Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagaimana kita tahu bahwa minyak bumi masih menjadi komponen penting dalam
dunia pembangkitan kita. Kini, sumber daya minyak bumi semakin langka dan cadangannya
kian menipis. Sementara itu permintaan semakin naik sehingga harga pun melangit. Oleh
karena itu diperlukan suatu sumber energi baru yang terbarukan yang bisa menggantikan
peranan minyak bumi dalam dunia pembangkitan kita. Biodiesel adalah salah satu energi
Alternatif terbarukan. Biodiesel merupakan produk dari reaksi kimia dari minyak nabati yang
memiliki sifat seperti solar. Minyak nabati tersebut dapat didapat dari berbagai macam jenis
tumbuhan semisal jarak, randu, kelapa , dan lain-lain yang notabenenya mudah diproduksi
bahkan di lahan kritis sekalipun (jarak). Dengan luas lahan kritis yang ada di Indonesia lebih
dari 20 juta hektar, biodiesel yang dihasilkan diproyeksikan bisa mengcover kebutuhan
minyak pada sistem kelistrikan kita tanpa mengganggu lahan produktif yang ada.
Setelah krisis ekonomi 1998, sektor energi di Indonesia mengalami dinamisasi
perubahan cukup signifikan yang utamanya sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan permintaan
energi dan perubahan regulasi akibat tingginya harga-harga energi tak terbarukan (minyak
bumi). Hal tersebut merupakan implikasi langsung dari terus berkurangnya cadangan minyak
bumi, baik itu di Indonesia maupun dalam lingkup yang lebih luas (global). Terlebih lagi,
sejak tahun 2004 Indonesia telah menjadi net importer minyak bumi. Sebagai akibatnya, sejak
tahun 2008 Indonesia juga telah keluar dari OPEC.
Sektor energi listrik termasuk sektor yang cukup terpengaruh dengan dinamisasi
tersebut, sebagaimana kita tahu bahwasanya selama ini minyak bumi merupakan sumber
energi yang cukup dominan dan penting dalam unit pembangkitan kita. Data energi mix kita
menunjukkan bahwa 24% dari total raw material yang di convert menjadi energi listrik berupa
minyak bumi. Selain itu, minyak bumi sangat berperan untuk mengatasi adanya peak power
tiap harinya. Hal tesebut dikarenakan minyak bumi sangat dibutuhkan sebagai bahan bakar
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel, salah satu pembangkit yang flexible terhadap perubahan
permintaan daya yang cukup fluktuatif. Oleh karena itu, adanya perubahan dari ketersediaan
ataupun harga secara signifikan akan berpengaruh juga secara signifikan pada ketersediaan
dan keberlangsungan energi listrik. Terlebih lagi, demand terhadap energi listrik saat ini terus
meningkat tiap tahunnya dengan rata-rata proyeksi pertumbuhan permintaan daya listrik per

1
tahun sekitar 7.7% sampai 2016. Tak boleh dilupakan juga bahwasanya perluasan jangkauan
listrik juga masih sangat dibutuhkan mengingat rasio elektifikasi kita masih cukup rendah,
sekitar 63,4%. Untuk itu penting dicarikan sebuah solusi untuk permasalahan ini semisal
dengan mencari bahan alternatif lain.
Kebutuhan energi nasional khususnya bahan bakar minyak (BBM) terus meningkat
seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan semakin terbatasnya cadangan
sumber daya minyak bumi, Indonesia harus mengimpor BBM dalam jumlah besar untuk
mencukupi kebutuhan bahan bakar minyak di sektor transportasi dan energi.bPada tahun
2005, konsumsi minyak solar di Indonesia mencapai 70.000 kiloliter per hari atau setara
dengan 26 juta kiloliter per tahun. Pada tahun yang sama, produksi minyak solar dalam negeri
tidak lebih dari 13 juta kilo liter per tahun, sehingga diperlukan impor minyak solar lebih dari
13 juta kilo liter. Dengan menyimak pola konsumsi minyak solar yang terus meningkat
khususnya pada sektor transportasi, diperkirakan bahwa volume impor minyak solar ini akan
terus meningkat bila tidak diambil kebijakan diversifikasi bahan bakar dengan pemanfaatan
energi terbaharukan.
Dari sekian banyak alternatif, efisiensi pengadaan energi patut memperhitungkan
ketersediaan sumber energi di tempat energi itu diperlukan. Oleh karena itu, energi hidro
skala kecil, mikrohidro, energi surya, energi angin, biofuel, dan energi biomassa masuk ke
dalam daftar pilihan. Saat ini, sumber bahan bakar alternatif yang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan adalah sumber daya hayati atau biofuel. Bahan baku hayati untuk
biofuel dapat berasal dari produk-produk dan limbah pertanian yang sangat berlimpah di
Indonesia. Makalah ini akan membahas mengenai biodiesel (salah satu jenis biofuel) sebagai
salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil.
1.2 Rumusan Masalah
Melihat dari latar belakang masalah, maka permasalahan yang timbul adalah :
1. Bagaimana potensi biodiesel yang dihasilkan dari bahan baku nabati atau tumbuhan
penghasil biodiesel yang ada di Indonesia?
2. Bagaimana proses pembuatan biodiesel sehingga dapat digunakan sebagai energi
alternatif pengganti biodiesel?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui potensi biodiesel yang dihasilkan dari bahan baku nabati atau
tumbuhan penghasil biodiesel yang ada di Indonesia.

2
2. Dapat memahami proses pembuatan biodiesel sehingga dapat digunakan sebagai
energi alternatif pengganti biodiesel.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai informasi kepada semua pihak, bahwa banyak sekali bahan baku nabati atau
tanaman yang dapat dikonversikan menjadi biodiesel. Serta, dapat melihat sisi lain
dari sisa (limbah) yaitu minyak jelantah yang dapat berpotensi sebagai energi alternatif
biodiesel.
2. Ikut serta dalam meningkatkan penggunaan energi alternatif, sehingga dapat
mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Biodiesel


Biodiesel merupakan nama yang diberikan untuk bahan bakar yang terdiri dari mono-
alkyl ester yang dapat terbakar dengan bersih, berasal dari berbagaiminyak tumbuhan atau
lemak hewan, biasanya berupa metil ester atau etil esterdari asam lemak. Nama biodiesel telah
disetujui oleh Departemen of Energy (DOE), Environmental Protection Agency (EPA) dan American
Society of Testing Material (ASTM) sebagai industri energi alternatif. Berasal dari asamlemak
yang sumbernya renewable limit,dikenal sebagai bahan bakar yang ramah ngkungan dan menghasilkan
emisi gas buang yang relatif lebih bersihdibandingkan bahan bakar konvensional. Biodiesel
tidak beracun, bebas daribelerang, aplikasinya sederhana dan berbau harum.Biodiesel dapat ditulis
sebagai B100.B100 menunjukkan bahwa biodieseltersebut murni 100% terdiri atas mono-alkyl
ester . Biodiesel campuran ditandaiseperti " BXX", dimana " XX" menyatakan prosentase
komposisi biodiesel yangterdapat di campuran tersebut, dengan kata lain B20 adalah 20%
biodiesel, 80%minyak solar (Zuhdi dkk, 2003).
2.2. Sumber-sumber biodiesel
Biodiesel termasuk golongan alkohol dengan nama kimia alkil ester, bersifat sama
seperti solar bahkan lebih baik nilai cetanenya. Biodiesel dibuat lewat reaksi antara SVO
(Straight Vegetable Oil) atau WVO (Waste Vegetable Oil) dengan metanol atau etanol dengan
bantuan katalisator soda-api (caustic-soda atau NaOH) atau KOH. Hasilnya adalah metil ester
(biodiesel) dengan produk sampingan yaitu gliserin (Prihandana & Hendroko 2008).
Biodiesel berbeda dari  minyak sayur atau straight vegetable oil (SVO) yang dapat
digunakan (secara murni atau campuran) sebagai bahan bakar pada beberapa kendaraan yang
mesinnya telah dimodifikasi. Terdapat berbagai macam minyak yang dapat diproduksi
menjadi biodiesel, meliputi:
1) Bahan baku minyak nabati murni; biji kanola dan minyak kedelai yang paling banyak
digunakan. Minyak kedelai paling banyak digunakan 90% sebagai stok bahan bakar di
Amerika.
2) Minyak jelantah;
3) Lemak hewan termasuk produk turunan seperti asam lemak Omega-3 dari minyak ikan.

4
4) Algae juga dapat dipergunakan sabagai bahan baku biodiesel yang dapat dibiakkan
dengan menggunakan bahan limbah seperti air selokan tanpa menggantikan lahan untuk
tanaman pangan.
5) Lemak hewani sangat terbatas dalam persediaan dan tidak efisien meningkatkan kadar
lemak dalam tubuh hewan. Walaupun demikian, produksi biodiesel dengan lemak
hewani tidak dapat diacuhkan dan dapat dijadikan sebagai pengganti penggunaan petro-
diesel dalam jumlah kecil. Hingga sekarang, investasi senilai 5 juta dollar sedang dibuat
pabrik di Amerika, direncanakan akan memproduksi 11.4 juta liter biodiesel dari
perkiraan 1 milyar kg lemak ayam setiap tahun dari peternakan ayam lokal.
2.2.1. Biodiesel dari Minyak Nabati
Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati maupun lemak hewan, namun yang paling
umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah minyak nabati. Minyak
nabati dan biodiesel tergolong ke dalam kelas besar senyawa-senyawa organik yang sama,
yaitu kelas ester asam-asam lemak. Akan tetapi, minyak nabati adalah triester asam-asam
lemak dengan gliserol, atau trigliserida, sedangkan biodiesel adalah monoester asam-asam
lemak dengan metanol. Perbedaan wujud molekuler ini memiliki beberapa konsekuensi
penting dalam penilaian keduanya sebagai kandidat bahan bakar mesin diesel :
1. Minyak nabati (yaitu trigliserida) berberat molekul besar, jauh lebih besar dari biodiesel
(yaitu ester metil). Akibatnya, trigliserida relatif mudah mengalami perengkahan
(cracking) menjadi aneka molekul kecil, jika terpanaskan tanpa kontak dengan udara
(oksigen).
2. Minyak nabati memiliki kekentalan (viskositas) yang jauh lebih besar dari minyak
diesel/solar maupun biodiesel, sehingga pompa penginjeksi bahan bakar di dalam mesin
diesel tak mampu menghasilkan pengkabutan (atomization) yang baik ketika minyak
nabati disemprotkan ke dalam kamar pembakaran.
3. Molekul minyak nabati relatif lebih bercabang dibanding ester metil asam-asam lemak.
Akibatnya, angka setana minyak nabati lebih rendah daripada angka setana ester metil.
Angka setana adalah tolok ukur kemudahan menyala/terbakar dari suatu bahan bakar di
dalam mesin diesel.
Di luar perbedaan yang memiliki tiga konsekuensi penting di atas, minyak nabati dan
biodiesel sama-sama berkomponen penyusun utama (≥ 90 %-berat) asam-asam lemak. Pada
kenyataannya, proses transesterifikasi minyak nabati menjadi ester metil asam-asam lemak,
memang bertujuan memodifikasi minyak nabati menjadi produk (yaitu biodiesel) yang

5
berkekentalan mirip solar, berangka setana lebih tinggi, dan relatif lebih stabil terhadap
perengkahan.
Banyak jenis sumber bahan baku nabati atau tumbuhan di Indonesia yang bisa diolah
menjadi biodiesel yang dapat dilihat dari Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tumbuhan Indonesia Penghasil Minyak Lemak
No Nama Latin Nama Lokal Sumber Kadar %-b-kr P/NP
1. Ricinus communis Jarak Kaliki Biji 45-50 NP
2. Jatropa curcas Jarak Pagar Inti Biji 40-60 NP
3. Ceiba pentandra Kapuk / Randu Biji 24-50 NP
4. Heven brasiliensis Karet Biji 40-50 NP
5. Psophocarpus tetrag Kecipir Biji 15-20 P
6. Moringa oleifera Kelor Biji 30-49 P
7. Aleurites mohiccana Kemiri Inti biji 57-69 NP
8. Aleurites trisperma Kemiri Cina Inti Biji Daging - NP
9. Sleichera trijuga Kusambi Biji 55-70 NP
10. Sterculia feotida Kepoh Inti Biji 45-55 NP
11. Callophyllum inophyllum Nyamplung Inti Biji 40-73 NP
12. Bombax malabaricum Randu Alas/ Agung Biji 18-26 NP
13. Ximenia americana Bidaro Inti Biji 49-61 NP
14. Cerbera odollam Bintaro Biji 43-64 NP
15. Gmelina asiatica Bulangan Biji - NP
16. Croton tiglium Cerakin/kroton Inti Biji 50-60 NP
17. Hernandia peltata Kampis Biji - NP
18. Hibiscus cannabiinus Kenaf Biji 18-20 NP
Keterangan :
Kr = kering ; P = minyak/lemak pangan ; NP = minyak/lemak non pangan.
(Sumber : adytiaputrak.blogspot.com/.../pengolahan-biji-mahoni-swietenia.html)
2.2.2. Komposisi Minyak Nabati
Komposisi yang terdapat dalam minyak nabati terdiri dari trigliserida-trigliserida asam
lemak (mempunyai kandungan terbanyak dalam minyak nabati, mencapai sekitar 95%-b),
asam lemak bebas (Free Fatty Acid atau biasa disingkat dengan FFA), mono- dan digliserida,
serta beberapa komponen-komponen lain seperti phosphoglycerides, vitamin, mineral, atau
sulfur. Bahan-bahan mentah pembuatan biodiesel adalah :
 trigliserida-trigliserida, yaitu komponen utama aneka lemak dan minyak-lemak, dan
 asam-asam lemak, yaitu produk samping industri pemulusan (refining) lemak dan
minyak-lemak.
2.2.2.1. Trigiliserida
Trigliserida adalah triester dari gliserol dengan asam-asam lemak, yaitu asam-asam
karboksilat beratom karbon 6 s/d 30. Trigliserida banyak dikandung dalam minyak dan lemak,
merupakan komponen terbesar penyusun minyak nabati. Selain trigliserida, terdapat juga

6
monogliserida dan digliserida. Struktur molekul dari ketiga macam gliserid tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Struktur molekul monogliserida, digliserida, dan trigliserida


2.2.2.2. Asam Lemak Bebas

Gambar 2.2. Struktur molekul asam lemak bebas


Asam lemak bebas adalah asam lemak yang terpisahkan dari trigliserida, digliserida,
monogliserida, dan gliserin bebas. Hal ini dapat disebabkan oleh pemanasan dan terdapatnya
air sehingga terjadi proses hidrolisis. Oksidasi juga dapat meningkatkan kadar asam lemak
bebas dalam minyak nabati.
Dalam proses konversi trigliserida menjadi alkil esternya melalui reaksi
transesterifikasi dengan katalis basa, asam lemak bebas harus dipisahkan atau dikonversi
menjadi alkil ester terlebih dahulu karena asam lemak bebas akan mengkonsumsi katalis.
Kandungan asam lemak bebas dalam biodiesel akan mengakibatkan terbentuknya suasana
asam yang dapat mengakibatkan korosi pada peralatan injeksi bahan bakar, membuat filter
tersumbat dan terjadi sedimentasi pada injektor. Pemisahan atau konversi asam lemak bebas
ini dinamakan tahap preesterifikasi.
2.3. Potensi Biodiesel yang ada di Indonesia
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku biodiesel, yaitu dengan memanfaatkan minyak kelapa sawit atau crude palm oil

7
(CPO) dan turunannya. Dari kekayaan ini Indonesia merupakan penghasil CPO terbesar di
dunia. Produksi CPO tahun 2003 telah mencapai 9 juta ton dan mengalami kenaikan 15% per
tahun.
Selain CPO, masih ada lebih dari 40 jenis minyak nabati yang potensial sebagai bahan
baku biodiesel di Indonesia, misalnya minyak jarak pagar (jatropacurcas), minyak kelapa,
minyak kedelai, dan minyak kapuk. Dengan demikian, pengembangan biodiesel dapat
menyesuaikan dengan potensi minyak nabati setempat
Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam
jenis tumbuhan tergantung pada sumberdaya utama yang banyak terdapat di suatu
tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak sumber daya untuk bahan baku biodiesel, yang
hingga saat ini sudah banyak penemuan yang menemukan berbagai jenis tanaman yang
memiliki potensi dalam menghasilkan biodiesel. Tamanan penghasil biodiesel yang telah
diketahui hingga kini, diantaranya adalah alga, kemiri sunan, tamanan nyamplung, jarak, dan
sawit. Tanaman-tanaman penghasil biodiesel tersebut memiliki bagian tertentu yang
digunakan sebagai penghasil biodiesel.
2.3.1. Potensi Tanaman Penghasil Biodiesel
2.3.1.1 Jarak Pagar (Jatropha curcas)
Tanaman jarak penghasil biodiesel ini berasal dari jenis tanaman jarak pagar yang
dalam bahasa Inggris bernama ‘Physic Nut’ dengan nama species Jatropha curcas, tanaman
ini seringkali salah diidentifikasi dengan tanaman jarak yang dalam bahasa Inggris disebut
‘Castor Bean’ dengan nama species Ricinus communis. Kedua tanaman ini berasal dari
kerabat klasifikasi tanaman (family) yang sama yaitu ‘Euphorbiaceae’. Tidak sedikit dari
kerabat klasifikasi tanaman Euphorbiaceae ini dikenal dengan nama lokal Indonesia sebagai
tanaman jarak. Bahkan Jatropha sendiri sebagai sebuah ‘genus’ dalam klasifikasi tanaman
memiliki 12 species, semuanya dikenal dalam nama lokal sebagai ‘tanaman jarak’. Selain
dikenal dengan nama lokal yang sama, tanaman jarak ‘Physic Nut’ dan ‘Castor Bean’ ini juga
sama-sama banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia, bahkan juga dari kedua jenis
tanaman ini dapat diperoleh ekstrak minyak dari bijinya. Hanya saja tanaman jarak ‘Castor
Bean’ seringkali terkait dengan produksi ‘ricin’ yaitu racun yang sangat berbahaya dan
banyak digunakan untuk penelitian terapi penyakit kanker, sedangkan tanaman jarak ‘Physic
Nut’ lebih banyak terkait dengan informasi ‘biodiesel’ atau ‘biofuel’. Meskipun nama lokal
sama, tentu saja kedua tanaman ini jelas berbeda baik dalam bentuk morfologi tanaman
maupun minyak yang dihasilkannya.

8
Minyak jarak (Jatropha oil) akhir-akhir ini mulai banyak diperkenalkan sebagai energi
alternatif biodiesel. Biodiesel tersebut dihasilkan dari minyak yang diperoleh dari biji
tanaman jarak (inti biji 40-60%) yang banyak tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Dan
dalam berbagai penelitian tentang minyak yang dihasilkan oleh tanaman ini, tampaknya dapat
menjadi substitusi bahan bakar diesel.

Gambar 2.3. Tanaman Jarak


2.3.1.2. Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma B)
Ternyata di wilayah Indonesia masih banyak tanaman yang berpotensi untuk
menghasilkan biodiesel, salah satunya adalah kemiri sunan (Reutealis trisperma Blanco), inti
biji (40-73%). Produksi biji kemiri sunan pada umur spuluh tahun dapat mencapai 250
kg/pohon atau 25 ton/ha, dengan kandungan minyak mencapai 52% dan persentase dari
minyak mentah ke biodiesel mencapai 88%, maka dalam satu hektar pertanaman akan
dihasilkan sekitar 10 ton biodiesel. bandingkan dengan jarak pagar yang hanya 3 ton/ha dan
sawit 6 ton/ha.
Kemiri Sunan (Reutealis trisperma Blanco/Airy Shaw) adalah tanaman yang berasal
dari Philipina. Di Indonesia kemiri Sunan dikembangkan di Jawa sebagai substitusi minyak
kayu China (Chinese houtolie) dari minyak kemiri. Tanaman Kemiri Sunan Menyebar dan
tumbuh baik di Cianjur, Bandung, Sumedang, Majalengka, Garut dan Cirebon.
Kemiri Sunan (Reutealis trisperma Blanco/Airy Shaw) memiliki potensi menghasilkan
minyak nabati dari buahnya yang dapat diolah menjadi biodiesel, namun potensi tersebut
belum banyak diketahui dan dimanfaatkan. Pengolahan biji Reutealis trisperma lebih mudah
dibanding biji kemiri biasa. Berbeda dengan tumbuhan penghasil minyak lainnya, tanaman
Kemiri Sunan berpeluang besar untuk dikembangkan karena beberapa keunggulan yang
dipunyainya.
Reutealis trisperma tanaman berupa pohon berukuran sedang, mempunyai daya
adapatasi tinggi terhadap lingkungan dan mampu tumbuh dilahan kering iklim basah,

9
perakarannya yang kuat dan dalam, mampu bertahan pada lahan berlereng sehingga dapat
menahan erosi, tajuknya yang rimbun serta daunnya yang cukup lebar dan lebat dapat
menyerap CO2 dan menghasilkan O2 yang cukup banyak, daun tersebut akan rontok pada
musim kering sehingga dapat membentuk humus yang cukup tebal. Hasil pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti dari Balittri, tanaman Reutealis trisperma sudah berbuah pada umur 4-
5 tahun dengan produksi sebesar 50 kg biji/batang dan produksi terus meningkat seiring
dengan makin bertambah umur dan bertumbuhnya tanaman. Pada umur 10 tahun produksi biji
sudah mencapai 250 kg/pohon.
Tanaman Reutealis trisperma dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Secara
generatif kemiri sunan diperbanyak dengan biji. Biji Reutealis trisperma termasuk biji
ortodoks yang tidak dapat disimpan lama. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif, yaitu
dengan setek cabang, setek pucuk, grafting dan kultur jaringan. Populasi penanaman kemiri
sunan dalam satu hektar sebanyak 123 batang (jarak tanam 8x8x8 m sistem segi-tiga),
pemeliharaan tanaman ini sama dengan pemeliharaan tanaman kemiri biasa.
Potensi produksi biji R. trisperma termasuk selain menghasilkan 10 ton minyak juga
menghasilkan 8.695 kg bungkil yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat briket, biogas,
pupuk dan pakan ternak. Bila harga biodiesel sama dengan harga solar, yaitu yang berlaku
saat ini Rp. 4.500/ liter, maka nilai produksi dari biodiesel kemiri sunan pada umur sepuluh
tahun mencapai lebih dari Rp. 45.000.000,-/ha/tahun.

Gambar 2.4. Tanaman Kemiri


2.3.1.3. Tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
Buah/biji pohon nyamplung merupakan sumber bahan cair nabati yang merupakan
anternatif pengganti kerosene dan minyak solar Tanaman Nyamplung (Calophyllum
inophyllum) mampu menghasilkan biodiesel, di mana bagian atau sumber tanaman yang
digunakan adalah inti biji (40-73%). Secara tradisional, biji buah nyamplung merupakan
sumber obat-obatan tradisional (obat gatal, koreng, penumbuh rambut, dsb). Kayunya
mengandung Calannolide A dan B yang merupakan senyawa Anti virus HIV.
10
Calophyllum inophyllum tumbuh di pantai yang berudara panas sampai ketinggian
200 meter dari permukaan laut. Penanaman dapat dilakukan pada batasan hutan dengan desa,
tepi sungai, tepi Bendungan dan waduk, sekitar mata air, sebagai tanaman pengisi, tanaman
tepi serta sebagai turus jalan pada alur-alur yang ada dalam hutan.
Tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) yang merupakan tanaman tropis
tahunan dari keluarga manggis-manggisan (Guttiferae). Tanaman ini banyak dijumpai di
Propinsi Nusa Tenggara Barat dengan tinggi mencapai 8-20 meter, diameter dapat mencapai
100 cm dan sangat toleran terhadap cekaman kekeringan serta kadar garam yang tinggi
sehingga banyak tumbuh di lahan-lahan marjinal serta tepi pantai. Menurut sejumlah pustaka,
tanaman Nyamplung telah dibudidayakan dengan baik di O’ahu, Moloka’i, Kaua’i, Waiakea
(Hawai’i) serta sejumlah kepulauan di Samudera Pacifik dengan kerapatan tanaman antara
400 hingga 1000 batang pohon per hektar.
Tanaman Nyamplung merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh hingga lebih
dari 70 tahun. Dari biji Nyamplung dapat dihasilkan minyak yang biasa dipakai sebagai
minyak lilin atau lampu. Minyak Nyamplung memiliki bilangan iodine sebesar 71,5 dan
bilangan setana sebesar 57,3 dengan komposisi asam lemak berupa asam oleat (42 %) dan
linoleat (18 – 24 %). Gross energy Nyamplung sebesar 10,578 Kilo kalori /gram (44,288 Kilo
Joule/kg). Nilai ini tidak jauh berbeda dengan gross energy diesel oil sebesar 46,146 KJ/kg.
Tanaman Nyamplung berbuah dua kali setahun sekitar bulan Mei dan Nopember.
Tanaman ini menghasilkan 100 kg buah kering/pohon/tahun atau setara dengan 58kg biji
kering/pohon/tahun. Dengan populasi tanaman antara 400 – 500 pohon/hektar akan diperoleh
sekitar 23–29 ton biji kering/hektar. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa rendemen
minyak Nyamplung sebesar 25%, sehingga dari setiap hektar lahan dapat diperoleh sekitar 5–
7 ton minyak/tahun.

Gambar 2.5. Tanaman Nyamplung


2.4. Proses Pembuatan Biodiesel
2.4.1 Proses Pemisahan Gum (Deguming)

11
Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir yangteridiri dari
fosfatida, protein, residu, karbihidrat, air dan resin tanpa mengurangijumlah asam lemak
bebas dalam minyak. Proses ini dilakukan dengan carapenambahan asam fosfat ke dalam
minyak lalu dipanaskan sehingga akanmembentuk senyawa fosfolipid yang lebih mudah
terpisah dari minyak.
2.4.2. Esterifikasi
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi
mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter
asam kuat dan, karena ini, asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam
kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial (Soerawidjaja,
2006). Untuk mendorong agar reaksi bisa berlangsung ke konversi yang sempurna pada
temperatur rendah (misalnya paling tinggi 120° C), reaktan metanol harus ditambahkan dalam
jumlah yang sangat berlebih (biasanya lebih besar dari 10 kali nisbah stoikhiometrik) dan air
produk ikutan reaksi harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak. Melalui
kombinasi-kombinasi yang tepat dari kondisi-kondisi reaksi dan metode penyingkiran air,
konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat dituntaskan dalam waktu 1
sampai beberapa jam. Reaksi esterifikasi dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 2.6. Reaksi esterifikasi dari asam lemak menjadi metil ester
Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam lemak
bebas tinggi (berangka-asam ≥ 5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak bebas akan
dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti dengan tahap
transesterfikasi. Namun sebelum produk esterifikasi diumpankan ke tahap transesterifikasi, air
dan bagian terbesar katalis asam yang dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu.
2.4.3. Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari
trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan
menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol monohidrik yang
menjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling umum digunakan,
karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut metanolisis).
Jadi, di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam
lemak (Fatty Acids Metil Ester, FAME). Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil
ester dapat dilihat dibawah ini :
12
Gambar 2.7. Reaksi Transesterifikasi dari Trigliserida menjadi ester metil asam-asam lemak
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya katalis,
konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat
(Mittlebatch,2004). Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis
basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi.
Reaksi transesterifikasi sebenarnya berlangsung dalam 3 tahap yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.8. Tahapan reaksi transesterifikasi


Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-asam
lemak. Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu:
a. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi
b. Memisahkan gliserol
c. Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterm)
2.4.4. Macam – Macam Pembuatan Biodiesel
2.4.4.1. Biodiesel dari CPO (Kelapa Sawit)

13
Gambar 2.9. Skema Pembuatan Biodiesel dari CPO
Proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati disebut transesterifikasi.
Transesterifikasi adalah perubahan bentuk dari satu jenis ester menjadi bentuk ester yang
lain .Dalam proses transesterifikasi diperlukan katalis untuk mempercepar proses..Untuk
mempercepat reaksinya digunakan katalis metanol dan etanol.Biji kelapa sawit dan diperas
dan disaring. Dari CPO proses berikutnya bisa digunakan untuk minyak goreng , yaitu
melalui pemurnian , terlebih dahulu.Karena warna asli CPO itu gelap sekali . Sedangkan
untuk menjadi bahan bakar , CPO akan diproses lebih lanjut dalam proses transesterifikasi.
CPO merupakan bahan baku utama biodiesel . Biodiesel merupakan energi alternatif
yang ramah lingkungan , selain itu energinya dapat terus dikembangkan. Konsumsi CPO dari
tahun ke tahun menunjukkan tren meningkat.Indonesia merupakan negara yang paling
banyak menyerap CPO dunia .Uni Eropa termasuk konsumen besar .Para pembeli CPO di
Indonesia antara lain India , Pakistan , Cina dan Eropa.Ekspor CPO ke India sekitar empat
juta ton , Pakistan 740 ribu , Cina sebesar 2-2,5 juta ton , sisanya Eropa.

2.4.4.2.Biodiesel dari Jarak Pagar

14
Gambar 2.10. Proses Produksi Biodiesel dari Jarak Pagar
a. Pengepresan biji jarak pagar
Beberapa metoda yang dapat digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak yaitu rendering, teknik pengepresan
mekanis (mechanical expression) dan menggunakan pelarut (solvent extraction).Pengepresan
mekanis merupakan suatu cara pemisahan minyak dari bahan yang berupa biji-bijian dan
paling sesuai untuk memisahkan minyak dari
bahan yang tinggi kadar minyaknya yaitu sekitar 30-70 persen. Sebagaimana kita ketahui
bersama, minyak jarak pagar terkandung dalam bahan yang berbentuk biji dengan kandungan
minyak sekitar 35 - 45 persen. Berdasarkan hal tersebut maka metoda ekstraksi yang paling
sesuai untuk biji jarak yaitu teknik pengepresan mekanis.Dua cara yang umum digunakan
pada pengepresan mekanis biji jarak yaitu pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan
pengepresan berulir (expellerpressing).
Pengepresan hidrolik adalah pengepresan dengan menggunakan tekanan. Tekanan
yang dapat digunakan sekitar 140,6 kg/cm. Besarnya tekanan yang digunakan akan
mempengaruhi sedikit-banyaknya minyak jarak yang dihasilkan. Untuk teknik pengepresan
hidrolik, sebelum dilakukan pengepresan,biji jarak perlu mendapat perlakuan pendahuluan
berupa pemasakan. Pemasakan biji jarak bertujuan untuk menggumpalkan protein.
Penggumpalan protein diperlukan demi efisiensi ekstraksi. Dengan pengepresan hidrolik
dapat dihasilkan rendemen minyak sampai dengan 30 persen.
Teknik pengepresan biji jarak dengan menggunakan ulir (screw) merupakan teknologi
yang lebih maju dan banyak digunakan di industri pengolahan minyak jarak saat ini. Dengan
cara ini biji jarak dipress menggunakan pengepresan berulir (screw) yang berjalan secara
kontinyu.Teknik ekstraksi ini tidak memerlukan perlakuan pendahuluan bagi biji jarak yang
15
akan diekstraksi. Biji jarak kering yang akan diekstraksi dapat langsung dimasukkan ke dalam
screw press. Tipe alat pengepres berulir yang digunakandapat berupa pengepres berulir
tunggal (single screw press) atau pengepres berulir ganda (twin screw press). Rendemen
minyak jarak yang dihasilkan dengan teknik pengepres berulir tunggal (single screw press)
sekitar 25-35 persen, sedangkan dengan teknik pengepres berulir ganda (twin screw press)
dihasilkan rendemen minyak sekitar 40 - 45 persen.

Gambar 2.11. Diagram Alir ekstraksi minyak dari biji jarak dengan
kombinasi metode twin screw press dan solvent extraction
b. Pengolahan minyak jarak
Metil ester (biodiesel) dari minyak jarak pagar dapat dihasilkan melalui proses
transesterifikasi trigliserida dari minyak jarak. Transesterifikasi adalah penggantian gugus
alkohol dari suatu ester dengan alkohol lain dalam suatu proses yang menyerupai hidrolisis.
Namun berbeda dengan hidrolisis, pada proses transesterifikasi yang digunakan bukanlah air
melainkan alkohol.
Umumnya katalis yang digunakan adalah sodium metilat, NaOH atau KOH. Metanol
lebih umum digunakan karena harganya lebih murah, walaupun tidak menutup kemungkinan
untuk menggunakan jenis alkohol lainnya seperti etanol. Transesterifikasi merupakan suatu
reaksi kesetimbangan. Untuk mendorong reaksi agar bergerak ke kanan agar dihasilkan metil
ester (biodiesel) maka perlu Biji jarak kering Pengepresesan berulir (sistem kontinyu), minyak
jarak (30 - 35%), Ampas/bungkil Minyak jarak (8 - 10%) Solvent Extraction (pelarut
heksan/heptana) . Ampas/bungkil Destilasi Solvent digunakan alkohol dalam jumlah berlebih
atau salah satu produk yang dihasilkan harus dipisahkan.

16
Faktor utama yang mempengaruhi rendemen ester yang dihasilkan pada reaksi
transesterifikasi adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis katalis yang
digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan kandungan asam lemak bebas pada
bahan baku (yang dapat menghambat reaksi yang diharapkan). Faktor lain yang
mempengaruhi kandungan ester pada biodiesel diantaranya yaitu kandungan gliserol pada
bahan baku minyak, jenis alkohol yang digunakan pada reaksi transesterifikasi, jumlah katalis
sisa dan kandungan sabun.
2.4.5. Syarat Mutu Biodiesel
Suatu teknik pembuatan biodiesel hanya akan berguna apabila produk yang
dihasilkannya sesuai dengan spesifikasi (syarat mutu) yang telah ditetapkan dan berlaku di
daerah pemasaran biodiesel tersebut. Persyaratan mutu biodiesel di Indonesia sudah
dibakukan dalam SNI-04-7182-2006, yang telah disahkan dan diterbitkan oleh Badan
Standarisasi Nasional (BSN) tanggal 22 Februari 2006 yang tercantum pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Persyaratan kualitas biodiesel menurut SNI-04-7182-2006.

Sumber : adytiaputrak.blogspot.com/.../pengolahan-biji-mahoni-swietenia.html
2.5. Kelebihan dan Kekurangan Biodiesel
Bio Diesel sama seperti bahan bakar lainnya yang ternyata memiliki banyak kelebihan
tetapi tetap memiliki beberapa kelemahan. Berikut ini beberapa kelebihan maupun kelemahan
yang dimiliki oleh bahan bakar jenis ini :
1. Kelebihan Biodiesel
17
1 Biodiesel tidak beracun.
2 Terbuat dari sumber daya terbarukan (bahan bakar biodegradable.).
3 Berfungsi seperti solar pada umumnya
4 Menghasilkan polusi lebih sedikit dan lebih mudah terbakar dibandingkan dengan bahan
bakar diesel biasa.
5 Dapat dicampur dengan bahan bakar diesel biasa (konvensional) dan dapat digunakan di
sebagian besar jenis kendaraan saat ini, bahkan dalam bentuk biodiesel B100 murni.
6 Biodiesel lebih aman dipakai dibandingkan dengan diesel konvensional.
7 Mengurangi bahaya kontaminasi tanah dan air bawah tanah selama transportasi,
penyimpanan dan penggunaan.
8 Tidak mengandung belerang, zat-zat yang dapat menyebabkan hujan asam.
9 Tidak ada biaya tambahan untuk konversi mesin dibandingkan dengan bahan bakar
biologis lainnya.
10 Sangat cocok untuk catalytic converter.
11 Membuat mesin lebih awet jika menggunakan biodiesel
12 Menghasilkan 78% lebih sedikit emisi karbon dioksida (CO2) daripada bahan bakar
diesel biasa.
13 Biodiesel dapat membantu mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil, dan
meningkatkan keamanan dan kemandirian energi.
14 Biodiesel dapat diproduksi secara massal di banyak negara, contohnya USA yang
memiliki kapasitas untuk memproduksi lebih dari 50 juta galon biodiesel per tahun.
15 Produksi dan penggunaan biodiesel melepaskan lebih sedikit emisi dibandingkan dengan
diesel konvensional, sekitar 78% lebih sedikit dibandingkan dengan diesel konvensional.
16 Biodiesel memiliki sifat pelumas yang sangat baik, secara signifikan lebih baik daripada
bahan bakar diesel konvensional, sehingga dapat memperpanjang masa pakai mesin.
17 Biodiesel memiliki delay pengapian lebih pendek dibandingkan dengan diesel
konvensional.

2. Kekurangan Biodiesel
1. Biodiesel secara signifikan lebih mahal dibandingkan dengan diesel konvensional.
2. Cenderung mengurangi keekonomian bahan bakar.
3. Kurang cocok untuk digunakan dalam suhu rendah karena Biodiesel murni memiliki
masalah signifikan terhadap suhu rendah.

18
4. Tidak dapat dipindahkan/diangkut melalui pipa.
5. Menghasilkan lebih banyak emisi nitrogen oksida (NOx) yang dapat mengarah pada
pembentukan kabut asap.
6. Hanya dapat digunakan untuk mesin bertenaga diesel.
7. Menyebabkan tabung bahan bakar kendaraan tua menurun keawetannya (tambah
korosi). Biodiesel 20 kali lebih rentan terhadap kontaminasi air dibandingkan dengan
diesel konvensional, hal ini bisa menyebabkan korosi, filter rusak, pitting di piston, dll.
8. Lebih banyak mengikat uap air, yang dapat menyebabkan masalah dalam cuaca dingin
(misalnya: bahan bakar beku, deposit air di sistem penyaluran bahan bakar kendaraan,
aliran bahan bakar dingin, pengkabutan, dan peningkatan korosi).
9. Biodiesel saat ini sebagian besar diproduksi dari jagung yang dapat menyebabkan
kekurangan pangan dan meningkatnya harga pangan. Hal ini bisa memicu meningkatnya
kelaparan di dunia.
10. Biodiesel memiliki kandungan energi yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
diesel konvensional, sekitar 11% lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar diesel
konvensional.
2.6. Pemanfaatan Biodiesel
Biodisel merupakan senyawabahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester
dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar bagi mesin
diesel.
Jumlah kebutuhan biodiesel akan sangat besar di dalam negeri dan luar negeri. Di
Indonesia diperkirakan pemakai solar per tahun 44 juta kiloliter. Menurut data dari Direktorat
Jenderal Energi dan Sumber Daya Mineral, untuk industri sekitar 6 juta kiloliter solar. Bila
memakai 20 persen biodiesel maka diperlukan 1.200.000 kiloliter/tahun. Untuk kebutuhan
PLN sekitar 12 juta kiloliter solar, bila memakai 20 persen biodiesel maka dibutuhkan
2.400.000 kiloliter/tahun. Sedangkan sektor transportasi saja membutuhkan 26 juta kiloliter
solar dan jika memakai 2 persen biodiesel maka dibutuhkan 520.000 kiloliter.
Total kebutuhan biodiesel secara nasional mencapai 4.120.000 kiloliter/tahun.
Sementara kemampuan produksi biodiesel pada 2006 baru 110.000 kiloliter/tahun. Pada 2007
baru akan ditingkatkan kapasitasnya sampai 200.000 kiloliter/tahun Sementara produsen lain
pada 2007 akan mulai beroperasi. Mungkin kapasitas akan mencapai sekitar 400.000
kiloliter/tahun.jumlah tersebut masih kurang dari kebutuhan. Dari kacamata bisnis hal tersebut
merupakan sebuah peluang usaha yang besar Hingga saat ini setidaknya terdapat empat BBA

19
yang dapat digunakan pada mesin diesel yaitu biodiesel, e-diesel, water-in-diesel emulsion,
dan gas-to-liquid diesel fuel. Dari keempat BBA tersebut, biodiesel merupakan yang paling
populer saat ini karena kelimpahruahan bahan bakunya Biodiesel merupakan campuran bahan
bakar diesel (minyak solar) dengan metil ester yang diperoleh dari minyak nabati. Melalui
proses transesterification, asam lemak yang berasal dari minyak sawit, minyak jarak, kedelai,
biji bunga matahari, maupun jelantah diubah menjadi metil ester.
Metil ester ini kemudian dicampur (blend) dengan minyak solar biasa (dalam
komposisi tertentu) menjadi Biodiesel. Secara teori, produk transesterification dapat langsung
digunakan hingga 100% (dikenal sebagai B100). Sampai saat ini yang umum digunakan
adalah B5 hingga B20.
Selain kelimpahan bahan baku, keuntungan lain yang didapat dari penggunaan
biodiesel dalam transportasi adalah sifat pelumasannya yang lebih baik sehingga mengurangi
tingkat keausan pada komponen injeksi bahan bakar. Nilai setana (cetane number) yang lebih
tinggi juga meningkatkan kualitas pembakarannya diatmbah dengan gas buang yang lebih
bersih (particulate matter rendah). Sedangkan nilai minusnya selain ongkos produksinya yang
tinggi adalah adanya sedikit peningkatan NOx, pengurangan tenaga mesin (power loss),
stabilitas yang rendah (sehingga mengurangi masa simpan dan masa pakai) serta kemampuan
alir pada temperatur rendah (cold flow properties) yang buruk. Ketidakstabilan dan cold flow
properties yang buruk dapat dikurangi dengan penambahan beberapa zat aditif.
2.6.1. Penggunaan Biodiesel pada Kendaraan Diesel
Beberapa keuntungan menggunakan biodiesel dari minyak jelantah adalah bahan baku
dapat diperbarui (renewable), emisi karbonnya rendah sehingga pemanasan global dapat
dikurangi, selain itu dapat mengurangi penggunaan kembali minyak jelantah yang dapt
membahayakan tubuh maunusia karena mengandung banyak kolesterol dan dpat memicu
terjadinya penyakit jantung koroner. berikut merupakan hasil analisis biodiesel dari minyak
jelantah:

Tabel 2.3. Perbandingan biodiesel dengan solar


Analisis Laboratorium Sifat - sifat Biodiesel dari Minyak Jelantah
Sifat fisik Unit Hasil ASTM Standar (Solar)
Flash point °C 170 Min.100
Viskositas (40°C) cSt. 4,9 1,9-6,5
Bilangan setana - 49 Min.40
Cloud point °C 3,3 -

20
Sulfur content % m/m <<> 0.05 max
Calorific value kJ/kg 38.542 45.343
Density (15°C) Kg/l 0,93 0,84
Gliserin bebas Wt.% 0,00 Maks.0,02

Secara keseluruhan, parameter fisik yang ditampilkan dari tabel tersebut masih berada
dalam batasan standar dari ASTM, kecuali harga Calorific Value yang sedikit lebih kecil
dibandingkan harga solar. Saat membandingkan biodiesel dengan solar, hal yang perlu
diperhatikan juga adalah pada tingkat emisi bahan baker. Biodiesel menghasilkan tingkat
emisi hidrokarbon yang lebih kecil, sekitar 30% dibanding dengan solar; Emisi CO juga lebih
rendah, -sekitar 18%-, emisi particulate molecul lebih rendah 17%; sedang untuk emisi NOx
lebih tinggi sekitar 10%; sehingga secara keseluruhan, tingkat emisi biodiesel lebih rendah
dibandingkan dengan solar, sehingga lebih ramah lingkungan.

Gambar 2.11. Diagram Alir Biodiesel


BAB III
PENUTUP

Biodiesel adalah salah satu bahan bakar alternatif yang terbuat dari minyak nabati
yang merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui. Biodiesel dapat dipakai sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor dengan tingkat emisi yang lebih rendah apabila dibandingkan
dengan solar-fosil sehingga lebih ramah lingkungan. Di Indonesia yang kaya akan Flora dan
fauna merupakan kelebihan yang dimiliki untuk dimanfaatkan dalam ilmu pengetahuan.
21
Dengan beragam tumbuhan yang ada di bumi, dapat dilakukan banyak penelitian terhadap
tanaman yang kemungkinan dan memiliki potensi dalam menghasilkan biodiesel.
Biodiesel yang diperoleh dari pengolahan tanaman, di olah dengan proses sedemikian
rupa sehingga diperoleh minyak (biodiesel) dalam jumlah yang banyak. Setiap tanaman
memiliki bagian tertentu yang bermanfaat, seperti yang telah kita bahas pada makalah, bahwa
tanaman-tanaman tersebut dimanfaatkan bijinya dan diolah hingga akhirnya diperoleh
biodiesel yang berkualitas dan bermanfaat dalah kehidupan manusia.
Pengelolahan tanaman biodiesel sehingga didapat poduk yang diinginkan tidaklah
mudah, prosesnya membutuhkan ketelitian, dan ketersediaan pangan (bahan mentah)
penghasil produk biodiesel. Minyak dengan keasaman yang tinggi dapat diolah menjadi
biodiesel dengan prosedur standar (transesterifikasi). Cara mengatasi keasaman dimulai
penanganan biji di lapangan sampai dengan pemilihan teknologi yang tepat. Proses “estrans”
telah teruji dapat mengatasi keasaman biodiesel dari minyak jarak pagar. Pembangunan
industri biodiesel dengan bahan baku jarak pagar dianjurkan hanya untuk tujuan ekspor.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, maka sangat diharapkan para
ilmuan untuk mengembangkan penelitiannya demi kelangsungan kehidupan manusia di bumi.
Tidak lepas dari semua itu, pemerintah juga harus ikut berperan dalam mengembangkan
dalam sektor ini.
Demikianlah gambaran sekilas mengenai biodiesel (Tanaman Penghasil Biodiesel),
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terutama memotivasi bagi mahasiswa
Ilmu Pengetahuan Alam untuk terus berkarya dengan mengembangkan Ilmu Pengetahuan
hingga masa yang akan datang.

22

Anda mungkin juga menyukai