Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA LINGKUNGAN
MATERI

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

Disusun oleh:
Nama : Rayhan Maulana Yudhanegare

NIM : 215100901111012

Kelompok : Y3

Asisten :

Abelvia Pramervary Fahildha Zulfa

Faiz Abdillah Vianto Janggul Laili Anisa

Mohammad Rafi Akbar Muhammad Pandu A P

Muhammad Sholeh Al G Nur Azizah Soraya L

Rahma Khusniawati Rinanti Putri Rahmawati

Santa Gabriell Br B Wafi Mumtaz Malik

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang ditunjukan oleh angka
pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, maka semakin meningkat pula permintaan
suatu barang untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu barang untuk kebutuhan sehari-
hari yang cukup penting adalah produk perawatan kulit berupa sabun mandi. Sabun
memiliki berbagai macam bentuk diantaranya dalam bentuk batang dan cair.
Sabun merupakan campuran dari senyawa natrium dengan asam lemak yang
digunakan sebagai bahan pembersih tubuh berbentuk padat, busa, dan dengan atau
tanpa zat tambahan lain. Sabun dapat dibuat dengan proses saponifikasi. Proses
saponifikasi minyak akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol. Saponifikasi dapat
dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun
dan air. Pemilihan jenis asam lemak menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan,
karena setiap jenis asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun.

1.2 Tujuan
a) Mahasiswa mampu mengetahui proses saponifikasi suatu lemak dengan
menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida
b) Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan sifat sabun dan detergen dalam mengikat
lemak
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Saponifikasi


Saponifikasi adalah suatu reaksi hidrolisis untuk memisahkan asam lemak bebas dari
minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi
lainnya sehingga membentuk sabun. Terdapat dua cara pembuatan sabun, yaitu proses
saponifikasi dan proses penetralan (Pratiwi et al, 2018).
Asam lemak dari minyak nabati ataupun minyak hewani dapat diolah menjadi sabun
melalui proses saponifikasi, yaitu proses hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Saponifikasi mereaksi hidrolisis asam lemak dengan alkali atau biasanya menggunakan NaOH
atau KOH. NaOH dapat digunakan untuk membuat sabun padat dan KOH dapat digunakan
untuk membuat sabun cair (Aziza et al, 2021).
2.2 Prinsip Dasar Proses Saponifikasi
Hasil dari proses saponifikasi pada sabun berasal dari lemak hewan dan dari minyak.
Prinsip dalam proses saponifikasi yaitu dengan terhidrolisisnya lemak atau minyak oleh larutan
alkali/basa sehingga menghasilkan gliserol dan sabun. Lalu larutan alkali akan memutus
ikatan pada minyak dan terbentuk sabun dan gliserol dalam prosesnya (Aziza et al, 2021).
Kemudian proses pencampuran antara minyak dengan alkali akan membentuk cairan
yang kental atau dapat disebut trace. Lalu ditambahkan garam NaCl untuk memisahkan
produk sabun dan gliserol tersebut (Suarsa, 2018).
2.3 Perbedaan Sabun Kalium, Sabun Natrium, dan Detergen Baik Secara Struktur
Maupun Sifatnya
Sabun Kalium (ROOCK) atau bisa disebut sebagai sabun lunak. Hal ini karena sabun
kalium berwujud cair dan mengandung KOH yang mudah terlarut dalam air. Sabun kalium
biasanya digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian, sabun cuci piring, dll. Sabun
kalium berstruktur C17H35-C-K(O)-O (Suarsa, 2018).
Sabun natrium (RCOONa) atau bisa disebut sebagai sabun keras atau padat. Hal ini
karena sabun natrium berwujud padat keras dan terbuat dari bahan dasar alkali NaOH. Sabun
natrium biasanya dapat digunakan untuk industri logam, sabun cuci, dll. Yang membedakan
sabun natrium dan sabun kalium adalah sabun natrium tidak mudah larut didalam air
sedangkan sabun kalium mudah larut didalam air (Zulkifli, 2014).
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan yang terbuat dari bahan-bahan sintetis. Detergen memiliki struktur molekul
R=CH3(CH2)16. Zat penyusun dari deterjen adalah, surfaktan sebagai zat aktif, pembangun,
pewarna, pemutih, dan pewangi (Suarsa, 2018).
2.4 Metode Pengujian Sifat Sabun
Sabun dapat dibuat dengan dua cara, yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi
minyak. Proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol,
sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi
karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena
reaksi asam lemak bebas dengan alkali. Untuk membuat sabun harus membutuhkan 2
komponen utama yakni, asam lemak dan alkali. Asam lemak merupakan komponen utama
penyusun lemak dan minyak, sehingga pemilihan jenis minyak yang akan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan sabun merupakan hal yang sangat penting (Widyasanti et al., 2016).
Sabun yang sudah dihasilkan sebelum di perjual belikan perlu dilakukan
serangkaian pengujian sifat fisik dan kimia yang meliputi transparansi, pH, kadar air,
dan kestabilan busa. Dalam menganalisa sebuah produk sabun transparan yang
dihasilkan meliputi pengukuran kadar air, kadar alkali bebas yang dihitung sebagai
NaOH. Kadar air pada sabun padat sangat di pengaruhi oleh banyaknya air yang
digunakan pada proses pembuatan sabun. Lalu untuk menguji tingkat pH dari sabun
yang sudah dibuat dapat menggunakan pH meter. Standar nilai pH untuk sabun mandi
adalah sekitar 9-11. Kemudian, uji kemampuan busa sabun dapat dilakukan dengan air
suling dan aquades yang dilarutkan dengan 1 gram sampel lalu diukur tinggi busa yang
telah terbentuk. Kriteria stabilitas busa yang baik yaitu, apabila diperoleh kisaran
stabilitas busa dengan tinggi lebih dari 9,5 cm (Rusli et al., 2019).
2.5 Aplikasi di Bidang Teknik Lingkungan
Pemanfaatan kembali barang yang telah dipakai atau yang biasa disebut rcycle
sudah seharusnya menjadi kewajiban agar lingkungan tetap terjaga kebersihannya dan
tidak menambah penumpukan sampah. Ada beberapa contoh pemanfaatan limbah atau
sisa-sisa sampah yang dapat dimanfaatkan kembali, yaitu limbah lumpur minyak kelapa
sawit (sludge oil) yang bisa disaponifikasi menjadi sabun. Saponifikasi dilakukan
dengan menggunakan abu sabut kelapa sebagai sumber basa yang bertujuan untuk
menentukakn rasio abu dan waktu pendadukan optimum. Sabun yang dihasilkan dari
proses saponifikasi dari lumpur minyak kelapa sawit ini memilki karakteristik yang
sesuai dengan syarat mutu sabun cuci dan tentunya ramah lingkungan (Salendra et al.,
2018).
Selain pemanfaatan limbah lumpur minyak kelapa sawit, juga ada contoh
lainnya itu pembuatan sabun cuci tangan dengan proses saponifikasi dari limbah
minyak jelantah yang menggunakan arang aktif. Proses dilakukan dengan
menghancurkan arang kayu, dan membuat larutan KOH dengan konsentrasi 30%.
Kemudian memanaskan minyak jelantah dan menambahkan arang aktif sebagai
adsorben. Setelah pembuatan sabun cuci tangan, perlu dilakukan pengujian sampel
dan uji iritasi. Sabun cuci tangan yang dibuat dari limbah minyak jelantah ini telah teruji
dapat membunuh bakteri dan memiliki kelarutan yang lebih cair, wangi, dan tidak
menimbulkan iritasi pada kulit (Bakhri et al., 2021).
DAFTAR PUSTAKA

Aziza, Z. N., Uliyah, Andi, N. Y., dkk. 2021. Proses Saponifikasi Minyak Jelantah dan Sisik
Ikan Untuk Produksi Sabun Cair Penghilang Luka. Jurnal Sosial dan Teknologi, 1(9).
Bakhri, S., Mahdang, A. F., dan Kaseng, A. A. 2021. Pembuatan Hand Soap Dengan Proses
Saponifikasi Dengan Pemurnian Minyak Jelantah Menggunakan Arang Aktif. Jurnal
Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, 16(2):1-9.
Pratiwi, I., Pardi, dan M. Yunus. 2018. Pemisahan Asam Laurat dari Virgin Coconut Oil (VCO)
dengan Metode Saponifikasi dan Sonikasi. Jurnal Nasional Politeknik Negeri
Lhokseumawe, 2(1).
Rusli, N., Nurhikma, E., dan Sari, E. P. 2019. Formulasi Sediaan Sabun Padat Ekstrak Daun
Lamun (Thalassia hemprichii). Jurnal Warta Farmasi, 8(2):53-62.
Salendra, A., Alimuddin, A. H., dan Rahmalia, W. 2018. Saponifikasi Asam Lemak Dari
Lumpur Minyak Kelapa Sawit (Sludge oil) Menggunakan Basa Abu Sabut Kelapa.
Jurnal Kimia Khatulistiwa, 7(2):8-17.
Suarsa, I. W. 2018. Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika
Kimia. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana.
Widyasanti, A., Farddani, C. L., dan Rohdiana, D. 2016. Pembuatan Sabun Padat Transparan
Menggunakan Minyak Kelapa Sawit (Palm oil) dengan Penambahan Bahan Aktif
Ekstrak Teh Putih (Camellia sinensis). Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 5(3):126.
Zulkifli, M., dan Estiasih, T. 2014. Sabun Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit. Jurnal
Pangan dan Agroindustri 2(4):170-177.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai