PENDAHULUAN
2.1. Biomassa
Biomassa terdiri atas beberapa komponen yaitu kandungan air
(moisture content), zat mudah menguap (volatile matter), karbon terikat (fixed
carbon), dan abu (ash). Mekanisme pembakaran biomassa terdiri dari tiga tahap
yaitu pengeringan (drying), devolatilisasi (devolatilization), dan pembakaran
arang (char combustion).
Proses pengeringan akan menghilangkan moisture, devolatilisasi yang
merupakan tahapan pirolisis akan melepaskan volatile, dan pembakaran arang
yang merupakan tahapan reaksi antara karbon dan oksigen, akan melepaskan
kalor. Laju pembakaran arang tergantung pada laju reaksi antara karbon dan
oksigen pada permukaan dan laju difusi oksigen pada lapis batas dan bagian
dalam dari arang. Reaksi permukaan terutama membentuk CO. Diluar partikel,
CO akan bereaksi lebih lanjut membentuk CO2. Pembakaran akan menyisakan
material berupa abu.
Karbon yang terkandung di dalam arang bereaksi dengan oksigen pada
permukaan membentuk karbon monoksida menurut reaksi berikut (Borman dan
Ragland, 1998):
C + O2 CO (1)
Permukaan karbon juga bereaksi dengan karbondioksida dan uap air dengan
reaksi reduksi sebagai berikut :
C + CO2 2CO (2)
C + H2O CO + H2 (3)
Selama proses karbonisasi, gas-gas yang bias terbakar seperti CO,
CH4, H2, formaldehid, methana, asam formiat dan asam asetat serta gas yang
tidak bisa terbakar seperti CO2, H2O dan tar cair dilepaskan. Gas-gas yang
dilepaskan pada proses ini mempunyai nilai kalor yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan kalor pada proses karbonisasi.
2.2. Briket Arang
Briket bioarang (Biobriket) merupakan bahan bakar padat yang
mengandung karbon, mempunyai nilai kalori yang tinggi, dan dapat menyala
dalam waktu yang lama. Sedangkan biomassa adalah bahan organik yang berasal
dari jasad hidup. Biomassa sebenarnya dapat digunakan secara langsung sebagai
sumber energi panas untuk bahan bakar,tetapi kurang efisien. Nilai bakar
biomassa hanya sekitar 3000 kal, sedangkan bioarang mampu menghasilkan 5000
kal (Seran, 1990).
b. Briket bioarang bila dibakar tidak menimbulkan asap maupun bau, sehingga
bagi masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di kota-kota dengan ventilasi
perumahannya kurang mencukupi, sangat praktis menggunakan briket bioarang.
e. Peralatan yang digunakan juga sederhana, cukup dengan alat yang ada dibentuk
sesuai kebutuhan (Soeyanto, 1982).
Oleh karena itu perlu dikembangkan pembuatan briket bioarang dalam
upaya pemanfaatan limbah tongkol jagung. Untuk mencapai hal tersebut
dilakukan penelitian untuk menghasilkan briket bioarang yang berkualitas baik,
ramah lingkungan dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Dengan manfaatkan
limbah tongkol jagung menjadi briket bioarang, maka diharapkan dapat
mengurangi pencemaran lingkungan, memberikan alternatif sumber bahan bakar
yang dapat diperbarui dan bermanfaat untuk masyarakat.
2.4. Karbonisasi
Karbonisasi merupakan metode atau teknologi untuk memperoleh
arang sebagai produk utama dengan memasukan biomassa padat seperti kulit
durian, kayu, sekam padi dll. Pada 400-6000C, hal ini dapat menghasilkan tar,
asam pyroligneus dan gas mudah terbakar sebagai hasil samping produk. Dalam
kasus diskriminisasi dari destilasi kering merupakan terminologi yang
digunakan. Karbonisasi umumnya berati pembuatan arang meskipun itu
merupakan istilah termasuk distilasi kering.
4.1. Kesimpulan
1. Kualitas pembakaran biomassa limbah tongkol jagung dapat ditingkatkan
dengan proses karbonisasi.
2. Dengan dilakukan karbonisasi nilai kalor tongkol jagung meningkat
sekitar 65% dan kadar karbonnya meningkat sekitar 67%.
3. Pada temperatur karbonisasi yang semakin tinggi akan diperoleh kadar
karbon terikat dan nilai kalor yang semakin tinggi.
4. Tekanan pembriketan yang semakin tinggi, laju pembakaran akan semakin
lambat dan emisi CO maksimumnya juga akan lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Senadi, dkk. Pembuatan Biobriket dari Campuran Bungkil Biji Jarak
Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Sekam sebagai Bahan Bakar
Alternatif. Semarang: Seminar Rekayasa Kimia dan Proses.
Isa, Ishak, dkk. 2012. Briket Arang dan Arang Aktif dari Limbah Tongkol Jagung.
Gorontalo: Laporan Penelitian Jurusan Pendidikan KimiaFakultas
Matematika Dan IPA Universitas Negeri Gorontalo.
Martynis, Munas, dkk. 2012. Pembuatan Biobriket dari Limbah Cangkang Kakao.
Padang: Jurnal Litbang industri. Vol. 2, No. 1, Hal. 35-41.
Miskah, Siti, dkk. 2016. Pengaruh Variasi Jumlah Campuran Perekat Tapioka
dan Semen terhadap Pembuatan Biobriket Ampas Tebu. Indralaya: Jurnal
Teknik Kimia. Vol. 22, No. 4, Hal. 11-18.
Ridhuan, Kemas dan Joko Suranto. 2016. Perbandingan Pembakaran Pirolisis
dan Karbonisasi pada Biomassa Kulit Durian terhadap Nilai Kalori.
Lampung:Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah. Vol. 5 No. 1.
Sinaga, Rosta Natalia dan Rosdanelli Hasibuan. 2017. Pembuatan Briket dari
Kulit Kakao Menggunakan Perekat Kulit Ubi Kayu. Medan: Jurnal Teknik
Kimia USU: Vol 6, No.3, Hal. 21-27.
Surono, Untoro Budi. 2010. Peningkatan Kualitas Pembakaran Biomassa Limbah
Tongkol Jagung sebagai Bahan Bakar Alternatif dengan Proses
Karbonisasi dan Pembriketan. Yogyakarta: Jurnal Rekayasa Proses. Vol.
4, No. 1,Hal 13-18.