Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Biodiesel

Biodiesel didefinisikan sebagai monoalkyl ester dari minyak nabati


atau lemak hewani. Biodiesel adalah kandidat terbaik untuk bahan bakar
diesel di mesin diesel. Biodiesel terbakar seperti minyak diesel karena
melibatkan polutan yang diatur. Di sisi lain, biodiesel mungkin memiliki
efisiensi yang lebih baik daripada bensin. Biodiesel juga menunjukkan potensi
besar untuk mesin pengapian kompresi. Bahan bakar solar juga bisa diganti
dengan biodiesel yang terbuat dari minyak nabati. Biodiesel sekarang sebagian
besar diproduksi dari kedelai, lobak, jagung, biji jarak dan minyak sawit.
(Ahyan, 2007)

Campuran biodiesel adalah biodiesel murni yang dicampur dengan


petrodiesel. Campuran biodiesel disebut sebagai BXX. XX menunjukkan
jumlah biodiesel dalam campuran (yaitu, campuran B80 adalah 80% biodiesel
dan 20% petrodiesel). Mayoritas kebutuhan energi dipenuhi oleh sumber
energi konvensional seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam. Bahan
bakar berbasis minyak bumi adalah cadangan terbatas yang terkonsentrasi di
wilayah tertentu di dunia. Sumber-sumber ini di ambang mencapai produksi
puncaknya. Kelangkaan cadangan minyak bumi yang diketahui akan membuat
sumber energi terbarukan lebih menarik.(Ahyan, 2007)

2. Densitas

Densitas atau massa jenis memiliki makna sebagai hubungan dari


massa dengan volume. Benda yang memiliki densitas yang besar akan
memiliki kerapatan massa yang besar. Dengan begitu semakin mampat antar
partikel penyusun benda, maka nilai densitasnya semakin besar untuk benda
yang sama. Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang
memiliki massa jenis lebih rendah. Nilai densitas banyak digunakan untuk
menenttukan jenis suatu materi.(Mohammad Istajarul Alim, Amalia Firdausi &
Departemen, 2017)

3. Visikositas

Viskositas disebut juga dengan tingkat kekentalan suatu zat cair.


Viskositas berasal dari perkataan visceous. Viskositas merupakan ukuran yang
menyatakan kekentalan suatu cairan uji. Kekentalan tak lain adalah sifat cairan
yang sangat erat kaitannya dengan hambatan dari suatu cairan uji dalam
mengalir Hasil pengukuran viskositas dihitung dengan menggunakan
persamaan :(Tissos et al., 2014)

Dengan :

v = kecepatan terminal (m/s)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

r =jari-jari (m)

n =koefisien viskositas (pa.s)

𝜌= massa jenis benda (kg/m3)

4. Jantropha

Tanaman jarak pagar sudah dikenal di tingkat masyarakat luas.


Beberapa nama lokal diberikan untuk tanaman ini, seperti ; jarak budeg, jarak
gundul, jarak Cina (Jawa), baklawah, nawaih (NAD), jarak kosta (Sunda), paku
kare (Timor), peleng kaliki (Bugis), kalelkie paghar (Madura), jarak pager
(Bali), lulumau, paku kase, jarak pagar (Nusa Tenggara), kuman nema (Alor),
jarak kosta, jarak walanda, binalalo, tondo utomene (Sulawesi), ai huwa
kamala, balacai, kadoto (Maluku). Tanaman jarak pagar asli berasal dari
Amerika Tengah kemudian menyebar ke seluruh dunia. Tanaman ini datang ke
Indonesia pada abad 18 oleh pelaut Portugis sehingga variasi yang ada sempit
dengan ekotipe tertentu saja.(Syakir, 2015)

Tanaman jarak pagar menghasilkan bij yang memiliki kandungan


minyak cukup tinggi, yaitu sekitar 30--50%. Minyak yang dihasilkan dari jarak
pagar sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif.
Sebagai perbandingan, bahan baku minyak diesel adalah hidrokarbon yang
mengandung 8--10 atom karbon per molekul. Sementara hidrokarbon yang
terkandung pada minyak jarak pagar adalah 16--18 atom karbon per molekul
sehingga viskositas minyak jarak lebih tinggi (lebih kental) dan daya
pembakarannya sebagai bahan bakar masih rendah. Oleh sebab itu, agar
minyak jarak dapat digunakan sebagai bahan bakar. (biodiesel) maka perlu
dilakukan proses transesterifikasi. Proses transesterifikasi minyak jarak
dilakukan dengan menggunakan alkohol (seperti metanol). Proses ini akan
mengubah trigliserida menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserin.
Transesterifikasi bertujuan untuk menurunkan viskositas minyak jarak dan
meningkatkan daya pembakaran sehingga dapat digunakan sesuai standar
minyak diesel untuk kendaraan bermotor. Biodiesel dapat digunakan, baik
secara murni maupun dicampur dengan petrodiesel tanpa menyebabkan
perubahan pada mesin kendaraan. Penggunaan biodiesel sebagai sumber
energisemakin menuntut untuk direalisasikan karena merupakan salah satu
solusi dalam menghadapi kelangkaan energi fosil pada masa yang akan datang.
(Hambali, dkk., 2007).

5. Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman yang telah dibudidayakan secara


intensif di Indonesia, khususnya dalam pembuatan CPO (crude plam oil)
sebagai bahan dasar pembuatan minyak goreng, sabun di dalam negeri atau
dieskpor. Oleh karena itu, bila ditinjau terhadap kesiapan ketersediaan bahan
baku, maka kelapa sawit merupakan bahan yang paling potensial untuk
dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Minyak sawit memiliki
rantai hidrokarbon panjang yang memungkinkan dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar nabati (biofuel). Komposisi asam lemak dalam minyak sawit yang
paling tinggi adalah asam oleat 55%. Kandungan asam oleat yang tinggi ini
juga menjadi dasar pertimbangan untuk digunakan sebagai bahan baku dalam
penelitian produksi biofuel dari minyak kelapa sawit.(Falatehan & Siswanto,
2019)

Proses yang telah dilakukan untuk menghasilkan biofuel antara lain


thermal cracking yang berlangsung pada suhu dan tekanan yang tinggi
sehingga menyebabkan kebutuhan energi yang besar, sehingga saat ini
dikembangkan proses perengkahan yang berkatalis. Proses tersebut dapat
mengkonversi minyak nabati menjadi bahan bakar alternatif (biofuel).
Hydrocracking adalah proses perengkahan berkatalis dengan mereaksikan
minyak nabati dengan sejumlah gas hidrogen pada keadaan suhu dan tekanan
tertentu. Produk dari metode hydrocracking akan dihasilkan biofuel berupa
alkana cair rantai lurus dari C-15 sampai C-18. Proses hydrocracking ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dari segi kelebihan, proses ini dapat
memberikan konversi yang tinggi, yield ke arah middle distilat juga tinggi,
kualitas alkana yang dihasilkan mepunyai bilangan setana yang tinggi. Dari
segi kelemahan, proses ini memerlukan energi yang cukup besar karena
hydrocracking beroperasi pada suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga
memerlukan peralatan khusus, penentuan kondisi reaksi yang tepat (jenis
katalis, preparasi katalis, suhu, tekanan dan waktu reaksi).(Nugroho et al., 2014)

6. Jagung

Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh gliserol dan


asam-asam lemak. Komposisi trigliserida yang tinggi membuat minyak jagung
juga cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Mengingat hal
tersebut, penelitian ini akan meneliti mengenai penggunaan minyak jagung
pada proses pembuatan biodiesel. Karena komposisi dan karakteristiknya yang
baik, minyak jagung termasuk dalam kelompok minyak berkualitas tinggi.
Mengandung asam lemak esensial dan tokoferol, minyak jagung memiliki
kualitas yang lebih baik daripada minyak nabati lainnya. Komposisi minyak
jagung mencakup asam lemak jenuh dan tidak jenuh seperti palmitoleat
(11,67%), stearat (1,85%), oleat (25,16%), linoleat (60,60%), linolenat (0,48%),
dan arachidic (0,24%). Selain itu, minyak jagung mengandung asam lemak
kaprilat, kaprat, dan miristat. (Suardi, 2019)
Daftar Pustaka
Ahyan, D. (2007). Biodiesel. 111–112.

Falatehan, A. F., & Siswanto, A. D. (2019). Pengembangan Biodiesel Kelapa


Sawit Di Indonesia. Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah, 6(1).
https://doi.org/10.29244/jurnal_mpd.v6i1.24654

Hambali Erliza (2007). Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel Cet 4. Jakarta :
Penebar Swadaya
https://books.google.co.id/books

Mohammad Istajarul Alim, Amalia Firdausi, M. D. N., & Departemen. (2017).


Densitas dan Porositas Batuan. Fisika Laboratorium, January 2017, 1–3.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.21184.89607

Nugroho, A. P. P., Fitriyanto, D., & Roesyadi, A. (2014). PEMBUATAN


BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT MELALUI PROSES
HYDROCRACKING DENGAN KATALIS Ni- C-6-2. Jurnal Teknik Pomits,
3(2), 1–7.

Suardi, S. S. (2019). Analisa Penggunaan Biodiesel Minyak Jagung Sebagai


Campuran Bahan Bakar Alternatif Mesin Diesel. Inovtek Polbeng, 9(2), 280.
https://doi.org/10.35314/ip.v9i2.1041

Syakir, M. (2015). Prospek dan Kendala Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha


curcas L.) Sebagai Bahan Bakar Nabati di Indonesia. Perspektif, 9(2), 55–65.
https://doi.org/10.21082/p.v9n2.2010.

Tissos, N. P., Yulkifli, & Kamus, Z. (2014). Secara Digital Menggunakan Sensor
Efek Hall Ugn3503 Berbasis Arduino Uno328. Jurnal Sainstek Vol. VI No. 1:
71-83 Juni 2014, VI(1), 71–83.

Anda mungkin juga menyukai