Anda di halaman 1dari 12

Volume 10 No.

01
April 2021
ISSN : 2252 - 7311
e-ISSN : 2549 - 6840
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/konversi
Email : jurnalkonversi@umj.ac.id

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A

REVIEW: PEMANFAATAN BIJI NYAMPLUNG (Calophyllym Inophyllum) SEBAGAI BAHAN


BAKU BIODIESEL BERDASARKAN PROSES PRODUKSI DAN PENAMBAHAN KATALIS

Ilham Aldi Pratama1; Ika Kurniaty1, Ummul Habibah Hasyim1, Gema Fitriyano1
1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta
E-mail: ika.kurniaty@umj.ac.id

ABSTRAK. Kebutuhan energi dunia semakin meningkat beriringan dengan pertumbuhan penduduk
dan perkembangan ekonomi. Energi fosil merupakan energi yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat dunia dan ketersediaannya akan habis di masa mendatang. Penggunaan biodiesel
menjadi solusi akan energi yang terbarukan dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui metode produksi dan katalis yang paling efektif dalam pemanfaatan biji nyamplung
menjadi biodiesel dengan ide pokok yaitu proses produksi dan penggunaan katalis. Penelitian ini
merupakan literature review yang dimulai dengan pengumpulan artikel, pengelompokkan data,
analisa dan membuat ringkasan. Hasil penelitian ini menunjukkan metode supercritical methanol
menjadi metode produksi paling efektif dengan perolehan yield sebesar 90,4% dalam 10 menit
reaksi dan katalis CaO berbahan dasar tulang sapi menunjukkan karakteristik yang sangat
mendekati CaO murni yang dapat menghasilkan yiled sebesar 86,02% sehingga dapat menekan
biaya produksi.

Kata kunci: biodiesel, biji nyamplung, katalis, literature review, metode produksi

ABSTRACT. World energy demand is increasing along with population growth and economic
development. Fossil energy is the energy most widely used by the people and its availability will run
out in the future. The use of biodiesel is a solution for renewable and environmentally friendly energy.
This study aims to determine the most effective production methods and catalysts in the utilization
of nyamplung seeds into biodiesel with the main idea of the production process and the use of
catalysts. This research is a literature review that starts with article collection, data grouping, analysis
and making a summary. The results of this study indicate that the supercritical methanol method is
the most effective production method with a yield of 90.4% in 10 minutes of reaction and a CaO
catalyst made from cow bone shows characteristics that are very close to pure CaO which can
produce yiled of 86.02% so that it can decrease production cost.

Keywords: biodiesel, catalyst, literature review, nyamplung seeds, production method

PENDAHULUAN diperbaharui, seperti minyak nabati dan lemak


hewani melalui transesterifikasi (Ma & Hanna,
Sumber energi berbasis energi fosil 1999). Apabila dibandingkan dengan bahan
termasuk sumber daya alam tak terbarukan bakar fosil, biodiesel mempunyai kelebihan,
sehingga perlu dikembangkan sumber energi diantaranya bahan bakunya dapat
alternative, salah satunya adalah biodiesel. diperbaharui (renewable), tidak memiliki
Biodiesel bukan hanya energi terbarukan dan kandungan sulfur sehingga tidak memberikan
ramah lingkungan namun energi yang dapat kontribusi terhadap terjadinya hujan asam,
terdegradasi dalam lingkungan (Demirbas, memiliki sifat pelumas yang sangat baik
2009). sehingga dapat memperpanjang masa pakai
Biodiesel merupakan mono alkil ester mesin, memiliki titik nyala yang tinggi
dari asam-asam lemak rantai panjang yang sehingga lebih aman dari bahaya kebakaran,
mengandung 12 sampai 24 atom karbon yang dapat mengurangi emisi udara beracun, dan
dibuat dari sumber lipida/lemak yang dapat bersifat biodegradable (Primadi, 2011).
Pada awal produksi, biodiesel fokus sepanjang tahun menunjukkan daya survival
pada pengembangan minyak nabati yang yang tinggi terhadap lingkungan; tanaman
dapat dikonsumsi seperti minyak sawit, relatif mudah dibudidayakan baik tanaman
kedelai, bunga matahari dan padi. Bahan baku sejenis (monoculture) atau hutan campuran
biodiesel harus memenuhi persyaratan untuk (mixed-forest); cocok di daerah beriklim
produksi biodiesel dengan biaya produksi kering, dan berbuah sepanjang tahun hampir
rendah dan produksi skala besar (Silitonga, et seluruh bagian tanaman nyamplung
al., 2013). Harga minyak nabati yang dapat berdayaguna dan menghasilkan bermacam
dikonsumsi mahal (Rizwanul Fattah, et al., produk yang memiliki nilai ekonomi; dan
2014), maka pengembangannya difokuskan pemanfaatan nyamplung dapat menekan laju
pada minyak nabati yang tidak dapat penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar;
dikonsumsi untuk menekan biaya produksi serta produktivitas biji lebih tinggi
saat masa krisis. dibandingkan jenis lain, jarak pagar 5 ton/ha;
Sumber minyak nabati yang tidak sawit 6 ton/ha; nyamplung 20 ton/ha, ((P3HH),
bersaing dengan kebutuhan pangan jika 2005-2008).
digunakan sebagai bahan baku pembuatan Masalah yang dihadapi dalam
biodiesel antara lain seperti biji karet, biji jarak pengembangan biodiesel di Indonesia adalah
pagar dan biji nyamplung. Penggunaan biji mahalnya investasi yang harus dikeluarkan
karet sebagai bahan baku biodiesel untuk mengkonversi minyak nabati menjadi
terkendala pada rendahnya produktifitas biji biodiesel sehingga kebanyakan perusahaan
karet hanya sekitar 2 ton/ha/tahun (Supriadi & lebih banyak mengekspor minyak nabati
Balittri, 2012). Penggunaan jarak pagar mentah karena lebih mudah dan cepat
sebagai biodiesel juga terkendala pada mendatangkan uang. Investasi yang
rendahnya produktifitas jarak pagar yang dikeluarkan juga tidak sebanding dengan
hanya 5 ton/ha/tahun (Bustomi, et al., 2008). perolehan biodiesel yang dihasilkan. Alhasil,
Biji nyamplung memiliki produktifitas capaian produksi biodiesel per tahunnya
paling besar diantara biji karet dan jarak pagar masih dibawah level 75% dari total kapasitas
yaitu sekitar 20 ton/ha/tahun yang menjadikan produksi (Murtiningrum & Firdaus, 2016).
keuntungan penggunaan biji nyamplung Dalam proses produksi selain
sebagai biodiesel dibanding minyak nabati lain memperhitungkan produk yang didapat juga
(Bustomi, et al., 2008). mempertimbangkan efisiensi dari sebuah
Nyamplung (Calophylum Inophyllum proses. Efisiensi sebuah proses dapat dilihat
L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang dari waktu operasi dan produk hasil yang
biasa hidup dan tumbuh di daerah berpasir didapat. Semakin cepat sebuah proses
seperti di daerah tepi sungai atau daerah berjalan dan semakin banyak perolehan
pesisir pantai sampai dengan ketinggian 200 produk hasil maka semakin efisien sebuah
dpl. Potensi nyamplung (Calophylum proses berjalan. Proses tersebut dapat
Inophyllum L.) sebagai bahan baku dalam berjalan secara maksimal dengan bantuan
pembuatan biodiesel sangat besar karena katalis (Anwaristiawan, Harjito, & Widiarti,
terdapat kandungan minyak dengan kadar 2018)
tinggi sekitar 40-73%. Nyamplung Inophyllum Katalis merupakan salah satu bahan
L.) dan penghasil minyak (biofuel) yang kadar yang dapat meningkatkan efisiensi proses.
oktannya cukup tinggi (Pusat Penelitian dan Akan tetapi, bahan kimia yang digunakan
Pengembangan Hasil Hutan, 2008). untuk sistesis katalis cukup mahal sehingga
Kelebihan nyamplung sebagai bahan perlu dikembangkan sumber katalis dari
baku biofuel adalah bijinya mempunyai bahan bahan alami (Enggawati & Ediati,
rendemen minyak yang tinggi (bisa mencapai 2013). Penggunaan bahan alami sebagai
74%), dan juga beberapa sifat fisiko kimia bahan baku pembuatan katalis dapat
yang dapat dilihat pada tabel 1, serta mengatasi masalah mahalnya investasi untuk
pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan produksi biodiesel dalam negeri. Dengan
kepentingan pangan ((P3HH), 2005-2008). menggunakan bahan alami yang kebanyakan
Beberapa keunggulan nyamplung merupakan limbah, maka dapat menekan
ditinjau dari prospek pengembangan dan biaya produksi sehingga diharapkan produksi
pemanfaatannya sebagai bahan baku biodiesel dalam negeri dapat meningkat.
biodiesel, antara lain tanaman nyamplung Masalah yang dikaji pada artikel ini
tumbuh dan tersebar merata secara alami di adalah metode produksi apakah yang paling
Indonesia; regenerasi mudah dan berbuah efektif dalam pemanfaatan minyak nyamplung
sebagai biodiesel dan bagaimana pengaruh perbedaan (contrast), memberikan
katalis dalam menaikkan produksi biodiesel pandangan (criticize), melakukan
yang dapat dihasilkan. Adapun tujuannya perbandingan (synthesize) dan
untuk mengetahui bagaimana metode meringkas (summarize) mengenai
produksi yang paling efektif dalam proses pemanfataan biji nyamplung sebagai
produksi biodiesel dari minyak nyamplung dan bahan baku pembuatan biodiesel yang
untuk mengetahui katalis yang efektif dalam dikaji dari sisi proses produksi atau
proses produksi biodiesel dari minyak metode yang digunakan untuk
nyamplung. pembuatan biodiesel dan penggunaan
katalis
Tabel 1. Sifat fisio-kimia minyak nyamplung
(Sumber: (Hasibuan, Sahirman, & Yudawati 4. Kesimpulan
NMA, 2013)) Membuat kesimpulan dari hasil analisa
review pemanfaatan biji nyamplung
Karakteristik fisio-kimia Nilai sebagai bahan baku biodiesel
Viskositas suhu 40 oC 60,96 cSt berdasarkan proses produksi da
Bilangan asam 59,94 mg KOH/g penambahan katalis
Kadar asam lemak 29,53%
bebas
Bilangan penyabunan 198,1 mg KOH/g PEMBAHASAN
Bilangan Iod 86,42 mg/g
Wujud Hijau gelap, kental, Pemanfaatan biji nyamplung sebagai bahan
bau menyengat baku biodiesel ditinjau berdasarkan proses
produksi dan penggunaan katalis dapat dilihat
pada table 2 dan 3 dibawah ini.

METODOLOGI PENELITIAN Tabel 2. Proses Produksi Biodiesel dari


Minyak Nyamplung
Metode Penelitian
(Tipachan, Pinnarat, &
Minyak biji nyamplung
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini Kajorncheappunngam,hasil treatment awal biji
adalah sebagai berikut: 2017) nyamplung diproses
dengan metode
1. Mengumpulkan Literatur supercritical methanol
Mencari sumber sumber yang digunakan pada stainless steel
untuk studi pustaka seperti bahan bakar reactor dengan variasi
alternatife, sumber energi terbarukan, suhu, tekanan dan rasio
BIJI nyamplung, pemanfataan nyamplung molar minyak dan metanol.
menjadi biodiesel, definisi biodiesel, Hasil biodiesel dipisahkan
proses pembuatan biodiesel dan katalis dari gliserol dengan
dengan menggunakan Virtual tools antara metode evaporasi dan
lain Google Cendekia, Researchgate, dilakukan analisa yield dan
Science Direct dan sumber-sumber data karakteristik biodiesel.
sekunder lainnya. (Naveenkumar & Dalam proses pembuatan
Baskar, 2019) biodiesel dilakukan
2. Mengelompokkan Data Sekunder dengan proses pre-
Data sekunder yang telah didapatkan treatment, proses
kemudian dikelompokkan berdasarkan esterifikasi, proses
ide pokok yang dibahas yaitu proses transesterifikasi dengan
produksi atau metode yang digunakan bantuan katalis zinc-doped
untuk pembuatan biodiesel dan calcium oxide, dan post-
penambahan katalis pada proses untuk treatment untuk
diketahui kontribusi dan korelasinya. memurnikan biodiesel
yang terbentuk.
3. Melakukan Analisa (Muhammad, Minyak nyamplung akan
Tahapan yang dilakukan dalam analisa Jatranti, Qodariyah, melalui 4 tahapan proses
literatur yaitu mencari kesamaan, & Mahfud, 2014) produksi biodiesel, yaitu
tahap pre-treatment, tahap layang sebelumnya
Degumming, tahap dipreparasi awal dan
esterifikasi dan tahap dilakukan proses
transesterifikasi dengan leaching.
bantuan gelombang mikro (Hartono, Proses pembuatan
yang kemudian hasil Jayanudin, biodiesel dari minyak biji
produk biodiesel Harzufi, & nyamplung dilakukan
dimurnikan dengan Nuraini.M, 2012) dengan bantuan katalis
pemanasan oven. asam basa. Asam yang
(Permatasari, Tahapan produksi minyak digunakan dalam
Mayangsari, & nyamplung dari biji esterifikasi adalah asam
Gunardi, 2013) nyamplung dilakukan klorida pekat. Basa yang
dalam dua tahapan proses digunakan dalam
yaitu esterifikasi dan transesterifikasi adalah
transesterifikasi dengan natrium hidroksida
bantuan katalis H-Za. dengan variasi
Kadar biodiesel yang konsentrasi.
terbentuk dilakukan (Christina, CaO yang digunakan
Analisa dengan metode Sungadi, & sebagai katalis dalam
Gas Chromatography. Kurniawan, 2017) produksi biodiesel dari
(Musta, Haetami, & Proses dimulai dengan minyak nyamplung
Salmawati, 2017) mengeringkan biji dipreparasi dari tulang
nyamplung yang sudah sapi menggunakan
dipilih. Minyak biji proses kalsinasi.
nyamplung didapatkan dari (Handayani, Ionic Liquid merupakan
pengepresan biji Wulansarie, katalis yang digunakan
nyamplung dengan mesin Husaen, & dalam proses esterifikasi
pres. Langkah selanjutnya Ulfayanti, 2018) minyak nyamplung. Ionic
adalah proses Degumming Liquid yang digunakan
dan proses terakhir yaitu adalah 1-Butyl-3-
Transesterifikasi minyak Methylimidazolium
biji nyamplung menjadi Hydrogen Sulphate
biodiesel dan dilakukan (BMIMHSO4).
pemurnian terhadap
biodiesel yang terbentuk.
Pemanfaatan nyamplung untuk
dijadikan biodiesel telah banyak dilakukan
Tabel 3. Penggunaan Katalis dalam Proses dalam penelitian sebelumnya. Proses
Produksi Biodiesel dari Minyak Nyamplung konversi biji nyamplung menjadi biodiesel
secara keseluruhan melalui 3 tahapan yaitu
(Nurhidayanti, Katalis yang digunakan pre-treatment, esterifikasi dan
2018) adalah katalis asam basa. transesterifikasi. Proses pre-treatment
Pada proses esterifikasi merupakan tahap yang berguna dan harus
digunakan katalis asam dilakukan sebagai tahapan paling awal dalam
sulfat encer yang pemanfaatan minyak nyamplung sebagai
kemudian dinetralkan biodiesel.
oleh KOH. Katalis basa Biji nyamplung yang sudah di pres
yang digunakan dalam menghasilkan minyak nyamplung masih
proses transesterifikasi mengandung partikel – partikel padat dan zat
yaitu KOH. pengotor yang dapat mengganggu proses
(Enggawati & Katalis heterogen CaO selanjutnya sehingga pada proses pre-
Ediati, 2013) dibuat dengan kalsinasi treatment dapat menghilangkan pengotor dan
kulit telur ayam yang partikel padat lainya dalam minyak nyamplung
kemudian dilakukan dengan cara penyaringan. Kandungan air
sintesis katalis CaO/Abu dalam minyak nyamplung juga dapat
Layang dengan metode menggangu proses khususnya pada reaksi
impregnasi basah. Abu transesterifikasi karena dapat terjadi reaksi
saponifikasi dan menurunkan perolehan Bercampurnya sisa pelarut dan pengotor
biodiesel (Tipachan, Pinnarat, & lainnya membuat viskositas yang dihasilkan
Kajorncheappunngam, 2017). jauh dibawah persyaratan (SNI 04-7182-2006,
Untuk menghilangkan kandungan air 2006) sebesar 2,3 – 6,0 cSt yaitu didapat hasil
dalam minyak nyamplung dapat dilakukan viskositas sebesar 0,0315 cSt sehinga
dengan pemanasan dalam oven membuat biodiesel yang dihasilkan terlalu
(Naveenkumar & Baskar, 2019). Dalam encer. Proses transesterifikasi langsung
tahapan pre-treatment umumnya dilakukan dengan menggunakan alkohol dan katalis
proses degumming setelah proses pre- basa tidak cocok untuk minyak nabati dengan
treatment. Degumming adalah proses FFA tinggi seperti minyak nyamplung (~ 27
penghilangan getah atau lendir yang terdiri
dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air
dan resin. Penambahan asam (H3PO4, H2SO4
dan HCl) atau basa (NaOH) adalah cara yang
dapat dilakukan untuk penghilangan getah
dari minyak nyamplung (Musta, Haetami, &
Salmawati, 2017). Kadar air yang tinggi pada
minyak nyamplung akan dikonsumsi oleh
katalis sehingga menghasilkan yield biodiesel
yang kecil (Lotero, et al., 2005) sehingga
proses degumming perlu dilakukan.
keberhasilan proses degumming dinilai
berdasarkan parameter purifikasi, yaitu
kecerahan kenampakan minyak.
Esterifikasi merupakan tahapan yang
dilakukan untuk mengubah asam lemak bebas
menjadi trigliserida karena tujuan esterifikasi wt.%) karena akan terjadi pembentukan sabun
untuk mendapatkan minyak nyamplung sehingga produk biodiesel yang dihasilkan
dengan kadar asam lemak bebas <2%, karena belum murni karena masih bercampur dengan
jika minyak nyamplung memiliki kadar asam
lemak bebas >2% dilanjutkan ke proses Gambar 1. Pengaruh suhu dan waktu reaksi dalam
transesterifikasi akan terjadi penyabunan proses produksi biodiesel. (Sumber: (Naveenkumar &
yang akan mengurangi kualitas biodiesel yang Baskar, 2019))
dihasilkan (Sudrajat, Sahirman, Suryani, &
Setiawan, 2010). sisa pelarut dan pengotor lainnya sehingga
Dalam (Musta, Haetami, & mempengaruhi rendemen.
Salmawati, 2017) melakukan proses Transesterifikasi atau biasa disebut
transesterifikasi langsung setelah proses dengan alkoholisis merupakan tahap konversi
degumming. Keuntungan dari proses dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil
transesterifikasi langsung adalah produk ester ester, melalui reaksi dengan alkohol dan
yang dihasilkan dapat langsung diambil tapi menghasilkan produk samping yaitu gliserol.
harus melalui tahapan pemurnian lebih lanjut Parameter yang berpengaruh dalam
terhadap produk ester (biodiesel) yang pembuatan biodiesel adalah perbandingan
dihasilkan karena terjadinya saponifikasi molar metanol dan minyak, konsentrasi
menyebabkan banyak impurities yang katalis, waktu dan suhu reaksi. Semakin tinggi
terdapat pada biodiesel produk sehingga rasio molar metanol dan minyak maka akan
mempengaruhi rendemennya. semakin tinggi juga perolehan biodiesel yang
Proses transesterifikasi langsung dihasilkan. Namun semakin tinggi rasio molar
yang dilakukan oleh (Musta, Haetami, & metanol dengan minyak berarti semakin
Salmawati, 2017) menghasilkan perolehan banyak kebutuhan metanol yang diperlukan
biodiesel sebesar 82,618% dengan waktu dalam proses produksi biodiesel. Semakin
reaksi selama 60 menit. Sehingga proses kecil rasio molar metanol dan minyak maka
produksi biodiesel dari minyak nyamplung akan menekan biaya bahan baku metanol,
tidak tepat dilakukan dengan proses namun waktu reaksi akan semakin lama.
transesterifikasi langsung karena memerlukan Beberapa peneliti seperti
waktu reaksi yang lama dan tingkat kemurnian (Permatasari, Mayangsari, & Gunardi, 2013)
biodiesel yang dihasilkan juga rendah. menggunakan rasio molar metanol dengan
minyak sebesar 2:1 dalam reaksi esterifikasi
dan transesterifikasi. Dengan rasio molar
metanol dan minyak 2:1 reaksi dapat berjalan
hingga terbentuk produk biodiesel selama 210
menit dan didapatkan yield biodiesel sebesar
36,807%. Tentu ini bukan waktu yang
sebentar, karena biodiesel produk masih
harus melalui tahap pemurnian sebagai tahap
akhirnya. Jenis katalis dan konsentrasi katalis
juga memiliki pengaruh besar dalam proses
produksi biodiesel. Salah satu hal yang
berpengaruh pada proses produksi biodiesel Proses esterifikasi dan
adalah rasio molar methanol dan minyak, transesterifikasi menggunakan bantuan
berikut adalah hubungan antara rasio molar microwave dan menggunakan katalis asam
dengan perolehan biodiesel: sulfat untuk reaksi esterifikasi dan kalsium
oksida untuk reaksi transesterifikasi. Kondisi
Tabel 4. Hubungan rasio molar dan optimum yang didapatkan oleh (Muhammad,
konsentrasi katalis dalam produksi biodiesel. Jatranti, Qodariyah, & Mahfud, 2014) yaitu
(Sumber: (Naveenkumar & Baskar, 2019))
Gambar 2. Perbandingan konsentrasi katalis
Methanol : Oil Biodiesel Konsentrasi Biodieseldan rasio molar dalam peningkatan perolehan
(Rasio Molar) Yield (%) Katalis (%) Yield (%)yield (Sumber: (Muhammad, Jatranti,
Qodariyah, & Mahfud, 2014))
05:01 73,9 2 73,1
06:01 76,0 4 80,6
konsentrasi katalis 4% dengan rasio molar
07:01 68,6 6 88,1 metanol dan minyak (9:1) yang ditampilkan
08:01 69,6 8 86,0 Penggunaan gelombang mikro dalam proses
09:01 80,0 10 84,9 transesterifikasi terbukti mampu
menghasilkan yield biodiesel yang tinggi
10:01 75,2 - - diatas 90%, namun waktu reaksi yang
dibutuhkan juga tidak berbeda jauh dengan
Faktor lain yang mempengaruhi hasil biodiesel metode konvensional sedangkan untuk
adalah waktu reaksi dan suhu reaksi. Semakin konsumsi energi yang dibutuhkan dengan
tinggi suhu dan semakin lama waktu reaksi menggunakan gelombang mikro ini lebih
maka yield biodiesel akan semakin tinggi banyak. Sehingga tidak terdapat perbedaan
seperti yang ditampilkan pada gambar berikut: secara signifikan pada metode konvensional
Dalam (Permatasari, Mayangsari, & dengan metode iradiasi gelombang mikro
Gunardi, 2013) mendapatkan hasil yield yang dalam hal efisiensi produk karena masih
rendah sebesar 36,807% dikarenakan memerlukan waktu produksi yang lama dari
pemakaian rasio molar metanol dan minyak tahap awal sampai didapat produk akhir
yang kecil yaitu 2:1 sehingga reaksi tidak biodiesel yang murni. Metode iradiasi
berjalan optimal karena secara stoikiometri gelombang mikro juga perlu ditinjau dalam hal
dibutuhkan minimal 3 mol alkohol setiap mol skala produksi agar dapat digunakan dalam
trigliserida agar reaksi dapat berjalan normal skala industri.
(Widyastuti, 2007). Untuk mendapat hasil yield (Tipachan, Pinnarat, &
yang lebih baik, salah satu caranya adalah Kajorncheappunngam, 2017) memakai
dengan menaikkan rasio molar metanol dan metode supercritical methanol dalam proses
minyak seperti yang dilakukan oleh produksi biodiesel dari biji nyamplung.
(Naveenkumar & Baskar, 2019) mendapatkan Penggunaan metode supercritical fluid dapat
rasio molar metanol dan minyak optimum menjadi solusi untuk mendapatkan biodiesel
pada perbandingan 9:1 sehingga dapat dengan kualitas tinggi dengan proses yang
dihasilkan yield biodiesel sebesar 89,0%. lebih ringkas. Proses tersebut merupakan
Namun, penggunaa rasio molar metanol dan non-catalytic reaction dimana minyak nabati
minyak yang tinggi akan menaikkan beban bereaksi dengan supercritical methanol untuk
biaya produksi untuk bahan baku metanol. menghasilkan biodiesel. Dalam penelitiannya,
(Tipachan, Pinnarat, & Kajorncheappunngam,
2017) menggunakan variasi rasio molar
metanol dengan minyak, variasi suhu dan minyak nabati dan tidak adanya sabun yang
variasi tekanan. Katalis tidak digunakan terbentuk sehingga mengurangi biaya
karena supercritical methanol merupakan pengolahan limbah. Metode supercritical
metode produksi yang dapat berjalan methanol ini memiliki keurangan yaitu
meskipun tanpa penambahan katalis. Minyak perlunya pengawasan safety yang lebih
nyamplung tidak melalui proses degumming karena dalam prosesnya melibatkan suhu dan
terlebih dahulu, namun untuk menghasilkan tekanan tinggi (Dermibas, 2002).
kualitas biodiesel yang baik, maka minyak Alternatif metode produksi biodiesel
nyamplung disaring untuk menghilangkan dari minyak nabati yang masih tergolong baru
partikel – partikel kasar dari minyak adalah dengan memanfaatkan gelombang
nyamplung. Secara teori, semakin tinggi rasio ultrasonik. (Widayat, Hadiyanto, & Satriadi,
molar metanol dan minyak, maka akan lebih 2012) melakukan optimasi proses produksi
banyak molekul metanol yang bereaksi biodiesel berbantukan gelombang ultrasonik.
dengan trigliserida. Dari hasil yang didapat Dalam penelitiannya, penggunaan gelombang
menunjukkan pada rasio molar metanol dan ultrasonik atau dikenal dengan sonokimia
minyak 60:1 terjadi penurunan hasil yield merupakan salah satu cara terbaik untuk
menjadi 89,8% dimana pada rasio 40:1 dapat ekstraksi padat-cair suatu produk karena
menghasilkan yield 90,4% seperti yang dapat mempengaruhi perubahan – perubahan
ditunjukkan oleh gambar berikut: yang terjadi pada proses kimia. Keuntungan
utama transesterifikasi dengan bantuan
gelombang ultrasonik dibandingkan dengan
metode konvensional dalah efisiensi lebih
besar dan waktu operasinya lebih singkat.
Dengan proses yang ringkas dan efisien ini
mampu menghasilkan perolehan biodiesel
yang tinggi, namun metode ini perlu dilakukan
treatment terlebih dahulu di awal proses
sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan biodiesel dari tahapan awal
akan memakan waktu yang lama sehingga
tidak cocok untuk digunakan dalam skala yang
lebih besar.
Gambar 3. Perbandingan rasio molar metanol (Trisnaliani, Fatria, & Sari, 2018)
dan minyak terhadap yield biodiesel (Sumber: melakukan penelitian mengenai penggunaan
(Tipachan, Pinnarat, & Kajorncheappunngam, tegangan tinggi dalam separasi produk
2017)) biodiesel dari minyak nabati. Proses produksi
dilakukan dengan bantuan gelombang
microwave pada reaksi transesterifikasi. .
Penurunan yield ini diakibatkan oleh metanol Pemisahan biodiesel dengan metode separasi
yang mengencerkan reaktan sehingga tegangan listrik dapat menjadi teknologi yang
menghasilkan lebih sedikit produk. menjanjikan untuk sintesa biodiesel dari
Kemungkinan lain adalah metanol yang minyak nabati karena waktu relatif singkat,
terlarutkan dalam biodiesel dan gliserol tidak terjadi pembentukan sabun dan tidak
produk pada saat proses pemisahan dan membentuk gliserol. Kekurangan dari metode
pemurnian biodiesel sehingga masih ada separasi tegangan listrik ini adalah masih
metanol yang tersisa di dalam produk sulitnya mengendalikan mekanisme reaksi
biodiesel, meskipun pada tahap akhir karena adanay elektron berenergi tinggi,
biodiesel melalui tahapan pemurnian dengan mengendalikan ikatan mana yang akan
rotary dryer. Metode supercritical methanol dieksitasi atau diionisasi dan mencegah reaksi
memiliki beberapa kelebihan dari metode lanjutan karena aksi dari ekektron berenergi
transesterifikasi konvensional yaitu tidak tinggi
dipengaruhi oleh kondisi bahan karena asam Metode non konvensional yang
lemak bebas yang terkandung dalam bahan digunakan dalam proses produksi biodiesel
akan teresterifikasi menjadi metil ester secara dari minyak nabati yang juga sedang
langsung, tingkat konversi metil ester yang dikembangkaan saat ini adalah membran
tinggi, waktu proses yang jauh lebih singkat, reaktor. Menurut (Wenten & Nasution, 2010)
tidak dipengaruhi keberadaan air dalam membran reaktor merupakan solusi yang
tepat untuk dapat menghasilkan perolehan menyebabkan peningkatan mobilitas molekul
biodiesel yang tinggi karena metode membran reaktan yang mengarahkan pada kenaikan
reaktor menjaga kesetimbangan reaksi agar faktor tumbukan (Gude, Patil, Martinez, Deng,
bergeser ke arah produk. Operasi secara & Nirmalakhandan, 2013). Pada penelitian
membran reaktor dipengaruhi oleh laju alir (Hartono, Jayanudin, Harzufi, & Nuraini.M,
umpan, jenis membran, ukuran pori membran, 2012) digunakan katalis asam klorida 37%
trans-membrane pressure (TMP) dan afinitas. sebanyak 1% berat minyak pada proses
Pemasangan sistem yang kompleks dan esterifikasi dan digunakan katalis NaOH
banyaknya bahan single use yang digunakan dengan variasi konsentrasi. Hasil optimum
dalam metode membran reaktor ini membuat tercapai dengan konsentrasi katalis NaOH
metode ini perlu dikembangkan lebih jauh lagi 2,5% dengan waktu reaksi 75 menit dan
supaya dapat berjalan lebih efisien mengingat didapatkan hasil yield biodiesel sebesar 72%.
teknologi membran masih terkendala pada Penggunaan katalis asam basa kuat
terbatasnya suhu dan tekanan proses. seperti yang dilakukan oleh (Nurhidayanti,
Katalis yang umum digunakan dalam 2018) dan (Hartono, Jayanudin, Harzufi, &
proses pembuatan biodiesel umumnya dalam Nuraini.M, 2012) menimbulkan beberapa
bentuk liquid, karena pengontrolannya mudah masalah. Masalah yang umumnya terjadi
lalu katalis dalam bentuk liquid membutuhkan adalah pada proses pengolahan limbah dari
panas reaksi yang lebih kecil dari katalis solid proses produksi. Kandungan asam basa kuat
sehingga membuat proses efisien. dalam jumlah banyak akan membuat
Keunggulan katalis liquid juga waktu reaksi pengolahan limbah menjadi lebih panjang
sampai dicapainya keadaan optimum tidak tahapannya dan tidak bisa dilakukan recycle
lama dibandingkan dengan menggunakan untuk dipakai kembali. Kebutuhan akan bahan
katalis solid. Kelemahan katalis liquid adalah baku asam basa kuat dengan grade yang
kompleknya proses pencucian dan separasi tinggi tentu akan menambah beban produksi
terhadap produk akhir. Untuk katalis solid sehingga masalah mahalnya investasi untuk
memiliki keuntungan pada proses pencucian produksi biodiesel tidak terselesaikan.
dan separasi dengan produk lebih mudah dan Sehingga penggunaan katalis asam basa kuat
tidak kompleks, juga harga katalis solid dalam proses produksi biodiesel tidak tepat
cenderung lebih murah dan bersifat karena tidak bernilai ekonomis dan juga
thermostabil (Muhammad, Jatranti, tingkat efektifitasnya tidak begitu baik.
Qodariyah, & Mahfud, 2014). Dalam Untuk itu perlu dikembangkan katalis
penelitiannya, (Nurhidayanti, 2018) yang ramah lingkungan dan bernilai
membandingkan hasil biodiesel dari proses ekonomis. (Handayani, Wulansarie, Husaen,
transesterifikasi konvensional, iradiasi & Ulfayanti, 2018) dalam penelitiannya
microwave dan iradiasi microwae.tanpa menggunakan katalis BMIMHSO4 (1-Butyl-3-
katalis. Methylimidazolium Hydrogen Sulphate) dalam
Pada transesterifikasi konvensional proses esterifikasi minyak nyamplung dengan
dengan katalis KOH 1% wt didapatkan hasil bantuan gelombang microwave. Katalis
optimum dengan yield sebesar 75,26% dalam BMIMHSO4 merupakan katalis dengan
waktu 30 menit. Penggunaan microwave selektifitas tinggi dan dapat di recycle
dalam penelitian (Nurhidayanti, 2018) tidak sehingga limbah yang dihasilkan tidak
berjalan semestinya ketika tidak ditambah mencemari lingkungan. Katalis BMIMHSO4
katalis kedalam proses. Penggunaan ditambahkan pada proses esterifikasi dengan
microwave tidak dapat menggantikan peran variasi konsentrasi. Dengan naiknya
katalis untuk mempercapat reaksi, terbukti konsentrasi katalis maka nilai FFA akan
pada waktu reaksi 30 menit biodiesel masih semakin kecil karena kehadiran katalis akan
belum terbentuk. Peran katalis tetap menurunkan energi aktivasi. Kelebihan dari
dibutuhkan untuk mempercat reaksi karena katalis akan menyebabkan warna minyak
microwave hanya berperan sebagai pemanas menjadi gelap dan akan menurunkan bilangan
saja. Penelitian (Nurhidayanti, 2018) asam secara perlahan pada proses
mendapat hasil yield terbaik dengan esterifikasi.
menggunakan proses iradiasi microwave Penggunaan katalis BMIMHSO4
dengan power 200W, waktu reaksi 5 menit, mampu mengurangi kadar asam lemak bebas
suhu reaksi 65 oC dan penambahan katalis dari minyak nyamplung hingga kadarnya
KOH 1% wt dengan hasil yield sebsar dibawah 2%. Penggunaan katalis BMIMHSO4
84,621%. Penggunaan microwave sangat berguna dan berpengaruh untuk
membuat kualitas biodiesel menjadi baik Katalis yang dipakai adalah CaO/Abu Layang
karena mampu menurunkan FFA hingga dengan proses leaching. Ada beberapa faktor
dibawah 2%. Katalis BMIMHSO4 ini juga yang menyebabkan yield biodiesel kecil, yaitu
ramah lingkungan sehingga tidak memerlukan salah satunya jumlah katalis yang
proses pengolahan limbah yang panjang ditambahkan ke dalam reaksi. Penelitian yang
sehingga meningkatkan efisiensi proses. dilakukan oleh (Enggawati & Ediati, 2013)
Namun katalis BMIMHSO4 harganya mahal menggunakan katalis CaO/Abu Layang
dan tidak tepat digunakan untuk skala industri, sebanyak 1,25% (b/b) seperti yang dilakukan
meskipun kemampuannya bagus dalam pada penelitian terdahulu. Penelitian
meningkatkan reaksi esterifikasi pada proses terdahulu menggunakan jumlah katalis
pembuatan biodiesel. sebesar 1,25% (b/b) dapat menghasilkan yield
Penggunaan katalis homogen seperti biodiesel sebesar 89%. Kemungkinan yang
katalis asam basa terbukti dapat kedua karena rasio molar metanol minyak
meningkatkan laju reaksi dan menghasilkan yang tidak sesuai sehingga reaksi tidak
konversi biodiesel yang lebih tinggi dari katalis berjalan optimal. Dengan nilai yield sekecil itu
heterogen. Akan tetapi, katalis homogen tentu sangat tidak relevan dengan kebutuhan
ternyata menimbulkan beberapa masalah industri sehingga perlu dilakukan penelitian
antara lain bercampurnya katalis dengan lebih lanjut untuk optimasi proses terutama
produk di akhir reaksi karena memiliki fase penelitian mengenai rasio molar
yang sama sehingga dibutuhkan proses minyak/alkohol dan jumlah katalis yang
pemurnian untuk mendapat kualitas biodiesel digunakan.
yang baik (Sharma, Singh, & Upadhyay, (Christina, Sungadi, & Kurniawan,
2011). Masalah lain yang ditimbulkan dari 2017) menggunakan katalis berbasis kalsium
penggunaan katalis homogen adalah dari tulang sapi karena limbahnya di Indonesia
dihasilkannya limbah dan emulsi dengan cukup tinggi sehingga mudah didapat. Untuk
jumlah cukup banyak dan tidak dapat mempreparasi CaO dilakukan dengan proses
digunakan dalam proses produksi yang kalsinasi. CaO merupakan katalis heterogeny
berkelanjutan (M., W.M.A.W., & M.K., 2009). yang dapat didapatkan dengan kalsinasi
Untuk mengatasi masalah tersebut, katalis kalsium karbonat pada suhu tinggi. Katalis
heterogen mulai banyak digunakan karena yang sudah diaktivasi selanjutnya dianalisis
dapat dengan mudah dipisahkan dari produk, dengan menggunakan XRD dan EDX. Hasil
serta limbah yang dihasilkan lebih sedikit (Z., XRD menunjukkan komposisi dari katalis
M.R., N., J., & W.J.N., 2009). tulang sapi terdiri dari CaCO3, CaO dan

Bahan kimia yang digunakan untuk


sintesis katalis harganya cukup mahal
sehingga harga katalisnya juga akan lebih
mahal, untuk itu perlu dicari sumber bahan lain
yang dapat mensintesis katalis.
Proses pembuatan katalis CaO/Abu
Layang yang dilakukan oleh (Enggawati &
Ediati, 2013) dimulai dengan preparasi CaO
dari kulit telur ayam, kemudian preparasi abu
laying, leaching abu laying dan sintesis katalis
CaO/Abu Layang. Hasil karakterisasi
menggunakan XRD menunjukkan bahwa
senyawa yang dihasilkan dari kalsinasi kulit
telur ayam pada suhu 1000 oC adalah CaO.
Senyawa utama yang Menyusun hampir
seluruh bagian kulit ayam adalah kalsit Gambar 4. Karakteristik katalis CaO/Abu
(CaCO3) sehingga pemanasan pada suhu Layang hasil XRD (Sumber: ( (Christina,
tinggi dapat mengubahnya menjadi CaO (J., Sungadi, & Kurniawan, 2017)
D., & A.J, 2012). Yield biodiesel terbesar dari
penelitian (Enggawati & Ediati, 2013) Ca(OH)2 seperti yang ditampilkan pada
didapatkan dengan menggunakan katalis gambar 4.
CaO/Abu Layang adalah 10,76% dengan Kehadiran senyawa Ca(OH)2 dapat
waktu reaksi 120 menit dan suhu reaksi 60 oC. dilihat pada 2θ = 25,852o; 34,035o; 46,668o;
dan 50,460o. Terkandungnya senyawa digunakan dalam proses produksi biodiesel
karbonat di dalam katalis disebabkan karena dari minyak nyamplung.
proses kalsinasi tidak berjalan sempurna
dalam mengkonversi kalsium karbonat
menjadi kalsium oksida. Analisis EDX
bertujuan untuk mengetahui senyawa kimia
yang terdapat dalam katalis baik kualitaitif dan
kuantitatif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat


disimpulkan bahwa:
1. Metode konvensional tidak efektif
digunakan dalam proses produksi
biodiesel dari minyak nabati karena
proses yang rumit dan memerlukan
waktu yang panjang. Metode
supercritical methanol menjadi metode
Gambar 5. Hasil analisa EDX terhadap katalis yang paling efektif yang dapat
CaO/Abu Layang (Sumber: ( (Christina, digunakan dalam proses produksi
Sungadi, & Kurniawan, 2017)) biodiesel dari minyak nyamplung jika
dibandingkan dengan metode terbaru
Hasil analisa EDX menunjukkan yang lain seperti membran reaktor dan
persentase senyawa-senyawa yang metode sonifikasi karena dapat
terkandung dalam katalis adalah: MgO= 0,9%, menghasilkan biodiesel dengan yiled
Na2O= 0,8356%, Al2O3= 3,1355, CaCO3= maksimal 90,4% dengan waktu reaksi
27,3333%, CaO= 37,5293%, P2O5 dan P2O3= 10 menit.
30,2663%. 2. Katalis heterogen merupakan katalis
Penggunaan katalis CaO dari tulang yang tepat digunakan dalam produksi
sapi mampu menghasilkan yield biodiesel dari biodiesel. Katalis CaO berbahan dasar
minyak nyamplung sebesar 86,02% dengan tulang sapi memiliki karakteristik yang
jumlah katalis yang dibutuhkan sebesar 2% sangat mendekati CaO murni dengan
b/b minyak dengan suhu operasi 60 oC. harga yang lebih ekonomis sehingga
Dengan memanfaatkan sumber bahan kimia menjadi pilihan yang tepat digunakan
dari limbah tidak terpakai contohnya limbah dalam proses produksi biodiesel dari
tulang sapi, dapat mengahasilkan katalis minyak nyamplung. Katalis CaO
dengan kualitas tinggi untuk dapat digunakan berbahan dasar tulang sapi mampu
sebagai katalis reaksi dalam proses produksi menghasilkan yield biodiesel hingga
biodiesel. Tulang sapi merupakan bahan yang 86,02% dimana lebih tinggi perolehan
mudah didapat dan ketersediaannya banyak biodieselnya dari katalis CaO/Abu
dan harganya ekonomis. Dengan layang sebesar 10,76%.
memanfaatkan tulang sapi sebagai bahan
baku pembuatan katalis CaO maka akan
menekan biaya produksi biodiesel. Katalis Saran
CaO yang dihasilkan juga memiliki
karakteristik yang sangat mendekati CaO Dari hasil penelitian ini dapat diambil
murni sehingga tepat digunakan untuk katalis beberapa saran yaitu:
reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dari minyak nyamplung. Katalis heterogen terhadap pengaruh penambahan
seperti CaO yang berasal dari tulang sapi katalis dalam metode supercritical
selain dapat menghasilkan yield biodiesel methanol
yang tinggi dengan waktu reaksi yang cepat 2. Diperlukan penelitian tentang
juga bersifat ramah lingkungan sehingga tepat bagaimana efektifitas metode
supercritical methanol apabila (Calophyllum Inophyllum) Oil with
dilakukan dalam skala industri Liquid Catalyst of BMIMHSO4 adn
pengolahan minyak nyamplung Microwave-Assisted. Jurnal Bahan
menjadi biodiesel. Alam dan Terbarukan, 7, 59-63.
Hartono, R., Jayanudin, Harzufi, E., &
Nuraini.M, D. (2012). Pembuatan
Biodiesel dari Minyak Biji Nyamplung
dengan Proses Esterifikasi-
Transesterifikasi dengan Katalis Asam
DAFTAR PUSTAKA Basa.
Hasibuan, S., Sahirman, & Yudawati NMA.
(P3HH), P. P. (2005-2008). Penelitian (2013). Karakteristik Fisiokimia dan
Pembuatan Biodiesel dari Biji Antibakteri Hasil Purifikasi Minyak Biji
Nyamplung (Calophyllum Inophyllum Nyamplung (Calophyllum Inophyllum
Linn). Retrieved from L.). Agritech, 33(3), 311-319.
http://www.litbang.pertanian.go.id/ J., B., D., D., & A.J, T. (2012). A Review on
Anwaristiawan, D., Harjito, & Widiarti, N. Solid Oxide from Waste Shells as
(2018). Modifikasi Katalis BaO/Zeolit Catalyst for Biodiesel Production.
Y pada Reaksi Transesterifikasi Renewable and Sustainable Energy.
Minyak Biji Jarak (Jatropha Curcas L.) K., H. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia .
Menjadi Biodiesel. Indonesian Journal Lotero, E., Liu, Y., Lopez, D., Suwannakarn,
of Chemical Science, 7(3), 292-298. K., Bruce, D., & Goodwin, J. (2005).
Bustomi, S., Rostiwati, T., Sudrajat, R., Synthesis of Biodiesel via Acid
Leksono, B., Kosasih, A., Anggraeni, Catalysis. Industrial Engineering
I., . . . Rachman, E. (2008). Chemistry Research, 44(14), 5353-
Nyamplung (Calophyllum Inophyllum) 5363.
Sumber Energi Biofuel Potensial. M., Z., W.M.A.W., D., & M.K., A. (2009).
Christina, N., Sungadi, E., & Kurniawan, Y. Activity of Solid CAtalyst for Biodiesel
(2017). Pembuatan Biodiesel dari Production: A Review. Fuel
Minyak Nyamplung dengan Processing Technology, 770-777.
Menggunakan Katalis Berbasis Ma, F., & Hanna, M. (1999). Biodiesel
Kalsium. 26-35. Production: a review. Bioresource
Demirbas, A. (2009). Biodiesel from wate Technology, 70, 1-15.
cooking oil via base-catalytic and Muhammad, F. R., Jatranti, S., Qodariyah, L.,
supercritical methanol & Mahfud. (2014). Pembuatan
transesterification. Energy Conversion Biodiesel dari Minyak Nyamplung
and Management, 50, 923-927. Menggunakan Pemanasan
Dermibas, A. (2002). Biodiesel From Gelombang Mikro. Junal Teknik
Vegetable Oil Via Transesterification POMITS, 3, 154-159.
in Supercritical Methanol. Energi Murtiningrum, & Firdaus, A. (2016).
Conversion and Management, 43, Perkembangan Biodiesel di Indonesia
2349-2356. Tinjauan Atas Kondisi Saat Ini,
Enggawati, E. R., & Ediati, R. (2013). Teknologi Produksi dan Analisis
Pemanfaatan Kulit Telur Ayam dan Prospektif. Jurnal PASTI, IX, 35-45.
Abu Layang Batubara sebagai Katalis Musta, R., Haetami, A., & Salmawati, M.
Heterogen untuk Reaksi (2017). Biodiesel of The
Transesterifikasi Minyak Nyamplung Transesterification Product of
(Calophyllum Inophyllum Linn). Jurnal Calophyllum Inophyllum Seed Oil
Sains dan Seni POMITS, 2, 1-6. From Kendari Using Methanol
Gude, V., Patil, P., Martinez, G., Deng, S., & Solution. 4(2), 394-401.
Nirmalakhandan, N. (2013). Naveenkumar, R., & Baskar, G. (2019).
Microwave Energy Potential for Biodiesel Production from
Biodiesel Production. Sustainable Calophyllum inophyllum Oil Using
Chemical Process, 1, 1-31. Zinc Doped Calcium Oxide (Plaster of
Handayani, P. A., Wulansarie, R., Husaen, Paris) Nanocatalyst. Bioresource
P., & Ulfayanti, M. I. (2018). Technology, 280, 493-496.
Esterification of Nyamplung
Nurhidayanti, N. (2018, Desember). Studi Biodiesel Production from Unrefined
Reaksi Pembuatan Biodiesel dari Krating (Calophyllum Inophyllum)
Minyak Nyamplung Menggunakan Seed Oil Using Supercritical
Iradiasi Microwave. Jurnal Tekno Methanol. 16(4), 283-291.
Insentif, 12, 1-12. Trisnaliani, L., Fatria, & Sari, I. M. (2018).
Page, L. (1987). Applied Heterogeneous Proses Produksi Biodiesel dari Minyak
Catalyst. Editions Technip. Jelantah Menggunakan Microwave
Permatasari, A., Mayangsari, W., & Gunardi, Hydro Distillation dan Separasi
I. (2013). Pembuatan Biodiesel dari Tegangan Tinggi. 9, 25-30.
Minyak Nyamplung (Calophyllum Wenten, I. G., & Nasution, M. H. (2010).
Inophyllum L) dengan Reaksi Review Proses Produksi Biodiesel
Transesterifikasi Menggunakan dengan Menggunakan Membran
Katalis K2O/H-Za Berbasis Zeolit Reaktor. Seminar Rekayasa Kimia
Alam. Jurnal Teknik POMITS, 2, 290- dan Proses.
295. Widayat, Hadiyanto, & Satriadi, H. (2012).
Primadi, T. (2011). Analisis Tanaman Optimization Proses Produksi
Penghasil Biodiesel. Biodiesel Berbantukan Gelombang
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Ultrasonik dengan Metode Central
Hutan. (2008). Pembuatan Biodiesel Composite Design. 32, 662-670.
dari Biji Nyamplung (CAlophyllum Widyastuti, L. (2007). Reaksi Metanolisis
inophyllum L.). Minyak jarak Pagar Menjadi Metil
Rizwanul Fattah, I., Masjuki, H., Kalam, M., Ester Sebagai Bahan Bakar
Wakil, M., Ashraful, A., & Shahir, S. Pengganti Minyak Diesel dengan
(2014). Experimental Investigation of Menggunakan Katalis KOH.
Performance and Regulated Z., H., M.R., O., N., A., J., K., & W.J.N., F.
emissions of a Diesel Engine with (2009). Solid Heterogenous CAtalyst
Calophyllum Inophyllum Biodiesel for Transesterification of Triglycerides
Blendes Accompanied by Oxidation with Methanol: A Review. Applied
Inhibitors. Energy Conversion and Catalysis A: General 363, 1-10.
Management, 83, 232-240.
Sharma, Y., Singh, B., & Upadhyay, S.
(2011). Advancements in
Development and Characterization of
Biodiesel: a Review. Fuel, 87, 2355-
2373.
Silitonga, A., Masjuki, H., Mahlia, T., Ong, H.,
Chong, W., & Boosroh, M. (2013).
Overview Properties of Biodiesel
Diesel Blends from Edible and Non
edible feedstock. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 22, 346-
60.
SNI 04-7182-2006. (2006). In Biodiesel.
Jakarta: BSN.
Sudrajat, R., Sahirman, A., Suryani, &
Setiawan, D. (2010). Proses Trans-
Esterifikasi Pada Pembuatan
Biodiesel Menggunakan Minyak
Nyamplung (Calophyllum Inophyllum)
yang telah dilakukan Esterifikasi.
Supriadi, H., & Balittri, E. (2012). Potensi
Pemanfaatan Biji Karet sebagai
Biodiesel Ramah Lingkungan. Warta
Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri, 18, 16-19.
Tipachan, C., Pinnarat, T., &
Kajorncheappunngam, S. (2017).

Anda mungkin juga menyukai