VIKRAN DE HERMAWAN
J1B117036
4.1.2. Analisis Kadar Airdan FFA Pada Crude Palm Oil (CPO)
Kadar air CPO yang digunakan dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan metode uji AOCS Ca 2c-25 sedangkan kadar FFA dianalisis dengan
menggunakan metode uji AOCS Ca 5a-40. Tabel 4.2 menunjukkan kadar air dan
FFA dalam CPO.
Kadar air merupakan sebuah komponen kecil yang ditemukan dalam semua
bahan baku yang akan digunakan dalam menghasilkan biodiesel. Kadar air sendiri
penting untuk diperhatikan sebab dapat memberikan dampak buruk terhadap yield
yang dihasilkan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Ma (2006), menyatakan
bahwa selama reaksi transesterifikasi berlangsung, kehadiran air menyebabkan
dampak buruk yang lebih besar dibandingkan dengan tingginya kadar FFA. Kadar
air yang melebihi 0,05% dapat mengganggu proses transesterifikasi baik dengan
katalis asam maupun basa, sebab air dapat bereaksi dengan katalis selama proses
transesterifikasi sehingga dapat mengakibatkan terbentuknya sabun dan emulsi [50,
51, 52]. Adanya kandungan air dalam minyak juga dapat menyebabkan hidrolisis
pada trigliserida dalam minyak yang mengakibatkan peningkatan kadar FFA dalam
minyak [53].
Kadar air dan kandungan FFA merupakan dua hal utama yang harus
diperhatikan. Selain kadar air, kandungan FFA yang melebihi 3% dalam bahan
baku juga memicu terbentuknya sabun selama proses transesterifikasi berlangsung,
sehingga dapat disimpulkan bahwa baik kadar air maupun FFA dapat membawa
dampak buruk terhadap hasil reaksi transesterifikasi, sebab kedua hal tersebut dapat
menyebabkan terbentuknya sabun, meningkatkan jumlah katalis yang diperlukan,
menurunkan keefektifan katalis, serta rendahnya konversi dan yield [52,54].
Dalam kajian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu dengan
menggunakan katalis heterogen dengan berbagai macam bahan baku, Hindryawati,
dkk (2014) menggunakan bahan baku minyak jelantah dengan katalis silika, yang
berasal dari abu sekam padi diimpregnasi dengan logam alkali (Li, Na, K) dengan
bahan baku yang digunakan memiliki kadar air rendah yaitu sebesar 0,03% lebih
rendah dari CPO [16], sedangkan kajian yang telah dilakukan oleh Lani,dkk (2016)
menggunakan bahan baku minyak jelantah, katalis CaO yang berasal dari cangkang
telur ayam dan katalis silika yang berasal dari abu sekam padi dan kemudian
diimpregnasi, metanol, bahan baku yang digunakan memiliki kadar air sebesar
0,200 % lebih rendah dari CPO [15], dan kajian yang telah dilakukan oleh Chen,
dkk (2015) pendekatan silifikasi untuk biomimetik dalam mensintesis katalis CaO-
SiO2 untuk transesterifikasi dari minyak sawit olahan yang dibeli di supermarket
yang digunakan untuk menjadi biodiesel, bahan baku yang digunakan memiliki
kadar air 0.87% lebih rendah dari CPO[55].
Telah banyak kajian yang di lakukan untuk menurunkan kadar FFA pada
bahan baku salah satu cara nya melalui proses adsorpsi dengan menggunakan
karbon aktif mampu menurunkan kadar FFA dari 1.3% menjadi 0,6%, dimana
penggunaan karbon aktifnya sebesar 10% [56]. Dalam pembuatan biodiesel baik
kadar air maupun FFA dapat membawa dampak buruk terhadap hasil reaksi
transesterifikasi jika terlalu tinggi, sebab kedua hal tersebut dapat menyebabkan
terbentuknya sabun, meningkatkan jumlah katalis yang diperlukan, menurunkan
keefektifan katalis, serta rendahnya konversi dan yield [52,54]. Peneliti telah
mengunakan bahan baku CPO yang memiliki kadar air 3.90%, sehingga dari segi
bahan baku peneliti menggunakan bahan baku yang under dibawah rata-rata dimana
bahan baku yang digunakan biodiesel berkualitas rendah, kadar air dan kandungan
FFA memiliki nilai yang sangat tinggi.
Kadar air dan kandungan FFA yang melebihi 3% dalam bahan baku juga
memicu terbentuknya sabun selama proses transesterifikasi berlangsung, sehingga
dapat disimpulkan bahwa baik kadar air maupun FFA dapat membawa dampak
buruk terhadap hasil reaksi transesterifikasi, sebab kedua hal tersebut dapat
menyebabkan terbentuknya sabun, meningkatkan jumlah katalis yang diperlukan,
menurunkan keefektifan katalis, serta rendahnya konversi dan yield [37,39].
Penggunaan katalis K-Silika dari abu daun bambu dengan matriks katalis silika
untuk mengkonversi CPO menjadi biodiesel akan memiliki peran dalam
mengkatalisis dan mengadsorb gumyang terdiri dari fosfatida, protein, hidrokarbon,
karbohidrat, air, logam berat dan resin. Adanya gum pada CPO mampu menyumbat
pori-pori dan sisi aktif katalis sehingga mengurangi kinerja dari katalis K-Silika
sendiri. Tetapi penggunaan silika sebagai matriks katalis diharapkan dapat berperan
sebagai adsorben untuk menyerap yang bersifat polar seperti air dan asamsehingga
kadar air dan kadar FFA yang besar yang ada pada CPO tidak akan menggangu
reaksi yang menjadi masalah dalam sintesis biodiesel sehingga reaksi dapat
berlangsung dengan baik.
4.1.3 Pengaruh Tipe Katalis dan Jumlah Katalis terhadap Yield Biodiesel
Pada penelitian ini, katalis yang digunakan terdiri dari beberapa tipe yaitu tipe
katalis A1, A2, A3 dan A4, dengan masing-masing tipe katalis dilangsungkan pada
reaksi transesterifikasi terhadap bahan baku CPO. Keterangan dari masing-masing
tipe katalis yaitu:
1) A1 = Katalis yang diperoleh dari hasil kalsinasi pada suhu 500oC dengan rasio
molar K: SiO2 (2,5 :1) tertentu sebesar K: SiO2: 10,9 – 31,10 %.
2) A2 = Katalis yang diperoleh dari hasil kalsinasi pada suhu 600oC dengan rasio
molar K: SiO2 (2,5 :1) tertentu sebesar K: SiO2: 12,2 – 26,7%.
3) A3 = Katalis yang diperoleh dari hasil kalsinasi pada suhu 700oC dengan rasio
molar K: SiO2 (2,5 :1) tertentu sebesar K: SiO2: 12,1 – 32,40%.
4) A4 = Katalis yang diperoleh dari hasil kalsinasi pada suhu 800oC dengan rasio
molar K: SiO2 (2,5 :1) tertentu sebesar K: SiO2: 10,7 – 31,10 %
Gambar 4.1 Hubungan antara Jumlah Katalis dan Tipe Katalis dengan Yield
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah katalis yang
digunakan untuk semua variasi tipe katalis maka yield biodiesel yang dihasilkan
akan semakin meningkat hingga mencapai titik tertentu, lalu mengalami penurunan.
Untuk semua jenis tipe katalis dengan jumlah katalis tertentu dapat dijelaskan
bahwa pada tipe katalis A1 dengan jumlah katalis 3 % hingga 4% mengalami
peningkatan kadar ester dan reaksi berjalan baik lalu mengalami penurunan pada
penggunaan katalis 5%, tipe katalis A2 dengan jumlah katalis 4 % mengalami
peningkatan yield pada jumlah katalis 4 % lalu mengalami penurunan pada
penggunaan katalis 5%, tipe katalis A3yield semakin meningkat hingga jumlah
katalis 3 - 4%, lalu mengalami penurunan pada penggunaan katalis sebanyak 5%.
Hal yang sama dapat dilihat pada gambar 4.1 untuk tipe katalis A4 terjadi
penurunan yield pada penggunaan katalis sebanyak 5%. Sehingga kecenderungan
untuk semua tipe katalis berada pada kondisi optimum dengan penggunaan berat
katalis 4%. Dari gambar 4.1 dapat dijelaskan bahwa jika melebihi jumlah katalis
4% maka menyebabkan campuran katalis dan reaktan akan semakin kental, yang
menyebabkan peningkatan viskositassehingga akan membuat terjadinya kesulitan
untuk terjadi perpindahan massa karena tumbukan antar molekul nya yang tidak
bebas sehingga gaya interaksi antar molekul melemah yang dapat menyebabkan
penurunan pada yield metil ester.
Berbagai kajian yang pernah dilakukan dengan menggunakan katalis
heterogendan diketahui karakteristik biodiesel yang dihasilkan telah memenuhi
standar yang ditetapkan. Roschat, dkk [14] dimana digunakan katalis heterogen
Na/SiO2 dari abu sekam padi yang mengasilkan yield 97% dengan berat katalis
2.5%. Ali, dkk [57] menggunakan katalis kalsium oksida-silikon dioksida-asam
sulfat yang diimpregnasi methanol dengan kandungan metil ester yang didapatkkan
sebesar 97.21%, berat katalis 5%.
Dari gambar 4.1 juga dapat dilihat bahwa untuk jumlah kalium yang ada pada
setiap katalis maka tipe katalis yang memiliki kadar kalium yang tertinggi dimiliki
oleh tipe katalis A2 dan A3untuk jumlah katalis yang sama yaitu sebesar 4%, tetapi
hasil yield yang tertinggi yang di dapat tidak berada pada A2 dan A3 yang memiliki
kadar kalium tertinggi melainkan pada tipe katalis A4yang tidak memiliki kadar
kalium yang tertinggi, sehingga dapat dijelaskan bahwa kadar kalium bukan satu-
satunya parameterpenentu keberhasilan dalam mengkatalisis reaksi ini. Jika dilihat
dari kandungan silika maka tipe katalis yang memiliki kadar silika tertinggi dimiliki
oleh tipe katalis A3 sebesar 32.40%, sehingga ada peran nya silika di dalam reaksi
ini dan menghasil hasil yang berbeda-beda, tetapi dengan kandungan silika yang
tinggi justru tidak menghasilkan yield dan kadar metil ester yang tinggi. Sementara
pada tipe katalis A3 dan A2dengan kandungan Si yang berbeda-beda yang memiliki
kandungan kalium yang hampir sama dan tidak cukup berbeda signifikan tapi
menghasilkan yield yang masih rendahdi dapat bahwa A4 berada pada kondisi yield
yang tertinggi. Sehingga dari penjelasan tersebut bahwa dari rasio K-Silika dalam
katalis masing-masing tipe katalis yaitu A1 (1:2), A2 (1:2), A3 (1:2) dan A4 (1:3)
sehingga dengan perbandingan rasio (1:3) adalah keberadaan kalium dan silika
yang terbaik dalam menjalankan reaksi ini.
Gambar 4.2: (a) Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Komposisi Mono, -Di, dan
Trigliserida Pada Tipe Katalis A2 (B) Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Komposisi
Mono, -Di, Trigliserida Pada Tipe Katalis A4
Dari gambar 4.2 (a) dapat dilihat bahwa terjadi perubahan kadar mono,- di,-
dan trigliserida setiap menit nya sampai menit terakhir, pada tipe katalis A2dimana
pada t = 0 komposisi dari trigliserida sebesar 80%, digliserida 10,257% dan
monogliserida 0.0458 %, setelah 30 menit pertama ketigakomponen ada yang
mengalami penurunan dan kenaikan dimana trigliserida mengalami penurunan
sebesar 0,379% yang berarti pada 30 menit trigliserida sudah terkonversi menjadi
komponen lain, digliserida mengalami penurunan sebesar 0.3778% dan
monogliserida mengalami peningkatan sebesar 0.9409% dan metil ester 88.19%,
setelah menit ke 60 trigliserida mengalami penurunan sebesar 0.0635%, digliserida
tidak mengalami perbedaan yang cukup signifikan (tetap), dan monogliserida
mengalami peningkatan 0.9868% dan metil ester mengalami peningkatan 96,57%,
dan pada menit terakhir trigliserida mengalami penurunan kembali 0.01%,
digliserida tetap, dan monogliserida mengalami peningkatan sebesar 1.2051% yang
menghasilkan metil ester 98.48%.
Dari gambar4.2 (b) dapat dilihat bahwa terjadi perubahan kadar mono, - di, -
dan trigliserida setiap menit nya sampai menit terakhir, pada tipe katalis A4 dimana
pada t = 0 komposisi dari trigliserida sebesar 80%, digliserida 9,257% dan
monogliserida 0.832 %, setelah 30 menit pertama ketiga komponen ada yang
mengalami penurunan dimana trigliserida mengalami penurunan sebesar 0,370%
yang berarti pada 30 menit trigliserida langsung terkonversi menjadi komponen
lain, digliserida mengalami penurunan sebesar 0.588% dan monogliserida
mengalami penurunan sebesar 0.726% dan metil ester 88.19%, setelah menit ke 60
trigliserida mengalami penurunan sebesar 0.0635%, digliserida mengalami
penurunan sebsar 0.379%, dan monogliserida mengalami peningkatan 0.9868%
dan metil ester mengalami peningkatan 96,57%, dan pada menit terakhir trigliserida
mengalami penurunan kembali 0.02%, digliserida mengalami penurunan, dan
monogliserida mengalami penurunan 0.0632% yang menghasilkan metil ester
99.48%. Dari penjelasan diatas bahwa pada tipe katalis A2 pada menit terakhir
monogliserida masih banyak tertahan sehingga tahapan reaksi monogliserida
menjadi ester yang yang mengontorol kecepatan reaksi trigliserida menjadi ester,
pada tipe katalis A4 konversi monogliserida berlangsung lebih lambat sehingga
pada konversi digliserida menjadi monogliserida yang mengontrol kecepatan reaksi
digliserida menjadi ester.
Dari gambar diatas dapat di jelaskan bahwa reaksi transesterfikasi pada
trigliserida dan alcohol menjadi metil ester berlansung dalam 3 tahapan:
Dari gambar ini menunjukkan bahwa kadar trigliserida akan secepatnya turun
dibawah konsentrasi digliserida dan monogliserida. Pada awal reaksi dua fasa
beberapa trigliserida dikeluarkan dari fasa metanol dan fasa gliserol dimana
keduanya masih terdapat katalis yang terus bereaksi. Sehingga di dapatkan hasil
bahwa kadar trigliserida yang habis bereaksipada akhir reaksi akan lebih tinggi
disbanding dari digliserida dan monogliserida [58].
Reaksi trigliserida tidak dikenal sebagai reaksi autokatalitik (katalis reaksi
adalah asam atau basa), maka kemungkinan diduga pada kecepatan reaksi lambar
mula- mula merupakan daerah transfer massa yang mengontrol, kemudian diikuti
oleh daerah yang dikontrol secara kinetis dan berakhir pada daerah kesetimbangan.
Pada reaksi transesterifikasi, reakan mula-mula membentuk system liquid 2 fasa.
Dalam keadaan ini reaksi dikontrol oleh di fusi (transfer massa), sedangkan difusi
hanya sedikit di hasilkan antara 2 fasa yang tidak saling melarut sehingga mula-
mula reaksi berlangsung lambat. Ketik ester terbentuk, ester berperan sebagai
pelarut mutual untuk reaktan sehingga system liquid fasa tunggu terbentuk.
Pembentukan ester dimulai setelah 1-2 menit berlangsung. Perubahan tiba-tiba dari
laju pembentukan produk ester terhadap bersama- sama dengan titik ketika
konstentrasi ester relative maksimum. Konsentrasi maksimum ini terbentuk oleh
reaksi intermediate yang merupakan tipe reaksi reversible. Hal ini membuktikan
bahwa rekasi searah atau irreversible dalam penelitian ini dapat di terima [59].
Dari gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa pada kondisi yang berbeda yaitu
dengan tipe katalis A1 dan A4dengan A2sebesar (K-Si: 10,9 – 31,10%) dan
A4sebesar (K-Si 10.7 – 31,10%) masing-masing dengan jumlah katalis yang sama
sebesar 3% dengan A1 dan A4, dapat di jelaskan dengan gambar untuk kedua tipe
katalis tersebut bahwa dengan penggunan katalis tersebut mempercepat terjadi
kesetimbangan, tidak mengubah atau menggeser kesetimbangan reaksi, termasuk
sifat termodinamikanya, seperti kecenderungan keberlangsungan reaksi, besarnya
panas reaksi, harga tetapan kesetimbangan, dan konversi maksumum reaksi yang
dapat dicapai pada kondisi tertentu [58].
Gambar 4.3 Penggunaan Katalis Pada Reaksi [58]
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa dengan atau tanpa katalis sifat –
sifat termodinamika reaksi tidak mengalami perubahan. Katalis hanya berpengaruh
terhadap sifat kinetika reaksi sehingga reaksi yang menggunakan katalis jauh lebih
cepat mencapai keseimbangan reaksi tanpa katalis, dari gambar 4.2 dijelaskan
bahwa dengan kedua tipe katalis tersebut tidak akan mendapatkan konversi
maksimum 100% walaupun kedua tipe katalis memiliki K-Si yang berbeda-beda
sehingga penggunaan katatalis tidak dapat menggeser konversi kesetimbangan
tetapi mempercepat tercapainya kesetimbangan dan tidak merubah letak
kesetimbangan, dan dari kedua tipe katalis tersebut bahwa setiap katalis
mempunyai tahapan–tahapan yang mengontrol reaksi yang berbeda tersebut
walaupun dengan kondisi reaksi yang sama.
Dari tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa hubungan antara kemurnian dan
densitas dengan jumlah katalis 4%, dimana pada tipe katalis A1 mendapatkan
kemurnian sebesar 99.21 %, densitas yang di dapat sebesar 876 kg/m3 sampai
dengan tipe katalis A2 kemurnian mengalami penurunan sebesar 0.44 % dan
densitas pun mengalami penurunan dari tipe katalis A1 sampai dengan A3 dan A4
terus mengalami peningkatan kemurnian dan densitas yang dihasilkan juga
mengalami kenaikan. Dari tabel 4.5 dapat dihitung nilai korelasi sebesar 0.91
bahwa korelasi nya sangat kuat dan ada korelasi positif antara kemurnian dan
densitas pada masing- masing tipe katalis. Hal ini berarti semakin besar kemurnian
yang di dapat, maka akan semakin besar pula densitas.
Dari tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa perbedaan massa jenis biodiesel
berkaitan dengan komposisi asam lemak dan tingkat kemurnian dari biodiesel,
massa jenis akan naik dengan terjadinya penurunan panjang rantai karbon dan
peningkatan ikatan rangkap [63] Selain itu, semakin tidak jenuh minyak yang
digunakan maka densitas akan semakin tinggi, Halini bisa juga disebabkan dengan
waktu reaksi dimana dalam penelitian ini berlangsung dalam 2 jam
sehinggasemakin lamawaktu reaksi yang digunakan maka densitas yang dihasilkan
akan semakin kecil, waktu reaksi yang semakin banyak akan mengurangi
kemurnian dari biodiesel yang dihasilkan dan berpengaruh terhadap densitas yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena telah terjadi pemutusan gliserol dari
trigliserida sehingga terbentuk senyawa dengan ukuran molekul yang lebih kecil
[64]. Massa jenis biodiesel yang melebihi ketentuan sebaiknya tidak digunakan
sebagai bahan bakar, karena selain mengakibatkan keausan juga dapat
menyebabkan kerusakan pada mesin [65]
Densitas atau massa jenis menunjukan perbandingan berat per satuan volume.
Karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin
diesel per satuan volume bahan bakar. Jika biodiesel memiliki massa jenis melebihi
ketentuan, akan terjadi reaksi tidak sempurna pada konversi minyak. Biodiesel
dengan mutu seperti ini tidak seharusnya digunakan untuk mesin diesel karena akan
meningkatkan keausan mesin, emisi, dan menyebabkan kerusakan pada mesin [69].
Menurut SNI 04-7182-2012, densitas biodiesel pada suhu 40 oC adalah 850890
kg/m3. Biodiesel yang dihaskan pada berbagai variasi yang dilakukan diperoleh
densitas berkisar 862-873 kg/m3. Dengan demikian, biodiesel yang diperoleh telah
memenuhi standar densitas biodiesel.
Dari tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa hubungan antara kemurnian dan
densitas dengan jumlah katalis 4%, dimana pada tipe katalis A1 mendapatkan
kemurnian sebesar 99.21 %, densitas yang di dapat sebesar 4.233 kg/m3 sampai
dengan tipe katalis A2 kemurnianmengalami penurunan sebesar 0.372 % dan
viskositas kinematik pun mengalami penurunan dari tipe katalis A1 sampai dengan
A3 dan mengalami peningkatan pada A4pada kemurnian dan densitas. Dari tabel
4.6 dapat dihitung nilai korelasi sebesar 0.891 bahwa korelasi nya sangat kuat dan
ada korelasi positif antara kemurnian dan densitas pada masing- masing tipe katalis.
Hal ini berarti semakin besar kemurnian yang di dapat, maka akan semakin besar
pula viskositas kinematik.
Viskositas kinematis (μ) merupakan sifat fisik biodiesel yang penting.
Viskositas kinematis biodiesel berkorelasi dengan jumlah atom karbon, jumlah
ikatan rangkap dan suhu [60,61]. Viskositas kinematik meningkat dengan
bertambahnya rantai baik asam lemak atau alkohol dalam hidrokarbon, dan
peningkatan viskositas kinematik beberapa atom karbon lebih kecil dibandingkan
peningkatan viskositas kinematik sebuah hidrokarbon berantai lurus [66].
Viskositasmerupakan salah satu parameter penting dalam kelayakanpenggunaan
biodiesel dalam mesin diesel. Jika viskositas semakin tinggi, tahanan akan semakin
tinggi. Hal ini sangat penting karena mempengaruhikenerja injektor dalam mesin
diesel [67]. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 04-7182-2012), viskositas
kinematik biodiesel pada suhu 40oC adalah 2,3-6,0 mm2/s. Dari hasil penelitian
untuk berbagai variasi yang dilakukan diperoleh viskositas kinematik berkisar 5,0-
6,0 mm2/s. Dengan demikian biodiesel yang diperoleh telah memenuhi standar
viskositas kinematik biodiesel.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Asam lemak utama yang terdapat dalam bahan baku CPO adalah asam oleat
sebesar 43,01% dan asam palmitat sebesar 36,77%.
2. Pada masing – masing tipe katalis yang diperoleh K-SiO2: 10,7 – 31,10 %
memiliki yield tertinggi pada penelitian ini sebesar 92,91% dan konversi 99,76
% dengan rasio K- SiO2 (1:3) dibandingkan dengan ketiga tipe katalis yang
memiliki K-Si yang memiliki rasio K- (1:2), sehingga katalis K-Silika
mempunyai sifat katalitik yang sangat baik dimana kesetimbangan reaksi dapat
tercapai dalam waktu singkat dan mampu menghasikan yield produk yang
tinggi.
3. Pengaruh jumlah katalis terhadap yield biodiesel secara umum meningkat
hingga peningkatan katalis 4% pada tipe katalis dengan K-SiO2: 10,7 – 31,10
% pada kondisi optimum suhu reaksi 65oC, pada kondisi rasio molar
CPO:metanol yaitu 1:9, waktu reaksi 2 jam diperoleh yield biodiesel sebesar
92,91% dan konversi metil ester 99,76 %
4. Karaktersitik biodiesel yang dihasilkan meliputi densitas dan viskositas
kinematik berbanding lurus dengan kemurnian yang dihasilkan yang telah
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 7182:2015), ASTM D-6751, dan
EN 14214.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Disarankan agar dilakukan studi lebih lanjut mengenai reusability katalis
untuk mengetahui kemampuan daur ulang katalis heterogen
2. Disarankan dilakukan variasi kadar air bahan baku, untuk melihat pengaruhnya
terhadap aktivitas katalitik K-Silika
3. Disarankan agar dilakukan penelitian dengan variasi rasio mol minyak :
methanol dan waktu reaksi pada proses transesterifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Gashaw, Alemayehu dan Abile Teshita, Production Of Biodiesel From Waste
Cooking Oil And Factors Affecting Its Formation : A Review, International
Journal of Renewable and Sustainable Energy¸ 3 (2014). Halaman: 92-95.
[2] Alam, Md. Zahangir, Ricca Rahman Nasaruddin, Mohammed Saedi Jami dan
Mohammad Shahab Uddin. Investigation Of Solvent System For The
Production Of Biodiesel From Sludge Palm Oil (SPO) By Enzymatic
Transesterification. Bioenvironmental Engineering Research Centre (BERC),
International Islamic University Malaysia (IIUM), Gombak, Journal Energy
Procedia, 32 (2013). Halaman 64 – 73.
[3] Rahmadi, A. and Lu Aye. Biodiesel from Palm Oil as An Alternative Fuel for
Indonesia: Opportunities and Challenges. Destination renewable- ANZES.
(2003).
[4] Al Hakim, Hisyam Musthafa. Life Cycle Assessment (LCA) Produksi Crude
Palm Oil (CPO) Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Pelaihari PT. Perkebunan
Nusantara. Tesis. Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, (2013).
[5] Abdullah, Nurul Fitriyah, Yun Hin Taufiq-Yap and Mahiran Basri. Biodiesel
Production via Transesterification of Palm Oil Using NaOH/Al2O3 Catalysts.
Jurnal Sains Malaysiana, 6 (2011). Halaman : 587-594.
[6] Singh, A., B. He, J. Thompson and J. Van Gerpen. Process Optimization Of
Biodiesel Production Using Alkaline Catalyst. Applied Engineering in
Agriculture, 4 (2006). Halaman: 597-600.
[7] Ejikeme, P. M., I. D. Anyaogu, C. L. Ejikeme, N. P. Nwafor, C. A. C.
Egbuonu, K. Ukogu, and J. A. Ibemesi. Catalysis in Biodiesel Production by
Transesterification Processes-An Insight. E-Journal of Chemistry, 4 (2010).
Halaman: 1120-1132.
[8] Gnanaprakasam, A., V.M. Sivakumar, A. Surendhar, M. Thirumarimurugan
dan T. Kannadasan. Recent Strategy of Biodiesel Production from Waste
Cooking Oil and Process Influencing Parameters : A Review. Journal of
Energy, (2013). Halaman : 1-10.
[9] Le Tu Thanh, Kenji Okitsu, Luu Van Boi dan Yasuaki Maeda. Catalytic
Technologies for Biodiesel Fuel Production and Utilization of Glycerol : A
Review. Catalysts, 2 (2012). Halaman: 191-222.
[10] Tan, Yie Hua., Mohammad Omar Abdullah, Cirilo Nolasco-Hipolito, dan
Yun Hin Taufiq-Yap. Waste Ostrich- and Chicken-Eggshells as
Heterogeneous Base Catalyst for Biodiesel Production from Used Cooking
Oil: Catalyst Characterization and Biodiesel Yield Performance. Applied
Energy 160. Elsevier Ltd. ISSN NO 0306-2619 (2015).
[11] Niju, S., K.M. Meera Sheriffa Begum dan N. Anantharaman.
Enchancement of Biodiesel Synthesis over Highly Active CaO Derived from
Natural White Bivalve Clam Shell. Arabian Journal of Chemistry.
ElsevierB.V. ISSN NO: 1878-5352 (2014).
[12] Leung, D. Y. C., dan Y. Guo. Biodiesel Production from Waste Cooking Oils.
Fuel 87. (2008). Halaman: 3.490-3.496. Elsevier Ltd.
[13] Chen, G., R.. Shan, S. Li, dan J. Shi. Transesterification of Palm Oil to
Biodiesel Using Risk Husk Ash-Based Catalyst. Fuel Processing Technology
133. (2015) Halaman: 8-13. Elsevier Ltd.
[14] Roschat, W., T. Siritanon, B. Yoosuk, V. Promarak. Rice Husk-Derived
Sodium Silicate As A Highly Efficient and Low-Cost Basic Heterogeneous
Catalyst for Biodiesel Production. Energy Conversion and Management.
(2016). Halaman: 453-462. Elsevier Ltd.
[15] Lani, N.S., N. Ngadi, N. Y. Yahya, dan R. A. Rahman. Synthesis,
Characterization and Performance of Silica impregnated Calcium Oxide as
Heterogeneous Catalyst in Biodiesel Production. Journal of Cleaner
Production. (2016). Halaman: 1-9. Elsevier Ltd.
[16] Hidryawati, N., G. P. Maniam, M. R. Karim, dan K. F. Chong.
Transesterification of Used Cooking Oil Over Alkali Metal (Li, Na, K)
Supported Rice Husk Silica as Potential Solid Base Catalyst. Engineering
Science and Technology, an International Journal. (2014). Elsevier B. V.
[17] Nduwayen, Jean Baptiste., TheonesteIshimwe., AnanieNiyibizidan Alexis
Munyentwali. 2015. Biodiesel Production from Unrefined Palm Oil on Pilot
Plant Scale. International Journal of Sustainable and Green Energy (2015).
Halaman 1-12.
[18 ] Franseschi, FransiscoAnguebes., Atl Cordova Quiroz., Julia Ceron Breton.,
Claudia Aguilar Ucan., Gloria Castillo Martinez., Rosa Ceron Breton.,
Alejandro Ruiz Marin dan Carlos Montalvo Romero. Optimization of
Biodiesel Production from African Crude Palm Oil (ElaisguineensisJacq)
with High Concentration of Free Fatty Acids bya Two-Step
Transesterification Process. Open Journal of Ecology, 44 (2016). Halaman:
182-197.\
[19 ]Gabriel, Katia C. P. ., A.A. Chivanga Barros dan Maria Joana Neiva Correia.
Study of Molar Ratio in Biodiesel Production From palm Oil. International
Association for Management of Technology (2015).
[20 ]Mamilla, Venkata Ramesh, M.V. Mallikarjun dan Dr. G. Lakshmi Narayana
Rao. Biodiesel Production From Palm Oil by Transesterification Method.
International Journal of Current Research, 8 (2012). Halaman : 83-88.
[21] Ohimain, Elijah I., Sylvester C. Izah dan Amanda D. Fawari. Quality
Assessment of Crude Palm Oil Produced by Semi-Mechanized Processor in
Bayelsa State, Nigeria. Discourse Journal of Agriculture and Food Sciences,
11 (2013). Halaman : 171-181.
[22] Suppalakpanya, Kittiphoom, Sukritthira Ratanawilai, Ruamporn Nikhom and
Chakrit Tongurai. Production of Ethyl Ester from Crude Palm Oil by Two-
Step Reaction Using Continuous Microwave System. Songklanakarin Journal
of Science and Technology, 33 (2011). Halaman: 79-86.
[23] Man, Y.B. Che, T. Haryati, H.M. Ghazali and B.A. Asbi. Composition and
Thermal Profile of Crude Palm Oil and Its Products. JAOCS, 76 (1999).
Halaman: 237-242.
[24] Nasaruddin, Ricca Rahman, Md. Zahangir Alam, dan Mohammed Saedi
Jami, Evaluation Of Solvent System For The Enzymatic Synthesis Of
Ethanol-Based Biodiesel From Sludge Palm Oil (SPO), Bioresearch
Technology, 31 (2013). Halaman: 4966-4974.
[25 ] Guldhe, Abhishek, Bhaskar Singh, Taurai Mutanda, Kugen Permaul, dan
Faizal Bux, Advances In Synthesis Of Biodiesel Via Enzyme Catalysis:
Novel And Sustainable Approaches, Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 4 (2015). Halaman : 1447–1464.
[26] K. Shahbaz, F.S. Mjalli, M.A. Hashim, I.M. AlNashef, Eutectic Solvents For
The Removal Of Residual Palm Oil-Based Biodiesel Catalyst, Separation and
Purification Technology, 81 (2011). Halaman : 216–222.
[27] K. Shahbaz, Saeid Baroutian, Farouq Sabri Mjalli, Mohd Ali Hashim, Inas
Muen AlNashef, Prediction Of Glycerol Removal From Biodiesel Using
Ammonium And Phosphunium Based Deep Eutectic Solvents Using
Artificial Intelligence Techniques, Chemometrics and Intelligent Laboratory
Systems 118 (2012). Halaman: 193–199.
[28] Samart, Chanatip., Chaiyan Chaiya, Prasert Reubroycharoen, Biodiesel
Production by Methanolysis of Soybean Oil Using Calcium Supported on
Mesoporous Silica Catalyst, Energy Conversion and Management, 51 (2010).
Halaman: 1428–1431.
[29] Guldhe, Abhishek, Bhaskar Singh, Taurai Mutanda, Kugen Permaul, dan
Faizal Bux, Advances In Synthesis Of Biodiesel Via Enzyme Catalysis :
Novel And Sustainable Approaches, Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 4 (2015). Halaman: 1447–1464.
[30] István Barabás and Ioan-Adrian Todoruţ. Biodiesel Quality, Standards and
Properties. Technical University of Cluj-Napoca, Romania (2010).
[31] Luque, Rafael dan Juan Antonio Melero. Advances in Biodiesel Production
Process and Technologies. Cambridge : Woodhead Publishing Ltd. (2012).
[32] ASTM D 6751. Standard Specification for Biodiesel Fuel Blend Stock (B100)
for Middle Distillate Fuels (2009).
[33] EN 14214. Automotive Fuels-Fatty Acid Methyl Esters (FAME) for Diesel
Engines-Requirements and Test Methods. (2003).
[34] Pr EN 14214. Automotive Fuels-Fatty Acid Methyl Esters (FAME) for Diesel
Engines-Requirements and Test Methods. (2009).
[35] Andreani, L. and J. D. Rocha. Use of Ionic Liquids in Biodiesel Production :
A review. Brazilian Journal of Chemical Engineering, 29 (2012). Halaman :
1- 13.
[36] Reddy, Eragam Ramamohan, Mukesh Sharma, Jai Prakash Chaudary, Hetel
Bosamiya and Ramavatar Meena. One-pot Synthesis of Biodiesel from High
Fatty Acid Jatropha curcas Oil Using Bio-based Basic Ionic Liquid as A
Catalyst. Current Science, 106 (2014). Halaman : 1394-1400.
[37] Yuli Ristianingsih, Sutijan, Arief Budiman, Studi Kinetika Proses Kimia Dan
Fisika Penghilangan Getah Crude Palm Oil (CPO) Dengan Asam Fosfat,
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Jurnal
Penelitian, Vol 13 No. 4. (2011) Halaman : 242-247.
[38] Deny Sumarna, Keuntungan Proses Wet Degumming Dibanding Dry
Degumming pada Pemurnian Minyak Sawit Kasar, Program Studi Teknologi
Pertanian. Universitas Mulawarman, Samarinda, Jurnal Teknologi Pertanian,
ISSN 1858-2419, (2007). Vol 3 No.1.
[39] Lourinho, Goncalo, Paulo Brito, Advanced biodiesel production
technologies: Novel developments, Rev Environ Sci Biotechnol (2014).
[40] Ahmad Abbaszaadeh, Barat Ghobadian , Mohammad Reza Omidkhah,
Gholamhassan Najafi. Current biodiesel production technologies: A
comparative review. Energy Conversion and Management 63 (2012).
Halaman: 138 – 148.
[41 Putra, Rudy Syah, Tatang Shabur Julianto, Puji Hartono, Ratih Dyah
Puspitasari, dan Angga Kurniawan. 2014. “Pre-Treatment of Used Cooking
Oil As Feedstocks of Biodiesel Production by Using Activated Carbon and
Clay Minerals”. International Journal of Renewable EnergyDevelopment 3.
Halaman 33-35.
[42] Myers, Rusty L. The Basic Of physics. Greenwood Press : London (2006).
[43] Blanco, Antonio, Alicia García-Abuín, Diego Gómez-Díaz, and JoséM.
Navaza. Density, Speed of Sound, Viscosity, and Surface Tension of
Dimethylethylenediamine + Water and (Ethanolamine +
Dimethylethanolamine) + Water from T = (293.15 to 323.15) K. Journal J.
Chem. Eng. Data, 61 (2016). Halaman: 188–194.
[44] Agus, Rustam. Harga Jual CPO Turun Lebih dari 10%, Bisnis, 11 Mei 2015.
[45] Fitra, Safrezi. Mulai Maret 2015, Harga BBN Mengacu pada Biaya Produksi.
Katadata News & Research. 2 Maret 2015.
[46] G. Knothe, “Dependence of Biodiesel Fuel Properties on the Structure of
Fatty Acid Alkyl Esters”, Journal of Fuel Process Technol, 86: (2005)
Halaman 1059-1070.
[47] Kusmiyati and Agung Sugiharto. Production of Biodiesel from Oleic and
Methanol by Reactive Distillation. Bulletin of Chemical Reaction
Engineering & Catalysis, 5(1) : (2010). Halaman 1-6.
[48] Chuah, Lai Fatt, Suzana Yusup, Abdul Rashid Abd Aziz, Jirˇı´ Jaromı´r
Klemes, Awais Bokhari, dan Mohd Zamri Abdullah, “Influence of Fatty
Acids Content in Non-Edible Oil for Biodiesel Properties,” Clean Technology
Environ Policy, Springer, Berlin (2015).
[49] Duarte, Susan H., Francisco Maugeri, “Prediction of Quality Properties for
Biodiesel Production by Oleaginous Yeast Cultivated in Pure and Raw
Glycerol,”Chemical Engineering Transactions,Vol. 37, (2014).
[50] Sanford, Shannon D., James Matthew White, Parag S. Shah, Claudia Wee,
Marlen A. Valverde, and Glen R. Meier, “Feedstock and Biodiesel
Characteristics Report,”Renewable Energy Group Inc.(2009).
[51] Atadashi, I.M., M.K. Aroua, A.R. Abdul Aziz, N.M.N. Sulaiman, “The Effect
of Water on Biodiesel Production and Refining Technologies :
Review,”/Applied/Energy88 (2011): Halaman 4239-4251.
[52] Tan, Kok Tat, Keat Teong Lee, Abdul Rahman Mohamed, “Effects Of Free
Fatty Acids, Water Content And Co-Solvent On Biodiesel Production By
Supercritical Methanol Reaction,” School of Chemical Engineering,
Universiti Sains Malaysia.
[53] Madya, Prof., Dr. Noor Azian Morad, Prof.Madya Mustafa Kamal Abd Aziz,
Rohani Binti Mohd Zin, “Process Design In Degumming And Bleaching Of
Palm Oil,” Centre Of Lipids Engineering And Applied Research
(Clear)(2006),Universiti Teknologi Malaysia.
[54] Vyas, Amish P., Jaswant L. Verma, N. Subrahmanyam, “A review on FAME
production processes,”Fuel8 9 (2010): Halaman1-9.
[55] Chen, Guanyi., Rui Shan, Shangyao Li, dan Jiafu Shi. 2015. A Biomimetic
Silicification Approach to Synthesize Cao-SiO2 Catalyst for The
Transesterification of Palm Oil into Biodiesel. Fuel. Elsevier Ltd. ISSN:
0016- 2361(2010)
[56] Kheang, Loh Soh, Fueziah Subari, dan Sharifah Aishah Syed A Kadir. “Pre-
Treatment of Palm Oleic-Derived Used Frying Oil As A Feedstock for Non-
Food Applications”. Volume 23. Journal of Oil PalmResearch. (2011).
Halaman 1185-1192. Kuala Lumpur: Malaysian Palm Oil Board.
[57] Ali, Rehab, M., Mona M. Abd El Latif, dan Hasan A. Farag. 2015.
Preparation and Characterization of CaSO4-SiO2-CaO/SO42- Composite for
Biodiesel Production. American Journal of Applied Chemistry. Volume 3.
Halaman 38- 45. ISSN: 2330-8475.
[58] Darnoko, D and Cheryan, M, Kinetics of Palm Oil Transeterification in a
Batch Reactor, J. Am.Oil Chem.Soc., 77, (2000) Halaman: 1263-1267.
[59 ] Manurung, Renita “ Optimasi dan Kinetika Transesterifikasi Minyak Sawit
Menjadi Etil Ester”. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara, Medan. 2007.
[60] Khemthong, P., C. Luadthong, W. Nualpaeng, P. Changsuwan, P. Tongprem,
N. Viriya-empikul, dan K. Faungnawakij. Industrial Eggshell Wastes As The
Heterogeneous Catalysts for Microwave- Assisted Biodiesel Production.
Catalysis Today 190. Halamam 112-116. (2012). Elsevier B.V.
[61] Anastopoulos, G., G. S. Dodos, S. Kalligeros, dan F. Zannikos. CaO Loaded
with Sr(NO3)2 As A Heterogeneous Catalyst for Biodiesel Production from
Cottonseed Oil and Waste Frying Oil. Journal of Biomass Conv. Bioref.
Springer (2012).
[62] V. Minovska, E. Winkelhausen, and S. Kuzmanova. “Lipase Immobilized by
Different Techniques on Various Support Materials Applied in Oil
Hydrolysis”. Journal Serb Chemical Soc. Vol. 70, Issue 4, Halaman. 609 –
624. 2005.
[63] Sahirman, Suryani, A., Mangunjidjaja, D., Sukardi, & Sudrajat, R. Pengujian
sifat fisiko-kimia, kinerja dan pengaruh pada mesin terhadap biodiesel dari
minyak biji bintagur (Cailophylum inopylum). Prosiding Seminar Nasional
Hasil Penelitian. (2008). Halaman: 84-97. Bogor.
[64] Tazora, Zuhelmi, 2011. Peningkatan Mutu Biodiesel Dari Minyak Biji Karet
Melalui Pencampuran Dengan Biodiesel Dari Minyak Jarak Pagar. Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
[65] Saputra, Leo., Rakhmah, Noor., Pradita, Hapsari Tyas dan Sunardi. Produksi
Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Cangkang Bekicot (Achatina Fulica)
Sebagai Katalis Heterogen, Prestasi, Vol. 1 No. 2,( 2012) Halaman. 118-125,
[66] Santoso, Nidya., Pradana, Ferdy dan Rachimoellah. Pembuatan Biodiesel dari
Minyak Biji Kapuk Randu (Ceiba pentandra) melalui proses transesterifikasi
dengan menggunakan CaO sebagai Katalis, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (2012). Uprety, B. K., W. Chaiwong, C. Ewileke, dan S. K.
Rakshit. “Biodiesel Production Using Heterogeneous Catalysts Including
Wood Ash And The Importance of Enhancing Byproduct Glycerol Purity”.
Energy Conversion and Management.(2016). Elsevier Ltd. Halaman 191-199