Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN PROSES

PEMBUATAN SABUN
DAN PENENTUAN ANGKA PENYABUNAN

Oleh:

NAMA : ALIDZAR GHIFARI


NIM : 2021244010040

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2022
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL PRAKTIKUM : Pembuatan Sabun dan Penentuan


Angka Penyabunan

HARI / TANGGAL PRAKTIKUM : Selasa / 01 November 2022

NAMA : ALIDZAR GHIFARI

NIM : 2021244010040

KELOMPOK : Kelompok H
ANGGOTA KELOMPOK : - Alidzar Ghifari
- Cut Intan Sahara
- Ridha Cahyana

KASIE LAB. SATUAN PROSES & DOSEN PEMBIMBING


KIMIA TERAPAN

Zuhra Amalia, ST., M. Env.Mgmt.Sust. Abdul Haris Salam S. Si, MT


NIP. 198009162005042002 NIP. 19901124201903101
PEMBUATAN SABUN
DAN PENENTUAN ANGKA PENYABUNAN

I. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. Membuat sabun dari bahan lemak atau minyak
2. Menghitung angka penyabunan suatu minyak.
3. Menyebutkan reaksi saponifikasi
4. Menganalisa sifat – sifat sabun

II. Landasan Teori


Lemak ( fat ) dan minyak ( oil ) merupakan trimester dari gliserol yang di
sebut dengan trigliserida. Secara m lemak umum pada suhu kamar lemak bersifat padat
sedangkan minyak bersifat cair. Lemak yang lazim meliputi mentega, lemak hewan dan
bagian berlemak dari daging. Minyak terutama berasal dari tumbuhan seperti dari
jagung, biji kapas, zaitun, kacang, kedelai dll.
Bila minyak atau lemak dididihkan dengan penambahan alkali, lalu larutan yang
dihasilkan diasamkan akan diperoleh gliserol dan campuran asam lemak (fatty acid).
Reaksi ini disebut dengan reaksi penyabunan (saponifikasi) yaitu sebaga berikut:

O O
ǁ ǁ
CH2—O—C—R CH2—OH KOCR

O
ǁ 1. KOH,H2O O
CH—O—C—R’ —————> ǁ
2. H+ ↑ CH—OH + KOCR’
O
ǁ O
CH2—O—C—R’’ ǁ
CH2—OH
KOCR’’
Trigliserida (lemak/minyak) Gliserol 3 ekivalen asam
Lemak ( sabun )

Reaksi umum saponifikasi

II.1 Penyabunan Lemak dan Minyak

Konversi lemak hewan ( contohnya lemak kambing ) menjadi sabun melalui


pemanasan dengan abu kayu (yang sifatnya basa) adalah salah satu cara yang paling
kuno dari proses kimia ini. Sabun dapat dibuat melalui proses batch maupun proses
kontiniu. Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali
(KOH/NaOH) sedikit berlebih dalam ketel terbuka.

Bila penyabunannya selesai, garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun


dari berbagai padatan. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan
alkali disingkirkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Padatan sabun kasar
yang mengandung sedikit garam, alkali dan gliserol sebagai pengotor dimurnikan
dengan pendidihan dengan air dan diendapkan kembali dengan garam beberapa kali.
Selanjutnya padatan dididihkan dengan air secukupnya untuk membentuk campuran
lembut. Campuran ini bila dibiarkan akan membentuk lapisan sabun yang homogeny
dibagian atas. Sabun ini dapat dijual tanpa pengolahan lebih lanjut yaitu sebagai sabun
industry murahan.

Berbagai bahan pengisi seperti pasir atau batu apung dapat ditambahkan untuk
membuat sabun gosok. Pengolahan lain adalah mengubah sabun kasar menjadi
sabun mandi, sabun bubuk, atau sabun serpih, sabun obat atau sabun wangi, sabun cuci,
sabun cair atau sabun apung ( dengan menghembuskan udara kedalamnya).

Dalam proses pembuatan sabun secara kontiniu (lebih umum dikerjakan di


industry sekarang ) lemak atau minyak dihidrolisis oleh air pada suhu tinggi dengan
bantuan katalis, biasanya suatu sabun zink. Lemak atau minyak dan air dimasukkan
terus menerus dari arah yang berlawanan dari suatu reactor yang lebih besar dan asam
lemak dan gliserol diambil segera setelah terbentuk melalui penyulingan. Asam
kemudian dinetralkan secara hati – hati dengan alkali yang jumlahnya tepat untuk
menjadi sabun.
II.2 Sabun dan Detergen
Kedua zat ini termasuk zat yang mempunyai keaktifan permukaan (surface
active). Zat ini dapat menurunkan tekanan suatu cairan karena dengan cepat menutupi
permukaan satu lapisan (monolayer) yang agak teratur.
Sabun ialah garam dari suatu logam dan asam - asam lemak dengan jumlah atom
C:12 -18 . Sabun dapat dibagi dalam 2 golongan :
1. Sabun Larut
Sabun ini berasal dari bahan Na,K,NH4 ( hanya dari gol ini yang
mempunyai daya pembersih ( cleaning action).
2. Sabun Tak larut
Sabun ini berasal dari alkali tanah dan logam berat ( tidak mempunyai
keaktifan pembersih).

Jumlah Atom C dalam Sabun:


 12: Garam ini tidak mengakibatkan emulsidarimlarutan
lemak dan minyak, sehingga tidak mempunyai keaktifan
pembersih yang esensial.
 18: Garam ini terlalu tak larut dalam H2O untuk membentuk
disperse koloidal yang cukup pekat.

Berdasarkan konsistensinya sabun dapat dibagi dalam:


 Sabun keras : misalnya Na-palmitat, Na-stearat (jenuh)
 Sabun lunak : misalnya K-oleat (tak jenuh)

Beberapa macam sabun yang dipergunakan untuk tujuan tertentu misalnya


sebagai pengemulsi,pengering cat,fungisida,antioksidan,pengental minyak, zat untuk
membuat tekstil tak tembus air dan sebagainya. Selain itu juga dikenal sabun organic
yang mempunyai sifat – sifat emulgator yang baik dan merupakan sabun yang baik pada
dry cleaning karena larut dalam pelarut – pelarut organic.. Contoh sabun organic adalah
garam dati tri etanol amina (HOCH2CH2) dan asam lemak.

Sabun – sabun yang mempunyai BM yang tinggi dan mempunyai ikatan –ikatan
tak jenuh mempunyai keaktifan germisid yang selektif misalnya Na-risinoleat
mempunyai keaktifan detoksifikasi terhadap toksin-toksin dipteri dan tetanus.
II.3 Cara Kerja Sabun
Bila kotoran (misalnya minyak ) pada pakaian digosok dengan air dan sabun,
kotoran diemulsikan. Tiap partikel dikelilingi oleh suatu film dari molekul – molekul
sabun sehingga rantai hidrokarbonnya berhadapan dengan minyak dan kotoran (tak
polar dengan tak polar) dan gugus –COONa (polar) terhadap H2O (polar).
Emulsifikasi minyak dibantu oleh penurunan tegangan permukaan air oleh sabun. Sabun
absorber sebagian kotoran. Jika tekstil digosok dengan air sabun, minyak diemulsikan
dankotoran dipisahkan dari itu. Misal minyak larut dalam rantai hidrokarbon dan –
COO- larut dalam H2O.
Disamping kemampuan sabun membersihkan kotoran – kotoran yang terdapat
pada tekstil, terdapat kelemahan – kelemahan antara lain :
- Sabun tidak dapat bekerja dala larutan asam.
- Sabun tidak dapat bekerja dalam air sadah danair laut karena
banyak mengandung ion Ca dan Mg.

III. Alat dan Bahan


III.1 Peralatan yang digunakan
 Erlenmeyer 250 ml 1 buah
 Gelas kimia 500 ml 3 buah
 Pendingin refluks 1 unit
 Buret 50 ml 1 buah
 Penyaring vakum 1 unit
 Erlenmeyer bertutup 250 ml 1 buah
 Hot plate & stirrer 1 unit
 Batang pengaduk 1 buah

III.2 Bahan – bahan yang digunakan:


 KOH Kristal  Phenolpthallin 1 %
 Larutan HCl 1 N  Minyak sebagai sampel
 Alkohol teknis  Etanol p.a 96%
 NaCl  Aquad

IV. Gambar Peralatan

Gambar Unit Refluks (angka penyabunan)

V. Prosedur Kerja
A. Pembuatan Sabun
1. Larutkan NaOH/KOH sebanyak 10 gr dalam 18 ml air dan 18 ml
etanol/methanol p.a ( larutan 1 )
2. Masukkan 10 gr minyak / lemak ke dalam beaker glass 250 ml,
tambahkan larutan 1 ke dalamnya.
3. Panaskan campuran dalam steam batch selama 30 menit (campuran
saponifikasi).
4. Siapkan larutan etanol – air ( 1:1 ) sebanyak 40 ml. Masukkan
larutan ini sedikit demi sedikit kecdalam larutan yang sedang
dipanaskan (campuran saponifikasi) tadi bila diperlukan (selama
30 menit) untuk mencegah pembusaan (foaming).
5. Larutkan 50 gr NaCl ke dalam 150 ml aquades dalam beaker 400
ml, bila perlu panaskan utk melarutkan semua garam. Dinginkan
larutan sebelum digunakan.
6. Tuang dengan cepat campuran saponifikasi ke dalam larutan garam.
7. Aduk campuran beberapa menit, kemudian dinginkan pada
temperature ruang dalam es batch.
8. Ambil sabun yang mengendap dengan filtrasi vakum (vacuum filter)
dengan penyaring Buchner.
9. Cuci sabun dengan air es sebanyak 2 x.
10. Keringkan sabun dengan cara diangin – anginkan selama 1 hari.
Timbang berat sabun yang di dapat.

B. Penentuan Angka Penyabunan


1. Timbang minyak sebanyak 2 gr (sesuai tugas) ke dalam labu
Erlenmeyer.
2. Tambahkan 25 ml larutan KOH/ NaOH dalam methanol/etanol
(Etoksida 4%)
3. Refluks campuran minyak dan etoksida dengan pendingin
balik pada temperature 80oC selama 1 jam.
4. Dinginkan campuran tersebut , titrasi dengan larutan HCl 1N
dengan menggunakan indicator PP 1 % ( a ml HCl 1N )
5. Lakukan titrasi terhadap 25 ml larutan etoksida ( blanko ) tanpa
minyak ( b ml HCl 1N )

VI. Data Pengamatan


A. Tabel Data Pengamatan Penentuan Angka Penyabunan
Volume HCl
No Larutan Volume HCL 1N
(titrasi)
1. Sampel minyak 25 ml a ml 8 ml
2. Blanko 25 ml b ml 15 ml

B. Data Pengamatan Pembuatan Sabun


 Berat kertas saring kosong = 1,5 gram
 Berat sabun + kertas saring kosong = 40,275 gram
 Berat sabun = 38, 775 gram

VII. Perhitungan Angka Penyabunan :


Angka Penyabunan ( AP ) = (b-a) ml x N HCl x BM KOH / gr minyak sampel
AP = (15-8) ml x 1 N x 56 gr/mol / 2 gr
= 392 / 2 = 196
VIII. Pembahasan dan Kesimpulan
VIII.1 Pembahasan
Praktikum yang telah dilakukan berjudul Pembuatan sabun
dan penentuan angka penyabunan. Tujuan dari dilakukannya
praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat sabun dari bahan
lemak atau minyak, menghitung angka penyabunan suatu minyak,
menyebutkan reaksi saponifikasi, dan dapat menganalisa sifat – sifat
sabun. Angka Penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.

VIII.2 Kesimpulan
 Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun dengan mereaksikan asam
lemak dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis
sabun).
 Angka penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
 Dari praktikum ini diperoleh angka penyabunan sebesar 196.
 Setelah dilakukan praktikum diperoleh sabun dengan warna kuning pucat (krem)
seberat 38,775 gram.

IX. Daftar Pustaka


Anonim. Jobsheet Praktikum Satuan Proses Percobaan No. 4
Pembuatan Sabun dan
Penentuan Angka Penyabunan. Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Anda mungkin juga menyukai