Anda di halaman 1dari 4

2.7.

Pemanfaatan Sabun
Sabun yang terdiri atas senyawa natrium dan asam lemak yang secara
umum digunakan sebagai agen atau bahan pembersih. Terdapat berbagai jenis
sabun baik padat, cair dan juga busa yang memiliki kegunaan serta manfaatnya
sendiri. Selain itu, dalam pembuatannya berdasarkan bentuk ini bergantung pada
komponen yang menjadi bahan baku pembuatannya. Sabun padat dibuat dengan
mereaksikan asam lemak dan NaOH, sedangkan sabun cair adalah hasil reaksi
asam lemak dan KOH (Widiastuti dan Maryam, 2022). Pemanfaatan kedua jenis
sabun ini cukup luas, baik dalam menjaga kebersihan tubuh dan juga perabotan
rumah tangga.
Salah satu jenis sabun padat yang merupakan produk hasil inovasi ialah
sabun padat transparan. Keunggulan dari jenis sabun ini ialah busa yang
dihasilkan lebih halus jika dibandingkan dengan sabun opaque sabun yang tidak
transparan. Hal yang mempengaruhi ialah faktor kandungannya, yaitu berupa
alkohol, gula dan gliserin, dimana ketiga kandungam ini yang perlu diperhatikan
ialah kualitasnya. Gliserin dapat memberikan kelembaban pada kulit manusia dan
memberikan fase gel pada sabun. Secara umum, sabun jenis ini memberikan
banyak manfaat baik pada kulit manusia. Manfaat tersebut diantaranya
membersihkan tubuh dan juga mampu merawat kulit, melembabkan kulit,
menjaga radikal bebas yang merusak kulit, serta mencegah penuaan dini pada
kulit (Ramadian dkk, 2019).
Sabun jenis lainnya ialah sabun cair, dimana pada sabun ini memiliki
konsistensi yang lebih rendah dibandingkan sabun padat. Sabun cair sangat luas
penggunaannya, baik sebagai sabun mandi maupun sabun cuci piring.
Penggunaan sabun cair yang paling luas sehingga diklasifikasikan sebagai
kebutuhan primer manusia. Urgensi dari penggunaan sabun ialah mencuci anggota
tubuh, salah satunya ialah tangan. Hal ini disebabkan oleh peran tangan yang
menjadi perantara kuman dengan makanan yang kontak langsung dengan berbagai
hal. Berbagai infeksi dapat dicegah dengan adanya gerakan mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir. Penyakit tersebut diantaranya infeksi saluran
pernafasan, diare, dan infeksi cacing. Penyakit tersebut dapat ditransfer maupun
diterima melalui jalur focal-oral yang dapat terjadi melalui kontak langsung
maupun tidak langsung melalui telapak tangan manusia yang masih belum bersih
sempurna.

2.8. Penelitian Terkait


Penelitian yang dibahas dalam poin ini berisikan penelitian-penelitian
terdahulu yang memiliki keterikatan dengan percobaan yang dilakukan.
Widyasanti dkk, (2019) melakukan penelitian mengenai pembuatan sabun cair
dengan bahan baku utama minyak kelapa dan ekstrak teh putih. Minyak kelapa
dan KOH menjadi variable tetap pada penelitian ini, sedangkan ekstrak teh putih
menjadi variabel bebasnya. Hal yang diamati adalah pengaruh dari variasi
konsentrasi ekstrak teh putih terhadap mutu sabun cair dengan menggunakan
metode eksperimental laboratorium dan analisis korelasi -regresi serta analisis
deskriptif.
Pembuatan sabun cair terbagi menjadi tiga tahapan utama yaitu persiapan
bahan baku sabun, pembuatan ekstrak teh putih dan pembuatan sabun dengan
penambahan ekstrak teh putih. Persiapan bahan baku yaitu membuat larutan KOH
dengan konsentrasi 30% b/v. Pembuatan ekstrak teh putih dengan metode UAE,
digunakan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:100 (b/v) dengan
Ultrasound Processor selama 30 menit, amplitudo 100%, frekuensi 20 kHz, dan
500 W. Lalu pada proses pembuatan sabun dengan penambahan ekstrak
menggunakan metode hot process. Minyak kelapa dipanaskan lalu dimasukkan
KOH sambal diaduk pada slowcooker hingga homogen. Selanjutnya diiringi
dengan penambahan aquades, gliserin dan PG, tetapi saat memasukkan Coco
DEA dan ekstrak teh putih suhu harus diturunkan. Sabun yang dihasilkan
didiamkan terlebih dahulu selama 24 jam.
Hasil yang diperoleh berupa rendemen semakin meningkat seiring dengan
peningkatan ekstrak teh putih yang digunakan. Sedangkan bila ditinjau dari nilai
pH yang paling rendah adalah pada sampel A (ekstrak 0%),B (ekstrak 1,5%) dan
C (ekstrak 3%) senilai 9,21± 0,102. Sedangkan nilai pH sampel D (ekstrak 4,5%)
dan sampel E (ekstrak 6%) sedikit meningkat. Hal ini dikarenakan adanya
penambahan senyawa alkanoid dalam teh putih yang merupakan senyawa organik
serta bersifat alkali. Hal yang dapat diambil dari penelitian ini adalah mencari
substitusi bahan alternatif yang mampu meningkatkan mutu sabun agar dapat
memenuhi standar SNI sabun mandi cair yang ditetapkan. Penelitian Aisyah
(2020) yang mengkaji tentang pengaruh penambahan ekstrak kulit buah manggis
terhadap kualitas sabun transparan. Variasi konsentrasi ekstrak kulit manggis ialah
0,1%, 0,15%, 0,2%, 0,3%. Sedangkan variabel terikat meliputi aroma, warna,
tekstur, daya buih dan pH. Bahan utama yang digunakan ialah minyak kelapa
sawit, minyak jarak 10g, asam stearat, etanol 96%, gliserin, asam sitrat, NaOH
30%, betain dan aquades.
Preparasi ekstrak kulit manggis diekstrak dengan etanol 96% dengan
perbandingan 1:9 selama 72 jam, lalu disaring sebanyak tiga kali dilanjutkan
dengan penguapan untuk memperoleh ekstrak kental. Kondisi operasi yang
digunakan pada pencampuran dan pemanasan ialah 70-80oC, sedangkan saat
penambahan ekstrak dan pewangi yaitu 40oC. Bila ditinjau secara organoleptik
meningkatkan kandungan ekstrak kulit manggis yang diguanakan meningkatkan
warna coklat pekat dan aroma kulit manggis pada sabun. Ciri lainnya beraroma
minyak dan ekstrak buah manggis, tekstur lunak dan berminyak, dan daya buih
yang dihasilkan sedikit berbusa. Selain itu, nilai pH yang diperoleh semakin tinggi
seiring penambahan ekstrak dan waktu penyimpanan sabun. Nilai pH yang
diperoleh sekitar 8,1, penambahan ekstrak kulit buah manggis tidak merubah pH
sabun berada di luar kisaran pH sesuai SNI sabun mandi cair (Aisyah, 2020).
Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan kulit manggis
sebagai ekstrak dalam produksi sabun padat sangat potensial, karena ditandai
dengan pH sabun yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ada. Selain itu, kulit
manggis juga dijadikan sebagai ekstrak dalam pembuatan sabun lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Maharani, dkk (2022) yang membuat inovasi dari
sabun dasar menjadi kertas organik. Penelitian ini meyakini bahwa kulit manggis
mengandung zat antibakteri seperti xanthon, tanin, dan flavonoid yang 95%
efektif menghambat pertumbuhan bakteri. Metode yang digunakan adalah proses
saponifikasi dimana danya reaksi antara minyak dan basa serta penambahan kulit
manggis. Variabel bebas yang digunakan ialah jumlah basa senilai 15 mL, 20 mL,
dan 30 mL.
Selain itu, yang menjadi variabel bebasnya ialah waktu pengadukan yaotu
20 menit, 25 menit, dan 30 menit. Hasil yang diperoleh untuk memperoleh data
tersebut dilakukan menggunakan uji alat ukur, kertas pH, dan uji hedonik yang
dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada beberapa responden. Sedangkan
dalam hasil yang diperoleh jika ditinjau dari nilai pH nya meningkat seiring
dengan penambahan KOH yang digunakan. KOH berperan dalam peningkatan pH
sabun.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. 2020. Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Buah Manggis Terhadap


Kualitas Sabun Transparan. Jurnal Tata Rias. Vol. 9(3): 100-108.
Ramadian, D., Hartami, D., Zulhamadi., Rizki, A., dan Amris. 2019. Pelatihan
Pembuatan Sabun Cair dan Sabun Transoaran di Kenangan Pasie Laweh.
Journal of Science and Social Development. Vol. 2(2): 106-109.
Widiastuti, H., dan St. Maryam. 2022. Sabun Organik : Pengenalan, Manfaat dan
Pembuatan Produk. Jurnal Batoboh. Vol. 7(1): 46-55.
Widyasanti, A., Adriyani, T. W., dan S. Rosalinda. 2019. Pembuatan Sabun Cair
Berbahan Baku Minyak Kelapa dengan Berbagai Variasi Konsentrasi
Ekstrak Teh Putih. AGROINTEK. Vol. 13(2): 132-142.

Anda mungkin juga menyukai