Anda di halaman 1dari 10

Setiawan: PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BABI 111

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BABI


Herman Setiawan1), Anita Puspitasari1), Ery Susiany Retnoningtyas2), Antaresti2)
E-mail: a_nita88@live.com

ABSTRAK

Dewasa ini sedang dikembangkan pembuatan biodiesel sebagai bahan kabar aletrnatif guna
mengantisipasi menipisnya cadangan minyak bumi. Salah satu bahan baku untuk memproduksi biodiesel yaitu
lemak babi. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi katalis basa dan suhu reaksi
serta jenis asam yang akan menghasilkan yield biodiesel tertinggi. Terhadap lemak babi mula-mula dilakukan
proses rendering untuk menghasilkan minyak babi, dan juga untuk menghilangkan pengotor dan air yang
terkandung di dalam minyak babi. Kemudian terhadap lemak babi dilakukan proses acid-pretreatment yaitu
proses reaksi dengan katalis asam sebelum digunakan katalis basa dalam reaksi transesterifikasi dengan tujuan
untuk menurunkan kadar Free Fatty Acid (FFA) sampai pada batas yang diijinkan maksimal 0,5 %b/b. Salah
satu komponen yang terdapat pada lemak babi adalah trigliserida yang merupakan suatu ester. Trigliserida ini
sendiri jika direaksikan dengan alkohol akan menghasilkan suatu ester dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan
reaksi transesterifikasi dan ester yang dihasilkan merupakan sebuah mono ester.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah katalis basa yang diperlukan dalam reaksi
transesterifikasi adalah 2 %b/b, dengan yield biodiesel tertinggi yang bisa dicapai sebesar 84,45 %. Suhu yang
digunakan dalam reaksi transesterifikasi untuk menghasilkan yield tertinggi biodiesel adalah 80OC.

Kata kunci: minyak babi, biodiesel, acid-pretreatment, katalis basa, suhu,

PENDAHULUAN a. Bahan bakar biodiesel ramah lingkungan


Dewasa ini persediaan bahan bakar fosil karena menghasilkan emisi yang jauh lebih
seperti: minyak bumi, batubara, dan gas alam baik (free sulphur, smoke number rendah)
sudah semakin menipis. Hal ini disebabkan sesuai dengan isu-isu global dari Kyoto
pemakaian yang berlebihan dan bahan bakar Protocol;
tersebut tidak dapat diperbaharui. Oleh sebab b. Cetane number lebih tinggi (>57) sehingga
itu pengembangan bahan bakar alternatif yang efisiensi pembakaran lebih baik
memenuhi kebutuhan masyarakat sedang dibandingkan dengan minyak diesel;
dikembangkan dengan pesat, salah satunya c. Memiliki sifat pelumasan terhadap piston
adalah biodiesel[1]. mesin dan dapat terurai (biodegradable);
Indonesia kaya akan bahan baku d. Merupakan renewable energy karena terbuat
penghasil biodiesel. Tanaman jarak, kelapa, dan dari minyak nabati yang dapat diperbarui/
kelapa sawit mempunyai kandungan minyak diproduksi secara terus-menerus; dan
yang tinggi, yaitu di atas 1600 liter minyak tiap e. Meningkatkan independensi suplai bahan
hektar tanaman. Ketiga tanaman tersebut sangat bakar karena dapat diproduksi secara lokal[2].
potensial untuk dikembangkan dan digunakan Secara kimiawi biodiesel adalah metil
sebagai bahan baku biodiesel karena memiliki atau etil ester yang diperoleh dari bermacam-
kandungan minyak yang tinggi dan tersedia macam sumber daya alam yang dapat
dalam jumlah cukup melimpah[2]. diperbaharui, seperti minyak tumbuhan atau
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan lemak hewan. Selain biodiesel dapat
bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati, diperbaharui, penggunaan biodiesel juga
baik minyak baru maupun bekas penggorengan mempunyai beberapa keuntungan yaitu lebih
dan melalui proses transesterifikasi, esterifikasi, efisien, dapat menggantikan petroleum diesel,
atau proses esterifikasi-transesterifikasi. dapat mengurangi pemanasan global oleh emisi
Biodiesel digunakan sebagai bahan bakar gas, tidak beracun, dan dapat diuraikan secara
alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM) biologis[1].
untuk motor diesel. Berbagai penelitian pun dilakukan
Bahan bakar yang berbentuk cair ini terutama di negara-negara maju. Ada beberapa
bersifat menyerupai solar, sehingga sangat penemuan yang dapat dijadikan acuan untuk
prospektif untuk dikembangkan. Apalagi melakukan penelitian-penelitian baru untuk
biodiesel memiliki kelebihan lain dibandingkan mengatasi krisis energi ini. Ada empat syarat
dengan solar, yakni: kelayakan dari bahan bakar alternatif yang
harus dipenuhi, di antaranya yaitu: teknik

1)
Mahasiswa di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2)
Staf Pengajar di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
WIDYA TEKNIK Vol. 9, No. 2, 2010 (111-120)

pembuatannya mudah, biaya produksinya tidak karena bahan ini merupakan bahan yang dapat
terlalu mahal, aman bagi lingkungan, dan diperbaharui dan jumlahnya pun cukup
ketersediaan bahan baku[3]. berlimpah di Indonesia. Banyak dijumpai
Salah satu bahan yang dapat digunakan peternakan dan rumah potong hewan babi yang
untuk menghasilkan sebagai bahan bakar kurang memanfaatkan lemak-lemaknya,
alternatif yaitu senyawa yang terkandung di khususnya pada saat proses pemotongan. Bila
dalam lemak hewan babi. Salah satu komponen tidak dilakukan pengolahan terhadap limbah
yang terdapat pada lemak hewan babi adalah padat tersebut, dikhawatirkan dapat
trigliserida yang merupakan suatu ester. menimbulkan kurangnya kandungan oksigen
Trigliserida ini sendiri jika direaksikan dengan dalam air. Sehingga menimbulkan gas berbau
alkohol akan menghasilkan suatu ester dan busuk yang dapat menjadi tempat bersarangnya
gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi mahkluk hidup pembawa penyakit seperti:
transesterifikasi. Ester yang dihasilkan lalat, tikus, atau bakteri patogen yang pada
merupakan sebuah mono ester yang akan akhirnya akan mempengaruhi kualitas sanitasi
menjadi bahan bakar alternatif yang dikenal yang ada. Selain itu lemak cenderung memiliki
dengan biodiesel[4]. nilai ekonomi rendah dan bahkan kurang
Seiring dengan perkembangan teknologi bermanfaat selain diolah untuk makanan.
dan pengetahuan, permasalahan pembuatan Dengan demikian lemak babi memiliki potensi
biodiesel dari lemak hewan babi ini dapat untuk dikembangkan ke nilai ekonomi yang
diatasi. Namun sosialisasi akan hal ini masih lebih tinggi dan berguna bagi kehidupan.
kurang, sehingga masyarakat masih terpaku Penelitian ini secara khusus dilakukan
dengan biodiesel berbahan minyak nabati. dengan tujuan yaitu mempelajari jumlah katalis
Padahal untuk bahan alternatif dari lemak basa yang diperlukan dalam reaksi
hewan, Indonesia memiliki modal yang cukup transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel
melimpah. Jumlah ternak (dalam satuan ekor) dan mempelajari pengaruh suhu dalam reaksi
di Indonesia sangatlah melimpah, hal ini bisa transesterifikasi terhadap yield biodiesel yang
dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: dihasilkan.

Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Potong, Babi, dan TINJAUAN PUSTAKA


Ayam di Indonesia
Hewan 2003 2004 Biodiesel
Sapi 10.500.000 10.960.350 Bahan bakar biodiesel adalah metil atau
etil ester yang diperoleh dari bermacam-macam
Babi 6.083.023 6.497.283
sumber energi yang dapat diperbaharui, seperti
Ayam 847.743 889.072
minyak tumbuhan atau lemak hewan. Ester
adalah senyawa organik yang dapat digunakan
Pada Tabel 1 terlihat bahwa populasi dalam proses pembakaran pada mesin-mesin
babi di Indonesia menempati urutan kedua karena beberapa sifat dari ester sama seperti
dalam hal jumlah populasi, sehingga memiliki yang digunakan untuk bahan bakar diesel.
potensi yang cukup besar untuk digunakan Bahan bakar ini disebut biodiesel karena berasal
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. dari material yang dapat diuraikan secara
Namun dengan jumlah penduduk Indonesia biologis dan dapat digunakan sebagai bahan
yang mayoritas beragama muslim, maka bakar dalam mesin diesel[3].
konsumsi akan lemak babi jauh lebih sedikit Bahan bakar biodiesel dibuat dengan
dibanding dengan lemak sapi. Akibatnya proses yang disebut transesterifikasi. Yang
banyak limbah lemak babi yang terbuang. dimaksudkan dengan transesterifikasi adalah
Selain itu kandungan lemak babi per 100 gram minyak-minyak (trigliserida) yang akan diubah
ternak paling tinggi yaitu 28% dibanding menjadi metil ester dan gliserol melalui reaksi
dengan hewan-hewan yang lain, misal: sapi kimia dengan alkohol (biasanya metanol
(14%), ayam (11,5%), dan belut (27%), ataupun etanol) dan penambahan katalis seperti
sehingga lemak babi ini sangat potensial untuk natrium atau kalium hidroksida. Biodiesel
dijadikan biodiesel[5]. secara alami mudah teroksidasi, sehingga di
Ada beberapa penemuan yang dapat dalam penyimpanan sebaiknya digunakan
dijadikan acuan untuk melakukan penelitian- tangki penyimpanan yang terbuat dari
penelitian baru untuk mengatasi krisis energi aluminium atau baja[6]. Pembuatan biodiesel
ini. Adapun pertimbangan yang dilakukan sebenarnya telah diperkenalkan oleh Dr. Rudolf
mengapa digunakan lemak hewan babi yaitu diesel tahun 1912[1,7]. Biodiesel bilamana

112
Setiawan: PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BABI

dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif


menawarkan banyak keuntungan di antaranya:
1. Tidak beracun, biodegradabel, dan
mengurangi polutan yang berbahaya dari Gambar 1. Persamaan Reaksi Esterifikasi
mesin diesel, serta mengurangi emisi gas
karbon monoksida (CO); Reaksi Transesterifikasi
2. Bahan bakar ini tidak mengandung belerang; Reaksi transesterifikasi ialah suatu istilah
3. Bahan bakar ini dapat digunakan murni atau yang digunakan untuk menggambarkan suatu
dalam bentuk campuran pada mesin diesel reaksi organik yang di dalam ester terjadi
tanpa modifikasi, perbandingan terbaik yang pertukaran separuh gugus alkoksinya dengan
umumnya digunakan ialah 5-20%; alkoksi lain. Ketika suatu ester direaksikan
4. Biodiesel dapat memperpanjang umur dengan alkohol, maka proses transesterifikasi
mesin; dikenal dengan alkoholisis[7]. Persamaan reaksi
5. Berkaitan dengan polusinya yang cukup transesterifikasi disajikan pada Gambar 2.
kecil, biodiesel mengurangi kecenderungan
terjadinya penyakit kanker;
6. Biodiesel dapat diperbaharui;
7. Biodiesel dapat menggantikan petroleum;
8. Biodiesel digunakan untuk sebagian besar
peralatan diesel. Biodiesel dapat mengurangi
pemanasan global oleh emisi gas; Gambar 2. Reaksi Transesterifikasi[8]
Standar Nasional Indonesia untuk
biodiesel disajikan pada Tabel 2. Beberapa jenis alkohol yang dapat
digunakan dalam reaksi transesterifikasi ialah:
Tabel 2. Standar Nasional Indonesia Untuk metanol, etanol, propanol, dan butanol. Untuk
Biodiesel reaksi transesterifikasi yang berkataliskan basa,
No Karakteristik SNI sedapat mungkin yang digunakan ialah alkohol
Biodiesel dan trigliserida anhidrat atau yang kadar airnya
1 Flash Point Min. 100 oC cukup kecil. Hal ini dikarenakan dengan adanya
2 Viskositas 2,3 – 6,0 mm2/s air akan cenderung menyebabkan reaksi
3 Densitas 850 – 890 kg/m3 penyabunan[4]. Dalam pembuatan biodiesel
4 Bilangan Maks. 0,8 mg- reaksi transesterifikasi ini bertujuan untuk
Asam KOH/gr mengubah asam-asam lemak dari trigliserida
5 Bilangan Maks. 115 dalam bentuk ester dengan bantuan monovalen
Iodin (gr I2/100 gr biodiesel)
alkohol seperti yang umum digunakan ialah
6 Sulfated ash Maks. 0,02 % b/b
metanol dan etanol[9].
7 Calculated Min. 46
Cetane Index Dalam penelitian ini akan digunakan
lemak babi yang juga merupakan suatu
Standar Nasional Indonesia untuk trigliserida. Hanya saja diperlukan proses
biodiesel yang digunakan yaitu SNI 04-7182- tambahan yaitu proses rendering terhadap
2006 untuk bahan bakar jenis solar. Analisis lemak hewan tersebut. Hal ini dilakukan untuk
karakteristik yang dilakukan meliputi: flash menghilangkan pengotor dalam lemak hewan
point, cetane number, sulfated ash, viskositas dan mengurangi kadar airnya. Kadar air akan
kinematis, densitas, bilangan asam, dan mempengaruhi hasil reaksi yang diharapkan
bilangan iodin. yaitu alkil ester.
Faktor-faktor penting yang berpengaruh
Reaksi Esterifikasi dalam proses transesterifikasi adalah[10]:
Proses acid-pretreatment yaitu proses  Perbandingan molar alkohol terhadap
penggunaan katalis asam sebelum digunakan minyak hewani.
katalis basa dalam reaksi transesterifikasi Perbandingan molar alkohol terhadap
dengan tujuan untuk menurunkan kadar Free minyak hewani merupakan salah satu faktor
Fatty Acid (FFA) sampai pada batas yang penting yang mempengaruhi efisiensi
diijinkan yaitu maksimal 0,5 % b/b minyak babi proses. Perbandingan molar yang semakin
untuk menghasilkan yield biodiesel yang besar akan mempercepat laju reaksi dan
tertinggi. Persamaan reaksi esterifikasi juga yield biodiesel yang dihasilkan
disajikan pada Gambar 1. semakin besar. Selain itu, penggunaan

113
WIDYA TEKNIK Vol. 9, No. 2, 2010 (111-120)

alkohol berlebih akan menurunkan flash Lemak babi (lard) diperoleh dari
point dari biodiesel. berbagai bagian tubuh babi yang mengandung
 Suhu reaksi. jaringan lemak yang tinggi. Lemak babi ini
Suhu reaksi sangat berpengaruh terhadap biasa digunakan sebagai: mentega, dan sabun.
laju reaksi transesterifikasi, di mana Spesifikasi lemak babi disajikan pada Tabel 3.
semakin tinggi suhu yang digunakan, maka
laju reaksi akan semakin cepat. Proses Acid-Pretreatment
 Jumlah katalis. Asam lemak bebas dapat terbentuk dalam
Jumlah katalis juga mempengaruhi lemak atau minyak karena berbagai faktor, di
efisiensi dari proses. Penambahan jumlah antaranya yaitu hidrolisis lemak atau minyak
katalis yang berlebih akan meningkatkan oleh air ataupun hidrolisis oleh asam. Adanya
pembentukan emulsi yang menyebabkan asam lemak bebas menyebabkan terbentuknya
meningkatnya viskositas reaktan/produk. sabun saat bereaksi dengan katalis basa dan
 Waktu reaksi. akan mengurangi yield biodiesel yang
Semakin lama waktu reaksi, yield dihasilkan. Maka biasanya dilakukan proses
biodiesel yang dihasilkan semakin besar. acid-pretreatment untuk mengurangi
 Kadar FFA. kandungan asam lemak bebas.
Kadar FFA akan mempengaruhi yield Proses acid-pretreatment yaitu proses
biodiesel yang dihasilkan. Semakin besar penggunaan katalis asam sebelum digunakan
kadar FFA, yield biodiesel yang dihasilkan katalis basa dalam reaksi transesterifikasi
semakin kecil. dengan tujuan untuk menurunkan kadar FFA
sampai pada batas maksimum yang diijinkan
Lemak Hewan Babi (lard) yaitu 0,5 % b/b minyak babi untuk
Lemak hewan babi atau lazim disebut menghasilkan yield biodiesel yang tertinggi.
juga lard adalah lemak yang didapatkan dari Katalis asam yang dapat digunakan yaitu asam
proses pemotongan babi. Namun dalam proses klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), atau asam
pembuatan biodiesel hanya akan dilakukan kuat lain.
pengurangan kadar air dan pengotor melalui
pemanasan untuk mencairkan lemak dan METODE PENELITIAN
memisahkan pengotor serta mengurangi kadar Penelitian ini diawali dengan proses
air. Kandungan air dan asam lemak bebas yang rendering terhadap lemak babi yang berasal
terdapat pada lemak babi memiliki efek dari tempat pemotongan hewan di Surabaya.
berkurangnya yield biodiesel yang dihasilkan Proses rendering bertujuan untuk mengurangi
karena akan membentuk sabun. Kandungan kandungan air serta menghilangkan pengotor
asam lemak bebas biasanya berkisar antara 2-7 yang terkandung di dalam lemak babi. Produk
% dalam minyak goreng bekas, sedangkan yang dihasilkan yaitu minyak babi. Minyak
dalam lemak babi berkisar antara 5-30%. Untuk babi yang digunakan sebagai bahan baku akan
mengatasi asam lemak bebas (Free Fatty dianalisis meliputi: persen FFA, viskositas
Acid/FFA) biasanya dilakukan acid- kinematis, dan densitas. Kemudian pada tahap
pretreatment. Untuk itu terhadap lemak terlebih selanjutnya dilakukan proses acid-pretretament
dahulu direaksikan dengan menggunakan yang dilakukan untuk mengurangi kadar FFA
katalis asam. Jenis asam yang dapat digunakan dalam minyak babi sampai pada batas yang
adalah asam sulfat dan asam klorida serta asam diijinkan yaitu ≤ 0,5 % b/b, dengan cara
kuat lain[9]. mereaksikannya dengan metanol menggunakan
perbandingan mol metanol terhadap mol
Tabel 3. Spesifikasi Lemak Babi[5] minyak babi 6:1. Pada tahap ini digunakan jenis
Energi per 100 3.70 kJ (900 kcal) asam yang mampu menurunkan kadar FFA
backfat: 30–40 °C yang tertinggi yaitu HCl. Jumlah katalis asam
Titik leleh leaf fat: 43–48 °C yang digunakan 0,75 % b/b minyak babi. Tahap
mixed fat: 36–45 °C akhir dari penelitian yaitu dilakukannya reaksi
Titik asap 121-218 °C (250–425 °F) transesterifikasi dengan menggunakan katalis
Specific gravity at 0,917–0,938 KOH. Di mana pada penelitian ini jumlah
20 °C
katalis yang divariasi adalah: 1 % b/b; 1,5 %
Bilangan iodin 45–75
b/b ; 2 % b/b ; 2,5 % b/b; dan 3 % b/b minyak
Bilangan asam 3,4
babi. Suhu reaksi transesterifikasi yang
Angka penyabunan 190–205
Unsaponifiable 0,8 % digunakan adalah 70 dan 80 °C.

114
Setiawan: PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BABI

Rangkaian Alat Penelitian biodiesel. Analisis bahan baku ini meliputi


Rangkaian alat yang digunakan dalam persen FFA, viskositas kinematis, dan densitas
penelitian ini disajikan pada Gambar 3. di mana hasilnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis Karakteristik Minyak Babi


Karakteristik Nilai
%FFA 0,6106 % b/b
Viskositas kinematis 6,71 mm2/s
Densitas 895 kg/m3

Persen FFA menyatakan persentase


besarnya kandungan asam lemak bebas dalam
minyak babi. Besarnya kandungan FFA dapat
mengakibatkan berkurangnya yield Biodiesel
yang dihasilkan. Berkurangnya yield Biodiesel
disebabkan adanya proses penyabunan yang
merupakan hasil reaksi antara asam lemak
dengan katalis basa. Dari hasil penelitian
pendahuluan didapatkan minyak mula-mula
Keterangan Gambar 3: memiliki kandungan FFA sebesar 0,6106 % b/b
1. Motor pengaduk yang melebihi kandungan maksimum yang
2. Pengaduk merkuri
diijinkan (0,5 % b/b). Oleh karena itu dalam
3. Air pendingin masuk
4. Air pendingin ke luar penelitian ini terhadap bahan baku minyak babi
5. Kondenser bola perlu dilakukan proses acid-pretreatment.
6. Termometer
7. Jaket pemanas Pengaruh Jenis Katalis Asam di dalam Acid-
8. Labu leher tiga pretreatment.
Dari hasil penelitian pendahuluan
Gambar 3. Seperangkat Alat Untuk Proses didapatkan lard mula-mula memiliki
Transterifikasi kandungan FFA sebesar 0,6106 % b/b. Oleh
karena itu dalam penelitian ini dilakukan proses
Produk yang dihasilkan merupakan acid-pretreatment menggunakan katalis asam
campuran antara metil ester, gliserol, sisa untuk menurunkan kadar FFA sampai di bawah
reaktan (minyak babi dan metanol), serta kadar yang diijinkan, yaitu maksimal 0,5 % b/b,
katalis. Pengotor yang dihasilkan cenderung sehingga dapat menghasilkan biodiesel dengan
untuk terlarut dalam gliserol. Lapisan biodiesel bilangan saponifikasi sekecil mungkin.
yang dihasilkan dipisahkan dari gliserol serta Hubungan antara jenis katalis asam terhadap
pengotor lainnya dengan menggunakan corong kadar FFA disajikan pada Gambar 4.
pemisah dengan prinsip pemisahan gaya
gravitasi dan selanjutnya dilakukan analisis
karakteristik biodiesel.
Analisis yang dilakukan terhadap produk
biodiesel antara lain: densitas, viskositas
kinematis, dan flash point. Sedangkan terhadap
hasil penelitian yang mempunyai yield biodiesel
tertinggi dilakukan analisis karakteristik
meliputi: flash point, cetane number, sulfated
ash, viskositas kinematis, density, acid number
dan iodine number.

HASIL PENELITIAN DAN Gambar 4. Hubungan Antara Jenis Katalis Asam


PEMBAHASAN Terhadap Kadar FFA Pada Acid-pretreatment
Analisa Bahan Baku
Minyak babi yang akan digunakan Pada penelitian ini didapatkan bahwa
sebagai bahan baku pembuat biodiesel larutan HCl 13% merupakan katalis asam yang
dianalisis terlebih dahulu untuk mengetahui terbaik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4 di
apakah minyak babi dapat diproses menjadi mana HCl dapat menurunkan kadar FFA

115
WIDYA TEKNIK Vol. 9, No. 2, 2010 (111-120)

menjadi 0,2748 % b/b, sedangkan H2SO4 97% akan digunakan untuk proses selanjutnya,
hanya dapat menurunkan kadar FFA menjadi sedangkan pengotor harus disingkirkan terlebih
0,58 % b/b. Didasarkan data penelitian tersebut, dahulu dengan proses pemisahan secara
maka dipilih HCl untuk proses acid- gravitasi. Hal ini dikarenakan air dapat bereaksi
pretreatment. Selain itu pertimbangan lain yaitu dengan katalis basa, sehingga jumlah katalis
harga HCl yang lebih murah dibandingkan berkurang dan akan mempengaruhi yield
dengan H2SO4. biodiesel yang dihasilkan.
Bahan baku untuk pembuatan metil ester
dari minyak babi diharapkan memiliki kadar Pengaruh Kadar Katalis KOH Terhadap
FFA yang rendah pada saat dilakukannya Yield Biodiesel Yang Dihasilkan.
reaksi transesterifikasi. Hal ini disebabkan Pada Tabel 5 dan Gambar 6 disajikan
dengan kadar FFA yang tinggi di dalam minyak hubungan antara kadar katalis KOH terhadap
babi dapat mengakibatkan terjadinya reaksi yield biodiesel untuk kedua suhu reaksi
penyabunan saat bereaksi dengan katalis basa, transesterifikasi yang digunakan. Dari Tabel 5
sehingga dapat menurunkan yield biodiesel dan Gambar 6 terlihat bahwa dengan semakin
yang diperoleh. Selain itu akan menyebabkan meningkatnya % b/b katalis KOH yang
katalis KOH yang dibutuhkan dalam reaksi digunakan, akan diikuti juga peningkatan yield
transesterifikasi menjadi lebih banyak karena metil ester. Namun pada saat kadar KOH lebih
harus bereaksi dengan FFA terlebih dahulu tinggi daripada 2%, peningkatan yield biodiesel
sebelum mengkatalis reaksi transesterifikasi. sudah tidak signifikan bahkan hampir konstan.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan proses acid-
pretreatment sebelum reaksi transesterifikasi. Tabel 5. Hubungan Antara Kadar KOH Terhadap
Reaksi penyabunan berlangsung menurut Yield Biodiesel Untuk Kedua Suhu
persamaan reaksi sebagaimana disajikan pada Kadar Yield Biodiesel (% b/b)
Gambar 5. Katalis
KOH, 70 °C 80 °C
% b/b
1 72,53 75,7
1,5 74,43 79,35
2 77,78 84,45
2,5 77,79 84,67
Gambar 5. Reaksi Penyabunan 3 77,47 84,96

Proses acid-pretreatment dilakukan Pada katalis KOH dengan kadar 1 %


dengan mereaksikan FFA dengan metanol hingga 2 % terjadi peningkatan yield biodiesel
menggunakan katalis asam. Katalis asam yang dengan meningkatnya % katalis KOH.
dapat digunakan adalah jenis asam kuat baik itu Meningkatnya yield biodiesel ini dikarenakan
HCl maupun H2SO4. Penambahan katalis asam semakin banyak katalis KOH, maka akan
berguna untuk memecah ikatan rangkap, semakin mempercepat reaksi pembentukan
sehingga trigliserida yang bereaksi dengan biodiesel. Namun setelah mencapai kondisi
alkohol akan membentuk metil ester (karena
penambahan katalis asam berguna untuk
mempercepat reaksi). Penelitian dilakukan
dengan mencampurkan katalis asam sebanyak
0,75 % b/b dengan minyak babi dan
metanol[11,12]. Waktu reaksi yang dijalankan
yaitu 2 jam untuk tiap kali variasi katalis asam
dengan suhu reaksi 70 oC.
Pada proses acid pre-treatment, asam
lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil
ester. Tahap acid pre-treatment biasa diikuti
dengan proses transesterifikasi. Namun sebelum
produk acid pre-treatment diumpankan ke
tahap transesterifikasi, di mana produk dari acid
pre-treatment akan membentuk dua lapisan
yaitu metil ester dan pengotor yang berupa air Gambar 6. Hubungan Antara Kadar KOH Terhadap
dan bagian terbesar katalis asam. Metil ester Yield Biodiesel Untuk Kedua Suhu

116
Setiawan: PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BABI

optimum, yield biodiesel menurun. Dalam hal Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya
ini % katalis KOH yang berlebih akan kadar katalis KOH yang digunakan, maka akan
meningkatkan viskositas biodiesel dan ini semakin tinggi minyak babi yang terkonversi
memiliki kecenderungan untuk membentuk gel. menjadi metil ester. Semakin tinggi minyak
Gel tersebut akan bereaksi dengan air yang babi yang terkonversi menjadi metil ester, maka
akan membentuk asam lemak bebas. Saat asam akan menurunkan kelarutan gliserol dalam
lemak bebas bereaksi dengan katalis basa, maka metil ester. Hal ini dikarenakan semakin sedikit
akan terbentuk sabun, sabun yang terbentuk metanol dalam produk reaksi. Dampak lain, jika
teremulsi dengan gliserol yang mengakibatkan masih terdapat banyak sisa metanol dalam
proses pemisahan gliserol menjadi sulit produk reaksi akan menyulitkan pemisahan
dilakukan. gliserol dan metil ester. Sisa gliserol dalam
Untuk kadar katalis KOH 2,5 dan 3 % metil ester yang berada dalam lapisan biodiesel
b/b didapatkan yield biodiesel yang konstan. akan mempengaruhi kinerja bahan bakar,
Ini diperkirakan bahwa saat kadar katalis KOH karena gliserol akan cenderung menggumpal
2 % b/b reaksi transesterifikasi telah mencapai dan mengendap pada bagian bawah tangki
kondisi optimum, sehingga peningkatan yield penyimpanan bahan bakar dan menyumbat
biodiesel yang dihasilkan semakin sedikit. Hal perpipaan bahan bakar saat dipompa ke ruang
ini disebabkan sebagian besar trigliserida sudah pembakaran.
beraksi, sehingga kenaikan kadar katalis KOH
tidak berpengaruh lagi. Oleh sebab itu, pada Pengaruh Suhu Terhadap Yield Biodiesel
kadar KOH 2,5 dan 3 % b/b dihasilkan yield Pada Reaksi Transesterifikasi
biodiesel yang konstan dengan waktu reaksi Pada penelitian ini, dilakukan proses
yang sama. reaksi transesterifikasi dengan menggunakan
Dari hasil penelitian yang dilakukan suhu yang bervariasi dengan maksud untuk
didapatkan bahwa pada reaksi transesterifikasi menghasilkan yield yang tertinggi. Berdasarkan
ini dengan semakin tinggi % b/b katalis KOH pada Gambar 6 dapat disimpulkan bahwa
yang digunakan, maka yield biodiesel dari semakin tinggi suhu reaksi, maka yield
minyak babi juga akan semakin meningkat. Dan biodiesel juga semakin meningkat.
didapat yield biodiesel optimum dalam reaksi Perbedaan yang signifikan juga terjadi
transesterifikasi ini adalah pada penggunaan 2 pada yield biodiesel yang dihasilkan pada suhu
% b/b katalis KOH. Untuk kadar katalis KOH reaksi 70 dan 80 ºC. Oleh karena laju reaksi
2,5 dan 3 % b/b dihasilkan yield biodiesel yang transesterifikasi sangat dipengaruhi oleh suhu
mulai konstan. reaksi, dengan semakin tinggi suhu, maka
Produk dari reaksi transesterifikasi terdiri semakin besar yield biodiesel yang dihasilkan.
dari dua lapisan yang saling tidak melarutkan Pada suhu 70 ºC reaksi transesterifikasi
satu dengan yang lainnya (immiscible) yaitu masih belum maksimal, sehingga yield
lapisan biodiesel dan lapisan gliserol. Pada biodiesel yang dihasilkan masih di bawah 80%.
lapisan biodiesel terdiri dari metil ester sebagai Hal ini karena pada suhu ini laju reaksi masih
komponen utama serta pengotor yang terdiri berjalan pada laju yang cukup lambat, sehingga
dari gliserol dan sisa reaktan (metanol dan sisa untuk menghasilkan metil ester yang lebih
minyak babi). Sisa reaktan akan cenderung banyak diperlukan waktu yang lebih lama yaitu
bersama dengan gliserol di lapisan bawah, lebih daripada 1 jam. Agar didapatkan yield
sedangkan biodiesel akan berada di lapisan biodiesel yang optimum reaksi dijalankan pada
atas. Hal ini dikarenakan densitas dari gliserol suhu 80 ºC. Hal ini disebabkan dengan semakin
lebih tinggi daripada densitas biodiesel. tinggi suhu reaksi yang digunakan, maka lama
Kemudian terhadap produk reaksi tersebut reaksi dapat dipersingkat. Berdasarkan hasil
dilakukan pemisahan biodiesel dan gliserol. penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 5,
Namun dalam pemisahan tersebut belum cukup maka dapat disimpulkan bahwa pada suhu 80
sempurna, sehingga di dalam biodiesel ini ºC reaksi transesterifikasi berjalan maksimal. Di
kemungkinan masih ada sebagian gliserol bebas mana pada suhu reaksi 80 ºC tersebut
yang terlarut selain adanya gliserol yang terikat pengubahan asam-asam lemak dari trigliserida
di dalam biodiesel. menjadi metil ester sudah sebagian besar
Kadar metanol yang tinggi akan berlangsung, sehingga yield bioediesel telah
meningkatkan kelarutan gliserol dalam metil maksimal.
ester yang berada dalam lapisan biodiesel[13]. Untuk suhu reaksi di atas 70 ºC, jika
Hal ini dikarenakan metanol dapat berperan pemanas yang digunakan ialah pemanas tipe
sebagai pelarut gliserol dalam metil ester[12]. jaket akan ditemui kesulitan dalam

117
WIDYA TEKNIK Vol. 9, No. 2, 2010 (111-120)

pengendalian suhu tersebut. Hal ini terlihat Tabel 7. Data Analisis Karakteristik Biodiesel Hasil
pada saat dilakukan kenaikan suhu untuk Reaksi Pada 80ºC
mencapai 90 ºC yang memerlukan waktu yang KOH (% Densitas Viskositas Flash Point
cukup lama. Dengan demikian untuk b/b) (Kg/m3) (mm2/s) (ºC)
mengantisipasi hal ini penelitian tidak 1 873 5,727 166
1,5 875 5,714 168
dilakukan variasi suhu 90 ºC dan suhu yang
2 878 5,695 170
lebih tinggi. Pada suhu reaksi 80 ºC yield 2,5 879 5,688 169
reaksi minyak babi menjadi metil ester 3 882 5,668 168
mencapai 84 %.
daripada 100 oC. Nilai flash point yang cukup
Analisis Karakteristik Biodiesel yang tinggi mengindikasikan faktor keamanan
Dihasilkan Pada Variasi Kadar KOH dan selama penyimpanan dan distribusi biodiesel
Variasi Suhu yang cukup aman. Uap dari biodiesel tidak akan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah terbakar pada suhu yang lebih rendah. Hal ini
dilakukan dengan variasi kadar katalis KOH menguntungkan karena bahan bakar ini tidak
yang digunakan pada suhu 70 dan 80ºC, maka mudah terbakar.
terhadap produk biodiesel dilakukan analisis
karakteristik menurut Standar Nasioanal Analisis Karakteristik Biodiesel yang
Indonesia yaitu densitas, viskositas, dan flash Dihasilkan Pada Reaksi Dengan Kadar KOH
point. Analisis ini dimaksudkan untuk 2 % b/b dan Suhu 80 0C
mengetahui apakah biodiesel (metil ester) yang Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dihasilkan dapat memenuhi syarat sebagai bahwa yield reaksi terbaik didapatkan pada
bahan bakar minyak menurut SNI 04-7182- kondisi reaksi dengan suhu reaksi
2006. transesterifikasi 80 °C dan kadar katalis KOH
Data analisis karakteristik biodiesel setinggi 2 % b/b. Maka terhadap produk
disajikan pada Tabel 6 dan 7. Dari Tabel 6 dan biodiesel yang dihasilkan pada kondisi tersebut
Tabel 7 terlihat bahwa biodiesel yang dilakukan analisis karakteristik menurut standar
dihasilkan dari reaksi antara minyak babi yang ditetapkan oleh Standar Nasional
dengan metanol telah memenuhi standar SNI Indonesia (SNI). Data analisis tersebut
04-7182-2006. Viskositas dan densitas yang disajikan pada Tabel 7.
diperoleh dari penelitian telah memenuhi Dari Tabel 7 terlihat bahwa nilai flash
kisaran yang ditetapkan oleh SNI yaitu 2,3–6,0 point yang didapat dari penelitian adalah 170
mm2/s dan 850–890 kg/m3. Viskositas yang o
C. Ini merupakan nilai flash point yang cukup
besar akan mempersulit fluida untuk mengalir tinggi dan mengindikasikan faktor keamanan
dan akan menyebabkan penyumbatan dalam selama penyimpanan dan distribusi biodiesel
pipa saluran bahan bakar. Densitas yang besar yang cukup aman, karena pada suhu 170 oC
mengakibatkan biodiesel menjadi kental dan tersebut uap biodiesel mulai terbakar.
akan memperlambat penguapan biodiesel. Karakteristik ini tentu akan lebih
Semakin sedikit biodiesel yang teruapkan, menguntungkan dibandingkan dengan biodiesel
maka semakin sedikit pembakaran yang terjadi yang memiliki flash point yang cukup rendah.
di dalam mesin diesel. Hal ini akan Hal ini berimbas langsung pada faktor
memperlemah kinerja mesin. keamanan selama penggunaan.
Parameter viskositas mengindikasikan
Tabel 6. Data Analisis Karaktersitik Biodiesel Hasil kemampuan biodiesel untuk mengalir, semakin
Reaksi Pada 70ºC
besar viskositas, maka biodiesel tersebut
KOH (% Densitas Viskositas Flash Point
b/b) (Kg/m3) (mm2/s) (ºC) semakin sulit untuk mengalir. Viskositas suatu
1 870 5,774 164 bahan bakar merupakan faktor penting untuk
1,5 879 5,688 164 untuk kerja mesin. Viskositas dari bahan bakar
2 880 5,681 167 biasanya cukup tinggi. Dengan semakin
2,5 874 5,721 167 meningkatnya suhu, maka viskositas akan
3 882 5,669 168 semakin menurun. Biodiesel hasil penelitian ini
memiliki viskositas 5,695 mm2/s, yang telah
Karakteristik flash point dari biodiesel memenuhi Standar Nasional Indonesia yaitu
diukur dengan metode ASTM D-93[14]. Nilai 2,3–6,0 mm2/s.
flash point sebagaimana disajikan pada Tabel 6 Densitas merupakan perbandingan antara
dan 7 telah memenuhi standar yaitu lebih besar massa dengan volume dari suatu susbtansi pada

118
Setiawan: PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BABI

suatu temperatur tertentu. Densitas merupakan diperoleh dari densitas dan titik didih bahan
faktor yang penting terutama menyangkut dari bakar.
atomisasi bahan bakar di dalam mesin diesel
yang digunakan. Untuk densitas dari biodiesel KESIMPULAN
sendiri berkisar 850 – 890 kg/m3, di mana pada Dari hasil penelitian dan pembahasan,
biodiesel ini telah memenuhi standar yaitu 878 dapat disimpulkan bahwa:
kg/m3. 1. Jumlah katalis basa yang diperlukan dalam
Dari hasil analisis, maka nilai bilangan reaksi transesterifikasi adalah katalis KOH
asam adalah 0,24 mg-KOH/g sampel telah dengan kadar 2 % b/b, dengan menghasilkan
memenuhi syarat. Bilangan asam digunakan yield biodiesel pada kondisi maksimum
untuk menentukan jumlah kandungan asam sebesar 84,45 %;
lemak bebas yang terdapat di dalam suatu 2. Suhu terbaik yang digunakan dalam reaksi
minyak. Adanya asam lemak bebas di dalam transesterifikasi adalah 80 OC di mana akan
biodiesel akan bisa menyebabkan terjadinya menghasilkan yield biodiesel yang
korosi di dalam mesin dan akan menyebabkan maksimum.
gejala oksidasi dari bahan bakar. Metode ini
mengukur jumlah dari miligram basa (KOH) DAFTAR PUSTAKA
per gram sampel minyak yang digunakan untuk [1] Biswas, S., Kaushik, N. dan Srikanth, G.,
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat di Biodiesel: Technology & Business
dalam sampel, dengan menggunakan indikator Opportunities– An Insight, Technology
fenolftalein untuk menentukan titik netral dari Information, Forecasting and Assessment
sampel. Council (TIFAC) Department of Science
Sifat-sifat biodiesel untuk bilangan iodin & Technology, Hlm. 1, TIFAC India,
menunjukkan tingkat kejenuhan asam lemak New Delhi, 2005
dari biodiesel. Semakin tidak jenuh asam lemak [2] Hambali, E., Teknologi Bioenergi, Hlm.
yang ada, maka bilangan iodin pun semakin 8-10, 12-15, 25-26, PT. Agromedia,
tinggi. Jenuh dan ketidakjenuhan dari asam Jakarta Selatan, 2007
lemak dapat dilihat dari banyaknya ikatan [3] Ryan, P.E. and David, Biodiesel - A
rangkap dalam asam lemak. Bilangan iodin Primer, Hlm. 1-3, ATTRA, Fayetteville,
yang tinggi menunjukkan kecenderungan Arkansas, 2004
lemak/minyak untuk cepat rusak selama masa [4] Ardiyanti, J. A. R, dan Utomo, J.,
penyimpanan. Di mana berdasarkan hasil Biodiesel as a Future Fuel, Hlm. 87-93,
penelitian angka bilangan iodin dalam biodiesel Prosiding Design and Application of
adalah 10,97 (g I2/100 g biodiesel) dan telah Technology, Universitas Katolik Widya
memenuhi syarat biodiesel. Mandala, Surabaya, 2002
Sulfated ash adalah banyaknya padatan [5] Biro Pusat Statistik, Statistik Pertanian.
yang tersisa ketika bahan bakar dibakar dalam 2005, www.bps.go.id, Diakses 25
ruang pembakaran. Semakin tinggi kadar abu Februari 2005
yang terkandung, maka akan cenderung untuk [6] Dewi, R. G. dan Soerawidjaja, T. H.,
membentuk endapan dalam mesin. Semakin Integrasi Pertimbanagan Lingkungan
rendah kadar abu, maka akan memperpanjang pada Perancangan Sistem Proses
umur mesin. Karakteristik sulfated ash dari Produksi Biodiesel dari Minyak-minyak
biodiesel diukur dengan metode ASTM D- Nabati, Prosiding Seminar Nasional dan
847[15]. Dari hasil penelitian angka sulfated ash Rekayasa Kimia dan Proses, Universitas
adalah 0,0077 % b/b. Apabila angka tersebut Diponegoro, Semarang, 2004
melebihi ketentuan, maka akan dapat merusak [7] Lin, C. Y., Lin, H. A., dan L.B. Hung, L.
mesin. B., “Fuel Structure and Properties of
Hasil dari penelitian Calculated cetane Biodiesel Produced by The Peroxidation
index adalah 47, dan telah memenuhi syarat Process”, Fuel, Vol. 85, No. 12-13,
biodiesel. Calculated cetane index digunakan Hlm.1743-1749, 2006
untuk mengetahui kualitas pembakaran dari [8] Knothe, G., “Analytical Methods Used in
biodiesel selama proses ignition. Proses ignition the Production and Fuel Quality
adalah proses sebelum pembakaran bahan bakar Assesment of Biodiesel”, Trasactions of
mulai terjadi. Semakin tinggi cetane index pada The ASAE, Vol. 44, No. 2, Hlm. 193-200,
bahan bakar, maka proses ignition akan menjadi 2001
lebih singkat. Calculated cetane index [9] Sutrisno, B., dan Hidayat, A.,
Pemanfaatan Biodiesel Sebagai Bahan

119
WIDYA TEKNIK Vol. 9, No. 2, 2010 (111-120)

Bakar Alternatif, Hlm. 46-51, Prosiding [12] Ketaren, Pengantar Teknologi Minyak
Seminar Nasional Design and dan Lemak Pangan, Hlm. 189-190,
Application of Technology, Universitas Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta,
Katolik Widya Mandala, Surabaya, 2002 1996
[10] Meher, L. C., Sagar, D. V., dan Naik, S. [13] Singh, R., Making Biodiesel in Fiji:
N., “Technical aspects of Biodiesel facilitating sustainable biofuel production
Production by Transesterification a in the Fiji region, http://www.sopac.org/
Review”, Renew Sustainable Energ. tiki/tiki-download_file.php?fileId=499,
Rev. Vol. 10, Hlm. 248-268, 2006 Diakses 26 Februari 2009
[11] Kurata, S., Yamaguchi, dan Nagai, M., [14] ASTM D 93, Standard Test Method for
“Rapid Discrimination of Fatty Acid Flash-Point by Pensky-Martens Closed
Composition in Fats and Oils by Cup Tester, ASTM, Pennsylvania
Electrospray Ionization Mass [15] ASTM D 874, Standard Test Method for
Spectrometry”, Analitycal Sciences, Vol. Sulfated Ash from Lubricating Oils and
21, Hlm. 1457-1465, 2005 Additives, ASTM, Pennsylvania

120

Anda mungkin juga menyukai