Anda di halaman 1dari 7

Nama : Riham Salsabila Siswoyo

NIM : 2300020048

Kelas : Teknik Kimia B

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah sebagaai Alternatif untuk Mengurangi


Limbah Rumah Tangga dengan Proses Transesterifikasi

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), salah
satunya adalah buah kelapa sawit. Buah kelapa sawit kemudian diolah dan menghasilkan
minyak kelapa sawit atau minyak goreng yang biasa digunakan oleh ibu rumah tangga.
Minyak kelapa sawit mengandung senyawa gliserol dan asam lemak dalam bentuk
trigliserid. Asam lemak pada minyak kelapa sawit terdiri dari asam lemak jenuh dan tak
jenuh.

Adapun dampak dari penggunaan minyak kelapa sawit yang berlebihan akan
menghasilkan limbah minyak jelantah (limbah minyak goreng bekas). Permasalahan
tersebut dapat diatasi dengan cara mengubah minyak jelantah menjadi produk yang dapat
bermanfaat pada kehidupan manusia, seperti biodiesel. Apabila minyak jelantah diolah
dengan tepat dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Szybist (dalam Ahmad et al., 2016)
mengemukakan bahwa biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang diproses melalui
transesterifikasi dengan alkohol yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak
binatang ataupun minyak bekas. Salah satu bahan bakar alternatif pada mesin diesel yang
saat ini mulai digunakan adalah biodiesel karena bahan bakar mesin diesel memiliki
karakterisitik yang sama dengan fosil.

Biodiesel dapat diproduksi dari lemak binatang, gangang, minyak tumbuhan, dan
lain sebagainya. Hambali (dalam Dewi, C. W. A. 2018). mengemukakan bahwa terdapat
beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel, seperti tanaman
jarak, kelapa, dan kelapa sawit karena tanaman tersebut memiliki kandungan minyak yang

1
sangat tinggi dan tersedia dengan jumlah yang cukup melimpah. Lubis (dalam Kapuji et al.,
2021) mengemukakan bahwa minyak goreng dari kelapa sawit lebih banyak disukai
daripada minyak goreng kelapa karena memiliki kelebihan, yaitu kecenderungan asap lebih
rendah dan tingkat perkaratan pada kuali akan lebih sedikit. Bismo (dalam Ahmad et al.,
2016) mengemukakan bahwa biodiesel dapat digunakan dan tidak perlu adanya dimodifikasi
ulang mesin diesel menjadi biodiesel akan memberikan sedikit polusi dari pada bahan bakar
lainnya seperti petroleum.

Minyak goreng banyak digunakan untuk menggoreng makanan secara berulang kali,
bahkan sampai warnanya berubah menjadi coklat tua atau hitam dan akhirnya dibuang.
Pemakaian minyak goreng secara berulang kali memiliki dampak buruk bagi kesehataan
tubuh manusia. Oleh karena itu, kita bisa menggunakan minyak goreng bekas ibu rumah
tangga, pedagang kaki lima, penjual gorengan, dan lainnya sebagai alternatif untuk
pembuatan bodiesel agar minyak goreng bekas tersebut bisa bermanfaat kembali.

Bahan bakar biodiesel termasuk bahan bakar yang ramah lingkungan, selain itu juga
dapat membantu meningkatkan energi dan keamanan negara. Adapun kelemahan dari
penggunaan dari biodiesel sendiri, yaitu karena biodiesel masih banyak diproduksi dari
tanaman pangan (kelapa sawit) yang dapat mengakibatkan mahalnya harga pangan dan
bahkan dapat meningkatkan angka kelaparan yang ada di dunia. Suirta (dalam Dewi, C. W.
A. 2018) mengemukakan bahwa biodiesel dapat dipadukan dengan esterifikasi asam lemak
bebas atau transesterifikasi trigliserida dengan metanol sehingga menghasilkan metil ester.

PEMBAHASAN

Biodiesel yang berasal dari minyak nabati dapat diproduksi melalui proses
transesterifikasi trigliserida dari minyak jelantah. Transesterifikasi merupakan
menggantikan gugus alkohol dari ester dengan alkohol yang lainnya dalam suatu proses
yang mirip dengan hidrolisis. Namun, pada proses transesterifikasi bahan yang digunakan
berbeda dengan hidrolisis, yaitu pada transesterifikasi bahan yang digunakan bukan air
melainkan menggunakan alkohol, sedangkan pada hidrolisis menggunakan air.

2
Pada umumnya katalis yang digunakan pada proses tersebut adalah NaOH atau
KOH. Transesterifikasi merupakan suatu reaksi kesetimbangan untuk mendorong suatu
reaksi agar bergerak ke kanan, sehingga akan dihasilkan biodiesel (metil ester) yang
menggunakan alkohol berlebih. Alkohol yang digunakan pada proses tersebut ialah alkohol
dengan rantai pendek, seperti butanol, metanol, dan etanol. Metanol dan etanol dapat
diproduksi dari bahan nabati, sedangkan etil ester yang dihasilkan etanol lebih sedikit dan
banyak meninggalkan sisa karbon. Oleh karena itu, kita perlu mencari kondisi yang optimal
untuk proses pembuatan biodiesel dari minyak jelantah agar produksi biodiesel yang
dihasilkan lebih efisien dan efektif.

Aziz (dalam Dewi, C. W. A. 2018). mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pada proses reaksi transesterifikasi, yaitu suhu, perbandingan reaksi,
pengadukan, waktu reaksi, dan katalis yang digunakan. Encinar (dalam Wahyudi et al.,
2020) mengemukakan bahwa cara untuk mempercepat jalannya reaksi adalah dengan
menggunakan katalis. Zhang (dalam Efendi et al., 2018) mengemukakan bahwa pada reaksi
biasanya membutuhkan alkohol berlebih, tergantung pada reaksi kimia yang digunakan
untuk transesterifikasi katalis basa dan untuk transesterifikasi katalis asam.

Dewi (2016) & Ahmad (2016) melalukan uji coba transesterifikasi dengan
menggunakan bahan baku minyak jelantah. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada
proses pembuatan biodiesel dengan metode reaksi transesterifikasi sebagai berikut.

1. Minyak jelantah disaring yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran padatan, lalu
untuk menghilangkan uap air pada minyak jelantah dilakukan pemanasan. Setelah
itu, hasil minyak tersebut didinginkan terlebih dahulu.
2. Biodiesel disintesis dengan reaksi transesterifikasi, yaitu dengan menambahkan
alkohol berlebih yang bertujuan untuk mengeser kesetimbangan ke arah produk.
3. Minyak direaksikan dengan asam lemak menggunakan metanol menjadi metil ester
menggunakan katalis basa (NaOH atau KOH).
4. Kemudian katalis memecahkan rantai kimia minyak nabati sehingga rantai ester
minyak nabati akan lepas dan juga ester terlepas, maka alkohol akan bereaksi dan
membentuk sintesis metil ester (biodiesel) dan gliserol sebagai hasil sampelnya.

3
5. Hasil transesterifikasi yang sudah diketahui kadar asam lemaknya dipanaskan pada
suhu 50-60 oC, kemudian direasikan dengan campuran metanol dan juga natrium
hidroksida (NaOH) dimana metanol berfungsi sebagai pereaksi dan natrium
hidroksida sebagai katalisnya.
6. Suhu reaksi dijaga agar tetap konstan pada suhu 50-60 oC agar reaksi dapat
berlangsung secara sempurna.
7. Setelah proses tersebut selesai, kemudian hasil campuran transesterifikasi didiamkan
selama semalam, sehingga akan terbentuk lapisan gliserol dan juga metil ester.
8. Kemudian pisahkan lapisan yang terbentuk, metil ester berada di lapisan atas dan
gliserol berada di lapisan bawah.
9. Metil ester dicuci beberapa kali dengan menggunakan air hangat hingga pH nya
netral, kemudian dianaskan sampai suhu 120oC – 130oC agar sisa air mencuci tadi
hilang sehingga akan mendapatkan biodiesel dengan hasil yang murni.
10. Hasil tersebut diuji densitas, rendemen, dan juga viskositasnya untuk percobaan
biodiesel di laboratorium.
11. Jika ingin mendapatkan hasil yang optimal maka hasil uji coba biodiesel diujikan
pada mesin diesel.

Secara umum tidak terjadi perubahan signifikan pada mesin diesel yang memakai
campuran bahan bakar biodiesel dari minyak jelantah dan juga solar jika dibandingkan
dengan pemakaian solar murni. Biodiesel dari minyak jelantah dapat disintesis tanpa melalui
proses esterifikasi dengan FFA 3,8%.

PENUTUP

Pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel merupakan cara terbaik yang dapat
dilakukan untuk mengurangi limbah minyak jelantah yang ada di Indonesia. Dari hasil
pembuatan biodiesel dari bahan baku minyak jelantah dengan proses transesterifikasi dapat
disimpulkan bahwa minyak jelantah dapat dapat bermanfaat jika diolah dengan baik dan
tepat, yaitu akan menghasilkan produk yang bisa digunakan oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, masih perlu dilakukan pengujian biodiesel daari minyak
jelantah terhadap performa mesin.

4
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H. S., Bialangi, N., & Salimi, Y. K. (2016). Pengolahan minyak jelantah menjadi
biodiesel. Jambura Journal of Educational Chemistry, 11(2), 204-214.
https://media.neliti.com/media/publications/277643-pengolahan-minyak-jelantah-
menjadi-biodi-796de48d.pdf

Balaka, R., Gunawan, Y., & Widodo, P. (2021). Pengolahan minyak jelantah menjadi bahan
bakar biodiesel dengan pencampuran minyak pirolisis kulit mete. Jurnal Ilmiah
Teknik Mesin,1(13), 45-49. DOI: 10.33772/DJITM.v13i1.21839

Dewi, C. W. A. (2018). Analisis pembuatan biodiesel dari minyak


jelantah. AGROTEKNOSE (Jurnal Teknologi dan Enjiniring Pertanian), 7(2).
http://journal.instiperjogja.ac.id/index.php/ATS/article/view/132

Efendi, R., Faiz, H. A. N., & Firdaus, E. R. (2018, October). Pembuatan biodiesel minyak
jelantah menggunakan metode esterifikasi transesterifikasi berdasarkan jumlah
pemakaian minyak jelantah. In Prosiding Industrial Research Workshop and
National Seminar, 9, 402-409). https://jurnal.polban.ac.id/ojs-
3.1.2/proceeding/article/view/1129/929

Kapuji, A., Hadi, S., & Arifin, Z. (2021). Proses pembuatan biodiesel dari minyak
jelantah. Jurnal Chemtech, 7(1), 1-6. https://e-
jurnal.lppmunsera.org/index.php/Chemtech/article/view/3375

Wahyudi, B., Rizki, T., & Wahyu P, R. (2020). Pembuatan biodiesel dari minyak jelantah

dengan proses esterifikasi dan transesterifikasi. SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA


SOEBARDJO BROTOHARDJONO XVI. 3-bambang wahyudi.pdf upnjatim.ac.id)

5
6
7

Anda mungkin juga menyukai