METIL ESTER
LABORATORIUM REKAYASA PROSES PRODUK INDUSTRI KIMIA
DISUSUN OLEH
MAHALIA NURHIDAYANTI (03031182025003)
TIARA MAHARANI R. P. (03031182025023)
FIRA KHAIRUNNISA (03031282025047)
KAVIN HANDOKO (03031282025067)
STEVANY VANESYA S.M. (03031282025083)
1
ABSTRAK
Metil ester atau biodiesel merupakan suatu bahan organik yang dapat dijadikan sebagai
bahan bakar alternatif disebabkan oleh sifatnya yang biodegradable dan dapat diperoleh
dari limbah minyak nabati maupun hewani. Bahan yang digunakan serta reaksi yang terjadi
tergolong sederhana, sehingga memiliki potensi yang besar dalam pemanfaatannya.
Percobaan pembuatan biodiesel dari minyak jelantah bertujuan untuk mengkaji prinsip
pembuatan biodiesel, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan biodiesel. Serta
pengaruh nisbah katalis yang digunakan pada proses pemanasan dan pereaksian minyak
jelantah. Tahap yang digunakan dalam percobaan ini ialah transesterifikasi, disebabkan
oleh kadar FFA minyak sudah cukup rendah dan dengan penambahan katalis basa yaitu
KOH. Hasil dari percobaan yang dilakukan akan ditinjau dari persen yield serta densitas
biodiesel yang sesuai. Variasi nisbah katalis yang digunakan ialah 0,6%, 0,8%, 1%, 1,2%
dan 1,4%. Setelah dilakukan pengamatan diperoleh hasil tertinggi persen yield berada pada
nisbah 1% kemudian menurun seiring peningkatannya. Hal ini disebabkan oleh kondisi
yang dicapai sudah mencapai titik optimumnya.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Energi fosil
merupakan salah satu energi yang paling banyak digunakan. Masyarakat Indonesia
sangat menggantungkan kebutuhan energi dari bahan bakar yang berbasis fosil.
Cadangan energi fosil semakin menipis dan akan segera habis dalam jangka waktu
yang tidak panjang dengan berbanding lurus dengan kebutuhan masyarakat.
Penelitian saat ini banyak yang membahas mengenai energi baru dan terbarukan.
Salah satu energi baru yang banyak diteliti adalah biodiesel. Bodiesel merupakan
energi baru yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang diproses dengan metode
esterifikasi dan transesterifikasi yang dibuat untuk mesin diesel.
Bahan bakar nabati (BBN) bioetanol dan biodiesel merupakan dua jenis
energi baru terbarukan sebagai pengganti bensin dan solar. Saat ini pengembangan
bahan bakar nabati yang menggantikan bahan bakar fosil terus dilakukan. Biodiesel
atau metil ester adalah sebuah alternatif untuk bahan bakar diesel berbasis minyak
bumi yang terbuat dari sumber daya terbarukan seperti minyak nabati, lemak
hewan, atau alga. Metil ester memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel
petroleum dan dapat menggantikannya dalam menggunakan saat ini. Diesel
merupakan salah satu jenis bahan yang mungkin untuk menggantikan bahan bakar
fosil sebagai sumber energi utama dunia transportasi. Biodiesel merupakan bahan
bakar terbarukan yang dapat menggantikan solar pada mesin saat ini. Biodiesel juga
dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini.
Biodiesel tendiri dari asam lemak rantai panjang dengan akohol terpasang,
sering berasal dari minyak rabati. Biodiesel dihasikan melalui reaksi minyak nabati
dengan akohol meti atau etil alkohol dengan adanya katalis. Pembuatan metil ester
atau biodiesel yang dilakukan dalam praktikum ini digunakan untuk skala
laboratorium dengan bahan utamanya yakni minyak jelantah. Minyak jelantah
mengandung. Praktikum ini dilakukan guna meningkatkan pengetahuan mengenai
metil ester baik dalam cara dan prinsip pembuatannya, karakteristik, serta faktor
yang dapay mempengaruhi dalam proses pembuatan metil ester.
1
2
3
4
tinggi. Selain itu, biodiesel merupakan energi yang ramah lingkungan, bersifat
biodegradable, dan tidak beracun. Gas buang berupa hidrokarbon dan karbon
monoksida dari biodiesel cenderung lebih rendah dibandingkan dengan solar.
Rantai karbon biodiesel yaitu mono alkil ester sehingga biodiesel lebih mudah
didegradasi oleh bakteri dibandingkan dengan rantai karbon petrodiesel yang
bersifat lebih kompleks dengan ikatan rangkap dan banyak cabang.
Maka dari itu perlu dilakukan proses pemurnian metil ester menjadi
biodiesel. Pada proses pemurnian ini umumnya dilakukan pencucian. Pencucian
adalah proses menghilangkan sisa metanol, sisa katalis, sabun dan gliserol yang
tidak bisa dihilangkan pada proses pemisahaan sebelumnya menggunakan corong
pemisah. Metode yang umum digunakan dalam pemurnian biodiesel adalah water
washing yaitu pencucian menggunakan air. Proses pencucian water washing
dilakukan hingga tiga kali untuk menghilangkan sisa gliserol, metanol yang tidak
bereaksi, katalis dan sabun yang terbentuk selama proses pembentukan metil ester
(Rachmanita dan Safitri, 2019). Biodiesel yang akan dicampur harus sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan karena standar tersebut dapat memastikan bahwa
biodiesel yang dihasilkan dari reaksi pemrosesan bahan baku minyak nabati
sempurna yaitu bebas gliserol, katalis, alkohol, dan asam lemak bebas.
juga dapat membuat krisis ekonomi dalam suatu negara. Krisisnya energi fosil
dapat menyebabkan dampak besar bagi perekonomian negara karena semakin
langka energi fosil harga minyak atau bahan bakar akan melonjak tinggi. Energi
baru dan terbarukan menjadi kunci untuk mengatasi keterbatasan sumber bahan
bakar fosil, salah satunya yaitu pembuatan biodiesel. Pengunaan biodiesel dapat
mengurangi emisi bahan bakar karbon monoksida (CO), hidrokarbon tak terbakar,
dan sulfat (Muhammad dan Susila, 2023). Menipisnya cadangan minyak bumi
membuat kebutuhan akan biodiesel menjadi meningkat.
Pemanfaatan biodiesel dapat memberikan banyak manfaat bagi kehidupan.
Biodiesel dapat megurangi emisi gas rumah kaca karena mengandung oksigen yang
membantu dalam proses pembakaran bahan bakar yang lebih bersih dan
menghasilkan emisi lebih sedikit. Penggunaan bahan bakar fosil secara terus
menerus dapat menimbulkan polusi gas rumah kaca akibat pemabakaran bahan
bakar fosil (Sulistiyawati dkk, 2020). Biodiesel dapat mengurangi ketergantungan
bahan fosil, dimana dunia sekarang masih sangat bergantung terhadap energi fosil.
Biodiesel dapat mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil, karena biodiesel
terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui yaitu minyak sawit, jarak, dan lain-lain.
Pemanfaatan biodiesel juga dapat mengurangi pencemeran udara, karena
menghasilkan emisi yang lebih sedikit daripada bahan bakar lain.
Perkonomian juga berdampak pada pengunaan biodiesel, peningkatan
ekonomi lokal dapat terjadi dikarenakan bahan baku dari biodiesel ini sering berasal
dari sumber daya lokal sehingga dapat memberi manfaat ekonomi yang lebih besar.
Manfaat yang lain yaitu dalam segi limbah yang dihasilkan. Pengolahan bahan baku
dalam pembuatan biodiesel dapat mengurangi jumlah limbah dan bahan buangan
organik lainnya, karena bahan baku tersebut dapat dapat dimanfaatkan menjadi
sumber energi. Pemanfaatan dari biodiesel ini juga mendapat beberapa tantangan
antara lain yaitu biaya produksi yang lebih tinggi, ketersediaan bahan baku, dan
pengaruh terhadap kestabilan harga pangan. Oleh karena itu, diperlukan upaya
untuk meningkatkan teknologi produksi biodiesel itu sendiri dan pengembangan
bahan baku yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Upaya tersebut juga
dapat menopang kebutuhan dunia akan keterbatasan energi fosil.
12
Menurut penelitian Mukmimin dkk (2023), waktu reaksi pada saat produksi
biodiesel dengan perbandingan minyak jelantah dan metanol 1: 5 pada suhu 60°C
dengan katalis NaOH sebanyak 0,6% massa menghasilkan hasil bervariasi. Hasil
rendemen sebanyak 80% diperoleh dengan waktu reaksi 40 menit sementara
rendemen sebesar 79% dan 65% diperoleh dengan watu reaksi 30 dan 45 menit.
Penurunan rendemen juga terjadi secara signifikan pada waktu 45 menit sebesar
65% yang diduga karena penggunaan katalis berlebih yang menyebabkan reaksi
safonifikasi atau pembentukan sabun. Sebagian asam lemak yang membentuk
sabun dengan katalis NaOH mampu menyebabkan nilai metil esternya berkurang.
Bahan dalam proses transesterifikasi dalam peneltian ini diperoleh dari
minyak jelantah yang sudah dipreparasi dan mempunyai kandungan asam lemak
bebas paling rendah. Berdasarkan penelitian tersebut, bilangan asam (%FFA)
terendah diperoleh dari biodiesel dengan bahan baku sampel minyak jelantah
dengan enam kali pemakaian yakni sebesar 0,419%. Hal ini menunjukan bahwa
semakin banyak pemakaian minyak goreng maka kualitasnya akan semakin
menurun karena kandungan asam lemak bebas semakin banyak terbentuk selama
pemakaian. Hasil pengamatan menunjukan seluruh sampel membentuk dua lapisan
yakni lapisan pertama berupa metil ester dan lapisan bawah berupa gliserol. Seluruh
sampel juga memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan standar SNI.
Menurut penelitian, viskositas kinematis sampel meningkat seiring dengan
peningkatan persentase campuran biodiesel. Semua sampel memiliki viskositas
yang sesuai dengan kisaran standar ASTM D6571. Sejalan dengan viskositas
kinetik, densitas sampel B0, B2, B5, B20, B40 dan B100 masing-masing meningkat
dari 0,8080 menjadi 0,8592. Nilai asam terendah sebesar 0,7012 mg KOH/g tercatat
untuk B0 sedangkan tertinggi sebesar 1,8232 mg KOH/g tercatat untuk B100.
Bahan bakar biodiesel dalam campuran yang seiring meningkat akan menyebabkan
nilai asam dari bahan bakar biodiesel-solar campuran meningkat. Dalam hal
performa mesin dengan blended diesel, tingkat emisi 𝐶𝑂2, CO, NO, NOx,
hidrokarbon dan 𝑆𝑂2 dapat berkurang dengan meningkatkan persentase biodiesel.
Emisi tersebut juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain sehingga tingkat
emisi dengan solar campuran juga dipertimbangkan dengan baik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1. Alat
1) Heating mantle
2) Magnetic stirrer
4) Termometer
5) Condenser
6) Pipet hisap
7) Pompa
8) Ember
3.1.2. Bahan
2) Metanol
3) Katalis KOH
15
16
18
19
100
80
60
%YIELD
40
20
0
0,6 0,8 1 1,2 1,4
% KATALIS
Grafik 4.1. Grafik Hubungan Yield Metil Ester dan Jumlah Katalis
0,84
0,835
DENSITAS
0,83
0,825
0,82
0,6 0,8 1 1,2 1,4
% kATALIS
Grafik 4.2. Grafik Hubungan Densitas Metil Ester dan Jumlah Katalis
20
4.3. Pembahasan
Praktikum yang dilakukam kali ini yaitu mengenai pembuatan
biodiesel. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prinsip dan cara kerja dalam
pembuatan biodiesel. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biodiesel pada
praktikum ini adalah minyak jelantah. Minyak jelantah yang digunakan adalah
sebanyak 100 gram. Minyak jelantah dipanaskan didalam labu leher tiga kemudian
ditambahkan campuran katalis dan alkohol untuk direaksikan dan menghasilkan
metil ester. jenis alkohol dan bahan baku yang digunakan berpengaruh ke %yield.
Prinsip pembuatan metil ester dapat dilakukan dengan proses esterifikasi
dan transesterifikasi. Praktikum yang dilakukan adalah pembuatan metil ester
dengan menggunakan proses transesterifikasi. Tahapan proses transesterifikasi ini
melalui beberapa tahapan yaitu proses preparasi bahan baku, proses pengadukan,
pendinginan, pemisahan biodiesel, pencucian, dan evaporasi. Preparasi bahan baku
yaitu dilakukannya pemanasan terhadap minyak jelantah. Tujuan dari pemanasan
minyak jelantah ini untuk mencairkan bahan baku padat.
Proses pengadukan bertujuan untuk menghomogenkan minyak jelantah
yang telah dimasukkan campuran katalis dan alkohol. Proses transesterifikasi dan
esterifikasi memiliki perbedaan penggunaan jenis katalis. Proses esterifikasi
menggunakan jenis katalis asam. praktikum yang dilakukan dengan proses
transesterifikasi ini menggunakan katalis basa yaitu KOH. Menurut Busyairi dkk
(2020), katalis KOH lebih baik dibandingkan NaOH dari segi parameter kadar air,
densitas, viskositas, flash point dan kandungan metil ester. Jenis alkohol yang
digunakan adalah methanol. methanol digunakan karena memiliki rantai karbon
yang pendek. 35,5 gram methanol dihomogenkan dengan 0,8112 gram katalis KOH
lalu dimasukkan kedalam minyak jelantah pada labu leher tiga.
Suhu reaksi yang digunakan selama minyak jelantah dan campuran antara
katalis dan alkohol adalah 60-65°C. suhu reaksi harus dijaga agar tidak lebih dari
65°C dan tidak kurang dari 60°C. Suhu reaksi yang terlalu tinggi dapat menguapkan
methanol sehingga yield yang didapatkan tidak sesuai dan menjadi sedikit
mempercepat laju reaksi. Kecepatan reaksi ini memungkinkan dalam pembentukan
produk lain seperti sapon. Kecepatan pengadukan yang digunakan adalah 450 rpm.
21
Minyak jelantah direaksikan selama 1 jam. Semakin lama waktu reaksi maka hasil
untuk produk biodiesel semakin bagus. Semakin lama proses pengadukan maka
reaksi akan lebih homogen dan yield semakin besar (Rastini dkk, 2022).
Proses pendinginan dilakukan sebelum biodiesel dipisahkan. Selama proses
pendinginan ini kadar methanol dapat berkurang akibat penguapan. Biodiesel
kemudian dipisahkan menggunakan corong pemisah. Lapisan atas yang merupakan
biodiesel diambil kemudian dilakukan pencucian. Proses pencucian dilakukan
untuk menghilangkan kotoran yang terdapat didalam biodiesel. Proses pencucian
dilakukan dengan menggunakan aquadest. Aquadest digunakan karena sifat
kepolarannya. Proses pencucian menggunakan aquadest ini dilakukan dengan suhu
air yaitu 50°C. Pencucian dilakukan berulang hingga aquadest jernih dimana pada
praktikum dilakukan hingga 6 kali pencucian kemudian dievaporasi.
Proses evaporasi dilakukan untuk mengambil produk biodiesel dengan
memisahkannya dari methanol dan air yang masih terkandung didalam biodiesel.
suhu yang digunakan pada proses evaporasi adalah 100°C. Pengukuran densitas
biodiesel dilakukan setelah proses evaporasi. Setelah dilakukan uji densitas,
densitas biodiesl yang didapatkan adalah sebesar 0,9390. Hasil biodiesel yang
didapatkan pada praktikum ini setelah beberapa hari mengalami kekeruhan. produk
biodiesel dilakukan pemanasan ulang dan warnanya kembali jernih.
kekeruhan yang terjadi pada produk biodiesel dapat terjadi karena masih
mengandung air didalamnya. pemanasan dilakukan untuk menghilangkan
kandungan air yang terdapat didalam biodiesel. faktor penyimpanan juga dapat
berpengaruh karena tempat penyimpanan biodiesel yang tidak diperhatikan dapat
menjadikan biodiesel membentuk gel. suhu penyimpanan biodiesel yang terlalu
rendah juga dapat menjadi faktor pembentukan gel pada produk biodiesel.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Jaksen dkk (2020), kondisi terbaik
produk biodiesel ada pada suhu 110°C, katalis 1% dan rasio mol 1:1,5. Semakin
banyak katalis yang digunakan maka yield yang akan diperoleh akan semakin besar
dengan titik optimum sebesar 1%. nisbah katalis yang melebihi titik optimum atau
lebih dari 1% dapat menurunkan %yield yang didapatkan. katalis yang digunakan
pada praktikum ini adalah sebanyak 0,8% dengan 94,2% yield yang didapatkan.
22
Prinsip kerja pembuatan metil ester adalah melalui proses esterifikasi dan
transesterifikasi. Proses esterifikasi merupakan proses reaksi antara asam
karboksilat dan alkohol yang membentuk ester melalui proses konversi asam lemak
bebas yang terkandung di dalam trigliserida menjadi metil ester dan menghasilkan
produk samping berupa air (Suleman dkk, 2019). Sedangkan proses
transesterifikasi merupakan reaksi antara trigliserida dan alkohol rantai pendek
dengan adanya katalis basa. Pada proses transesterifikasi ini dihasilkan produk
samping berupa gliserol. Proses transesterifikasi terdiri dari tiga reaksi reversibel
berturut-turut yaitu trigliserida diubah menjadi digliserida, digliserida menjadi
monogliserida, kemudian monogliserida menjadi gliserol. Pada setiap gliserida
yang bereaksi akan terjadi pembentukan molekul ester (Ramos dkk, 2019).
Pemilihan proses yang digunakan pada pembuatan biodiesel dengan bahan
baku minyak jelantah didasarkan pada parameter kadar Fatty Free Acid (FFA) pada
minyak jelantah. Apabila kadar FFA pada minyak jelantah lebih dari 5% maka perlu
dilakukan proses esterifikasi terlebih dahulu. Proses pengurangan kadar FFA pada
proses esterifikasi adalah mengurangi terjadinya blocking reaksi yang
mengakibatkan reaksi saponifikasi sehingga yield biodiesel yang dihasilkan
menurun. Pada percobaan metil ester yang dilakukan pada laboratorium rekayasa
proses produk industri kimia digunakan minyak jelantah dengan kadar FFA di
bawah 5% sehingga pada percobaan hanya dilakukan proses transesterifikasi.
Proses pembuatan biodiesel dilakukan menggunakan labu leher tiga yang
diletakkan pada hot plate sebagai media reaksi transesterifikasi. Bagian atas leher
labu distilat disusun kondensor untuk mengubah fase metanol yang nantinya dapat
teruapkan agar kembali lagi ke labu distilat. Bagian samping leher labu distilat
ditutup dan salah satu sisinya dipasangkan termometer untuk mengontrol suhu pada
minyak jelantah. Pengontrolan suhu dengan termometer ini perlu dilakukan karena
suhu yang diatur pada hot plate tidak sama dengan panas yang ada pada minyak
jelantah di dalam labu distilat karena terjadi kehilangan panas pada labu.
Minyak jelantah dipanaskan pada labu distilat hingga suhu 60-65oC lalu
ditambahkan metanol dan katalis basa yaitu KOH. Pemilihan reaktan metanol
dikarenakan metanol merupakan alkohol dengan rantai yang pendek sehingga lebih
23
reaktif serta bahan ini mudah didapatkan. Penggunaan katalis KOH perlu dilakukan
untuk mempercepat reaksi transesterifikasi yang terjadi sehingga yield yang
dihasilkan akan maksimal. Proses ini dilakukan selama 1 jam dengan pengontrolan
suhu 60-65oC selama proses. Semakin tinggi suhu maka proses reaksi akan berjalan
semakin cepat. Namun, pada reaksi transesterifikasi digunakan reaktan berupa
metanol yang akan menguap pada 64,5oC sehingga suhu maksimal dijaga pada 65
o
C agar reaktan pada proses tidak berkurang dan akan dihasilkan produk dengan
yield yang tinggi. Selain itu, putaran magnetik stirer dijaga sekitar 2-3 agar tidak
terlalu cepat sehingga dapat menaikkan suhu sistem.
Setelah proses selama 1 jam akan dilakukan pemisahan produk berupa
biodiesel dan gliserol berdasarkan perbedaan massa jenisnya dengan corong
pemisah. Sebelum proses pemisahan tersebut produk didiamkan terlebih dahulu
hingga suhunya stabil serta terjadi penguapan metanol. Ketika gliserol dan biodiesel
berhadil dipisahkan maka proses selanjutnya adalah pencucian biodiesel yang
bertujuan untuk memurnikan biodiesel dengan mengeluarkan kotoran, serta sisa
reaktan dan katalis dari proses yang tidak bereaksi. Proses pencucian ini dilakukan
dengan aquadest 50 oC pada corong pemisah. Penggunaan suhu ini adalah berdasar
pada literatur pembuatan biodiesel yang telah dilakukan, penggunaan aquadest
berkaitan dengan sifat polar aquadest yang mampu melarutkan kotoran sehingga
bisa terpisah dari biodiesel. Proses pencucian ini dilakukan sebanyak 3-4 kali untuk
menghasilkan biodiesel dengan kemurnian yang tinggi dan bebas dari kotoran-
kotoran yang menurunkan kualitas hasil biodiesel.
Proses pemurnian lanjutan perlu dilakukan untuk membuang sisa metanol
yang masih tersisa pada biodiesel. Proses pemurnian ini dilakukan dengan proses
evaporasi. Evaporasi dilakukan pada suhu 100 oC sehingga diharapkan metanol
hingga air yang sekiranya masih tersisa dapat teruapkan dengan maksimal. Proses
evaporasi ini dilakukan selama 15 menit. Setelah proses ini akan diperoleh sejumlah
biodiesel dengan kondisi fisik yang jernih, hal tersebut mengindikasikan bahwa
telah dihasilkan biodiesel yang murni. Biodiesel yang sudah diperoleh dapat
dilanjutkan pengukuran massa jenisnya dengan piknometer. Produk biodiesel yang
sudah diperoleh perlu diperhatikan tempat penyimpanannya.
24
Pembuatan metil ester agar sesuai dari standar yang berlaku harus mengikuti
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam proses pembuatan metil ester.
Faktor-faktor tersebut yang menentukan proses yang digunakan dalam pembuatan
metil proses. Proses tersebut antara lain yaiu transesterifikasi, esterifikas, dan
proses esterifikasi-esterifikasi. Faktor yang mempengaruhi pembuatan dari metil
ester ialah kandungan FFA (Free Fatty Acid). Kandungan FFA inilah yang akan
menentukan proses yang akan digunakan dalam pembuatan metil ester. Kandungan
FFA harus lebih kecil dari 5% apabila ingin menggunakan proses esterifikasi dalam
pembuatan biodiesel. Faktor yang mempengaruhi selanjutnya yaitu reaktan.
Reaktan mempengaruhi pembuatan metil ester karena mempercepat proses reaksi
esterifikasi dan transesterifikasi pada metil ester (Zalfiatri dkk, 2019).
Faktor yang mempengaruhi lainnya yaitu pengaruh air dan asam lemak,
perbandingan atau rasio molar antara alkohol dengan bahan mentah, jenis alkohol,
jumlah katalis, dan temperatur. Penelitian kali ini menggunakan minyak jelantah,
minyak tersebut harus terbebas dari air dikarenakan air dapat bereaksi dengan
katalis sehingga dapat menyebabkan berkurangnya jumah katalis. Jumlah katalis
akan berpengaruh terhadap % yield yang dihasilkan. Semakin tinggi jumlah katalis
maka semakin tinggi % yield dihasilkan sampai dengan batas optimum. Temperatur
saling berhubungan dengan waktu reaksi, semakin tinggi temperatur maka semakin
cepat reaktan akan bereaksi sehingga membentuk produk metil ester.
Jenis alkohol yang digunakan yaitu metanol karena sangat reaktif dan
memiliki titik didih 64,7oC. Faktor lainnya yaitu kecepatan pengadukan dalam
proses reaksi. Semakin cepat pengadukan maka temperatur akan semakin cepat
meningkat sehingga semakin cepat untuk bereaksi. Faktor lainnya yaitu pada proses
evaporasi metil ester dan pencucian. Proses pencucian sangat berpengaruh terhadap
metil ester yang dihasilkan, pencucian yaitu dilakukan untuk membuang sisa zat
pengotor sehingga kualitas metil ester yang dihasilkan baik. Proses evaporasi dalam
penelitian ini dilakukan pada temperatur 100oC dalam 10 menit untuk menguapkan
sisa aquadest pada saat pencucian. Produk yang dihasilkan harus didinginkan
terlebih dahulu apabila langsung disimpan dalam keaadan panas dan tertutup, maka
akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1) Hasil optimum yield yang diperoleh dengan menggunakan katalis KOH
0,8% yaitu 94,2%. Semakin banyak katalis digunakan, maka yield yang
akan diperoleh semakin besar dengan titik optimum 1%, namun akan
menurun jika melebih batas optimum.
2) Prinsip pembuatan metil ester yaitu melalui proses transesterifikasi yang
merupakan reaksi antara trigliserida dan alkohol rantai pendek membentuk
metil ester dan gliserol.
3) Faktor yang mempengaruhi proses pembuatan metil ester ialah kandungan
FFA, reaktan, air dan asam lemak, rasio molar antara alkohol dengan bahan
mentah, jumlah katalis, temperature dan waktu reaksi.
4) Temperatur pada saat proses pemanasan harus dijaga pada rentang 60-65oC,
apabila melampaui temperature tersebut akan menyebabkan adanya
peristiwa saponifikasi.
5) Penggunaan metanol sebagai pelarut didasari karena memiliki titik didih
64,7oC, sangat reaktif, dan termasuk alkohol rantai pendek.
5.2. Saran
1) Proses evaporasi pada temperatur 100oC dalam waktu 10 menit dengan
menggunakan hotplate dilakukan dengan teliti agar kandungan air benar-
benar menguap sehingga tidak menyebabkan kekeruhan pada metil ester.
2) Proses pencucian metil ester dengan menggunakan aquadest harus
dilakukan dengan teliti agar tidak meninggalkan zat pengotor yang tersisa
sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal.
3) Praktikan harus memahami dan mengetahui mengenai prinsip dan cara kerja
pembuatan metil ester yang bertujuan untuk meminimalisir keselahan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ambarriny, Y., dan Alim, I. N. 2020. TA: Kajian Awal Pembuatan Biodiesel dari
Ulat Hongkong (Yellow Mealworm Beetle). [DISERTASI].
Bandung((IDN). Institut Teknologi Nasional Bandung.
Andalia, W., dan Pratiwi, I. 2019. Kinerja Katalis NaOH dan KOH ditinjau dari
Kualitas Produk Biodiesel yang dihasilkan dari Minyak Goreng Bekas.
Jurnal Tekno Global. Vol. 7(2): 66-73.
Busyairi, M., Muttaqin, A. Z., Meicahyanti, I., dan Suryadi. 2020. Potensi Minyak
Jelantah Sebagai Biodiesel dan Pengaruh Katalis Serta Waktu Reaksi
Terhadap Kualitas Biodiesel Melalui Proses Transesterifikasi. Serambi
Engineering. Vol 5(2): 933-940.
Camalia, N., Habibah, U., Taris, G. A., Putri, N. D., Annisa, P., Alfiyani, A., dan
Nurulita, B. 2023. Potensi Campuran Minyak Goreng Sisa dan Minyak
Jarak Pagar sebagai Biodiesel untuk Pembangkit Listrik Biosolar. Sinergi
POLMED: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. Vol. 4(1): 1-7.
Dimawarnita, F., Emha, Z. M. F., Koto, A., dan Faramitha, Y. 2023. Karakteristik
Sifat Fisika Kimia Biodiesel Berbasis Minyak Nabati. WARTA Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Vol. 28(1):15-26.
Hadrah, H., Kasman, M., dan Sari, F. M. 2018. Analisis minyak jelantah sebagai
bahan bakar biodiesel dengan proses transesterifikasi. Jurnal Daur
Lingkungan. Vol. 1(1): 16-21.
Hartono, R., Denny, Y. R. R., Ramdhani, D. S., Assaat, L. D., Priakbar, A. W., dan
Ribawa, W. H. (2023). Pembuatan Biodiesel dengan Reaktor Bersikulasi
Sederhana Menggunakan Katalis. Jurnal Teknologi. Vol. 15(1): 123-132.
Ishaq, M. 2020. Pengaruh Katalis KOH Terhadap Kualitas Biodiesel Minyak
Jelantah. [SKRIPSI]. Makassar : Universitas Bosowa
Jaksen, Mangala, A., Ningsih, A. S., Hilmasari, J., Aliza, S. N., dan Kusari, W. A.
2020. Pengaruh Variasi Suhu, Rasio Mol Reaktan dan Persen Katalis
Terhadap Metil Ester Sulfonat Menggunakan Reaktor Sulfonasi. Jurnal
Kinetika. Vol. 11(1): 18-26.
Kapuji, A. Sjahrul, H., dan Zainul, A. 2021. Proses Pembuatan Biodiesel dari
Minyak Jelantah. Jurnal Chemtech. Vol. 7(1): 1-6.
Latisya, S. 2022. Teknologi Proses untuk Produksi Biodiesel Berbasis Minyak
Kelapa Sawit. WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Vol. 27(2): 78-91.
Miyuranga, K.A.V., Arachchige, U. S. P.R., Thilakarathne, D., Jayasinghe, R.A.,
dan Weerasekara, N. A. 2022. Effects of Physico-Chemical Properties of
the Blended Diesel and Waste Cooking Oil Biodiesel. Asian Journal of
Chemistry. Vol. 24(2): 319-232.
Muhammad, D., dan Susila, W. 2023. Pengaruh Volume Berat Adsorben Daun
Bambu dalam Proses Adsorpsi Terhadap Kualitas Pemurnian Gliserol dari
Hasil Samping Biodiesel Biji Karet (Hevea Brasiliensis). Jurnal Teknik
Mesin, 11(01), 61-70.
Mukminin, A., Megawati, E., Ariyani, D., Warsa, I. K., Monde, J., dan Sapril, S.
2023. Pengaruh Waktu Reaksi Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah
dengan Bantuan Katalis Bassa NaOH terhadap Sifat Fisika dan Kimia
Produk Biodiesel. Journal on Education. Vol. 5(2): 3817-3825.
Nenobahan, M. A., Ledo, M. E., dan Nitsae, M. 2020. Pembuatan Biodiesel Minyak
Jelantah Menggunakan Biokatalis Ekstrak Kasar Lipase dari Biji Kesambi
(Schleichera oleosa L.). Jurnal Saintek Lahan Kering. Vol. 3(1): 20-25.
Oko, S., dan Feri, M. 2019. Pengembangan Katalis CaO dari Cangkang Telur Ayam
dengan Impregnasi KOH dan Aplikasinya terhadap Pembuatan Biodiesel
dari Minyak Jarak. Jurnal Teknologi. Vol. 11(2): 103-110.
Prihanto, A., dan Irawan, T. B. 2018. Pengaruh Temperatur, Konsentrasi Katalis
Dan Rasio Molar Metanol-Minyak Terhadap Yield Biodisel Dari Minyak
Goreng Bekas Melalui Proses Netralisasi-Transesterifikasi. Metana.
Vol.13(1): 30-36.
Rachmanita, R. E., dan Safitri, A. 2020. Pemanfaatan Minyak Biji Alpukat (Persen
Americana Mill) sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel dengan
Pemurnian Water Washing. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 20(2): 88-99.
Ramos, M., Dias, A. P. S., Puna, J. F., Gomes, J., dan Bordado, J. C. 2019. Biodiesel
Production Processes and Sustainable Raw Materials. Energies. Vol.
12(23): 4408.
Rastini, E. K., Jimmy, dan Abdurrahman. 2022. Pembuatan Biodiesel dari Minyak
Kelapa pada Suhu Ruang dengan Variasi Katalis Basa dan Waktu
Pengadukan. Seminar Nasional. ITN Malang, 13 Juli 2022. Hal. 589-595.
Reftalani, M. H. 2019. Minyak Biji Kepayang Dari Proses Pengepresan Sebagai
Bahan Baku Biodiesel. [SKRIPSI]. Palembang (IDN). Politeknik Negri
Sriwijaya.
Santoso, A., Asrori, M. R., Sumari, S., dan Pradana, A. M. 2023. Karakterisasi
Metil Ester Dari Minyak Biji Bunga Matahari dan Minyak Zaitun di Bawah
Katalis KOH. Journal of Engineering Science and Technology (JESTY).
Vol. 1(1): 24-31.
Suherman, S., Sabri, M., Silitonga, A. S., dan Suroso, B. 2022. Pengaruh Perbedaan
Jumlah Katalis terhadap Angka Yield pada Proses Pembuatan Biodiesel dari
Minyak Goreng Sisa Menggunakan Pemanas Double Jacket. Jurnal
Rekayasa Mesin. Vol. 17(1): 113-120.
Suleman, N., Abas., dan Paputungan, M. 2019. Esterifikasi dan Transesterifikasi
Stearin Sawit untuk Pembuatan Biodiesel. Jurnal Teknik. Vol. 17(1): 66-77.
Sulistiyawati, I., Rahayu, N. L., dan Purwitaningrum, F. S. 2020. Produksi
Biolistrik Menggunakan Microbial Fuel Cell (MFC) Lactobacillus
bulgaricus dengan Substrat Limbah Tempe dan Tahu. Majalah Ilmiah
Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal. Vol. 37(2): 112-117.
Supriyanto, S., Ismanto, I., dan Suwito, N. 2019. Zeolit Alam Sebagai Katalis
Pyrolisis Limbah Ban Bekas Menjadi Bahan Bakar Cair. Automotive
Experiences. Vol. 2(1): 15-21.
Zalfiatri, Y., Restuhadi, F., dan Zulhardi, R. 2019. Karakteristik Biodiesel dari
Minyak Jelantah Menggunakan Katalis Abu Gosok dengan Variasi
Penambahan Metanol. Chempublish Journal. Vol. 4(1): 1-8.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
101,4000 gram
= = 0,1147 mol
884,0000 gram/mol
35,5000 gram
= 32,0000 gram/mol = 1,1094 mol
= 0,8360 gr/ml
D.6. Perhitungan Secara Teoritis
(C17H33COO)3C3H5 + 3CH3OH ⇌ 3C17H33COOCH3 + C3H5(OH)3
m 0,1147 mol 1,1094 mol - -
b 0,1147 mol 0,3441 mol 0,3441 mol 0,1147 mol
s - 0,7653 mol 0,3441 mol 0,1131 mol
gram
Massa gliserol = 0,1147 mol x 92,0000 = 10,5524 gram
mol
gram
Massa metil ester = 0,3441 mol x 296,0000 = 101,8536 gram
mol
gram
Massa metanol sisa = 0,7653 mol x 32,0000 = 24,4896 gram
mol
D.7. Perhitungan Secara Praktek
Massa metil ester = 94,2000 gram
mmetil ester praktek 94,2000 gram
Mol metil ester = = 296,0000 gram/mol = 0,3182 mol
Mrmetil ester
94,2000 gram
= 100,0000 gram × 100%
= 94,2%
= 7,5143%
LAMPIRAN B
RANGKAIAN ALAT
Tindakan yang
Identifikasi Penyebab
Bahaya Dibutuhkan
Terhirup dan Tidak menggunakan APD • Untuk pencegahan :
tertelan bahan kimia yang sesuai 1. Segera pindahkan korban
dari area paparan untuk
menghirup udara segar.
2. Jika pernapasan sulit atau
tidak teratur, berikan
oksigen. Jika henti napas
terjadi, mulailah pernapasan
buatan oleh personel terlatih.
3. Jika bahan tertelan, jangan
memaksakan muntah kecuali
diarahkan untuk
melakukannya oleh tenaga
medis
4. Jika diperlukan, segera
bawa ke fasilitas Kesehatan
terdekat.
5. Jauhkan korban dari
paparan bahan kimia.
• Untuk perawatan
1. Memakai APD yang sesuai
seperti masker.
Cedera akibat Adanya tumpahan dari • Untuk pencegahan :
terpeleset bahan kimia di lantai 1. Ketika terdapat tumpahan
bahan kimia, segera
dibersihkan dengan
prosedur yang sesuai.
• Untuk perawatan :
1. Berhati-hati saat
memindahkan bahan kimia
agar tidak tumpah.
Bahan kimia kontak Kurang berhati-hati dalam • Untuk Pencegahan :
dengan mata memindahkan bahan kimia 1. Menggunakan APD sesuai
dari satu tempat ke tempat dengan aturan yang telah
lainnya, sehingga
disediakan.
menimbulkan percikan
yang mengenai mata 2. Berhati-hati ketika
memindahkan bahan kimia
dari suatu tempat ke tempat
lainnya.
• Untuk Perawatan :
1. Mencuci mata dengan air
bersih atau dengan larutan
garam normal selama 15-20
menit sampai tidak ada lagi
bahan kimia yang
menempel.
2. Jika diperlukan, segera
bawa ke fasilitas Kesehatan
terdekat.
Peralatan pecah Penggunaan peralatan yang • Untuk pencegahan :
akibat jatuh tidak hati-hati 1. Gunakan peralatan dengan
hati-hati.
2. Mengetahui cara
penggunaan alat yang baik
dan benar.
• Untuk perawatan :
1. Jika alat yang pecah
terdapat bahan kimia di
dalamnya, gunakan APD
yang sesuai saat
membersihkan.
2. Membersihkan pecahan
dengan hati-hati.
Bahan kimia kontak Tidak menggunakan APD • Untuk Pencegahan :
dengan kulit dan kurang berhati-hati 1. Menggunakan APD
ketika melaksanakan lengkap sesuai aturan yang
praktikum
telah disediakan.
2. Berhati-hati ketika
memindahkan bahan kimia
dari suatu tempat ke
tempat lainnya.
• Untuk Perawatan :
1. Melepas pakaian, aksesoris,
atau sepatu yang terkena
kontaminasi bahan kimia.
2. Mencuci bagian tubuh yang
terkontaminasi
menggunakan air mengalir
selama 15-20 menit.
3. Jika diperlukan, segera
bawa ke fasilitas Kesehatan
terdekat.
Adanya nyala api Adanya kontak bahan • Untuk pencegahan:
timbul dari bahan kimia dengan sumber api 1. Menjauhkan bahan kimia
kimia pada suhu ekstrim mudah terbakar dengan
sumber api.
• Untuk perawatan :
1. Menggunakan alat
pemadam api ringan
(APAR) atau kain basah
untuk memadamkan api.
2. Menutup semua akses
masuknya oksigen untuk
memperlambat api
membesar.
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN