Pengasapan adalah salah satu teknik pengolahan kombinasi antara
perlakuan panas, komponen asap dan aliran gas. Pengasapan biasanya dilakukan terhadap daging dan ikan. Proses pegasapan dapat mempengaruhi nilai gizi pangan melalui reaksi antara senyawa dalam asap dengan zat gizi bahan pangan. Pengasapan meliputi 4 pengolahan dasar, yaitu : 1. Pengasinan 2. Pengeringan 3. Pengasapan 4. Pemanasan Pengeringan, pengasapan dan pemanasan semuanya dilakukan dalam ruang asap. Berbagai produk daging dan ikan asap diperoleh dengan menggunakan masing-masing proses. Pengasapan daging atau ikan terutama ditujukan untuk mengawetkan atau menambah cita rasa. Selain itu pengasapan juga dapat menghambat oksidasi lemak di dalam bah pangan tersebut. Pengasapan biasanya dilakukan dengan menggunakan kayu keras yang mengandung bahan-bahan pengawet kimia yang berasal dari pembakaran selulosa dan lignin, misalnya formaldehida, asetaldehida, asam-asam karbosilat (asam formiat, asetat dan butirat), fenol, kresol, alkohol-alkohol primer dan sekunder, keton dan lain-lainnya. Zat-zat yang terdapat dalam asap ini dapat menghambat aktivitas bakteri atau disebut bakteriostatik. Pengasapan biasanya dikombinasikan dengan proses pemanasan untuk membantu membunuh mikroba. Panas ini juga membantu mengeringkan bahan-bahan sehingga lebih awet. Dalam hal ini pengasapan biasanya dilakukan pada suhu sekitar 57oC. Jika pengasapan tidak dikombinasikan dnegan pemanasan lainnya, maka suhu yang digunakan biasanya lebih tinggi lagi. Khususnya untuk daging babi asap yang akan langsung dimakan, suhu pengasapan tidak boleh kurang dari 58,5oC karena dibawah suhu tersebut cacing pita yang mungkin terdapat dalam daging tidak akan mati. Pengasapan pada suhu 60 oC juga dapat menghambat reaksi enzimatik. Proses pengasapan biasanya dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan untuk memperoleh hasil akhir dengan warna tertentu. Cara-cara baru pengasapan telah dilakukan dengan penambahan asap buatan berupa larutan berisi komponen-komponen asap pada makanan dengan cara dioles terutama untuk menambah citra rasa tanpa proses pengasapan panas. Dalam hal ini fungsi asap sebagai bahan pengawet sedikit sekali. Proses pengasapan menyebabkan turunnya kadar air, naiknya kadar garam dan tertinggalnya bahan pembentuk asap pada permukaan daging dan ikan. Juga suatu kulit atau lapisan tipis terbentuk dari protein yang sudah terdenaturasi pada bagian luar ikan. Daya simpan ikan sesudah pengasapan tergantung pada keempat proses dasar pengolahan dilakukan.
Sejak tahun 1970-antelah diketahui terdapat sejumlah 300 senyawa
kimia dalam asap. Kelompok senyawa kimia dalam asap kayu yaitu : karbonil (aldehid, gas CO, gas O2 dan nitrogen. Diantara senyawa asap ada yang bersifat melindungi yaitu yang bersifat antioksidatif (contohnya senyawa fenolik) dan yang bersifat bakterisidal. Adapun kerja bakterisida pengasapan merupakan gabungan pengaruh pemanasan, pengeringan dan komponen kimia asap. Namun demikian, faktor utama kerja bakterisida yaitu senyawa asap.
Keuntungan pengawetan dengan menggunakan proses pengasapan,
yaitu : Bahan-bahan asap seperti formaldefid, asetan dan fenol mempunyai sifat membunuh bakteri. Asam yang mudah terbang/menguap dalam asap dapat menurunkan pH pada permukaan produk pangan (daging/ikan) dan memperlambat pertumbuhan mikroorganisme. Pengasapan dapat melindungi kerusakan zat gizi secara langsung dan kerusakan mikrobiologis karena asap bersifat bakterisidal. Panas selama pengasapan bersifat antibakteri.
Kerungian pengawetan dengan menggunakan proses pengasapan,
yaitu : Bahan dalam asap dapat memberikan cita rasa yang khas pada produk pangan yang diasap. Senyawa dalam asap dapat menyebabkan reaksi oksidatif lemak pangan, mengganggu nilai hayati protein dan merusak beberapa vitamin.