Disusun Oleh:
Laporan penulisan ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
NRP : 1141600010
Tanda tangan :
NRP : 1141600022
Tanda tangan :
Tanggal :
ii
HALAMAN PENGESAHAN
telah diizinkan oleh Dewan Pembimbing untuk diujikan pada Sidang Sarjana
DEWAN PEMBIMBING
iii
ABSTRAK
Judul PRA-RANCANGAN
: PABRIK GELATIN DARI KULIT IKAN
NILA DENGAN KAPASTAS 2.000 TON/TAHUN
Gelatin yang memiliki rumus molekul C102H151N31O39 merupakan salah satu jenis
protein yang di proses dengan cara hidrolisis kolagen yang dapat ditemukan di dalam kulit,
tulang dan jaringan ikat yang umumnya ditemukan pada hewan seperti sapi dan babi. Namun,
beberapa sumber alternatif lain seperti unggas dan ikan pun dapat digunakan dalam
pembuatan gelatin. Gelatin dapat dimanfaatkan dalam industri pangan maupun non pangan,
contoh pengaplikasian gelatin adalah sebagai stabilizer, emulsifier, whipping agent, bahan
tambahan pada industri farmasi dan industri kosmetik.
Saat ini produksi gelatin di Indonesia belum berkembang, bahkan belum ada satu pun
pabrik yang memproduksi gelatin dalam negeri. Sehingga kebutuhan gelatin di dalam negeri
di cukupi oleh gelatin impor. Sebagaian besar produk gelatin yang digunakan oleh Indonesia
berasal dari negara-negara importir gelatin terbesar seperti Brazil, India, Cina, Thailand dan
Amerika Serikat. Berdasarkan data impor yang diperoleh dari badan pusat statistik, impor
gelatin pada tahun 2019 mencapai 30,9 ribu ton/tahun. Tentu jumlah ini merupakan jumlah
yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan gelatin dalam negeri. Kebutuhan gelatin
difokuskan untuk industri kosmetik yang sedang berkembang sangat pesat. Dengan kebutuhan
gelatin untuk bahan baku kosmetik sebesar 6%, sehingga penentuan kapasitas produksi
gelatin dari kulit ikan nila didapat untuk bahan baku kosmetik adalah sebesar 2.000 ton/tahun.
Rencananya pabrik gelatin dari kulit ikan nila ini akan di didirikan di kecamatan Tugu,
Semarang, Jawa Tengah. Lokasi ini diperoleh karena berdekatan dengan sumber bahan baku
yang berasal dari PT. Aquafarm Nusantara. Bahan baku yang digunakan berupa kulit ikan nila
dengan kapasitas bahan baku mencapai 10.000 ton/tahun.
iv
Pembuatan gelatin dilakukan dengan menggunakan metode perendaman Acid-Alkali
Treatment pada temperatur perendaman 10°C dan tekanan 1 atm. Kolagen yang terkandung di
dalam kulit ikan nila ini akan mengalami pemecahan struktur dari rantai triple helix menjadi
rantai tunggal sehingga memudahkan proses reaksi hidrolisis pada tahapan proses utama yaitu
ekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan bertingkat selama 4 kali dengan temperatur ekstraksi
sebesar 56,8°C dan tekanan 1 atm.
Perusahaan ini berbadan hukum perseroan terbatas (PT) dipimpin oleh seorang
direktur utama dengan jumlah karyawan 104 orang. Berdasarkan analisa kelayakan ekonomi
yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perancangan pabrik gelatin dari kulit ikan nila yang
akan didirikan ini layak (feasible).
v
ABSTRACT
Department Chemical
: Engineering
Title PRE-DESIGN
: GELATIN FACTORY OF TILAPIA SKIN
WITH CAPACITANCE OF 2,000 TONS / YEAR
Gelatin, which has the molecular formula C102H151N31O39 is one type of protein that is
processed by collagen hydrolysis that can be found in the skin, bones and connective tissue
commonly found in animals such as cows and pigs. However, some other alternative sources
such as poultry and fish can also be used in the manufacture of gelatin. Gelatin can be utilized
in the food industry as well as non-food, examples of gelatin application are as stabilizers,
emulsifiers, whipping agents, additional ingredients in the pharmaceutical industry and
cosmetics industry.
Currently gelatin production in Indonesia has not developed, not even a single factory
that produces gelatin in the country. So that the need for gelatin in the country is sufficient by
imported gelatin. A large number of gelatin products used by Indonesia come from the largest
gelatin importer countries such as Brazil, India, China, Thailand and the United States. Based
on import data obtained from the central statistics agency, gelatin imports in 2019 reached
30.9 thousand tons / year. Of course this amount is a large enough amount to meet the needs
of domestic gelatin. The need for gelatin is focused on the rapidly growing cosmetics
industry. With the need for gelatin for cosmetic raw materials by 6%, so that the
determination of gelatin production capacity from tilapia skin obtained for cosmetic raw
materials is 2,000 tons / year.
It is planned that the gelatin factory made from tilapia skin will be established in Tugu
subdistrict, Semarang, Central Java. This location is obtained because it is close to the source
of raw materials derived from PT. Aquafarm Nusantara. Raw materials used in the form of
tilapia skin with a capacity of raw materials reached 10,000 tons / year.
vi
Gelatin making is done using Acid-Alkali Treatment soaking method at soaking
temperature 10°C and pressure 1 atm. Collagen contained in the skin of tilapia will experience
the breakdown of the structure of the triple helix chain into a single chain, thus facilitating the
process of hydrolysis reaction at the main stage of the extraction process. The extraction
process is carried out in stages for 4 times with an extraction temperature of 56.8°C and a
pressure of 1 atm.
The company is a limited liability company (PT) led by a president director with a
total of 104 employees. Based on the economic feasibility analysis carried out, it can be
concluded that the design of gelatin factory from tilapia skin to be established is feasible.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat
dan karunia-Nya. Tak lupa pula penulis haturkan terimakasih kepada orang tua, keluarga,
teman-teman atas doa dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan baik.
Penulisan laporan tugas akhir ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan studi strata satu pada program studi Teknik Kimia Institut Teknologi
Indonesia. laporan tugas akhir ini berjudul “Pra-Rancangan Pabrik Gelatin dari Kulit Ikan
Nila dengan Kapasitas 2.000 ton/tahun.”
Atas bantuan dari beberapa pihak yang ikut serta dalam memberikan saran serta
masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan sebaik-
baiknya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Aniek Sri Handayani selaku pembimbing 1 Tugas Akhir yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan penyusunan laporan
Tugas Akhir ini.
2. Is Sulistyati P., Ph.D selaku pembimbing II Tugas Akhir yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan penyusunan laporan Tugas Akhir
ini.
3. Dr. Wahyudin, ST, M.Sc selaku Kepala Program Studi Teknik Kimia Institut
Teknologi Indonesia.
4. Yuli Amalia H. ST, MT, Ph.D selaku koordinator Tugas Akhir Program Studi
Teknik Kimia Institut Teknologi Indonesia
5. Dr. Aniek Sri Handayani dan Dr. Ratnawati, M.Eng.Sc selaku Penasihat
Akademik Teknik Kimia Angkatan 2016 Institut Teknologi Indonesia.
6. Orang tua dan keluarga yang telah mendukung serta memberikan bantuan baik
moril maupun materil.
7. Teman-teman pengurus dan anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia Institut
Teknologi Indonesia, teman-teman Teknik Kimia Angkatan 2016, senior serta
junior teknik kimia institut teknologi Indonesia dan teman-teman lintas jurusan
viii
yang telah memberikan dukungan serta motivasi agar penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir ini.
8. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan
Tugas Akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat
penulis sebukan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan Tugas
Akhir ini. Oleh karena itu pembaca dapat memberikan saran dan kritik untuk kemajuan
laporan tugas akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan
kemajuan ilmu teknologi terutama bidang Teknik Kimia di Institut Teknologi Indonesia.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................... iv
ABSTRACT ......................................................................................................................... vi
BAB 1 ....................................................................................................................................1
Pendahuluan ...........................................................................................................................1
x
1.4.6 Ketersediaan Tanah yang Cocok............................................................... 10
BAB 2 ..................................................................................................................................12
TEKNOLOGI PROSES........................................................................................................ 12
BAB 3 ..................................................................................................................................20
BAB 4 ..................................................................................................................................42
xi
4.1.1 Gudang Penyimpanan ................................................................................... 42
4.1.13 Kompresor..................................................................................................76
xii
BAB 5 ................................................................................................................................ 104
xiii
DATA ............................................................................................................................. L-1.1
xiv
L-2.5 Mixing Tank NaOH (MT-104)........................................................................... L-2.8
L-2.5.3 Neraca Massa Unit Mixing Tank NaOH (MT-104) ............................... L-2.9
L-2.5.4 Neraca Energi Unit Mixing Tank NaOH (MT-104) .............................. L-2.9
L-2.9.1 Diagram Alir Mixing Tank Citric Acid 0,48 % (MT-104) ................... L-2.16
xv
L-2.9.4 Neraca Energi Mixing Tank Citric Acid (MT-104) ............................. L-2.16
L-2.13.1 Diagram Alir Proses Mixing Tank Citric Acid (MT-106) .................. L-2.23
L-2.13.3 Neraca Massa Mixing Tank Citric Acid (MT-106) ............................ L-2.23
L-2.13.4 Neraca Energi Mixing Tank Citric Acid (MT-106) ........................... L-2.24
xvi
L-2.14.3 Neraca Mol Reaksi Hidrolisis .......................................................... L-2.25
xvii
L-2.19 Filtrasi (F-106) .............................................................................................. L-2.36
xviii
L-2.23.4 Neraca Energi Deionisasi (F-108) .................................................... L-2.44
xix
UTILITAS....................................................................................................................... L-3.1
L-3.4.4 Total Kebutuhan Bahan Bakar untuk Produksi Gelatin ....................... L-3.20
xx
LAMPIRAN 4 ................................................................................................................. L-4.1
xxi
L-4.6.2 Asumsi Panjang Pipa ........................................................................ L-4.23
xxii
L-4.10.1 Data Properti Fisik ........................................................................... L-4.53
xxiii
L-4.14.2 Kecepatan Volumetrik Umpan ......................................................... L-4.83
xxiv
L-18.3 Silo ............................................................................................................. L-4.104
xxv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Skema hidrolisis kolagen menjadi gelatin (Wang, et al., 2017) ...........................3
Gambar 1. 2 Tata letak lokasi pendirian pabrik di Semarang ...................................................8
Gambar 1. 3 Pelabuhan Tanjung Emas Semarang ...................................................................9
Gambar L-5. 1 Grafik Hubungan Index Harga Terhadap Tahun ....................................... L-5.3
Gambar L-5. 2 Contoh Grafik BEP tahun keenam ......................................................... L-5.26
xxvii
DAFTAR TABEL
Tabel 6. 1 Penggolongan tenaga kerja berdasarkan jabatan dan jenjang pendidikan ............ 119
Tabel 6. 2 Perincian jabatan dan penggolongan gaji ............................................................ 127
Tabel 6. 3 Jadwal kerja shift ............................................................................................... 131
Tabel 6. 4 Pembagian waktu kerja shift unit keamanan ....................................................... 132
Tabel 6. 5 Jadwal pembagian kelompok shift unit keamanan .............................................. 132
Tabel 6. 6 Asumsi dan parameter analisis kelayakan ekonomi ............................................ 133
Tabel 6. 7 Fixed Capital ..................................................................................................... 135
Tabel 6. 8 Modal kerja ........................................................................................................ 136
Tabel 6. 9 Biaya produksi ................................................................................................... 137
Tabel 6. 10 Pengeluaran umum ........................................................................................... 138
Tabel 6. 11 Proyeksi Penjualan dan Keuntungan ................................................................. 140
Tabel 6. 12 Break Even Point ............................................................................................. 141
Tabel 6. 13 Kalkulasi Net Cash Flow Present Value ........................................................... 143
Tabel 6. 14 Hasil analisis ekonomi ..................................................................................... 144
Tabel L-5. 1 Indeks Harga Tahun 1997 – 2022 (Chemengonline.com, 2019) ................... L-5.2
Tabel L-5. 2 Harga peralatan utama ................................................................................. L-5.5
Tabel L-5. 3 Harga peralatan penunjang .......................................................................... L-5.6
Tabel L-5. 4 Daftar gaji karyawan ................................................................................... L-5.9
Tabel L-5. 5 Gaji pertahun ............................................................................................. L-5.10
Tabel L-5. 6 Persediaan bahan baku selama 14 hari kerja............................................... L-5.12
Tabel L-5. 7 Persediaan sarana penunjang selama 14 hari kerja ..................................... L-5.12
Tabel L-5. 8 Persediaan bahan baku selama 90 hari ....................................................... L-5.13
Tabel L-5. 9 Persediaan sarana penunjang selama 90 hari .............................................. L-5.13
Tabel L-5. 10 Bunga pinjaman dan sisa pinjaman .......................................................... L-5.14
Tabel L-5. 11 Biaya bahan baku .................................................................................... L-5.14
Tabel L-5. 12 Biaya bahan baku pertahun ...................................................................... L-5.15
Tabel L-5. 13 Biaya sarana penunjang ........................................................................... L-5.15
Tabel L-5. 14 Biaya sarana penunjang per tahun ............................................................ L-5.16
Tabel L-5. 15 Biaya Start Up bahan baku ...................................................................... L-5.16
Tabel L-5. 16 Biaya Start Up sarana penunjang ............................................................. L-5.16
xxxi
Tabel L-5. 17 Biaya Start Up selama 10 tahun ............................................................... L-5.17
Tabel L-5. 18 Total Penjualan produk hingga tahun kesepuluh ...................................... L-5.17
Tabel L-5. 19 Nilai depresiasi per tahun ........................................................................ L-5.19
Tabel L-5. 20 Biaya produksi total tahun I dan II ........................................................... L-5.20
Tabel L-5. 21 Biaya produksi total tahun III dan IV ....................................................... L-5.21
Tabel L-5. 22 Biaya produksi total tahun V dan VI ........................................................ L-5.22
Tabel L-5. 23 Biaya produksi total tahun VII dan VIII ................................................... L-5.23
Tabel L-5. 24 Biaya produksi total tahun IX dan X ........................................................ L-5.24
Tabel L-5. 25 BEP dari tahun pertama hingga kesepuluh ............................................... L-5.25
Tabel L-5. 26 Laba rugi dan pajak ................................................................................. L-5.27
Tabel L-5. 27 Nominal aliran masuk .............................................................................. L-5.28
Tabel L-5. 28 Net Cash Flow per tahun ......................................................................... L-5.29
Tabel L-5. 29 Net Cash Flow sesudah pajak .................................................................. L-5.30
Tabel L-5. 30 Kelayakan pabrik ..................................................................................... L-5.31
xxxii
Institut Teknologi Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Gelatin berasal dari bahasa Latin yaitu kata "gelatus" "dibeku, membeku". Sejarah
pembuatan gelatin telah dilacak oleh Bogue (1922), Smith (1929) dan Koepff (1985). Gelatin
merupakan salah satu jenis protein yang di proses dengan cara hidrolisis kolagen yang dapat
ditemukan dalam kulit, tulang dan jaringan ikat hewan seperti babi dan sapi. (Imeson, 1992)
Namun, beberapa sumber alternatif seperti unggas dan ikan pun dapat digunakan dalam
pembuatan gelatin. (Schrieber & Gareis, 2007)
Gelatin yang memiliki rumus molekul C102H151N31O39 (Suhenry, et al., 2015) biasa
digunakan sebagai bahan baku tambahan dalam proses produksi di bidang pangan telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2019 Tentang Keamanan
Pangan. Penggunaan gelatin sebagai bahan tambahan pada produk pangan karena salah satu
sifat khas dari gelatin yang dapat berubah secara reversible dari bentuk sol ke bentuk gel,
mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film serta mempengaruhi viskositas dalam
suatu bahan (Setiawati, 2009). Kelarutannya dalam air dapat membuat gelatin dapat
diaplikasikan dalam berbagai macam industri. Sebagai contoh pengaplikasiannya dalam
industri pangan antara lain sebagai stabilizer, emulsifier, pembuatan edible film, whipping
agent, binder, dan thickener sedangkan pengaplikasiannya dalam industri non pangan seperti
industri pembuatan film, industri farmasi (produksi kapsul lunak, cangkang kapsul, dan
tablet), industri teknik (sebagai bahan pembuat lem, kertas, cat, dan bahan perekat), dan juga
digunakan dalam industri kosmetik (pemerah bibir, sampo, dan sabun). (Schrieber & Gareis,
2007)
Saat ini produksi gelatin di Indonesia belum berkembang bahkan belum ada satu pun
industri yang memproduksi gelatin dalam negeri. Sejauh ini hanya PT. Matahari Raya
Kimiatama yang berperan sebagai distributor di daerah Tangerang dan PT. Muhara
Dwitunggal Laju merupakan industri yang bergerak dibidang penyamakan kulit sapi yang
sedang dalam pengembangan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk
memproduksi gelatin dari sisa split industri penyamakan kulit sapi. (Antara, 2018)
1
Institut Teknologi Indonesia
Sebagian besar produk gelatin yang digunakan oleh industri di Indonesia berasal dari
negara-negara importir gelatin terbesar seperti Brazil, India, Cina, Thailand dan Amerika
Serikat (BPS, 2020). Produk gelatin dari Negara-negara tersebut sebagian besar menggunakan
bahan baku berupa kulit babi. Bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Muslim,
gelatin dengan bahan baku kulit babi maupun produk turunannya tidak dapat di konsumsi
karena status kehalalannya. Selain itu gelatin dengan bahan baku sapi pun tidak dapat
digunakan oleh masyarakat beragama Hindu karena berhubungan dengan kepercayaan yang di
anut. Berdasarkan penelitian (Karim & Bhat, 2009) bahan baku gelatin diperoleh dari 45%
kulit babi; 29,4% kulit sapi; 23,1% tulang dan 1,5% dari sumber lainnya. Melihat persentase
penggunaan babi yang cukup besar maka dibutuhkan bahan baku alternatif lain yang dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan gelatin.
Salah satu bahan baku alternatif potensial yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan gelatin adalah kulit ikan nila yang mengandung kolagen (Romadhon, et al., 2019).
Jumlah bahan baku yang sangat melimpah membuat kulit ikan nila menjadi alternatif
pembuatan gelatin yang sangat potensial. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Kementerian Perindustrian tahun 2017 menurut komoditas utama ikan nila merupakan ikan
terbanyak yang di budidaya di Indonesia yaitu sebesar 1.280.000 ton/tahun bila disimpulkan
dengan regresi linier maka tahun 2020 sebesar 1.330.000 ton/tahun. Budidaya ikan nila di
pulau Jawa sebesar 541.476 ton/tahun. Dengan kandungan kulit ikan sebesar 4% yang dapat
dimanfaatkan menjadi gelatin yaitu sebesar 21.659 ton/tahun. Komposisi kandungan dalam
kulit ikan nila dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Komponen utama dari gelatin adalah protein, kandungan protein penyusun gelatin
berkisar antara 85-92%, sisanya merupakan garam mineral ataupun kadar air yang tersisa dari
proses pengeringan. Gelatin dihasilkan melalui hidrolisis parsial kolagen. Kolagen merupakan
2
Institut Teknologi Indonesia
protein yang terdapat pada binatang dan manusia, berbeda dengan protein yang umumnya
spiral maka kolagen memiliki struktur linier seperti serat. Dalam pembuatan gelatin,
perlakuan terhadap bahan baku adalah dengan melarutkan pada larutan asam atau basa
sehingga terjadi pemecahan parsial pada ikatan silangnya. Struktur yang pecah ini disebut
sebagai kolagen yang larut air dan dikenal sebagai gelatin (Schrieber & Gareis, 2007).
Salah satu industri yang menggunakan gelatin sebagai bahan baku pembuatan adalah
industri kosmetik. Sebanyak 5% gelatin terkandung dalam produk-produk kosmetik.
Kandungan kolagen yang terdapat pada gelatin di manfaatkan sebagai anti aging di dalam
kosmetik yang berfungsi untuk menambah kadar kolagen pada kulit sehingga membuat kulit
tampak lebih awet muda, kencang serta dapat mencegah penuaan dini.
Gelatin dengan kandungan kolagen di dalamnya sangat kaya akan asam amino glisin
(Gly) hampir sepertiga dari asam amino. Semakin tinggi kandungan asam amino maka
semakin baik kekuatan gel nya. Gelatin kering mengandung 84-86% protein, 8-12% air dan 2-
4% mineral. Dari 10 asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh, gelatin mengandung 9
asam amino esensial, satu asam amino yang hampir tidak terkandung dalam gelatin adalah
3
Institut Teknologi Indonesia
triptofan (Schrieber & Gareis, 2007). Kandungan asam amino dalam gelatin dapat di lihat
pada Tabel 1.2
Menurut data yang di peroleh dari Gelatine Manufacturers of Europe (GME, 2018)
sebesar 63% gelatin digunakan untuk industri makanan, 31% untuk industri farmasi dan 6%
untuk industri lainnya termasuk kosmetik. Oleh sebab itu, peluang sebesar 6% ini dapat
digunakan sebagai salah satu landasan pembangunan pabrik gelatin berbahan baku kulit ikan
nila untuk industri kosmetik di Indonesia.
Dalam penentuan kapasitas produksi dan analisa pasar gelatin di Indonesia, perlu
diketahui kapasitas produksi, impor, ekspor, dan konsumsi gelatin di Indonesia. Gelatin dapat
4
Institut Teknologi Indonesia
dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk, salah satunya adalah sebagai bahan campuran
kosmetik yang digunakan dalam industri kosmetik. Berikut adalah data produksi, impor,
ekspor, konsumsi dan kapasitas produksi gelatin di Indonesia.
5
Institut Teknologi Indonesia
Dari data yang tertera pada Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa jumlah impor atau
kebutuhan gelatin di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya, dengan rata-rata
persentase pertumbuhan sebesar 51,20%. Kenaikan jumlah impor ini menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kebutuhan gelatin di Indonesia setiap tahunnya, namun tidak sepadan
dengan produksi gelatin yang belum tersedia di dalam negeri. Sehingga untuk mengatasi
kebutuhan gelatin di Indonesia adalah dengan cara mengimpor gelatin dari berbagai Negara
yang memproduksi gelatin. Proyeksi impor gelatin ke Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI nomor 19 Tahun
2015 pengertian kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
6
Institut Teknologi Indonesia
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian
luar), atau gigi dan membran mukrosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara
tubuh pada kondisi baik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
pada tahun 2020 terjadi peningkatan produk kosmetik yang teregistrasi selama 4 tahun
terakhir. Data tersebut dapat di lihat pada Tabel 1.5
Data pada Tabel 1.5 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah produk kosmetik yang
teregistrasi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi serta mengalami kenn,
data ini dapat mengindikasikan bahwa jumlah produksi kosmetik di Indonesia kian
berkembang sehingga hal ini dapat menjadi peluang untuk mendirikan pabrik gelatin di
Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Karim dan Bhatt pada
tahun 2009 yang menyatakan bahwa bahan baku industri gelatin diperoleh dari 45% kulit
babi; 29,4% kulit sapi; 23,1% tulang dan 1,5% dari sumber lainnya. Maka, peluang kapasitas
pabrik gelatin dari kulit ikan nila di Indonesia dapat diperoleh dengan mengganti persentase
penggunaan kulit babi dengan kulit ikan nila yaitu sebanyak 45%. Sehingga apabila di lihat
dari proyeksi impor gelatin ke Indonesia pada saat pendirian pabrik yaitu tahun 2021 yang
terlampi di Tabel 1.4 adalah sebesar 70.734,3 ton/tahun dan di ambil 45% dari total besarnya
impor gelatin pada tahun tersebut maka jumlahnya sebesar 31.830,4 ton/tahun. Menurut
Gelatine Manufacturing of Europe (GME) sebanyak 6% industri kosmetik diluar industri
pangan dan farmasi menggunakan gelatin sebagai salah satu bahan pembuatan, sehingga
7
Institut Teknologi Indonesia
berdasarkan data tersebut maka kapasitas produksi untuk pabrik gelatin dari kulit ikan nila
adalah 6% dari 31.830,4 ton/tahun. Sehingga jumlah kapasitas produksi pabrik gelatin dari
kulit ikan nila yang di dapat adalah sebesar 1.909,826 ton/tahun atau dapat dibulatkan menjadi
2.000 ton/tahun.
Dengan berbagai pertimbangan antara lain ketersediaan bahan baku untuk memenuhi
kebutuhan gelatin di Indonesia, kebutuhan pasar, mengurangi nilai impor, penggunaan jenis
bahan baku dan mempertimbangkan analisa-analisa pasar yang telah dilakukan. Maka pabrik
gelatin yang akan dibangun menggunakan kapasitas produksi sebesar 2.000 ton/tahun dengan
jumlah bahan baku kulit ikan nila sebesar 10.000 ton/tahun.
Lokasi pendirian pabrik bukan hanya berpengaruh pada lancarnya proses produksi
melainkan berdampak pula pada proses pemasaran serta pendistribusian produk. Berdasarkan
faktor-faktor tersebut, lokasi pendirian pabrik berada di kawasan industri kecamatan Tugu,
kota Semarang, provinsi Jawa Tengah. Kawasan ini merupakan kawasan yang memang
diperuntukan bagi perkembangan Industri di kota Semarang.
Selain itu terdapat beberapa faktor dalam menentukan lokasi pendirian pabrik yang
harus dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah pasokan bahan baku, lokasi
berkenaan dengan pasar, fasilitas transportasi, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan utilitas,
ketersediaan tanah yang cocok, dampak lingkungan dan iklim. Lokasi pabrik dapat dilihat
pada Gambar 1.2.
8
Institut Teknologi Indonesia
9
Institut Teknologi Indonesia
Sedangkan untuk distribusi dengan jalur darat dapat menggunakan jalan tol Semarang-
Batang yang dapat ditempuh dengan waktu 10 menit dari lokasi pabrik ke pintu tol Semarang-
Batang.
10
Institut Teknologi Indonesia
Data kependudukan di Kota Semarang pada tahun 2019 berdasarkan Badan Pusat
Statistik Kota Semarang mencapai 1.814.110 jiwa di mana jumlah tersebut dibagi berdasarkan
jenis kelamin untuk laki-laki sebanyak 889.298 jiwa sedangkan untuk perempuan sebanyak
924.812 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kota Semarang pada tahun 2019 sebesar 1,57%.
Dari data tersebut dapat menjelaskan bahwa lingkungan yang dipilih merupakan lingkungan
yang sedang berkembang dari segi ekonominya karena melihat pertumbuhan penduduk yang
terus meningkat serta ketersediaan tenaga kerja pabrik.
1.4.8 Iklim
11
Institut Teknologi Indonesia
BAB 2
TEKNOLOGI PROSES
Secara umum industri pembuatan gelatin memiliki 3 tahapan proses, namun proses pre
treatment yang merupakan proses awal pada industri pembuatan gelatin sangat berperan
penting dalam menentukan kualitas gelatin yang dihasilkan (Liu, et al., 2015). Proses pre
treatment menyebabkan terjadinya reaksi pemutusan ikatan hidrogen dan pembukaan struktur
koil kolagen secara optimum sehingga jumlah protein yang terekstrak menjadi gelatin pada
proses ekstraksi dengan menggunakan suhu ekstraksi yang tepat dapat menghasilkan
rendemen gelatin yang besar (Trilaksani, et al., 1998). Terdapat 3 macam teknologi pre
treatment yang telah digunakan secara umum dalam proses produksi gelatin, yaitu proses Acid
treatment, Alkali Treatment, dan Acid-Alkali Treatment.
Pada proses asam yang kedua, padatan dimasukan kembali ke dalam tangki asam,
setelah sebelumnya telah ditambahkan air pada padatan tersebut. Pada tangki pengasaman
yang kedua ini ditambahkan asam yang lebih pekat konsentrasinya dari yang sebelumnya.
Pemilihan jenis asam untuk treatment asam kedua ini di sesuaikan dengan jenis gelatin yang
akan di produksi namun kondisi pH atau keasamannya tetap di jaga pada rentang 2,4-3,9 dan
12
Institut Teknologi Indonesia
temperatur mencapai 85-98°C. Setelah itu proses ekstraksi dilakukan kembali dengan
temperatur dibawah 100°C dengan tujuan yang sama yaitu mengubah kolagen menjadi
gelatin. Setelah proses asam dan ekstraksi yang kedua ini selesai maka dipisahkan lagi dengan
menggunakan decanter centrifuge.
Larutan gelatin pada proses pertama dan kedua kemudian dimasukkan ke dalam satu
tangki yang sama untuk kemudian di netralkan pH nya dengan rentang pH 6,0-7,0 dengan
menggunakan Natrium Hidroksida (NaOH) pekat. Kemudian larutan gelatin yang telah netral
pH nya ini dapat dimasukkan ke dalam separator untuk dilakukan pemisahan.
Pada proses pre treatment dengan menggunakan NaOH dapat disebut juga sebagai
proses deproteinasi atau penghilangan protein non kolagen pada kulit ikan disebabkan oleh
larutan NaOH yang mampu memecah sebagian besar telopeptida molekul kolagen pada proses
pre treatment sehingga terjadi swelling pada kulit ikan (Jaswir, et al., 2011). NaOH dipilih
untuk proses deproteinasi karena sifat protein yang larut dalam NaOH serta menyebabkan
pengembangan pada kulit ikan dibandingkan dengan larutan alkali lain (Liu, et al., 2015).
Produksi gelatin dengan menggunakaan alkali atau basa biasanya dilakukan dengan
mengganti air rendaman NaOH berkali-kali selama satu atau dua jam sekali selama 24 sampai
28 jam sehingga membutuhkan bahan kimia berupa NaOH yang cukup banyak (Gunawan, et
al., 2017).
Alkali Treatment ini dilakukan pada kondisi temperatur ruang dan dengan waku yang
cukup lama yaitu 5-20 minggu. Setelah proses ini split atau ossein yang telah diolah dicuci
sekali lagi, kemudian di netralkan dengan penggunaan asam. Garam-garam yang muncul
13
Institut Teknologi Indonesia
akibat proses ini kemudian dicuci dengan pencucian intensif, kemudian dapat di ekstraksi
dengan menggunakan air panas. (Gelita, 2020)
Setelah proses Alkali Treatment selesai, bahan kemudian di cuci dengan air bersih
sampai pH mencapai 6,8-7,2. Bahan yang telah dicuci kemudian di masukkan ke dalam tangki
Acid Treatment selama 1-2 jam. Asam yang digunakan pada Acid Treatment merupakan asam
organik yaitu asam sitrat (C6H8O7) dengan konsentrasi 0,48 %. Pada proses Acid Treatment
ini, kolagen yang memiliki ikatan triple helix dan ikatan ganda dipecah menjadi ikatan
tunggal. Kulit ikan yang telah selesai di proses ini kemudian di cuci kembali dengan air bersih
hingga pH mencapai 6,8-7,2 untuk kemudian dilanjutkan dengan proses ekstraksi
menggunakan asam sitrat dengan konsentrasi 0,26%.
Pada seleksi proses dilakukan dengan cara membandingkan setiap proses yang didapat
dan memilih proses yang memiliki efisiensi yang tinggi dan memberikan keuntungan baik
dari segi konversi dan energi.
14
Institut Teknologi Indonesia
beradal dari kulit ikan menunjukkan kelarutan yang lebih tinggi pada pH >6. Hal tersebut
dikarenakan kolagen dari kulit memiliki derajat crosslink yang rendah. (Tabaretani, et al.,
2010). Dari hasil uji pendahuluan yang dilakukan, diketahui bahwa jenis asam kuat seperti
asam fosfat tidak layak digunakan untuk mengekstraksi gelatin dari kulit ikan karena
menghasilkan warna hitam dan bau yang menusuk (Pelu, et al., 1998). Sedangkan untuk
rendemen yang dihasilkan yaitu berkisar antara 11,04-16,8%. (Trilaksani, et al., 1998)
Pre treatment dengan metode alkali treatment dapat menyebabkan viskositas gelatin
dapat menurun apabila residu mineral khususnya ion Ca2+ berikatan dengan gugus reaktif OH -
pada gelatin, sehingga akan menyebabkan ikatan molekul menjadi lemah. Gugus OH - lebih
banyak berada pada larutan-larutan basa, sehingga apabila perendaman hanya berfokus
menggunakan Alkali Treatment dengan waktu yang lama maka akan membuat viskositas
gelatin menjadi rendah yang akan berefek pada kekuatan gel gelatin. Viskositas gelatin akan
berpengaruh pada produk akhir suatu produk. Semakin tinggi konsentrasi gelatin maka
viskositasnya semakin tinggi (Setiawati, 2009). Selain itu penggunaan alkali treatment yang
memakan waktu lama kurang memberikan efisiensi waktu pada proses industri untuk
mendapatkan hasil pemecahan ikatan triple helix. Penggunaan basa sebagai treatment sebelum
esktraksi hanya membantu memecah ikatan triple helix kolagen menjadi ikatan gandanya,
sehingga perlu dilakukan proses ektraksi yang lebih lama.
Penggunaan alkali treatment dari segi energi memang cukup efisien, karena proses
pre treatment berlangsung pada temperatur lingkungan atau ruang. Namun, hal itu akan
berdampak pada reaksi hidrolisis yang terjadi pada proses ekstraksi karena tidak diketahui
secara spesifik apakah suhu ruang tersebut dapat membantu proses pemecahan ikatan triple
helix yang kompleks agar proses hidrolisis dapat berlangsung secara lebih cepat dan efisien.
Selain itu, waktu treatment yang cukup lama dapat menghambat continyuitas proses produksi
gelatin dan membutuhkan wadah atau tangki treatment dengan ukuran besar dan berjumlah
banyak.
15
Institut Teknologi Indonesia
Tahapan acid treatment pada metode acid-alkali treatment menggunakan asam sitrat
dengan konsentrasi yang rendah, yaitu sebesar 0,48% dengan waktu treatment atau
perendaman selama 1 jam. Konsentrasi asam yang rendah ini dapat membuat kolagen
mengalami reaksi hidrolisis tanpa terjadi hidrolisis lanjutan yang dapat menyebabkan
pemotongan rantai asam amino semakin tinggi pada kolagen yang sudah terdispersi menjadi
gelatin sehingga dihasilkan rantai asam amino yang lebih pendek yang mengakibatkan
turunnya kekuatan gel (Gunawan, et al., 2017). Selain itu rendemen yang didapatkan dengan
penggunaan metode acid-alkali treatment adalah sebesar 20,4%.
16
Institut Teknologi Indonesia
Teknologi pre treatment dengan metode Alkali Treatment memang memiliki efisiensi
energi yang lebih tinggi dan lebih teknologi yang lebih aman karena temperatur proses pre
treatment yang digunakan pada tangki adalah temperatur ruang. Namun, waktu perendeman
dapat memakan waktu 5-20 minggu dengan mengganti NaOH setiap beberapa jam. Akibat
waktu perendaman yang cukup lama dan pergantian larutan NaOH ini dapat menyebabkan
tingginya limbah NaOH yang dihasilkan. NaOH sendiri merupakan larutan yang bersifat
korosif.
2.2.3 Biaya
Berdasarkan data yang ada pada poin efisiensi proses dan keamanan teknologi yang
telah dijabarkan, maka dapat di perkirakan bahwa secara berturut-turut teknologi proses untuk
menghasilkan gelatin dengan kemurnian dan rendemen terbanyak yang membutuhkan biaya
lebih tinggi hingga rendah berturut-turut adalah Acid treatment, alkali acid treatment, dan
acid-alkali treatment.
Hal ini karena proses acid treatment membutuhkan lebih banyak supply energi pada
tangki asam agar temperatur tetap terjaga pada suhu 60-130°C. Selain itu proes penangan
limbah yang ditimbulkan lebih rumit dan membutuhkan biaya lebih banyak karena asam yang
digunakan merupakan asam kuat, yaitu asam fosfat dengan konsentrasi tinggi.
Sedangkan untuk proses alkali treatment membutuhkan biaya lebih besar karena pada
saat proses treatment berlangsung, perlu pergantian NaOH secara berkala setiap beberapa jam
sekali untuk menjaga proses hidrolisis yang berlangsung. Hal ini menyebabkan penggunaaan
bahan baku NaOH yang cukup besar, selain itu proses pre treatment dengan alkali treatment
membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat mempengaruhi dimensi tangki dan banyaknya
jumlah tangki.
17
Institut Teknologi Indonesia
Metode dengan menggunakan acid-alkali treatment di rasa paling rendah biaya karena
kebutuhan energi hanya terdapat pada proses ekstraksi dan pemurnian. Selain itu bahan baku
yang digunakan hanya memerlukan konsentrasi yang rendah sehingga hal tersebut dapat
menjadi salah satu faktor mengapa biaya dengan metode ini lebih rendah.
18
Institut Teknologi Indonesia
Dari ketiga proses diatas, dapat diketahui bahwa proses dengan menggunakan Acid-
Alkali Treatment dapat menghasilkan rendemen sebesar 20,4% dan menggunakan bahan baku
yang lebih ramah lingkungan serta mudah di olah. Selain itu lemak dan sisa kolagen dapat
dimanfaatkan sebagai produk samping yang masih memiliki nilai jual. Dari sisi energi dan
biaya proses Acid-Alkali Treatment membutuhkan energi yang lebih rendah dari Acid
Treatment dari segi biaya Acid-Alkali Treatment pun memiliki biaya lebih rendah karena
pelarut yang digunakan asam organik dan basa NaOH dengan konsentrasi rendah. Untuk hasil
rendemen, proses acid treatment memiliki rendemen yang lebih rendah dibandingkan dengan
acid-alkali treatment yaitu berkisar antara 11,04-16,08%.
Sedangkan Alkali Treatment memang membutuhkan energi yang lebih rendah dari
kedua proses yang telah disebutkan. Namun, memiliki efektivitas waktu yang lebih rendah
karena waktu perendaman yang sangat lama sehingga dapat mempengaruhi produktivitas
pabrik. Selain itu hasil rendemen dari proses Alkali treatment pun lebih rendah di bandingkan
dengan acid-alkali treatment. Dengan demikian berdasarkan dari segi efisiensi proses,
keamanan teknologi dan biaya proses maka dipilih proses Acid-Alkali Treatment untuk pra
perancangan pabrik gelatin ini.
19
Institut Teknologi Indonesia
BAB 3
RANCANGAN PROSES
Rancangan proses pada Pra Rancangan Pabrik Gelatin dari kulit ikan nila ini
menggunakan Acid-Alkali Treatment sebagai proses pretreatment. Tahap pembuatan gelatin
di bagi menjadi 3 yaitu tahap yaitu pretreatment, extraction dan purification
Perlakuan awal bahan baku atau pretreatment merupakan proses yang sangat
berpengaruh terhadap kemurnian kolagen yang diisolasi, efisiensi waktu, dan biaya isolasi
kolagen (Liu, et al., 2015). Pada awal perlakuan bahan baku, kulit ikan nila dengan usia panen
6 bulan (Romadhon, et al., 2019) yang telah disimpan di dalam gudang penyimpanan dengan
20
Institut Teknologi Indonesia
temperatur dibawah 10°C dipotong dengan menggunakan crusher agar ukuran kulit ikan
menjadi 1-2 cm (Gunawan, et al., 2017). tujuan serta fungsi dari pemotongan bahan baku
menjadi ukuran yang lebih kecil agar memudahkan proses perendaman dan pembentukan
slurry dalam proses pretreatment. Setelah tahap pemotongan kulit ikan selesai dilakukan, kulit
ikan kemudian dimasukkan ke dalam tangki pencucian untuk dicuci dengan air dingin serta
diaduk untuk menghilangkan lemak yang menempel pada kulit ikan (Nasution, et al., 2018)
temperatur air dingin yang digunakan untuk mencuci kulit ikan adalah 10°C (Estrada, et al.,
2019). Keberadaan lemak pada kulit ikan merupakan unsur pengotor yang perlu dihilangkan
pada tahap praperlakuan karena keberadaan lemak dan mineral akan mengganggu efektivitas
aplikasi kolagen pada berbagai produk (Shon, et al., 2011). Keberadaan lemak berpengaruh
terhadap perubahan mutu gelatin selama penyimpanan. Kerusakan lemak yang utama
diakibatkan oleh proses oksidasi sehingga timbul bau dan rasa tengik yang disebut dengan
proses ketengikan (Laohabanjong, et al., 2009). Kulit ikan yang telah dicuci kemudian
dilewatkan pada decanter centrifuge 3 fasa dengan menggunakan 2 nozzle agar terpisah antara
minyak, air serta impurities lainnya.
Minyak yang telah terpisahkan akan otomatis dialirkan pada tangki penampungan
minyak untuk kemudian dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak agar tidak mengotori
lingkungan sekitar pabrik gelatin. Selain itu air, impurities dan kolagen yang ikut terpisah di
alirkan menuju tangki penampungan by-product yang dapat dimanfaatkan juga sebagai bahan
kolagen mentah untuk keperluan lainnya.
Kulit ikan yang telah dicuci bersih tadi kemudian melalui tahap pre treatment. Tahap
pre treatment atau perendaman bertujuan agar terjadi reaksi pemutusan ikatan hidrogen dan
pembukaan struktur koil kolagen yang terjadi secara optimum sehingga jumlah protein yang
terekstrak menjadi gelatin pada saat proses ekstraksi berlangsung pada suhu ekstraksi yang
tepat dapat menghasilkan gelatin dengan nilai rendemen tinggi (Trilaksani, et al., 1998). Pre
treatment yang pertama adalah proses Alkali Treatment. Perendaman dilakukan selama 6 jam
pada temperatur 10°C sambil di aduk dengan agitator di dalam vessel. Alkali yang digunakan
merupakan Natrium Hidroksida (NaOH) dengan konsentrasi 0,2%. Penambahan NaOH dalam
proses pre treatment dapat memutus beberapa ikatan sambung silang (triple helix) antar rantai
kolagen sehingga memudahkan reaksi hidrolisis pada tahapan proses ekstraksi (Regenstein &
Zhou, 2007).
21
Institut Teknologi Indonesia
Selesai proses Alkali Treatment maka selanjutnya adalah proses netralisasi yang
bertujuan untuk membuat pH bahan menjadi netral kembali yaitu pada rentang 6,8 – 7,2
setelah sebelumnya berada pada pH basa.
Kulit ikan yang telah melalui proses netralisasi kemudian di alirkan menuju tangki
Acid Treatment untuk proses perendaman dengan menggunakan asam sitrat 0,48%. Proses
perendaman dengan acid ini menyebabkan pengembangan pada kulit ikan dan juga terjadi
proses hidrolisis. Asam menyebabkan terjadinya penetrasi asam ke dalam struktur kulit ikan.
Penggunaan larutan asam menyebabkan terjadinya peningkatan ion H+ yang masuk ke dalam
struktur kulit ikan melalui gaya elektrostatik antar gugus polar. Hal ini berpengaruh terhadap
pemisahan struktur serat kolagen dan juga mengganggu ikatan non kovalen kolagen yang
menyebabkan serat kolagen menjadi prokolagen (Jaswir, et al., 2011) selain itu perendaman
dengan asam ini bertujuan untuk memecah ikatan ganda dan juga triple helix pada kolagen
agar menjadi ikatan tunggal. Proses treatment dengan asam ini berlangsung selama 1 jam.
Setelah selesai, proses yang sama pun dilakukan, yaitu netralisasi dengan menggunakan air
hingga pH yang sebelumnya asam kembali menjadi netral pada pH 6,8-7,2. Reaksi yang
terjadi pada tahap netralisasi adalah sebagai berikut :
OH- + H+ → H2O
Pada tahap ini dilakukan proses ekstraksi kolagen dengan menggunakan pelarut asam
sitrat dengan konsentrasi 0,26%. Kandungan kolagen yang berada di dalam kulit ikan akan
mengalami reaksi hidrolisis sehingga kolagen akan terpecah oleh asam sitrat menjadi bentuk
gelatin. Selama proses proses ekstraksi terjadi pengembangan molekul gelatin, panas akan
membuka ikatan pada molekul gelatin dan cairan yang semula bebas mengalir menjadi larutan
kental (Gunawan, et al., 2017). Proses ini disebut dengan proses hidrolisis dimana ikatan
triple helix yang sebelumnya telah terputus menjadi rantai ganda dan tunggal lebih mudah
terhidrolisis oleh senyawa hidrogen pada air yang menyebabkan senyawa hidrogen tersebut
dapat masuk ke dalam ikatan kolagen dan merubah bentuk kolagen menjadi produk yang lebih
encer dan dikenal sebagai gelatin.
22
Institut Teknologi Indonesia
Pada ekstraksi ini banyak didapatkan H2O, hal tersebut karena adanya penetrasi air ke
dalam kolagen melalui ikatan hidrogen atau gaya elektrostatik antara gugus polar.
Peningkatan H+ akibat penggunaan asam ketika ekstraksi kolagen diduga mengakibatkan
peningkatan penetrasi air ke dalam kolagen (Jaswir, et al., 2011). Hidrolisis kolagen dapat
menyebabkan terjadinya rantai-rantai peptida pada kolagen lebih pendek, sehingga
menyebabkan penyerapan air. (Devi, et al., 2017)
Reaksi yang terjadi pada saat proses ekstraksi adalah sebagai berikut:
Gelatin yang telah melalui proses filtrasi kemudian di evaporasi untuk menaikkan
konsentrasi produk, evaporasi dilakukan menggunakan triple effect evaporator. Evaporator ini
berfungsi untuk menguapkan kandungan air yang ada di dalam gelatin. Kadar air dalam
gelatin menjadi hal yang perlu diperhatikan karena spesifikasi atau karakteristik gelatin yang
memenuhhi standar untuk penggunaan di bidang pangan maupun non pangan memiliki kadar
air maksimal sebesar 16% (Hastuti & Sumpe, 2007). Produk gelatin yang telah selesai di
evaporasi kemudian di lewatkan ke dalam spray dryer agar gelatin mengalami proses
pengeringan secara cepat untuk kemudian di cacah ke dalam crusher agar produk gelatin yang
dihasilkan merupakan granular.
23
Institut Teknologi Indonesia
24
Institut Teknologi Indonesia
Prinsip kerja feedback control ialah pengendalian dimulai dengan mengukur nilai
variabel terkendali (nilai yang dikendalikan). Hasil pengukuran akan dibandingkan dengan
nilai yang diinginkan (set point). Berdasarkan perbedaan nilai antara variabel terkendali
dengan set point yang diinginkan maka dapat ditentukan tindakan apa yang dapat dilakukan
dengan mengatur bukaan katup kendali (control valve). Dalam prinsip pengendalian feedback
control ialah dengan memakai variabel keluaran sistem untuk mempengaruhi masukan dari
sistem yang sama. Terdapat empat fungsi dasar feedback control yaitu mengukur
(measurement), membandingkan (comparison), menghitung (computation, decision, atau
evaluation) dan mengoreksi (correction atau action).
25
Institut Teknologi Indonesia
Pabrik pembuatan gelatin ini merupakan susunan atau rangkaian berbagai unit operasi
yang terintegrasi satu sama lain secara sistematik. Tujuan pengoperasian pabrik secara
keseluruhan adalah mengubah bahan baku berupa kulit ikan nila yang memiliki kandungan
kolagen dengan proses Acid-Alkali treatment dan proses ekstraksi menjadi gelatin sehingga
dapat digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan kosmetik. Dalam pengoperasiannya
pabrik dapat mengalami gangguan (disturbance) dari faktor internal maupun faktor eksternal.
Oleh karena itu, selama beroperasinya pabrik harus selalu dipertimbangkan aspek keteknikan,
keekonomisan, dan kondisi sosial agar pengaruh perubahan-perubahan eksternal tersebut tidak
terlalu signifikan.
1) Terjaminnya keamanan
2) Terjaminnya spesifikasi produk
3) Peraturan lingkungan
4) Kendala-kendala operasional pada masing-masing alat pemrosesan
5) Keekonomisan untuk memperoleh keuntungan maksimum.
26
Institut Teknologi Indonesia
Variabel-variabel yang terlibat dalam proses operasi pabrik adalah F (laju alir), pH
(derajat keasaman), P (tekanan), T (temperatur) dan L (ketinggian cairan). Variabel-variabel
tersebut dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu variabel input dan variabel output.
1) Variabel input
Variabel input adalah variabel yang menandai efek lingkungan pada proses yang dituju.
Variabel ini juga diklasifikasikan dalam dua katergori, yaitu:
a. Manipulated (adjustable) variabel, jika harga variabel tersebut dapat diatur
dengan bebas oleh operator atau mekanisme pengendalian.
b. Disturbance variabel, jika harga tidak dapat diatur oleh operator atau
sistem pengendali, tetapi merupakan gangguan.
2) Variabel output
Variabel output adalah variabel yang menandakan efek proses terhadap lingkungan yang
diklasifikasikan dalam dua kelompok.
a. Measured output variabels, jika variabel dapat diketahui dengan
pengukuran langsung.
b. Unmeasured output variabels, jika variabel tidak dapat diketahui dengan
pengukuran langsung.
Pada pembuatan gelatin dari kulit ikan nila digunakan beberapa alat proses, adapun
alat utama yang memiliki sistem pengendalian adalah mixing tank NaOH, mixing tank citric
acid, alkali treatment, acid treatment, ekstraktor, dan evaporator.
27
Institut Teknologi Indonesia
Faktor Keberhasilan Proses : Banyaknya rasio kulit ikan nila terhadap massa larutan
NaOH 0,2% yang akan dialirkan menuju tangki alkali
treatment adalah 1:1
Control Configuration : Feedback
Controller : Flow Indicator Controller (FIC)
Objective : Menjaga laju alir larutan NaOH 0,2% masuk ke tangki
Alkali Treatment sesuai dengan set point
Control Variabel : Laju alir NaOH 0,2%
Manipulated Variabel : Control Valve (CV-03)
Set Point : 17,819 kg/jam
Faktor Keberhasilan Proses : Besaran pH yang optimal pada kondisi operasi netralisasi
adalah 6,8-7,2
Control Configuration : Feedback
Controller : pH Indicator Controller (pHIC)
Objective : Mencapai pH kulit ikan di dalam tangki sesuai dengan
dengan set point
Control Variabel : pH
Manipulated Variabel : Control Valve (CV-04)
Set Point : 6,8-7,2
28
Institut Teknologi Indonesia
Faktor Keberhasilan Proses : Banyaknya rasio kulit ikan nila terhadap massa larutan
Citric Acid 0,48% yang akan dialirkan menuju tangki
Acid Treatment adalah
Control Configuration : Feedback
Controller : Flow Indicator Controller (FIC)
Objective : Menjaga laju alir larutan citric acid 0,48% masuk ke
tangki acid treatment sesuai dengan set point
Control Variabel : Laju alir citric acid 0,48%
Manipulated Variabel : Control Valve (CV-05)
Set Point : 17,819 kg/jam
29
Institut Teknologi Indonesia
Faktor Keberhasilan Proses : Besaran pH yang optimal pada kondisi operasi netralisasi
adalah 6,8-7,2
Control Configuration : Feedback
Controller : pH Indicator Controller (pHIC)
Objective : Mencapai pH kulit ikan di dalam tangki acid treatment
sesuai dengan dengan set point
Control Variabel : pH
Manipulated Variabel : Control Valve (CV-07)
Set Point : 6,8-7,2
Faktor Keberhasilan Proses : Banyaknya rasio kulit ikan nila terhadap massa larutan
Citric Acid 0,26% yang akan dialirkan menuju ekstraktor
adalah 1:3
Control Configuration : Feedback
Controller : Flow Indicator Controller (FIC)
Objective : Menjaga laju alir umpan air masuk ke ekstraktor sesuai
dengan set point
Control Variabel : Laju alir citric acid 0,26%
Manipulated Variabel : Control Valve (CV-08)
Set Point : 13,364 kg/jam
30
Institut Teknologi Indonesia
3.1.4f Ekstraktor
31
Institut Teknologi Indonesia
3.1.4g Kompresor
32
Institut Teknologi Indonesia
Tangki
Tangki Air Proses
Demineralisasi
Tangki
Umpan Boiler
Tangki
Air Bersih
Tangki Cooling
Cooling Tower Tower
Tangki Gedung
Air Domestik Perkantoran
33
Institut Teknologi Indonesia
34
Institut Teknologi Indonesia
Penyusunan letak dari alat-alat proses yang optimum dapat memberikan suatu operasi
yang efisien dan meminimalkan biaya konstruksi. Tata letak alat proses ini sangat erat
hubungannya dengan perencanaan bangunan pabrik dan bertujuan agar:
1) Tata Letak Produk atau Garis (Product Lay Out / Line Lay Out)
Penyusunan mesin atau peralatan berdasarkan urutan proses produksi. Biasanya
digunakan pada pabrik yang memproduksi suatu jenis produk dalam jumlah besar
dan mempunyai tipe proses kontinyu.
35
Institut Teknologi Indonesia
Pabrik gelatin dari kulit ikan nila yang akan didirikan ini, dalam penyusunan tata letak
alat prosesnya menggunakan tata letak produksi atau garis (Product Lay Out / Line Lay Out).
Konstruksi yang ekonomis dan operasi yang efisien dari suatu unit proses akan teragntung
kepada bagaimana peralatan proses disusun. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
penyusunan tata letak alat proses adalah:
36
Institut Teknologi Indonesia
Keterangan:
C-002 : Crusher
F-008 : Ultrafiltration
37
Institut Teknologi Indonesia
X-001 : Ekstraktor 1
X-002 : Ekstraktor 2
X-003 : Ekstraktor 3
X-004 : Ekstraktor 4
SV-001 : Evaporator
HE-001 : Heater
HE-002 : Cooler
Tata letak pabrik mengatur susunan letak bangunan seperti area proses, area
perlengkapan, kantor, gudang, utilitas dan fasilitas lainnya guna menjamin kelancaran proses
dengan baik dan efisien, serta menjaga keselamatan kerja para keryawan ataupun keamanan
dari pabrik tersebut. Oleh karena itu, tata letak pabrik merupakan bagian dari perancangan
pabrik yang perlu diperhatikan. Jalannya aliran proses dan aktivitas dari para pekerja yang ada
38
Institut Teknologi Indonesia
Beberapa faktor yang dapat diperhatikan dalam menentukan tata letak pabrik (plant
layout), diantaranya adalah:
1) Kemudahan dalam operasi dan proses yang disesuaikan dengan kemudahan dalam
memelihara peralatan serta kemudahan mengontrol hasil produksi.
2) Distribusi utilitas yang tepat dan ekonomis.
3) Keselamatan kerja
4) Memberikan kebebasan bergerak yang cukup leluasa diantara peralatan proses dan
peralatan yang menyimpan bahan-bahan berbahaya.
5) Adanya kemungkinan dilakukannya perluasan pabrik.
6) Masalah pengolahan limbah pabrik agar tidak mengganggu atau mencemari
lingkungan.
7) Penggunaan ruang yang efektif dan ekonomis
Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, maka pengaturan tata letak pabrik gelatin
dari kulit ikan nila dalam penempatan bangunan dalam kawasan pabrik dapat dilihat pada
Gambar 3.14.
39
Institut Teknologi Indonesia
1) Fasilitas Umum
Fasilitas umum terdiri dari masjid sebagai tempat peribadahan, kantin, klinik, dan
water closet (WC). Fasilitas umum ini diletakkan sedemikian rupa sehingga
seluruh karyawan dapat memanfaatkannya. Area parkir terdiri dari parkir mobil,
motor, kendaraan operasional pabrik dan truck.
2) Area Hijau
Area hijau atau ruang terbuka hijau merupakan area bagian dari pabrik yang
ditanami oleh tumbuhan hijau yang dapat menyerap kadar karbon dioksida (CO2),
menambah oksigen, menurunkan temperatur lingkungan area sekitar dengan
keteduhan dan kesejukan tanaman, menjadi area resapan air, serta dapat meredam
kebisingan.
3) Area Administrasi
Area administrasi merupakan daerah pusat kegiatan administrasi pabrik untuk
urusan-urusan dengan pihak-pihak luar maupun dalam serta ruangan direktur dan
jajaran manajemen yang mengatur kelangsungan pabrik.
4) Area Laboratorium
Area ini merupakan tempat untuk unit laboratorium Quality Control (QC) dan unit
laboratorium Research & Development (R&D). unit QC bertugas untuk
monitoring, uji-tes dan memeriksa semua proses produksi yang terlibat dalam
produksi. Hal ini dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses produksi untuk
memperoleh standar kualitas gelatin yang diperlukan. Unit R&D bertugas untuk
mengembangkan teknologi baru untuk meningkatkan kualitas produk gelatin yang
dihasilkan perusahaan.
5) Area Utilitas
Area ini diletakkan dengan area proses untuk mempermudah distribusi air yang
diperlukan untuk produksi gelatin dan suplai air jika terjadi situasi gawat darurat
seperti kebakaran yang terjadi di dekat area produksi.
6) Area Unloading Bahan baku dan bahan penunjang
Area unloading merupakan tempat penurunan muatan bahan baku berupa kulit
ikan yang telah dibekukan di dalam cooling box untuk diangkut ke dalam gudang
penyimpanan.
40
Institut Teknologi Indonesia
7) Area Proses
Area proses merupakan tempat berlangsungnya proses produksi pembentukan
gelatin dan pemurnian gelatin. Area ini diletakkan pada lokasi yang memudahkan
pendustribusian bahan baku pembuatan gelatin.
8) Ruang Kontrol dan Operator
Ruang yang berfungsi sebagai ruang pusat seluruh sistem produksi yang bersifat
otomatis dapat dipantau dan dikendalikan oleh operator. Ruang kontrol merupakan
pusat komando untuk memantau keseluruhan wilayah pabrik.
9) Kantor Produksi
Ruang yang berfungsi sebagai ruangan untuk menjaga keberlangsungan proses
produksi pabrik.
10) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Air keluaran tangki pencucian mengandung sebagian besar air dan impurities
sehingga perlu pengolahan air lebih lanjut,
11) Bengkel
Ruang yang berfungsi sebagai ruang yang menyediakan peralatan untuk
melakukan konstruksi atau manufaktur, dan/atau memperbaiki alat pabrik.
41
Institut Teknologi Indonesia
BAB 4
SPESIFIKASI ALAT
Dalam proses produksi Gelatin dari kulit ikan nila terdapat alat-alat untuk proses serta
utilitas yang digunakan, dengan spesifikasi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan
produksi. Adapun spesifikasi alat sebagai berikut :
42
Institut Teknologi Indonesia
43
Institut Teknologi Indonesia
g. Jumlah alat : 1
44
Institut Teknologi Indonesia
45
Institut Teknologi Indonesia
Temperatur : 50 oC
Tekanan : 1,013 bar
d. Dimensi
- Ukuran Mesh : 0,002 m
- Kecepatan Putaran : 400 Rpm
- Setting : 0,002 m
- Chrusher Size : 0,08 x 0,3 m
- Jaw Motion : ¼ in
- Daya : 10 Hp
e. Type : Blake Jaw Chrusher Standard 22
f. Harga satuan : Rp107.700.000,-
g. Jumlah alat : 1
46
Institut Teknologi Indonesia
47
Institut Teknologi Indonesia
48
Institut Teknologi Indonesia
49
Institut Teknologi Indonesia
50
Institut Teknologi Indonesia
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316 with
Cooling Jacket
f. Harga satuan : Rp513.400.000,-
g. Jumlah alat : 1
51
Institut Teknologi Indonesia
4.1.6 Pompa
4.1.6.1 Pompa 01 (P-101)
52
Institut Teknologi Indonesia
53
Institut Teknologi Indonesia
54
Institut Teknologi Indonesia
55
Institut Teknologi Indonesia
56
Institut Teknologi Indonesia
57
Institut Teknologi Indonesia
58
Institut Teknologi Indonesia
59
Institut Teknologi Indonesia
60
Institut Teknologi Indonesia
61
Institut Teknologi Indonesia
62
Institut Teknologi Indonesia
63
Institut Teknologi Indonesia
- Lebar : 0,75 m
e. Type : Solid Bowl
f. Ukuran Partikel : 5000 mikro meter
g. Maksimal Putaran : 1000 RPM
h. Daya : 10 HP
i. Bahan/material konstruksi alat : Carbon Steel
j. Harga satuan : Rp488.222.000,-
k. Jumlah alat : 1
64
Institut Teknologi Indonesia
65
Institut Teknologi Indonesia
a. Kapasitas alat : 1 m3
b. Fungsi alat : Menyimpan Impurities dari (F-101, F-102, F-103)
c. Kondisi operasi
Temperatur : 23 oC
Tekanan : 1 bar
d. Dimensi
- Volume tangki : 0,7 m3
- Diameter tangki : 0,8 m
- Tinggi tangki : 2,2 m
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp17.495.000,-
g. Jumlah alat : 1
a. Kapasitas alat : 2 m3
b. Fungsi alat : Menampung sementara Gelatin hasil ekstraksi dari (X-
101), (X-102), (X-103), (X-104) sebelum di deionisasi
dengan ultrafilter (F-108)
c. Kondisi operasi
66
Institut Teknologi Indonesia
Temperatur : 56,7 oC
Tekanan : 1,03 bar
d. Dimensi
- Volume tangki : 2 m3
- Diameter tangki : 1,2 m
- Tinggi tangki : 3,3 m
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp17.950.000,-
g. Jumlah alat : 1
a. Kapasitas alat : 1 m3
b. Fungsi alat : Menampung lemak keluaran Decanter Centrifuge (F-101)
c. Kondisi operasi
Temperatur : 23 oC
67
Institut Teknologi Indonesia
Tekanan : 1 bar
d. Dimensi
- Volume : 1 m3
- Lebar : 0,7 m
- Tinggi : 2,1 m
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp71.800.000,-
g. Jumlah alat : 1
68
Institut Teknologi Indonesia
4.1.10 Ekstraktor
4.1.10.1 Ekstraktor (X-101)
69
Institut Teknologi Indonesia
70
Institut Teknologi Indonesia
71
Institut Teknologi Indonesia
- Jumlah : 2 buah
- Diameter agitator : 0,10 m
- Panjang poros : 1m
- Diameter poros : 0,07 m
- Kecepatan : 610 rpm
- Efisiensi motor : 80%
- Daya agitator : 0,05 Hp
3. Jaket Pemanas
- Volume jaket pemanas : 0,23 m3
- Luas transfer panas : 3,3 m2
e. Bahan/material konstruksi
- Alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
- Isolator : Asbestos
f. Harga satuan : Rp682.075.000,-
g. Jumlah alat : 1
72
Institut Teknologi Indonesia
- Jumlah : 2 buah
- Diameter agitator : 0,1 m
- Panjang poros : 1m
- Diameter poros : 0,07 m
- Kecepatan : 610 rpm
- Efisiensi motor : 80%
- Daya agitator : 0,05 Hp
3. Jaket Pemanas
- Volume jaket pemanas : 0,23 m3
- Luas transfer panas : 3,3 m2
e. Bahan/material konstruksi
- Alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
- Isolator : Asbestos
f. Harga satuan : Rp682.075.000,-
g. Jumlah alat : 1
73
Institut Teknologi Indonesia
- Volume : 0,13 m3
- Diameter Drum : 0,25 m
- Tinggi : 1,7 m
- Panjang : 1,8 m
- Lebar : 0,8 m
e. Type : Ultrafiltration
f. Ukuran Partikel : 0,01 mikro meter
g. Ultrafiltration Membran : Polivynil Chloride
h. Daya : 3,8 KW
i. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
j. Harga satuan : Rp35.900.000,-
k. Jumlah alat : 1
4.1.12 Evaporator
Gambar 4. 11 Evaporator
74
Institut Teknologi Indonesia
- Tinggi : 5m
d. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
e. Harga satuan : Rp856.200.000-,
f. Jumlah alat : 1
75
Institut Teknologi Indonesia
4.1.13 Kompresor
4.1.13.1 Kompresor (K-101)
Gambar 4. 12 Kompresor
76
Institut Teknologi Indonesia
c. Kondisi operasi
Temperatur masuk : 100 oC
Temperatur keluar : 100 oC
Tekanan masuk : 1 bar
Tekanan keluar : 1,03 bar
d. Dimensi
- Efisiensi : 80%
- Daya : 5 Hp
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp44.900.000,-
g. Jumlah alat : 1
77
Institut Teknologi Indonesia
78
Institut Teknologi Indonesia
Penyimpanan 01 (T-101)
c. Kondisi operasi
Temperatur : 85 oC
Tekanan : 1,23 bar
d. Dimensi
- Luas area perpindahan panas : 0,132 ft2
- Diameter (OD)
Annulus : 0,06 m
Inner pipe : 0,04 m
- Panjang HE : 3,9 m
- Hairpin : 3
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp12.600.000,-
g. Jumlah alat : 1
79
Institut Teknologi Indonesia
g. Jumlah alat : 1
80
Institut Teknologi Indonesia
Annulus : 0,11 m
Inner pipe : 0,09 m
- Panjang HE : 0,61 m
- Hairpin : 3
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp3.600.000,-
g. Jumlah alat : 1
81
Institut Teknologi Indonesia
82
Institut Teknologi Indonesia
- Daya : 0,4 Hp
f. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
g. Harga satuan : Rp416.450.000-,
h. Jumlah alat : 1
4.1.17 Silo
4.1.17.1 Silo 01 (S-101)
Gambar 4. 16 Silo
a. Kapasitas alat : 5 m3
b. Fungsi alat : Menampung bahan baku Citric Acid 90%
c. Kondisi operasi
Temperatur : 23 oC
Tekanan : 1 bar
d. Dimensi
- Volume silo : 3,5 m3
- Diameter silo : 1,3 m
- Tinggi silo : 3,2 m
e. Bahan/material konstruksi alat : Carbon Steel
f. Harga satuan : Rp123.900.000,-
83
Institut Teknologi Indonesia
g. Jumlah alat : 1
a. Kapasitas alat : 5 m3
b. Fungsi alat : Menampung bahan baku NaOH powder
c. Kondisi operasi
Temperatur : 23 oC
Tekanan : 1 bar
d. Dimensi
- Volume silo : 3,5 m3
- Diameter silo : 1,3 m
- Tinggi silo : 3,2 m
e. Bahan/material konstruksi alat : Carbon Steel
f. Harga satuan : Rp123.900.000,-
g. Jumlah alat : 1
Selain peralatan proses, dibutuhkan pula beberapa peralatan yang menunjang produksi
Gelatin, yang dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 4. 17 Evaporator
84
Institut Teknologi Indonesia
Gambar 4. 18 Kompresor
85
Institut Teknologi Indonesia
Gambar 4. 19 Kondenser
86
Institut Teknologi Indonesia
- Hairpin : 2
e. Bahan/material konstruksi alat : Carbon Steel
f. Harga satuan : Rp369.800.000,-
g. Jumlah alat : 1
Gambar 4. 20 Akumulator
87
Institut Teknologi Indonesia
88
Institut Teknologi Indonesia
89
Institut Teknologi Indonesia
90
Institut Teknologi Indonesia
d. Dimensi
- Head pump : 10,30 m
- NPSHR : 0,6 m
- Efisiensi : 30%
- Daya : 1 Hp
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp8.975.000,-
g. Jumlah alat : 1
91
Institut Teknologi Indonesia
d. Dimensi
- Head pump : 10,30 m
- NPSHR : 0,5 m
- Efisiensi : 30%
- Daya : 1 Hp
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp8.975.000,-
g. Jumlah alat : 1
92
Institut Teknologi Indonesia
Tekanan : 1 bar
d. Dimensi
- Head pump : 18,90 m
- NPSHR : 0,6 m
- Efisiensi : 30%
- Daya : 0,75 Hp
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp8.975.000,-
g. Jumlah alat : 1
93
Institut Teknologi Indonesia
Tekanan : 1 bar
d. Dimensi
- Head pump : 10,30 m
- NPSHR : 0,6 m
- Efisiensi : 30%
- Daya : 1 Hp
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp8.975.000,-
g. Jumlah alat : 1
94
Institut Teknologi Indonesia
Temperatur : 30 oC
Tekanan : 1 bar
d. Dimensi
- Head pump : 9,3 m
- NPSHR : 1m
- Efisiensi : 50%
- Daya : 1,5 Hp
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp8.975.000,-
g. Jumlah alat : 1
95
Institut Teknologi Indonesia
96
Institut Teknologi Indonesia
a. Kapasitas alat : 34 m3
b. Fungsi alat : Menghilangkan material tersuspensi didalam air baku
c. Kondisi operasi
Temperatur : 30 oC
Tekanan : 1 bar
d. Dimensi
- Volume tangki : 34 m3
- Diameter tangki : 0,06 m
- Tinggi tangki : 1,60 m
- Tinggi filter : 1,1 m
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp1.333.634.000,-
g. Jumlah alat : 1
97
Institut Teknologi Indonesia
a. Kapasitas alat : 22 m3
b. Fungsi alat : Menghilangkan material tersuspensi didalam air baku
c. Kondisi operasi
Temperatur : 30 oC
Tekanan : 1 bar
d. Dimensi
- Volume tangki : 22 m3
- Diameter tangki : 3m
- Tinggi tangki : 5m
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp915.415.000,-
g. Jumlah alat : 1
98
Institut Teknologi Indonesia
99
Institut Teknologi Indonesia
Beberapa tangki selanjutnya, yakni Tangki Umpan Boiler (TT-204), Tangki Air Proses
(TT-205), dan Tangki Air Domestik (TT-206) memiliki bentuk yang sama seperti pada
Gambar 4.28 berikut ini.
100
Institut Teknologi Indonesia
c. Kondisi operasi
Temperatur : 10 oC
Tekanan : 1 bar
d. Dimensi
- Volume tangki : 4,8 m3
- Diameter tangki : 1,5 m
- Tinggi tangki : 3m
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp89.750.000,-
g. Jumlah alat : 1
a. Kapasitas alat : 17 m3
b. Fungsi alat : Menampung air domestik (sanitasi + laboratorium)
c. Kondisi operasi
Temperatur : 30 oC
Tekanan : 1 bar
d. Dimensi
- Volume tangki : 16,6 m3
- Diameter tangki : 2,3 m
- Tinggi tangki : 4,8 m
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp305.140.000,-
g. Jumlah alat : 1
a. Kapasitas alat : 2 m3
b. Fungsi alat : Menampung air domestik (sanitasi + laboratorium)
c. Kondisi operasi
Temperatur : 30 oC
101
Institut Teknologi Indonesia
Tekanan : 1 bar
d. Dimensi
- Volume tangki : 1,7 m3
- Diameter tangki : 1,2 m
- Tinggi tangki : 2,3 m
e. Bahan/material konstruksi alat : Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316
f. Harga satuan : Rp35.900.000,-
g. Jumlah alat : 1
4.2.6 Boiler
4.2.6.1 Boiler (BO-201)
Gambar 4. 28 Boiler
102
Institut Teknologi Indonesia
103
Institut Teknologi Indonesia
BAB 5
Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam suatu
perancangan pabrik, dimana keselamatan kerja ini meliputi seluruh proses produksi dan
distribusi, baik barang maupun jasa. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan
dengan mesin, alat kerja, bahan yang digunakan dalam proses produksi, pengolahan tempat
kerja dan lingkungannya yang menyangkut segenap proses produksi distribusi dari barang
atau jasa.
Keselamatan kerja dan kesehatan kerja (K3) bertujuan untuk mencegah dan
meminimalisir terjadinya kerugian yang diakibatkan kebakaran, kerusakan lingkungan serta
bahaya lain. Sedangkan yang termasuk kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa
karyawan berkaitan dengan pekerjaannya, mulai dari rumah sampai ke tempat kerja, dan
sekembalinya ke rumah melalui jalan yang biasa ditempuh dan wajar termasuk penyakit yang
di dapat akibat kerja.
Mengingat beberapa bahan penunjang pembuatan gelatin ini memiliki sifat beracun,
adapun bahan penunjang yang digunakan seperti asam sitrat yang memiliki sifat mudah
menyala dan dapat menimbulkan iritasi, selain itu ada Natrium Hidroksida (NaOH) yang
dapat menimbulkan iritasi serta luka bakar pada kulit. Selain itu hasil produk samping berupa
lemak dan kolagen yang perlu diperhatikan penyimpanannya meskipun tidak menimbulkan
bahaya yang bersifat racun, namun apabila di abaikan akan menimbulkan pencemaran
lingkungan.
104
Institut Teknologi Indonesia
A Identifikasi hazard bahan kimia yang digunakan pada proses berdasarkan MSDS
Hazard Pengelolaan
Radioactive
Flammable
Corrosive
Explosive
Oxidizing
Irritant
Toxic
Bahan Baku
1. Kulit Ikan Nila PENYIMPANAN
1. Disimpan pada wadah kedap udara dan kering
2. Wadah penyimpanan dijaga pada temperatur
dibawah 10°C
Bahan Pendukung
1. Citric Acid V PENCEGAHAN BAHAYA
1. Hindari terkena mata karena dapat
menyebabkan iritasi mata yang serius
2. Penggunaan sarung tangan, kacamata dan baju
pelindung saat penanganan bahan.
PENANGANAN BAHAYA
1. Jika terhirup, korban segera dibawa ke tempat
dengan sirkulasi udara terbuka
2. Jika terjadi kontak dengan kulit, segera
105
Institut Teknologi Indonesia
106
Institut Teknologi Indonesia
107
Institut Teknologi Indonesia
108
Institut Teknologi Indonesia
Temperatur
Komposisi
Pengaduk
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
bahan
1. Mixing Tank V PENCEGAHAN BAHAYA
NaOH 0,2% Tangki dilengkapi dengan Flow Indicator
Controller (FIC) agar rasio antara air yang
masuk sesuai dengan NaOH padatan yang
masuk, agar konsentrasi NaOH yang dihasilkan
adalah 0,2%.
2. Mixing Tank V Tangki dilengkapi dengan Flow Indicator
Citric Acid 0,48% Controller (FIC) agar rasio antara air yang
masuk sesuai dengan citric acid padatan yang
masuk, agar konsentrasi yang dihasilkan adalah
0,48%.
3. Mixing Tank V Tangki dilengkapi dengan Flow Indicator
Citric Acid 0,26% Controller (FIC) agar rasio antara air yang
masuk sesuai dengan citric acid padatan yang
masuk, agar konsentrasi yang dihasilkan adalah
0,26%.
4. Tangki Alkali V V 1. Tangki dilengkapi dengan Temperature
Treatment Indicator (TI) agar temperatur yang berada
pada tangki Alkali Treatment tetap terkontrol
dan berada pada temperatur 10°C
109
Institut Teknologi Indonesia
110
Institut Teknologi Indonesia
111
Institut Teknologi Indonesia
Pelepasan bahan
maintanability
Operability &
Kebakaran
berbahaya
Ledakan
Tata letak pabrik
1. Letak tangki penyimpanan dari area V V Tangki -Bak penyimpanan bahan ditempatkan di
proses penyimpanan dekat dengan area proses untuk
NaOH dan Citric memudahkan distribusi bahan baku ke alat
Acid merupakan proses produksi.
bahan yang iritant
- Penyimpanan bahan baku diletakan di
dan dapat
daerah yang mudah dijangkau oleh peralatan
melepaskan bahan
pengangkutan yaitu searah jalur masuk dari
berbahaya apabila
gerbang pabrik.
tangki tidak ditutup
rapat. - Bahan baku pendukung yaitu asam sitrat
disimpan dalam wadah tertutup
2. Letak Area Produksi V V V Area produksi -Area produksi ini diletakan pada lokasi
ialah area yang memudahkan suplai bahan baku dari
keseluruhan proses tempat penyimpanan dan pengiriman produk
pembentukkan ke area penyimpanan produk.
gelatin dan
- Area produksi diletakan dekat dengan
pemurnian gelatin.
ruang kontrol dan operator serta kantor
Alat proses terdiri
produksi sehingga mempermudah
dari tangki
pengawasan proses dan perbaikan alat-alat.
penyimpanan,
tangki
pencampuran,
ekstraktor serta
112
Institut Teknologi Indonesia
evaporator.
3. Letak Area Listrik V V Diletakan dekat dengan ruang kontrol dan
operator sehingga mempermudah perbaikan
dan pemeliharaan jaringan listrik.
4. Letak Penyimpanan Produk V Area penyimpanan produk merupakan area
yang harus streril, maka di tempatkan
didalam gudang agar terhindar dari pengotor
lain. Karena produk gelatin dikhususkan
untuk bahan baku kosmetik.
Lokasi Proses
1. Jarak antara area proses dengan gedung V V V Area proses dibangun 10 m dari gedung
kantor kantor untuk memiminalisir banyaknya
karyawan yang menjadi korban jika terjadi
2. Jarak antara area proses dengan jalan V V V
ledakan di area proses.
raya
Pabrik didirikan dalam kawasan industri
3. Jarak antara area proses dengan V V V
sehingga memungkinkan pengurangan
pemukiman penduduk
potensi pencemaran pada pemukinan warga
4. Keterbatasan kondisi geografis area V -Pabrik didirikan dengan material pondasi
pabrik terkait dengan: gempa, petir, yang kuat
banjir dan bencana alam lainnya.
- Pabrik dipasang dengan penangkal petir
pada bangunan dan alat proses yang tinggi
- Pemasangan alarm pemberitahuan yang
bekerja secara otomatis apabila terjadi
bencana alam
- Mendirikan pabrik pada lokasi dimana
dapat dihindari bahaya
- bahaya seperti banjir dan gempa bumi.
113
Institut Teknologi Indonesia
organ tubuh
Mutasi gen
Kerusakan
Kerusakan
Kerusakan
Paru-paru
lainnya
Kanker
Ginjal
Iritasi
1. Citric Acid V Berfungsi sebagai Operator harus
pelarut pada proses menggunakan masker,
acid treatment dan kacamata, dan sarung
proses ekstraksi tangan
2. NaOH V Berfungsi sebagai Operator harus
pelarut pada proses menggunakan masker,
alkali treatment kacamata, dan sarung
tangan
3. Limbah H2O V Berfungsi pada Operator harus
keseluruhan proses menggunakan masker,
produksi gelatin. kacamata, dan sarung
tangan
B Identifikasi potensi paparan fisis
Jenis Paparan Hazard Keterangan Pengelolaan
114
Institut Teknologi Indonesia
Sakit kepala
Dehidrasi
Kanker
ISPA
Tuli
1. Panas V V Sumber panas berasal Operator diiharapkan
dari alat evaporator menghindari area proses
dan ekstraktor yang tersebut atau tidak
beroperasi pada terlalu lama berada di
temperatur cukup area proses tersebut
tinggi
2. Kebisingan V Berasal dari Operator harus
kompresor menggunakan earplug
3. Debu V Spray dryer Operator harus
menggunakan masker
Hujan asam
Pemanasan
Pengikisan
Kerusakan
n SMOG
ekologi
Racun
global
ozon
- - - -
115
Institut Teknologi Indonesia
Mencemari
sumber air
ekosistem
Meracuni
Merusak
manusia
air
1. Asam Sitrat Unit demineralisasi V V Limbah di Pengolahan pada
dapatkan pada IPAL
kandungan
H2O pada
proses
netralisasi
2. NaOH Unit demineralisasi V Limbah di Pengolahan pada
dapatkan pada IPAL
kandungan
H2O pada
proses
netralisasi
3. Logam Na+ Unit Tangki Pencucian V Limbah di Pengolahan pada
dan Ca+ dapatkan pada IPAL
kandungan
H2O pada
proses
netralisasi
C Identifikasi hazard limbah padat yang dihasilkan dari proses
Limbah Padat Sumber Hazard Keterangan Pengelolaan
116
Institut Teknologi Indonesia
Mencemari
sumber air
ekosistem
Meracuni
Merusak
manusia
air
1. Lemak Decanter Centrifuge V V Lemak yang
dihasilkan dari
proses pencucian
ini di tampung
dalam tangki lemak
dan dimanfaatkan
sebagai sumber
bahan tambahan
untuk pakan ternak
sapi.
117
Institut Teknologi Indonesia
BAB 6
Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan ekonomi yang diorganisir dan dijalankan
untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh laba
atau keuntungan. Dengan mempertimbangkan bahwa untuk mendirikan pabrik Gelatine
membutuhkan investasi yang cukup besar, maka bentuk badan usaha yang dipilih adalah
Perseroan Terbatas (PT).
Menurut UU RI No. 40 Tahun 2007, Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu badan
hukum yang didirikan oleh beberapa orang, dimana badan hukum ini memiliki kekayaan, hak,
dan kewajiban sendiri, yang terpisah dari pendiri (Pemegang Saham), maupun pengurusnya
(Komisaris dan Direksi). Perseroan Terbatas memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
a) Kelangsungan perusahaan lebih terjamin karena perusahaan tidak tergantung kepada satu
pihak dan kepemilikannya bisa berganti-ganti.
b) Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik saham.
c) Pengelolaan perusahaan terpisah dari pemilik saham (pemilik perusahaan), sehingga
tanggung jawab berjalannya perusahaan berada di tangan pengelola.
d) Kemungkinan penambahan modal untuk perluasan lebih mudah.
e) Pengelolaan perusahaan dapat dilakukan lebih efisien serta profesional karena pembagian
tugas dan tanggung jawab pengurus (direktur dan dewan komisaris) serta pemegang saham
diatur secara jelas.
Dalam pengelolaan sumber daya manusia (SDM), pertama-tama perlu dilakukan analisa
jabatan (job analysis) untuk jabatan dalam organisasi perusahaan. Selanjutnya, disusun
rincian/deskripsi jabatan (job description) agar seluruh kegiatan perusahaan tercakup dalam
deskripsi jabatan. tidak boleh ada jabatan yang tumpang tindih ataupun yang tidak diikutkan.
Untuk tenaga kerja diperlukan spesifikasi jabatan yang menyangkut jenjang pendidikan.
kemampuan kerja (skill), jenis kelamin, dan lain-lain untuk memperoleh the right man on the
right place.
118
Institut Teknologi Indonesia
Tenaga kerja dalam pabrik Gelatine disusun berdasarkan tingkat kedudukan (jabatan)
dan jenjang pendidikan seperti dapat dilihat pada Tabel 6.1.
119
Institut Teknologi Indonesia
Pabrik Gelatine ini beroperasi 330 hari dalam satu tahun dan proses produksi
berlangsung 24 jam per hari. Sisa hari bukan hari libur digunakan untuk perawatan,
perbaikan, dan shutdown. Sedangkan pembagian jam kerja karyawan digolongkan dalam dua
golongan yaitu karyawan shift dan non-shift.
120
Institut Teknologi Indonesia
e) Mata rantai instruksi yang menghubungkan seluruh unit dalam organisasi berada
dibawah organisasi yang jelas.
Struktur organisasi industri Gelatin yang akan dibangun juga dapat dilihat secara ringkas
dalam Gambar 6.1 berikut ini.
1. Pemegang Saham
Pemegang saham memiliki kekuasaan untuk membentuk Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Rapat ini diatur sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan di dalam
akta pendirian perusahaan. umumnya satu kali dalam setahun. Rapat Umum Pemegang
Saham merupakan badan tertinggi dalam Perseroan Terbatas. Badan ini bertugas untuk
mengangkat Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. serta memutuskan kebijakan umum
yang harus dijalankan oleh perusahaan.
2. Dewan Komisaris
Dewan komisaris diangkat dan diberhentikan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham. Dewan ini bertugas untuk membina dan mengawasi Dewan Direksi agar tidak
merugikan perusahaan dan menjalankan kebijakan umum yang telah ditetapkan.
3. Direktur
Direktur diangkat dan diberhentikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
Direktur merupakan penanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan umum
perusahaan yang telah ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
121
Institut Teknologi Indonesia
Proses
Maintenance
Utilitas
Instrumen
Gudang
Kesehatan Keselamatan Kerja
Quality Control
Research and Development
2) Manager Pemasaran dan Penjualan:
Pemasaran
Promosi
Penjualan
Distribusi
3) Manager Personalia dan Umum membawahi:
a) Bagian Personalia. terdiri dari:
Seksi kepegawaian
Seksi Diklat
b) Bagian Umum terdiri dari:
Seksi Rumah Tangga dan kesejahteraan
Seksi keamanan
Seksi Humas
4) Manager Keuangan membawahi:
a) Bagian Keuangan terdiri dari:
Seksi Akunting
Seksi Keuangan
b) Bagian Pembelian
122
Institut Teknologi Indonesia
Pemegang Saham
Pemegang saham adalah beberapa orang yang mengumpulkan modal untuk kepentingan
pendirian dan berjalannya operasi perusahaan tersebut. Kekuasaan tertinggi pada
perusahaan yang mempunyai bentuk PT (Perseroan Terbatas) adalah Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Pada RUPS tersebut. Para pemegang saham berwenang
dalam:
a. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris.
b. Mengesahkan hasil-hasil usaha serta neraca perhitungan untung rugi tahunan dari
perusahaan.
Dewan Komisaris
Tugas dan wewenang Dewan Komisaris adalah:
a. Bertanggung jawab kepada RUPS
b. Mengawasi pelaksanaan operasional atau pengelolaan perusahaan oleh Direktur secara
kontinyu dan teratur
c. Membina Direktur agar tidak melakukan kesalahan atau melanggar aturan RUPS
Direktur
Direktur dipilih oleh RUPS untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan secara
keseluruhan. Tugas dan wewenang Direktur adalah:
a. Memberikan laporan pertanggungjawaban dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan
operasional perusahaan
b. Bertanggung jawab terhadap RUPS
c. Melaksanakan dan mengarahkan kegiatan perusahaan agar sesuai dengan keputusan
RUPS
d. Mengangkat dan memberhentikan karyawan
123
Institut Teknologi Indonesia
Manager
Dalam melaksanakan tugasnya. manajer mempunyai wewenang untuk merumuskan
kebijakan yang berkaitan dengan proses produksi, marketing, keuangan dan personalia.
Terdapat 4 manajer. yaitu:
1) Manajer Produksi dan Teknik
2) Manajer Pemasaran dan Penjualan
3) Manajer Keuangan
4) Manajer Personalia dan Umum
1. Manajer Produksi dan Teknik
Manajer Produksi dan Teknik mempunyai wewenang untuk merumuskan kebijakan
teknik operasi pabrik dan mengawasi kesinambungan operasional pabrik. Manajer
Produksi dan Teknik membawahi:
Bagian produksi
Produksi memiliki tanggung jawab:
- Mengawasi pelaksanaan operasi selama proses produksi berlangsung
- Mengawasi persediaan bahan baku dan penyimpanan hasil produksi serta transportasi
hasil produksi
- Memeriksa mutu produk yang dihasilkan
- Meneliti dan mengembangkan spesifikasi produk
Bagian keteknikan
Keteknikan memiliki tanggung jawab:
- Mengawasi dan menyelenggarakan pemeliharaan dan peralatan
- Melaksanakan perbaikan serta kelancaran-kelancaran mesin peralatan produksi
Bagian utilitas
Utilitas memiliki tanggung jawab:
- Mengawasi kelancaran atas fungsional unit-unit sarana penunjang
- Mengawasi pelaksanaan proses pengolahan air dan pembuatan steam
- Mengawasi pemakaian energi dalam proses pabrik
2. Manajer Pemasaran dan Penjualan
124
Institut Teknologi Indonesia
Manajer pemasaran dan penjualan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
melaksanakan pemasaran hasil produksi dan mendistribusikannya. Manajer Pemasaran
dan Distribusi membawahi:
Bagian akunting
Akunting memiliki tanggung jawab:
125
Institut Teknologi Indonesia
Bagian pembelian
Pembelian memiliki tanggung jawab:
- Melakukan transaksi pembelian terhadap bahan baku
- Melakukan pengecekan harga pembelian bahan baku
4. Manajer Personalia dan Umum
Manajer Personalia dan Umum mempunyai wewenang untuk melaksanakan tata
laksana seluruh unsur dalam organisasi. Manajer Personalia dan Umum membawahi:
Bagian personalia
Personalia memiliki tanggung jawab:
- Membawahi seksi kepegawaian yang bertugas untuk menerima karyawan dan
mengadakan pembinaan (technical training) serta pemutusan hubungan kerja
- Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para karyawan perusahaan
- Menangani masalah-masalah yang timbul dari para karyawan yang berkenaan dengan
perusahaan
- Mengatur segala hal yang berkenaan dengan kepegawaian seperti pengaturan jadwal
kerja, cuti karyawan dan lain-lain
Bagian umum
Umum memiliki tanggung jawab:
- Memberikan pelayanan bagi semua unsur dalam organisasi di bidang kesejahterahan,
fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja bagi seluruh karyawan dan keluarganya
- Mengatur dan meningkatkan hubungan kerja sama antara masyarakat sekitar
126
Institut Teknologi Indonesia
Pengupahan tenaga kerja akan ditentukan dan disesuaikan dengan golongan tenaga
kerja. tergantung kepada kedudukannya dalam struktur organisasi dan lamanya bekerja di
perusahaan. Upah yang diterima oleh setiap karyawan terdiri dari:
a. Gaji pokok
b. Tunjangan jabatan
c. Tunjangan kehadiran (transportasi) bagi staf non-shift
d. Tunjangan kesehatan dengan penyediaan dokter perusahaan dan rumah sakit yang telah
ditunjuk oleh perusahaan bagi seluruh karyawan sesuai dengan golongannya.
Jenjang
No. Jabatan Jumlah Pendidikan Gaji / bulan Total
Minimum
127
Institut Teknologi Indonesia
Jenjang
No. Jabatan Jumlah Pendidikan Gaji / bulan Total
Minimum
Karyawan Shift
Produksi
Keamanan
Maintenance (mekanik)
Quality Control-
K3
Karyawan Non-shift
128
Institut Teknologi Indonesia
Jenjang
No. Jabatan Jumlah Pendidikan Gaji / bulan Total
Minimum
Selain upah yang dibayarkan serta pengaturan jadwal kerja yang sudah dibuat
sedemikian rupa, perusahaan juga menyediakan fasilitas-fasilitas lain demi kesejahteraan
karyawan, yaitu sebagai berikut:
a) Cuti
Perusahaan memberikan cuti kepada karyawan untuk menjamin hak dan kesempatan bagi
karyawan untuk beristirahat selama waktu yang ditentukan.
Cuti tahunan diberikan kepada setiap karyawan selama 12 hari kerja dalam 1 tahun.
Cuti sakit diberikan kepada karyawan yang menderita sakit berdasarkan keterangan
dokter.
Cuti hamil bagi karyawan wanita.
b) Pakaian kerja
Pakaian kerja diberikan pada setiap karyawan sejumlah 3 pasang untuk setiap tahunnya.
129
Institut Teknologi Indonesia
d) Jaminan Asuransi
Perusahaan mengikutsertakan seluruh karyawannya dalam program jaminan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sesuai dengan ketetapan yang dibuat oleh
pemerintah.
Tunjangan hari raya
Fasilitas olahraga
Fasilitas kegiatan ibadah yaitu masjid
Fasilitas kesehatan dengan dokter dan perawat
Karyawan non- shift adalah karyawan yang tidak menangani proses produksi
secara langsung. Yang termasuk karyawan non-shift adalah direktur, manajer dan
kepala divisi serta bawahan yang berada di kantor administrasi (bukan di pabrik).
Karyawan non-shift dalam satu minggu akan bekerja selama 5 hari dengan pembagian
kerja sebagai berikut:
Jam kerja:
o Hari Senin-Kamis : Jam 08.00 – 17.00
o Hari Jum’at : Jam 08.00 – 17.30
Jam Istirahat:
o Hari Senin-Kamis : Jam 12.00 – 13.00
o Hari Jum’at : Jam 11.45 – 13.00
130
Institut Teknologi Indonesia
Karyawan Shift
Karyawan shift adalah karyawan yang secara langsung menangani proses produksi
atau mengatur bagian-bagian tertentu dari pabrik yang mempunyai hubungan dengan
masalah keamanan dan kelancaran produksi. Yang termasuk karyawan shift ini adalah
operator produksi. sebagian dari bagian teknik bagian gedung dan bagian-bagian yang
harus selalu siaga untuk menjaga keselamatan serta keamanan pabrik. Para karyawan
shift akan bekerja secara siaga secara bergantian selama 24 jam sebagai berikut:
Untuk karyawan shift ini dibagi menjadi 3 regu (A/B/C) dimana tiga regu
bekerja secara bergantian. Untuk hari libur atau hari besar yang ditetapkan
pemerintah. regu yang bertugas tetap harus masuk. Jadwal pembagian kelompok shift
dapat dilihat pada Tabel 6.3.
HARI
GROUP
S S R K J S M S S R
A I I I I I II II II II
B II II II II II III III
C II III III III III III
D III III III I I I I I
HARI K J S M S S R K J S
GROUP
HARI M S S R K J S M S S
GROUP
A I I I I I II II II II
B II II II II II III III
C II III III III III III
131
Institut Teknologi Indonesia
Kelancaran produksi dari suatu pabrik sangat dipengaruhi oleh faktor kedisiplinan
para karyawannya dan akan secara langsung mempengaruhi kelangsungan dan kemajuan
perusahaan. Untuk itu kepada seluruh karyawan perusahaan dikenakan absensi. Disamping
itu masalah absensi digunakan oleh pimpinan perusahaan sebagai salah satu dasar dalam
mengembangkan karier para karyawan di dalam perusahaan.
I 07.00 - 16.00
II 16.00 - 24.00
Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I A A A D D D C C C B
II B B B A A A D D D C
III C C C B B B A A A D
Off D D D C C C B B B A
Tanggal 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
I B B A A A D D D C C
132
Institut Teknologi Indonesia
II C C B B B A A A D D
III D D C C C B B B A A
Off A A D D D C C C B B
Tanggal 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
I C B B B A A A D D D
II D C C C B B B A A A
III A D D D C C C B B B
Off B A A A D D D C C C
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisa ekonomi pra rancangan pabrik
Gelatin ini adalah:
Pembangunan fisik pabrik akan dilaksanakan pada awal tahun 2021 dengan masa
konstruksi, investasi dan instalasi selama satu tahun, sehingga pabrik diharapkan
mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2022.
Proses yang digunakan adalah proses batch.
Jumlah hari kerja dalam setahun adalah 330 hari.
Untuk melakukan perawatan menyeluruh dilakukan shut down dan start up selama 35
hari dalam satu tahun.
Umur alat pabrik 10 tahun.
Asumsi nilai mata uang dolar terhadap rupiah tahun 2021 adalah 1 US$ = Rp 14.700
Pada tahun 2021 kondisi pasar stabil dengan tingkat bunga bank adalah 10% per
tahun.
Inflasi harga bahan baku dan hasil produksi sebesar 10% per tahun.
Kenaikan gaji pegawai sebesar 10% per tahun.
6.2.1 Asumsi dan Parameter
Asumsi dan parameter yang digunakan pada analisis kelayakan ekonomi pendirian
pabrik Gelatine dapat dilihat pada Tabel 6.6 berikut.
133
Institut Teknologi Indonesia
Fixed Capital Investment (FCI) atau modal investasi tetap adalah modal yang
diperlukan untuk membeli peralatan yang diperlukan. Fixed Capital Investment dibagi
menjadi 2 yaitu:
134
Institut Teknologi Indonesia
A. DIRECT COST
Mechanical Equipment Costs
1. Pengadaan Alat (Peralatan Proses dan Utilitas) Rp 47.697.000.000,-
2. Instrumentasi dan control, (13%) Rp 6.201.000.000,-
3. Instalasi, (9%) Rp 4.293.000.000,-
4. Perpipaan terpasang, (31%) Rp 14.786.000.000,-
5. Pelistrikan terpasang, (10%) Rp 4.770.000.000,-
6. Pemasangan alat, (39%) Rp 18.602.000.000,-
Civil & Structural Cost
7. Bangunan pabrik, (29%) Rp 13.832.000.000,-
8. Service facilities and yard improvement, (40%) Rp 19.079.000.000,-
9. Harga Tanah (Land survey & cost) Rp 22.500.000.000,-
10. Pembebasan Tanah (Land acquisition) Rp 450.000.000,-
SUBTOTAL Rp 152.208.000.000,-
DFCI tak terduga (perbaikan lahan) (10%) Rp 15.221.000.000,-
Total Modal Investasi Tetap Langsung (DFCI) Rp 167.428.000.000,-
B. INDIRECT COST
11. Engineering and supervision, (15%) Rp 22.831.000.000,-
12. Contactor’s fee, (5%) Rp 7.610.000.000,-
13. Biaya tak terduga (Cotingency), (10%) Rp 15.221.000.000,-
Total Indirect Cost Rp 45.662.000.000,-
FIXED CAPITAL Rp 197.870.000.000,-
135
Institut Teknologi Indonesia
terkumpulnya hasil penjualan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perputaran biaya
operasional pabrik sehari-hari. Modal kerja meliputi:
Pembelian bahan baku dan sarana penunjang
Pembayaran gaji karyawan
Biaya pemeliharaan dan perbaikan
Biaya laboratorium
Biaya distribusi dan penjualan
Modal kerja tidak terduga
Komponen Biaya
Persediaan Bahan Baku Proses Rp 95.470.000.000,-
Persediaan Bahan Penunjang Rp 9.754.000.000,-
Biaya Pengemasan & distribusi produk (2%) Rp 1.909.000.000,-
Biaya pengawasan mutu (0,5%) Rp 477.000.000,-
Biaya pemeliharaan dan perbaikan (2%) Rp 3.044.000.000,-
Gaji Karyawan Rp 1.662.000.000,-
Cash-on-hand Rp 29.140.000.000,-
Subtotal WCI Rp 141.457.000.000,-
WCI tidak terduga Rp 14.146.000.000,-
Total Modal Kerja Rp 155.602.000.000,-
136
Institut Teknologi Indonesia
a) Direct Cost merupakan biaya yang langsung dikeluarkan untuk operasional pabrik
antara lain:
Biaya bahan baku
Biaya sarana penunjang
Gaji karyawan
Pemeliharaan dan perbaikan
Biaya royalti dan paten
Biaya laboratorium
c) Fixed Cost merupakan biaya yang dari tahun ke tahun konstan atau tidak berubah
dengan adanya perubahan kapasitas produksi. antara lain:
Depresiasi
Pajak
Biaya asuransi
Komponen Biaya
Direct Manufacturing Cost (DMC)
Raw material Rp 279.268.000.000,-
Operating labor Rp 7.699.000.000,-
Direct supervisory & clerical labor RP 770.000.000,-
Utilities cost Rp 28.624.000.000,-
Maintenance & repair Rp 954.000.000,-
Operating supplies Rp 95.000.000,-
Laboratory charges Rp 770.000.000,-
Patents & royalties Rp 2.575.000.000,-
Total DMC Rp 320.754.000.000,-
Fixed Manufacturing Cost (FMC)
137
Institut Teknologi Indonesia
Gabungan dari manufacturing cost dan general expenses disebut dengan biaya
produksi total (Total Production Cost).
Komponen Biaya
Administration cost Rp 1.386.000.000,-
Distribution & selling cost Rp 10.298.000.000,-
Research & development cost Rp 10.298.000.000,-
Total Pengeluaran Umum Rp 21.982.000.000,-
Laba atau rugi adalah selisih pendapatan penjualan bersih dengan total seluruh
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Bila selisih antara pendapatan penjualan
bersih dengan total seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan mempunyai nilai
positif berarti perusahaan tersebut memperoleh keuntungan atau laba dan sebaliknya
bila selisih antara pendapatan penjualan bersih dengan total seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan bernilai negatif berarti perusahaan tersebut mengalami
kerugian.
138
Institut Teknologi Indonesia
139
Institut Teknologi Indonesia
Tahun
0 1 2 3 4 5
Komponen
Kapasitas produksi (%) - 80% 90% 100% 100% 100%
Kapasitas penjualan (%) - 80% 90% 100% 100% 100%
Pendapatan (Rp) - 514.916.000.000,- 637.208000.000,- 716.859.000.000,- 788.545.000.000,- 867.400.000.000,-
Biaya produksi (Rp) - 353.488.000.000,- 429.439.000.000,- 516.940.000.000,- 566.419.000.000,- 620.962.000.000,-
Pengeluaran umum (Rp) - 31.876.000.000,- 61.386.000.000,- 62.523.000.000,- 62.759.000.000,- 63.594.000.000,-
Keuntungan kotor (Rp) - 129.552.000.000,- 146.384.000.000,- 137.397.000.000,- 159.367.000.000,- 182.844.000.000,-
Penghasilan kena pajak (Rp) - 32.388.000.000,- 36.596.000.000,- 34.349.000.000,- 39.842.000.000,- 45.711.000.000,-
PPH (%) - 25% 25% 25% 25% 25%
Keuntungan bersih (Rp) - 97.164.000.000,- 109.788.000.000,- 103.047.000.000,- 119.525.000.000,- 137.133.000.000,-
Tahun
6 7 8 9 10
Komponen
Kapasitas produksi (%) 100% 100% 100% 100% 100%
Kapasitas penjualan (%) 100% 100% 100% 100% 100%
Pendapatan (Rp) 954.140.000.000,- 1.049.554.000.000,- 1.154.509.000.000,- 1.269.960.000.000,- 1.396.956.000.000,-
Biaya produksi (Rp) 672.979.000.000,- 738.967.000.000,- 811.548.000.000,- 891.382.000.000,- 979.194.000.000,-
Pengeluaran umum 40.025.000.000,- 44.028.000.000,- 48.431.000.000,- 53.274.000.000,- 58.601.000.000,-
Keuntungan kotor 241.135.000.000,- 266.559.000.000,- 294.531.000.000,- 325.304.000.000,- 359.161.000.000,-
Penghasilan kena pajak 60.284.000.000,- 66.640.000.000,- 73.633.000.000,- 81.326.000.000,- 89.790.000.000,-
PPH (%) 25% 25% 25% 25% 25%
Keuntungan bersih 180.851.000.000,- 199.919.000.000,- 220.898.000.000,- 243.978.000.000,- 269.371.000.000,-
140
Institut Teknologi Indonesia
Rp/Tahun
1 2 3 4 5
Total Sales 514.916.000.000,- 637.208.000.000,- 716.859.000.000,- 788.545.000.000,- 867.400.000.000,-
Fixed Costs
54.301.000.000,- 81.134.000.000,- 81.518.000.000,- 81.439.000.000,- 82.042.000.000,-
Variable
Costs 331.063.000.000,- 409.690.000.000,- 497.945.000.000,- 547.739.000.000,- 602.513.000.000,-
Total Costs
385.364.000.000,- 490.824.000.000,- 579.463.000.000,- 629.178.000.000,- 684.556.000.000,-
BEP (%)
29,53% 35,66% 37,24% 33,82% 30,97%
Rp/Tahun
6 7 8 9 10
Total Sales
1.049.554.000.000 1.154.509.000.000, 1.269.960.000.000 1.396.956.000.000
954.140.000.000,-
,- - ,- ,-
Fixed Costs
50.240.000.000,- 53.953.000.000,- 58.033.000.000,- 62.516.000.000,- 67.441.000.000,-
Variable
Costs 662.765.000.000,- 729.041.000.000,- 801.945.000.000,- 882.140.000.000,- 970.354.000.000,-
Total Costs
1.037.795.000.000
713.005.000.000,- 782.994.000.000,- 859.978.000.000,- 944.655.000.000,-
,-
BEP (%)
17,24% 16,83% 16,46% 16,12% 25,96%
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga pinjaman (rate of
interest) dalam persen pada Net Cash Flow Present Value (NCFPV) = 0. dalam kurun
waktu umur teknis mesin/peralatan. atau kurun waktu yang diharapkan lebih cepat
dari umur teknis.
Analisa IRR dilakukan untuk menilai kelayakan pendirian suatu pabrik IRR
menggambarkan suatu tingkatan suku bunga yang memberikan nilai total sama
dengan TCI. Bila bunga bank yang ada di perbankan selama usia pabrik lebih kecil
dari IRR, maka pendirian pabrik adalah layak. Dari hasil analisa perhitungan diperoleh
IRR sebesar 34,4% maka pabrik ini layak didirikan karena lebih besar dari bunga bank
sebesar 10%.
142
Institut Teknologi Indonesia
Tahun 0 1 2 3 4 5
Keuntungan bersih - 97.164.000.000,- 109.788.000.000,- 103.047.000.000,- 119.525.000.000,- 137.133.000.000,-
S. bunga (i) 10% 10% 10% 10% 10% 10%
Disc. Factor 1 0,87 0,76 0,66 0,57 0,50
NPV - 97.164.000.000,- 109.788.000.000,- 103.047.000.000,- 119.525.000.000,- 138.181.000.000,-
Pinjaman - 98.935.000.000,- 98.935.000.000,- 74.201.000.000,- 49.468.000.000,- 24.734.000.000,-
Installment - - 2.473.000.000,- 2.473.000.000,- 2.473.000.000,- 2.473.000.000,-
Nominal bunga - 9.894.000.000,- 9.894.000.000,- 7.420.000.000,- 4.947.000.000,- 2.473.000.000,-
NCFPV (353.472.000.000),- 88.331.000.000,- 90.734.000.000,- 77.421.000.000,- 81.637.000.000,- 85.780.000.000,-
Akumulasi (353.472.000.000),- (265.141.000.000),- (174.407.000.000),- (96.986.000.000),- (15.349.000.000),- 70.451.000.000,-
Tahun 6 7 8 9 10
Keuntungan bersih 180.851.000.000,- 199.919.000.000,- 220.898.000.000,- 243.978.000.000,- 269.371.000.000,-
S. bunga (i) 10% 10% 10% 10% 10%
Disc. Factor 0,43 0,38 0,33 0,28 0,25
NPV 180.851.000.000,- 199.919.000.000,- 220.898.000.000,- 243.978.000.000,- 269.371.000.000,-
Pinjaman - - - - -
Installment - - - - -
Nominal bunga - - - - -
NCFPV 102.086.000.000,- 102.590.000.000,- 103.051.000.000,- 103.471.000.000,- 115.055.000.000,-
Akumulasi 172.536.000.000,- 275.127.000.000,- 378.177.000.000,- 481.648.000.000,- 596.703.000.000,-
143
Institut Teknologi Indonesia
Melalui proses kalkulasi diketahui bahwa NCFPV di tahun ke-10 akan bernilai 0 pada
nilai suku bunga pinjaman sebesar 34,4%. Sehingga nilai IRR pada pendirian pabrik Gelatin
ini adalah 34,4%. Nilai IRR pendirian pabrik ini lebih besar dari suku bunga pinjaman yang
ditawarkan oleh Bank BNI yang menjadi referensi pada pendirian pabrik ini. Pada Tabel 6.13
dapat dilihat bahwa NCFPV menjadi bernilai positif di tahun ke-1. Dengan demikian
minimum payback period pabrik Gelatin ini dapat dihitung sebagai berikut.
(5-4) × (0-(-15.349.000.000))
MPP = 4 +
70.451.000.000-(-15.349.000.000))
= 4,18 tahun
144
Institut Teknologi Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M. & Benjakul, S., 2011. Characteristics of gelatin from the skin of unicorn
leatherjacket (Aluterus monoceros) as influenced by acid pretreatment and extraction time.
Food Hidrocolloids, Volume 25, pp. 381-388.
Alfaro, A., Costa, C., Fnseca, G. & Prentice, C., 2009. Effect of extraction parameters on the
properties of gelatin from king weakfish (Macrodon ancylodon) bones. Food Science
Technology, 5(6), pp. 553-562.
Arumugam, G., Sharma, D., Balakrishnan, R. & Ettiyappan, J., 2018. Extraction, ptimization
and characterization of collagen from sole fish skin. Sustainable Chemistry and Pharmacy,
Volume 9, pp. 19-26.
Badii, F. & Howell, N., 2006. Fish gelatin: structure, gelling properties and interaction with
egg albumen proteins. Food Hydrocolloids, Volume 20, p. 630–640.
BSN, 2014. Kolagen kasar dari sisik ikan- syarat mutu dan pengolahan- SNI 8076-2014,
Jakarata (ID): Badan Standarisasi Nasional.
Devi, H., Suptijah, P. & Nurilmala, M., 2017. Efektifitas Alkali dan Asam Terhadap Mutu
Kolagen dari Kulit Ikan Patin. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (JPHPI), 20(2),
pp. 255-256.
Estrada, P., Elvira, S., Santlvanez, R. & Aaron, R., 2019. Republica de Panama, Patent No.
WO 2019/022623 AI.
F, B. & C., 1996. Teknik Pembenihan dan Budidaya Mujair. Surabaya: Indah.
Gilberga, M. P., 2004. Time Course of Biochemical and Histological Changes for the
Assemsment of Inflammation and Remodelling in a Bleomycin induced murine model of lung
injury, s.l.: University of Barcelona.
145
Institut Teknologi Indonesia
GME, G. M. o. E., 2018. Gelatine's Uniqueness in the Food Industry, Germany: Gelatine
Manufacturers of Europe.
Gunawan, F., Suptijah, P. & U., 2017. Ekstraksi dan Karakterisasi Gelatin Kulit Ikan Tenggiri
(Scomberomorus commersonii) dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, Volume 20, pp. 568-581.
Gunawan, F., Suptijah, P. & U., 2017. Ekstraksi dan Karakterisasi Kulit Ikan Tenggiri
(Scomberomorus commersonii) dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 20(3), pp. 568-581.
Hastuti , D. & Sumpe, I., 2007. Pengenalan dan Proses Pembuatan Gelatin. Mediagro, 3(1),
pp. 39-48.
Ikoma, T., Kobayashi, H. & Tanaka , J., 2003. Physical properties of type I collagen extracted
from fish scales of Pagrus major and Oreochromis niloticas. International Journal of
Biological Macromolecules, Volume 32, pp. 199-204.
Imeson, 1992. Thickening and Gelling Agents for Food. New York, Academic Press.
Jannah, 2008. Gelatin Tinjauan Kehalalan dan Alternatif Produksi, Malang: Penerbit UIN
MALANG (Anggota Ikapi).
Jaswir, I., Monsur, H. & Salleh, H., 2011. Nano-structural analysis of fish collagen extracts
for new process development.. African Journal of Biotechnology, 10(81), pp. 18847-18854..
Karim, A. A. & Bhat, R., 2009. Fish Gelatin: Properties, challenges and prospects as an
alernative to mammalian gelatins. Food Hydrocolloids, 23(3), pp. 563-576.
Kusumawati, . R., Tazwir & Wawasto, A., 2008. Pengaruh perendaman dalam asam klorida
terhadap kualitas gelatin tulangkakap merah (Lutjanus sp.). Jurnal Pascapanen Bioteknologi
Kelautan Perikanan, 1(3), pp. 63-68.
Laohabanjong, R. et al., 2009. Lipid oxidation in fish meal stored under different conditions
on growth, feed efficiency and hepatopancreatic cells of black tiger shrimp
(Penaeusmonodon). Aquaculture, Volume 286, pp. 283-289.
Liu & Huang, K., 2016. Structural Characteristics of extracted collagen from tilapia
(Oreochromis mossambicus) bone effect of ethylenediaminetetraacetic acid solution and
hydrochloric acid treatment.. International Journal of Food Properties, Volume 19, pp. 63-
75.
146
Institut Teknologi Indonesia
Liu, D. et al., 2015. Effects of alkaline pretreatments and acid extraction conditions on the
acid-soluble collagen from grass carp (Ctenopharyngodon idella) skin.. Food Chemistry,
Volume 172, pp. 836-843.
Mulyani, T., Sudaryati & Rahmawati, S., 2009. Hidrolisis gelatin tulang ikan kakap
menggunakan larutan asam. Jurnal Teknologi Pangan, Volume 2, pp. 81-86.
Muralidharan, N., Shakila, R., Sukumar, D. & Jey, 2013. Skin, bone, and muscle collagen
extraction from the trash fish, leather jacket (Odonus niger) and their characterization.
Journal of Food Science and Technology, 50(6), pp. 1106-1113., 50(6), pp. 1106-1113.
Nalinanon, S., Benjakul, S., Kishimura, H. & Osako, 2011. Type I collagen from the skin of
ornate threadfin bream (Nemipterus hexodon): characteristics and effect of pepsin hydrolysis.
Food Chemical, Volume 125, pp. 500-507.
Nalinanon, S., Benjakul, S., Visessanguan, W. & Kishimura, H., 2008. Improvement of
gelatin extraction from bigeye snapper skin using pepsin-aided process in combination with
protease inhibitor. Food Hydrocolloids, 22(4), pp. 615-622.
Nasution, A. Y., H. & Harahap, Y., 2018. Karakterisasi Gelatin Hasil Ekstraksi dari Kulit
Ikan Patin (Pangasius hypophthalamus) dengan Proses Asam dan Basa. Pharmaceutical
Sciences and Research (PSR), 5(3), pp. 142-151.
Pelu, H., Harwanti, S. & Chasanah, E., 1998. Ekstraksi Gelatin dari Kulit Ikan Tuna Melalui
Proses Asam. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, IV(2).
Peng, Y., Glauttauer, V., Werkmeister, J. & Ramshaw, J., 2004. Evaluation for collagen
products for cosmetic application. Journal of Cosmetic Science, 55(4), pp. 327-341.
Peranginangin, R., Mulyasari, Sari, A. & Tazwir, 2005. Karakterisasi mutu gelatin yang
diproduksi dari tulang ikan patin (Pangasius hypothalamus) secara ekstrak asam. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia, 11(4), pp. 15-24.
Regenstein , J. & Zhou, P., 2007. Maximising the Value. England, Woodhead Publishing.
Schrieber, R. & Gareis, H., 2007. Gelatine Handbook Theory and Industrial Practice.
Eberbach: Deutsche Nationalbibliothek.
147
Institut Teknologi Indonesia
Setiawati, . I. H., 2009. Karakterisasi mutu fisika kimia gelatin kulit ikan kakap merah
(Lutjanus sp.) hasil proses perlakuan asam. [Skripsi], Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Shon, J., Ji-Hyun, E., Hwang, S. & Jong-Bang, E., 2011. Effect of processing conditions on
functional properties of collagen powder from Skate (Raja kenojei) skins. Food Science
Biotechnology, 20(1), pp. 99-106.
Shyni, K. et al., 2014. Isolation and characterization of gelatin from the skins of skipjack tuna
(Katsuwonus pelamis), dog shark (Scoliodon sorrakowah), and rohu (Labeo rohita). Food
Hydrocolloids, Volume 39, pp. 68-76.
Singh, P., Benjakul, S., Maqsood, S. & Kishimura, H., 2011. Isolation and characterization of
collagen extracted from the skin of striped catfish (Pangasianodon hypophthalmus). Food
Chemistry, Volume 124, p. 97–105.
Songchotikunpan, P., Tattiyakul, J. & Supaphol, P., 2008. Extraction and electrospinning of
gelatin from fish skin. International Journal of Biological Macromolecules, Volume 42, p.
247–255.
Suhenry, S., Widayati, T. W., Hartarto, H. T. & Suprihadi, R., 2015. Proses Pembuatan
Gelatin dari Kulit Kepala Sapi dengan Proses Hidrolisis Menggunakan Katalis HCl. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan", Issue ISSN 1693-4393.
Tabaretani, S. et al., 2010. Study on some properties of acid soluble collagen isolated from
fish skin and bones of rainbow trout (Onchorynchus mykiss). International Food Reseach
Journal, 19(1), pp. 251-257.
Trilaksani, W., Nurjanah & Yuliharman, 1998. Pengaruh suhu dan waktu perebusan kulit ikan
cucut lanyam pada pembuatan gelatin. Buletin Teknologi Hasil Perikanan, IV(2), pp. 27-35.
Wang, X. et al., 2017. Gelatin-Based Hydrogels for Organ 3D Bioprinting. Polymers, pp.
9,401.
148
Institut Teknologi Indonesia
LAMPIRAN 1
DATA
Pada pra rancangan pabrik Gelatin digunakan beberapa bahan yang berfungsi sebagai
bahan baku dan bahan penunjang. Pada spesifikasi bahan akan dijelaskan spesifikasi dari
bahan yang digunakan dan produk yang akan dihasilkan.
Spesifikasi Keterangan
Toxicity -
Carcinogenicity -
L-1. 1
Institut Teknologi Indonesia
Spesifikasi Keterangan
Carcinogenicity -
L-1. 2
Institut Teknologi Indonesia
Spesifikasi Keterangan
Carcinogenicity -
L-1. 3
Institut Teknologi Indonesia
L-1.2.1 Patent
L-1. 4
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 5
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 6
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 7
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 8
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 9
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 10
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 11
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 12
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 13
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 14
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 15
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 16
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 17
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 18
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 19
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 20
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 21
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 22
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 23
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 24
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 25
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 26
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 27
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 28
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 29
Institut Teknologi Indonesia
L-1. 30
Institut Teknologi Indonesia
LAMPIRAN 2
= 16,297 kg/jam
Total bahan baku yang dibutuhkan : 236,249 kg/jam
L-2.1
Institut Teknologi Indonesia
L-2.2
Institut Teknologi Indonesia
Cutting (Pemotongan) befungsi untuk mencacah atau memotong kulit ikan sehingga
ukurannya menjadi lebih kecil. Ukuran kulit ikan diperkecil untuk mempermudah proses
perendaman pada tangki alkali treatment dan tangki acid treatment sehingga tiap partikel
kolagen yang ada di dalam kulit dapat terkena treatment alkali maupun asam dengan merata.
Potongan kulit ikan diharapkan menjadi 1-2 cm.
Kondisi Operasi:
Temperatur = 10°C
Tekanan = 101,325 kPa
1 2
Cutting
L-2.3
Institut Teknologi Indonesia
Tangki Washing merupakan tangki yang berfungsi untuk mencuci bahan baku kulit
ikan sehingga terbebas dari fatty (lemak) yang masih menempel pada kulit ikan.
Kondisi Operasi:
Temperatur : 10°C
L-2.4
Institut Teknologi Indonesia
MT-01
2 4
Tempertaur aliran 4 = 10 oC
n ΔHsoln* ΔHsoln
(mol/jam) (kJ/kmol) (kJ/h)
CaCO3 15,249 -12,4 -189,091
Na2CO3 13,279 -25,7 -341,283
L-2.5
Institut Teknologi Indonesia
ΔHsoln -530,373
Qsoln 530,373
Kalkulasi Neraca Energi
Tujuan: menghitung temperatur produk Washing akibat adanya penambahan air pada proses
pencucian bahan baku kulit ikan.
Masuk
Komponen
M H* H
CaCO3 15,249 -1451,884 -22140,167
Na2CO3 13,279 -1815 -24102,252
C102H149N31O38 5,903 -54540 -321943,134
H2O 7910,648 -1121,214 -8869527,638
Total Entalpi Masuk (Hin) (Joule) -9237713,190
Total Entalpi Masuk (Hin) (Kj/kg) -9237,713
m = massa komponen (kg/h); H* = entalpi spesifik komponen (kJ/kg); H = entalpi total komponen
(kJ/h)
Keluar
Komponen
M H* H
CaCO3 15,249 -1535,146 -23409,853
Na2CO3 13,279 -1919,512 -25490,117
C102H149N31O38 5,903 -57680,543 -340481,388
H2 O 7910,648 -1185,580 -9378705,318
Total Entalpi Keluar (Hout) (Joule) -9768086,676
Total Entalpi Keluar (Hout) (Kj/kg) -9768,087
L-2.6
Institut Teknologi Indonesia
Hout yang diperoleh dari perhitungan adalah -151405,343 kJ/h yang menandakan
bahwa Hout < Hin sehingga temperatur aliran keluar lebih rendah dari temperatur aliran
masuk. Untuk memperoleh nilai temperatur aliran keluar maka dilakukan metode goalseek.
Dengan menggunakan persamaan Hin + Qsoln + Q = Hout agar diperoleh Q = 0 karena di
harapkan tidak ada perubahan temperatur yang terjadi maka goalseek dilakukan dengan
mengaitkan nilai Q=0 dengan nilai Tout. Sehingga hasil nilai Tout yang diperoleh adalah
9,136°C.
Dengan penurunan temperatur yang hanya sedikit ini maka tidak diperlukan pemanas
karena temperatur yang keluar dari aliran 4 masih dapat diterima pada proses ini (Range 9-12
°C).
Unit proses filtrasi ini berfungsi untuk memisahkan antara cake dan filtrat yang masuk
dari aliran 4, jenis alat filtrasi yang digunakan adalah decanter centrifuge yang bekerja
dengan menggunakan gaya sentrifugal untuk memisahkan padatan dan cairan berdasarkan
perbedaan densitas. Cake yang telah terfiltrasi dan mengandung kolagen akan di alirkan
menuju aliran 6 untuk proses alkali treatment sedangkan filtrat yang mengandung mineral
(Ash) dan air sisa perendaman akan di alirkan menuju aliran 7 untuk kemudian di tampung
sebagai produk samping.
F-101
4 7
L-2.7
Institut Teknologi Indonesia
Mixing tank NaOH merupakan tangki NaOH yang befungsi untuk menghomogenkan
padatan NaOH dengan air agar konsentrasi yang dibutuhkan mencapai 0,2%. Larutan NaOH
yang diperoleh dari Mixing Tank NaOH ini kemudian diumpankan ke dalam alkali treatment
melalui aliran 8 untuk proses pretreatment basa pada kolagen.
MT-104
A B
L-2.8
C
Institut Teknologi Indonesia
Tabel L-2. 12 Ringkasan neraca massa unit mixing tank NaOH (MT-104)
n ΔHsoln* ΔHsoln
(kmol/h) (kJ/kmol) (kJ/h)
NaOH 0,001 42,593 0,038
ΔHsoln 0,038
Tabel L-2. 14 Entalpi aliran masuk unit Mixing Tank NaOH (MT-104) pada 23,5°C
Masuk
Komponen
M H* H
H2 O 0,018 -112,392 -2,003
H2O aliran B 0,970 -1121,214 -1087,76
NaOH powder 0,001 -78,450 -0,070
Total Entalpi Masuk (Hin) (Kj/kg) -1089,833
L-2.9
Institut Teknologi Indonesia
Tabel L-2. 15 Entalpi aliran keluar unit Mixing Tank (MT-104) pada 10°C
Keluar
Komponen
M H* H
H2O 0,988 -1121,214 -1107,740
NaOH 0,2% 0,001 -784,5 -0,699
Total Entalpi Keluar (Hout) (Kj/kg) -1108,439
Alkali treatment merupakan proses perendaman dengan basa (NaOH) yang berfungsi
untuk memecah rantai triple helix serat kolagen menjadi rantai ganda. Sehingga pada saat
proses ekstraksi dilakukan maka proses hidrolisis dapat berlangsung dengan baik. Larutan
NaOH 0,2% di alirkan dari tangki mixing NaOH (MT-104) melalui aliran 8, sedangkan bahan
baku berupa kolagen di alirkan melalui aliran 6 yang sebelumnya telah melewati tahap filtrasi
(F-101).
MT-103
6 9
L-2.10
Institut Teknologi Indonesia
Netralisasi merupakan unit yang digunakan untuk menetralkan pH pada bahan baku
yang sebelumnya telah masuk ke dalam larutan NaOH dengan konsentrasi 0,2%. pH pada
alkali treatment merupakan pH dengan kondisi basa sehingga diperlukan netralisasi hingga
rentang pH mencapai 6,8-7,2.
10
MT-102
9 1
L-2.11
Institut Teknologi Indonesia
Parameter Reaksi 1
L-2.12
Institut Teknologi Indonesia
n ΔHsoln* ΔHsoln
Komponen
(kmol/h) (kJ/kmol) (kJ/h)
NaOH 0,891 42,593 37,949
Hsoln 37,949
Qsoln -37,949
Tabel L-2. 19 Entalpi aliran masuk Netralisasi (MT-103) pada 9,136°C
Masuk
Komponen
M H* H
CaCO3 0,374 -1535,146 -574,093
Na2CO3 0,326 -1919,512 -625,108
C102H149N31O38 5,903 -57680,543 -340481,388
H2O 1181,980 -1185,580 -1401331,233
o
H2O 10 C 36,478 -1121,214 -40899,505
NaOH 0,891 -784,500 -698,963
Total Entalpi Masuk (Hin) (Joule) -1784610,289
Total Entalpi Masuk (Hin) (Kj/kg) -1784,610
Keluar
Komponen
M H* H
CaCO3 0,374 -1500,549 -561,154
Na2CO3 0,326 -1876,079 -610,964
C102H149N31O38 5,903 -56375,402 -332777,293
H2O 1218,457 -1158,834 -1411989,367
NaOH 0,891 -810,900 -722,485
Total Entalpi Keluar (Hout) (Joule) -1746661,263
Total Entalpi Keluar (Hout) (Kj/kg) -1746,661
L-2.13
Institut Teknologi Indonesia
Unit proses filtrasi ini berfungsi untuk memisahkan antara cake dan filtrat yang masuk
dari aliran 11, jenis alat filtrasi yang digunakan adalah decanter centrifuge yang bekerja
dengan menggunakan gaya sentrifugal untuk memisahkan padatan dan cairan berdasarkan
perbedaan densitas. Cake yang telah terfiltrasi dan mengandung kolagen akan di alirkan
menuju aliran 12 untuk proses acid treatment sedangkan filtrat yang mengandung mineral
(Ash), air sisa netralisasi, dan sisa NaOH akan di alirkan menuju aliran 13 untuk kemudian di
tampung sebagai produk samping.
F-102
11 13
12
L-2.14
Institut Teknologi Indonesia
Mixing tank citric acid merupakan tangki asam sitrat yang befungsi untuk
menghomogenkan padatan asam sitrat dengan air agar konsentrasi yang dibutuhkan mencapai
0,48%. Larutan asam sitrat yang diperoleh dari mixing tank citric acid ini kemudian
diumpankan ke dalam acid treatment melalui aliran 14 untuk proses pretreatment asam pada
bahan baku.
L-2.15
Institut Teknologi Indonesia
MT-104
D E
F
Masuk
Komponen
M H* H
H2 O 39,397 -1121,214 -44172,543
C8H6O7 90% 0,174 -358,05 -62,145
Total Entalpi Masuk (Hin) (Joule) -44234,688
Total Entalpi Masuk (Hin) (Kj/kg) -44,235
L-2.16
Institut Teknologi Indonesia
Keluar
Komponen
M H* H
H2O 41,050 -1121,214 -46026,320
C8H6O7 0,48% 0,019 -3580,500 -66,461
Total Entalpi Keluar (Hout) (Joule) -46092,780
Total Entalpi Keluar (Hout) (Kj/kg) -46,093
Q = Hout-Hin
Q = (-46,093-(-44,235)) Kj/kg
Q = -1,858 Kj/kg
Unit acid treatment merupakan unit perendaman bahan baku kulit ikan yang berfungsi
untuk memecah rantai triple helix serat kolagen menjadi rantai tunggal. Sehingga proses
hidrolisis pada alat ektraksi dapat terjadi dengan baik.
14
MT-105
12 1
L-2.17
Institut Teknologi Indonesia
Unit netralisasi ini berfungsi untuk menetralkan pH yang ada di dalam bahan baku,
karena pada saat proses acid treatment, pH kulit ikan berada pada kondisi asam sehingga
perlu di netralkan agar dapat masuk ke dalam proses ekstraksi.
16
MT-105
15 17
L-2.18
Institut Teknologi Indonesia
Parameter Reaksi 1
L-2.19
Institut Teknologi Indonesia
n Hsoln* Hsoln
(kmol/h) (kJ/kmol) (kJ/h)
NaOH 0,144 42,593 6,136
CaCO3 0,060 -12,4 -0,750
Na2CO3 0,053 -25,7 -1,353
Hsoln 4,033
Qsoln -4,033
Masuk
Komponen
M H* H
CaCO3 0,060 -1500,549 -90,739
Na2CO3 0,053 -1876,079 -98,794
C102H149N31O38 5,903 -56375,402 -332777,293
H2O 1186,791 -1158,834 -1375292,818
H2O 10% 36,482 -1121,214 -40904,354
C6H8O7 0,019 -3580,500 -66,461
NaOH 0,144 -810,900 -116,827
Total Entalpi Masuk (Hin) (Joule) -1749347,286
Total Entalpi Masuk (Hin) (Kj/kg) -1749,347
L-2.20
Institut Teknologi Indonesia
Keluar
Komponen
M H* H
CaCO3 0,060 -1495,868 -90,456
Na2CO3 0,053 -1870,204 -98,484
C102H149N31O38 5,903 -56198,853 -331735,147
H2O 1223,273 -1155,215 -1413143,414
C6H8O7 0,019 -3689,402 -68,482
NaOH 0,144 -808,361 -116,461
Total Entalpi Keluar (Hout) (Joule) -1745252,444
Total Entalpi Keluar (Hout) (Kj/kg) -1745,252
Hin + Qsoln = Hout
-1749,347 + (-4,033) = Hout
Hout = -1749,314 kJ
Hin + Qsoln + Q = Hout
(-1749,347 + (-4,033)) kJ + Q = -1745,252 kJ
Q = 0,0612 kJ
Berdasarkan kalkulasi neraca energi, perpindahan panas yang terjadi sangat kecil sehingga
tidak diperlukan pemanas pada tangki netralisasi (MT-103).
Unit proses filtrasi ini berfungsi untuk memisahkan antara cake dan filtrat yang masuk
dari aliran 17, jenis alat filtrasi yang digunakan adalah decanter centrifuge yang bekerja
dengan menggunakan gaya sentrifugal untuk memisahkan padatan dan cairan berdasarkan
perbedaan densitas. Cake yang telah terfiltrasi dan mengandung kolagen akan di alirkan
menuju aliran 18 untuk proses ekstraksi sedangkan filtrat yang mengandung mineral (Ash), air
sisa netralisasi, sisa NaOH dan asam sitrat akan di alirkan menuju aliran 19 untuk kemudian
di tampung sebagai produk samping.
L-2.21
Institut Teknologi Indonesia
F-103
17 19
18
L-2.22
Institut Teknologi Indonesia
Mixing tank citric acid merupakan tangki asam sitrat yang befungsi untuk
menghomogenkan padatan asam sitrat dengan air agar konsentrasi yang dibutuhkan mencapai
0,26%. Larutan asam sitrat yang diperoleh dari mixing tank citric acid ini kemudian
diumpankan ke dalam ekstraktor melalui aliran 20 untuk proses ekstraksi pada bahan kolagen
sehingga menghasilkan gelatin.
L-2.13.1 Diagram Alir Proses Mixing Tank Citric Acid (MT-106)
MT-106
G H
I
L-2.23
Institut Teknologi Indonesia
Tabel L-2. 32 Entalpi aliran masuk Mixing Tank (MT-106) pada 34°C
Masuk
Komponen
M H* H
H2 O 2966,879 -1121,214 -3326505,316
C6H8O7 90% 0,282 2148,300 605,913
Total Entalpi Masuk (Hin) (Joule) -3325899,403
Total Entalpi Masuk (Hin) (Kj/kg) -3325,899
Keluar
Komponen
M H* H
C6H8O7 0,26% 278,427 -3580,500 -996907,552
Total Entalpi Keluar (Hout) (Joule) -996907,552
Total Entalpi Keluar (Hout) (Kj/kg) -996,908
Q = Hout-Hin
Q = (-996,908-(-3325,899)) Kj/kg
Q = 2328,992 Kj/kg
Unit ekstraksi ini berfungsi untuk menghidrolisis kolagen dengan merusak ikatan
hydrogen dan ikatan kovalen yang sebelumnya bersifat untuk menstabilkan rantai tunggal
struktur kolagen yang pecah sehingga akan membentuk susunan kolagen larut air. Kolagen
L-2.24
Institut Teknologi Indonesia
larut air ini yang disebut dengan gelatin. Umpan pada unit ekstraksi ini merupakan cake di
aliran 18 yang sebelumnya telah di filtrasi sehingga terpisah dari filtratnya.
20
X-101
18 21
Parameter Reaksi 1
L-2.25
Institut Teknologi Indonesia
Tabel L-2. 35 Entalpi aliran masuk unit ekstraksi (X-101) pada 10°C
Masuk (mol/jam)
Komponen
M H* H
CaCO3 0,010 -1495,868 -14,627
Na2CO3 0,009 -1870,204 -15,925
C102H149N31O38 5,903 -56198,853 -331735,147
H2O 197,804 -1155,215 -228506,447
NaOH 0,023 -808,361 -18,832
C6H8O7 0,003 -3580,500 -10,747
Total Entalpi Masuk (Hin) Joule -560301,725
Total Entalpi Masuk (Hin) KJ -560,302
L-2.26
Institut Teknologi Indonesia
Tabel L-2. 36 Entalpi aliran keluar unit Ekstraksi (X-101) pada 56,8°C
Keluar (mol/hari)
Komponen
M H* H
CaCO3 0,010 3115,013 30,459
Na2CO3 0,009 3847,800 32,764
C102H149N31O38 0,885 115624,800 102377,917
H2O 933,328 2394,432 2234791,089
NaOH 0,023 1663,140 38,745
C6H8O7 0,184 7590,660 1396,522
C102H151N31O39 5,017 116766,420 585869,548
Total Entalpi Keluar (Hout) Joule 2924537,043
Total Entalpi Keluar (Hout) KJ 2924,537
Unit proses filtrasi ini berfungsi untuk memisahkan antara cake dan filtrat yang masuk
dari aliran 21, jenis alat filtrasi yang digunakan adalah decanter centrifuge yang bekerja
dengan menggunakan gaya sentrifugal untuk memisahkan padatan dan cairan berdasarkan
perbedaan densitas. Cake yang telah terfiltrasi dan masih mengandung kolagen akan di alirkan
menuju aliran 23 untuk proses ekstraksi selanjutnya sedangkan filtrat yang mengandung
mineral (Ash), air sisa netralisasi, sisa NaOH, asam sitrat dan gelatin akan di alirkan menuju
aliran 22 untuk kemudian di tampung sebagai produk pada tangki penampungan.
L-2.27
Institut Teknologi Indonesia
F-104
21 22
23
L-2.28
Institut Teknologi Indonesia
Unit ekstraksi ini berfungsi untuk menghidrolisis kolagen dengan merusak ikatan
hydrogen dan ikatan kovalen yang sebelumnya bersifat untuk menstabilkan rantai tunggal
struktur kolagen yang pecah sehingga akan membentuk susunan kolagen larut air. Kolagen
larut air ini yang disebut dengan gelatin. Umpan pada unit ekstraksi ini merupakan cake di
aliran 23 yang sebelumnya telah di filtrasi sehingga terpisah dari filtratnya.
20
X-102
23 24
Parameter Reaksi 1
L-2.29
Institut Teknologi Indonesia
L-2.30
Institut Teknologi Indonesia
Masuk (mol/jam)
Komponen
M H* H
CaCO3 0,000 3115,013 0,561
Na2CO3 0,000 3847,800 0,603
C102H149N31O38 0,885 115624,800 102377,917
H2O 17,178 2394,432 41131,124
NaOH 0,000 1663,140 0,713
C6H8O7 0,003 7590,660 25,703
C6H8O7 10C 69,607 -3580,500 -249226,888
C102H151N31O39 0,092 116766,420 10782,875
Total Entalpi Masuk (Hin) Joule -94907,392
Total Entalpi Masuk (Hin) KJ -94,907
Tabel L-2. 40 Entalpi aliran keluar unit Ekstraksi (X-102) pada 56,8 oC
Keluar (mol/hari)
Komponen
M H* H
CaCO3 0,000 3115,013 0,561
Na2CO3 0,000 3847,800 0,603
C102H149N31O38 0,133 115624,800 15356,687
H2O 756,967 2394,432 1812505,230
NaOH 0,000 1663,140 0,713
C6H8O7 0,184 7590,660 1399,441
C102H151N31O39 0,845 116766,420 98663,307
Total Entalpi Keluar (Hout) Joule 1927926,543
Total Entalpi Keluar (Hout) KJ 1927,927
L-2.31
Institut Teknologi Indonesia
Hin + rx + Q = Hout
-94,907 + (-215,218) + Q = 1927,927 Kj
Q = 2237,926 Kj
Berdasarkan kalkulasi neraca energi yang telah dilakukan, maka perlu dilakukan
penambahan panas pada unit ekstraksi X-102.
Unit proses filtrasi ini berfungsi untuk memisahkan antara cake dan filtrat yang masuk
dari aliran 24, jenis alat filtrasi yang digunakan adalah decanter centrifuge yang bekerja
dengan menggunakan gaya sentrifugal untuk memisahkan padatan dan cairan berdasarkan
perbedaan densitas. Cake yang telah terfiltrasi dan masih mengandung kolagen akan di alirkan
menuju aliran 26 untuk proses ekstraksi selanjutnya sedangkan filtrat yang mengandung
mineral (Ash), air sisa netralisasi, sisa NaOH, asam sitrat dan gelatin akan di alirkan menuju
aliran 25 untuk kemudian di tampung sebagai produk pada tangki penampungan.
F-105
24 25
26
L-2.32
Institut Teknologi Indonesia
Unit ekstraksi ini berfungsi untuk menghidrolisis kolagen dengan merusak ikatan
hydrogen dan ikatan kovalen yang sebelumnya bersifat untuk menstabilkan rantai tunggal
struktur kolagen yang pecah sehingga akan membentuk susunan kolagen larut air. Kolagen
larut air ini yang disebut dengan gelatin. Umpan pada unit ekstraksi ini merupakan cake di
aliran 26 yang sebelumnya telah di filtrasi sehingga terpisah dari filtratnya.
20
X-103
26 27
L-2.33
Institut Teknologi Indonesia
Parameter Reaksi 1
L-2.34
Institut Teknologi Indonesia
Tabel L-2. 43 Entalpi aliran masuk unit Ekstraksi (X-103) pada 56,8 oC
Masuk (mol/jam)
Komponen
M H* H
CaCO3 - 3115,013 -
Na2CO3 - 3847,800 -
C102H149N31O38 0,133 115624,800 15356,687
H2O 3,862 2394,432 9247,476
NaOH - 1663,140 -
C6H8O7 0,001 7590,660 7,140
C6H8O7 10C 69,607 -3580.500 -249226,888
C102H151N31O39 - 116766,420 -
Total Entalpi Masuk (Hin) Joule -224615,072
Total Entalpi Masuk (Hin) KJ -224,615
Tabel L-2. 44 Entalpi aliran keluar unit Ekstraksi (X-103) pada 56,8 oC
Keluar (mol/jam)
Komponen
M H* H
CaCO3 - 3115,013 -
Na2CO3 - 3847,800 -
C102H149N31O38 0,027 115624,800 3071,337
H2O 744,297 2394,432 1782169,260
NaOH - 1663,140 -
C6H8O7 0,182 7590,660 1380,879
C102H151N31O39 0,111 116766,420 12910,033
Total Entalpi Keluar (Hout) Joule 1799531,519
Total Entalpi Keluar (Hout) KJ 1799,532
L-2.35
Institut Teknologi Indonesia
Unit proses filtrasi ini berfungsi untuk memisahkan antara cake dan filtrat yang masuk
dari aliran 27, jenis alat filtrasi yang digunakan adalah decanter centrifuge yang bekerja
dengan menggunakan gaya sentrifugal untuk memisahkan padatan dan cairan berdasarkan
perbedaan densitas. Cake yang telah terfiltrasi dan masih mengandung kolagen akan di alirkan
menuju aliran 29 untuk proses ekstraksi selanjutnya sedangkan filtrat yang mengandung
mineral (Ash), air sisa netralisasi, sisa NaOH, asam sitrat dan gelatin akan di alirkan menuju
aliran 28 untuk kemudian di tampung sebagai produk pada tangki penampungan.
F-106
27 28
29
L-2.36
Institut Teknologi Indonesia
Unit ekstraksi ini berfungsi untuk menghidrolisis kolagen dengan merusak ikatan
hydrogen dan ikatan kovalen yang sebelumnya bersifat untuk menstabilkan rantai tunggal
struktur kolagen yang pecah sehingga akan membentuk susunan kolagen larut air. Kolagen
larut air ini yang disebut dengan gelatin. Umpan pada unit ekstraksi ini merupakan cake di
aliran 29 yang sebelumnya telah di filtrasi sehingga terpisah dari filtratnya.
20
X-104
29 30
L-2.37
Institut Teknologi Indonesia
Parameter Reaksi 1
L-2.38
Institut Teknologi Indonesia
Tabel L-2. 47 Entalpi aliran masuk unit Ekstraksi (X-104) pada 56,8 oC
Masuk (mol/jam)
Komponen
M H* H
CaCO3 - 3115,013 -
Na2CO3 - 3847,800 -
C102H149N31O38 0,027 115624,8 3071,337
H2O 0,871 2394,432445 2086,035
NaOH - 1663,140 -
C6H8O7 - 7590,660 -
C6H8O7 10C 69,607 -3580,500 -249226,888
C102H151N31O39 - 116766,42 -
Total Entalpi Masuk (Hin) Joule -244052,788
Total Entalpi Masuk (Hin) KJ -244,053
Tabel L-2. 48 Entalpi aliran keluar unit Ekstraksi (X-104) pada 56,8 oC
Keluar (mol/jam)
Komponen
M H* H
CaCO3 - 3115,013 -
Na2CO3 - 3847,800 -
C102H149N31O38 0,005 115624,800 614,267
H2O 741,391 2394,432 1775211,350
NaOH - 1663,140 -
C6H8O7 0,181 7590,660 1375,355
C102H151N31O39 - 116766,420 -
Total Entalpi Masuk (Hout) Joule 1779697,413
Total Entalpi Masuk (Hout) KJ 1779,697
L-2.39
Institut Teknologi Indonesia
Unit proses filtrasi ini berfungsi untuk memisahkan antara cake dan filtrat yang masuk
dari aliran 27, jenis alat filtrasi yang digunakan adalah decanter centrifuge yang bekerja
dengan menggunakan gaya sentrifugal untuk memisahkan padatan dan cairan berdasarkan
perbedaan densitas. Cake yang telah terfiltrasi dan masih mengandung kolagen akan di alirkan
menuju aliran 29 untuk proses ekstraksi selanjutnya sedangkan filtrat yang mengandung
mineral (Ash), air sisa netralisasi, sisa NaOH, asam sitrat dan gelatin akan di alirkan menuju
aliran 28 untuk kemudian di tampung sebagai produk pada tangki penampungan. Sedangkan
aliran 32 akan di alirkan ke tangki produk samping karena masih mengandung kolagen yang
dapat digunakan untuk kebutuhan di bidang lainnya.
F-107
30 31
32
L-2.40
Institut Teknologi Indonesia
Tangki penampungan berfungsi untuk menampung filtrat (aliran 22, 25, 28 dan 31)
hasil dari proses ekstraksi. Filtrat ini ditampung karena merupakan produk utama yang
mengandung gelatin yang nantinya akan dimurnikan untuk mendapatkan rendemen gelatin.
22
25 TT-102 31
28
31
L-2.41
Institut Teknologi Indonesia
Masuk Keluar
Komponen (kg/jam) (kg/jam)
Aliran 22 Aliran 25 Aliran 28 Aliran 31 Aliran 36
CaCO3 0,001 - - - 0,001
Na2CO3 0,001 - - - 0,001
C102H149N31O38 - - - - -
H2O 16,491 13,556 13,382 13,342 56,770
NaOH 0,001 - - - 0,001
C6H8O7 0,035 0,035 0,035 0,035 0,140
C102H151N31O39 11,983 2,045 0,269 0,052 14,349
Sub Total 28,511 15,636 13,685 13,429 71,261
Total 71,216 71,261
Deionisasi merupakan unit yang berfungsi untuk menghilangkan ion-ion atau mineral
yang tidak diperlukan didalam produk gelatin. Ion-ion ini jika dibiarkan akan menggangu
proses pembentukan gelatin dan dapat menurunkan kualitas produk gelatin sehingga perlu
dihilangkan dengan proses deionisasi. Jenis alat deionisasi yang digunakan adalah
Ultrafiltration. Aliran 36 yang berasal dari tangki penampungan (TT-102) masuk ke dalam
ultrafiltration, sehingga aliran ini kemudian dimurnikan karena mengandung gelatin hasil dari
proses ekstraksi.
L-2.42
Institut Teknologi Indonesia
F-108
36 38
37
Tekanan : 2 atm
L-2.43
Institut Teknologi Indonesia
L-2.44
Institut Teknologi Indonesia
Tabel L-2. 52 Ringkasan neraca massa unit Triple Effect Evaprator efek pertama
Tabel L-2. 53 Ringkasan neraca massa unit Triple Effect Evaprator efek kedua
L-2.45
Institut Teknologi Indonesia
Tabel L-2. 54 Ringkasan neraca massa unit Triple Effect Evaprator efek ketiga
𝑘𝑔 1 𝑗𝑎𝑚 kg⁄
Laju alir umpan masuk = 59,675 𝑗𝑎𝑚 x = 0,017 s
3600 𝑠
𝑔
Berat Molekul Masuk = 2433 ⁄𝑚𝑜𝑙
L-2.46
Institut Teknologi Indonesia
kg⁄
(0,017 s x0,24)
F. xF kg⁄
L1 = = = 0,015 s
x1 0,268
kg⁄ kg
V1 = F − L1 = (0,017 − 0,015) s = 0,002 ⁄s
℃
Boiling Point Rise (BPR 1) = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙 𝑒𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡 1 𝑥 𝐾𝐵𝑎𝑖𝑟 = 0,151 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙 𝑥 0,52 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙 = 0,08℃
𝑘𝑔⁄ 𝑘𝐽
0,002 𝑠 𝑥2243,605 ⁄𝑘𝑔
𝑉1 𝑥 𝐸𝑛𝑡𝑎𝑙𝑝𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐸𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡 1 𝑘𝑔⁄
V2 = = = 0,002 𝑠
𝑄𝐿𝑎𝑡𝑒𝑛𝑡 1
𝐸𝑛𝑡𝑎𝑙𝑝𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐸𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡 2 2256,99 𝑘𝐽⁄𝑘𝑔
𝑘𝑔⁄ kg
L2 = (𝐿1 − 𝑉2 ) = (0,015 − 0,002) 𝑠 = 0,013 ⁄s
L-2.47
Institut Teknologi Indonesia
𝑘𝑔⁄
𝐿1 .𝑥1 0,230 𝑠 .0,268
(x2 ) = = 𝑘𝑔⁄ = 0,304
𝐿2 0,230 𝑠
kg⁄
L xX2 1000 0,013 s x 0,304 1000
Molal effect 2 = MR2 x (1−X = g x kg⁄ = 0,180 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙
Gelatin 2)xL2 2433 ⁄mol (1−0,304)x0,013 s
℃
Boiling Point Rise (BPR 2) = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙 𝑒𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡 2 𝑥 𝐾𝐵𝑎𝑖𝑟 = 0,179 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙 𝑥 0,52 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙 = 0,09℃
𝑘𝑔⁄ 𝑘𝐽
0,027 𝑠 𝑥2243,605 ⁄𝑘𝑔
𝑉1 𝑥 𝐸𝑛𝑡𝑎𝑙𝑝𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐸𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡 1 𝑘𝑔⁄
V2 = = = 0,002 𝑠
𝑄𝐿𝑎𝑡𝑒𝑛𝑡 1
𝐸𝑛𝑡𝑎𝑙𝑝𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐸𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡 3 𝑘𝐽
2270,21 ⁄𝑘𝑔
𝑘𝑔⁄ kg
L3 = (𝐿2 − 𝑉3 ) = (0,203 − 0,027) 𝑠 = 0,011 ⁄s
𝑘𝑔⁄
𝐿2 .𝑥2 0,230 𝑠 .0,304
(x3 ) = = 𝑘𝑔⁄ = 0,350
𝐿3 0,230 𝑠
kg⁄
L xX3 1000 0,011 s x 0,350 1000
Molal effect 3 = MR3 x (1−X = g x kg⁄ = 0,22 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙
Gelatin 3)xL3 2433 ⁄mol (1−0,350)x0,011 s
℃
Boiling Point Rise (BPR 3) = 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙 𝑒𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡 3 𝑥 𝐾𝐵𝑎𝑖𝑟 = 0,22 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙 𝑥 0,52 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙 = 0,115℃
Tv: 100°C
L-2.48
Institut Teknologi Indonesia
kJ
Q Laten = Hvap x total V1 = 2243,605 x6,299kg = 14132,761 kJ
kg
kJ
Q Sensibel = Feed x Cp H2O x (Tout − Tin) = 59,765 kg x 4,2 °C x (105 − 56,8)°C
kg
= 12098,798 kj
Q1 26231,599 kJ/hari
Massa Steam = = = 11,763 kg/jam
𝐻𝑣𝑎𝑝 𝑆𝑡𝑒𝑎𝑚 2230,04 kJ/kg
kJ
(26231,599 jam x 1000)
(Q1 x 1000)
(24 x 3600) (3600)
A (Luas Area Perpindahan)effect 1 = =
U x Delta T1 J
1900 m2sK x 10°C
= 0,032 𝑚2
Unit proses filtrasi ini berfungsi untuk memisahkan antara cake dan filtrat yang masuk
dari aliran 43, jenis alat filtrasi yang digunakan adalah plate and frame yang bekerja dengan
mengepress aliran yang masuk ke dalam plate and frame sehingga cake dapat tersaring pada
plate yang digunakan. Cake yang ada kemudian akan di alirkan menuju aliran 45 untuk proses
cooling, selanjutnya filtrat yang mengandung mineral (Ash), air, sisa NaOH, asam sitrat dan
L-2.49
Institut Teknologi Indonesia
gelatin akan di alirkan menuju aliran 46 untuk kemudian di tampung sebagai limbah pada
tangki penampungan.
F-109
43 46
45
L-2.50
Institut Teknologi Indonesia
Unit cooler (E-104) dengan tipe Double Pipe Heat Echanger berfungsi untuk
menurunkan temperatur produk yang sebelumnya telah di proses di dalam Evaporator (V-101)
45 47
E-104
L-2.51
Institut Teknologi Indonesia
(mol/jam)
Komponen
Mol masuk Mol keluar Cp.ΔT Q Pendingin
CaCO3 0 0 0 0
Na2CO3 0 0 0 0
H2O 1479,437 1479,437 2958,329 4376662,871
C6H8O7 0 0 0 0
C102H151N31O39 5,898 5,898 262540,850 1548351,303
L-2.52
Institut Teknologi Indonesia
Q 91837,720 kJ
= = kJ = 80,612 kg/jam
Cp H2 O x (Tout −Tin ) 4,2 ⁄kg℃ x (23,5−6)℃
D-101 48
50
47 49
L-2.53
Institut Teknologi Indonesia
Cyclone 50
51
49
Treff = 25°C
L-2.54
Institut Teknologi Indonesia
Wf = 0,2
Entalpi F = -129,717 kJ
Ain = 54927,411 kg
Win = 0,0139
Wp = 0,12
mWremoved = 0,008 kg
Aout = 54929,041 kg
Wout = 0,013
L-2.55
Institut Teknologi Indonesia
L-2.56
Institut Teknologi Indonesia
LAMPIRAN 3
UTILITAS
Tin = 0 °C = 273 K
Tout = 10 °C = 283 K
Tcaloric = 5 °C = 278 K
Tref = 25 °C = 298 K
3,36.E+00
CpdT NH3 pada Tcaloric = [(−1,82. E + 02) × (278 − 298)] + [ × ((278)2 −
2
−1,44.E−02 2,04.E−05
(298)2 )] + [ 3
× ((278)3 − (298)3 )] + [ 4
×
((278)4 − (298)4 )]
773,705 kJ 17,03 kg
= ÷
kmol kmol
= 45,43 kJ/kg
Q
m =
CpdT
19.000 kJ/jam
=
45,43 kJ/kg
= 417,2290 kg/jam
L-3.1
Institut Teknologi Indonesia
Tin = 0 °C = 273 K
Tout = 24 °C = 297 K
Tcaloric = 12 °C = 285 K
Q
m =
CpdT
5.928,47 kJ/jam
=
107,84 kJ/kg
= 54,88 kg/jam
Tout = 24 °C = 297 K
Tcaloric = 12 °C = 285 K
14.109 kJ/jam
=
107,84 kJ/kg
= 130,6 kg/jam
L-3.2
Institut Teknologi Indonesia
Tin = 0 °C = 273 K
Tout = 24 °C = 297 K
Tcaloric = 12 °C = 285 K
14.109 kJ/jam
=
107,84 kJ/kg
= 130,6 kg/jam
Tin = 0 °C = 273 K
Tout = 24 °C = 297 K
Tcaloric = 12 °C = 285 K
14.109 kJ/jam
=
107,84 kJ/kg
= 130,6 kg/jam
L-3.3
Institut Teknologi Indonesia
Tin = 0 °C = 273 K
Tout = 10 °C = 283 K
Tcaloric = 5 °C = 278 K
Q
m =
CpdT
600 kJ/jam
=
773,70 kJ/kg
= 0,16 kg/jam
Kebutuhan Refrigeran
Nama Alat Kode Alat
(kg/jam)
Cooler Air Proses E-202 417,23
Cooler 01 E-104 54,88
Condenser 01 E-101 130,6
Condenser 02 E-102 130,6
Condenser 03 E-103 130,6
Jaket Pendingin M-102 0,16
Pada sistem refrigerasi, diambil massa refrigeran terbanyak pada salah satu alat
sebagai jumlah refrigeran masuk, dalam hal ini adalah E-202 sebanyak 417,23 kg/jam, namun
L-3.4
Institut Teknologi Indonesia
604,67 kg
= 917,904 kg/hari ÷
m3
= 1,52 m3/hari
Dan karena adanya kemungkinan bagi refrigeran untuk menguap dan mengakibatkan
berkurangnya jumlah refrigeran pada Sistem Refrigerasi, pada akumulator dipasang level
control yang akan mendeteksi jumlah refrigeran yang ada, dan apabila kurang akan segera
ditambahkan dengan make up refrigerant yang dihitung sebagai berikut.
Jumlah air make up refrigerant sebanyak 10% × 1,52 m3/hari = 0,15 m3/hari
Dalam proses produksi Gelatin, terdapat sejumlah air yang digunakan. Air yang
digunakan ini adalah air yang berasal dari Sungai Tutung dengan kalkulasi sebagai berikut.
Dari total kalkulasi neraca energi, diperoleh Q sebesar 22.478,98 kJ/batch. Jenis
pemanas yang digunakan adalah saturated steam yang berasal dari boiler bertekanan 143,27
kPa. Dari Q yang diperoleh, dapat dihitung besar massa steam yang diperlukan dengan
kalkulasi sebagai berikut.
P : 143,27 kPa
L-3.5
Institut Teknologi Indonesia
= 2.230 kJ/kg
Q
m =
Hfg
22.478,98 kJ/batch
=
2.230 kJ/kg
= 10,0801 kg/batch
Dari kalkulasi neraca energi V-101, diperoleh Q sebesar 52.411,24 kJ/batch. Dari Q
yang diperoleh, dengan jenis steam yang sama dengan yang digunakan pada Extractor, dapat
dihitung besar massa steam yang diperlukan dengan kalkulasi sebagai berikut.
Q
m =
Hfg
52.411,24 kJ/batch
=
2.230 kJ/kg
= 23,5024 kg/batch
Dari kalkulasi neraca energi D-101, diperoleh Q sebesar 153,89 kJ/batch. Dari Q yang
diperoleh, dengan jenis steam yang sama dengan yang digunakan pada Extractor, dapat
dihitung besar massa steam yang diperlukan dengan kalkulasi sebagai berikut.
Q
m =
Hfg
153,89 kJ/batch
=
2.230 kJ/kg
= 0,069 kg/batch
L-3.6
Institut Teknologi Indonesia
Dengan memperhitungkan faktor keamanan akibat kehilangan panas pada masing-masing alat,
jumlah steam dilebihkan 10%, sehingga = 33,65 kg/batch
10% × 207,52 kg/batch = 3,65 kg/batch +
Total kebutuhan steam dengan faktor keamanan = 37,30 kg/batch
37,30 kg 12 batch
Oleh karena 1 batch dilakukan selama 1 hari, maka = ×
1 batch 1 hari
= 444,1993 kg/hari
Kebutuhan air untuk menghasilkan saturated steam dihitung sebagai berikut:
ms = Kebutuhan steam dalam 1 batch (ms)
444,1933 kg 2,2046 lbm
= ×
hari 1 kg
= 979,28 lbm/hari
h = Vapor enthalpy pada temperatur 110 °C
2.230 kJ 1 kg 0,947831 Btu
= × ×
kg 2,2046 lbm 1 kJ
= 958,77 Btu/lbm
hf = Saturated liquid enthalpy pada temperatur 30 °C
125,7 kJ 1 kg 0,947831 Btu
= × ×
kg 2,2046 lbm 1 kJ
= 54,04 Btu/lbm
Cf = Panas laten penguapan air pada 100 °C
= 970,30 Btu/jam/Hp
ms × (h−hf)
mair =
Cf
1.238,75 lbm/hari × (958,77−54,04)Btu/lbm
=
970,30 Btu/jam
L-3.7
Institut Teknologi Indonesia
1.073,34 lbm 1 kg
= ×
hari 2,2046 lbm
= 913,1 kg/hari
= 0,405 m3/hari
Diasumsikan jumlah air untuk blowdown dan hilang akibat penguapan sebesar 10%,
maka jumlah air yang harus diumpankan sebagai make up boiler adalah sebanyak jumlah
steam yang hilang, yaitu 10% massa air, dengan kalkulasi sebagai berikut.
Jumlah air make up steam sebanyak 10% × 913,1 kg/hari = 91,31 kg/hari
=0,0405m3/hari
L-3.2.2 Air Pendingin
Pada pabrik ini air dibutuhkan sebagai fluida dingin pada sistem refrigerasi (E-201).
Dari kalkulasi neraca energi E-201, diperoleh Q sebesar -1.339.978 kJ/batch. Media
pendingin yang digunakan adalah air pendingin yang berasal dari Danau Kerinci dengan
temperatur rata-rata sebesar 30 °C. Dari Q yang diperoleh, dapat dihitung besar massa air
pendingin yang diperlukan dengan kalkulasi sebagai berikut.
Tin = 30 °C = 303 K = 86 °F
Tcaloric = 55 °C = 328 K
Tref = 25 °C = 298 K
4,61.E−03
CpdT H2O pada Tcaloric = [(−2,76. E − 01) × (303 − 298)] + [ × ((303)2 − (298)2 )]
2
−5,54.E−08 1,14.E+00
+[ 3
× ((303)3 − (298)3 )] + [ 4
× ((303)4 − (298)4 )]
24.237 kJ 18,02 kg
= ÷
kmol kmol
= 1.350 kJ/kg
Q
m =
CpdT
L-3.8
Institut Teknologi Indonesia
−1.339.978,94 kJ/batch
=| |
1350 kJ/kg
= 992,577 kg/batch
= 12,81 m3/hari
Pada Cooling Tower terdapat sejumlah air untuk blowdown, hilang akibat penguapan,
serta air drift loss, sehingga perlu dihitung jumlah make up cooling water (Wm), dengan
kalkulasi sebagai berikut.
Wc = air masuk menara pendingin
12,81 m3 264,172 gallon 1 hari 1 jam
= × × ×
hari 1 m3 24 jam 60 menit
= 2,35 gal/menit
Wb = jumlah air blowdown, yaitu air yang dibuang untuk mengurangi konsentrasi
padatan
L-3.9
Institut Teknologi Indonesia
Maka Wm = We + Wb + Wd
= (0,18 + 0,09 + 0,002) gal/menit
0,27 gal 1 m3 60 menit 24 jam
= × × ×
menit 264,47 gal 1 jam 1 hari
= 0,06 m3/hari
120 liter/hari
Kebutuhan air sanitasi = × 100 orang
1 orang
= 12.000 liter/hari
25 liter 24 jam
Kebutuhan air dalam laboratorium dan lain-lain diasumsikan = ×
jam 1 hari
= 600 liter/hari
Maka total kebutuhan domestik = (12.000 + 600) liter/hari
Jumlah kebutuhan air domestik = 12.600 liter/hari
Faktor keamanan 10% × 12.600 liter/hari = 1.260 liter/hari +
Total kebutuhan air domestik dengan faktor keamanan = 13.860 liter/hari
L-3.10
Institut Teknologi Indonesia
Berdasarkan perhitungan neraca massa, total kebutuhan air proses yang digunakan yaitu
sebesar 171,75 kg/jam, dengan rincian sebagai berikut:
= 4.121,9 kg/hari
= 4,03 m3/hari
L-3.11
Institut Teknologi Indonesia
L-3.3 Listrik
Selain media pendingin dan air baku, dalam proses produksi Gelatin diperlukan pula
daya listrik guna mengoperasikan alat proses maupun alat penunjang lainnya, dengan
kalkulasi sebagai berikut.
L-3.12
Institut Teknologi Indonesia
BC-101 Menimbang dan transportasi kulit ikan nila masuk kedalam crusher Belt Conveyor 1,20 1 0,10 0,89 0,09
BC-102 Menimbang dan transportasi gelatin masuk kedalam Dryer Belt Conveyor 1,20 1 0,15 0,89 0,13
BC-103 Menimbang dan transportasi gelatin masuk kedalam crusher Belt Conveyor 1,20 1 0,14 0,89 0,13
CH-101 menghancurkan kulit ikan 1-2 cm Jaw Chrusher 10,0 1 1,00 7,46 7,46
CH-102 membuat powder gelatin ukuran granular Jaw Chrusher 10,0 1 0,70 7,46 5,22
BE-101 Transportasi dari C-01 menuju MT-01 Bucket Elevator 0,90 1 0,20 0,67 0,13
MT-104 Membuat NaOH 0,2% Turbine Agitator 0,10 1 2,00 0,07 0,15
MT-105 Membuat Citric 0,48% Turbine Agitator 0,10 1 2,00 0,07 0,15
MT-106 Membuat Citric 0,26% Turbine Agitator 0,20 1 2,00 0,15 0,30
MT-102 Pre Treatment Slurry dengan Alkali Turbine Agitator 0,60 1 6,00 0,45 2,68
MT-103 Pre Treatment Slurry dengan Acid Turbine Agitator 0,10 1 1,00 0,07 0,07
P-(101-104) Mengalirkan Fluida cair Cemtrifugal Pump 1,00 4 1,00 0,75 2,98
P-105 Mengalirkan Fluida cair Cemtrifugal Pump 1,00 1 0,33 0,75 0,25
P(106-107) Mengalirkan Fluida cair Cemtrifugal Pump 1,00 2 0,25 0,75 0,37
L-3.13
Institut Teknologi Indonesia
P-108 Mengalirkan Fluida cair Cemtrifugal Pump 2,00 1 0,75 1,49 1,12
P-(109-114) Mengalirkan Fluida cair Cemtrifugal Pump 1,00 6 0,08 0,75 0,37
P-115 Mengalirkan Fluida cair Cemtrifugal Pump 1,00 1 0,42 0,75 0,31
Decanter 10,0 11,1
F-101 Memisahkan Slurry dari lemak dan Air berlebih Centrifuge
1 1,50 7,46
0 9
Decanter 10,0
F-102 Memisahkan Slurry dari lemak dan Air berlebih 1 1,00 7,46 7,46
Centrifuge 0
Decanter 10,0
F-103 Memisahkan Slurry dari Air berlebih Centrifuge
1 1,00 7,46 7,46
0
Decanter 10,0
F-104 Memisahkan Gelatin dari Slurry 1 1,00 7,46 7,46
Centrifuge 0
Decanter 10,0
F-105 Memisahkan Gelatin dari Slurry 1 0,50 7,46 3,73
Centrifuge 0
Decanter 10,0
F-106 Memisahkan Gelatin dari Slurry 1 0,50 7,46 3,73
Centrifuge 0
Decanter 10,0
F-107 Memisahkan Gelatin dari Slurry 1 0,50 7,46 3,73
Centrifuge 0
X-101 Mengekstrak Gelatin dari Kolagen Turbine Agitator 0,13 1 2,00 0,10 0,19
X-102 Mengekstrak Gelatin dari Kolagen Turbine Agitator 0,08 1 1,50 0,06 0,08
X-103 Mengekstrak Gelatin dari Kolagen Turbine Agitator 0,05 1 1,00 0,04 0,04
X-104 Mengekstrak Gelatin dari Kolagen Turbine Agitator 0,05 1 1,00 0,04 0,04
F-108 Memisahkan Gelatin dari Mineral Salt Ultrafilter 5,10 1 2,90 3,80 11,03
JC-(101-03) Untuk memompa uap air ke dalam kondensor Compressor 0,00 3 1,00 0,00 0,00
F-109 Memisahkan Slurry dengan Air Filter Press 5,40 1 0,33 4,03 1,33
D-101 Menghembuskan udara kedalam HE Centrifugal Blower 0,02 1 1,00 0,02 0,02
D-101 Menghisap debu kedalam Cyclone dari proses Spray Dryer Atomizer 0,40 1 0,01 0,30 0,00
TOTAL 253,08 60,1 183,50
kW/hari
L-3.14
Institut Teknologi Indonesia
Selain alat penujang, daya listrik juga diperlukan dalam pengoperasian beberapa
fasilitas lainnya, seperti peralatan bengkel, instrumentasi, penerangan pada area pabrik, serta
peralatan kantor, dengan rincian sebagai berikut.
Dalam suatu pabrik diperlukan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan pabrik. Daya
yang dibutuhkan untuk fasilitas perbengkelan diperkirakan:
L-3.15
Institut Teknologi Indonesia
= 67,05 Hp/jam
Listrik instumentasi = 20 kW
= 26,82 Hp/jam
Listrik penerangan = 40 kW
= 53,64 Hp/jam
= 40,23 Hp/jam
Dari data yang diperoleh, dapat diketahui total daya yang dibutuhkan untuk seluruh peralatan
penunjang yang dioperasikan selama 24 jam/hari, yang disajikan pada Tabel L-3.7 berikut ini.
L-3.16
Institut Teknologi Indonesia
Low Heating
No. Bahan Bakar Fungsi Lokasi Unit
Value
1. Diesel 19.200 Generator Listrik Sektor Utilitas
2. Diesel 19.200 Bahan bakar boiler Sektor Utilitas
3. Diesel 19.200 Kendaraan Operasional Area pabrik
L-3.17
Institut Teknologi Indonesia
dinyalakan sebanyak 6 kali dalam setahum, selama 1 jam setiap kali dinyalakan. Generator
listrik ini memiliki spesifikasi sebagai berikut.
= 4.700 kW
0,947831 Btu/detik 3.600 detik
Kebutuhan listrik untuk generator = 4.700 kW × ×
1 kW 1 jam
= 16.037.300,52 Btu/jam
982,68 lbm 1 kg
= ×
jam 2,2046 lbm
= 0,63 m3/jam
= 629,27 liter/hari
L-3.18
Institut Teknologi Indonesia
= 54,17 lbm/batch
2.230,0 kJ 1 kg 0,947831 Btu
h = Vapor enthalpy pada temperatur 110 ° = × ×
kg 2,2046 lbm 1 kJ
= 1.031,4 Btu/lbm
125,7 kJ 1 kg
hf = Saturated liquid enthalpy pada temperatur 30 °C = × ×
kg 2,2046 lbm
0,947831 Btu
1 kJ
= 54,04 Btu/lbm
ms × (h−hf)
Kebutuhan bahan bakar boiler (m) =
LHV × η
54,17 lbm/batch ×(1.031,4−54,04)Btu/lbm
=
19.200 Btu/lbm × 85%
3,2441 lbm 1 kg
= ×
batch 2,2046 lbm
= 1,47 kg/batch
1,4715 kg 12 batch
Oleh karena 12 batch dilakukan selama 1 hari, maka = ×
1 batch 1 hari
= 17,658 kg/hari
L-3.19
Institut Teknologi Indonesia
= 0,0348 m3/hari
= 34,7646 liter/hari
L-3.20
Institut Teknologi Indonesia
LAMPIRAN 4
Gudang penyimpanan digunakan untuk menyimpan bahan baku ikan nila yang masih
segar sebelum di produksi menjadi Gelatin, digunakan Cold Room sebagai tempat
penyimpanan agar ikan nila segar, sampai digunakan untuk produksi. Spesifikasi gudang
sebagai berikut:
m . xi Ρ ρ . xi
Komponen Xi
(kg/batch) (kg/m3) (kg/m3)
Kolagen 0,175 5.303,03 945,1 165,3925
Air 0,748 22.666,67 427,41 319,70
Abu 0,036 1.090,91 4.533,01 94,62
Lemak 0,041 10.318,88 901 36,94
TOTAL 1 30.303,03 616,66
= 151.515,151 kg
masaa
Volume gudang penyimpanan =
densitas
151.515,151 kg
=
616,66 kg/m3
= 245,70 m3
Dengan overdesign sebesar 20% × 245,70 m3 = 49,14 m3
Volume gudang dengan faktor keamanan = 294,84 m3
A =P×L
29,48 m2 = 2L2
luas alas
Lebar (L) =√
2
29,48m2
=√
2
= 3,84 m
= 2 × 3,84 m
= 7,68 m
- Insulant
1. Panel Dinding
Tinggi Panel Dinding = Tinggi Gudang + Tebal Insulation
= 10 + 0,08m
= 10,08 m
Panjang Panel Dinding diasumsikan dua kali panjang dan lebar gudang
Panjang Panel Dinding = (2 x (Panjang Gudang + Lebar Gudang)) + Tebal Insulasi
= (2 x (3,84 + 7,68)) + 0,08 m
= 23,12 m
Luas Area Panel Dinding = P x T panel dinding
= (10,08 x 23,12) m
= 233,02 m2
2. Panel Atap dan Alas
Panjang panel Alas dan Atap = Panjang gudang + tebal Insulation
= 3,84 + 0,08 m
= 3,92 m
Lebar panel Alas dan Atap = Lebar Gudang + tebal Insulation
= 7,68 + 0,08 m
= 7,76 m
Luas Area Panel Alas dan Atap = P x L panel alas dan atap
= 3,92 x 7,76 m
= 30,41 m2
3. Pintu
Asumsi Panjang pintu 2,5 m dan Lebar Pintu 2 m
Luas Area = P x L
= 2,5 x 2
= 5 m2
Ambient Temperatur = 34 oC
L-4.3
Institut Teknologi Indonesia
L-4.4
Institut Teknologi Indonesia
Salah satu alat yang digunakan untuk memindahkan pada proses produksi Gelatine
adalah conveyor. Alat ini berfungsi untuk memindahkan bahan berbentuk padatan, granula,
ataupun serbuk (powder). Salah satu yang digunakan ini berjenis belt conveyor dengan
spesifikasi sebagai berikut.
= 25.252,5 kg/jam
25.252,5 kg/jam
Volume bahan =
616,685 kg/m3
Kapasitas dengan overdesign 20% = 1,2 × 25.252,5 kg/jam
= 27.777,78 kg/jam
= 27,78 ton/jam
Berdasarkan Tabel 21.7 Perry's ed.7th, dipilih belt dengan:
Kapasitas : 32 ton/jam
Tipe : Troughed belt on 45o Antifriction idlers
Luas belt : 0,11 ft2
Kecepatan belt : 100 ft/menit
L-4.5
Institut Teknologi Indonesia
F × ( L + Lo ) × 0,03 × W × S
Daya 1 =
990
0,03 ×( 4,92 + 150 ) × 0,03 x 12 ×100
=
990
= 0,42 Hp
2. Menentukan Daya Untuk Membawa Bahan (Daya 2)
F × ( L + Lo ) × T
Daya 2 =
990
0,03 × ( 4,92 + 150 ) × 32
=
990
= 0,15 Hp
3. Menentukan Daya akibat Elevasi (Daya 3)
T × ∆z
Daya 3 =
990
32 × 9,84
=
990
= 0,32 Hp
4. Menentukan Daya Total
L-4.6
Institut Teknologi Indonesia
Salah satu alat yang digunakan untuk menghancurkan/memotong pada proses produksi
Gelatine adalah crusher. Alat ini berfungsi untuk menghancurkan bahan berbentuk padatan,
granula, ataupun serbuk (powder). Salah satu yang digunakan ini berjenis jaw crusher dengan
spesifikasi sebagai berikut.
= 2.525,25 kg/jam
Kapasitas dengan overdesign 20% = 1,2 × 2.525,25 kg/jam
= 2.777,778 kg/jam
= 2,778 kg/jam
Berdasarkan Tabel 20.8 Perry's ed.7th, dipilih belt dengan:
Kapasitas : 3 ton/jam
Tipe : Standard 22
Ukuran umpan : 3 x 12 in
Ukuran Keluaran : 0,78 in
L-4.7
Institut Teknologi Indonesia
Salah satu alat yang digunakan untuk memindahkan pada proses produksi Gelatine
dengan adanya kemiringan adalah elevator. Alat ini berfungsi untuk memindahkan bahan
berbentuk padatan, granula, ataupun serbuk (powder). Salah satu yang digunakan ini berjenis
bucket elevator dengan spesifikasi sebagai berikut.
= 12.626,26 kg/jam
Kapasitas dengan overdesign 20% = 1,2 × 12.626,26 kg/jam
= 13.888,88 kg/jam
= 13,89 ton/jam
Berdasarkan Tabel 21.8 Perry's ed.7th, dipilih elevator dengan:
Kapasitas : 14 ton/jam
Ukuran Bucket : 6 x 4 x 41/2 in
Jarak Bucket : 0,3 m
L-4.8
Institut Teknologi Indonesia
Tinggi Bucket : 25 ft
Ukuran Lumps Handled : 0,02 m
Lebar Bucket : 0,1778 m
Kecepatan bucket : 225 ft/menit
Kecepatan Head Shaft : 43 RPM
Shaft Diameter Head and Tail : 0,05 m
Diameter of Pulley Head and Tail: 0,5 m dan 0,4 m
L-4.4.2 Daya Bucket Elevator
𝑡𝑜𝑛
𝐶𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 ( ℎ ) 𝑥 𝐻𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑜𝑓 𝐵𝐸
Daya Total =
500
13,89 × 25
=
500
= 0,69 Hp
Efisiensi motor = 80%
Daya Sesungguhnya = 0,69 Hp / 0,8
= 0,87 Hp ≈ 0,9 Hp
Dalam proses pencucian kulit ikan nila, bahan baku harus dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan air dingin 10 oC. Pada bagian pencucian ini digunakan tangki
berpengaduk, dengan spesifikasi sebagai berikut.
L-4.9
Institut Teknologi Indonesia
kg
campuran = 522,0341
m3
massa
Volume cairan (VL) =
densitas
162,9195 kg
=
522,0341 kg/m3
= 0,31 m3
Untuk faktor keamanan pada mixer diambil overdesign 20 % (Sumber : Tabel 6, Plant
Design and Economic for Chemical Engineers, Max S.Peters, hlm. 37), sehingga:
Volume Mixer Settler (VT) = 1,2 Volume cairan
= 1,2 0,31 m3
= 0,37 m3
L-4.5.3 Diameter Washing Tank
a. Diameter dalam (ID) dan tinggi mula-mula (H)
H
Diambil : = 1; maka H = D
D
L-4.10
Institut Teknologi Indonesia
π π
Volume Mixer Settler (VT) = D2 H = D3
4 4
4 VT
D3 =
π
4 × 0,37 m3
=
3,14
= 0,48 m3
D = ID
3
= √0,48 m3 = 0,78 m = 30,76 inch
r = ID/2
0,78 m
= = 0,39 m = 15,38 inch
2
H = D = 0,78 m = 30,76 inch
b. Tebal tangki
= 0,31
3,14
4
0,782
= 0,65 m
Tekanan desain
14,5038 psi
Poperasi = 1,01 bar × = 14,696 psi
1 bar
g = 9,8 m/s2
Phidrostatik = ρcairan hcairan g
522,03 kg 9,8 m
= 3
0,65 m
m s2
1 N/m2 1 bar
= 3.330,67 kg/m.s2 × 1 kg/m.s2 × 10 −5 N/m2
14,5038 psi
= 0,0329 bar × = 0,4831 psi
1 bar
L-4.11
Institut Teknologi Indonesia
= 18,21 psi
= 1,24 bar
Tebal tangki
(P × r)
t = (𝑓 × E)−(0,6 ×P) + C (Pers. 14.34, Brownell & Young)
Dimana:
c. Diameter sesungguhnya
L-4.12
Institut Teknologi Indonesia
ID = OD – (2 ts)
= 32 – (2 0,1875)
= 31,6 inch = 0,8033 m
L-4.5.4 Head Tangki
Bentuk : Torispherical head (flange and dished head)
Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 3 Type 304
a. Tebal head
Berdasarkan Tabel 5.7 Brownell & Young, hlm. 89 untuk Mixer Settler dengan
OD = 32 inch memiliki:
icr = 2 inch
r = 30 inch
icr/r = 6,67% > 6%, sehingga memenuhi untuk Torispherical head.
(Sumber: Brownell and Young, hlm. 88)
Berdasarkan Brownell and Young hlm. 256 – 258, karena icr/r > 6 % maka
persamaan yang digunakan untuk menghitung tebal head adalah Persamaan 7.76
dan 7.77, Brownell and Young, hlm. 138.
1
W = (3 rc /r1 ) (Persamaan 7.76, Brownell & Young)
4
Dimana:
W = Faktor intensifikasi stress untuk torispherical dished heads (inch)
rc = Radius of crown =r = 30 inch
r1 = Inside corner radius = icr = 2 inch
maka:
1
W= (3 30/2)
4
= 1,72 inch
L-4.13
Institut Teknologi Indonesia
P rc W
tH = C (Persamaan 7.77, Brownell & Young)
(2 f E) (0,2 P)
Dimana:
tH = Tebal head tangki (inch)
P = Tekanan desain = 18,21 psi
rc = Jari-jari head (inch) = 30 inch
f = Tegangan maksimum yang diinginkan (allowable stress), karena
menggunakan bahan: Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316, maka
berdasarkan Appendix D Brownell & Young hlm. 342, didapatkan nilai
tegangan maksimum = 18.750 psi
E = Efesiensi penyambungan, karena menggunakan tipe penyambungan:
double welded butt joint tanpa radiografi, maka berdasarkan Tabel 13.2
Brownell & Young hlm. 254, didapatkan nilai 80% = 0,80
C = Nilai korosi alat. Umur silo diperkirakan 10 tahun, sehingga: 0,0125
inch/tahun × 10 tahun, maka C = 0,125 inch
sehingga:
18,21psi 30 inch 1,72 inch
tH = 0,125 inch
(2 18.750 psi 0,8) (0,2 18,21psi)
tH = 0,16 inch
Berdasarkan Tabel 5.6 Brownell & Young hlm. 88, diambil tebal standar tangki (tH)
= 0,19 in.
b. Tinggi head
Berdasarkan Tabel 5.6, Brownell & Young hlm. 88, untuk tH = 0,19 inch:
Standart straight flange (Sf) = 1,5 – 2 inch (dipilih Sf = 2 inch).
Dari Tabel 5.7 Brownell & Young untuk OD = 32 inch:
tH = 0,19 inch
icr = 2 inch
r = 30 inch
Untuk menghitung tinggi head, digunakan penjelasan pada Figure 5.8, Brownell and
Young hlm. 87
a = ID/2 = 15,81 inch = 0,40 m
L-4.14
Institut Teknologi Indonesia
Bentuk head yang dipilih adalah: Flange and Dish Head (torispherical)
Bagian lengkung torispherical head (Vh’)
Dianggap icr/r = 6% (tanpa bagian straight flange)
Vh’ = 0,000049 ID3 (Pers 5.11 Brownell and Young hlm. 88)
3
= 0,000049 (31,60)
= 1,55 in3
= 0,0009 ft3
L-4.15
Institut Teknologi Indonesia
VT = Vshell + Vh
Vshell = VT - Vh
= 0,37 - 0,03
= 0,34 m3
Vshell = π/4 ID2 Hshell
Vshell
Hshell =
π x ID 2
4
0,34 m 3
= 22
7
0,802
4
= 0,68 meter
Ht = Hshell + (2 × OA)
= 0,68 + (2 × 0,21)
= 1,09 meter
L-4.5.6 Pengaduk pada Ekstraktor
Jenis : Flat Six Blade Turbine Agitator with Disk
Alasan : - Untuk viskositas sampai 25 cP
- Kecepatan pengadukan sampai 1.800 rpm (Wallas, hlm. 288)
a. Diameter pengaduk
Di = 0,5 x Dt
= 0,5 x 0,80m
= 0,40 meter
n Di ρcampuran
2
L-4.18
Institut Teknologi Indonesia
n Di ρcampuran
2
Re =
campuran
Dimana:
Np =5
Trial and error yang benar adalah bila hasil perhitungan Np persamaan (2)
mendekati nilai Np grafik yang diperoleh dari Gambar L4.3 antara Re dari
Persamaan (1) dengan Garis No. 1 yang diketahui berdasarkan jenis pengaduk
pada Fig. 477 Brown, yakni sebesar 5.
Nilai pada persamaan (1) dan (2) dengan metoda trial and error menggunakan kurva
no.15 Fig. 477 Brown hlm. 507, diperoleh:
L-4.19
Institut Teknologi Indonesia
= 1,12 Hp
P = 1,39 Hp ≈ 1,4 Hp
L-4.5.7 Nozzles pada Tangki
a. Peletakan Nozzles
L-4.20
Institut Teknologi Indonesia
Maka,
Di,opt = 3,9 × (0,06 0,45) × (89,08 0,13)
Di,opt = 0,247 inch
Diambil: Sch = 10S (App. K, Brownell and Young)
Nom = 0,25 inch
Do,std. = 0,54 inch
L-4.21
Institut Teknologi Indonesia
L-4.6 Pompa
Untuk memindahkan fluida dari satu proses ke proses lain, diperlukan alat berupa
pompa. Pompa terdapat pada bagian proses maupun alat penunjang (utilitas). Salah satu dari
beberapa pompa yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut.
Viskositas (ƞ) = 11 cP
= 0,011 Pa.s
Laju alir Volumentrik (Q) = 0,39 m3/batch
Temperatur (T) = 10 °C
Faktor kekasaran bahan (ε) = 0,015 mm (untuk Stainless Steel)
Dari asumsi panjang segmen pipa yang telah ditentukan, perlu dihitung nilai
pressure drop (∆P) tiap segmen pipa untuk akhirnya diperoleh spesifikasi pompa
sentrifugal (P-101).
L-4.6.3 Kalkulasi Pipa
1. Pipa 1
Panjang (L) =1m
Inside Diameter (ID) = 19,2 mm
= 0,0192 m (berdasarkan ID outlet nozzle WT-101)
Elevasi (Elv) = -1 m
Tekanan Masuk (Pin) = 125,59 kPa
1
Luas penampang (A) = × π × ID2
4
1 22
= × × (19,2 mm)2
4 7
= 290,37 mm2
= 0,029 m2
Diasumsikan fluida mengalir selama 25 menit, maka:
L-4.23
Institut Teknologi Indonesia
= 203,649 kg/jam
ṁ
Laju alir volumetrik (Q) =
ρ
203,649 kg/jam
=
522,03 kg/m3
= 0,39 m3/jam
Q
Kecepatan (v) =
A
1 jam
0,39 m3 /jam ×
60 detik
=
0,029 m2
= 2,41 m/detik
ρ × v × ID
Bil. Reynold (Re) =
µ
kg m
522,03 3 × 2,41 s × 0,0192 m
m
=
0,011 Pa.s
= 340
0,25
Friction (fD) = 2
ε
log ( 5,74 )
3,7 × ID +
Re0,9
0,25
= 2
0,015
log ( 5,74 )
3,7 × 0,0192 +
3400,9
= 0,105
fD
Head loss (H-loss) = L v2
ID
× 2g
0,105
=
1m (2,41 m/detik)2
.
0,0192 m 2 × 9,8 m/detik2
= 0,0389 m
Pressure drop (∆P) = ρ × g × H-loss
= 522,03 kg/m3 × 9,8 m/s2 × 0,0389 m
L-4.24
Institut Teknologi Indonesia
= -4,92 kPa
Pout = Pin – ∆P
= (125,59 – (-4,92)) kPa
= 130,50 kPa
100
∆P/100 = × ∆P
L
100
= × -4,92 kPa
2
= -492 kPa
80
Kec. maksimum (vmax) = √fD
4
×ρ
80
= √0,105
× 522,03 kg/m3
4
= 2,41 m/s
Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui nilai ID terkoreksi dengan melakukan
rekayasa matematika dengan menggunakan fitur solver. Namun karena nilai ∆P/100
harus < 5 kPa dan kecepatan aliran fluida pada pipa harus < dari kecepatan
maksimumnya, dapat digunakan ID outlet Mixer Settler (WT-101) yang telah ada
sebelumnya, yakni 0,0192 m (0,76 inch) dengan Nominal Pipe Size 0,5 in Sched. 10 pada
ID pipa standar. (Sumber: Brownell, appendix K, hlm. 387)
2. Pipa 2
Panjang (L) = 0,75 m
Inside Diameter (ID) = 19,2 mm
Elevasi (Elv) =0m
Tekanan masuk (Pin) = Pout – ∆P
= 130,487 kPa
Dengan metode yang sama seperti kalkulasi pada pipa 1, diperoleh beberapa data
yang sama, seperti kecepatan (v), Bilangan Reynold (Re), friction factor (fD), serta
kecepatan maksimum (vmax). Adapun nilai yang mengalami perubahan adalah H-loss, ∆P,
dan Pout, dengan hasil sebagai berikut:
Kecepatan (v) = 0,37 m/s
L-4.25
Institut Teknologi Indonesia
L-4.26
Institut Teknologi Indonesia
Dengan metode yang sama seperti kalkulasi pada pipa 1, diperoleh beberapa data
yang sama, seperti kecepatan (v), Bilangan Reynold (Re), friction factor (fD), serta
kecepatan maksimum (vmax). Adapun nilai yang mengalami perubahan adalah sebagai
berikut:
Head loss (H-loss) = 0,039 m
Tekanan keluar (Pout) = Pin pada segmen selanjutnya (Fitting 3)
= 131,94 kPa
Pressure drop (∆P) = 5,32 kPa
∆P/100 = 531,52 kPa
5. Pipa 5
Panjang (L) =1m
Inside Diameter (ID) = 19,2 mm
Elevasi (Elv) =0m
Tekanan masuk (Pin) = Pout + ∆P
= 131,92 kPa
Dengan metode yang sama seperti kalkulasi pada pipa 3, diperoleh beberapa data
yang sama, seperti kecepatan (v), Bilangan Reynold (Re), friction factor (fD), serta
kecepatan maksimum (vmax). Adapun nilai yang mengalami perubahan adalah sebagai
berikut:
Head loss (H-loss) = 0,039 m
Tekanan keluar (Pout) = 131,72 kPa
Pressure drop (∆P) = 0,199 kPa
∆P/100 = 19,92 kPa
L-4.6.4 Kalkulasi Fitting
1. Fitting 1
Tipe = elbow 90°
Jumlah =1
K value = 0,45 × 1
= 0,45
L-4.27
Institut Teknologi Indonesia
= 0,37 m/s
K value × v2
Head loss (H-loss) =
2g
= 0,0032 m
= 0,016 kPa
= 130,50 kPa
= 130,48 kPa
2. Fitting 2
Jumlah =1
K value = 0,45
Karena adanya pompa, maka proses kalkulasi dilakukan dengan mengacu pada
segmen pipa terakhir dengan Pout tetap pada 131,72 kPa. Dengan metode yang sama
seperti kalkulasi pada fitting 1, diperoleh beberapa data yang sama, seperti
kecepatan (v), pressure drop (∆P), serta head loss (H-loss). Adapun nilai yang
mengalami perubahan adalah sebagai berikut:
Tekanan masuk (Pin) = Pout + ∆P
= 137,27 kPa
= 137,25 kPa
L-4.28
Institut Teknologi Indonesia
3. Fitting 3
Jumlah =1
K value = 0,45
Dengan metode yang sama seperti kalkulasi pada fitting 1, diperoleh beberapa
data yang sama, seperti kecepatan (v), pressure drop (∆P), serta head loss (H-loss).
Adapun nilai yang mengalami perubahan adalah sebagai berikut:
Tekanan masuk (Pin) = Pout + ∆P
= 131,94 kPa
= 131,92 kPa
4. Valve 4
Tekanan masuk (Pin) = Pout + ∆P
= 169,19 kPa
Tipe = Control valve
Head loss (H-loss) = 6,2 m
Pressure drop (∆P) = 31,72 kPa
Tekanan keluar (Pout) = Tekanan masuk segmen setelahnya (Pipa 3)
= 137,47 kPa
L-4.6.6 NPSHA dan H-pump
P suction (Pout valve 2) = 91,46 kPa
Psuction – Puap v2
NPSHA = +
ρ×g 2g
= 4,81 m
= 81,31 kPa
∆P
Head Pump (H-pump) =
ρ ×g
81,31 kPa
=
522,03 kg/m3 × 9,8 m/s2
= 15,89 m
L-4.6.7 Daya Pompa
Dari data H-pump dan laju alir dengan melihat di grafik vendor pompa yang
menyediakan nilai NPSHR dan daya pompanya. Berikut ini salah satu grafik vendor
dari Sundyne yang hendak digunakan.
Dengan menarik garis antara Q (0,39 m3/jam) serta nilai TDH atau H-pump (15,89 m)
pada grafik pompa diatas, didapatkan data:
1 kW
Daya = 1 Hp ×
1,43102 Hp
= 0,75 kW
NPSHR = 2,1 m
Efisiensi = 30%
RPM = 1.750 rpm
L-4.31
Institut Teknologi Indonesia
Salah satu alat yang digunakan untuk memisahkan padatan dan cairan atau cairan-cairan
dengan perbedaan berat densitas pada proses produksi Gelatine adalah Decanter. Alat ini
berfungsi untuk memisahkan bahan berbentuk padatan dan cairan atau cairan-cairan dengan
perbedaan berat densitas. Salah satu yang digunakan ini berjenis Decanter Centrifuge dengan
spesifikasi sebagai berikut.
= 162,92 kg/jam
Kapasitas dengan overdesign 20% = 1,2 × 162,92 kg/jam
= 179,2 kg/jam
= 0,179 ton/jam
Berdasarkan Tabel A.3 Allan and Ken ed.1st, dipilih decanter dengan:
Kapasitas : 1 ton/jam
Tipe : Solid Bowl
Ukuran Partkel : 0,8-5.000 mikrometer
Kecepatan Maksimum : 1000 rot/menit
Daya Utama : 10 Hp
Daya Cadangan : 4 Hp
Dimensi Alat :
L-4.32
Institut Teknologi Indonesia
Panjang : 2,3 m
Lebar : 0,75 m
Tinggi : 1,1 m
Diameter Drum : 0,25 m
Untuk menampung fluida berfasa cair, baik bahan baku maupun produk, digunakan
tangki penyimpanan berbentuk silinder vertikal. Satu dari beberapa tangki silinder yang
digunakan dalam proses memiliki spesifikasi sebagai berikut.
3 1 lb/ft3
Densitas (ρ) = 901 kg/m ×
16,018 kg/m3
= 56,25 lb/ft3
Direncanakan fluida masuk tangki selama 5 menit, maka:
massa (kg)
Laju alir volumetrik masuk (Qin) =
densitas (kg/m3 )
60,12 kg/batch 1 batch 1 menit
= × ×
901 kg/m3 5 menit 60 detik
35,3147 ft3
= 0,0667 m3/detik ×
1 m3
= 2,36 ft3/detik
L-4.33
Institut Teknologi Indonesia
= 0,47 m3
L-4.8.3 Net Working Capacity (V1)
Berdasarkan Tabel 6, Plant Design and Economic for Chemical Engineers,
Max S. Peters, hlm. 37, untuk faktor keamanan diambil overdesign 20%, sehingga:
Volume fluida (VL) = 0,47 m3
Dengan overdesign sebesar 20% × 0,47 m3 = 0,09 m3 +
Volume tangki dengan faktor keamanan (V1) = 0,56 m3
L-4.8.4 Asumsi Dimensi Tangki
Berdasarkan Tabel 3 Diktat Storage Tank dengan VT = 0,56 m3 diperoleh data dimensi
tangki yang mendekati nilai V1 sebagai berikut.
Volume (V) = 7 m3
Diameter (D) = 3 m
Tinggi (H) =1m
Kapasitas nominal tangki adalah volume tangki ketika terisi dari bagian dasar hingga
bagian teratas lempengan silinder (setinggi HT).
L-4.34
Institut Teknologi Indonesia
Dari Diktat Perancangan Alat Proses, untuk menghitung nilai bagian-bagian tersebut
terlebih dahulu dikalkulasikan nilai diameter inside nozzle (d1) dan outlet nozzle (d2) melalui
perhitungan berikut ini.
Gambar L-4. 2 Pembagian Tinggi padaTangki Penyimpanan (Sumber: Diktat Perancangan Alat Proses)
= 0,13 m
3
H1 = h + d1 ht = 0,01 × hw
2
3
= 5,25 in + (0,25 in) = 0,01 × 0,71 m
2
L-4.36
Institut Teknologi Indonesia
1m
= 5,63 in × = 0,01 m
39,37 inch
= 0,14 m
3 Qout × 3 menit
H2 = × d2 hb =
2 π × D2
m3
3 0,17 × 3 menit
menit
= × (0,38 in) =
2 π × (1 m)2
1m
= 0,56 in × = 0,01 m
39,37 inch
= 0,014 m
L-4.8.6 Evaluasi Nominal Capacity
Syarat: VN < V, dengan V = 0,56 m3
π × D2
V2 = × hb
4
= 3,14 x ¼ m2 × 0,01 m
= 0,01 m3
π × D2
VN = (H1 + H2 + ht) × + V1 + V2
4
= ((0,14 + 0,014 + 0,01) m × 3,14 m2) + 0,56 m3 + 0,01 m3
= 0,71 m3
Dari hasil VN < V sehingga diameter dan tinggi tangki dapat digunakan.
L-4.8.7 Ketebalan Tangki
Berdasarkan Diktat Perancangan Alat Proses, dapat ditentukan nilai ketebalan
tangki melalui gambar berikut.
Dalam proses pretreatment kulit ikan nila, bahan baku harus ditreatment terlebih dahulu
sebelum dipisahkan melalui proses ektraksi menjadi gelatin. Pada bagian pencampuran ini
digunakan tangki berpengaduk, dengan spesifikasi sebagai berikut.
L-4.38
Institut Teknologi Indonesia
c. Densitas Campuran
= 0,3679 m3
Untuk faktor keamanan pada mixer diambil overdesign 20 % (Sumber : Tabel 6, Plant
Design and Economic for Chemical Engineers, Max S.Peters, hlm. 37), sehingga:
Volume Mixer Settler (VT) = 1,2 Volume cairan
= 1,2 0,3679 m3
= 0,4415 m3
H
Diambil : = 2; maka H = 2 D
D
L-4.39
Institut Teknologi Indonesia
π π
Volume Mixer Settler (VT) = D2 H = D3
4 2
2 VT
D3 =
π
2 × 0,4415 m3
=
3,14
= 0,2812 m3
D = ID
3
= √0,2812 m3 = 0,66 m = 25,80 inch
r = ID/2
1,97 m
= = 0,33 m = 12,90 inch
2
H = 2D = 1,97 m = 51,61 inch
b. Tebal tangki
= 8,03
3,14
4
0,37 2
= 1,09 m
Tekanan desain
14,5038 psi
Poperasi = 1,32 bar × = 19,10 psi
1 bar
g = 9,8 m/s2
Phidrostatik = ρcairan hcairan g
591,97 kg 9,8 m
= 3
1,09 m
m s2
1 N/m2 1 bar
= 6.334,34 kg/m.s2 × 1 kg/m.s2 × 10 −5 N/m2
L-4.40
Institut Teknologi Indonesia
14,5038 psi
= 0,063 × = 0,92 psi
1 bar
= 24,03 psi
= 1,64
Dimana:
L-4.41
Institut Teknologi Indonesia
ID = OD – (2 ts)
= 26 – (2 3/16)
= 25,62 inch = 0,651 m
L-4.9.4 Head Tangki
Bentuk : Torispherical head (flange and dished head)
Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 3 Type 304
d. Tebal head
Berdasarkan Tabel 5.7 Brownell & Young, hlm. 89 untuk Mixer Settler dengan
OD = 26 inch memiliki:
icr = 1,625 inch
r = 24 inch
icr/r = 6,77% > 6%, sehingga memenuhi untuk Torispherical head.
(Sumber: Brownell and Young, hlm. 88)
Berdasarkan Brownell and Young hlm. 256 – 258, karena icr/r > 6 % maka
persamaan yang digunakan untuk menghitung tebal head adalah Persamaan 7.76
dan 7.77, Brownell and Young, hlm. 138.
1
W = (3 rc /r1 ) (Persamaan 7.76, Brownell & Young)
4
Dimana:
W = Faktor intensifikasi stress untuk torispherical dished heads (inch)
L-4.42
Institut Teknologi Indonesia
= 3,69 inch
P rc W
tH = C (Persamaan 7.77, Brownell & Young)
(2 f E) (0,2 P)
Dimana:
tH = Tebal head tangki (inch)
P = Tekanan desain = 24,03 psi
rc = Jari-jari head (inch) = 26 inch
f = Tegangan maksimum yang diinginkan (allowable stress), karena
menggunakan bahan: Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316, maka
berdasarkan Appendix D Brownell & Young hlm. 342, didapatkan nilai
tegangan maksimum = 18.750 psi
E = Efesiensi penyambungan, karena menggunakan tipe penyambungan:
double welded butt joint tanpa radiografi, maka berdasarkan Tabel 13.2
Brownell & Young hlm. 254, didapatkan nilai 80% = 0,80
C = Nilai korosi alat. Umur silo diperkirakan 10 tahun, sehingga: 0,0125
inch/tahun × 10 tahun, maka C = 0,125 inch
sehingga:
24,03 psi 26 inch 3,69 inch
tH = 0,125 inch
(2 18.750 psi 0,8) (0,2 24,03 psi)
tH = 0,192 inch
Berdasarkan Tabel 5.6 Brownell & Young hlm. 88, diambil tebal standar tangki (tH)
= 0,25 in.
b. Tinggi head
Berdasarkan Tabel 5.6, Brownell & Young hlm. 88, untuk tH = 0,25 inch:
Standart straight flange (Sf) = 1,5 – 2,5 inch (dipilih Sf = 2,5 inch).
L-4.43
Institut Teknologi Indonesia
c. Volume head
Bentuk head yang dipilih adalah: Flange and Dish Head (torispherical)
Bagian lengkung torispherical head (Vh’)
Dianggap icr/r = 6% (tanpa bagian straight flange)
Vh’ = 0,000049 ID3 (Pers 5.11 Brownell and Young hlm. 88)
= 0,000049 (25,62)3
= 0,82 in3
= 0,0005 ft3
L-4.44
Institut Teknologi Indonesia
VT = Vshell + Vh
Vshell = VT - Vh
= 0,4415 - 0,0212
= 0,4203 m3
Vshell = π/4 ID2 Hshell
Vshell
Hshell =
π x ID 2
4
0,4203 m 3
= 22
7
0,662
4
= 1,26 meter
Ht = Hshell + (2 × OA)
L-4.45
Institut Teknologi Indonesia
Gambar L-4.Gambar
3 Desain L-4.
standar
4 untuk
Desaintangki
standar
berpengaduk
untuk tangki
berpengaduk
L-4.46
Institut Teknologi Indonesia
VL
hcairan =
π ID 2
4
0,37 m 3
= 22
7
(0,65 in) 2
4
= 1,11 meter
Hbottom = OA
= 0,18 m
Hcairan max = hcairan + Hbottom
= (1,11 + 0,18) meter
= 1,29 meter
c. Jumlah pengaduk
ZL = Tinggi cairan maksimum = Hcairan max = 1,29 m
Dt = Diameter dalam mixer = ID = 0,65 m
ƞcampuran = 16,05 cP
ZL 1,29 m
=
Dt 0,65 m
= 1,99
Jumlah pengaduk ditentukan berdasarkan pada perbandingan ketinggian cairan
terhadap diameter Mixer Settler (ZL/Dt) dan viskositas bahan (). Berdasarkan
penjelasan dari Wallas hlm. 288, cairan dengan viskositas < 25.000 cp dan ZL/Dt =
1,99, maka diperoleh jumlah pengaduk = 2 buah
L-4.47
Institut Teknologi Indonesia
Dimana:
Zi = Ketinggian tepi bawah blade dari dasar tangki (meter)
Di = Diameter pengaduk
= 0,21 meter
Diambil harga Zi/Di = 1,3 , maka :
Zi = 1,3 × Di
= 1,3 × 0,80 m
= 0,22 meter
e. Menentukan daya pengadukan
Bilangan Reynold (Re)
ƞcampuran = 16,05 cP = 0,016 kg/m.s
campuran = 591,97 kg/m3
Di = Diameter pengaduk
= 0,22 meter
n Di ρcampuran
2
n Di ρcampuran
2
Re =
campuran
Dimana :
VL = 0,37 m3
L-4.48
Institut Teknologi Indonesia
1 gallon
= 0,37 m3
0,003785m3
= 97,19 gallon
Untuk 1000 gallon diperlukan P = 5 Hp (slurries)
(Sumber : Wallas, hlm. 292)
5 Hp
P = 97,19 gallon
1000 gallon
= 0,49 Hp
745,7 Watt 0,10197 kg.m/s
= 0,49 Hp
1 Hp 1 Watt
= 36,95 kg.m/.s
g = 9,8 m/s2
36,95 kg.m/s 9,8 m/s 2
Np =
591,97 kg/m 3 n 3 (0,65m)5
1.272,60
= ............... (2)
n3
Trial and error yang benar adalah bila hasil perhitungan Np persamaan (2)
mendekati nilai Np grafik yang diperoleh dari Gambar L4.3 antara Re dari
L-4.49
Institut Teknologi Indonesia
Persamaan (1) dengan Garis No. 1 yang diketahui berdasarkan jenis pengaduk
pada Fig. 477 Brown, yakni sebesar 5.
Nilai pada persamaan (1) dan (2) dengan metoda trial and error menggunakan kurva
no.1 Fig. 477 Brown hlm. 507, diperoleh:
n = 380 rpm = 6,3 rps
Re = 10.999,76
Trial berhasil, saat Np dari pers. 2 mendekati nilai dari Np pada grafik. Karena Re
yang diperoleh > 10.000, maka diperoleh persamaan :
K T n 3 Di
5
= 0,47 Hp
L-4.50
Institut Teknologi Indonesia
P = 0,58 Hp ≈ 0,6 Hp
L-4.9.7 Nozzles pada Tangki
a. Peletakan Nozzles
L-4.51
Institut Teknologi Indonesia
L-4.52
Institut Teknologi Indonesia
Dipilih:
Do,std. = 20 inch (Sumber : Item 3,hlm. 350, Brownell and Young)
L-4.10 Ekstraktor
Dalam proses ekstraksi gelatin, setiap bahan baku harus dicampur terlebih dahulu
sebelum dimurnikan melalui proses pemisahan. Pada bagian pencampuran ini digunakan
tangki berpengaduk dengan jaket pendingin untuk menjaga temperatur operasi, dengan
spesifikasi sebagai berikut.
M ρ ρ . xi
Komponen Xi
(kg/jam) (kg/m3) (kg/m3)
Feed 17,91 0,57 945 541,23
Citric Acid 0,26% 13,36 0,43 580 247,78
Total 31,17 1 1.942,91 789
L-4.53
Institut Teknologi Indonesia
= 0,0793 m3
Untuk faktor keamanan pada mixer diambil overdesign 20 % (Sumber : Tabel 6, Plant
Design and Economic for Chemical Engineers, Max S.Peters, hlm. 37), sehingga:
Volume Mixer Settler (VT) = 1,2 Volume cairan
= 1,2 0,0793 m3
= 0,0951 m3
L-4.10.3 Diameter Ekstraktor
a. Diameter dalam (ID) dan tinggi mula-mula (H)
H
Diambil : = 2; maka H = 2 D
D
π π
Volume Mixer Settler (VT) = D2 H = D3
2 2
2 VT
D3 =
π
2 × 0,0951 m3
=
3,14
= 0,061 m3
D = ID
3
= √0,061 m3 = 0,39 m = 15,47 inch
r = ID/2
0,39 m
= = 0,20 m = 7,73 inch
2
H = 2D = 0,78 m = 30,94 inch
L-4.54
Institut Teknologi Indonesia
b. Tebal ekstraktor
= 0,08
3,14
4
0,39 2
= 0,65 m
Tekanan desain
14,5038 psi
Poperasi = 2,03 bar × = 29,39 psi
1 bar
g = 9,8 m/s2
Phidrostatik = ρcairan hcairan g
789 kg 9,8 m
= 3
0,65 m
m s2
1 N/m2 1 bar
= 5.061,69 kg/m.s2 × ×
1 kg/m.s2 10 −5 N/m2
14,5038 psi
= 0,05 bar × = 0,73 psi
1 bar
Dimana:
L-4.55
Institut Teknologi Indonesia
ID = OD – (2 ts)
= 16 – (2 1)
= 15,62 inch = 0,397 m
e. Tebal head
Berdasarkan Tabel 5.7 Brownell & Young, hlm. 89 untuk Mixer Settler dengan
OD = 16 inch memiliki:
icr = 1 inch
r = 15 inch
icr/r = 0,0667 > 6%, sehingga memenuhi untuk Torispherical head.
(Sumber: Brownell and Young, hlm. 88)
Berdasarkan Brownell and Young hlm. 256 – 258, karena icr/r > 6 % maka
persamaan yang digunakan untuk menghitung tebal head adalah Persamaan 7.76
dan 7.77, Brownell and Young, hlm. 138.
1
W = (3 rc /r1 ) (Persamaan 7.76, Brownell & Young)
4
Dimana:
W = Faktor intensifikasi stress untuk torispherical dished heads (inch)
rc = Radius of crown = r = 15 inch
r1 = Inside corner radius = icr = 1 inch
maka:
1
W= (3 15/1)
4
= 3,75 inch
P rc W
tH = C (Persamaan 7.77, Brownell & Young)
(2 f E) (0,2 P)
Dimana:
tH = Tebal head tangki (inch)
P = Tekanan desain = 36,15 psi
rc = Jari-jari head (inch) = 16 inch
f = Tegangan maksimum yang diinginkan (allowable stress), karena
menggunakan bahan: Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316, maka
berdasarkan Appendix D Brownell & Young hlm. 342, didapatkan nilai
tegangan maksimum = 18.750 psi
L-4.57
Institut Teknologi Indonesia
b. Tinggi head
Berdasarkan Tabel 5.6, Brownell & Young hlm. 88, untuk tH = 0,19 inch:
Standart straight flange (Sf) = 1,5 – 2 inch (dipilih Sf = 2 inch).
Dari Tabel 5.7 Brownell & Young untuk OD = 16 inch:
tH = 0,19 inch
icr = 1 inch
r = 16 inch
Untuk menghitung tinggi head, digunakan penjelasan pada Figure 5.8, Brownell and
Young hlm. 87
c. Volume head
Bentuk head yang dipilih adalah: Flange and Dish Head (torispherical)
Bagian lengkung torispherical head (Vh’)
Dianggap icr/r = 6% (tanpa bagian straight flange)
Vh’ = 0,000049 ID3 (Pers 5.11 Brownell and Young hlm. 88)
= 0,000049 (15,47)3
= 0,187 in3
= 0,0001 ft3
VT = Vshell + Vh
Vshell = VT - Vh
L-4.59
Institut Teknologi Indonesia
= 0,0951 - 0,0063
= 0,0888 m3
Vshell = π/4 ID2 Hshell
Vshell
Hshell =
π x ID 2
4
0,0888 m 3
= 22
7
0,402
4
= 0,72 meter
Ht = Hshell + (2 × OA)
= 0,72 + (2 × 0,55)
= 0,97 meter
L-4.60
Institut Teknologi Indonesia
0,40 m
=
3
= 0,13 meter
f. Jumlah pengaduk
ZL = Tinggi cairan maksimum = Hcairan max = 0,77 m
Dt = Diameter dalam mixer = ID = 0,40 m
ƞcampuran = 7,5 cP
L-4.61
Institut Teknologi Indonesia
ZL 0,77 m
=
Dt 0,40 m
= 1,93
Jumlah pengaduk ditentukan berdasarkan pada perbandingan ketinggian cairan
terhadap diameter Mixer Settler (ZL/Dt) dan viskositas bahan (). Berdasarkan
penjelasan dari Wallas hlm. 288, cairan dengan viskositas < 25.000 cp dan ZL/Dt =
1,93, maka diperoleh jumlah pengaduk = 2 buah
Dimana:
Zi = Ketinggian tepi bawah blade dari dasar tangki (meter)
Di = Diameter pengaduk
= 0,21 meter
Diambil harga Zi/Di = 1,3 , maka :
Zi = 1,3 × Di
= 1,3 × 0,40 m
= 0,13 meter
h. Menentukan daya pengadukan
Bilangan Reynold (Re)
ƞcampuran = 7,5 cP = 0,0075 kg/m.s
campuran = 789 kg/m3
Di = Diameter pengaduk
= 0,13 meter
n Di ρcampuran
2
L-4.62
Institut Teknologi Indonesia
n Di ρcampuran
2
Re =
campuran
Dimana:
VL = 0,08 m3
1 gallon
= 0,08 m3
0,003785m3
= 20,94 gallon
Untuk 1000 gallon diperlukan P = 5 Hp (slurries)
(Sumber: Wallas, hlm. 292)
5 Hp
P = 20,54 gallon
1000 gallon
= 0,1 Hp
745,7 Watt 0,10197 kg.m/s
= 0,1 Hp
1 Hp 1 Watt
= 7,96 kg.m/.s
g = 9,8 m/s2
7,96 kg.m/s 9,8 m/s 2
Np =
789 kg/m 3 n 3 (0,40m)5
2.440,93
= ............... (2)
n3
L-4.63
Institut Teknologi Indonesia
Trial and error yang benar adalah bila hasil perhitungan Np persamaan (2)
mendekati nilai Np grafik yang diperoleh dari Gambar L4.3 antara Re dari
Persamaan (1) dengan Garis No. 1 yang diketahui berdasarkan jenis pengaduk
pada Fig. 477 Brown, yakni sebesar 5.
Tabel L-4. 8 Trial and error power number (NP) pada Ekstraktor
Nilai pada persamaan (1) dan (2) dengan metoda trial and error menggunakan kurva
no.1 Fig. 477 Brown hlm. 507, diperoleh:
n = 472 rpm = 7.87 rps
Re = 14.483,59
L-4.64
Institut Teknologi Indonesia
Trial berhasil, saat Np dari pers. 2 mendekati nilai dari Np pada grafik. Karena Re
yang diperoleh > 10.000, maka diperoleh persamaan :
K T n 3 Di
5
= 0,1 Hp
P = 0,13 Hp ≈ 0,1 Hp
L-4.65
Institut Teknologi Indonesia
L-4.66
Institut Teknologi Indonesia
1. Air
Pemanas Steam
Tin= 110 °C= 230 F= 383,15 K
Tout= 90 °C= 194 F= 363,15 K
Ρ= 1,173590226 kg/m3
Μ= 0,0125 Cp
Cp= 1,39E+02 Btu/LbF
K= 5,03E-02 Btu/ft2jamF
V= 2,11E-01 kg/jam= 4,66E-01 lbm/jam
Q= 1,80E-01 m3/jam
L-4.67
Institut Teknologi Indonesia
2. Air yang
dipanaskan Slurry
Tin= 10 °C= 50 F= 283,15 K
Tout= 56,8 °C= 134,24 F= 329,95 K
Ρ= 789,0097 kg/m3
Μ= 7,5000 Cp
Cp= 4,29E+02 Btu/LbF
K= 3,05E+04 Btu/ft2jamF
V= 3,13E+01 kg/jam= 3,13E+01 lbm/jam
b. Menentukan LMTD
Dimana :
LMTD (T, Selisih temperatur rata-rata
=
lm) logaritmik (F)
Temperatur fluida masuk ke dalam
T1 = = 110 °C =230 F =383,150 K
shell (diluar tubes) (F)
Temperatur fluida masuk ke
T2 = = 90 °C =194 F =363,150 K
luar shell (F)
Temperatur fluida yang masuk
t1 = = 10 °C =50 F =283,150 K
ke dalam tube (F)
Temperatur fluida keluar dari
t2 = = 57 °C =134 F =329,950 K
tube (F)
(230 - 134) F - (194 - 50)F
LMTD =
( 230 134)
ln F
(194 - 50)
= 118,24 F
c. Menentukan Volume Jaket
t = 2 jam
Q = 0,18 m3/jam
Vj =Qxt
= 0,18 m3/jam x 2 jam
L-4.68
Institut Teknologi Indonesia
= 0,36 m3
d. Menentukan Diameter Jaket
IDj= ODs = 16 inch = 0,3945 m = 1,2941 ft
Hj = 5% lebih tinggi dari Hcairan
= (5% x 0,767) m + 0,767 m
= 0,8054 m = 31,7087 inch
OA = 4,85681 inch = 0,1259 m
= 0,7039 m
ODj = 0,70390,5 m
LMTD = 118,244 F
Cp = 138,8880 Btu/lb.F
k= 0,0503 Btu/jam.ft.F
ƞ= 0,0125 cP 0,0303 lb/ft.jam
ƞw = cP 18,1432 lb/ft.jam
7,5000
N= 40,00 rpm 2400,0 rad/jam
L-4.69
Institut Teknologi Indonesia
hjDj/k = 1499,49
Dj = ODj = 2,753 ft
= 27,338 Btu/jam.ft.F
Hio = hj x (IDj/ODj)
= 27,338 x (1,2941/2,753)
= 12,877 Btu/jam.ft.F
= 8,76 Btu/jam.ft.F
Rd = 0,002 1/Btu/jam.ft.F
Hd = 1/Rd
= 1/0,002
= 500 Btu/jam.ft.F
= 8,61 Btu/jam.ft.F
= 4,33 m2
L-4.70
Institut Teknologi Indonesia
Komposisi Total
Komponen ρ (kg/m3) Massa (kg/jam) Xi ρ.Xi (kg/m3)
CaCO3 2710,0000 0,0010 0,00 0,0372
Na2CO3 2540,0000 0,0009 0,00 0,0322
H2O 427,41 56,77010897 0,796647656 340,494962
NaOH 336,25 0,000931852 1,30766E-05 0,004396957
C6H8O7 428,15341 0,139558686 0,001958409 0,83849955
C102H151N31O39 988,4 14,3487717 0,201354472 2,889189355
TOTAL 71,2613 1 344,2964
11 cP (Ward, 1977)
L-4.71
Institut Teknologi Indonesia
kg
campuran = 344,2964
m3
massa
Volume cairan (VL) =
densitas
570 kg
=
344,296 kg/m3
= 1,66 m3
Untuk faktor keamanan pada mixer diambil overdesign 20 % (Sumber : Tabel 6, Plant
Design and Economic for Chemical Engineers, Max S.Peters, hlm. 37), sehingga:
Volume Mixer Settler (VT) = 1,2 Volume cairan
= 1,2 1,66 m3
= 1,99 m3
L-4.11.3 Diameter Tangki
a. Diameter dalam (ID) dan tinggi mula-mula (H)
H
Diambil : = 2; maka H = 2 D
D
π π
Volume Mixer Settler (VT) = D2 H = D3
2 2
2 VT
D3 =
π
2 × 1,99m3
=
3,14
= 1,27 m3
D = ID
3
= √1,27 m3 = 1,082 m = 42,60 inch
r = ID/2
1,082 m
= = 0,541 m = 21,3 inch
2
H = 2D = 2,164 m = 85,2 inch
b. Tebal ekstraktor
L-4.72
Institut Teknologi Indonesia
VL
hcairan =
π ID 2
4
= 1,66
3,14
4
1,0822
= 1,8 m
Tekanan desain
14,5038 psi
Poperasi = 2,03 bar × = 29,39 psi
1 bar
g = 9,8 m/s2
Phidrostatik = ρcairan hcairan g
344,3 kg 9,8 m
= 3
1,8 m
m s2
1 N/m2 1 bar
= 6.082,8 kg/m.s2 × 1 kg/m.s2 × 10 −5 N/m2
14,5038 psi
= 0,06 bar × = 0,88 psi
1 bar
= 30,27 psi
= 2,06 bar
Tebal tangki
(P × r)
t = (𝑓 × E)−(0,6 ×P) + C (Pers. 14.34, Brownell & Young)
Dimana:
L-4.73
Institut Teknologi Indonesia
ID = OD – (2 ts)
= 48 – (2 3/16)
= 47,62 inch = 1,21 m
L-4.11.4 Head Tangki
Bentuk : Torispherical head (flange and dished head)
Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 3 Type 304
L-4.74
Institut Teknologi Indonesia
f. Tebal head
Berdasarkan Tabel 5.7 Brownell & Young, hlm. 89 untuk Mixer Settler dengan
OD = 48 inch memiliki:
icr = 3 inch
r = 48 inch
icr/r = 0,0625 > 6%, sehingga memenuhi untuk Torispherical head.
(Sumber : Brownell and Young, hlm. 88)
Berdasarkan Brownell and Young hlm. 256 – 258, karena icr/r > 6 % maka
persamaan yang digunakan untuk menghitung tebal head adalah Persamaan 7.76
dan 7.77, Brownell and Young, hlm. 138.
1
W = (3 rc /r1 ) (Persamaan 7.76, Brownell & Young)
4
Dimana:
W = Faktor intensifikasi stress untuk torispherical dished heads (inch)
rc = Radius of crown = r = 48 inch
r1 = Inside corner radius = icr = 3 inch
maka:
1
W= (3 48/3)
4
= 4 inch
P rc W
tH = C (Persamaan 7.77, Brownell & Young)
(2 f E) (0,2 P)
Dimana:
tH = Tebal head tangki (inch)
P = Tekanan desain = 30,27 psi
rc = Jari-jari head (inch) = 48 inch
f = Tegangan maksimum yang diinginkan (allowable stress), karena
menggunakan bahan: Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316, maka
L-4.75
Institut Teknologi Indonesia
sehingga:
30,27 psi 48 inch 4 inch
tH = 0,125 inch
(2 18.750 psi 0,8) (0,2 30,27 psi)
tH = 0,23 inch
Berdasarkan Tabel 5.6 Brownell & Young hlm. 88, diambil tebal standar tangki (tH)
= 0,25 in.
b. Tinggi head
Berdasarkan Tabel 5.6, Brownell & Young hlm. 88, untuk tH = 0,25 inch:
Standart straight flange (Sf) = 1,5 – 2,5 inch (dipilih Sf = 2,5 inch).
Dari Tabel 5.7 Brownell & Young untuk OD = 16 inch:
tH = 0,25 inch
icr = 3 inch
r = 48 inch
Untuk menghitung tinggi head, digunakan penjelasan pada Figure 5.8, Brownell and
Young hlm. 87
L-4.76
Institut Teknologi Indonesia
L-4.77
Institut Teknologi Indonesia
Salah satu alat yang digunakan untuk memisahkan garam mineral dengan bantuan
membrane dan dipisahkan berdasarkan ukuran partikel. Alat ini berfungsi untuk memisahkan
bahan berbentuk padatan dan cairan atau cairan-cairan dengan perbedaan ukuran partikel.
Salah satu yang digunakan ini berjenis Ultra Filter dengan spesifikasi sebagai berikut.
L-4.78
Institut Teknologi Indonesia
kg
Kapasitas pemotongan = 71,26
jam
Evaporator berfungsi mengubah pelarut sebuah larutan dalam fasa cair menjadi
uap. Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar panas dan untuk memisahkan
uap yang terbentuk dari cairan. Pada Evaporator V-101, pelarut yang akan diuapkan adalah
air. Spesifikasi sebagai berikut :
L-4.79
Institut Teknologi Indonesia
53,47 kg/jam
= 553,4961 kg/m³
= 0,097 m³/jam
= 8,98 m³/jam
L-4.80
Institut Teknologi Indonesia
3
ID = √2,955 m³
= 1,435 m
𝐷 1,435 m
r = =
2 2
= 0,72 m
H = 3ID
H = 3 × 1,435 m
= 4,305 m
𝑙𝑉
Ketinggian ruang cair (HL) = 0,25×𝜋×𝐷²
0,07 m³
= 0,25×𝜋×(1,435 m)²
= 0,046 m
OD tube = 0,025 m
ID tube = 0,0183 m
L-4.81
Institut Teknologi Indonesia
Ketebalan = 0,00335 m
= 2 tube
𝑃𝑥𝑟
t = +𝑐
𝑓 𝑥 𝐸−0,6 𝑥 𝑃
Dari Tabel A3.1 buku Heat exchanger selection, design, and construction - Saunder, diketahui :
Ids = 0,489 m
= 18750 psi
E = Welded Joint efficency
menggunakan single butt welded
=
joint
= 0,8500
C = Faktor Korosi
= 0,1250 in
L-4.82
Institut Teknologi Indonesia
Dengan demikian :
tm kalkulasi = 0,1244 in
Dipilih tebal standar :
tm standar = 0,1340 in
Diketahui bahwa tebal tube minimum :
tm standar = 0,1340 in 0,003404 m
L-4.14 Compressor
Pada proses produksi Gelatine digunakan pula kompresor, yang berfungsi untuk
memindahkan sekaligus menaikkan tekanan gas. Satu dari beberapa kompresor yang
digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut.
Kode alat : JC-101
Fungsi : Sebagai alat untuk memompa uap air dari Evaporator (V-101) menuju
Condensor (CD-101), serta menaikkan tekanan hingga tekanan saturasi.
Fasa : Gas
Tipe : Centrifugal Compressor
Jumlah : 1 unit
Data :
Massa bahan (m) = 6,2291 kg/jam = 13,8872 lbm/jam
Pin = 1,21 bar = 1,2 atm = 17,48 psi
Pout = 1,23 bar = 1,21atm = 17,77 psi
P×M
ρ =
R×T
dimana:
L-4.83
Institut Teknologi Indonesia
maka:
6,2991 kg/batch
=
0,7015 kg/m3
= 8,9797 m3/batch
L-4.14.3 Nilai Z
Berdasarkan Appendix B Chemical Engineering Thermodynamics – Smith, Van
Ness dan Abbot hlm. 632, diketahui nilai Pc, Tc, dan ω untuk masing – masing
komponen sebagai berikut:
Tc Pc n Yi
Komponen
K bar (kmol/batch) kg/kmol
Uap Air 132,2 37,45 0,35 1
Dari Persamaan yang terdapat pada Smith, Van Ness dan Abbot hlm. 90, dapat
diketahui nilai Tr dan Pr, sebagai berikut.
T Pin Pout
Tr = Pr = Pr1 = =
Tc Pc Pc
378,15 K 1,21 bar 1,23 bar
= =
132,2 K 37,45 bar 37,45 bar
L-4.84
Institut Teknologi Indonesia
Untuk menghitung kapasitas panas, digunakan persamaan dari Smith Van Ness,
Chemical Engineering Thermodynamics hlm. 35, dengan perhitungan sebagai berikut.
Komponen A B C D E
Uap Air 3,355.E+00 5,75.E-04 0 -1,6.E-07 0
L-4.85
Institut Teknologi Indonesia
= 0,002 Hp ≈ 0,002 Hp
= 0,136 ft2
L-4.88
Institut Teknologi Indonesia
Nilai A dibawah 200 ft 2, dengan demikian tipe alat penukar panas yang digunakan adalah
Double Pipe Heat Exchanger.
Berdasarkan Tabel 6.2 Kern (1965) – Process Heat Transfer hlm. 843,
diasumsikan HE dengan spesifikasi: 2 × 1¼ inch IPS
De = 0,915 inch = 0,0762 ft
D’e = 0,4 inch = 0,0333 ft
L-4.89
Institut Teknologi Indonesia
= 521,8 = 5284,94
Koefisien perpindahan panas Koefisien perpindahan panas lapisan
lapisan luar, ho dalam, hi
Dari Fig. 28 Kern (1965), pada nilai Dari Fig. 24 Kern (1965), pada nilai Rep,
Rea, diketahui jH: diketahui jH :
jH = 10 jH = 20
k = 0,5367 Btu/jam.ft2.°F k = 0,0246 Btu/jam.ft2.°F
Cp = 1,08 Btu/(lbm.°F) Cp = 0,45 Btu/(lbm.°F)
1 1⁄
jH ×k Cp × ƞ ⁄3 jH ×k Cp × ƞ 3
ho = ( ) hi = ( )
De k D k
1⁄ 1⁄
10 × 0,5367 1,08 × 0,4259 3 20 × 0,0246 0,45 × 0,00288 3
= ( ) = ( )
0,08 0,5367 0,12 0,0246
= 67 Btu/jam.ft .°F 2
= 3,458 Btu/jam.ft2.°F
ID
hio = hi × OD
= 2,874 Btu/jam.ft2.°F
L-4.90
Institut Teknologi Indonesia
L-4.15.6 UD terkoreksi
ANNULUS INNER PIPE
(Fluida Dingin) (Fluida Panas)
= 34,69 ft2
Dari Tabel 11 Kern hlm. 844 untuk 1¼ in, aop = 0,44 ft2/ft
A
maka panjang pipa =
aop
34,69 ft2
=
0,44 ft2 /ft
= 79,74 ft
= 80 ft
Luas transfer panas sebenarnya, Aact = Lact × aop
= 80 ft × 0,44 ft2/ft
= 34,69 ft2
Q
UD =
Aact × ∆t
13.395 Btu/batch
= 2
34,69 ft × 255,55 °F
= 2,749 Btu/jam.ft2.°F
UC × UD
RD =
UC + UD
2,756 × 2,749
=
2,756 + 2,749
D2 = 0,17 ft D = 0,12 ft
D1 = 0,14 ft
Da’ = D2 - D1 = 0,03 ft
Ga = 2.918,7 lbm/jam.ft2 Gp = 1.321,995 lbm/jam.ft2
ƞ = 0,426 lbm/ft.jam ƞ = 0,0288 lbm/ft.jam
Da ' × Ga D × Gp
Rea = ƞ
Rep = ƞ
lbm 2 lbm 2
0,03 ft × 2.918,71 .ft 0,12 ft × 1.321,995 .ft
jam jam
= lbm = lbm
0,426 .jam 0,0288 .jam
ft ft
= 232,409 = 5.285
0.42
f = 0,0035 + 0,264/(Rea) f = 0,0035 + 0,264/(Rep)0.42
= 0,0035 + 0,264/232,409.42 = 0,0035 + 0,264/5.285.42
= 0,03 = 0,011
ρ = 16,82 lbm/ft3 ρ = 0,0438 lbm/ft3
16,82 0,04381
s = 62,5
= 0,2692 s = = 0,0007
62,5
L-4.92
Institut Teknologi Indonesia
Ga
Velocity, V =
3.600 × ρ
2.918,7 lbm/jam.ft2
= 3.600 s
× 16,82 lbm/ft3
1 jam
= 0,048 ft/s
3V2
Fl =
2g'
3 ×(10,29 ft/s)2
= 2 × 32,15 ft/s2
= 0,00011 ft
( ∆Fa+Fl )s
∆Pa = 144
(0,01028 + 0,00011) × 0,2692
= ∆Fp × ρ
144
∆Pp = 144
= 0,0000194 psi
32,481 × 0,0438
= 144
Selain decanter dan ultrafilter, digunakan pula Filter Press untuk memisahkan Gelatine
dari proporsi air yang berlebih, dengan cara di press padatan akan tersaring pada Filter Cloth.
Untuk itu digunakan alat berupa Filter Press, dengan spesifikasi sebagai berikut.
Filtrat
M ρ ρ . xi
Komponen Xi
(kg/jam) (kg/m3) (kg/m3)
H2O 23,0427 1 424,088 424,088
Total 23,0427 1 424,088
3 0,0624 lbm/ft3
Densitas filtrat = 424,088 kg/m ×
1 kg/m3
= 26,476 lbm/ft3
Cake
M ρ ρ . xi
Komponen Xi
(kg/jam) (kg/m3) (kg/m3)
Gelatine 14,3488 0,2 424,088 84,8176
H2O 3,5872 0,8 988,4 790,720
Total 17,936 1 875,5376
0,0624 lbm/ft3
Densitas cake = 875,5376 kg/m3 ×
1 kg/m3
= 54,6596 lbm/ft3
B. Viskositas
Filtrat
M ƞ ƞ . xi
Komponen Xi
(kg/batch) (cP) (kg/m3)
H2O 23,0427 1 1 1
L-4.94
Institut Teknologi Indonesia
Total 23,0427 1 1
= 23,0427 / 424,088
= 0,017 m3/jam
= 17 L/jam x 1 jam
= 17 L
= 17,936 / 875,5376
= 0,014 m3/jam
= 14 L/jam x 1 jam
= 14 L
Pemilihan alat filter press berdasarkan vendor Draco Toro- didapat kapasitas yang pas yaitu :
Model = FPSA 47
Volume Cake = 21 L
Jumlah Plates =5
L-4.95
Institut Teknologi Indonesia
Jumlah Chamber =4
Panjang = 1,5 m
Lebar = 1,1 m
Tinggi = 1,3 m
M ρ ρ . xi
Komponen xi
(kg/jam) (kg/m3) (kg/m3)
C102H151N31O39 14,349 0,8 988,4 790,72
H2O 3,587 0,2 424,1 84,82
Total 17,936 1 875,54
L-4.96
Institut Teknologi Indonesia
= 1,94 kg/jam
Massa Gelatin Kering = Massa C102H151N31O39 + Massa H2O dalam Gelatin
= 14,349 + 1,94 kg/jam
= 16,14 kg/jam
Massa H2O yang harus diuapkan
Massa C102H151N31O39 uap = 14,349 – 14, 21 kg/jam
= 0,14 kg/jam
𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝐻2𝑂 𝑥 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 H2O dalam Gelatin
Massa H2O dalam Gelatin ikut Uap = 1−𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝐻2𝑂
0,12 𝑥 1,94
= 1−0,12
= 0,02 kg/jam
Massa H2O yang menguap = M H2O – M H2O dalam Gelatin – M H2O dalam Gelatin ikut Uap
= 3,59 – 1,94 – 0,02 kg/jam
= 1,63 kg/jam
Volume Larutan dalam Tangki Spray Dryer
kg
Massa = 17,936
jam
kg
campuran = 875,54
m3
massa
Volume cairan (VL) =
densitas
17,94 kg
=
875,54 kg/m3
L-4.97
Institut Teknologi Indonesia
= 0,021 m3
Untuk faktor keamanan diambil overdesign 20 % (Sumber : Tabel 6, Plant Design and
Economic for Chemical Engineers, Max S.Peters, hlm. 37), sehingga:
Volume Tangki (VT) = 1,2 Volume cairan
= 1,2 0,021 m3
= 0,025 m3
= 30
L-4.98
Institut Teknologi Indonesia
π
Vt = π D3 + (D 3 xDn3 )
2 24 tg
0,0246 = 1,797 D3
D3 = 0,014 m3
D = ID
3
= √0,014 m3 = 0,24 m = 9,42 inch
r = ID/2
0,24 m
= = 0,12 m = 4,30 inch
2
H = 3D = 0,72 m = 28,26 inch
Dari data dan rumus maka didapat :
Vshell = 0,0215 m3 = 1310,85 inch3
Vkonis = 0,0003 m3 = 189,29 inch3
4 𝑥 𝑉𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙
Hshell = = 0,48 m
π x D2
H konis = 0,21 – 0,008 = 0,199 m
Tekanan desain
14,5038 psi
Poperasi = 1,01 bar × = 14,696 psi
1 bar
g = 9,8 m/s2
Phidrostatik = ρcairan hcairan g
875,5 kg 9,8 m
= 3
0,68 m
m s2
1 N/m2 1 bar
= 5.808,8 kg/m.s2 × 1 kg/m.s2 × 10 −5 N/m2
14,5038 psi
= 0,06 bar × = 0,84 psi
1 bar
L-4.99
Institut Teknologi Indonesia
= 18,6 psi
= 1,3 bar
Tebal tangki
(P × r)
t = (𝑓 × E)−(0,6 ×P) + C (Pers. 14.34, Brownell & Young)
Dimana:
L-4.100
Institut Teknologi Indonesia
Berdasarkan Tabel 5.7 Brownell & Young hlm. 89, diambil diameter luar standar
tangki (OD) = 12 in = 0,3 m, dengan diameter dalam r (ID) sesungguhnya adalah:
ID = OD – (2 ts)
= 12 – (2 3/16)
= 11,63 inch = 0,3 m
L-4.17.4 Head Tangki
Bentuk : Torispherical head (flange and dished head)
Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 3 Type 304
a. Tebal head
Berdasarkan Tabel 5.7 Brownell & Young, hlm. 89 untuk Mixer Settler dengan
OD = 48 inch memiliki:
icr = 3/4 inch
r = 12 inch
icr/r = 0,0625 > 6%, sehingga memenuhi untuk Torispherical head.
(Sumber : Brownell and Young, hlm. 88)
Berdasarkan Brownell and Young hlm. 256 – 258, karena icr/r > 6 % maka
persamaan yang digunakan untuk menghitung tebal head adalah Persamaan 7.76
dan 7.77, Brownell and Young, hlm. 138.
1
W = (3 rc /r1 ) (Persamaan 7.76, Brownell & Young)
4
Dimana:
W = Faktor intensifikasi stress untuk torispherical dished heads (inch)
rc = Radius of crown = r = 12 inch
r1 = Inside corner radius = icr = 3/4 inch
maka:
1
W= (3 12/0,75)
4
= 4 inch
P rc W
tH = C (Persamaan 7.77, Brownell & Young)
(2 f E) (0,2 P)
L-4.101
Institut Teknologi Indonesia
Dimana:
tH = Tebal head tangki (inch)
P = Tekanan desain = 18,6 psi
rc = Jari-jari head (inch) = 12 inch
f = Tegangan maksimum yang diinginkan (allowable stress), karena
menggunakan bahan: Stainless Steel SA-167 Grade 11 Type 316, maka
berdasarkan Appendix D Brownell & Young hlm. 342, didapatkan nilai
tegangan maksimum = 18.750 psi
E = Efesiensi penyambungan, karena menggunakan tipe penyambungan:
double welded butt joint tanpa radiografi, maka berdasarkan Tabel
13.2 Brownell & Young hlm. 254, didapatkan nilai 80% = 0,80
C = Nilai korosi alat. Umur silo diperkirakan 10 tahun, sehingga: 0,0125
inch/tahun × 10 tahun, maka C = 0,125 inch
sehingga:
18,6 psi 12 inch 4 inch
tH = 0,125 inch
(2 18.750 psi 0,8) (0,2 18,6 psi)
tH = 0,0406 inch
Berdasarkan Tabel 5.6 Brownell & Young hlm. 88, diambil tebal standar tangki (tH)
= 0,1875 in.
b. Tinggi head
Berdasarkan Tabel 5.6, Brownell & Young hlm. 88, untuk tH = 0,1875 inch:
Standart straight flange (Sf) = 1,5 – 2 inch (dipilih Sf = 2 inch).
Dari Tabel 5.7 Brownell & Young untuk OD = 16 inch:
tH = 0,1875 inch
icr = 3/4 inch
r = 12 inch
Untuk menghitung tinggi head, digunakan penjelasan pada Figure 5.8, Brownell and
Young hlm. 87
L-4.102
Institut Teknologi Indonesia
persamaan 8.3
Van't Land
L-4.103
Institut Teknologi Indonesia
P= 0,393092223 Hp
L-4.17.7 Cyclone
qf= 0,8681 ft3/min
figure 14.2 peter and timmerhause
d= 10 inch
A= pi/4*Di^2
78,53981634 inch2
menentukan diameter cyclone gas keluar
Ac= 2*Bc^2
BC= 6,266570687 inch 0,159170809 m
Dcin= 4*BC
25,06628275 inch 0,636683238 m
menentukan diameter cyclone masuk
1/2 kalinya diameter keluar
Hc= 12,53314137 inch 0,318341619 m
menentukan tinggi cyclone bagian silinder
2 kalinya diameter keluar
Lc= 50,13256549 inch 1,273366476 m
menentukan diameter keluaran partikel
1/4 dari diameter gas keluar
Jc= 6,266570687 inch 0,159170809 m
L-18.3 Silo
Salah satu alat yang digunakan untuk menyimpan bahan pada proses produksi Gelatine
adalah silo. Alat ini berfungsi untuk menyimpan bahan berbentuk padatan, granula, ataupun
serbuk (powder). Satu dari beberapa silo yang digunakan adalah silo dengan spesifikasi
sebagai berikut.
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi :
Massa bahan (m) = 2,71 kg/batch
P desain = 1,01 bar = 1 atm
T desain = 23 oC = 296 K
2,71 kg 12 batch
Kapasitas silo = × × 30 hari
1 batch 1 hari
= 976,24 kg
976,24 kg
Volume padatan =
578 kg/m3
= 1,68 m3
Diketahui porositas bahan 40 – 50% dan diambil nilai porositas sebesar 45%, maka:
Volume padatan 1,68 m3
Volume total = = = 3,069 m3
1 - porositas 1 - 45%
40,67 kg/jam
=
60 menit/jam
0,678 kg/menit
=
578 kg/m3
= 0,001 m3/menit
L-4.105
Institut Teknologi Indonesia
Berdasarkan Wallas, hlm. 294, diambil kecepatan alir padatan (v) 5 m/menit untuk
padatan maka luas nozzle:
0,001 m3 /menit
=
5 m/menit
= 0,00023 m2
𝜋
Luas (S) = 4 × D2
S×4
D =√
π
Dari Appendix K, Brownell and Young hlm. 387, diambil diameter standar (OD)
sebesar 0,75 in.
π
= 4 × 4r2 × 4r
= 12,566 r3
b. Volume Hopper
h = r tgθ
θ = 45
1 𝜋
Volume Hoper = 3 × 4 × D2 × h
1 𝜋
= 3 × 4 × (2r)2 × h
1 22
=3× × r2 × r tgθ
7
L-4.106
Institut Teknologi Indonesia
= 1,047 × r3 × 1
= 1,047 r3
3,376 = 13,614 r3
r3 = 0,248 m3
ID = 2r = 1,2565 m
H bin = 4r = 2,513 m
H hopper =r = 0,628 m
V padatan × ρ
Pbahan = 1 ×g
4
× π × ID2
1 N/m2 1 bar
= 7.719,64 kg/m.s2 × ×
1 kg/m.s2 10 -5 N/m2
14,5038 psi
= 0,077 bar ×
1 bar
= 1,12 psi
14,5038 psi
P operasi = 1 bar × = 14,50 psi
1 bar
L-4.107
Institut Teknologi Indonesia
= 17,397 psi
= 1,199 bar
a. Tebal Bin
(P × r)
ts = (𝑓 × E)−(0,6 ×P) + C (Pers. 14.34, Brownell & Young)
Dimana:
Berdasarkan Tabel 5.6 Brownell & Young hlm. 88, diambil tebal standar
tangki (ts) = 0,1875 in.
L-4.108
Institut Teknologi Indonesia
b. Tebal Hopper
(P × r)
th = + C (Tabel. 18.3, Wallas hlm. 625)
((f × E)-(0,6 × P)) × cos 45°
= 0,163 inch
Berdasarkan Tabel 5.6 Brownell & Young hlm. 88, diambil tebal standar hopper (th) =
0,1875 in.
L-4.109
Institut Teknologi Indonesia
LAMPIRAN 5
ANALISIS EKONOMI
Konstruksi = 2021
Produksi komersial = 2022
Operasi per tahun = 330 hari
Shut down, Start Up = 35 hari
Umur teknis pabrik = 10 tahun
Salvage value = 10% DFCI (tanpa harga tanah)
$1 = 14.700 rupiah
Bunga bank = 10% per tahun
Kenaikan harga bahan baku & produk = 10% per tahun
L-5.1
Institut Teknologi Indonesia
Indeks harga untuk tahun 2021 dihitung dengan menggunakan metode ekstrapolasi
regresi linear dari data tahun – tahun terdahulu. Berikut Gambar L-5.1 yang merupakan
grafik linearisasi dari Tabel L-5.1.
L-5.2
Institut Teknologi Indonesia
400,00
200,00
-
1995 2000 2005 2010 2015
Tahun
Slope = 14.402
Intercept = -28.403
= 703,44
Sehingga pada tahun 2021 dengan menggunakan persamaan diatas diperoleh harga cost index
sebesar 703,44
exp
I k 2 Rp 14.000
H2 = H 1 2
I1
k1
1$
L-5.3
Institut Teknologi Indonesia
Jumlah = 1 unit
Harga = $ 2.800,00
= Rp 50.258.068,-
L-5.4
Institut Teknologi Indonesia
Tabel L-5. 2 Harga peralatan utama
SUBTOTAL = Rp 26.673.212.905,-
TOTAL = Rp 29.340.534.195,-
L-5.6
Institut Teknologi Indonesia
Tabel L-5. 3 Harga peralatan penunjang
L-5.7
Institut Teknologi Indonesia
- MOBIL TANGKI 4 unit 4 $ 12.000,- Rp 215.391.718,- Rp 861.566.872,-
KA-101 KAPAL TONGKANG 1 ton 1 $ 500.000,- Rp 8.974.654.921,- Rp 8.974.654.921,-
TOTAL Rp 14.510.704.195,-
L-5.8
Institut Teknologi Indonesia
Daftar gaji karyawan di perusahaan ini dapat dilihat pada Tabel L-5.4.
Tabel L-5. 4 Daftar gaji karyawan
Jenjang
No. Jabatan Jumlah Pendidikan Gaji / bulan Total
Minimum
1 Komisaris 2 - Rp 30.000.000,- Rp 60.000.000,-
2 Direktur 1 S1-S3 Rp 40.000.000,- Rp 40.000.000,-
3 Manajer 4 S1-S3 Rp 15.000.000,- Rp 60.000.000,-
4 Sekretaris Direktur 1 D3-S1 Rp 5.000.000,- Rp 5.000.000,-
5 Sekretaris Manajer 4 D3-S1 Rp 4.500.000,- Rp 18.000.000,-
Karyawan Shift
Produksi
6 - Ketua regu shift 4 S1 Rp 5.600.000,- Rp 22.400.000,-
- Anggota shift 8 D3-S1 Rp 4.100.000,- Rp 32.800.000,-
Utilitas dan Instrumentasi
7 - Ketua regu shift 4 S1 Rp 5.500.000,- Rp 22.000.000,-
- Anggota shift 8 D3-S1 Rp 4.000.000,- Rp 32.000.000,-
Keamanan
8 - Ketua regu shift 4 SMA/K Rp 3.650.000,- Rp 14.600.000,-
- Anggota shift 8 SMA/K Rp 3.500.000,- Rp 28.000.000,-
Maintenance (mekanik)
9 - Ketua regu shift 4 S1 Rp 5.500.000,- Rp 22.000.000,-
- Anggota shift 8 D3-S1 Rp 4.000.000,- Rp 32.000.000,-
Quality Control-
10 - Ketua regu shift 4 S1 Rp 4.000.000,- Rp 16.000.000,-
- Anggota shift 8 D3-S1 Rp 3.700.000,- Rp 29.600.000,-
K3
11 - Ketua regu shift 4 D3-S1 Rp 4.000.000,- Rp 16.000.000,-
- Anggota shift 8 D3-S1 Rp 3.700.000,- Rp 29.600.000,-
12 Gudang 4 SMA/K Rp 3.700.000,- Rp 14.800.000,-
Karyawan Non-shift
Research and Development
13 - Ketua laboratorium 1 S1 Rp 4.300.000,- Rp 4.300.000,-
- Staf R&D 1 SMA/K Rp 3.650.000,- Rp 3.650.000,-
14 Pemadam Kebakaran 1 SMA/K Rp 3.500.000,- Rp 3.500.000,-
15 Promosi & Pemasaran 1 S1 Rp 3.700.000,- Rp 3.700.000,-
16 Penjualan 1 SMA/K Rp 3.600.000,- Rp 3.600.000,-
17 Pembelian 1 SMA/K Rp 3.600.000,- Rp 3.600.000,-
18 Keuangan 1 D3 Rp 3.800.000,- Rp 3.800.000,-
19 Akunting 1 D3 Rp 3.800.000,- Rp 3.800.000,-
20 Kepegawaian 1 D3 Rp 3.800.000,- Rp 3.800.000,-
21 Humas 1 D3 Rp 3.800.000,- Rp 3.800.000,-
22 Rumah-Tangga 1 SMA/K Rp 3.600.000,- Rp 3.600.000,-
L-5.9
Institut Teknologi Indonesia
Jenjang
No. Jabatan Jumlah Pendidikan Gaji / bulan Total
Minimum
23 Supir 3 SMA/K Rp 3.600.000,- Rp 10.800.000,-
24 Cleaning Service 3 SMU/STM Rp 3.600.000,- Rp 10.800.000,-
TOTAL 104 Rp553.850.000,-
Oleh karena setiap tahunnya terjadi kenaikan gaji sebesar 10%, maka perhitungan
gaji karyawan dalam satu tahun menjadi seperti pada Tabel L-5.5.
1 Rp7.698.515.000,-
2 Rp8.468.366.500,-
3 Rp9.315.203.150,-
4 Rp10.246.723.465,-
5 Rp11.271.395.812,-
6 Rp12.398.535.393,-
7 Rp13.638.388.932,-
8 Rp15.002.227.825,-
9 Rp16.502.450.608,-
10 Rp18.152.695.668,-
Perhitungan total modal investasi terbagi 2 yaitu modal tetap dan modal kerja,
dengan perhitungan sebagai berikut.
L-5.10
Institut Teknologi Indonesia
Modal tetap pada perhitungan ini terbagi dalam dua kategori yaitu modal tetap
langsung (Direct Fixed Capital Investment/ DFCI) dan modal tetap tidak langsung
(Indirect Fixed Capital Investment/IFCI).
Sumber: Plant Design and Economics for Chemical Engineers Peters and Timmershaus Tabel
17 hlm. 183
B. Modal Investasi Tetap Tidak Langsung / Indirect Fixed Capital Investment (IFCI)
L-5.11
Institut Teknologi Indonesia
SUBTOTAL C = Rp 45.662.315.476,-
Total Modal Investasi Tetap (FCI) = DFCI+IFCI (B+C) = Rp 197.870.033.730,-
TOTAL KESELURUHAN MODAL TETAP (FCI) = Rp 197.870.033.730,-
Kebutuhan
Komponen Harga/ton Biaya (Rp)
(ton)
Kulit Ikan Nila 30,30 Rp 35.000.000,- Rp 14.848.484.848,-
NaOH 0,001 Rp 25.000.000,- Rp 318.182,-
Citric Acid 0,01 Rp 25.000.000,- Rp 2.121.212,-
Total Biaya Persediaan Bahan Baku (a) Rp 14.850.924.242,-
Rp 16.368.275.281,-
Total biaya trial run (a + b)
Modal kerja adalah modal yang diperlukan untuk membiayai seluruh kegiatan
operasional perusahaan dari awal produksi sampai dengan terkumpulnya hasil penjualan
dan cukup untuk memenuhi kebutuhan perputaran biaya operasional. Modal kerja
dihitung untuk masa 3 bulan dengan jumlah hari kerja 90 hari.
L-5.12
Institut Teknologi Indonesia
Kebutuhan
Komponen Harga/ton Biaya /3 bulan (Rp)
(ton)
Kulit Ikan Nila 30,30 Rp 35.000.000,- Rp 95.454.545.454,-
NaOH 0,001 Rp 25.000.000,- Rp 2.045.455,-
Citric Acid 0,01 Rp 25.000.000,- Rp 13.636.364,-
Total Biaya Persediaan Bahan Baku (a) Rp 95.470.227.273,-
L-5.13
Institut Teknologi Indonesia
Tahun Pokok Pinjaman (Rp) Angsuran Pokok (Rp) Bunga (Rp) Jumlah (Rp) Sisa (Rp)
1 Rp 98.935.016.865,- - Rp 9.893.501.687,- Rp 9.893.501.687,- Rp 98.935.016.865,-
2 Rp 98.935.016.865,- Rp 24.733.754.216,- Rp 9.893.501.687,- Rp34.627.255.903,- Rp 74.201.262.649,-
3 Rp 74.201.262.649,- Rp 24.733.754.216,- Rp 7.420.126.265,- Rp32.153.880.481,- Rp 49.467.508.432,-
4 Rp 49.467.508.432,- Rp 24.733.754.216,- Rp 4.946.750.843,- Rp29.680.505.059,- Rp 24.733.754.216,-
5 Rp 24.733.754.216,- Rp 24.733.754.216,- Rp 2.473.375.422,- Rp27.207.129.638,- -
Kebutuhan/batch
Komponen Harga/ton Biaya /tahun
(ton)
Kulit Ikan Nila 2,53 Rp 35.000.000,- Rp 349.027.777.778.-
NaOH 0,0001 Rp 25.000.000,- Rp 7.479.167.-
Citric Acid 0,001 Rp 25.000.000,- Rp 49.861.111.-
Total Biaya Persediaan Bahan Baku Rp 349.085.118.056,-
L-5.14
Institut Teknologi Indonesia
Kebutuhan
Komponen Harga/ton Biaya /tahun
/hari
BahanBakar (liter/hari) 764,04
Rp 9.400,- Rp 2.370.047.253,-
Listrik (kWh) 3.732
Rp 1.036,- Rp 1.275.629.060,-
Liquid Amonia 11,01
Rp 8.836.200,- Rp 32.118.692.138,-
Chlorine 0,0000028Rp 2.209,050,- Rp 2.021,-
Aluminium Sulfat 0,0024
Rp 19.145.100,- Rp 15.128.960,-
Total Biaya Persediaan Sarana Penunjang Rp 35.779.499.432,-
L-5.15
Institut Teknologi Indonesia
Biaya Start Up
Perhitungan biaya start up untuk masa 2 minggu dengan jumlah hari kerja 14 hari
Kebutuhan
Komponen Harga/ton Biaya /tahun
(ton)
Bark Cinnamon 2,53 Rp 35.000.000,- Rp 1.237.373.737.-
NaHCO3 0,0001 Rp 25.000.000,- Rp 26.515.-
NaCl 12% 0,001 Rp 25.000.000,- Rp 176.768.-
Total Biaya Start Up Bahan Baku Rp 1.237.577.020,-
Kebutuhan
Komponen Harga/ton Biaya /tahun
/hari
BahanBakar (liter/hari) 764,04 Rp 9.400,- Rp 100.547.459,-
Listrik (kWh) 3.732 Rp 1.036,- Rp 54.117.596,-
Liquid Amonia 11,01 Rp 8.836.200,- Rp 1.362.611.182,-
Chlorine 0,0000028 Rp 2.209,050,- Rp 86,-
Aluminium Sulfat 0,0024 Rp 19.145.100,- Rp 641.835,-
Total Biaya Start Up Sarana Penunjang Rp 1.517.918.158,-
Total Biaya Start Up Rp 2.775.495.178,-
L-5.16
Institut Teknologi Indonesia
Produk yang dihasilkan oleh pabrik ini berupa gelatin dan kolagen dengan kalkulasi
penjualan sebagai berikut.
Penjualan produk utama Gelatin
Kapasitas Produksi : 2.000.000 kg
Harga produk : Rp 321.785,-/kg
Hasil penjualan produk per tahun : Rp 643.644.712.500,- /tahun
L-5.17
Institut Teknologi Indonesia
= Rp 1.048.239.695,-
DFCI selain kendaraan. bangunan dan tanah.
= 10% × Rp 127.893.314.556,-
= Rp 12.789.331.456,-
Bangunan
= 10% × Rp 13.832.006.750,-
= Rp 1.383.200.675,-
Pada akhir tahun ke-10 harga tanah diperhitungkan tetap, yaitu sebesar:
Rp 13.832.006.750,-. Sehingga total nilai salvage value yang akan diperhitungkan pada
akhir tahun ke-10 adalah sebesar: Rp 29.052.778.576,-
L-5.12. Depresiasi
• 5 tahun atau 20% /tahun untuk IFCI tanpa salvage value (amortisasi)
Adapun kalkulasi dari nilai depresiasi kendaraan, bangunan, serta alat-alat industri
kimia yang digunakan pada produksi Gelatin ini terangkum dalam Tabel L5.19 berikut
L-5.18
Institut Teknologi Indonesia
L-5.19
Institut Teknologi Indonesia
L-5.20
Institut Teknologi Indonesia
TAHUN III IV
KAPASITAS PRODUKSI 100% 100%
BIAYA PRODUKSI (PRODUCT COST) Fixed Cost (Rp) Variable Cost (Rp) Fixed Cost (Rp) Variable Cost (Rp)
A. Biaya Manufacturing (Manufacturing Cost)
1. Biaya Manufacturing Langsung (DMC)
a. Biaya Bahan Baku - Rp422.392.992.847,- - Rp464.632.292.132,-
b. Gaji Karyawan Rp 9.315.203.150,- - Rp 10.246.723.465,- -
c. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan (kenaikan 5% per tahun) 2% DFCI Rp 1.051.709.479,- - Rp 1.104.294.953,- -
d. Biaya Royalti dan Paten 0,5% TS - Rp 3.584.296.493,- - Rp 3.942.726.142,-
e. Biaya Laboratorium 10% Op. Labor Rp 931.520.315,- - Rp 1.024.672.347,- -
f. Biaya persediaan bahan 10% Maintenance Rp 105.170.948,- - Rp 110.429.495,- -
g. Biaya sarana penunjang - Rp 43.293.194.313,- - Rp 47.622.513.744,-
h. Biaya pengawasan langsung & tenaga admin 10% Op. Labor Rp 931.520.315,- Rp 1.024.672.347,-
Subtotal Rp12.335.124.207,- Rp469.270.483.653,- Rp13.510.792.606,- Rp516.197.532.018,-
Total Biaya Manufacturing Langsung (DMC) Rp 481.605.607.859,- Rp. 529.708.324.624,-
2. Biaya Manufacturing Tetap (FMC)
i. Plant Overhead 50% b+c+h Rp 5.649.216.472,- - Rp 6.187.845.382,- -
Pajak Bumi dan Bangunan diperkirakan 0.1 % x (tanah +
j. bangunan),kenaikan 10 % /th 3% FCI Rp 7.182.682.224,- - Rp 7.900.950.447,- -
k. Biaya asuransi (kenaikan 10 %) pertahun 1% FCI Rp 2.394.227.408,- - Rp 2.513.938.779,- -
Depresiasi Rp 20.107.978.795,- Rp 20.107.978.795,-
Total Biaya Manufacturing Tetap (FMC) Rp35.334.104.899,- - Rp36.710.713.402,- -
B. Pengeluaran Umum (General Expenses)
a. Biaya administrasi 15% b+c+h Rp 1.694.764.942,- - Rp 1.537.008.520,- -
b. Biaya distribusi dan penjualan 2% TS - Rp 14.337.185.971,- - Rp 15.770.904.568,-
c. Biaya R&D 2% TS - Rp 14.337.185.971,- - Rp 15.770.904.568,-
d. Bunga Bank Rp 7.420.126.265,- Rp 4.946.750.843,-
e. Angsuran Pokok Rp 24.733.754.216,- Rp 24.733.754.216,-
Total Pengeluaran Umum Rp 33.848.645.423,- Rp 28.674.371.942,- Rp 31.217.513.579,- Rp 31.541.809.136,-
Total Biaya Rp81.517.874.528,- Rp497.944.855.595,- Rp81.439.019.587,- Rp547.739.341.154,-
Total Biaya Produksi (TPC) Rp 579.462.730.123,- Rp 629.178.360.741,-
L-5.21
Institut Teknologi Indonesia
TAHUN V VI
KAPASITAS PRODUKSI 100% 100%
BIAYA PRODUKSI (PRODUCT COST) Fixed Cost (Rp) Variable Cost (Rp) Fixed Cost (Rp) Variable Cost (Rp)
A. Biaya Manufacturing (Manufacturing Cost)
1. Biaya Manufacturing Langsung (DMC)
L-5.22
Institut Teknologi Indonesia
L-5.23
Institut Teknologi Indonesia
TAHUN IX X
KAPASITAS PRODUKSI 100% 100%
BIAYA PRODUKSI (PRODUCT COST) Fixed Cost (Rp) Variable Cost (Rp) Fixed Cost (Rp) Variable Cost (Rp)
A. Biaya Manufacturing (Manufacturing Cost)
1. Biaya Manufacturing Langsung (DMC)
a. Biaya Bahan Baku - Rp748.294.952.801,- - Rp823.124.448.082,-
b. Gaji Karyawan Rp 16.502.450.608,- - Rp18.152.695.668,- -
c. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan (kenaikan 5% per tahun) 2% DFCI Rp 1.409.391.288,- - Rp 1.479.860.852,- -
d. Biaya Royalti dan Paten 0,5% TS - Rp 6.349.799.879,- - Rp 6.984.779.867,-
e. Biaya Laboratorium 10% Op. Labor Rp 1.650.245.061,- - Rp 1.815.269.567,- -
f. Biaya persediaan bahan 10% Maintenance Rp 140.939.129,- - Rp 147.986.085,- -
g. Biaya sarana penunjang - Rp 76.696.534.610,- - Rp 84.366.188.071,-
h. Biaya pengawasan langsung & tenaga admin 10% Op. Labor Rp 1.650.245.061,- Rp 1.815.269.567,-
Subtotal Rp 21.353.271.146,- Rp831.341.287.291,- Rp23.411.081.739,- Rp914.475.416.020,-
Total Biaya Manufacturing Langsung (DMC) Rp 852.694.558.436,- Rp 937.886.497.759,-
2. Biaya Manufacturing Tetap (FMC)
i. Plant Overhead 50% b+c+h Rp 9.781.043.478,- - Rp 10.723.913.044,- -
Pajak Bumi dan Bangunan diperkirakan 0.1 % x (tanah +
j. bangunan),kenaikan 10 % /th 3% FCI Rp 12.724.559.704,- - Rp 13.997.015.675,- -
k. Biaya asuransi (kenaikan 10 %) pertahun 1% FCI Rp 4.048.723.542,- - Rp 4.453.595.896,- -
Depresiasi Rp 12.132.838.614,- Rp 12.132.838.614,-
Total Biaya Manufacturing Tetap (FMC) Rp 38.687.165.338,- - Rp41.307.363.228,- -
B. Pengeluaran Umum (General Expenses)
a. Biaya administrasi 15% b+c+h Rp 2.475.367.591,- - Rp 2.722.904.350,- -
b. Biaya distribusi dan penjualan 2% TS - Rp 25.399.199.516,- - Rp 27.939.119.467,-
c. Biaya R&D 2% TS - Rp 25.399.199.516,- - Rp 27.939.119.467,-
Total Pengeluaran Umum Rp 2.475.367.591,- Rp 50.798.399.032,- Rp 2.722.904.350,- Rp 55.878.238.935,-
Total Biaya Rp 62.515.804.075,- Rp882.139.696.322,- Rp67.441.349.318,- Rp970.353.654.954,-
Total Biaya Produksi (TPC) Rp 944.655.490.397,- Rp 1.037.795.004.273,-
L-5.24
Institut Teknologi Indonesia
Rumus Umum:
FC
BEP = 100%
TS VC
Dimana:
TS = Total Sales
L-5.25
Institut Teknologi Indonesia
Total Sell
Total Cost
Variabel Cost
Fixed Cost
Berdasarkan UU No.36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (1) huruf b bahwa wajib
pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh 8
persen). Kemudian menurut pasal 17 ayat (2a) menyatakan bahwa tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen)
yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010, sehingga tarif pajak untuk pabrik
Gelatine yaitu sebesar 25%.
L-5.26
Institut Teknologi Indonesia
Keuntungan Bersih
Tahun Penjualan (Rp) Pengeluaran (Rp) Keuntungan Kotor (Rp) PPh 25% (Rp)
(Rp)
L-5.27
Institut Teknologi Indonesia
1 Rp 97.164.120.135,- - Rp 97.164.120.135,-
2 Rp 109.787.928.502,- - Rp 109.787.928.502,-
3 Rp 103.047.426.318,- - Rp 103.047.426.318,-
4 Rp 119.525.150.745,- - Rp 119.525.150.745,-
6 Rp 180.851.306.588,- - Rp 180.851.306.588,-
7 Rp 199.919.449.254,- - Rp 199.919.449.254,-
8 Rp 220.898.058.642,- - Rp 220.898.058.642,-
9 Rp 243.978.364.047,- - Rp 243.978.364.047,-
L-5.28
Institut Teknologi Indonesia
Total Rp 596.703.139.290.-
= 4,18 tahun
= 4 tahun 2 bulan 4 hari
L-5.29
Institut Teknologi Indonesia
Net Cash Flow (NCF) sesudah pajak = (Penjualan - Pengeluaran - Pajak) + Depresiasi
= 34,4%
L-5.30
Institut Teknologi Indonesia
Dari hasil Net Cash Flow at Present Value yang diperoleh, akhirnya dapat
dihitung totalnya selama 10 tahun, seperti yang terlihat pada Tabel L5.30 dan karena
hasilnya positif maka pabrik Gelatine dikatakan layak untuk didirikan.
TOTAL Rp 596.703.139.290,-
Pra rancangan pabrik ini layak didirikan karena beberapa alasan, yaitu:
L-5.31