stainless steel
yang tajam. Proses pemotongan inidilakukan di meja pemotongan kepala yang juga terbuat dari
stainless steel
sehingga tidak berkarat dan tidak mengkontaminasi bahan. Pekerja pada
proses penyiangan ini adalah pegawai borongan dengan jumlah sebanyak 11 kelompok
42yang masing-masing terdiri dari 18 orang. Setiap kelompok memiliki ketuakelompok masingmasing dan hanya ketua kelompok yang berwenang untukmengambil bahan baku ikan yang akan
dipotong dari ruang
receiving
. Suhu padaruang pemotongan kepala ini sedikit lebih tinggi yaitu 31
o
C dikarenakan banyaknya jumlah pekerja borongan di ruangan tersebut, maka
dari itu proses iniharus dilakukan secara cepat dan diberi penambahan es curai pada ikan
agarkesegarannya tetap terjaga dan tidak mengalami kemunduran mutu. Penyiangandilakukan
secara hati-hati dan jangan sampai isi perut mengotori daging
karena bagian isi perut mengandung banyak bakteri sehingga dapat mempercepat pembusukan se
lain itu juga akan mempengaruhi warna daging sehingga produksurimi yang dihasilkan berwarna
gelap dan kurang menarik. Hal ini dinyatakandalam Suzuki (1981), bahwa pemotongan kepala
berpengaruh terhadap kualitasdan kuantitas (rendemen) surimi, jika pemotongan terlalu ke depan
maka isi perutmasih tersisa dan menyebabkan mudah terjadi kemunduran mutu tetapi
jika pemotongan
terlalu ke belakang maka rendemen yang dihasilkan akan kecil. Isi perut harus dibuang seluruhny
a karena banyak mengandung lemak dan enzim protease serta menjadi sumber bakteri yang
dapat dengan cepat menurunkan mutuikan yang mengakibatkan turunnya pembentukan gel
surimi.Ikan yang telah dipotong kepala dan isi perutnya lalu ditempatkankembali pada keranjang
dan kembali ditimbang untuk mengetahui prosentaserendemennya. Rendemen bahan baku ikan
Kurisi setelah dipotong dan dibuang
isi perutnya berkisar 60 63% dari berat utuh. Ikan ditimbang per 25 kg setiapkeranjangnya lalu
kembali disiram dengan air dingin yang mengalir danditambahkan es curah agar suhu ikan tetap
8
o
C kemudian ikan dimasukkan pada
43
fish scalling machine
. Cara kerja mesin ini seperti mesin cuci yaitu berputarmenggulung daging-daging ikan mencuci
dan menghilangkan kotoran sambil jugamenghilangkan sisiknya. Proses pencucian dan
penghilangan sisik di mesin inimenggunakan air dingin bersuhu
4
o
C yang berasal dari sumur artetis di sekitarlingkungan pabrik dan telah teruji klinis dan sesuai
dengan standar air minum.Pihak pabrik memiliki mesin khusus untuk menyedot air sumur ini
danmendinginkannya dengan alat khusus pendingin menggunakan bantuan Ozon (O
3
)kemudian memasoknya hampir ke seluruh ruangan produksi untuk proses pengolahan. Hasil
pengujian air sumur artetis PT Bintang Karya Laut dapat dilihat pada lampiran 11.
.4.Pemisahan daging (
meat separating
)
Ikan yang telah dicuci dan dihilangkan sisiknya dalam
fish scallingmachine
dibawa ke
meat bone separator
melalui
fish meat conveying
. Ikan yangdi bawa oleh
conveyor
kemudian masuk ke dalam mesin
meat bone separator
(MBS) yang berfungsi untuk memisahkan daging ikan dari kulit, duri, tulang dansisik yang
masih menempel. Proses pemisahan daging ini berlangsung dengancepat pada ruangan bersuhu
25
o
C. Hasil limbah dari proses pemisahan ini akanturun melalui lubang khusus limbah dan
ditampung pada keranjang-keranjangkhusus limbah yang nantinya akan dijual ke pihak lain dan
akan diolah menjaditepung ikan.Daging ikan yang telah dipisahkan dari kulit dan tulangnya
tersebutkeluar dari
meat bone separator
sudah berbentuk lumatan daging kemudian bercampur dengan air dingin bersuhu
4
o
C masuk ke dalam pipa menuju
leaching tank
untuk dicuci kembali
44
4.4.5.Pencucian lumatan daging (
leaching
)
Ikan yang telah menjadi lumatan daging (
minced meat
) kemudian dicuci(
leaching
) sebanyak 2 kali. Proses
leaching
berlangsung di dalam wadah yangdisebut
leaching tank
dan diproses dengan cara merendam lumatan daging dalamair dingin yang bersuhu
4
o
C.Pada leaching I, lumatan daging dicuci menggunakan air dingin bersuhu
4
o
C dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, pigmen, lemak,
dan protein sarkoplasma yang akan ikut larut dalam air. Hal ini dinyatakan dalam Nopianti (2010
) bahwa surimi diolah dengan pencucian berulang-ulang secaramekanik dengan air dingin (5
10
o
C) sampai protein larut air hilang.
Prosedur pencucian merupakan kunci dari kualitas hasil akhir surimi, tidak hanyamenghilangkan
lemak tetapi juga komponen yang tidak diinginkan seperti darahdan pigmen. Lemak yang
terpisah pada saat pencucian di
leaching tank
kemudiandikumpulkan menggunakan alat penyaring dan pengambilannya dilakukan
secaramanual oleh pekerja. Setelah lemak-lemak tersebut disaring kemudian lemakditempatkan
pada blong khusus lemak lalu dijual sebagai limbah untuk
bahan baku pembuatan minyak ikan. Setelah dicuci dalam leaching tank kemudianlumatan
daging disedot dan dialirkan ke dalam mesin
rotary screen
. Pada
rotaryscreen
, lumatan daging akan disaring sambil dibersihkan dengan semprotan airdingin yang juga bersuhu
4
o
C setelah itu daging lumat kembali dialirkan pada
leaching tank
II, dicuci kembali dalam air dingin untuk dipisahkan dari kotoran,darah, pigmen dan lemak yang
masih tersisa dan kembali disedot naik ke dalam
rotary screen
II untuk kembali dilakukan penyaringan terhadap duri dan sisikyang masih menempel.
45Sedikit berbeda dengan leaching I, pada proses leaching II digunakantambahan CaCl
2
dengan konsentrasi 0,3%. Kapasitas
leaching tank
adalahsebanyak 900 liter dengan perbandingan daging dan air yaitu 1 : 8. Tujuan
dari penambahan CaCl
2
sendiri adalah untuk mengendapkan protein myofibril dalamdaging sehingga terpisah dari
sarkoplasma dan lemak yang dapat
mempengaruhi pembentukan gel. Menurut Winarno (1997), penggunaan larutan garam dapatme
mpengaruhi kelarutan protein. Larutan garam yang digunakan dapat mengikat protein
miofibril. Protein ini merupakan protein larut garam. Penambahan garammenyebabkan protein