Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK IRIGASI DAN


DRAINASE

PENGAMATAN JARINGAN IRIGASI BENDUNG CIBENDA DAN
LAHAN CENTER FOR I NTERNATI ONAL FORESTRY RESEARCH
(CIFOR), DRAMAGA, BOGOR

Oleh :
KELOMPOK 7
1. Arif Alfarisi F44110006
2. Claudia Risnayanti Munthe F44110021
3. Harsatya Alif Adiguna F44110035
4. Sisca Rizki Utami F44110059
5. Cahyo Edi Nugroho F44110066

Dosen Pengajar :
Andik Pribadi, STP, M.Sc.
Sutoyo. S.TP, M.Si.


Asisten Praktikum
1. Chindy Ade H. F44100008
2. Angga Nugraha F44100012
3. Dodi Wijaya F44100066




DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014



I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan suatu sumber daya alam yang berperan penting untuk
kelangsungan hidup. Air dapat dimanfaatkan dalam segala aspek kehidupan.
Untuk menjaga keseimbangan air maka perlu kebijaksanaan dalam pemanfaatan
sumber daya air. Salah satu jenis pemanfaatan sumber air adalah untuk irigasi.
Irigasi adalah suatu sistem untuk mengairi suatu lahan dengan membendung
sumber air, atau dapat diartikan sebagai suatu usaha penyediaan, pengaturan, dan
pembuangan air untuk menunjang sistem pertanian. Sistem irigasi tersebut sudah
dilakukan oleh manusia sejak zaman dahulu. Irigasi meliputi semua atau segala
kegiatan yang mempunyai hubungan dengan usaha untuk mendapatkan air guna
keperluan pertanian. Usaha yang dilakukan tersebut dapat berupa perencanaan,
pembuatan, pengelolaan, serta pemeliharaan sarana untuk mengambil air dari
sumber air dan membagi air tersebut secara teratur dan apabila terjadi kelebihan
air dengan membuangnya melalui saluran drainase.
Suatu sistem irigasi sangat memerlukan suatu bangunan hidrolika, salah
satunya adalah bendung. Pengaliran air dari sumber air berupa sungai atau danau
ke jaringan irigasi untuk keperluan irigasi pertanian, pasokan air baku dan
keperluan lainnya yang memerlukan suatu bangunan disebut dengan bangunan
utama bendung. Bangunan bendung adalah bagian dari bangunan utama yang
benar-benar dibangun di dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk
memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi, dengan jalan
menaikkan muka air di sungai atau dengan memperlebar pengambilan di dasar
sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah (bottom rack weir). Bila
bangunan tersebut juga akan dipakai untuk mengatur elevasi air di sungai, maka
ada dua tipe yang dapat digunakan, yakni bendung pelimpah dan bendung gerak
(barrage) (KP 04). Pada observasi lapangan yang dilakukan di Bendung Cibenda,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, bangunan bendung memiliki bagian-
bagian yang masih berfungsi dan masih digunakan untuk irigasi.
Salah satu lahan irigasi yang digunakan adalah lahan Center for
International Forestry Research (CIFOR). Pada umumnya, masyarakat di desa
sekitar CIFOR menggunakan lahan untuk menanam tanaman padi dan sayuran.
Sistem irigasi yang digunakan berbeda-beda untuk tiap jenis tanaman yang
ditanam. Terdapat pula pola tanam yang digunakan pada tiap lahan. Pola tanam
dilakukan dengan berbagai tujuan. Penggunaan lahan pertanian tersebut tidak
lepas dari berbagai permasalahan.

1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui
pentingnya kebutuhan irigasi di suatu kawasan. Observasi lapangan dilakukan
untuk mengamati dan mengetahui bagian-bagian bangunan bendung serta
mengetahui kriteria masing-masing bangunan dan saluran irigasi. Selain itu,
kunjungan ke lahan pertanian dilakukan agar dapat diketahui aplikasi irigasi
secara langsung pada lahan pertanian.

II METODOLOGI

Praktikum pengamatan jaringan irigasi pada bendung Cibende, Bubulak
Bogor dilakukan dengan mengukur dimensi dari bending menggunakan pita ukur.
Berikut ini adalah diagram alirnya :



Metode untuk pengamatan lahan irigasi yang digunakan adalah metode
observasi. Pengamatan dilakukan langsung ke lokasi saluran irigasi untuk
mengamati beberapa saluran irigasi tersier yang mengalir langsung ke lahan
pertanian. Pengamatan dilakukan di lahan persawaan yang terletak di belakang
Kampus Institut Pertanian Bogor, Desa Ciherang. Pengamatan ini dilakukan
sebagai rangkaian praktikum mata kuliah Teknik Irigasi dan Drainase dan
Praktikum Teknik Bangunan Hidrolika. Berikut ini merupakan diagram alir dari
proses pengamatan saluran irigasi :




















Pengamatan
bendung
dilakukan dengan
mengidentifikasi
bangunan intake,
weir, dan pembilas
Dimensi bangunan
intake, weir, dan
pembilas diukur
dengan pita ukur.
Keadalam kritis
diukur dengan
bambu.
Hasil pengukuran
dibuat dalam
bentuk denah dan
potongan
menggunakan
software AutoCad
Penelusuran saluran mulai dari
box bagi sampai ke lahan
persawahan



Pengamatan saluran irigasi
tersier yang mengalir ke lahan
pertanian


Pengidentifikasian masalah yang
terjadi pada saluran dilakukan
dengan mewawancarai salah
seorang petani


III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Definisi dan Klasifikasi Bendung
Bendung adalah bangunan yang ditempatkan melintang sungai, dan
berguna untuk mengatur aliran air sungai tersebut (Gayo, 1985). Berdasarkan
fungsinya bending dapat diklasifikasikan dalam Bendung Pembagi Banjir,
Bendung Penahan Air Pasang dan Bendung Penyadap. Selain itu tergantung dari
konstruksinya bending dapat diklasifikasikan dalam Bendung Tetap dan Bendung
Gerak (Anonim, 2010)

3.1.1 Klasifikasi Bendung Berdasarkan Fungsi
Berdasarkan fungsinya, bending dapat dibagi menjadi :
a. Bendung Pembagi Banjir
Bendung semacam ini didirikan pada percabangan sungai untuk mengatur
muka air, sehingga terjadi pemisahan antara debit banjir dan debit rendah
sesuai dengan kapasitas yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Bendung Penahan Air Pasang
Bendung ini dibangun di bagian sungai yang dipengaruhi pasang-surut air laut
untuk mencegah masuknya air asin dan untuk menjamin agar aliran air sungai
senantiasa dalam keadaan normal.
c. Bendung Penyadap
Bendung ini digunakan untuk mengatur muka air di dalam sungai guna
memudahkan penyadapan airnya untuk keperluan air minum, air perkotaan,
irigasi dan pembangkit tenaga listrik.
d. Bendung untuk mengatur muka air debit sungai dan mengatur resim hidrologi
sungai.
e. Bendung yang berfungsi sebagai ambang untuk mencegah turunnya dasar
sungai yang biasanya dibangun pada suatu saluran pembuangan, saluran banjir
atau sudetan.
f. Bendung untuk menjaga air sungai pada kedalaman tertentu yang diperlukan
bagi lalu-lintas sungai. Bendung serbaguna yang mempunyai beberapa fungsi.

3.1.2 Klasifikasi Bendung Berdasarkan Tipe Konstruksi
Berdasarkan klasifikasi tipe konstruksi, bending dibagi menjadi :
a. Bendung Tetap
Bendung tetap dibuat melintang searah dengan sungai untuk menghasilkan
elevasi air minimum agar air tersebut bias dielakkan. Adapun penggunaan dari
pada bending tetap adalah sebagai berikut :
1. Dari data sungai, bending tetap mempunyai lebar sungai 50 m
2. Tidak ada aliran permukaan selama banjir
3. Dapat mengangkut kerikil sampai ukuran 64 mm
4. Mempunyai debit saluran 10 m
3
/detik
b. Bendung Gerak
Bendung ini dapat dipergunakan untuk mengatur tinggi dan debit air sungai
dengan pembukaan pintu-pintu yang terdapat pada bending tersebut.
Penggunaan bending gerak dapat dipertimbangkan jika :
1. Kemiringan dasar sungai kecil / relatif datar
2. Peninggian dasar sungai akibat konstruksi bending tetap tidak dapat
diterima karena ini akan mempersulit pembuangan air atau membahayakan
pekerjaan sungai yang telah ada akibat meningginya muka air.
3. Debit tidak dapat dilewatkan dengan aman dengan bending tetap.
4. Dapat mengangkut pasir dan kerikil sampai ukuran 64 mm.

3.2 Kondisi Bendung Cibenda
Bendung Cibenda merupakan salah satu bangunan bendung yang dimiliki
Bogor. Lokasi bendung Cibenda tepatnya adalah di Kabupaten Bogor dengan
letak koordinat 634'19"S dan 10645'5"E. Bendung Cibenda dibangun pada
aliran sungai Cisindang Barang yang dialirkan oleh waduk Situ Gede yang
terletak tidak jauh dari lokasi bendung. Pada bendung tersebut terdapat bangunan
pengambil berupa pintu air yang berfungsi untuk memasok air menuju
pemukiman warga dan lahan pertanian masyarakat kabupaten Bogor. Adanya
bendung Cibenda cukup membantu warga karena pasokan air relatif terjaga dan
perbedaan tinggi muka air pada musim kemarau dan musim hujan tidak jauh
berbeda. Selain itu juga pada bangunan bendung tidak ditemukan terlalu banyak
vegetasi perairan.

Gambar 1.Denah Bendung Cibende


Bendung Cibenda memiliki dua bangunan hidrolika utama yaitu intake
dan weir. Intake berfungsi sebagai penyalur air melalui saluran irigasi berupa
orifice atau pintu air, sedangkan weir digunakan untuk mengontrol tinggi muka air
sungai yang terdiri dari pintu penguras dan mercu. Debit yang mengalir di intake
pada bendung tersebut sama setiap tahun. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya
kerusakan pada pengontrol yang digunakan untuk menaikan dan menurunkan
pintu air. Kondisi tersebut juga terjadi pada pintu penguras pada bangunan weir
sehingga terjadinya penumpukan sedimentasi pada bendung.

Gambar 2.Potongan Melintang Bendung

Permasalahan bangunan bendung Cibenda yaitu masih terdapat cukup
banyak sampah yang terapung di sekitar bangunan bendung maupun pintu air. Hal
ini dapat berakibat pada menurunnya kelayakan air untuk dikonsumsi maupun
digunakan untuk irigasi. Sebagian besar sampah yang terkumpul di sekitar
bangunan bendung adalah limbah rumah tangga. Pemerintah kota Bogor perlu
menjalankan kedisiplinan lebih untuk menertibkan pembuangan sampah rumah
tangga kepada warga sekitar. Bendung Cibenda dibangunpadatahun 1980 dan
digunakan untuk mengairi lahan pertanian seluas 200 ha di Kecamatan Dramaga.
Sungai yang dibendung adalah Sungai Cisadane yang berhulu dari Gunung Salak.
Kondisi Bendung Cibenda jarang terawat, pengurasan terhadap sedimen
jarang dilakukan sehingga pada musim hujan debit air akan semakin besar dan
menyebabkan terjadinya banjir sehingga dinding tebing yang berada disisi kiri
sungai menjadi tergerus dan menyebabkan longsor. Selain itu pada bagian
downstream Bendung Cibenda juga dipenuhi oleh penumpukan sampah hasil
buangan rumah tangga.

3.3 Lahan Irigasi CIFOR
Pada lahan pertanian di daerah sekitar Center for International Forestry
Research (CIFOR), tepatnya di daerah pertanian Kelompok Tani Sekolah Sawah,
metode irigasi yang digunakan adalah metode irigasi basin. Irigasi basin adalah
metode pemberian air irigasi dengan mengalirkan air ke permukaan lahan yang
bertanaman. Metode pemberian air tersebut dapat digunakan untuk berbagai jenis
tanaman. Lahan dibagi menjadi petakan-petakan kecil yang hampir datar.
Pematang sekeliling petakan dibentuk untuk menahan air irigasi supaya tergenang
di petakan dan berinfiltrasi. Dalam irigasi padi sawah atau untuk keperluan
pencucian garam tanah (leaching) diperlukan tinggi genangan tertentu selama
periode tertentu, sehingga pemberian air biasanya kontinyu. Ukuran basin
beragam mulai dari 1 m
2
sampai 1 ha atau 2 ha. Jika lahan dapat didatarkan secara
ekonomis, maka bentuk basin biasanya segi-empat. Tetapi, jika topografinya
bergelombang maka pematang dibuat mengikuti kontur. Biasanya beda elevasi
antar pematang bervariasi dari 6 ~ 12 cm untuk tanaman palawija dan 15 ~ 30 cm
untuk tanaman padi. Ukuran basin tergantung pada debit yang tersedia, ukuran
pemilikan lahan dan karaktersitik infiltrasi. Untuk irigasi buah-buahan biasanya
dibuat basin berbentuk lingkaran atau segi-empat pada setiap pohon. Pada irigasi
basin padi sawah dengan konsolidasi lahan bentuk petakan dibuat teratur segi-
empat, sedangkan tanpa konsolidasi lahan bentuk petakan mengikuti garis kontur
alami. Check basin cocok untuk lahan berkemiringan landai dan seragam dengan
infiltrasi sedang sampai rendah. Untuk lahan berkemiringan curam memerlukan
tata-letak dan leveling yang berat dan susah (Kalsim 2010).
Lahan yang diamati pada penelitian ini memiliki luas 500 m
2
. Pemilik
lahan bernama Bapak Totong (32 tahun) yang bertempat tinggal di Desa
Cangkrang. Pada lahan tersebut, ditanami tanaman padi dan talas. Tanaman padi
ditanam sebanyak 3 kali dalam setahun, setalah itu diganti dengan tanaman talas.
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar tanah yang digunakan tidak kehabisan
unsur hara tertentu. Dengan kata lain, sistem pergantian jenis tanaman dibuat
dengan tujuan menjaga kegemburan tanah. Untuk sarana dan prasarana yang
digunakan pada lahan, digunakan saluran tanam. Untuk pengaturan pengairan
(buka-tutup air), yang mengatur adalah warga yang ditunjuk secara langsung.
Pada lahan Pak Totong, saat tidak memperoleh air irigasi, saat itulah ditanam
tanaman talas. Tanaman padi untuk satu kali tanam berkisar 4 bulan, sedangkan
talas 8 bulan. Untuk membajak sawah atau lahan tersebut digunakan kerbau dan
juga mesin traktor. Pengayaan unsur hara tanah dilakukan dengan menggunakan
pupuk kandang.
Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi pada lahan pertanian
CIFOR. Permasalahan tersebut antara lain adalah sampah dan sistem pembagian
air irigasi. Terdapat sampah di beberapa titik saluran tanam, cukup mengganggu
pengairan lahan di sekitar saluran. Masalah lain adalah pembagian irigasi. Lahan
bagian hilir harus menunggu hingga lahan bagian hulu mendapat air yang cukup.
Namun ini tidak dipermasalahkan kerena masyarakat sekitar menghindari
perpecahan atau pertengkaran antarsesama masyarakat desa.

IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Bendung Cibenda merupakan salah satu bangunan bendung yang dimiliki
Bogor.Bendung Cibenda dibangun pada aliran sungai Cisindang Barang yang
dialirkan oleh waduk Situ Gede. Bendung inidibangunpadatahun 1980 dan
digunakan untuk mengairi lahan pertanian seluas 200 ha di Kecamatan Dramaga.
Bendung Cibenda memiliki dua bangunan hidrolika utama yaitu intake dan weir.
Intake berfungsi sebagai penyalur air melalui saluran irigasi berupa orifice atau
pintu air, sedangkan weir digunakan untuk mengontrol tinggi muka air sungai
yang terdiri dari pintu penguras dan mercu.
Air irigasi pada saluran irigasi di CIFOR telah termanfaatkan dengan baik.
Pengaturan yang dilakukan oleh warga. Pengguna irigasi di sekitar CIFOR telah
membuat sistem pengaturan dan melakukan penunjukan petugas pengatur air
irigasi. Pada lahan di CIFOR Desa Ciherang, air irigasi digunakan dengan metode
atau sistem irigasi permukaan. Untuk tanaman padi, sistem yang digunakan adalah
irigasi basin.




4.2 Saran
Pada bendung Cibende seharusnya dibuat penyaring sampah sehingga air
untuk irigasi tidak tercemari oleh sampah. Peletakan septic tank dari rumah warga
harap dibenahi agar tidak terbuang ke sungai karena akan menyebabkan air untuk
irigasi tercemar. Selain itu, untuk lahan pertanian irigasi CIFOR, hendaknya ada
pengaturan langsung dari pemerintah setempat sehingga air irigasi dapat terbagi
secara adil.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2010. Evaluasi Pintu Banjir Wilalung Kecamatan Undaan Kabupaten
Kudus [terhubung berkala]. http://eprints.undip.ac.id/34318/6/1954.II.pdf
Gayo, Yusuf. 1985. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita.
Kalsim, Dedi K. 2010. Pengembangan Lahan dan Air. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.


















LAMPIRAN

Contoh Gambar Irigasi Basin

Anda mungkin juga menyukai