Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM DASAR REKAYASA PROSES

“PEMBUATAN SABUN CAIR”

Dosen Pengampu :
Khalimatus Sa’diyah, S.T.,M.T

Disusun oleh:
Arva Yuda Arafat

NIM 2141420090

PRODI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2022
I. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teori pembuatan sabun mandi


cair serta analisanya dengan benar
2. Mahasiswa mampu memproduksi sabun mandi cair dengan benar
3. Mahasiswa mampu melakukan analisa kualitas sabun mandi cair yang
dihasilkan dengan benar

II. LATAR BELAKANG


Industri kimia merupakan sebuah industri yang mengembangkan berbagai proses,
baikpada sistem dan produk yang dihasilkan agar memiliki mutu yang berkualitas
dengan tujuan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat dan juga untuk
mengharapkan keuntungan secarafinansial. Pada industri kimia sendiri juga
menggunakan bahan-bahan kimia yang berguna untukmenunjaang dan menjaga
kualitas produk industri tersebut.
Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Pembuatan sabun telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Metode
pembuatan sabun pada zaman dahulu tidak berbeda jauh dengan metode yang
digunakan saat ini, walaupun tentunya kualitas produk yang dihasilkan saatini
jauh lebih baik. Sabun dibuat dengan metode saponifikasi yaitu mereaksikan
trigliserida dengan soda kaustik (NaOH) sehingga menghasilkan sabun dan
produk samping berupa gliserin.
Sabun merupakan salah satu produk yang cukup penting dalam kehidupan manusia
dengan adanya kebutuhan manusia untuk membersihkan diri. Produk sabun telah
berkembang menjadi kebutuhan primer di seluruh lapisan masyarakat. Sabun dapat
digunakan untuk mengobati penyakit, seperti mengobati penyakit kulit yang
disebabkan oleh bakteri dan jamur. Dengan kata lain sabun dapat digunakan sebagai
obat yaitu dengan membersihkan tubuh sehingga kemungkinan terserang penyakit
akan berkurang.
Berbagai jenis sabun ditawarkan dengan beragam bentuk mulai dari sabun cuci
(krim dan bubuk), sabun mandi (cair dan cair), sabun tangan (cair) serta sabun
pembersih peralatan rumah tangga (krim dan cair).
Berbagai jenis sabun yang beredar di pasaran pun kini sangat bervariasi.
Keberagaman sabun yang dipasarkan terlihat pada warna, jenis, manfaat dan
wangi yang ditawarkan. Salah satu jenis sabun yang saat ini banyak diproduksi
karena
penggunaanya lebih praktis dan bentuk yang menarik dibandingkan bentuk sabun
lain adalah sabun cair. Kelebihan sabun cair jika dibandingkan dengan sabun mandi
cair yaitu sabun mandi cair mudah dibawa, mudah disimpan, tidak mudah rusak
atau kotor, dan penampilan kemasan yang eksklusif
Syarat mutu sabun mandi cair yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
untuk sabun yang mencakup sifat kimiawi dari sabun mandi, yaitu pH, alkali bebas
dihitung sebagai KOH, bahan aktif, dan bobot jenis. Sementara sifat fisik sabun
seperti bentuk, bau, dan warna (SNI,1996). Dari uraian diatas, maka diperlukan
praktikum ini untuk mengetahui pembuatan sabun cair dengan menghasilkan sabun
yang sesuai oleh standar SNI.

III. DASAR TEORI


1) Pengertian Sabun
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasikan dari reaksi lemak atau minyak
dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monovalen dari asam
karboksilat dengan rumus umunya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatis) panjang
dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara C12 – C18 dan M adalah kation dari
kelompok alkali atau ion amonium (Austin, 1984). Suatu molekul sabun
mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon
dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non-polar, sedangkan
ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon,
sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air.
Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles),
yakni segerombol (50-150) molekul sabun yang rantai hidrokarbonnya
mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air (Austin, 1984).
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni
senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa
saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai molekul atau lebih) dan suatu
ujung hidrofilik. Porsi hidrokarbon suatu molekul surfaktan harus mengandung 12
atom karbon atau lebih agar efektif (Austin, 1984).
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus
induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C12
sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai
pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi
tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH/KOH). Range atom
C diatas mempengaruhi sifat-sifat sabun seperti kelarutan, proses emulsi dan
pembasahan. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air,
gliserin, garam dan kemurnian lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya
dapat digunakan untuk membuat sabun. Lemak merupakan campuran ester yang
dibuat dari alkohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam
palmitat. Lemak cair mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan
minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat. (Lukman ,
2012).

Gambar 3.1 Reaksi Saponifikasi

Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak. Sabun secara
koloidal di dalam air dan bersifat sebagi zat aktif permukaan. R – COOL . Gugus
R sebagi alkil bersifat menolak air (hidrofob) dan gugus – COOL bersifat
menarik air (hidrofil) bila L berupa kation dari Na, K atau NH4. Larutan koloidal
akan terbentuk dengan cepat pada suhu makin tinggi (Harold. 1982).
2) Fungsi Sabun
Fungsi dari sabun adalah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak
sehingga dapat di buang dengan pembilasan, kemampuan ini disebabkan oleh dua
sifat sabun yaitu :
a. sabun alkali tanah untuk detergen (zat pencuci) RCOONa, RCOOK,
RCOONH4
b. sabun alkali logam mineral untuk zat tahan air yang tidak
permananen (RCOO)2Ca, (RCOO)2Mg, (RCOO)3Al (Ralph J. Fessenden, 1992).
3) Faktor yang Mempengaruhi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain:
4. Konsentrasi larutan KOH/NaOH
Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri reaksinya,
dimana penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar proses saponifikasi
berjalan sempurna. Jika basa yang digunakan terlalu pekat akan menyebabkan
terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen, sedangkan jika
basa yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang lebih
lama.
5. Suhu (T)
Ditinjau dari segi thermodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan hasil,
hal ini dapat dilihat dari persamaan Van`t Hoff. Karena reaksi penyabunan
merupakan reaksi eksotermis (ΔH negatif), maka dengan kenaikan suhu akan dapat
memperkecil harga K (konstanta keseimbangan), tetapi jika ditinjau dari segi
kinetika, kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Hal ini dapat dilihat dari
persamaan Arhenius berikut ini : k = Ae –E/RT...............................( 2 ) Dalam
hubungan ini, k adalah konstanta kecepatan reaksi, A adalah faktor tumbukan, E
adalah energi aktivasi (cal/grmol), T adalah suhu (ºK), dan R adalah tetapan gas ideal
(cal/grmol.K). Berdasarkan persamaan tersebut maka dengan adanya kenaikan suhu
berarti harga k (konstanta kecepatan reaksi) bertambah besar. Jadi pada kisaran suhu
tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya menaikan hasil dalam
waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah melebihi suhu optimumnya
maka akan menyebabkan pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan
reaksi K akan turun yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi atau dengan kata
lain hasilnya akan menurun. Turunnya harga konstanta keseimbangan reaksi oleh
naiknya suhu merupakan akibat dari reaksi penyabunan yang bersifat eksotermis
(Levenspiel, 1972).
6. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-
molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar,
maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan
persamaan Arhenius dimana konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar
dengan semakin sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A
(Levenspiel, 1972).
7. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang
dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi
telah mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan
jumlah minyak yang tersabunkan.
IV. METODOLOGI
Alat :
1. Hot plate
2. Overhead stirrer
3. Gelas beaker / wadah
4. Gelas ukur
5. Kaca arloji
6. Spatula
7. Tempat penampung (botol, jirigen, dan lainnya
8. Erlenmeyer
9. Buret dan statif
10. pH meter atau pH universal

Bahan :
Bahan yang dibutuhkan pada praktikum pembuatan sabun cair dengan basisnya
yaitu 500 mL
1. Emal 70C 18% = 90 mL
2. Alkopal N100 1% = 5 mL
3. Larutan garam 20% 18% (40 gr garam: 160 gr air) = 90 mL
4. Na2EDTA 0,4% = 2 mL
5. Air 62,2% = 311 mL
6. Parfum 0,4% = 2 mL
7. Pewarna secukupnya
8. HCl 0,1 N dalam alcohol
9. Indikator PP
V. LANGKAH KERJA

Emal 70-C

Mengukur volume 90 mL Emal 70C

Mengukur volume 5 mL Arkopal N100


Menimbang 40 gr garam

Menimbang 171 gr
air
Mengukur volume 2 mL Na2EDTA

Mengukur volume 2 mL
parfum
Air

Memasukkan 2/3 bagian air ke dalam wadah

Menambahkan pewarna

Menambahkan Na2EDTA lalu diaduk hingga larut

Menambahkan Emal 70C, membilas Emal 70C dengan sisa air, lalu diaduk hingga
larut
Menambahkan Arkopal N100 dan diaduk hingga
larut
Menambahkan larutan garam secara perlahan dan diaduk hingga terbentuk larutan kental

Menambahkan parfum

Didiamkan produk hingga busa yang terbentuk berkurang

Sabun
Cair
VI. DATA PENGAMATAN

A. Pembuatan

No Bahan Jumlah Keterangan


1 Air 311,00 gram Dimasukkan 2/3 ke dalam
wadah dan sisanya dipakai
untuk membilas
2 Na2EDTA 2,01 gram Dilarutkan dan dimasukkan
dalam wadah
3 Emal-70C 90,00 gram Dibilas dengan sisa air
kemudian dimasukkan ke
dalam wadah
4 Alkopal N100 5,10 gram Dibilas dengan sisa air
kemudian dimasukkan ke
dalam wadah
5 Larutan garam 90,04 gram Dimasukkan perlahan ke dalam
- Air 160,02 gram wadah
- Garam 40,02 gram
6 Parfum 2,00 gram Dimasukkan ke dalam wadah
aduk hingga larut
B. Analisa sabun cair

No
Uji Nilai Keterangan
.
1 Uji pH 10 Berdasarkan pengujian dengan
kertas indikator universal
2 Alkali bebas - 0,2382% Berdasarakan SNI kadar alkali
(sebagai NaOH) bebas maksimal 0,1 % (sebagai
- 0,3340% NaOH) dan 0,14% (sebagai
(sebagai KOH) KOH). Sehingga sabun cair
yang dihasilkan belum
memenuhi standar yang telah
ditentukan
C. Perhitungan
Diketahui:
VHCL = 2,4 ml
NHCL = 0,1 n
Massa sampel = 4,03 gram
Ditanya: alkali bebas?
Jawab:
- Dihitung sebagai NaOH
V x N x 0,04
Kadar alkali bebas¿ x 100 %
gram contoh
2,4 ml x 0,1 N x 0,04
Kadar alkali bebas¿ x 100 %
4,03 gram
Kadar alkali bebas¿ 0,2382 %
- Dihitung sebagai KOH
V x N x 0,0561
Kadar alkali bebas¿ x 100 %
gram contoh
2,4 ml x 0,1 N x 0,0561
Kadar alkali bebas¿ x 100 %
4,03 gram
Kadar alkali bebas¿ 0,3340 %

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini berjudul pembuatan sabun cair dengan tujuan memahami dan
menjelaskan teori pembuatan sabun mandi cair serta analisanya dengan benar,
memproduksi sabun mandi cair dengan benar, serta melakukan analisa kualitas sabun
mandi cair yang dihasilkan dengan benar. Bahan utama yang digunakan untuk membuat
sabun cair yaitu arkopal N100 (trigliserida) dan emal 70-C (basa alkali).
Sabun merupakan hasil hidrolisa asam lemak dan basa. Peristiwa ini dikenal dengan
peristiwa saponifikasi. Saponifikasi adalah proses penyabunan yang mereaksikan suatu
lemak atau gliserida dengan basa. Trigliserida akan direaksikan dengan alkali (sodium
hidroksida), maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon
pada gliserol akan terpisah. Atom oksigen mengikat sodium yang berasal dari sodium
hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat akan larut dalam air. Garam
sodium dari asam lemak inilah yang kemudian disebut sabun, sedagkan gugus OH dalam
hidroksida akan berkaitan dengan molekul gliserol, apabila ketiga gugus asam lemak
tersebut lepas maka reaksi saponifikasi dinyatakan selesai.
Pada percobaan kali ini, mula - mula kita menyiapkan alat dan bahannya terlebih dahulu,
dengan mengeluarkan alat-alat yang dibutuhkan ke meja kerja. Hal ini bertujuan agar
dapat diawasi dengan baik alat apa saja yang digunakan.
Kemudian mengukur volume serta menimbang bahan-bahan yang digunakan.
Selanjutnya yaitu menuangkan air yang digunakan sebesar 2/3 dari massa totalnya 311 gr
atau volume totalnya 311 mL yaitu sebesar 207 mL air ke dalam wadah.
Air disini digunakan sebagai pelarut bahan-bahan lainnya. Air yang dituangkan ke dalam
wadah hanya 2/3 bagian, dikarenakan untuk 1/3 bagiannya digunakan sebagai
pembersih/pembilas bahan-bahan pada wadahnya.
Kemudian, dilakukan penambahan pewarna dan diaduk hingga merata. Bahan ini
berfungsi untuk memberikan kesan warna pada sabun cair. Pewarna dalam pembuatan
sabun cair tidak diwajibkan atau bersifat opsional sesuai dengan selera masing-masing.
Warna yang digunakan pada praktikum ini yaitu pewarna berwarna merah.
Setelah pewarna ditambahkan, selanjutnya yaitu dilakukan penambahan Na2EDTA
sebanyak 2 gram dan diaduk hingga larut . EDTA singkatan dari Ethylen Diamine Tetra
Acetic. Ada 2 jenis EDTA, yaitu Na2EDTA dan Na4EDTA. Keduanya memiliki
kelebihan dan kekurangan, dalam hal ini direkomendasikan untuk menggunakan
Na2EDTA dengan pertimbangan harganya lebih murah, tetapi kualitasnya cukup
memadai. Fungsi dari Na2EDTA yaitu sebagai bahan pengawet yang banyak dipakai
pada produk household (produk untuk keperluan rumah tangga sehari-hari). Bahan ini
harganya cukup mahal, sehingga penggunaanya dilakukan se efesien mungkin.
Pengunaan bahan ini tidak diharuskan karena sifatnya hanya sebagai bahan pengawet
saja.
Langkah selanjutnya yaitu dilakukan penambahan emal - 70 C sebesar 90 gram dan
diaduk hingga larut sempurna. Emal – 70 C merupakan bahan inti pada produk sabun
tangan cair yang berperan sebagai basa alkali dalam pembuatan sabun cair dimana emal-
70 C termasuk dalam golongan surfaktan alkil sulfat. Fungsi lain dari bahan ini yaitu
sebagai pemberi kesan lembut di tangan. Bahan ini berbentuk pasta tidak berwarna dan
bening. Dalam pemindahan emal – 70 C ini sedikit sulit dikarenakan sifat bahannya yang
lengket, sehingga pemindahan bahan ke dalam wadah dilakukan menggunakan bantuan
air untuk membilasnya agar tidak ada bahan yang tersisa.
Lalu langkah selanjutnya yaitu penambahan alkopal N 100 sebesar 5,10 gram secara
perlahan-pelahan dan diaduk hingga larut. Alkopal N 100 merupakan cairan bening

yang berat, artinya mempunyai densitas atau berat jenis lebih dari satu. Ciri-cirinya yaitu
hampir tidak berbau dan lengket di tangan. Fungsi alkopal N 100 disini yaitu sebagai
bahan baku utama yang berperan menjadi trigliserida, sebagai zat surfaktan pelengkap
yang kelarutanya di air cukup bagus serta cenderung menimbulkan busa.
Selanjutnya alkopal N 100 larut dengan sempurna, dilakukan penambahan larutan garam
dengan konsentrasi 20% yaitu sebesar 90,04 gram secara sedikit demi sedikit dan diaduk
hingga larut. Fungsi dari bahan ini yaitu sebagai kekentalan produk. Garam yang
ditambahkan dalam berbentuk larutan bertujuan agar mendapatkan hasil kekentalan yang
merata pada produk. Namun, efek samping dari penambahan larutan garam ini yaitu
menurunkan kejernihan produk.
Setelah penambahan larutan garam terlarut sempurna, dilakukan penambahan parfum
pada produk yang dihasilkan sebasar 2,00 gram. Parfum tidak wajib atau bersifat
opsional dalam penambahannya. Hal tersebut dikarenakan parfum sendiri digunakan
sebagai pemberi aroma pada sabun yang dihasilkan serta menghilangkan bau yang tidak
sedap setelah di cuci.
Produk yang dihasilkan setelah mencampurkan semua bahan yaitu berbentuk busa. Lalu,
busa tersebut dipindahkan ke dalam wadah botol. Untuk menghasilkan sabun berbentuk
cair, produk yang dihasilkan harus didiamkan hingga busa yang terbentuk hilang dan
menjadi sabun cair.
Busa yang terbentuk telah hilang dan menjadi sabun cair di dalam wadah botol.
Didapatkan bentuk sabun yang cair dengan viskositas yang kental, berbau harum, dan
warna yang dihasilkan sesuai pewarna yang digunakan yaitu merah.
Kemudian, sabun cair yang telah jadi dilakukan analisa. Analisa yang pertama yaitu
derajat keasamaan atau pH. Analisa ini dilakukan dengan melarutkan 5 gr sampel sabun
cair dengan 10 mL akuades. Setelah larut, dilakukan pencucian pH meter dengan akuades
hingga netral (menunjukkan angka 7). Kemudian, memasukkan pH meter kedalam
larutan sabun. Lalu membaca angka pH yang dihasilkan. Angka pH yang dihasilkan oleh
sabun cair ini yaitu sebesar 10. Nilai pH sudah sesuai dengan standar mutu SNI 06-4085-
1996 yaitu sabun cair berkisaran 6 – 8.
Analisa yang terakhir yaitu kadar alkali/asam lemak bebas. Langkah yang pertama yaitu
menyiapkan alkohol netral dengan mendidihkan 100 mL etanol 95% di dalam labu
erlenmeyer. Alkohol netral ini berfungsi sebagai pelarut untuk sampel yang mengandung
minyak. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk melarutkan

minyak, sehingga alkohol yang digunakan yaitu etanol dengan konsentrasinya berada di
kisaran 95-96%. Alkohol bisa diganti dengan yang lain, namun alkohol berupa etanol
95% merupakan pelarut lemak yang baik dibandingkan dengan yang lain, dari segi
toksifitas yang rendah dan kepolarannya.
Setelah alkohol netral telah jadi, dilakukan penambahan 0,5 mL indikator
phenolphthalein (PP) dan ditambahkan sampel sebanyak 4 gram. Kemudian, didinginkan
hingga suhu 60-70 °C. Setelah pendinginan, selesai, melihat dari warna larutan, jika
larutan bersifat tidak bersifat basa (ditandai tidak berwarna merah muda ketika
ditambahkan indikator phenolphthalein (PP)) dilakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N dalam
alkohol untuk diuji asam lemak bebas yang dikandungnya hingga titik akhir titrasinya
yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah muda.
Titrasi dilakukan secara duplo yaitu dengan menitrasi sebanyak 2 kali. Dimana titrasi
duplo ini, dilakukan agar hasil volume titran yang dihasilkan akurat. Kemudian,
dilakukan perhitungan didapatkan hasil asam lemak bebas yang terkandung sebesar
0,3340 % . Hal ini telah sesuai menurut SNI 06-3532- 1994 mengenai syarat mutu sabun
cair, yaitu asam lemak bebas yang terkandung kurang dari 2,5%. Dimana sabun cair yang
dianalisa kurang dari 2,5%.

VIII. KESIMPULAN

1. Sabun merupakan campuran dari senyawa natrium dengan asam lemak yang
digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk cair, busa, dengan atau
tanpa zat tambahan lain serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit
2. Produksi sabun cair telah benar yang ditandai dengan viskositas sabun yang
kental, warna yang sesuai dengan pewarna, dan busa yang dihasilkan.
3. Analisa kualitas sabun mandi cair yang dihasilkan dengan benar yaitu dengan
SNI 06-3532-1994 mengenai syarat mutu sabun cair, yaitu meliputi asam lemak
bebas dan SNI 06-4085-1996 mengenai syarat mutu sabun cair untuk pengukuran
pH sabun.

IX. DAFTAR PUSTAKA


 Aloysius, H.P., 1999, Kimia Untuk Universitas, edisi keenam. Jilid 1, Erlangga,
Jakarta, hal. 521
 Alexander J, Shirrton, Swern D, Norris FA, and Maihl KF, 1964, “Bailey’s Industrial
Oil and Fat Product”,3rdEd. John Wiley & Sons, New York, London, Sydney.
 Asri Widyasanti, D. (2016). Pembuatan Sabun Cair Transparan
Menggunakan Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) Dengan Penambahan
Bahan Aktif Ekstrak Teh Putih (Camellia Sinensis). Jurnal Teknik
Pertanian Lampung.
 Levenspiel, O., 1972. Chemical Reaction Engineering, 2 Ed. John
Wiley & ons, Inc., New York, hal. 21-22
 Nayyifatus Sa’diyah, D. (2018). Formulasi Sabun Mandi Cair Berbasis
Minyak Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra Gaertn) Dengan
Penambahan Jasmine Oil. Inovasi Teknik Kimia.
 Perry, R.H. and Green, D.W., 1984, “Perry’s Chemical Engineer’s
Handbook”, 6 Ed. Mc Graw Hill BookCompany, Inc, New York.
SII.0005-72
 Rosmainar, Lilis. 2021. FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN
SABUN CAIR DARI EKSTRAK DAUN JERUK PURUT (Citrus
hystrix) DAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) SERTA UJI
CEMARAN MIKROBA. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1
 Sri Lestari, dkk. (2020). Sabun Cair Antiseptik Herbal Bunga Lavender

Anda mungkin juga menyukai