SAPONIFIKASI
LABORATORIUM REKAYASA PROSES PRODUK INDUSTRI KIMIA
DISUSUN OLEH:
CINTHYA PUTRI. A (03031282025031)
KGS. MALIK ATA' AL-RAHMAN (03031282025036)
M. DIFA DZIKRA R. G (03031382025092)
RASHYANTI NABILAH ANDJANI (03031382025097)
HIJRAH AYU OKTAVIANI (03031382025109)
AULIA SAVITRI (03031382025114)
BONFILIO SHAQUILLE GUNAWAN (03031382025118)
1
2
1.3. Tujuan
1) Mengetahui pengaruh penambahan eco-enzyme terhadap sabun yang
dihasilkan.
2) Mengetahui pengaruh temperatur rekasi terhadap proses safonifikasi.
3) Mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan terhadap sabun yang
dihasilkan.
1.4. Manfaat
1) Bagi praktikan, dapat menambah pengetahuan mengenai proses
saponifikasi serta karaakteristik produk yang dihasilkan.
2) Bagi peneliti, dapat menjadi acuan serta referensi studi literatur yang
berkaitan dengan proses saponifikasi.
3) Bagi masyarakat, dapat menambah wawasan umum mengenai cara
pembuatan sabun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
operasi akan menaikkan kecepatan reaksi pembentukan sabun. Proses pengadukan
dilakukan
4
5
Pembuatan sabun memiliki dua bahan, yaitu bahan utama yang berupa
variasi minyak nabati atau lemak hewan serta bahan pendukung. Bahan
pendukung pada pembuatan sabun yang umum digunakan adalah pewangi berupa
ekstrak, pewarna, natrium klorida, natrium karbonat, dan natrium fosfat.
7
yang dapat ditemukan di kalangan masyarakat yaitu sabun mandi, sabun pencuci
tangan, sabun pembersih wajah, sabun cuci piring, deterjen, dan shampoo.
2.3.2 Sabun Padat
Sabun padat merupakan salah satu jenis sabun berbentuk padat yang
lebih dikenal dengan sebutan sabun batangan. Sabun padat dapat dibuat dengan
menggunakan lemak padat dan NaOH melalui reaksi saponifikasi (Rusli, 2016).
Sabun padat mempunyai kestabilan fisik yang lebih unggul dibandingkan dengan
sabun cair. Free Fatty Acid (FFA) yang sering terkandung di dalam sabun padat
inilah yang dapat meningkatkan penampilan fisik dan memperbaiki kekerasan
pada sabun padat. Sabun padat dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu
sabun transparan, sabun opaque, dan sabun translucent (Nurrosyidah dkk, 2019).
Sabun transparan adalah jenis sabun padat yang mempunyai konsistensi
transparan atau tembus cahaya yang paling tinggi. Sabun transparan umumnya dibuat
dengan menggunakan bahan-bahan, seperti gliserin, sorbitol, alkohol, propilen glikol,
dan sodium lauril sulfat. Sabun transparan dapat disebut dengan sabun gliserin karena
gliserin merupakan bahan utama dalam pembuatannya.yang digunakan sebanyak 10-
15%. Keuntungan yang dihasilkan pada sabun transparan yaitu busa yang dihasilkan
lembut, melembabkan kulit, serta penampilannya menarik dan berkilau (Juliansyah
dan Firawati, 2020). Sabun opaque adalah jenis sabun padat yang dapat ditemukan di
pasaran dengan harga yang relatif murah dimana mempunyai penampilan yang padat,
tidak tembus pandang, dan kompak. Sabun ini dalam pemakaiannya lebih hemat dan
ramah lingkungan namun mempunyai kerugian yaitu dapat mengakibatkan terjadinya
pengikisan lapisan hidrolipid pada kulit sehingga kulit akan menjadi kering.
Sabun translucent adalah jenis sabun padat yang mempunyai penampilan
fisik yaitu tampak cerah, terlihat sedikit tembus cahaya, dan agak transparan
dengan mengandung gliserin sekitar 2-4%. Sifat sabun translucent ini berada di
antara sabun opaque dan sabun transparan. Sabun translucent dalam proses
pembuatannya harus dilakukan pengontrolan terhadap penambahan gliserin dan
bahan tipe poly-ol sehingga dihasilkan sabun translucent yang sesuai. Parfum
sebagai bahan tambahan dalam pembuatan sabun translucent juga perlu diperhatikan
jumlah pemakaiannya. Jumlah bahan pewangi yang akan digunakan pada sabun ini
9
umumnnya tidak lebih dari 1,5%. Sabun translucent apabila bahan pewangi yang
terkandung di dalamnya lebih dari 1,5% akan mempengaruhi translucent pada
sabun tersebut.
2.4 Metode dalam Pembuatan Sabun
Metode pembuatan sabun termasuk salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kualitas sabun yang dihasilkan. Penggunaan metode pembuatan sabun
yang sesuai dan tepat akan menghasilkan sabun yang berkualitas baik, aman, dan
efektif dalam membersihkan kulit. Metode pembuatan sabun yang umumnya
digunakan baik dalam skala industri maupun skala rumah tangga dapat terbagi
menjadi dua yaitu metode batch dan metode kontinyu. Kedua metode tersebut
tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
2.4.1 Metode Batch
Metode batch adalah metode pembuatan sabun yang dilakukan secara
bertahap dalam jumlah yang terbatas. Proses pembuatan sabun pada metode ini dapat
disebut dengan proses ketel karena menggunakan ketel sebagai tempat pendidihan
bahan baku. Metode batch sering digunakan pada skala rumah tangga atau produksi
kecil karena relatif mudah dan murah untuk dilakukan. Metode batch diklasifikasikan
menjadi dua yaitu semiboiled saponification dan cold proses saponification.
Semiboiled saponification dilakukan dengan pemanasan pada suhu tertentu untuk
mereaksikan minyak atau lemak dengan larutan alkali. Sabun cair dalam proses
pembuatannya menggunakan semiboiled saponification dengan bantuan panas
(Zahro, 2021). Cold process saponification merupakan metode menggunakan panas
yang dihasilkan dari kombinasi asam lemak dalam minyak dan lemak yang meleleh
dengan NaOH dengan dibutuhkan waktu yang lama (Vidal dkk, 2018).
2.4.2 Metode Kontinyu
Metode kontinyu adalah metode pembuatan sabun yang dilakukan secara
terus-menerus dengan menggunakan sistem perpipaan dan reaktor yang dihubungkan
secara langsung. Metode kontinyu dilakukan dengan hidrolisis minyak atau lemak
dengan air pada temperatur dan tekanan tinggi dengan bantuan katalis. Proses pada
metode ini dapat disebut dengan proses hidrolisa karena pembuatan asam lemaknya
yang terjadi di dalam hidrolizer. Metode kontinyu sering digunakan pada skala
10
industri karena dapat menghasilkan sabun dalam jumlah yang besar dan efisien.
Metode kontinyu dalam penggunaannya pada pembuatan sabun dapat menghasilkan
sabun dengan nilai kadar alkali yang lebih rendah dan kualitas yang lebih baik.
untuk mengubah sifat fisiknya. Minyak zaitun murni, yaitu minyak zaitun yang
belum dimurnikan, memainkan peran penting dalam pasar minyak nabati. Proses
penyulingan dan modifikasi minyak semakin ditingkatkan. Selama fase
pengolahan minyak kedelai sangat menyumbang produksi uap (Bai dkk., 2021).
2.5.2. Larutan Alkali
Larutan alkali adalah zat dengan ion hidroksida bebas (OH-) dalam
larutan. Skala pH secara tidak langsung mengukur konsentrasi ion H+ dalam
larutan. Karena alkali memiliki lebih banyak ion OH- daripada ion H+, maka
konsentrasi relatif H+-nya rendah, sehingga nilai pH-nya akan tinggi. Larutan ini
merupakan hidroksida basa atau garam ionik dari logam alkali atau unsur logam
alkali tanah yang larut dalam air. Mereka adalah basa kuat yang mengubah kertas
lakmus merah menjadi biru dan bereaksi dengan asam untuk membentuk garam.
Magnesium oksida adalah alkali yang bisa digunakan untuk saponifikasi (WANG
dkk., 2023).
2.5.3. Minyak Nabati Terhadap Alkali
Saponifikasi (hidrolisis basa) merupakan reaksi mengubah lemak menjadi
sabun dengan menggunakan larutan alkali. Mekanisme saponifikasi yang
mempengaruhi FFA, air dan jumlah basa oleh karena itu hal ini perlu diperhatikan
(Chanakaewsomboon dkk., 2020). Reaksi ini dikatalisis oleh asam atau basa kuat.
Saponifikasi adalah hidrolisis basa dari ester asam lemak. Sabun mandi
merupakan komposisi natrium atau kalium dengan asam lemak minyak nabati
atau lemak hewani dalam bentuk padat, lunak atau cair dan busa digunakan
sebagai bahan pembersih. Reaksi pembuatan sabun yaitu reaksi yang terjadi antara
hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserin dalam basa sehingga dapat
terhadu reaksi saponifikasi yang mampu mengolah minyak menjadi sabun.
Meskipun reaksi trigliserida satu langkah dengan alkali paling sering
digunakan, ada juga reaksi penyabunan dua langkah. Dalam reaksi dua langkah,
hidrolisis uap trigliserida menghasilkan asam karboksilat (bukan garamnya) dan
gliserol. Pada langkah kedua dari proses ini, alkali menetralkan asam lemak untuk
menghasilkan sabun. Meskipun sabun keras natrium hidroksida dan sabun cair
kalium hidroksida digunakan untuk pembersihan sehari-hari, ada sabun yang
12
pada sabun tersebut (Azme dkk., 2023). Salah satu surfaktan yang tidak
mengiritasi kulit adalah kokamidopropil betain. Kokamidopropil betain dalam
konsentrasi tinggi dapat meningkatkan kelembaban kulit lebih baik dibandingkan
natrium lauril sulfat. Penambahan kokamidopropil betain dalam formula sabun
mandi ini dapat meningkatkan kestabilan sabun dan busa yang dihasilkan.
2.8. Penelitian Terkait
Penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk (2020) yang bertujuan untuk
memformulasikan bentonit menjadi sabun cair dengan kombinasi minyak jagung
dan minyak kelapa sebagai alternatif penyuci najis mughallazah. Bentonit
termasuk jenis tanah lempung yang memiliki sifat sama dengan tanah yang biasa
digunakan untuk bersuci dari najis mughallazah. Lima formula sabun cair bentonit
yang diformulasikan dan dioptimasi dengan metode SLD yang mengandung
kombinasi dari minyak jagung dan minyak kelapa dengan variasi konsentrasi.
Penilaian kualitas sabun cair yang dihasilkan dianalisa dengan menggunakan
pengujian terhadap organoleptik, stabilitas busa, bobot jenis, pH dan total bahan
aktif.
Hasil pengujian tersebut dianalisis menggunakan simplex lattice design
(SLD), kemudian diverifikasi menggunakan analisis statistik one sample t-test
dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi
optimum dari bentonit adalah 6,5% dengan persentase minyak jagung 85,43% dan
minyak kelapa 14,57%. Tidak ada perbedaan yang signifikan dari pH dan
stabilitas busa antara formula optimum sabun cair yang diprediksi menggunakan
SLD dari yang diformulasikan. Sabun cair bentonit yang telah selesai
diformulasikan dan dioptimasi tersebut telah memenuhi standar SNI 2588:2017
yang sudah ditetapkan dan dapat digunakan sebagai alternatif baru untuk penyuci
najis mughallazah.
Penelitian yang dilakukan oleh Bakhri dkk (2021) memiliki tujuan untuk
menghasilkan dan menentukan produk sabun cair yang berfungsi sebagai
pelembab kulit dan dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Pada penelitian ini
digunakan tiga formula, yang dimana formula pertama (F1) dibuat dari 300 g
minyak kelapa dan 100 g KOH dengan penambahan 200 g minyak zaitun.
14
Formula 2 (F2) dibuat dari 300 g minyak kelapa dan 100 g KOH dengan
penambahan 150 g minyak zaitun. Formula ketiga (F3) dibuat dari 300 g minyak
kelapa dan 100 g KOH saja.
Proses fabrikasi dari sabun cair dilakukan secara eksperimental dengan
menggunakan metode proses panas. Sabun cair dianalisis uji organoleptik berupa
busa dan kelembaban kulit dengan menggunakan metode observasi analitik dan
kuesioner yang melibatkan sepuluh koresponden. Sabun cair juga dianalisis untuk
penghambatan pertumbuhan mikroba menggunakan Staphylococcus aureus. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak zaitun tidak mempengaruhi
busa sabun yang dihasilkan, dapat melembabkan kulit, dan tidak mempengaruhi
penghambatan pertumbuhan bakteri. Penambahan minyak zaitun juga dapat
meningkatkan kelembapan kulit pada sabun cair berbahan baku kelapa. Semakin
banyak kandungan minyak zaitun pada suatu sabun cair, maka semakin baik
kemampuannya dalam melembapkan kulit (Bakhri dkk, 2021).
Penelitian tentang sabun cair yang terakhir dilakukan oleh Widyasanti dan
Ramadha (2018) yang bertujuan untuk membuat sabun mandi cair, mencari
jumlah imbangan aquadest yang terbaik dalam pembuatan sabun mandi cair.
Tujuan lainnya dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan mutu
sabun mandi cair yang dihasilkan terhadap karakteristik dari sabun mandi cair.
Metode penelitian tersebut menggunakan metode eksperimental desain
laboratorium dengan analisis deskriptif dengan pembuatan sabun metode panas.
Perlakuan pada penelitian ini dengan perbedaan imbangan aquadest yang
diberikan untuk pembuatan sabun mandi cair berbahan minyak kelapa murni yaitu
sampel A, sabun mandi cair dengan imbangan aquadest : pasta sabun (1:1),
sampel B, sabun mandi cair dengan imbangan aquadest : pasta sabun (2:1), dan
sampel C, sabun mandi cair dengan imbangan aquadest : pasta sabun (3:1) dari
200 gram basis sabun. Pengamatan pada sabun mandi cair antara lain sifat fisik
sabun, sifat kimia sabun, dan uji organoleptik berupa warna, aroma, kekentalan,
busa, dan kuesioner. Perbedaan formulasi sabun, proses pengadukan bahan,
pencampuran bahan, suhu dan waktu juga mempengaruhi mutu pada proses
pembuatan dari sabun cair. Hasil analisis menunjukan bahwa semua formula
15
sabun mandi cair telah memenuhi persyaratan berdasarkan standar SNI sabun
mandi cair 06-4085-1996.
Formula sabun mandi cair dengan perlakuan sampel C merupakan produk
terbaik secara keseluruhan. Hasil analisis sabun mandi cair pada perlakuan sampel
C adalah bobot jenis 1,055, kadar alkali bebas 0,0073 %, nilai pH 9,07, lempeng
total 1× 104 koloni/g, nilai viskositas 3400 cPs, dan stabilitas busa sabun 27,66%.
Proses dalam pembuatan sabun mandi cair dengan minyak kelapa murni dan
imbangan aquadest yang terbaik dapat dikembangkan dan diaplikasikan pada
skala rumah tangga sampai dengan industri dari hasil penelitian tersebut.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
16
17
Anwarudin, W., dan Riandini, R. 2021. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat
dari Ekstrak Etanol Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas Linn.) sebagai
Antioksidan. HERBAPHARMA: Journal of Herb Farmacological. Vol.
3(1): 27-32.
Astuti, E., Wulandari, F., & Hartati, A. T. 2021. Pembuatan Sabun Padat Dari
Minyak Kelapa Dengan Penambahan Aloe Vera Sebagai Antiseptik
Menggunakan Metode Cold Process. Jurnal Konversi, Vol. 10(2): 7-12.
Azme, S. N. K., Yusoff, N. S. I. M., Chin, L. Y., Mohd, Y., Hamid, R. D., Jalil, M.
N., Zaki, H. M., Saleh, S. H., Ahmat, N., Manan, M. A. F. A., Yury, N.,
Hum, N. N. F., Latif, F. A., dan Zain, Z. M. 2023. Recycling Waste
Cooking Oil Into Soap: Knowledge Transfer Through Community Service
Learning. Cleaner Waste Systems. Vol. 4(1): 100084.
Bai, Y., Zhai, Y., Ji, C., Zhang, T., Chen, W., Shen, X., dan Hong, J. 2021.
Environmental Sustainability Challenges of China’s Edible Vegetable Oil
Industry: From Farm to Factory. Resources, Conservation and Recycling,
Vol.1 (1): 170.
Bakhri, S., Amirullah., dan Kasim, M. R. 2021. Pembuatan Sabun Cair Berbasis
Minyak Kelapa dengan Penambahan Minyak Zaitun untuk Menghambat
Pertumbuhan Bakteri. JTIP Indonesia. Vol. 14(1): 34-48.
Chanakaewsomboon, I., Tongurai, C., Photaworn, S., Kungsanant, S., dan
Nikhom, R. 2020. Investigation of Saponification Mechanisms in
Biodiesel Production: Microscopic Visualization of The Effects Of FFA,
Water and The Amount of Alkaline Catalyst. Journal of Environmental
Chemical Engineering. Vol. 8(2): 103538.
Fatimah, S., Marfu'ah, U. N., & Kiswandono, A. A. 2021. Formula Sabun Susu
Sapi dengan Penambahan Ekstrak Daun Cengkeh. Analit: Analytical and
Environmental Chemistry. Vol. 6(1): 56-65.
Hajar, E. W. I., & Mufidah, S. 2016. Penurunan asam lemak bebas pada minyak
goreng bekas menggunakan ampas tebu untuk pembuatan sabun. Jurnal
Integrasi Proses. Vol. 6(2): 22-27.
Juliansyah, R., dan Firawati, F. 2020. Optimasi konsentrasi sukrosa terhadap
transparansi dan sifat fisik sabun padat transparan minyak atsiri sereh
wangi (Cymbopogon citratus L.). Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia.
Vol. 6(2): 91-96.
Nurrosyidah, I. H., Asri, M., dan Alfian, F. M. 2019. Uji Stabilitas Fisik Sediaan
Sabun Padat Ekstrak Rimpang Temugiring (Curcuma heyneana Valeton &
Zijp). PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal
of Indonesia). Vol. 16(2): 209-215.
Prabowo, A. 2017. Pembuatan Sabun Transparan dari Minyak Kelapa dengan
Penambahan Ekstrak Buah Mengkudu Menggunakan Metode
Saponifikasi NaOH. [SKRIPSI]. Surabaya (IDN). Institut Sepuluh
Nopember.
Pratama, C. M., Desmayanti, A., Marchaban., dan Rohman, A. 2020.
Optimization of Liquid Soap Containing Bentonite and Combination
of Corn Oil and Virgin Coconut Oil For Cleansing Najis Mughalladzah.
Journal of Food and Pharmaceutical Sciences. Vol. 8(1): 184-192
Rusli, N. 2016. Formulasi Sediaan Sabun Padat Minyak Nilam
(Pogostemoncablin benth). Warta Farmasi. Vol. 5(2): 30-36.
Sari, S. A., Firdaus, M., Fadilla, N. A., dan Irsanti, R. 2019. Studi Pembuatan
Sabun Cair dari Daging Buah Pepaya (Analisis Pengaruh Kadar Kalium
Hidroksida terhadap Kualitas Sabun). In Talenta Conference Series:
Science and Technology (ST). Vol. 2(1): 60-65.
Standar Nasional Indonesia (4085). 2017. Standar Mutu Sabun Cair. (Online).
https://akses-sni.bsn.go.id/sni. (Diakses pada tanggal 27 Maret 2023).
Sukeksi, L., Sianturi, M., & Setiawan, L. 2018. Pembuatan sabun transparan
berbasis minyak kelapa dengan penambahan ekstrak buah mengkudu
(Morinda citrifolia) sebagai bahan antioksidan. Jurnal Teknik Kimia USU.
Vol. 7(2): 33-39.
Vidal, N. P., Adigun, O. A., Pham, T. H., Mumtaz, A., Manful, C., Callahan, G.,
Stewart, P., Keough, D., dan Thomas, R. H. 2018. The Effect of Cold
Saponification on the Unsaponified Fatty Acid Composition and Sensory
Perception of Commercial Natural Herbal Soaps. Journal of Chemistry.
Vol. 23(9): 1-20.
Wahyuni, S., & Dhora, A. 2019. Saponifikasi-Netralisasi Asam Oleat Minyak
Sawit menjadi Foaming Agent Ramah Lingkungan. Jurnal Teknologi
Industri Pertanian. Vol. 29(3): 317-326.
Wang, M., Huang, X. Wei, Xia, C., Feng, Z. Yu, Xu, Y., Meng, D. Liang, dan
Peng, X. Lin. 2023. Efficient Preparation of Magnesium Bicarbonate From
Magnesium Sulfate Solution and Saponification-Extraction for Rare Earth
Separation. Transactions of Nonferrous Metals Society of China (English
Edition). Vol. 33(2): 584–595.
Wen, C., Shen, M., Liu, G., Liu, X., Liang, L., Li, Y., Zhang, J., dan Xu, X. 2023.
Edible Vegetable Oils From Oil Crops: Preparation, Refining, Authenticity
Identification and Application. Process Biochemistry. Vol. 124(1): 168–
179.
Widyasanti, A., dan Ramadha, C. A. 2018. Pengaruh Imbangan Aquadest dalam
Pembuatan Sabun Mandi Cair Berbahan Virgin Coconut Oil (VCO).
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. Vol. 2(1): 35-50.
Zahro, F. 2021. Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak Bunga
Lawang (Illicium Verum L.) dengan Basis Minyak Zaitun (Olive Oil).
[DISERTASI]. Malang (IDN). Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
Zeng, Z., Zhang, B., Zhan, Y., Huo, J., Shi, Y., Li, X., Zhe, W., Li, B., Zhang, Y.,
dan Yang, Q. 2023. Method Comparison of Sample Pretreatment and
Discovery of Differential Compositions of Natural Flavors and Fragrances
For Quality Analysis by Using Chemometric Tools. Journal of
Chromatography B. Vol. 1(1):123690.
LAMPIRAN CEK PLAGIARISME