kapasitas aliran rendah.
differential) yang sangat banyak digunakan karena 3. Bagaimana pengaruh posisi pengukuran beda
desain dan cara pengukurannya yang sederhana. tekanan terhadap non recoverable pressure drop
Pengukuran aliran dibutuhkan dalam berbagai yang terjadi pada kapasitas aliran rendah.
aplikasi antara lain untuk mengetahui konsumsi air 4. Bagaimana karakteristik coefficient of discharge
rumah tangga, gedung komersial dan industri yang pada kapasitas aliran rendah.
mengindikasikan kapasitas aliran pada stasiun Beberapa batasan ditetapkan dalam penelitian ini
pengisian bahan bakar, mengindikasikan kapasitas meliputi:
gas buang, dalam bidang kesehatan digunakan untuk 1. Tebal plat 10 mm
memonitor pernafasan selama pembiusan dan 2. Rasio diameter orifice dengan diameter pipa (β)
mengukur kapasitas paru-paru. Kapasitas aliran dapat adalah 0.3; 0.4; 0.5; 0.6; 0.7; 0.8.
diukur dengan berbagai macam cara. Salah satunya 3. Bilangan Reynolds bervariasi berdasarkan
adalah pengukuran aliran berbasis beda tekanan, kapasitas alirannya.
dimana kapasitas aliran dihitung berdasar beda 4. Fluida yang digunakan adalah air.
tekanan antara dua titik setelah melintasi sebuah
penghalang yang dipasang untuk menimbulkan beda DASAR TEORI
tekanan tersebut. Penurunan tekanan tersebut akan
Pada peralatan pengukur aliran berbasis
dipulihkan pada jarak tertentu pada arah hilir, namun
perbedaan (penurunan) tekanan, aliran dihitung
tidak bisa dipulihkan secara keseluruhan. Penurunan
dengan mengukur pressure drop yang terjadi pada
tekanan yang tidak bisa dipulihkan tersebut disebut
aliran yang melewati sebuah penghalang yang
irrecoverable pressure drop atau permanent pressure
dipasang dalam aliran tersebut. Flowmeter berbasis
drop. Beda tekanan melintasi penghalang tersebut
perbedaan tekanan ini didasarkan pada persamaan
harus cukup besar supaya bisa terukur dan sebaliknya
Bernoulli dimana sinyal yang terukur (yaitu
harus cukup kecil agar permanent pressure drop
penurunan tekanan) merupakan fungsi dari kuadrat
yang terjadi memenuhi allowable pressure drop pada
kecepatan aliran. Dengan menggunakan orifice
sistem dimana flow meter dipasang.
plate, aliran fluida diukur melalui perbedaan tekanan
Dalam hal ini maka ada beberapa permasalahan
antara sisi hulu aliran sampai sisi hilir dimana di
yang akan dikaji, yaitu:
bagian tengah antara hulu dan hilir terdapat
1. Bagaimana pengaruh posisi pengukuran beda
penghalang berbentuk orifice yang mengakibatkan
tekanan terhadap distribusi tekanan sepanjang
aliran menjadi lebih sempit sehingga mengarahkan
aliran pada kapasitas aliran rendah.
aliran untuk menyempit atau memusat.
Jika aliran mengalir horizontal (dengan

61
Jurnal Mechanical, Volume 7, Nomor 2, September 2016

demikian perbedaan elevasi tidak ada atau diameternya menjadi:

d 2  2P1  P2 
m s 
diabaikan) dan abaikan losses aliran yang terjadi; 1
2
persamaan Bernoulli menjadi: 3
q  Cd
4   1   4  
1 1   (5)
P1  v1  P2  v2
2 2
(1)
2 2 D = Diameter dalam orifice (m)
P = Tekanan (Pa) d = Diameter pipa hulu dan hilir (m)
ρ = Densitas (Kg/m3)  = Rasio diameter d / D
v = Kecepatan aliran (m/s) π = 3.14
Untuk aliran vertikal ketinggian atau elevasi h1 dan Persamaan (5) dapat dimodifikasi ke laju alir
h2 harus dimasukkan dalam persamaan (1) di atas. massa fluida dengan mengalikannya dengan densitas
Asumsikan profil kecepatan aliran seragam pada fluida.
sisi hulu dan hilir; maka persamaan kontinyuitas
d 2  2P1  P2  2  Kg 
1
berlaku sebagai berikut:
m  Cd   s 
4   1   4   
(6)
q = v1 A 1 = v 2 A 2 (2)
q = Laju alir volume atau kapasitas (m3/s)
A = Luas penampang aliran (m2) Dalam pengukuran aliran gas, perlu
Dengan mengkombinasikan (1) dan (2), A2 < A1, diperhitungkan tidak hanya penurunan tekanan yang
menghasilkan persamaan „ideal‟: terjadi, tapi juga perubahan densitasnya. Persamaan
1 di atas dapat digunakan untuk aplikasi dimana
  2
perubahan tekanan dan densitasnya relatif kecil.
  Adanya vena contracta saat melintasi orifice plate,
 2P  P  
q  A2  1 2

   A2   
2
 m s 
3
(3)
maka persamaan Qorifice menjadi:

Qorifice 
1 d 2
2 P  Kg s  (7)
  1      1  4  
4

   A1    Orifice meter terdiri dari plat orifice datar


Untuk geometri tertentu (A), laju aliran dapat dengan lubang sirkular (lingkaran). Dua lubang
ditentukan dengan mengukur perbedaan tekanan P 1 – tekanan dibuat masing-masing satu pada hulu dan
P2. Laju alir teoritis q dalam aplikasi praktis akan hilir aliran. Secara umum ada 3 metode penempatan
menjadi lebih kecil antara 2% - 40% akibat kondisi lubang tekanan (tap). Coefficient of discharge
geometrinya. Persamaan ideal (3) dapat pengukuran tergantung pada posisi tap.
dimodifikasi dengan menambahkan discharge Salah satu cara membandingkan keakuratan alat
coefficient, menjadi: ukur aliran berbasis pada tekanan adalah dengan
1 membadingkan kapasitas aliran aktual terhadap
  2
kapasitas aliran teoritisnya. Rasio antara kapasitas
  aliran actual terhadap kapasitas aliran teoritis disebut
 2P  P  
q  Cd . A2 
 
1 2
2


m s 
3
(4)
coefficient of discharge (Cd):
Cd 
Kapasitas aktual Q
 actual (8)
 
  1     
A2 Kapasitas teoritis Qtheoritical
   A1    METODE PENELITIAN
Cd = Discharge coefficient
Discharge coefficient Cd merupakan fungsi Penelitian dan pengujian orifice meter ini
bukaan orifice. mempergunakan peralatan dan bahan sebagai berikut:
Berdasarkan persamaan Bernoulli dan 1. Meja
kontinyuitas, kecepatan fluida akan mencapai nilai 2. Tandon air (350 liter)
tertinggi dan tekanannya terendah pada vena 3. Keran Tandon
contracta. Setelah melewati peralatan pengukur dan 4. Bak air utama (24 liter)
vena contracta akan terjadi penurunan kecepatan 5. Keran bak utama
sampai pada level sebelum melewati penghalang. 6. Selang
Vena contracta adalah luasan minimum yang terjadi 7. Papan
pada bagian terdepan hilir aliran setelah 8. Double tape
penghalangan oleh orifice. Tekanan akan kembali 9. Penggaris
naik namun lebih rendah dari tekanan sebelum 10. Kelem
melewati penghalang. Keadaan ini menambah head 11. Selang manometer
loss yang terjadi dalam aliran. 12. Orifis
Persamaan (4) dapat dimodifikasi terhadap 13. Pipa orifis

62
Jurnal Mechanical, Volume 7, Nomor 2, September 2016

14. Penyangga set up orifice


15. Bak penampung debit (7 liter)
16. Stop watch
Gambar 2 dan 3 berturut-turut menunjukkan
bagian uji orifice plate secara skematik dan gambar
aktualnya. Sedangkan Gambar 4 menunjukkan
peralatan pengujian secara lengkap.

(b) Foto peralatan


Gambar 4. (a) dan (b) Set Up eksperimental orifice
flowmeter
Keterangan:
1. Tandon air 350 ltr
2. Keran tandon
3. Bak air utama (reserfoar 24 ltr)
Gambar 2. Detail orifice plate 4. Keran Bak air utama (reserfoar 24 ltr)
5. Selang ukur (manometer)
6. Papan ukur (papan manometer)
7. Set up orifice
8. Penampung debit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Orifice plate flow meter Distribusi tekanan sepanjang orifice flow meter
Dari hasil pengujian maka didapatkan distribusi
tekanan sepanjang aliran dengan rasio diameter (β)
0.3; 0.4; 0.5; 0.6; 0.7; dan 0.8 seperti pada grafik-
grafik di bawah ini.
Adapun distribusi tekanan setiap rasio diameter
(β) pada kapasitas aktualnya dapat dilihat pada
grafik dibawah ini:

(a) Skematik

Gambar 5. Grafik distribusi tekanan untuk d = 5,4 mm

63
Jurnal Mechanical, Volume 7, Nomor 2, September 2016

0.000130

0.000120

Q (m3/s)
0.000110

0.000100

0.000090
6700 7200 7700
Bilangan Reynolds (Re)
Qakt Qth-1 Qth-2
Qth-3 Qth-4 Qth-5
Qth-6

Gambar 6. Grafik distribusi tekanan, d = 14,4 mm Gambar 7. Grafik terhadap Re untuk


d = 5,4 mm
Dari 2 gambar grafik distribusi tekanan diatas dapat
disimpulkan bahwa semakin besar β atau diameter
orifis maka semakin kecil terjadinya penurunan 0.000200
tekanan. Q (m3/s)
0.000150

Kapasitas Teoritis 0.000100

Berdasarkan kapasitas aktual pada bak 0.000050


penampung output dan diameter pipa (D = 18 mm),
maka dapat dihitung kecepatan air keluar dari pipa 0.000000
6700 7200 7700
hilir sehingga dapat dicari bilangan reynolds untuk
tiap kapasitas aktualnya, Menurut Streeter (1975) Bilangan Reynolds (Re)
Qakt Qth-1 Qth-2
viskositas kinematik air 20 c sebesar 1.007 . Qth-3 Qth-4 Qth-5
Untuk aliran laminar dan turbulen, dapat digunakan
bilangan Reynolds (Re) sebagai acuan untuk
Gambar 8. Grafik terhadap Re untuk
Pressure drop dapat dicari dengan rumus : d = 10,8 mm

Dari kedua rumus diatas dapat disimpulkan bahwa


Dimana : semakin besar nilai ∆P yang didapat maka semakin
besar nilai dari kapasitas teoritisnya. Semakin
besarnya nilai dari kapasitas teoritis maka semakin
besar niali bilangan Reynolds-nya.

Coefficient of discharge
Dengan menghitung pressure drop maka
kapasitas aliran secara teoritis dapat dihitung dengan Dari nilai Qth yang menggunakan letak
menggunakan rumus : pengukuran beda tekanan antara pressure tap pada
hulu dan pada plat orifice maka nilai Cd dapat

√ dihitung dengan menggunakan rumus:
Atau
Qact (liter / menit )

√ Cd 
Qth (liter / menit )
Adapun nilai dari kapasitas teoritis yang sudah
dihitung dapat diplotkan pada grafik hubungan Adapun nilai Cd yang dapat diplotkan pada
antara kapasitas terhadap bilangan Reynolds seperti grafik seperti yang terlihat dibwah ini:
yang terlihat dibawah ini :

64
Jurnal Mechanical, Volume 7, Nomor 2, September 2016

Dengan mendapatkan nilai prosentase


0.97 Irrecoverable pressure drop sehingga dapat
Coefficient of discharge (Cd)

0.96 diplotkan pada grafik Gambar 11 dan 12.


0.95
0.94 Dari dua grafik tersebut ada beberapa yang
0.93 dapat disimpulkan yaitu semakin besar diameter
0.92 orifis maka semakin kecil nilai dari pressure drop
0.91 max, dan juga irrecoverable pressure drop-nya.
0.9
0.89 1600

Pressure drop (mm kolom air)


0.88
6700 7200 7700 1500

Bilangan Reynolds (Re) 1400


Cd1 Cd2 Cd3
1300
Cd4 Cd5 Cd6
1200

Gambar 9. Grafik terhadap Re untuk d = 5,4 mm 1100

1000
6700 7200 7700
1.2
Coefficient of discharge (Cd)

1 Bilangan Reynolds (Re)


Pressure Drop max
0.8 Pressure Drop Irrecoverable
0.6
0.4 Gambar 11. Grafik hubungan antara pressure drop
0.2 terhadap Re untuk d = 5,4 mm
0
6700 7200 7700 350
Bilangan Reynolds (Re)
Pressure drop (mm kolom air)

300
Cd1 Cd2 Cd3
250
200
Gambar 10. Grafik terhadap Re untuk 150
d = 10,8 mm
100
Ada 2 hal yang dapat disimpulkan dari kedua 50
grafik diatas yaitu semakin besar diameter orifis 0
maka semakin besar nilai Cd dan hanya pada Cd1 6700 7200 7700
dan Cd2 yang sesuai dengan semakin besar bilangan Bilangan Reynolds (Re)
Reynolds maka nilai Cd semakin turun atau kecil. Pressure Drop Max
Nilai Cd (coefficient discharge) untuk orifice Pressure Drop Irrecoverable
flow meter nilainya berkisar 0,3535 - 1,3374 dimana
nilai Cd terendah ada pada d = 14,4 mm di posisi
pressure tap hdown-1, sedangkan nilai Cd tertinggi pada Gambar 12. Grafik hubungan antara pressure drop
posisi pressure tap hdown-5. Berdasarkan nilai Cd letak terhadap Re untuk d = 14,4 mm
pressure tap yang baik berada pada hdown-2 dengan
nilai Cd = 1,0073 pada d = 14,4 mm (Qaktual = 6,3
ltr/mnt).
KESIMPULAN

Pressure Drop dan Irrecoverable Pressure Drop Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian
Presentase dari Irrecoverable pressure drop mengenai orifice flow meter dengan (β) = 0.3; 0.4;
dapat dicari dengan menggunakan rumus : 0.5; 0.6; 0.7; dan 0.8 dapat disimpulkan beberapa hal
antara lain:
1. Perhitungan kapasitas teoritis yang
menggunakan beda tekanan (∆P) pada posisi
(hdown-1– hup-1) titik pada plat orifice

65
Jurnal Mechanical, Volume 7, Nomor 2, September 2016

menghasilkan kapasitas teoritis yang paling


mendekati kapasitas aktual yang terukur.
2. Nilai Cd (coefficient discharge) untuk orifice
flow meter nilainya berkisar 0,3535 - 1,3374
dimana nilai Cd terendah ada pada d = 14,4 mm
di posisi pressure tap hdown-1, sedangkan nilai Cd
tertinggi pada posisi pressure tap hdown-5.
3. Berdasarkan nilai Cd letak pressure tap yang
baik berada pada hdown-2 dengan nilai Cd =
1,0073 pada d = 14,4 mm (Qaktual = 6,3 ltr/mnt).
4. Semakin besar diameter orifis maka semakin
kecil terjadinya pressure drop dan irrecoverable
pressure drop-nya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian


Hibah Bersaing 2015. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Kementerian Ristek Dikti dan
LPPM atas pembiayaan pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Gunarsa. Gede, 2006 “Pengujian Nozzle Flow


Meter dengan Variasi Rasio Diameter
Nozzle”.

[2] Krassow. H., Campabadal. F., Lora-Tamayo.


E., 1998 “The Smart Orifice Meter; a Mini
Head Meter for Volume Flow Measurement”.
1998, 110.

[3] Munson, Bruce. R., Young, Donald. F.,


Okiishi, Theodore. H., 2002 “Fundamental of
Fluid Mechanic”, 4th Edition, John Wiley &
Sons, USA.

[4] R. W. Miller, 1989 “Flow Measurement


Engineering Handbook, second ed., McGraw
Hill Publishing Company, New York, pp- 7-1-
7-8.

[5] Septiadi. Nata, 2006 “Studi Eksperimen


Orifice Flow Meter dengan Variasi Tebal Plat
Orifis dan Posisi Pengukuran Beda Tekanan
Aliran Melintasi Plat Orifis”.

[6] W. Fox, Robert., T. McDonald., Alan, 1994


“Introduction to Fluid Mechanic”. 1994, 360-
363.

66
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen

Laboratorium Teknik Kimia


Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Borang Kendali Bahan Berbahaya dan Beracun (BKB3)
Pengisian BKB3 merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum bekerja di Laboratorium
sebagai asesmen terhadap berbagai resiko pekerjaan yang melibatkan bahan yang
berbahaya dan beracun (B3). B3 dapat berupa bahan utama, produk, dan produk antara
maupun produk samping dari proses. Borang ini harus diisi secara lengkap, disetujui oleh
pembimbing atau orang yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan.

Judul Proyek/Penelitian/ Koefisien Discharge


kegiatan (Title of activity)
Pembimbing/peneliti utama/
penanggung jawab
(Supervisor/principal
investigator)
Program studi/Study program Teknik Kimia
Tanggal pengisian/Date of
assessment
Lokasi penelitian/eksperimen
(Nama gedung dan ruang)/location Laboratorium Teknik Kimia UMS Gedung H Lantai 2
of work

Bagian 1 Proyek/penelitian/kegiatan
1.1: Deskripsi singkat tentang proyek/penelitian/kegiatan
Menentukan koefisien discharge secara eksperimental untuk orifice plate meter dan venturimeter.
Menentukan distribusi tekanan sepanjang pipa dengan alat pengukur tekanan.

Bagian 2 Potensi bahaya


2.1: Bahan berbahaya yang digunakan atau dihasilkan
Bahan yang berbahaya Frase Resiko (Frase (Ambang Batas
(Hazardous Materials) (Risk Phrases) keselamatan) keselamatan)
Safety Phrases Workplace
exposure limit
(WEL)
P273
Bahan kimia CMC H402
P501
Carcinogens,
mutagens or
reproductive
toxins (penyebab
kanker, mutasi
gen, dan beracun
terhadap sistem
reproduksi)
Dusts or fumes
(Debu kimia atau
uap/asap)
Asphyxiants/gang
guan pernafasan

BKB3 v1 Page 1 of 4
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen

Bahan lain yang


berbahaya bagi
kesehatan

Bagian 3 Resiko terhadap kesehatan


3.1: Penyakit atau kondisi yang disebabkan oleh bahan yang berbahaya tersebut
Berbahaya bagi kehiduoan lingkungan
3.2: Kemungkinan Rute masuk ke tubuh manusia melalui
Pernafasan  Mulut/makan  suntikan  absorpsi/penyerapan  Pilih semua yang
lainnya  sesuai

3.3: Skala penggunaan bahan berbahaya tersebut


skala kecil  skala sedang  skala besar  praktek lapangan  hewan  Pilih semua yang
Tanaman  sesuai
Maintenance  Cleaning  Other 
The substance will only be used in the laboratory during experiments.

3.4: Frekuensi penggunaan bahan berbahaya tersebut


Harian  Mingguan  Bulanan  lainnya  Pilih salah satu
On the average daily for a span of one month.

3.5: Jumlah maksimum atau konsentrasi yang dipakai


Bisa diabaikan  rendah  sedang  tinggi  Pilih salah satu

3.6: Dampak dari bahan berbahaya


Bisa diabaikan  rendah  sedang  tinggi  Pilih salah satu

3.7: Siapa saja yang terdampak oleh bahaya dan resiko


Staf  Mahasiswa  pengunjung  masyarakat umum  anak muda (<18 th)  *Ibu baru
 lainnya 

3.8: Penilaian resiko terhadap kesehatan (sebelum penggunaan media kendali)


Tingkat resiko Bisa diabaikan  Rendah  sedang/rendah  sedang  Pilih salah satu
tinggi 

3.9: Penilaian resiko terhadap lingkungan (sebelum penggunaan media kendali)


Level of risk Bisa diabaikan  rendah  Sedang/rendah  Sedang  Pilih salah satu
tinggi 

Bagian 4 Alat kendali untuk mengurangi resiko


4.1: Tempat Penyimpanan
Laboratorium  Ruangan  area terkendali  penyimpanan  Pilih semua yang
box  Lemari asam  ruangan yang berventilasi  Akses yang terkontrol sesuai
 lainnya 

4.2: Pengendalian lainnya

4.3: Penyimpanan bahan yang berbahaya tersebut


Ruangan yang berventilasi
4.4: Transportasi of bahan yang berbahaya tersebut

4.5: Peralatan Pelindung Diri (PPD)

BKB3 v1 Page 2 of 4
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen

Jas Lab  Keseluruhan  Chemical suit  baju sekali pakai  Apron  Pilih semua yang
Kaus tangan  kacamata  kacamata/Goggles  pelindung muka  Kaus sesuai
tangan  Alat pelindung kepala sepatu keselamatan  lainnya 

4.6: Peralatan pelindung pernafasan (PPP)


Topeng sekali pakai  topeng penyaring (filter)  Pelindung setengah Pilih semua yang
muka  pelindung seluruh muka  Alat bantu pernafasan  alat pernafasan  sesuai
Other 

4.7: Manajemen Limbah dan pembuangan


cairan  padatan  Gas  anorganik  Organik  Cair  campuran
 lainnya 

4.8: Memonitor penyebaran

4.9: Pengawasan terhadap kesehatan

4.10: Instruksi, Training, dan Supervisi


Instruksi khusus diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan selamat (Jika ya, isi detilnya di ya 
bawah)

Training khusus diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan selamat (Jika ya, isi detilnya di ya 
bawah)

A: Pekerjaan tidak dapat/tidak boleh dilakukan tanpa pengawasan langsung dari ya 


pembimbing/supervisor (Jika ya, isi detilnya di bawah)
B: Pekerjaan tidak dapat/tidak boleh dilakukan tanpa persejuan/izin dari ya 
pembimbing/supervisor (Jika ya, isi detilnya di bawah)
C: Pekerjaan dapat/ boleh dilakukan tanpa pengawasan langsung dari pembimbing/supervisor ya 
(Jika ya, isi detilnya di bawah)
Pembimbing

Bagian 5 Prosedur dalam keadaan Gawat Darurat


5.1: Prosedur dalam keadaan Gawat Darurat
pastikan ventilasi memadai dan hindari menghirup debu
5.2: Tumpahan sedikit
Prosedur yang Bersihkan dengan air bersih
harus dilakukan
Tindakan lainnya Lakukan evakuasi dan amankan area yang berbahaya ya

Melaporkan ke penanggung jawab (eg principal investigator / school safety ya
officer etc) 
5.3: Tumpahan yang banyak
Prosedur yang
harus dilakukan Angkat dan atur pembuangan tanpa menimbulkan debu
Tindakan lainnya Lakukan evakuasi terhadap lokasi ya

Telepon petugas sekuriti dan pemadam kebakaran ya

Melaporkan ke penanggung jawab (eg principal investigator / school safety ya
officer etc) 
5.4: Pemadam kebakaran
Carbon dioksida  Air  Powder  Foam  Blanket  Automatic fire suppression 

BKB3 v1 Page 3 of 4
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen

lainnya 

5.5: Pertolongan pertama


Pindahkan korban ke tempat dengan udara segar dan bersihkan kulit atau bagian yang terkena zat
dengan air
5.6: Daftar kontak pada kondisi darurat
Nama Kedudukan/posisi dalm proyek Telephone

Bagian 6 Persetujuan
6.1: Pengisi borang
Nama Hasna Nadila Pralista Tanda tangan Tanggal 06 November 2020

6.2: Penanggung jawab/peneliti utama


Nama Aurilia Rahmah Novitasari Tanda tangan Tanggal

Matriks Estimasi Resiko


Tingkat keparahan Kemungkinan keterjadian
Tinggi Sedang rendah terabaikan

Parah Tinggi Tinggi Sedang Effectively zero


Sedang Tinggi Sedang Sedang /Rendah Effectively zero
Rendah Sedang / Rendah Rendah Rendah Effectively zero
Terabaikan Effectively zero Effectively zero Effectively zero Effectively zero

BKB3 v1 Page 4 of 4
HSL.02 Risk
Assessment v.01
Diisi sebelum melaksanakan penelitian
Laboratorium Teknik Kimia
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Judul Penelitian/Title of project
Koefisien Discharge
or activity
Penanggung jawab/Responsible
Person / Manager
Asal Institusi/Faculty/Prodi Teknik Kimia
Tanggal Penilaian/Date of
assessment
Tempat Penelitian/Location of Laboratorium Teknik Kimia UMS Gedung H
work Lantai 2
Pendahuluan
Borang penilaian resiko (risk assessment form) berikut dibuat memberi
penilaian terhadap aktivitas yang berpotensi menyebabkan bahaya dan
resiko terhadap kesehatan dan keselamatan, serta untuk mengidentifikasi
cara dan metode yang tepat untuk mencegah dan mengendalikan bahaya
dan resiko tersebut. Hal ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa cara
dan metode pengendalian sudah dilaksanakan dengan baik.
Aktivitas yang berpotensi bahaya dan resiko yang
signifikan
Semua Aktivitas harus dinilai sehingga aktivitas yang berbahaya dan resiko
yang disebabkan aktivitas tersebut dapat diidenfikasi.

Metode pencegahan dan perlindungan untuk


menghilangkan atau mengurangi resiko sampai pada level
yang dapat diterima.
Bagian ini mengidentifikasi cara pegendalian resiko yang diperlukan.

Telah
Bahaya/ bahaya bagi kehidupan lingkungan Date
dilaksankan
Hazard 1

Resiko/
 menyebabkan kerusakan lingkungan
Risks
Metode dan
hindari pelepasan ke lingkungan dan buang isi atau wadah ke tempat
peralatan 
pembuangan limbah yang disetujui
kendali

Bahaya/ Implemente Date


Hazard 1 d
Resiko/

Risks
Metode dan 
peralatan

Page 1 of 3
HSL.02 Risk
Assessment v.01
Diisi sebelum melaksanakan penelitian
kendali

Bahaya/ Implemente Date


Hazard 1 d
Resiko/

Risks
Metode dan
peralatan 
kendali

Bahaya/ Implemente Date


Hazard 1 d
Resiko/

Risks
Metode dan
peralatan 
kendali

Bahaya/ Implemente Date


Hazard 1 d
Resiko/

Risks
Metode dan
peralatan 
kendali

Bahaya/ Implemente Date


Hazard 1 d
Resiko/

Risks
Metode dan
peralatan 
kendali

Implemente Date
Emergency Procedures
d
Resiko/

Risks
Metode dan
peralatan 
kendali

Additional Control Measures Implemente Date N/A


Bahaya/
Required d 
Hazard
(List and Implement)
Resiko/

Risks
Metode dan 
peralatan

Page 2 of 3
HSL.02 Risk
Assessment v.01
Diisi sebelum melaksanakan penelitian
kendali
Penilai
NamaIr. Haryanto A.R, M.S Tanda tangan Tanggal

Penanggung Jawab/Responsible Person / Manager


Nama Aurilia Rahmah N. Tanda tangan Tanggal

Page 3 of 3

Anda mungkin juga menyukai