)
O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN MALABAR, PT
PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, BANDUNG, JAWA BARAT
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Tanaman Teh 2
Syarat Tumbuh 3
Budidaya Tanaman Teh 3
Pemangkasan Teh 4
METODE 5
Waktu dan Tempat 5
Metode Pelaksanaan 6
Pengamatan dan Pengumpulan Data 6
Analisis Data dan Informasi 8
KEADAAN UMUM 9
Letak Wilayah Administratif 9
Keadaan Iklim dan Tanah 9
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 9
Keadaan Tanaman dan Produksi 10
Struktur Organisasi 11
Ketenagakerjaan 12
Kesejahteraan Karyawan 13
HASIL DAN PEMBAHASAN 14
Aspek Teknis 14
Aspek Manajerial 42
Pembahasan 45
KESIMPULAN DAN SARAN 51
Kesimpulan 51
Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 52
RIWAYAT HIDUP 72
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman teh berasal dari famili Theaceae, genus Camellia, dengan spesies
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze). Teh biasanya dikonsumsi sebagai minuman
penyegar yang diperoleh dari pengolahan pucuk daun tanaman teh. Teh Indonesia
banyak dikonsumsi masyarakat luas karena dipercaya dapat menjaga kelangsingan
tubuh. Tipe teh Indonesia hampir seluruhnya adalah assamica, sedangkan sinensis
banyak ditemui di negara China (PPTK, 2006). Keunggulan teh Indonesia lebih
sehat dibandingkan dengan negara lain yaitu teh Indonesia lebih menyehatkan
karena teh Indonesia mengandung kadar katekin yang lebih tinggi dibandingkan
produk teh negara lain. Katekin merupakan antioksidan yang sangat efektif untuk
menetralkan radikal bebas dalam tubuh manusia. Kadar Katekin lebih tinggi pada
tipe assamica daripada sinensis (Harmadini, 2009).
Luas areal perkebunan teh tersebar di 11 provinsi yaitu Provinsi Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Barat, Banten,
Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, serta Sulawesi Selatan. Provinsi Jawa
Barat merupakan provinsi dengan areal perkebunan teh yang terluas di Indonesia.
Luas areal perkebunan teh yang berada di Jawa Barat seluas 89,54 ribu ha atau
75,60% dari total luas areal perkebunan teh di Indonesia. Provinsi lain yang
memiliki luas areal perkebunan teh yang cukup besar yaitu Jawa Tengah seluas 8,6
ribu ha (7,48%) dan Sumatera Utara seluas 5,83 ribu ha (4,92%) (BPS, 2015).
Perkembangan luas areal perkebunan teh di Indonesia selama tiga tahun
terakhir cenderung menurun. Tahun 2013 luas areal perkebunan teh Indonesia
tercatat seluas 122,49 ribu ha, kemudian mengalami penurunan tahun 2014 sekitar
3,03% menjadi 118,90 ribu ha, dan tahun 2015 areal perkebunan teh Indonesia
mengalami penurunan kembali menjadi 118,44 ha atau sekitar 0,39% (BPS, 2015).
Perkembangan produksi selama tiga tahun terakhir sangat fluktuatif. Tahun 2013
produksi sebesar 145.460 ton, kemudian mengalami kenaikan tahun 2014 menjadi
154.369 ton, dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2015 mencapai
132.615 ton (Ditjenbun, 2015).
Pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh di bawah pertumbuhan ekspor teh
dunia disebabkan komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang memenuhi
kebutuhan pasar, negara-negara tujuan ekspor teh Indonesia kurang ditujukan ke
negara-negara pengimpor teh, dan daya saing teh Indonesia di pasar dunia cukup
lemah (Suprihartini, 2005). Tahun 2013 volume ekspor teh Indonesia mencapai
sekitar 70,84 ribu ton dengan total nilai US$ 157,50 juta, hingga tahun 2014 angka
tersebut mengalami penurunan sebesar 6,27% atau menjadi 66,40 ribu ton dengan
nilai ekspor US$ 134,58 juta. Tahun 2015 total ekspor sebanyak 61,92 ribu ton
dengan nilai ekspor sebesar US$ 126,05 juta dengan persentase penurunan ekspor
sebesar 6,75% dari tahun 2014 (BPS, 2015). Penurunan pangsa pasar ekspor
tersebut akibat lemahnya daya saing mutu produk yang belum sesuai dengan
keinginan pasar. Rendahnya mutu teh berakibat pada menurunnya harga jual di
pasar internasional dan pada akhirnya menipis margin keuntungan perusahaan teh
(Suprihatini, 2004).
2
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh
Tanaman teh berasal dari daerah subtropik yang terletak pada 25-27o
Lintang Utara dan 95-105o Bujur Timur (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh
umumnya tumbuh di ketinggian 200-2.300 meter diatas permukaan laut. Tanaman
teh dapat tumbuh mulai dari pantai sampai pegunungan, namun perkebunan teh
umumnya dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklim sejuk karena
semakin tinggi daerah penanaman teh semakin tinggi mutu produk yang dihasilkan
(PPTK, 2006).
Menurut Setyamidjaja (2000), tanah jenis Andosol di Pulau Jawa sangat
cocok untuk ditanami teh dan tanah jenis Podsolik yang berada di Pulau Sumatera.
Suhu udara yang baik adalah 13-25 oC yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah
serta kelembaban relatif pada siang hari sekitar 70%. Tanah yang subur banyak
mengandung bahan organik, tidak bercadas serta mempunyai derajat kemasaman
(pH) antara 4,5-5,6 (PPTK, 2006).
Menurut Spillane (1992), ketinggian lokasi penanaman teh dapat
digolongkan ke dalam lima golongan yaitu :
1. High Grown, untuk teh dari perkebunan dengan ketinggian di atas 1.500 meter
diatas permukaan laut seperti: Perkebunan Sinumbra, Perkebunan Sperata, dan
Perkebunan Malabar di Jawa Barat.
2. Good Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 1.200-1.500 meter
diatas permukaan laut, seperti: Perkebunan Kertamanah, Perkebunan Gunung
Mas, dan Perkebunan Goalpara di Jawa Barat.
3. Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 1.000-1.200 meter diatas
permukaan laut, seperti: Perkebunan Wonosari di Jawa Timur dan Perkebunan
Panghaeotan di Jawa Barat.
4. Low Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 800-1.000 meter diatas
permukaan laut, seperti: Perkebunan Pasir Nangka, Perkebunan Cikopi Selatan
dan lainnya di Jawa Barat.
5. Common, untuk teh dari perkebunan di daerah di bawah 800 meter diatas
permukaan laut, seperti: Perkebunan Gunung Raung.
Pemangkasan Teh
Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang tinggi
dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian tidak akan
menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan (PPTK,
2006). Tanaman teh dapat dipetik dengan mudah dan diperoleh jumlah daun muda
atau pucuk yang banyak, maka tanaman teh harus dibentuk menjadi perdu yang
memiliki bidang petik yang mudah dalam kegiatan pemetikan. Kegiatan
pemangkasan bertujuan untuk mempertahankan kondisi bidang petik tetap rendah
sehingga memudahkan dalam kegiatan pemetikan (Effendi et al., 2010).
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan
teh, agar teh dapat dipetik dengan mudah, cepat, dan efisien sehingga diperoleh
jumlah pucuk yang banyak. Pemangkasan dalam budidaya teh dilakukan pada
tanaman menghasilkan dan tanaman yang belum menghasilkan. Pemangkasan pada
tanaman teh menghasilkan dimaksudkan untuk mengendalikan tinggi tanaman agar
mudah dipetik, mempertahankan pertumbuhan pada fase vegetatif dan memelihara
serta membentuk bidang petik.
Jenis Pangkasan. Jenis pangkasan di Unit Perkebunan Malabar dibagi
menjadi dua yaitu pangkasan bentuk pada tanaman teh belum menghasilkan (TBM)
dan pangkasan produksi pada tanaman teh menghasilkan. Pangkasan produksi yang
dilakukan adalah pangkasan kepris, pangkasan bersih dan pangkasan jambul.
Pembagian pangkasan menjadi pangkasan kepris, pangkasan bersih, dan pangkasan
jambul berdasarkan musim dan kondisi tanaman teh. Pangkasan kepris dilakukan
apabila kondisi tanaman teh kurang baik atau dilakukan dengan tujuan-tujuan
tertentu seperti mempercepat pertumbuhan tunas baru. Pangkasan bersih dilakukan
pada saat musim hujan, sedangkan pangkasan jambul dilakukan pada awal musim
kemarau untuk mengurangi intensitas sinar matahari secara langsung.
Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja,
tanpa membuang cabang berdiameter <1 cm. Pangkasan kepris efektif dilakukan
pada kondisi tanaman yang kurang baik dilakukan pada tinggi 60-70 cm dari
permukaan tanah. Pangkasan bersih adalah pangkasan dengan membuang cabang
ukuran <1 cm dengan bagian tengah perdu yang sedikit rendah dan dilakukan pada
tanaman setinggi 45-60 cm pada kondisi tanaman yang sehat. Pangkasan jambul
adalah pangkasan dengan menyisakan satu atau dua cabang di sisi perdu dengan
jumlah daun 50-100 lembar. Sisa dua cabang pada sisi perdu dibuang menjelang
dijendang. Pangkasan jambul sangat baik dilakukan pada tanaman teh muda asal
stek atau pangkasan pada musim kemarau dengan daerah penanaman teh yang
rendah (Sanusi et al., 1992).
Kriteria Pemangkasan. Kriteria pemangkasan dalam suatu perkebunan
adalah produksi yang telah menurun, ketinggian bidang petik yang lebih tinggi dari
120 cm, persentase pucuk dorman lebih besar dari 70% dan kandungan pati akar
lebih besar dari 12%. Ketinggian bidang petik tidak ergonomis bagi pemetik adalam
120-140 cm (PPTK Gambung, 2010).
Pucuk burung adalah pucuk yang mengandung tunas dalam keadaan dorman
sehingga dalam beberapa waktu tidak menghasilkan daun baru. Persentase pucuk
burung yang tinggi menandakan kadar pati pada akar cukup tinggi, karena pada saat
ini tanaman mengakumulasi hasil fotosistesis di dalam akar. Persentase pucuk
burung yang semakin tinggi menyebabkan daun yang memenuhi syarat untuk
5
dipetik menjadi berkurang karena semakin tingginya persaingan antar pucuk untuk
mendapatkan fotosintat.
Tingkat produksi tanaman yang memiliki umur pangkas tua akan menurun
karena jumlah daun tua semakin banyak dengan kemampuan fotosintesis yang
mulai berkurang sehingga pucuk yang dihasilkan lebih sedikit. Cadangan makanan
(pati) berperan sangat besar terhadap penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas-
tunas baru. Pati umumnya terdapat pada akar, cabang, dan ranting. Cadangan pati
dalam akar yang rendah (<12%) menyebabkan tanaman teh akan mati apabila
dipangkas (PPTK, 2006).
Peralatan Pangkas. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan
yaitu sabit pangkas (gaet), gergaji pangkas, batu asah, dan alat ukur ketinggian
pangkasan. Ketajaman alat yang digunakan sangat mempengaruhi hasil pangkasan.
Pemangkasan tanaman teh ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu kerataan,
arah kemiringan, dan luka pangkas yang tidak pecah. Hal tersebut akan
mempengaruhi pertumbuhan tunas selanjutnya (PPTK, 2006). Pemangkasan secara
manual dengan memotong cabang ukuran <2 cm menggunakan gaet pangkas,
sedangkan cabang ≥2 cm menggunakan gergaji pangkas (Effendi et al., 2010).
Gilir Pangkas. Gilir pangkas atau siklus pangkas pada perkebunan didasari
oleh kondisi tanaman, ketinggian tempat, dan produktivitas tanaman. Gilir pangkas
adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pangkasan
berikutnya dan biasanya dinyatakan dalam 1 tahun (12 bulan) pada blok yang sama.
Pemangkasan biasanya dilakukan pada dua periode, yaitu periode I pada bulan
Januari-Mei dan pada periode II pada bulan September-November (Setyamidjaja,
2000).
Panjang pendek daur pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain tinggi rendahnya letak kebun dari permukaan laut, sistem petik, kesuburan
tanah, dan tinggi pangkasan sebelumnya. Berdasarkan tinggi tempat daerah
pertumbuhan teh untuk daerah rendah (<800 m) gilir pangkas berkisar 2-3 tahun,
daerah sedang (800 m – 1.200 m) gilir pangkas berkisar 3-4 tahun, dan daerah tinggi
(> 1.200 m) gilir pangkas 4-5 tahun. Sistem petikan berat yang tidak meninggalkan
daun sama sekali diatas kepel (k+0) menyebabkan gilir pangkas lebih panjang
daripada petikan ringan (k+1). Kesuburan dan pengolahan tanah yang baik
menyebabkan pertumbuhan tanaman teh semakin cepat sehingga gilir pangkas
semakin pendek. Tinggi pangkasan yang semakin tinggi dari sebelumnya maka gilir
pangkas semakin pendek (Sanusi et al., 1992).
METODE
Magang ini dilakukan pada bulan Februari tahun 2017 hingga bulan Juni
tahun 2017, di Unit Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII, Bandung,
Jawa Barat.
6
Metode Pelaksanaan
Data yang dikumpulkan dalam kegiatan magang meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan secara langsung pada praktik
kerja di lapangan ataupun dengan wawancara kepada pekerja yang bertugas di
lapangan maupun kantor kebun. Data sekunder diperoleh dari perkebunan meliputi
lokasi dan letak geografis berhubungan dengan letak wilayah administrasi kebun,
kondisi iklim dan tanah, luas areal dan tata guna lahan kebun, kondisi tanaman
(klon, jenis klon, dan umur tanaman), produksi dan produktivitas kebun 5 tahun
terakhir dan peta lokasi kebun terbaru. Data iklim curah hujan sangat
mempengaruhi kondisi tanaman dan pertumbuhan pucuk atau tunas baru yang
tumbuh pada tanaman teh. Struktur organisasi dibutuhkan dalam pengelolaan yang
baik pada setiap perusahaan, hal ini sangat diperlukan dalam pengamatan ini
dimulai dari penggolongan karyawan yang menjadi staf dan non staf.
Data Primer
Pengamatan dilakukan secara acak pada dua blok salah satu afdeling di Unit
Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII, Bandung, Jawa Barat.
Pemilihan blok berdasarkan tanaman teh yang belum dilakukan pemangkasan.
Tanaman yang diamati dengan aspek pemangkasan berjumlah 15 tanaman contoh.
Peubah yang telah diamati penulis sebagai berikut:
7
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan dan arsip perusahaan seperti waktu
pemangkasan sebelumnya, rencana waktu pangkas berikutnya, produktivitas
berdasarkan tahun pangkas, standar realisasi kapasitas kerja karyawan pemangkas,
dan luas areal pangkasan per tahun selama lima tahun terakhir.
(x̅̅̅-x
1 ̅̅̅)
2 (n1 -1)S1 2 +(n2 -1)S2 2
thitung = 1 1
Sp = √ (n1 -n2 )-2
√Sp ( + )
n n
1 2
9
Keterangan:
x1, x2 : nilai tengah contoh 1 dan 2
n1, n2 : jumlah contoh 1 dan 2
S12, S22 : ragam contoh 1 dan 2
Sp : simpangan baku gabungan
Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila
thitung < ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan db (n1 + n2 -2)
(Walpole, 1993).
KEADAAN UMUM
Unit Perkebunan Malabar pada tahun 2017 mempunyai luas areal konsesi
2.022,11 ha. Luas areal konsesi terdiri atas areal produktif 1.255,94 ha dan areal
tidak produktif 766,17 ha. Luas areal tanaman pada tahun 2017 mengalami
10
penurunan dibandingkan tahun 2016. Tata guna lahan di Unit Perkebunan Malabar
dapat dilihat pada Tabel 1.
Penurunan luas areal tanaman teh karena berkurangnya areal luas tanaman
belum menghasilkan (TBM) dan Kawasan Kayu Energi (KKE) akibat alih fungsi
lahan. Areal produktif merupakan areal yang ditanami tanaman teh menghasilkan,
sedangkan areal tidak produktif terdiri dari tanaman teh belum menghasilkan,
kawasan kayu energi (KKE), emplasemen, kawasan marginal, lahan cadangan,
hutan, gemblangan, dan lahan pinjam pakai. Kawasan Kayu Energi (KKE)
merupakan area yang ditanami pohon-pohonan yang dilestarikan untuk
kepentingan keseimbangan ekosistem.
kondisi lahan yang ada di Unit Perkebunan Malabar dengan 75% merupakan areal
berbukit atau bergelombang dan 25% areal landai. Hasil panen dalam bentuk pucuk
basah diangkut dan diolah setiap hari di Pabrik Teh Hitam Orthodoks dengan
kapasitas terpasang 60.000 kg/hari. Pemasaran teh hitam dilakukan oleh Direksi
Pusat Unit Perkebunan Malabar dengan 90% untuk pasar ekspor dan 10% untuk
pasar lokal. Produk-produk teh Perkebunan Malabar masih tetap memiliki pasar
tinggi terutama negara tujuan ekspor seperti Korea dan Jepang yang fanatik. Data
inventarisasi luas dan populasi pohon teh dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas dan populasi pohon teh tahun 2017 di Unit Perkebunan Malabar
Luas areal TM
Populasi
Afdeling (ha) Tanaman/ha
(tanaman)
Klon Seedling Jumlah
Malabar Utara 174,00 133,45 307,45 2.728.806 8.876
Malabar Selatan 194,68 122,77 317,45 2.384.836 8.930
Sukaratu 154,28 158,14 312,42 2.909.410 9.312
Tanara 136,07 132,55 318,62 2.925.581 9.182
Jumlah 709,03 546,91 1.255,94 11.398.633 9.076
Sumber: Arsip Kantor Unit Perkebunan Malabar, 2017
2.000,00 1.738
1.576,40
1.500,00
1.000,00
500,00
0,00
TP I TP II TP III TP IV TP V TP VI
Struktur Organisasi
Ketenagakerjaan
Total karyawan
Indeks tenaga kerja = Total luas areal teh
201
= 307,45 = 0,65 orang/ha
Indeks tenaga kerja yang diperoleh di Afdeling Malabar Utara sebesar 0,65
orang/ha. Indeks tenaga kerja Afdeling Malabar Utara lebih kecil dibandingkan
dengan yang direkomendasikan yaitu sebesar 1,5-2,0 orang/ha (Iskandar, 1988).
Sistem pemberian upah untuk karyawan ditetapkan langsung oleh Direksi Unit
Perkebunan Malabar. Besarnya upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang
disesuaikan dengan jabatan dan UMR (Upah Minimum Regional) yang berlaku.
Pembagian upah untuk karyawan dilakukan setiap bulan pada minggu pertama awal
bulan sekitar tanggal 7-10. Hari efektif kerja karyawan dalam seminggu adalah
enam hari dengan lama kerja 7 jam/hari.
Kesejahteraan Karyawan
Aspek Teknis
Teknis penanaman pohon kecubung diberi jarak pada setiap empat baris
tanaman teh (5 m x 5 m) karena jarak tanam yang digunakan di Unit perkebunan
Malabar hampir seluruhnya merupakan double row. Proses penanaman sebanyak
15 batang pohon kecubung (Datura metel). Jumlah batang pohon kecubung yang
ditanam masih jauh dari yang dilakukan oleh dua orang karyawan pelaksana.
Blok Paninjoan II, Persentase ini masih dibawah ≤5 % dari standar persentase
kematian yang ditentukan Unit Perkebunan Malabar.
Ulat bajra atau api (Setora nitens) menyerang daun teh tua pada tanaman
belum menghasilkan (TBM) menyebabkan tanaman teh belum menghasilkan
tampak seperti gundul sehingga perlu dilakukan penyulaman. Kegiatan penyulaman
dilakukan sebanyak 20 bibit teh/HK dengan standar kapasitas kerja yang ditetapkan
Unit Perkebunan Malabar sebesar 100 bibit/HK. Karyawan pelaksana dapat
memenuhi standar kapasitas kerja dengan menanam 100 bibit/HK. Jumlah bibit
sulaman yang ditanam masih jauh dari standar yang ditetapkan oleh Unit
Perkebunan Malabar karena kurangnya pengalaman dan keterampilan dalam
kegiatan penyulaman. Penyulaman pada tanaman belum menghasilkan (TBM) 2
dapat dilihat pada Gambar 3.
Unit Perkebunan Malabar. Perataan bidang petik pada teh TBM (skipping) dapat
dilihat pada Gambar 4.
Pemupukan
Kegiatan pemupukan di Unit Perkebunan Malabar dibagi menjadi dua macam
yaitu pupuk melalui daun dan pupuk melalui akar. Pemupukan melalui daun di Unit
Perkebunan Malabar dilakukan menggunakan dua jenis mesin yaitu power sprayer
dan mistblower. Kegiatan pemupukan daun penting dilakukan untuk mempercepat
pertumbuhan tunas akibat gangguan hama atau memperbaiki kesehatan tanaman
yang dilakukan dengan aplikasi pemupukan melalui daun menggunakan pupuk
pelengkap cair (PPC) dan zat perangsang tumbuh (ZPT) baik organik maupun
anorganik. Penentuan setiap blok yang akan diberi pupuk daun menentukan jenis
pupuk daun dan zat perangsang tumbuh (ZPT) disesuaikan dengan keperluan yang
akan diberikan untuk tanaman teh. Zat pengatur tumbuh dibedakan menjadi
beberapa macam merek dagang meliputi Atonik 6.5 L (NO3) dengan dosis 0,5 l/ha
untuk merangsang pertumbuhan tunas, Dharma Guna Wibawa (KNO3) dengan
dosis 1 kg/ha untuk merangsang perpanjangan ruas daun (internode), dan pucuk,
DGW (ZnSO4) dengan dosis 1 kg/ha untuk menambah bobot ruas daun (internode)
dan pucuk, dengan volume semprot 200 l/ha. Pemupukan daun menggunakan
power sprayer dapat dilihat pada Gambar 5.
power sprayer sebanyak 6 orang dengan 2 orang sebagai pengangkut air dan 1
pengatur operasi mesin sedangkan 3 orang untuk mengatur lajur selang semprot.
Kegiatan pemupukan daun di Afdeling Malabar Utara dengan
menggunakan dua alat yaitu mistblower dan power sprayer. Standar Kapasitas kerja
karyawan dalam kegiatan pupuk daun menggunakan mistblower yang ditetapkan
Unit Perkebunan Malabar sebesar 1 ha/HK, sedangkan menggunakan power
sprayer sebesar 2 ha/HK. Karyawan yang melakukan pemupukan melalui daun
dapat mencapai standar kapasitas kerja yang ditetapkan Unit Perkebunan Malabar.
Standar kapasitas kerja yang berbeda pada setiap penggunaan alat disebabkan daya
jelajah semprot power sprayer yang lebih luas yaitu 2 m sedangkan mistblower 1,2
m. Kapasitas kerja pupuk daun yang dilakukan penulis menggunakan mistblower
mencapai 0,5 ha/HK, kapasitas kerja yang diperoleh masih dibawah standar
kapasitas kerja yang ditentukan karena kurangnya pengalaman dalam
menggunakan mistblower.
Pupuk melalui akar bertujuan untuk mengganti sejumlah unsur hara yang
telah terambil akibat kegiatan produksi dan pemeliharaan. Setiap kebun yang akan
dilakukan pemupukan melalui akar kondisi gulma harus dalam keadaan terkendali.
Pemupukan melalui akar yang dilakukan karyawan pelaksana dapat dilihat pada
Gambar 6.
akar yaitu cangkul atau garpu, ember, bendera penanda, amparan terpal, karung,
dan alat tulis. Kapasitas kerja karyawan dalam melakukan pupuk akar sebesar 0,2
ha/HK dengan upah Rp35.000/HK.
Ulat penggulung pucuk dan ulat ulat penggulung daun apabila tidak
dikendalikan dapat terjadi sepanjang tahun. Intensitas yang terjadi di Unit
Perkebunan Malabar belum memasuki ambang darurat, tetapi intensitas dapat
meningkat pada peralihan musim penghujan dan kemarau. Dampak intensitas
serangan ulat penggulung pucuk dan daun membuat pertumbuhan tunas terhambat.
Populasi ulat dapat dikendalikan dengan musuh alaminya seperti jangkrik, laba-
laba, dan semut. Pengendalian ulat penggulung dilakukan secara secara mekanis
dan kimiawi. Pengendalian secara mekanis dilakukan saat gilir petik dengan
membuang langsung daun atau pucuk yang terserang. Pengendalian secara kimiawi
dengan menggunakan insektisida kontak Ripcord 5 EC berbahan aktif
19
Cypermethrine 50 g/l dengan dosis 0,2 l/ha dan volume semprot 250 l/ha pada
interval penyemprotan minimal 14 hari.
Penyakit yang di dominasi pada musim hujan di Unit Perkebunan Malabar
adalah cacar daun teh (blister blight) disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans.
Musim hujan yang menyebabkan kelembaban udara >80% dan intensitas cahaya
yang rendah merupakan kondisi ideal jamur untuk berkembang biak. Bagian yang
diserang yaitu daun atau ranting muda. Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu
munculnya bintik kecil tembus cahaya dengan diameter ±0,25 mm, kemudian
membesar dan menonjol ke bagian bawah permukaan daun dengan permukaan atas
daun yang utuh dan membentuk spora pada tonjolan. Seiring waktu pusat bercak
berwarna coklat lalu mengering hingga akhirnya bercak dapat terlepas yang
menyebabkan daun menjadi berlubang.
Pengendalian secara langsung terhadap penyakit cacar daun teh (blister
blight) dicegah secara kimiawi (bersifat kontak) menggunakan fungisida Champion
77 WP berbahan aktif Cu-hydroxyde 77% dengan dosis 0,25 kg/ha dan volume
semprot 250 l/ha pada interval penyemprotan minimal 14 hari. Serangan penyakit
cacar daun teh pada blok tanaman teh belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM) tidak berlangsung terus menerus sepanjang tahun, tergantung
bagaimana pergantian cuaca dan musim penghujan setiap tahunnya, namun apabila
tidak dikendalikan akan menimbulkan kerugian secara ekonomi.
Tenaga kerja dalam pengendalian hama dan penyakit di Unit Perkebunan
Malabar terdiri dari penyemprot dan pengangkut air sekaligus pencampur bahan
kimia (laden), setiap dua karyawan yang menggendong motor kompa (mist blower)
untuk satu orang pengangkut air. Pekerja pengendalian hama terdiri dari karyawan
pelaksana yang diawasi oleh satu mandor hama dan penyakit. Pelaksanaan
pengendalian hama dan penyakit terdiri dari karyawan dengan sistem borongan
yang dengan upah Rp35.000 ha/HK. Standar pelaksanaan pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman menghasilkan (TM) sebesar 1 ha/HK, sedangkan pada
tanaman belum menghasilkan (TBM) sebesar 2 ha/HK. Prestasi kerja karyawan
pelaksana pada blok tanaman menghasilkan sebesar 1,25 ha/HK - 1,5 ha/HK,
sedangkan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) karyawan menghasilkan
prestasi kerja mencapai 2,5 ha/HK. Penulis melaksanakan pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman menghasilkan (TM) pada Blok Simpang dan Blok Cibolang
dengan prestasi kerja 0,5 ha/HK.
Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada area yang tidak diinginkan
karena mampu bersaing dengan tanaman pokok untuk menyerap unsur hara, air,
cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Pemilihan pengendalian yang tepat untuk
menekan gulma serendah mungkin sangat penting dilakukan. Sistem pengendalian
gulma di Unit Perkebunan Malabar terdapat dua kegiatan pengendalian yaitu
pengendalian secara manual dan pengendalian secara kimiawi.
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual
di Unit Perkebunan Malabar sedang giat melakukan penyiangan gulma manual
secara Clean weeding. Kegiatan Clean weeding merupakan kombinasi perlakuan
penyiangan gulma secara manual yang terdiri dari babat, jojo, dan kored yang
bertujuan menekan potensi pertumbuhan gulma sekecil mungkin. Jenis-jenis
spesies gulma di Unit Perkebunan Malabar dapat dilihat pada Tabel 3.
20
Pemangkasan
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan untuk
mempertahankan tinggi bidang petik sampai ketinggian tertentu dan memperluas
bidang petik (frame) sehingga mampu meningkatkan produktivitas teh.
Pemangkasan bertujuan untuk mempermudah dalam proses pemetikan saat panen,
menjaga tanaman agar tetap berada pada fase vegetatif, dan membuang cabang
tidak produktif serta merangsang dalam pembentukan tunas baru yang lebih banyak.
Pemangkasan bersih tanaman teh dapat dilihat pada Gambar 11.
Luas yang
Persentase
ditanam Umur pangkas
Blok Klon pucuk burung
(ha) (bulan)
(%)
Klonal Seedling
Pamegatan GMB 7 6,31 5,31 64 95,64tn
Ciemas TRI 2025 1,50 8,85 53 93,39tn
Rata-rata 94,51
tn)
Keterangan: = Tidak berbeda nyata, berdasarkan hasil uji t-student pada taraf 5%.
berdasarkan diameter cabang yaitu <1 cm , 1 cm - 1,99 cm dan ≥2 cm. Hasil rata-
rata jumlah cabang (Tabel 8) pada Blok Pamegatan dan Blok Ciemas komposisi
ukuran cabang paling banyak diperoleh pada ukuran cabang <1 cm sebesar 17 buah
dengan persentase sebesar 63,27% sedangkan komposisi ukuran cabang paling
sedikit diperoleh pada ukuran cabang ≥2 cm sebesar 2,17 buah dengan persentase
8,07%. Hasil pengamatan persentase komposisi cabang setiap tanaman berdasarkan
diameter cabang tercantum pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah cabang berdasarkan diameter cabang per tanaman pada saat
pemangkasan
Tabel 10. Gilir pangkas Blok Pamegatan dan Blok Ciemas di Unit Perkebunan
Malabar
Waktu pelaksanaan
Tahun Waktu Pemangkasan Gilir
Luas
Blok tanam pemangkasan pangkas
(ha)
(seedling/klonal) sebelumnya (tahun)
Rencana Real
Pamegatan 11,62 1950/2009 Agustus Januari Januari 5
2011 2017 2017
Ciemas 10,35 1897/1991 Agustus Februari Februari 4
2012 2017 2017
Sumber: Arsip Kantor Unit Perkebunan Malabar, 2017
Tabel 11. Realisasi luas areal pemangkasan di Unit Perkebunan Malabar Tahun
2012-2017
Luas areal pangkasan Persentase
Luas
Tahun (ha) (%)
areal TM
Rencana Realisasi Rencana Realisasi
2012 1.078,43 269,61 347,87 25 32,25
2013 1.061,26 265,32 243,75 25 22,96
2014 1.071,46 267,86 79,56 25 7,42
2015 1.131,46 282,86 24,48 25 2,16
2016 1.201,36 300,34 147,85 25 12,31
2017 1.255,94 313,98 *146,32 25 *11,65
Rata-rata 283,32 168,70 25 15,42
Sumber: Arsip Kantor Unit Perkebunan Malabar,2017
*) Perhitungan semester I (Januari-Mei)
Tabel 12. Kapasitas karyawan pangkas di Blok Ciemas dan Blok Pamegatan
Luas Luas Lama Karyawan Kapasitas
areal Pangkasan/hari pemangkasan pangkas pemangkas
Blok
pangkasan (ha) (hari) (orang) (ha/HK)
(ha) Standar Real Standar Real Standar Real Standar Real
Pamegatan 11,62 0,44 0,32 27 37 11 8 0,04 0,04
Ciemas 10,35 0,40 0,36 26 29 10 9 0,04 0,04
Jumlah 0,98 0,84 53 65 21 17 0,08 0,08
Rata-rata 0,49 0,42 26,5 32,5 10,5 8,5 0,04 0,04
Sumber: Arsip Kantor Unit Perkebunan Malabar, 2017
Tabel 13. Bobot serasah pangkasan pada Blok Pamegatan dan Blok Ciemas
Luas Bobot bekas
Umur
Tahun areal pangkasan/
Blok Klon pangkas
tanam (ha) tanaman
(bulan)
Klon Seedling (kg)
Pamegatan GMB 1950/2009 6,31 5,31 64 3,73tn
7
Ciemas TRI 1897/1991 1,50 8,85 53 2,78 tn
2025
Jumlah 6,51
Rata-rata 3,25
tn)
Keterangan: = Tidak berbeda nyata hasil uji t-student pada taraf 5%.
100
90
Jumlah Tunas (buah)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP
<1 cm 1-1,99 cm >2 cm
Gambar 13. Grafik jumlah pertumbuhan tunas per tanaman setelah pemangkasan
di Blok Pamegatan
30
70
Jumlah Tunas (buah)
60
50
40
)
30
20
10
0
3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP
<1 cm 1-1,99 cm >2 cm
Gambar 14. Grafik jumlah pertumbuhan tunas per tanaman setelah pemangkasan
di Blok Ciemas
Pemetikan
Budidaya tanaman teh ditujukan untuk menghasilkan daun muda yang
disebut pucuk. Pemetikan merupakan kegiatan pengambilan bagian tunas teh
beserta daun muda dan telah memenuhi syarat olah menjadi produk teh kering.
Pemetikan juga berfungsi untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu
menghasilkan produksi tinggi dan berkesinambungan. Pemetikan di Unit
Perkebunan Malabar dilakukan setiap hari dengan syarat telah memenuhi ketentuan
dalam standar operasional pemetikan seperti hanca petik dan kondisi tinggi
tanaman.
Hanca petik dan gilir petik. Hanca petik adalah luas areal yang harus
selesai dipetik dalam satu hari. Hanca petik setiap blok berbeda dipengaruhi oleh
rata-rata kapasitas pemetik, kondisi topografi kebun, gilir petir, musim dan kondisi
pucuk. Penentuan luas areal yang dipetik dalam satu hari dapat dilihat dari semakin
pendek gilir petik maka semakin luas hanca petik. Sebagai contoh Blok Soreang
salah satu blok yang ada di Afdeling Tanara memiliki luasan 15,37 ha dan gilir petik
60 hari, hanca petiknya :
15.37
= = 0,256 ha/hari
60
Perhitungan hanca petik di Blok Soreang diperoleh hasil 0,256 ha/hari, maka
jumlah luasan yang harus dipetik dalam satu hari untuk Blok Soreang sebesar 0,256
ha (6,40 patok). Pengaturan dan penyelesaian hanca petik setiap blok tidak selalu
sama disesuaikan dengan kondisi kebun, luas areal petik dan gilir petik yang diatur
oleh mandor besar panen.
Gilir petik merupakan jarak waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan
berikutnya dalam satu hanca petik. Penggunaan mesin petik mempengaruhi lama
31
gilir petik karena dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk yang lebih lama
dibandingkan dengan pemetikan menggunakan gunting sehingga gilir petik yang
ditetapkan oleh Unit Perkebunan Malabar yaitu sekitar 60 hari dengan diselingi
petik delay dalam 30 hari sebelum gilir petik. Petik delay adalah kegiatan pemetikan
yang dilakukan apabila banyak pertumbuhan pucuk suatu hanca petik yang tidak
tumbuh seragam pada 30 hari sebelum gilir petik (60 hari). Petik delay bertujuan
agar pucuk yang dihasilkan hingga gilir petik yang ditentukan (60 hari) dapat
tumbuh dengan seragam dan menghindari terjadinya pucuk kaboler.
Jenis pemetikan. Jenis pemetikan yang diterapkan oleh Unit Perkebunan
Malabar dalam satu daur pangkas adalah pemetikan mesin, pemetikan Sisa Mesin
(SM), dan pemetikan Delay Leaf (DL). Pemetikan mesin adalah pemetikan yang
dilakukan menggunakan mesin petik sebagai hasil dari produksi setiap blok dalam
satu blok. Pemetikan mesin dilakukan pada 8 minggu setelah pangkas (MSP)
disesuai kondisi tanaman teh. Pemetikan Sisa Mesin (SM) dapat dilakukan sesuai
petunjuk dari mandor besar apabila dalam kegiatan pemetikan terdapat sisa pucuk
yang tidak terjangkau oleh mesin petik, maka sehari selanjutnya dilakukan
pemetikan Sisa Mesin (SM) menggunakan gunting petik dengan tujuan untuk
meminimalkan produksi pucuk yang terbuang.
Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang dilakukan di Perkebunan
Malabar adalah setiap dua row (baris) tanaman dipetik oleh satu regu pemegang
mesin petik diiringi oleh seorang pemetik menggunakan gunting. Arah pemetikan
dimulai dari arah yang paling jauh menuju jalan utama yang dapat dilalui truk
penimbang pucuk untuk mengumpulkan pucuk dan mencegah adanya areal yang
tidak terpanen serta mempermudah penimbangan. Mandor petik memperhatikan
setiap mesin petik berjalan untuk mengawasi hasil petik dan menegur pemetik
apabila ada kesalahan pemetikan dan pucuk yang terlewat.
Alat dan sarana pemetikan. Perlengkapan alat yang dibawa oleh pemetik
menggunakan gunting sebagai sarana keamanan dan keselamatan kerja meliputi
sarung tangan, pelindung tubuh dari plastik, penutup kepala (caping), sepatu boot,
gunting petik, keranjang petik, waring persegi dan waring sak. Sarung tangan
melindungi tangan dari gulma yang berbahaya bagi kulit atau serangga berbahaya
saat melakukan kegiatan pemetikan. Pelindung tubuh dari plastik (celemek atau
mantel) berfungsi melindungi tubuh dari ranting atau cabang teh yang tajam serta
melindungi tubuh agar tidak basah. Gunting petik digunakan untuk mengambil
pucuk tanaman teh dengan gunting. Keranjang petik berkapasitas sekitar 5 kg - 10
kg untuk menampung pucuk teh hasil petikan gunting. Waring persegi memiliki
kapasitas pucuk sebanyak 25 kg, sedangkan waring sak dapat menampung 25 kg -
30 kg.
Sarana pelengkap untuk menunjang kinerja mesin dan keselamatan kerja
karyawan pelaksana pemetikan meliputi collecting bag (penampung pucuk),
kelengkapan keamanan dan keselamatan kerja (sarung tangan, sepatu boot, ear
protector, masker dan pakaian kerja), peralatan dan spare part untuk kondisi
darurat di kebun, tempat bahan bakar, pelumas, waring sak, tenda, dan alas tempat
menyimpan pucuk. Kapasitas satu mesin dapat mencakup 0,5 ha/hari. Pelaksanaan
pemetikan dengan standar jumlah mesin sebanyak 15 mesin petik/hari dapat
menyelesaikan kegiatan pemetikan 2 sampai dengan 3 hari dalam satu blok.
Pelaksanaan kelengkapan alat dan keselamatan kerja karyawan pelaksana
pemetikan banyak diantaranya tidak menggunakan ear protector, dan jarang
32
hitam dengan sistem Orthodoks terdiri dari penerimaan pucuk di pabrik, pelayuan,
penggilingan dan sortasi basah, fermentasi (Oksidase enzymatic), pengeringan,
pengeringan, sortasi kering, dan pengemasan.
Penerimaan pucuk di pabrik. Pucuk merupakan bahan baku pengolahan
yang kualitasnya harus terjaga dalam setiap proses pengolahan. Penerimaan pucuk
teh sebelum masuk ruang pelayuan dilakukan penimbangan di lahan untuk
menentukan kapasitas setiap Withering Through (WT). Teknis penimbangan di
pabrik dilakukan pada jembatan timbang, barang dan alat bantu lainnya tidak
dibenarkan untuk ikut ditimbang. Penimbangan secara dua kali ini untuk
mengurangi resiko kesalahan penimbang saat dilahan. Pucuk yang dibawa dari
kebun ke pabrik dengan menggunakan waring sak dan waring persegi disusun
secara rapih dan terhindar dari sengatan matahari untuk menghindari kerusakan
yang mengakibatkan rendahnya mutu teh yang dihasilkan.
Potensi kerusakan pucuk paling besar terjadi saat penanganan pucuk selama
kegiatan pemetikan. Setiap penanganan pucuk teh harus terhindar dari gulma, batu,
kayu, kaca, plastik, tanah, serangga dan kontaminasi pestisida dan bahan kimia.
Penimbangan dilakukan di pabrik oleh staff penimbangan.
Analisis pucuk. Analisis pucuk adalah pemisahan pucuk antara pucuk yang
memenuhi syarat olah dan tidak memenuhi syarat olah pabrik yang dinyatakan
dalam persen. Pucuk yang memenuhi syarat olah pabrik yaitu pucuk daun muda
sedangkan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah pabrik yaitu pucuk yang terkena
hama dan penyakit dan pucuk yang busuk (kaboler). Analisis pucuk di Pabrik
Perkebunan Malabar dilakukan oleh satu orang karyawan pelaksana.
Peralatan yang digunakan untuk analisis pucuk di pabrik antara lain
timbangan digital, kotak analisis pucuk, dan tampah. Kegiatan analisis diawali
dengan mengambil pucuk sebanyak 200 g dari setiap mandor. Pucuk yang
memenuhi syarat olah merupakan pucuk medium dengan sebagian pucuk daun
muda yang terpilih yaitu p+2, p+3, b+1, b+2, dan b+3. Pucuk yang dianggap tidak
memenuhi syarat olah jika daun atau pucuk sobek, terlipat, atau terperam. Hasil
setiap kriteria analisis pucuk ditimbang dan dipersentasekan. Tujuan analisis pucuk
layak olah untuk mengetahui kualitas pucuk dan menentukan upah pemetik setiap
afdeling, memperkirakan persentase mutu teh jadi yang akan dihasilkan. Analisis
pucuk di Unit Perkebunan Malabar memiliki standar olah pucuk sebesar 55%
sampai dengan 60%. Proses penimbangan dan analisis pucuk pada saat pucuk tiba
di ruang pembeberan dapat dilihat pada Gambar 18.
(a) (b)
(a) Proses penerimaan dan penimbangan pucuk kedua
(b) Proses analisis pucuk saat pucuk tiba di ruang pembeberan
Gambar 18. Awal pengolahan teh sebelum dilakukan kegiatan pembeberan
36
(a) (b)
Gambar 20. Mesin penggulungan dan penggilingan pucuk teh yang digunakan di
Unit Perkebunan Malabar ; (a) mesin Open Top Roller (OTR) dan
(b) mesin Innovation Tea Roller (ITR)
38
ITR
cvvvvv` ITR ITR RV CORONG
(a) (b)
Gambar 24. Proses pengeringan teh menggunakan dua jenis mesin pengeringan ;
(a) Mesin Fluid Bed Dried (FBD) dan (b) Mesin Two Stage Dried
(TSD)
Proses pengeringan menggunakan dua jenis mesin yaitu tiga mesin TSD
(Two Stage Drier), 1 mesin FBD (Fluid Bed Drierd) dan Heat Exchanger (HE)
sebagai sumber panas. Jenis bubuk Broken dan Small Grade dapat menggunakan
kedua jenis mesin tersebut namun dengan suhu inlet dan Outlet berbeda. Suhu Inlet
untuk mesin TSD adalah 90-110 oC dan suhu Outlet 45-55 oC, sedangkan suhu Inlet
untuk mesin FBD adalah 115-120 OC dan suhu Outlet 95-105 OC. Keadaan berbeda
ketika mesin memproses jenis bubuk Leafy Grade. Bubuk jenis Leafy Grade
menggunakan mesin FBD untuk proses pengeringan dengan suhu inlet 100-110 oC
dan suhu outlet 45-55 oC. Leafy Grade menggunakan FBD dengan tujuan agar
kotoran, debu atau pakang dapat terangkat oleh resapan angin yang tidak dimiliki
oleh mesin TSD. FBD (Fluid Bed Drierd) menggunakan prinsip fluidisasi dengan
melakukan hembusan udara panas oleh main fan melalui suatu saluran ke atas bak
pengering yang menembus hamparan bahan baku sehingga bahan dapat bergerak
dan memiliki sifat fluida.
Durasi untuk proses pengeringan pada mesin FBD berkisar 15 sampai
dengan 18 menit, sedangkan untuk mesin TSD berkisar 20 sampai dengan 25 menit.
Panas proses pengeringan diperoleh dari mesin Heat Exchanger (HE) kemudian
panas merambat pada pipa api oleh dorongan dari main fan sehingga masuk ke
ruang pengeringan. TSD (Two Stage Dried) memiliki prinsip kerja menggunakan
tray (rantai) yang bergerak berlawanan dengan aliran udara panas dari mesin HE.
Pengaturan pemisahan pengeringan untuk setiap jenis bubuk harus dilakukan agar
setiap jenis bubuk tidak tercampur pada saat hasil akhir. Bubuk teh yang telah
keluar dari mesin FBD dan TSD diperiksa secara visual baik dengan dilihat
penampakannya, diraba, dan atau dihirup aromanya.
Sortasi kering. Sortasi merupakan kegiatan memisahkan partikel teh
berdasarkan warna, kerataan, ukuran, berat jenis, dan asal bahan pucuk sehingga
diperoleh jenis-jenis teh sesuai dengan standar yang diinginkan konsumen. Pada
kegiatan sortasi ini akan terpisah antara produk dengan Mutu I, II, dan III.
Berdasarkan alur sortasi, pelaksanaan sortasi terdiri dari pemisahan serat dan tulang
daun, pengayakan untuk meratakan bentuk dan ukuran partikel serta pemisahan
berdasarkan berat jenis (density). Proses sortasi harus mengikuti alur sortasi, setiap
jalur diberi girik (identitas) atau tanda. Alur proses sortasi kering dibedakan
menjadi dua yaitu sortasi langsung tanpa melewati proses cutting dan sortasi
41
melewati proses cutting (untuk bubuk badag). Proses sortasi di Unit Perkebunan
Malabar terdiri dari jalur I, II dan III. Bubuk utama yang berasal dari bubuk 1 dan
2 menuju Jalur I melalui dua corong pada mesin midleton kemudian melalui vibrex
untuk memisahkan serat yang terdapat pada bubuk utama setelah itu hasil dari
mesin vibrex diayak dengan shifter sehingga masuk menuju winower untuk
dipisahkan berdasarkan berat jenis. Hasil dari jalur satu masuk menuju jalur dua
untuk dilakukan sortasi ulang dimulai dari mesin van Dermeer (druckroll) untuk
mengecilkan partikel pada Jalur I dan melanjutkannya seperti proses sortasi
sebelumnya. Khusus untuk bubuk 3, 4, dan badag dilakukan sama seperti sortasi
Jalur I dan II namun hanya dilakukan pada Jalur III. Hasil bibik dari vibrex corong
I dan II terlebih dulu melalui jalur mesin Tea Cutter setelah itu melalui Theewan
kemudian kembali lagi menuju vibrex dan shifter yang pada akhirnya menjadi
bahan untukk produk FANN II dan BM. Komponen mesin yang digunakan dalam
proses sortasi kering berdasarkan fungsinya tercantum pada Tabel 15.
Hasil sortasi diperiksa oleh kepala pengolahan dan mandor besar kering
untuk dibandingkan dengan bubuk yang telah memenuhi standar. Bubuk hasil
sortasi yang sudah memenuhi standar diberi girik atau identitas berwarna hijau
sedangkan bubuk hasil sortasi yang belum memenuhi standar diberi girik atau
identitas berwarna merah untuk dilakukan sortasi ulang.
Pengepakan. Pengepakan merupakan suatu kegiatan melindungi teh yang
teh yang telah jadi dari kerusakan atau kontaminasi dan memperpanjang masa
simpan produk serta untuk mempermudah baik selama proses penyimpangan
maupun pengangkutan. Pengepakan dalam jumlah dan jenis tertentu dapat
memudahkan pemasaran. Prinsip umum pengepakan yaitu pengemasan teh jadi
dengan menggunakan paper sack, karung bagor atau kemasan khusus sesuai
permintaan konsumen sesuai jenis dan jumlah tertentu sebelum teh dikirim ke
pembeli. Penggunaan karung bagor digunakan untuk jenis bubuk Broken Mixed
(BM) dan PLUFF.
Karung bagor yang akan digunakan sebagai packer di dalamnya terdapat
inner plastic sedangkan untuk paper sack dengan lapisan terdalamnya dilapisi
alumunium foil. Produk teh jadi yang telah di pak harus sesuai standar mutu teh
yang ditetapkan Unit Perkebunan Malabar. Standar mutu dan kualitas produk teh
42
jadi meliputi kadar air maksimum 4,5% dan telah memenuhi standar densitas,
appearance, bebas dari benda asing dan tanpa cacat mutu dalam kontaminan.
Aspek Manajerial
Mandor
Mandor di Unit Perkebunan Malabar berperan mengawasi kinerja karyawan
pelaksana secara langsung sesuai jenis pekerjaanya dibawah pengawasan mandor
besar dan kepala afdeling. Mandor bertanggung jawab memberikan pengarahan
teknis budidaya, absensi karyawan pelaksana, mengitung prestasi kerja karyawan,
membuat laporan harian yang terdiri dari blok, luas areal yang dikerjakan, dan
jumlah karyawan yang bekerja kemudian dilaporkan kepada mandor besar atau
kepala afdeling. Setiap mandor mengikuti prosedur yang diberikan oleh kepala
afdeling dan atau mandor besar.
Mandor terdiri atas mandor panen dan mandor rawat. Mandor rawat terbagi
menjadi mandor penyiangan gulma manual, mandor penyiangan gulma kimiawi,
mandor pemangkasan, mandor pemeliharaan jalan kontrol, mandor hama penyakit
dan mandor pemupukan.
43
afdeling atau mandor besar sebagai bahan evaluasi. Selama kegiatan penyiangan
gulma kimiawi melakukan pengawasan dan memperingatkan karyawan apabila ada
gulma yang terlewat untuk disemprot.
Mandor Pemupukan. Tugas yang dibebankan oleh mandor pemupukan
yaitu mengawasi jalanya kegiatan pemupukan dan mengarahkan pekerja untuk
menghindari penyimpangan yang dilakukan karyawan pelaksana dalam kegiatan
pemupukan. Sehari sebelum pelaksanaan pemupukan mandor membuat bon
permintaan pupuk yang sudah disetujui oleh kepala afdeling, staf bagian tanaman
dan kepala gudang. Staf bagian tanaman memberikan rekomendasi dosis pupuk
untuk masing-masing blok yang akan dilakukan pemupukan, hal ini karena
kandungan dosis pupuk pada setiap blok berbeda-beda. Mandor pemupukan
dibantu oleh kepala afdeling, mandor besar dan komandan pleton (danton) dimulai
dari pegambilan pupuk di gudang hingga kegiatan pemupukan dikebun berakhir.
Kegiatan pemupukan dimulai pukul 06.30 WIB hingga pukul 12.00 WIB.
Karyawan pemupukan merupakan karyawan berasal dari karyawan pemeliharaan.
Selama kegiatan berlangsung, penulis membantu mengawasi kegiatan pemupukan
di kebun dengan mengevaluasi dosis yang ditabur oleh karyawan penabur dan
memastikan lubang pupuk tertutup dengan sempurna serta memastikan penggunaan
pupuk digunakan tepat cara dan tepat dosis.
Mandor Besar
Mandor Besar secara langsung membawahi semua mandor yang ada di Unit
Perkebunan Malabar. Mandor Besar terdiri dari Mandor besar rawat dan Mandor
besar panen. Peran mandor besar adalah mengelola kebun agar berjalan dengan baik
secara teknis seperti membuat rencana kerja bulanan berdasarkan rencana kerja
tahunan baik panen maupun perawatan dan membuat laporan-laporan rencana dan
realisasi kegiatan yang dilaksanakan. Tugas yang dilakukan mandor besar juga
memastikan dan menjamin bahwa pelaksanaan setiap kegiatan sesuai dengan
rencana yang dibuat serta mengevaluasi kinerja karyawan pelaksana dalam setiap
pekerjaan secara kualitas, kuantitas dan biaya. Setiap hasil kerja yang dibuat oleh
mandor besar diajukan kepada kepala afdeling untuk selanjutnya dievaluasi dan
dikoreksi secara administrasi serta memonitor pencapaian target kerja dan produksi
terhadap rencana yang telah dibuat. Selama menjadi pendamping mandor besar
rawat turut membantu mengawasi kinerja mandor rawat dalam setiap kinerja yang
dilakukan di kebun dan ketika menjadi pendamping mandor besar panen ditugaskan
untuk mengawasi pelaksanaan pemetikan dan proses jalannya penimbangan I dan
II di kebun.
Kepala Pengolahan
Kepala pengolahan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan
pengolahan dan administrasi produksi di pabrik sesuai dengan kebijakan manager
kebun. Pengolahan teh hitam di Unit Perkebunan Malabar terdiri dari beberapa
tahapan setiap proses pengolahan pucuk teh hitam dengan sistem Orthodoks terdiri
dari penerimaan pucuk di pabrik, pelayuan, penggilingan dan sortasi basah,
fermentasi (Oksidase enzymatic), pengeringan, pengeringan, sortasi kering, dan
pengemasan. Kepala pengolahan mengawasi jalannya setiap proses tahapan
pembuatan teh hitam agar sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP),
terkoordinasi dengan pihak kebun dan manager, membuat pengendalian terhadap
45
hal-hal yang dapat mengefisienkan biaya dengan anggaran yang tersedia dan
menegur karyawan yang melakukan kesalahan. Kondisi yang yang ditemukan saat
di pabrik pengolahan adalah ketika musim penghujan yaitu pada bagian
pembakaran untuk proses pelayuan yang membutuhkan suhu mesin pemanas (Heat
Echanger) minimal 100 oC sedangkan kondisi kayu bakar mengandung kadar air
yang melebihi standar 18%. Kadar air kayu bakar pada musim penghujan mampu
mencapai 30% maka tindakan kepala pengolahan memutuskan untuk menunda
selama 1 seri (1 jam) pemasukan pucuk teh dan memastikan karyawan pelaksanaan
yang memasukan kayu bakar tidak terlambat memasukan kayu bakar kedalam
mesin Heat Exchanger.
Pembahasan
dan mengurangi kapasitas kerja setiap karyawan, selain itu tinggi bidang petik dapat
mempengaruhi kualitas pucuk saat diolah di pabrik pengolahan karena potensi
pengambilan pucuk yang tidak sesuai dengan plucking point dan terambilnya
cabang merah (pakang) lebih tinggi.
rata persentase kerusakan cabang di Blok Pamegatan dan Blok Ciemas (Tabel 9)
menunjukkan bahwa pada diameter cabang <1 cm diperoleh 13,13%, diameter
cabang 1 cm - 1,99 cm sebesar 15,97%, dan diameter ≥2 cm sebesar 8,67%. Alat
pangkas yang digunakan di Unit Perkebunan Malabar adalah gaet pangkas
sedangkan cabang yang berdiameter >2 cm biasanya menggunakan gergaji pangkas.
Gaet pangkas yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan cabang. Penggunaan
alat pangkas yang tepat dan mengoptimalkan sisa pangkasan dapat menekan
perkecambahan gulma (Santosa, et al., 2009). Rata-rata persentase kerusakan
cabang terbesar diperoleh pada cabang berdiameter 1 cm - 1,99 cm, hal ini terjadi
karena tingkat ketelitian karyawan pangkas yang kurang dan penggunaan alat
pangkas seperti gaet yang tidak diasah secara berkala membuat kualitas cabang
menjadi kurang baik. Persentase kerusakan cabang terkecil pada diameter >2 cm,
hal ini karena terdapat kasus beberapa cabang yang tidak dapat dipangkas
menggunakan gaet seperti cabang yang berdiameter ≥2 cm namun hanya dapat
dipangkas menggunakan gergaji pangkas.
Kerusakan cabang terjadi di Blok Ciemas selain akibat kurangnya ketelitian
karyawan pangkas, kondisi percabangan pada beberapa tanaman teh di di Blok
Ciemas banyak ditumbuhi lumut. Lumut yang muncul di percabangan pada
beberapa tanaman teh di Blok Ciemas akibat dari hasil pemerataan luas areal
tanaman menghasilkan (TM) dari afdeling lain yang tidak ditemukan arsip riwayat
pemeliharaan sebelumnya sehingga munculnya serangan lumut pada beberapa
tanaman teh di Blok Ciemas. Komposisi tanaman teh jenis seedling di Blok Ciemas
lebih banyak daripada jenis klonal (Tabel 6) mempengaruhi tumbuhnya lumut pada
percabangan teh. Menurut Anjarsari (2015), percabangan tanaman teh asal biji
(seedling) yang terserang lumut dapat mengganggu pertumbuhan tunas baru.
Semakin tua umur tanaman tingkat pertumbuhan lumut semakin tinggi.
Karyawan Pemangkasan
Karyawan yang melakukan kegiatan pemangkasan di Unit Perkebunan
Malabar merupakan karyawan harian lepas (KHL) dengan sistem borongan.
Besarnya upah yang ditetapkan kebun Malabar adalah Rp40.000/patok (400 m2).
Kapasitas rata-rata karyawan pangkas 0,04 ha/HK (Tabel 12), sudah sesuai dengan
standar kapasitas kerja karyawan pangkas. Jumlah karyawan pangkas yang
tercantum pada Tabel 12 dengan rata-rata 8,5 orang karyawan masih belum
mencapai standar jumlah karyawan pangkas yang dibutuhkan yaitu sebanyak 10,5
orang karyawan. Kondisi kekurangan karyawan dalam pelaksanaan pemangkasan
berpotensi membuat waktu pelaksanaan pemangkasann menjadi lebih lama
sehingga mempengaruhi gilir pangkas pada blok lainnya. Kegiatan gilir pangkas
(Tabel 10) yang diamati pada Blok Pamegatan dan Blok Ciemas masih sesuai
dengan rencana kegiatan pemangkasan yang direncanakan Unit Perkebunan
Malabar. Dampak kekurangan karyawan pangkas menjadi salah satu penyebab
tidak sesuainya rencana luas areal pangkas dengan realisasi areal pangkas di Unit
Perkebunan Malabar.
Pemangkasan yang dilakukan di Blok Pamegatan menurut teori
membutuhkan karyawan pangkas yang tersedia sebanyak 11 orang tetapi dalam
pelaksanaanya hanya 8 orang yang hadir, sedangkan di Blok Ciemas secara teori
membutuhkan 10 orang karyawan pangkas namun dalam pelaksanaanya hanya 9
orang yang tersedia. Kekurangan karyawan pangkas di Unit Perkebunan Malabar
karena kegiatan pemangkasan merupakan kegiatan yang membutuhkan tenaga
lebih dan keterampilan khusus membuat kegiatan pemangkasan sulit memperoleh
premi atau reward atas kapasitas keja yang dilakukan karyawan pangkas. Karyawan
pelaksana banyak yang lebih memilih untuk menjadi karyawan petik karena
memilik peluang memperoleh premi atau reward lebih besar jika dibandingkan
dengan pemangkasan.
Pertumbuhan Tunas
Pemilihan jenis pangkasan setengah bersih di Unit Perkebunan Malabar
bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan tunas karena masih menyisakan
diameter cabang <1 cm. Pertumbuhan tunas baru pada Blok pamegatan dan Blok
Ciemas (Gambar 13 dan Gambar 14) lebih banyak tumbuh pada diameter cabang
<1 cm daripada diameter lainnya. Menurut Sukasman (1988), cadangan hara pada
setiap cabang tunas baru hasil pangkasan dipengaruhi oleh besarnya cabang atau
luas permukaan kulit cabang tersebut. Tobroni dan Kurniayu (1988), besarnya
bagian tanaman yang ditinggalkan terdiri dari sebagian besar cabang dan ranting
yang masih muda membuat pertumbuhan tunas baru lebih cepat.
Sisa hasil pangkasan dan lumut yang tumbuh di cabang dan batang harus
dibersihkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tunas baru (Effendi et al., 2010).
Kondisi kelembaban, jumlah curah hujan, dan kerawanan yang tinggi diduga
menjadi penyebab rendahnya produktivitas pucuk teh (Dahliani et al., 2006). Grafik
jumlah pertumbuhan tunas pada Blok Pamegatan dan Blok Ciemas dapat dilihat
pada Gambar 13 dan Gambar 14. Pertumbuhan tunas hingga 7 MSP pada Blok
Pamegatan dan Blok Ciemas cenderung meningkat setiap minggunya.
Klon TRI 2025 merupakan salah satu klon yang sangat rentan terhadap
penyakit cacar daun (blister blight) (Hargono et al., 1999). Jumlah luasan Klon
GMB 7 di Blok Pamegatan seluas 6,31 ha dengan luasan seedling 5,31 ha
sedangkan Klon TRI 2025 pada Blok Ciemas sebesar 1,5 ha dengan seedling 8,85
ha. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah pertumbuhan tunas Klon GMB
7 lebih banyak dibandingkan dengan Klon TRI 2025. Pada blok yang lebih banyak
ditanami jenis klonal daripada jenis seedling, jumlah pertumbuhan tunas baru lebih
banyak sehingga mempengaruhi produktivitas pucuk basah yang semakin
meningkat ditunjang dengan pemeliharaan yang tepat dan intensif. Menurut PPTK
(2006), terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemangkasan yaitu
kerataan luka pangkas, arah kemiringan dan luka yang tidak pecah. Kerataan luka
pangkas dapat mempengaruhi pertumbuhan tunas selanjutnya.
Kesimpulan
mencapai 90,03 cm, rata-rata tinggi pangkasan 49,33 cm dari permukaan tanah, dan
rata-rata persentase pucuk burung sudah mencapai 94,51%. Walaupun demikian
masih terdapat beberapa hal yang masih belum mencapai standar yang ditetapkan
seperti rata-rata persentase luas areal pemangkasan selama lima tahun terakhir yang
belum mencapai 25% dari total tanaman menghasilkan (TM) yaitu mencapai
15,42%, jumlah karyawan pangkas yang masih belum memenuhi standar luas areal
blok yang dipangkas yaitu 11 orang untuk Blok Pamegatan dan 10 orang untuk
Blok Ciemas, sedangkan jumlah karyawan pangkas yang tersedia untuk Blok
Pamegatan hanya 8 orang dan Blok Ciemas 9 orang, serta pembersihan lumut yang
belum dilakukan secara intensif di Blok Ciemas.
Pemangkasan merupakan kegiatan teknis pemeliharaan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tunas. Jumlah tunas yang tumbuh pada diameter
cabang ukuran <1 cm lebih banyak dibandingkan dengan diameter ≥1 cm.
Komposisi jenis klon dan seedling yang berbeda dalam suatu blok mempengaruhi
pertumbuhan tunas baru setiap tanaman teh. Tanaman yang berasal dari klon
memiliki kecepatan pertumbuhan tunas yang lebih cepat dan lebih banyak
dibandingkan seedling
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anjarsari D.I.R. 2015. Pengaruh cairan pembersih lumut dan pupuk anorganik
terhadap pertumbuhan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) asal
biji setelah dipangkas. Planta Tropika Journal of Agro Science 3(2):78-86.
Astika W., Muchtar D., Sriyadi B., Sutrisno. 1999. Pelepasan Klon Teh Seri PPS 1,
PPS 2, MPS 5, MPS 6, MPS 7, dan GPPS 1. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2015. Statistik Teh Indonesia 2015. Badan Pusat
Statistik Indonesia, Jakarta.
Dahliani L., Sudrajat, Susilo A. 2006. Analisis pencapaian produktivitas pemetikan
pucuk sebagai dampak agrowisata di Kebun Teh Gunung Mas, Bogor. Bul.
Agron. 34(3):188-193.
53
Tobroni M. dan Kurniayu S. 1988. Pengaruh waktu dan jenis pangkasan terhadap
kandungan pati dalam akar, pertumbuhan dan hasil tanaman teh klon TRI
2025. Prosiding seminar pemangksan teh, 12 Desember 1988. Gambung.
Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
LAMPIRAN
56
57
Lampiran 1. (Lanjutan)
Uraian Prestasi kerja (satuan/HK)
Tanggal Lokasi
Kegiatan
Penulis Karyawan Standar
28/02/17 Skipping - 5 ha 5 ha Blok
Latihan 1
1/03/17 Analisis - - - Kantor
pucuk Afdeling
2/03/17 Penyiangan - 1 ha 0,5 ha Blok
gulma (Jojo) Pamegatan
3/03/17 Pemangkasan 0,02 ha 0,04 ha 0,04 ha Blok
tengah bersih Ciemas
4/03/17 Libur - - - -
5/03/17 Libur - - - Pengganti
tanggal 26
59
Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Unit
Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII
Prestasi kerja (satuan/HK)
Uraian Jumlah Luas
Tanggal Lama Lokasi
kegiatan KH yang
diawasi Kegiatan
(orang)
(ha)
6/03/17 Pengendalian 12 5,73 6 Blok Latihan
gulma manual 2
(kored)
7/03/17 Pengendalian 30 1,5 6 Blok
gulma manual Cikoloyok 2
(babat)
8/03/17 Pengendalian 4 4 7 Blok Pasir
gulma manual kelar
(kored)
9/03/17 Pengendalian 7 3,5 7 Blok
gulma manual Citamaga
(jojo)
10/03/17 Pengendalian 4 4 7 Blok Pasir
gulma manual Kelar
(kored)
11/03/17 Pemupukan 36 15,6 7 Blok
NPK Nyalindung 1
12/03/17 Penanaman 2 - 3 Sepanjang
pohon Akses Jalur
pelindung kebun dan
(Datura Agrowisata
metel)
13/03/17 Pemupukan 35 8,11 7 Blok Latihan
NPK 2
14/03/17 Pemupukan 35 7,21 6 Blok
NPK Citamaga
15/03/17 Pemupukan 35 7,07 6 Blok Cimalati
NPK 1
16/03/17 Pengendalian 8 0,5 7 Blok Pasir
gulma manual Kelar
(kored)
17/03/17 Pengendalian 15 2 7 Blok Pasir
gulma Kelar
manual(kored)
18/03/17 Pemetikan 15 2 7 Blok
Pameungpeuk
60
Lampiran 2. (Lanjutan)
Prestasi kerja (satuan/HK)
Uraian Luas
Tanggal Jumlah Lama Lokasi
kegiatan yang
KH kegiatan
diawasi
(orang) (jam)
(ha)
19/03/17 Libur - - - -
20/03/17 Pemetikan 15 2 7 Blok
Pameungpeuk
21/03/17 Pemetikan 63 5,5 7 Blok
Cikahuripan
22/03/17 Pengendalian 40 5 7 Blok Pasir
gulma Kelar
manual
(Kored)
23/03/17 Pemeliharaan 7 8,13 6 Blok Latihan
jalan kontrol 2
24/03/17 Pemupukan 36 7,28 6 Blok
NPK Nyalindung 2
25/03/17 Pengendalian 8 2,50 6 Blok Pasir
gulma Kelar
manual
(Kored)
26/03/17 Libur - - - -
27/03/17 Pemeliharaan 7 17,47 7 Blok Walatra
jalan kontrol 2
28/03/17 Pengendalian 15 15,33 7 Blok
gulma Cikahuripan
manual
(Kored)
29/03/17 Pemupukan 40 13 7 Blok Angrit
30/03/17 Pemeliharaan 5 9,27 6 Blok Walatra
jalan kontrol 2
31/03/17 Pegendalian 45 17,47 7 Blok Pasir
gulma Kelar
manual
(Kored)
1/04/17 Pemeliharaan 7 17,47 7 Blok Walatra
jalan kontrol 2
2/03/17 Libur - - - -
61
Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor besar di
Unit Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII
Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi kerja (satuan/HK)
Uraian Luas
Tanggal Jumlah Lama Lokasi
kegiatan yang
KH kegiatan
diawasi
(orang) (jam)
(ha)
22/04/17 Oksidasi - - 7 Pabrik
enzimatis
23/04/17 Libur - - - -
24/04/17 Pemetikan 20 5 7 Blok
Cikahuripan
25/04/17 Pengendalian 8 7,59 7 Blok Kiara
HPT
26/04/17 Pengendalian 8 13 7 Blok Angrit
HPT
27/04/17 Pemetikan 10 14 7 Blok Pasir
Buntu
28/04/17 Pemetikan 10 11,67 7 Blok
Cileunca
29/04/17 Pengendalian 10 15,06 7 Blok Gunung
HPT Nini
30/04/17 Libur - - - -
1/05/17 Pengendalian 40 10 7 Blok
gulma Pameungpeuk
manual
(Kored)
2/05/17 Pengendalian 12 15 7 Blok Gunung
gulma Nini
manual
(Jojo)
3/05/17 Pemeliharaan 10 15,60 7 Blok
jalan kontrol Nyalindung 1
4/05/17 Pengendalian 12 7,52 7 Blok Pasir
gulma Buntu
kimiawi
5/05/17 Pengendalian 40 10 7 Blok
gulma Pameungpeuk
manual
(Kored)
6/05/17 Libur - - - -
7/05/17 Libur - - - Isa almasih
8/05/17 Libur - - - Pemilu
9/05/17 Pengendalian 40 6,67 7 Blok Datar
gulma Kopi
manual
(Kored)
10/05/17 Pemeliharaan 40 6,67 7 Blok Datar
jalur kontrol Kopi
63
Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi kerja (satuan/HK)
Uraian Luas
Tanggal Jumlah Lama Lokasi
kegiatan yang
KH kegiatan
diawasi
(orang) (jam)
(ha)
11/05/17 Pemetikan 44 5,20 7 Blok Nagrak
12/05/17 Pemetikan 58 4,80 7 Blok Datar
Kopi
13/05/17 Pemeliharaan 10 15,60 7 Blok
jalan kontrol Nyalindung 1
14/05/17 Libur - - - -
15/05/17 Skipping 4 3 7 Blok
Walatra1
16/05/17 Skipping 4 3 7 Blok
Walatra1
17/05/17 Pemeliharaan 10 15,06` 7 Blok Gunung
jalur kontrol Nini
18/05/17 Pengendalian 12 7,21 7 Blok
gulma Citamaga
kimiawi
19/05/17 Skipping 4 2 7 Blok
Citamaga
20/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma Pameungpeuk
manual
(Kored)
21/05/17 Libur - - - -
22/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma Pameungpeuk
manual
(Kored)
23/05/17 Pemeliharaan 10 13,37 7 Blok Datar
jalan kontrol Kopi
24/05/17 Pemeliharaan 10 13,37 7 Blok Datar
jalan kontrol Kopi
25/05/17 Pengendalian 12 10,25 7 Blok Nagrak
gulma
kimiawi
26/05/17 Pengendalian 12 10,25 7 Blok Nagrak
gulma
kimiawi
27/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma Pameungpeuk
manual (jojo)
28/05/17 Libur - - - -
29/05/17 Data - - - Kantor Unit
sekunder
64
Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi kerja (satuan/HK)
Tanggal Uraian kegiatan Jumlah Luas yang Lama Lokasi
KH diawasi kegiatan
(orang) (ha) (jam)
14/05/17 Libur - - - -
15/05/17 Skipping 4 3 7 Blok Walatra1
16/05/17 Skipping 4 3 7 Blok Walatra1
17/05/17 Pemeliharaan 10 15,06` 7 Blok Gunung
jalan kontrol Nini
18/05/17 Pengendalian 12 7,21 7 Blok Citamaga
gulma kimiawi
19/05/17 Skipping 4 2 7 Blok Citamaga
20/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma manual Pameungpeuk
(Kored)
21/05/17 Libur - - - -
22/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma manual Pameungpeuk
(Kored)
23/05/17 Pemeliharaan 10 13,37 7 Blok Datar
jalan kontrol Kopi
24/05/17 Pemeliharaan 10 13,37 7 Blok Datar
Jalan kontrol Kopi
25/05/17 Pengendalian 12 10.,25 7 Blok Nagrak
gulma kimiawi
26/05/17 Pengendalian 12 10.,25 7 Blok Nagrak
gulma kimiawi
27/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma manual Pameungpeuk
(Kored)
28/05/17 Libur - - - -
29/05/17 Perlengkapan - - - Kantor Unit
data sekunder
22/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma manual Pameungpeuk
(Kored)
23/05/17 Pemeliharaan 10 13,37 7 Blok Datar
jalan kontrol Kopi
24/05/17 Pemeliharaan 10 13,37 7 Blok Datar
jalan kontrol Kopi
25/05/17 Pengendalian 12 10,25 7 Blok Nagrak
gulma kimiawi
26/05/17 Pengendalian 12 10,25 7 Blok Nagrak
gulma kimiawi
27/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma manual Pameungpeuk
(Kored)
65
Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi kerja (satuan/HK)
Uraian Luas
Tanggal Jumlah Lama Lokasi
kegiatan yang
KH kegiatan
diawasi
(orang) (jam)
(ha)
28/05/17 Libur - - - -
29/05/17 Perlengkapan - - - Kantor Unit
data sekunder
30/05/17 Diskusi dan - - - Kantor Unit
perlengkapan
data sekunder
31/05/17 Diskusi dan - - - Kantor Unit
perlengkapan
data sekunder
1/06/17 Diskusi dan - - - Kantor Unit
perlengkapan
data sekunder
2/06/17 Diskusi - - - Kantor Unit
3/05/17 Administrasi - - - Kantor Unit
4/05/17 Libur - - - -
5/05/17 Administrasi - - - Kantor Unit
6/06/17 Administrasi - - - Kantor Unit
66
MANAGER
Kepala Tanaman
Kepala Blending Kepala Afdeling Kepala Administrasi Kepala Teknik Kepala Pengolahan
Pembantu Kepala
Teknik
MB MB TU
Panen Rawat Kepala TU MB MB
Kepala Basah Kering
Mandor Mandor TU
Panen Rawat Pembantu
Sumber : Arsip Kantor Unit Perkebunan, 2017
69
70
Lampiran 8. Jumlah tenaga kerja berdasarkan golongan karyawan di Unit Perkebunan Malabar
Kelamin Golongan
Afdeling/Bagian
Jumlah Jumlah
L P IA IB IC ID IIA IIB IIC IID IIIA IIIB IIIC IIID IVA IVB IVC IVD
GOL IB-IVD
Pimpinan 9 1 10 - 6 2 1 1 10
Administrasi 12 5 17 - 5 5 5 2 - - - - - - - - 17
Malabar Selatan 12 3 15 - 8 2 2 2 1 - - 15
Malabar Utara 10 4 14 - 9 2 - 1 2 - - - - - - - 14
Sukaratu 15 4 19 - 14 2 1 2 - - - - - - - - 19
Tanara 14 - 14 - 7 3 - 3 - 1 - - - - - - 14
Pabrik 19 3 22 - 13 2 4 2 - 1 - - - - - - 22
Blending Plant 2 - 2 - 1 1 - - - - - - - - - - 2
Teknik 21 - 21 8 5 2 3 3 - - - - - - - 21
Jumlah I 114 20 134 - 65 22 14 15 6 2 - 6 2 - - 1 - 1 - 134
GOL IA-IB
Administrasi 17 3 20 10 10 - - - - - - - - - - - - - 20
Malabar Selatan 14 29 43 15 28 - - - - - - - - - - - - - 43
Malabar Utara 22 40 62 14 48 - - - - - - - - - - - - - 62
Sukaratu 23 45 68 27 41 - - - - - - - - - - - - - 68
Tanara 20 48 68 22 46 - - - - - - - - - - - - - 68
Pabrik 12 7 19 14 5 - - - - - - - - - - - - - 19
Blending Plant 2 - 2 1 1 - - - - - - - - - - - - - 2
Teknik 17 - 17 6 11 - - - - - - - - - - - - - 17
Jumlah II 127 172 299 109 190 - - - - - - - - - - - - - - 299
Masa Bebas Tugas (MBT) 18 21 39 1 35 2 1 - - - - - - - - - - - - 39
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 22 maret 1995.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak H. Dana
dan Ibu Hj. Sri Kurniasih.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Al-Hikmah
Kabupaten Cirebon. Penulis meneruskan pendidikan Sekolah Dasar Negeri Palasari
II, Kabupaten Subang, dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama Sekar Kemuning Islamic Boarding School Kota Cirebon dan
lulus pada tahun 2010. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas
Negeri 2 Kota Bandung dan lulus pada tahun 2013. Penulis kemudian diterima
menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Departemen Agronomi dan
Hortikultura angkatan 50 melalui jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi
(SNMPTN).