Anda di halaman 1dari 90

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TEH (Camellia sinensis (L.

)
O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN MALABAR, PT
PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, BANDUNG, JAWA BARAT

MUHAMMAD LUDY GUMELAR


A24130097

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan


Pemangkasan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Malabar,
PT Perkebunan Nusantara VIII, Bandung, Jawa Barat adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2017

Muhammad Ludy Gumelar


NIM A24130097
ABSTRAK
MUHAMMAD LUDY GUMELAR. Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia
sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara
VIII, Bandung, Jawa Barat. Dibimbing oleh SUPIJATNO.

Magang ini dilakukan di Unit Perkebunan Malabar, PT Perkebunan


Nusantara VIII, Bandung, Jawa Barat. Pelaksanaan magang terdiri dari beberapa
pekerjaan berdasarkan rekomendasi dari pihak kebun, diantaranya sebagai
karyawan pelaksana satu bulan, sebagai pendamping mandor satu bulan, dan
sebagai pendamping mandor besar dua bulan. Tujuan umum dari kegiatan magang
adalah untuk memperluas pengetahuan mahasiswa magang tentang aspek teknis
dan manajerial perkebunan teh, mengasah keterampilan, dan pengalaman kerja.
Adapun tujuan khusus yaitu untuk memperoleh informasi mengenai pengelolaan
pemangkasan teh di Unit Perkebunan Malabar. Metode yang dilaksanakan selama
kegiatan magang yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung
dilakukan secara aktif mengikuti dan mengamati kegiatan teknis di lapangan dan
wawancara. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan laporan
manajemen, arsip kebun, dan jurnal penelitian teh. Hasil magang menyatakan
bahwa pertumbuhan tunas lebih banyak tumbuh pada diameter cabang <1 cm,
sedangkan pertumbuhan tunas paling sedikit tumbuh pada diameter cabang ≥2 cm.

Kata kunci: arsip perusahaan, diameter cabang, tunas

ABSTRACT

MUHAMMAD LUDY GUMELAR. Pruning Management of Tea (Camellia


sinensis (L.) O Kuntze) at Unit Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara
VIII, Bandung, West Java. Supervised by SUPIJATNO.

The Internship was conducted at Malabar Plantation, PT Perkebunan


Nusantara VIII, Bandung, West Java. The internship contained of several work
based on instruction from the company as field worker for one month, as
accompanying foreman for one month, and as great foreman for two month. The
general objective was to expand knowledge of internship learn about the techical
and managerial aspects of the plantation to get more skills and work experience.
The Spesific purpose of this internship is to obtain information on the management
of pruning at Malabar tea plantation unit. The internship was conducted by direct
and indirect methods. Direct method was conducted by doing and observing the
field activity and interview. Indirect method was conducted by collecting
management report, company archive, and literature review. The apprentice
result stated that the growth or more buds grew in branch diameter <1 cm, while
the growth at least in branch diameter ≥2 cm.

Keywords: branch diameter, buds, company archive


PENGELOLAAN PEMANGKASAN TEH (Camellia sinensis (L.)
O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN MALABAR, PT
PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, BANDUNG, JAWA BARAT

MUHAMMAD LUDY GUMELAR


A24130097

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Kegiatan magang yang
dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juni 2017 berjudul Pengelolaan
Pemangkasan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan
Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII, Bandung, Jawa Barat.
Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H. Dana dan Hj. Sri Kurniasih selaku orang tua telah
memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Supijatno, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran dan arahan yang baik kepada penulis.
3. Ibu Dr. Ir. Heni Purnamawati, M.Sc.Agr selaku dosen pembimbing
akademik atas saran, nasihat, dan bimbingannya.
4. Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, MS dan Ibu Dr.Ir. Ketty Suketi, M.Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang
baik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Direksi PT Perkebunan Nusantara VIII, Unit Perkebunan Malabar.
6. Teman-teman Magnolia AGH 50 atas doa dan dukungannya.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumya dan
penulis pada khususnya.

Bogor, Oktober 2017

Muhammad Ludy Gumelar


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Tanaman Teh 2
Syarat Tumbuh 3
Budidaya Tanaman Teh 3
Pemangkasan Teh 4
METODE 5
Waktu dan Tempat 5
Metode Pelaksanaan 6
Pengamatan dan Pengumpulan Data 6
Analisis Data dan Informasi 8
KEADAAN UMUM 9
Letak Wilayah Administratif 9
Keadaan Iklim dan Tanah 9
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 9
Keadaan Tanaman dan Produksi 10
Struktur Organisasi 11
Ketenagakerjaan 12
Kesejahteraan Karyawan 13
HASIL DAN PEMBAHASAN 14
Aspek Teknis 14
Aspek Manajerial 42
Pembahasan 45
KESIMPULAN DAN SARAN 51
Kesimpulan 51
Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 52
RIWAYAT HIDUP 72
DAFTAR TABEL

1 Tata guna lahan di Unit Perkebunan Malabar tahun 2016-2017 10


2 Luas dan populasi pohon teh tahun 2017 di Unit Perkebunan Malabar 11
3 Jenis-jenis spesies gulma di Unit Perkebunan Malabar 20
4 Kombinasi pengendalian gulma 22
5 Tinggi tanaman dan diameter bidang petik sebelum pemangkasan 23
6 Persentase pucuk burung sebelum pemangkasan 24
7 Tinggi dan diameter bidang pangkas pada saat pemangkasan 24
8 Jumlah cabang berdasarkan diameter cabang per tanaman pada saat
pemangkasan 25
9 Persentase kerusakan cabang pangkasan berdasarkan diameter
ukuran cabang
255
10 Gilir pangkas Blok Pamegatan dan Blok Ciemas di Unit Perkebunan
Malabar 27
11 Realisasi luas areal pemangkasan di Unit Perkebunan Malabar
Tahun 2012-2017 28
12 Kapasitas karyawan pangkas di Blok Pamegatan dan Blok Ciemas 28
13 Bobot serasah pangkasan pada Blok Pamegatan dan Blok Ciemas 29
14 Spesifikasi dan instrumen mesin petik 32
15 Komponen mesin sortasi kering berdasarkan fungsinya di Unit
Perkebunan Malabar 41

DAFTAR GAMBAR

1 Produktivitas teh Unit Perkebunan Malabar berdasarkan tahun


setelah pangkas selama lima tahun terakhir (2012-2016) 11
2 Penanaman pohon kecubung (Datura metel) 14
3 Penyulaman pada TBM 2 15
4 Perataan bidang petik pada teh TBM (Skipping) 16
5 Pemupukan daun menggunakan power sprayer 16
6 Pemupukan melalui akar 17
7 Pengendalian hama dan penyakit 18
8 Pengendalian gulma secara manual (Jojo) 20
9 Pengendalian gulma secara manual (Clean weeding) 21
10 Pengendalian gulma secara kimiawi 21
11 Pemangkasan bersih tanaman teh 22
12 Alat pangkas (gaet) 26
13 Grafik jumlah pertumbuhan tunas per tanaman setelah pemangkasan di
Blok Pamegatan 29
14 Grafik jumlah pertumbuhan tunas per tanaman setelah pemangkasan di
Blok Ciemas 30
15 Pemetikan menggunakan gunting 33
16 Pemetikan menggunakan mesin petik 34
17 Proses penimbangan dan pengangkutan pucuk teh basah 34
18 Awal pengolahan teh sebelum dilakukan kegiatan pembeberan 35
19 Proses pelayuan pada Whitering Through (WT) 37
20 Mesin penggulungan dan penggilingan pucuk teh yang digunakan
di Unit Perkebunan Malabar ; Mesin Open Top Roller (OTR) (a)
dan mesin Innovation Tea Roller (ITR) (b) 37
21 Alur proses pengayakan teh pada produksi teh hitam Orthodoks-
Rotorvane 38
22 Proses pengayakan menggunakan mesin pengayak Double Indian
Ballbreaker Net Sorteer (DIBN) 38
23 Proses oksidasi enzimati (fermentasi) 39
24 Proses pengeringan teh menggunakan dua jenis mesin pengeringan ;
Mesin Fluid Bed Dried (FBD) (a) dan Mesin Two stage Dried (TSD)(b) 40

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di


Unit Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII 57
2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di
Unit Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII 59
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor besar di
Unit Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VII 61
4 Peta lokasi Unit Perkebunan Malabar PT Perkebunan Nusantara VIII 66
5 Keadaan curah hujan dan hari hujan bulanan di Unit Perkebunan
Malabar Tahun 2007-2016 67
6 Produksi dan produktivitas berdasarkan tahun pangkas selama
lima tahun terakhir (2012-2016) 68
7 Struktur organisasi Unit Perkebunan Malabar 69
8 Jumlah tenaga kerja berdasarkan golongan karyawan di Unit
Perkebunan Malabar 70
9 Realisasi luas areal pemangkasan Tahun 2012-2016 71
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman teh berasal dari famili Theaceae, genus Camellia, dengan spesies
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze). Teh biasanya dikonsumsi sebagai minuman
penyegar yang diperoleh dari pengolahan pucuk daun tanaman teh. Teh Indonesia
banyak dikonsumsi masyarakat luas karena dipercaya dapat menjaga kelangsingan
tubuh. Tipe teh Indonesia hampir seluruhnya adalah assamica, sedangkan sinensis
banyak ditemui di negara China (PPTK, 2006). Keunggulan teh Indonesia lebih
sehat dibandingkan dengan negara lain yaitu teh Indonesia lebih menyehatkan
karena teh Indonesia mengandung kadar katekin yang lebih tinggi dibandingkan
produk teh negara lain. Katekin merupakan antioksidan yang sangat efektif untuk
menetralkan radikal bebas dalam tubuh manusia. Kadar Katekin lebih tinggi pada
tipe assamica daripada sinensis (Harmadini, 2009).
Luas areal perkebunan teh tersebar di 11 provinsi yaitu Provinsi Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Barat, Banten,
Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, serta Sulawesi Selatan. Provinsi Jawa
Barat merupakan provinsi dengan areal perkebunan teh yang terluas di Indonesia.
Luas areal perkebunan teh yang berada di Jawa Barat seluas 89,54 ribu ha atau
75,60% dari total luas areal perkebunan teh di Indonesia. Provinsi lain yang
memiliki luas areal perkebunan teh yang cukup besar yaitu Jawa Tengah seluas 8,6
ribu ha (7,48%) dan Sumatera Utara seluas 5,83 ribu ha (4,92%) (BPS, 2015).
Perkembangan luas areal perkebunan teh di Indonesia selama tiga tahun
terakhir cenderung menurun. Tahun 2013 luas areal perkebunan teh Indonesia
tercatat seluas 122,49 ribu ha, kemudian mengalami penurunan tahun 2014 sekitar
3,03% menjadi 118,90 ribu ha, dan tahun 2015 areal perkebunan teh Indonesia
mengalami penurunan kembali menjadi 118,44 ha atau sekitar 0,39% (BPS, 2015).
Perkembangan produksi selama tiga tahun terakhir sangat fluktuatif. Tahun 2013
produksi sebesar 145.460 ton, kemudian mengalami kenaikan tahun 2014 menjadi
154.369 ton, dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2015 mencapai
132.615 ton (Ditjenbun, 2015).
Pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh di bawah pertumbuhan ekspor teh
dunia disebabkan komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang memenuhi
kebutuhan pasar, negara-negara tujuan ekspor teh Indonesia kurang ditujukan ke
negara-negara pengimpor teh, dan daya saing teh Indonesia di pasar dunia cukup
lemah (Suprihartini, 2005). Tahun 2013 volume ekspor teh Indonesia mencapai
sekitar 70,84 ribu ton dengan total nilai US$ 157,50 juta, hingga tahun 2014 angka
tersebut mengalami penurunan sebesar 6,27% atau menjadi 66,40 ribu ton dengan
nilai ekspor US$ 134,58 juta. Tahun 2015 total ekspor sebanyak 61,92 ribu ton
dengan nilai ekspor sebesar US$ 126,05 juta dengan persentase penurunan ekspor
sebesar 6,75% dari tahun 2014 (BPS, 2015). Penurunan pangsa pasar ekspor
tersebut akibat lemahnya daya saing mutu produk yang belum sesuai dengan
keinginan pasar. Rendahnya mutu teh berakibat pada menurunnya harga jual di
pasar internasional dan pada akhirnya menipis margin keuntungan perusahaan teh
(Suprihatini, 2004).
2

Peningkatan produksi tanaman teh secara kualitatif diperlukan untuk


menghadapi pasar ekspor yang semakin ketat dalam persaingan mutu dan teknologi
dari negara produsen teh melalui efisiensi produksi usaha perkebunan. Kegiatan
budidaya yang berperan penting untuk meningkatkan produksi dan menghambat
pertumbuhan kayu adalah pemangkasan, sedangkan untuk mengatasi sifat berkala
pertumbuhan pucuk dapat diatasi dengan pemetikan. Kegiatan pemangkasan untuk
mendorong pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif dan membuang
cabang-cabang yang tidak produktif sehingga merangsang pertumbuhan tunas-
tunas baru (Effendi et al., 2010).

Tujuan

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk memperoleh pengalaman


kerja, keterampilan, dan ilmu pengetahuan. Kegiatan magang secara khusus
kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari pengelolaan pemangkasan melalui
analisis-analisis aspek pemangkasan yang dilakukan di Unit Perkebunan Malabar
PT Perkebunan Nusantara VIII, Bandung, Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Teh

Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk genus Camellia


yang berasal dari famili Theaceae. Teh (Camellia sinensis (L.) O.Kuntze) adalah
salah satu tanaman penyegar yang sudah cukup dikenal di berbagai lapisan
masyarakat di Indonesia (Setyamidjaja 2000). Tanaman teh sudah dikenal di China
sejak tahun 2737 sebelum Masehi. Sejak abad ke-4 Masehi teh dimanfaatkan
sebagai salah satu komponen ramuan obat.
Spesies Camellia sinensis, dikenal beberapa varietas yang penting seperti
varietas Assam, Cina, Cambodia, dan hibrid-hibridnya. Camellia sinensis var
Sinensis dapat tumbuh tinggi mencapai 2,75 m dan perdunya berbatang banyak.
Daun-daunnya lebih kecil dibandingkan dengan daun Camellia sinensis var Assam,
berwarna hijau tua, dan ujung daunnya agak tumpul. Camellia sinensis var Assam
memiliki batang lebih tinggi dan besar dibandingkan Camellia sinensis var Sinensis,
dan jika dibiarkan tumbuh dapat mencapai 6-8 m (Setyamidjaja, 2000).
Buah tanaman teh muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal.
Buah yang bermula mengkilat semakin tua buah akan berwarna kusam dan kasar.
Biji teh berwarna coklat beruang tiga, berkulit tipis, dan kotiledon yang besar.
Daunnya lebar, berbentuk lanset dengan ujung meruncing serta berwarna hijau tua
mengkilap. Perkembangan bunga mengikuti tahap perkembangan daun, bunga teh
sebagian besar adalah self steril, biji yang dihasilkan dari pembungaan yang
menyerbuk sendiri akan menghasilkan tanaman yang tidak subur (Setyamidjaja,
2000).
3

Syarat Tumbuh

Tanaman teh berasal dari daerah subtropik yang terletak pada 25-27o
Lintang Utara dan 95-105o Bujur Timur (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh
umumnya tumbuh di ketinggian 200-2.300 meter diatas permukaan laut. Tanaman
teh dapat tumbuh mulai dari pantai sampai pegunungan, namun perkebunan teh
umumnya dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklim sejuk karena
semakin tinggi daerah penanaman teh semakin tinggi mutu produk yang dihasilkan
(PPTK, 2006).
Menurut Setyamidjaja (2000), tanah jenis Andosol di Pulau Jawa sangat
cocok untuk ditanami teh dan tanah jenis Podsolik yang berada di Pulau Sumatera.
Suhu udara yang baik adalah 13-25 oC yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah
serta kelembaban relatif pada siang hari sekitar 70%. Tanah yang subur banyak
mengandung bahan organik, tidak bercadas serta mempunyai derajat kemasaman
(pH) antara 4,5-5,6 (PPTK, 2006).
Menurut Spillane (1992), ketinggian lokasi penanaman teh dapat
digolongkan ke dalam lima golongan yaitu :
1. High Grown, untuk teh dari perkebunan dengan ketinggian di atas 1.500 meter
diatas permukaan laut seperti: Perkebunan Sinumbra, Perkebunan Sperata, dan
Perkebunan Malabar di Jawa Barat.
2. Good Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 1.200-1.500 meter
diatas permukaan laut, seperti: Perkebunan Kertamanah, Perkebunan Gunung
Mas, dan Perkebunan Goalpara di Jawa Barat.
3. Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 1.000-1.200 meter diatas
permukaan laut, seperti: Perkebunan Wonosari di Jawa Timur dan Perkebunan
Panghaeotan di Jawa Barat.
4. Low Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 800-1.000 meter diatas
permukaan laut, seperti: Perkebunan Pasir Nangka, Perkebunan Cikopi Selatan
dan lainnya di Jawa Barat.
5. Common, untuk teh dari perkebunan di daerah di bawah 800 meter diatas
permukaan laut, seperti: Perkebunan Gunung Raung.

Budidaya Tanaman Teh

Tanaman teh dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan


generatif menggunakan bahan tanaman asal biji, sedangkan perbanyakan vegetatif
berasal dari bahan tanaman asal stek berupa klon. Perbanyakan generatif asal biji
dipilih melalui beberapa pertimbangan seperti daya adaptabilitas yang lebih luas
daripada bahan tanaman asal stek dan mempunyai pengaruh yang baik terhadap
mutu jadi. Perbanyakan asal stek merupakan cara yang paling cepat untuk
memenuhi kebutuhan bahan tanam dalam jumlah banyak (Sanusi et al., 1992).
Pembuatan lubang tanam dengan diawali dengan pemasangan ajir agar
tanaman teh yang ditanam sesuai dengan jarak tanam yang ditetapkan. Lubang
tanam dibuat 1-2 minggu sebelum penanaman. Lubang tanam dibuat tepat di antara
dua ajir dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 40 cm untuk bibit asal biji dan 20 cm x 20
cm x 40 cm untuk bibit asal stek. (Sanusi et al., 1992).
4

Pemangkasan Teh

Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang tinggi
dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian tidak akan
menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan (PPTK,
2006). Tanaman teh dapat dipetik dengan mudah dan diperoleh jumlah daun muda
atau pucuk yang banyak, maka tanaman teh harus dibentuk menjadi perdu yang
memiliki bidang petik yang mudah dalam kegiatan pemetikan. Kegiatan
pemangkasan bertujuan untuk mempertahankan kondisi bidang petik tetap rendah
sehingga memudahkan dalam kegiatan pemetikan (Effendi et al., 2010).
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan
teh, agar teh dapat dipetik dengan mudah, cepat, dan efisien sehingga diperoleh
jumlah pucuk yang banyak. Pemangkasan dalam budidaya teh dilakukan pada
tanaman menghasilkan dan tanaman yang belum menghasilkan. Pemangkasan pada
tanaman teh menghasilkan dimaksudkan untuk mengendalikan tinggi tanaman agar
mudah dipetik, mempertahankan pertumbuhan pada fase vegetatif dan memelihara
serta membentuk bidang petik.
Jenis Pangkasan. Jenis pangkasan di Unit Perkebunan Malabar dibagi
menjadi dua yaitu pangkasan bentuk pada tanaman teh belum menghasilkan (TBM)
dan pangkasan produksi pada tanaman teh menghasilkan. Pangkasan produksi yang
dilakukan adalah pangkasan kepris, pangkasan bersih dan pangkasan jambul.
Pembagian pangkasan menjadi pangkasan kepris, pangkasan bersih, dan pangkasan
jambul berdasarkan musim dan kondisi tanaman teh. Pangkasan kepris dilakukan
apabila kondisi tanaman teh kurang baik atau dilakukan dengan tujuan-tujuan
tertentu seperti mempercepat pertumbuhan tunas baru. Pangkasan bersih dilakukan
pada saat musim hujan, sedangkan pangkasan jambul dilakukan pada awal musim
kemarau untuk mengurangi intensitas sinar matahari secara langsung.
Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja,
tanpa membuang cabang berdiameter <1 cm. Pangkasan kepris efektif dilakukan
pada kondisi tanaman yang kurang baik dilakukan pada tinggi 60-70 cm dari
permukaan tanah. Pangkasan bersih adalah pangkasan dengan membuang cabang
ukuran <1 cm dengan bagian tengah perdu yang sedikit rendah dan dilakukan pada
tanaman setinggi 45-60 cm pada kondisi tanaman yang sehat. Pangkasan jambul
adalah pangkasan dengan menyisakan satu atau dua cabang di sisi perdu dengan
jumlah daun 50-100 lembar. Sisa dua cabang pada sisi perdu dibuang menjelang
dijendang. Pangkasan jambul sangat baik dilakukan pada tanaman teh muda asal
stek atau pangkasan pada musim kemarau dengan daerah penanaman teh yang
rendah (Sanusi et al., 1992).
Kriteria Pemangkasan. Kriteria pemangkasan dalam suatu perkebunan
adalah produksi yang telah menurun, ketinggian bidang petik yang lebih tinggi dari
120 cm, persentase pucuk dorman lebih besar dari 70% dan kandungan pati akar
lebih besar dari 12%. Ketinggian bidang petik tidak ergonomis bagi pemetik adalam
120-140 cm (PPTK Gambung, 2010).
Pucuk burung adalah pucuk yang mengandung tunas dalam keadaan dorman
sehingga dalam beberapa waktu tidak menghasilkan daun baru. Persentase pucuk
burung yang tinggi menandakan kadar pati pada akar cukup tinggi, karena pada saat
ini tanaman mengakumulasi hasil fotosistesis di dalam akar. Persentase pucuk
burung yang semakin tinggi menyebabkan daun yang memenuhi syarat untuk
5

dipetik menjadi berkurang karena semakin tingginya persaingan antar pucuk untuk
mendapatkan fotosintat.
Tingkat produksi tanaman yang memiliki umur pangkas tua akan menurun
karena jumlah daun tua semakin banyak dengan kemampuan fotosintesis yang
mulai berkurang sehingga pucuk yang dihasilkan lebih sedikit. Cadangan makanan
(pati) berperan sangat besar terhadap penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas-
tunas baru. Pati umumnya terdapat pada akar, cabang, dan ranting. Cadangan pati
dalam akar yang rendah (<12%) menyebabkan tanaman teh akan mati apabila
dipangkas (PPTK, 2006).
Peralatan Pangkas. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan
yaitu sabit pangkas (gaet), gergaji pangkas, batu asah, dan alat ukur ketinggian
pangkasan. Ketajaman alat yang digunakan sangat mempengaruhi hasil pangkasan.
Pemangkasan tanaman teh ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu kerataan,
arah kemiringan, dan luka pangkas yang tidak pecah. Hal tersebut akan
mempengaruhi pertumbuhan tunas selanjutnya (PPTK, 2006). Pemangkasan secara
manual dengan memotong cabang ukuran <2 cm menggunakan gaet pangkas,
sedangkan cabang ≥2 cm menggunakan gergaji pangkas (Effendi et al., 2010).
Gilir Pangkas. Gilir pangkas atau siklus pangkas pada perkebunan didasari
oleh kondisi tanaman, ketinggian tempat, dan produktivitas tanaman. Gilir pangkas
adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pangkasan
berikutnya dan biasanya dinyatakan dalam 1 tahun (12 bulan) pada blok yang sama.
Pemangkasan biasanya dilakukan pada dua periode, yaitu periode I pada bulan
Januari-Mei dan pada periode II pada bulan September-November (Setyamidjaja,
2000).
Panjang pendek daur pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain tinggi rendahnya letak kebun dari permukaan laut, sistem petik, kesuburan
tanah, dan tinggi pangkasan sebelumnya. Berdasarkan tinggi tempat daerah
pertumbuhan teh untuk daerah rendah (<800 m) gilir pangkas berkisar 2-3 tahun,
daerah sedang (800 m – 1.200 m) gilir pangkas berkisar 3-4 tahun, dan daerah tinggi
(> 1.200 m) gilir pangkas 4-5 tahun. Sistem petikan berat yang tidak meninggalkan
daun sama sekali diatas kepel (k+0) menyebabkan gilir pangkas lebih panjang
daripada petikan ringan (k+1). Kesuburan dan pengolahan tanah yang baik
menyebabkan pertumbuhan tanaman teh semakin cepat sehingga gilir pangkas
semakin pendek. Tinggi pangkasan yang semakin tinggi dari sebelumnya maka gilir
pangkas semakin pendek (Sanusi et al., 1992).

METODE

Waktu dan Tempat

Magang ini dilakukan pada bulan Februari tahun 2017 hingga bulan Juni
tahun 2017, di Unit Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII, Bandung,
Jawa Barat.
6

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan teknis di kebun dan


kegiatan manajerial. Kegiatan magang yang telah dilakukan berbeda-beda setiap
bulannya, disesuaikan dengan waktu dan jabatan yang telah ditentukan oleh pihak
Unit Perkebunan Malabar.
Bulan pertama melaksanakan pekerjaan sebagai karyawan pelaksana,
seperti halnya karyawan perkebunan yang lainnya juga melakukan pekerjaan
seperti penyulaman tanaman belum menghasilkan (TBM), pemupukan,
pengendalian gulma, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemetikan,
dan pengolahan hasil yang kegiatannya di bawah pengawasan mandor, mandor
besar, dan penulis juga membuat jurnal harian kerja (Lampiran 1).
Bulan kedua, menjadi pendamping mandor rawat dan pendamping mandor
pemetikan (panen) yang bertugas mengkoordinir dan mengawasi pekerjaan
karyawan, membuat jurnal harian, dan menghitung prestasi kerja karyawan di
bawah pengawasan mandor besar atau kepala afdeling (Lampiran 2).
Bulan ketiga dan keempat, melaksanakan tugas sebagai pendamping mandor
besar rawat dan pendamping mandor besar pemetikan (panen) untuk membantu
pengelolaan kebun, merencanakan, dan menghitung biaya operasional yang dipakai
dalam setiap kegiatan yang dilakukan, mengawasi tenaga kerja, dan mengawasi
setiap laporan kerja dari mandor pemetikan (panen) dan mandor rawat (Lampiran
3).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam kegiatan magang meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan secara langsung pada praktik
kerja di lapangan ataupun dengan wawancara kepada pekerja yang bertugas di
lapangan maupun kantor kebun. Data sekunder diperoleh dari perkebunan meliputi
lokasi dan letak geografis berhubungan dengan letak wilayah administrasi kebun,
kondisi iklim dan tanah, luas areal dan tata guna lahan kebun, kondisi tanaman
(klon, jenis klon, dan umur tanaman), produksi dan produktivitas kebun 5 tahun
terakhir dan peta lokasi kebun terbaru. Data iklim curah hujan sangat
mempengaruhi kondisi tanaman dan pertumbuhan pucuk atau tunas baru yang
tumbuh pada tanaman teh. Struktur organisasi dibutuhkan dalam pengelolaan yang
baik pada setiap perusahaan, hal ini sangat diperlukan dalam pengamatan ini
dimulai dari penggolongan karyawan yang menjadi staf dan non staf.

Data Primer
Pengamatan dilakukan secara acak pada dua blok salah satu afdeling di Unit
Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII, Bandung, Jawa Barat.
Pemilihan blok berdasarkan tanaman teh yang belum dilakukan pemangkasan.
Tanaman yang diamati dengan aspek pemangkasan berjumlah 15 tanaman contoh.
Peubah yang telah diamati penulis sebagai berikut:
7

Pengamatan sebelum pemangkasan


1. Tinggi tanaman
Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi dari permukaan tanah
sampai ke permukaan tajuk tertinggi tanaman teh.
2. Diameter bidang petik (DBP)
Mengukur diameter bidang petik ke dua arah yaitu timur-barat dan utara-
selatan, kemudian diambil rata-rata keduanya dengan rumus:
diameter (utara−selatan) + diameter (timur−barat)
DBP = 2

3. Persentase pucuk burung


Perhitungan pucuk burung dilakukan pada tanaman menggunakan lingkaran
yang terbuat dari bambu berdiameter 75 cm. Bambu tersebut diletakan ke atas
perdu, kemudian pucuk burung dan pucuk peko yang terdapat di dalam lingkaran
bambu dihitung jumlahnya. Persentase pucuk burung dapat dihitung dengan
rumus:
Jumlah pucuk burung
Persentase pucuk burung = Jumlah pucuk (burung+peko ) x 100%

Pengamatan pada saat pemangkasan


1. Tinggi pangkasan
Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari permukaan
tanah sampai luka bekas pemangkasan pada tanaman yang telah dipangkas.
2. Diameter bidang pangkas
Pengukuran dilakukan dengan dua arah yaitu barat-timur dan selatan-
utara, kemudian dari bidang pangkas masing-masing diambil rata-ratanya
dengan rumus :

diameter (utara−selatan)+ diameter (barat−timur)


Diameter bidang pangkas = 2

3. Komposisi ukuran cabang per tanaman


Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang berdasarkan
diameter cabang yaitu <1 cm, 1 cm - 1,99 cm, dan ≥2 cm pada setiap tanaman
contoh.
4. Persentase kerusakan cabang
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang rusak
setelah pemangkasan. Setiap cabang tanaman teh dibedakan berdasarkan
diameter <1 cm, 1 cm - 1,99 cm dan ≥2 cm, kemudian dihitung dalam rumus
sebagai berikut:

Persentase kerusakan = ∑ bekas pangkasan yang rusak atau pecah x 100%


∑ bekas pangkasan seluruhnya
8

5. Luas areal pemangkasan


Pengamatan berdasarkan luas areal pangkasan yang telah ditetapkan
kebun dengan realisasi yang dilakukan di lapangan Pengamatan ini bertujuan
untuk mendapatkan data luas pangkasan yang riil dilakukan di kebun.
6. Jumlah karyawan pemangkas
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung langsung jumlah riil tenaga
kerja yang melakukan pemangkasan per hari melalui wawancara langsung
dengan mandor. Jumlah kondisi karyawan pangkas yang ada di lapangan
dibandingkan dengan jumlah standar yang dibutuhkan Unit Perkebunan
Malabar.
7. Bobot serasah pangkasan
Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot hasil pangkasan setiap
perdu yang dipangkas berdasarkan tahun setelah pangkas menggunakan
timbangan digital.

Pengamatan setelah pemangkasan


Pengamatan yang dilakukan setelah pemangkasan adalah jumlah tunas.
Pengamatan dilakukan tiga minggu setelah pemangkasan hingga tujuh minggu
setelah pemangkasan. Pertumbuhan pucuk diamati dengan menghitung jumlah
tunas yang tumbuh setiap diameter cabang dari perdu tanaman teh. Setiap diameter
cabang dibedakan menjadi tiga macam diameter <1 cm, 1 cm sampai 1,99 cm dan
≥2 cm.

Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan dan arsip perusahaan seperti waktu
pemangkasan sebelumnya, rencana waktu pangkas berikutnya, produktivitas
berdasarkan tahun pangkas, standar realisasi kapasitas kerja karyawan pemangkas,
dan luas areal pangkasan per tahun selama lima tahun terakhir.

Analisis Data dan Informasi

Data dan informasi yang diperoleh selama magang dianalisis menggunakan


perhitungan matematika sederhana seperti nilai rata-rata dan persentase. Data
primer dianalisis dengan menggunakan uji t-student pada taraf 5% dengan bantuan
program minitab 16 untuk membandingkan nilai rata-rata dari tinggi bidang petik,
diameter bidang petik, persentase pucuk burung, tinggi bidang pangkas, diameter
bidang pangkas, dan bobot sisa pangkasan pada dua blok, yaitu Blok Pamegatan
dan Blok Ciemas yang ada di Afdeling Malabar Utara, Unit Perkebunan Malabar.
Data yang telah diolah selanjutnya diambil kesimpulannya. Rumus uji t-student
yang digunakan yaitu :

(x̅̅̅-x
1 ̅̅̅)
2 (n1 -1)S1 2 +(n2 -1)S2 2
thitung = 1 1
Sp = √ (n1 -n2 )-2
√Sp ( + )
n n
1 2
9

Keterangan:
x1, x2 : nilai tengah contoh 1 dan 2
n1, n2 : jumlah contoh 1 dan 2
S12, S22 : ragam contoh 1 dan 2
Sp : simpangan baku gabungan
Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila
thitung < ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan db (n1 + n2 -2)
(Walpole, 1993).

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

Perkebunan Malabar merupakan salah satu dari 24 perkebunan teh yang


berada di bawah manajemen PT Perkebunan Nusantara VIII dengan lokasi terletak
di Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Jarak dari Kota
Bandung 63 km. Kebun memiliki topografi berbukit, berada pada ketinggian
1.500 sampai 1.550 meter di atas permukaan laut. Wilayah kerja Perkebunan
Malabar terbagi menjadi empat Afdeling, yaitu Afdeling Malabar Utara (MU),
Afdeling Malabar Selatan (MS), Afdeling Sukaratu (SKR), dan Afdeling Tanara
(TNR). Peta letak wilayah Unit Perkebunan Malabar dapat dilihat pada Lampiran
4.
Batas-batas wilayah Unit Perkebunan Malabar terdiri dari sebelah Utara
berbatasan dengan jalan raya ke Kota Bandung, sebelah barat berbatasan dengan
perumahan penduduk, sebelah selatan berbatasan dengan aliran sungai dari Danau
Cilaki dan Situ Gede, dan sebelah timur berbatasan dengan hutan. Semua batas
wilayah Unit Perkebunan Malabar secara lebih luas berbatasan dengan gunung-
gunung di sekitarnya, bagian barat, selatan, utara dan timur wilayah di batasi oleh
Gunung Tilu, Gunung Wayang, dan Gunung Windu.

Keadaan Iklim dan Tanah

Rata-rata curah hujan selama sepuluh tahun terakhir 2.769,90 mm dengan


rata-rata hari hujan 187,50 hari. Menurut Schmidth-Ferguson, tipe iklim di Unit
Perkebunan Malabar adalah tipe B (basah) dengan rata-rata bulan kering (BK) 2,40
dan rata-rata bulan basah (BB) 9,20. Kelembaban udara di Unit Perkebunan
Malabar berkisar 95%. Data curah hujan dan hari hujan di Unit Perkebunan Malabar
dapat dilihat pada Lampiran 5. Jenis tanah di Unit Perkebunan Malabar sebagian
besar adalah jenis Andosol dengan pH 4,5-4,8. Unit Perkebunan Malabar memiliki
topografi 75% lahan bergelombang dan berbukit.

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Unit Perkebunan Malabar pada tahun 2017 mempunyai luas areal konsesi
2.022,11 ha. Luas areal konsesi terdiri atas areal produktif 1.255,94 ha dan areal
tidak produktif 766,17 ha. Luas areal tanaman pada tahun 2017 mengalami
10

penurunan dibandingkan tahun 2016. Tata guna lahan di Unit Perkebunan Malabar
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tata guna lahan di Unit Perkebunan Malabar tahun 2016-2017


Luas areal (ha) Luas areal (ha)
Uraian
2016 2017
TM Teh 1.201,36 1.255,94
TBM Teh 72,63 18,05
Kebun Kayu Energi (KKE) 96,52 86,52
Jumlah Areal Tanaman 1.370,51 1.360,51
Areal lain-lain :
Persemaian 5,00 -
Emplasemen 115,03 115,03
Kawasan marginal 33,87 33,87
Lahan cadangan 145,25 150,25
Hutan 275,69 275,69
Gemblangan 71,23 8 1,23
Lahan pinjam pakai 5,53 5,53
Total Areal Konsesi 2.022,11 2.022,11
Sumber: Arsip Kantor Unit Perkebunan Malabar, 2017

Penurunan luas areal tanaman teh karena berkurangnya areal luas tanaman
belum menghasilkan (TBM) dan Kawasan Kayu Energi (KKE) akibat alih fungsi
lahan. Areal produktif merupakan areal yang ditanami tanaman teh menghasilkan,
sedangkan areal tidak produktif terdiri dari tanaman teh belum menghasilkan,
kawasan kayu energi (KKE), emplasemen, kawasan marginal, lahan cadangan,
hutan, gemblangan, dan lahan pinjam pakai. Kawasan Kayu Energi (KKE)
merupakan area yang ditanami pohon-pohonan yang dilestarikan untuk
kepentingan keseimbangan ekosistem.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman teh yang dibudidayakan di Unit Perkebunan Malabar tanaman asal


stek (klonal) dan seedling. Klon yang dibudidayakan adalah TRI 2024, TRI 2025,
GMB 1, GMB 2, GMB 3, GMB 4, GMB 7, GMB 9, GMB 11, Ranca Bolang 3,
RBS, Kiara 8, Pasir Sarongge 1, dan CIN. Klon teh yang diunggulkan di Unit
Perkebunan Malabar yaitu GMB 3, 4, dan 7 karena dikenal lebih tahan terhadap
cacar daun (blister blight), tahan terhadap kondisi kekeringan dan produksi pucuk
yang tinggi. Klon TRI 2024 dan TRI 2025 lebih rentan terhadap cacar daun tetapi
memiliki cita rasa yang banyak diminati konsumen. Tanaman teh yang berasal dari
seedling yang dibudidayakan adalah assamica, Malabar Pasir Sarongge (MPS).
Jarak tanam yang digunakan berukuran 120 cm x 60 cm dalam satu baris (row)
dengan ukuran jarak antar baris 160 cm.
Rata-rata populasi tanaman teh tahun 2017 pada setiap afdeling di Unit
Perkebunan Malabar mencapai 11.398.633 tanaman teh dengan rata-rata 9.076
tanaman/ha. Populasi tanaman teh yang ditanam berdasarkan asal klonal dengan
luas 709,03 ha dan asal seedling seluas 546,91 ha. Jumlah populasi ini mengikuti
11

kondisi lahan yang ada di Unit Perkebunan Malabar dengan 75% merupakan areal
berbukit atau bergelombang dan 25% areal landai. Hasil panen dalam bentuk pucuk
basah diangkut dan diolah setiap hari di Pabrik Teh Hitam Orthodoks dengan
kapasitas terpasang 60.000 kg/hari. Pemasaran teh hitam dilakukan oleh Direksi
Pusat Unit Perkebunan Malabar dengan 90% untuk pasar ekspor dan 10% untuk
pasar lokal. Produk-produk teh Perkebunan Malabar masih tetap memiliki pasar
tinggi terutama negara tujuan ekspor seperti Korea dan Jepang yang fanatik. Data
inventarisasi luas dan populasi pohon teh dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas dan populasi pohon teh tahun 2017 di Unit Perkebunan Malabar
Luas areal TM
Populasi
Afdeling (ha) Tanaman/ha
(tanaman)
Klon Seedling Jumlah
Malabar Utara 174,00 133,45 307,45 2.728.806 8.876
Malabar Selatan 194,68 122,77 317,45 2.384.836 8.930
Sukaratu 154,28 158,14 312,42 2.909.410 9.312
Tanara 136,07 132,55 318,62 2.925.581 9.182
Jumlah 709,03 546,91 1.255,94 11.398.633 9.076
Sumber: Arsip Kantor Unit Perkebunan Malabar, 2017

Produksi dan produktivitas pucuk teh berdasarkan tahun pangkas di Unit


Perkebunan Malabar dalam waktu lima tahun terakhir tercantum pada Lampiran 6.
Rata-rata produksi diperoleh 2.320.669,80 kg/tahun dengan rata-rata produktivitas
2.110,38 kg/tahun. Produksi dan produktivitas berdasarkan tahun pangkas dalam
kurun waktu lima tahun dapat dilihat pada Gambar 1.
3.000,00
2.438,60 2.507,40
2.500,00 2.383
2.152,40
Produktivitas (kg/ha)

2.000,00 1.738
1.576,40
1.500,00

1.000,00

500,00

0,00
TP I TP II TP III TP IV TP V TP VI

Gambar 1. Produktivitas teh Unit Perkebunan Malabar berdasarkan tahun setelah


pangkas selama lima tahun terakhir (2012-2016)
*) TP: Tahun Pangkas

Struktur Organisasi

Unit Perkebunan Malabar dipimpin langsung oleh seorang manager yang


diangkat melalui keputusan direksi dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan
Direksi PT Perkebunan Nusantara VIII. Seorang manager dibantu oleh kepala
tanaman, kepala pengolahan, kepala teknik, kepala administrasi, kepala blending
12

dan kepala afdeling. Manager merupakan jabatan tertinggi di Unit Perkebunan


Malabar yang bertanggung jawab mengatur semua kepala bagian sebagai mediator
Head Office (HO), membuat kebijakan-kebijakan dan mengelola semua yang
berkaitan dengan kebun, serta melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
setiap aspek kegiatan yang dilakukan di setiap bagian (tanaman, pengolahan, teknik,
administrasi, dan blending) untuk menjamin manajemen produksi yang berjalan
dengan baik.
Bagian tanaman dipimpin oleh kepala tanaman yang bertugas mengatur dan
mengkoordinir segala kegiatan yang ada di kebun. Kepala tanaman dibantu
langsung oleh kepala afdeling, mandor besar, mandor, dan tata usaha afdeling.
Kepala tanaman bertugas mengawasi operasional kebun serta mengevaluasi
pekerjaan kepala afdeling di setiap afdeling. Kepala tanaman membuat kebijakan-
kebijakan kebun dengan membuat serta mengevaluasi rencana anggaran kerja
tahunan dan bulanan yang diajukan oleh kepala afdeling dan mandor Besar.
Bagian afdeling dipimpin oleh kepala afdeling yang bertanggung jawab
langsung atas keputusan di setiap afdeling berdasarkan pengawasan dan persetujuan
dari kepala tanaman. Kepala afdeling membawahi mandor besar panen dan mandor
besar rawat. Kepala afdeling membuat kebijakan-kebijakan pada tingkat afdeling
dan melaporkan hasil kerja kepada kepala tanaman.
Bagian pabrik dipimpin oleh kepala pengolahan yang bertanggung jawab
langsung kepada manager. Kepala pengolahan bertugas melakukan koordinasi
terhadap seluruh kegiatan operasional di pabrik seperti menjamin kelangsungan
produksi berjalan dengan normal dan menghasilkan kualitas teh yang baik. Kepala
pengolahan dibantu oleh mandor besar basah, mandor besar kering, mandor uji
mutu, dan tata usaha pengolahan. Aspek teknis dalam pengoperasian pabrik kepala
pengolahan dibantu oleh kepala teknik untuk kelancaran proses produksi.
Bagian Administrasi Unit Perkebunan Malabar dipimpin oleh kepala
administrasi yang bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi di
kantor induk malabar yang berkaitan dengan koordinasi kerja dengan manager,
kepala tanaman, kepala pengolahan tentang Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang ditetapkan di Unit Perkebunan Malabar. Kepala administrasi membawahi
langsung bagian kesehatan, bagian umum, keuangan, gudang, dan keamanan.
Struktur Organisasi Unit Perkebunan Malabar dapat dilihat di Lampiran 7.

Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di Unit Perkebunan Malabar terdiri atas karyawan dengan


golongan I,II,III, IV (A,B,C,D), dan karyawan lepas. Karyawan meliputi manager
kebun selaku pimpinan tertinggi unit perkebunan, kepala tanaman, kepala
pengolahan, kepala teknik, kepala administrasi, dan kepala afdeling. Tenaga kerja
di Unit Perkebunan Malabar terbagi dalam empat golongan tenaga kerja meliputi
staf, karyawan bulanan, karyawan harian tetap, dan karyawan harian lepas.
Karyawan golongan IA/0 sampai IB/11 meliputi seluruh Karyawan Pelaksana
(tetap atau lepas). Golongan karyawan IIIA/0 sampai IVD/0 terdiri dari pegawai
staf seperti kepala afdeling, pegawai pabrik pengolahan hingga jabatan tertinggi di
Unit Perkebunan Malabar. Data jumlah seluruh karyawan yang dibedakan menurut
golongan dan jabatan dapat dilihat pada Lampiran 8.
13

Karyawan tetap merupakan karyawan yang direkomendasikan oleh


pimpinan unit perkebunan yang diatur dari PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tugas)
PT Perkebunan Nusantara VIII. Karyawan lepas adalah karyawan yang tidak
memiliki keterikatan dengan perusahaan tetapi pekerjaan karyawan lepas
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Total karyawan di Afdeling Malabar
Utara berjumlah 201 orang terdiri dari karyawan tetap sebanyak 76 orang dan
karyawan lepas sebanyak 125 orang dengan luas areal TM dan TBM sebesar 307,45
ha. Indeks tenaga kerja dapat dihitung sebagai berikut :

Total karyawan
Indeks tenaga kerja = Total luas areal teh
201
= 307,45 = 0,65 orang/ha

Indeks tenaga kerja yang diperoleh di Afdeling Malabar Utara sebesar 0,65
orang/ha. Indeks tenaga kerja Afdeling Malabar Utara lebih kecil dibandingkan
dengan yang direkomendasikan yaitu sebesar 1,5-2,0 orang/ha (Iskandar, 1988).
Sistem pemberian upah untuk karyawan ditetapkan langsung oleh Direksi Unit
Perkebunan Malabar. Besarnya upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang
disesuaikan dengan jabatan dan UMR (Upah Minimum Regional) yang berlaku.
Pembagian upah untuk karyawan dilakukan setiap bulan pada minggu pertama awal
bulan sekitar tanggal 7-10. Hari efektif kerja karyawan dalam seminggu adalah
enam hari dengan lama kerja 7 jam/hari.

Kesejahteraan Karyawan

Unit Perkebunan Malabar menyediakan beberapa fasilitas bagi setiap


karyawan antara lain implasemen, Rumah Sakit Pasir Junghun, tempat ibadah,
jamsostek, pakaian kerja, tunjangan hari raya (THR), koperasi, rekreasi air panas,
agrowisata, tempat olahraga dan kendaraan bermotor. Rumah sakit Pasir Junghun
beroperasi setiap hari selama 24 jam. Karyawan yang mendapatkan pelayanan
kesehatan yaitu seluruh karyawan harian tetap serta 3 orang anak, sedangkan bagi
Karyawan Harian Lepas dan pensiunan hanya untuk dirinya. Seluruh karyawan
yang bekerja di Unit Perkebunan Malabar memiliki masa kerja dengan maksimal
usia 56 tahun. Perusahaan juga memberikan cuti kerja selama 12 hari dalam satu
tahun bagi karyawan. Kendaraan bermotor diberikan kepada karyawan sesuai
dengan tugas dan jabatan. Perusahaaan menyediakan sarana angkutan antar jemput
bagi anak Sekolah Menengah Pertama (SMP). Unit Perkebunan Malabar juga
menyediakan koperasi yang ditujukan untuk membantu memenuhi kebutuhan
hidup karyawan.
14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Teknis

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dengan mengikuti


semua kegiatan yang ada di Unit Perkebunan Malabar baik mencakup aspek teknis
dan aspek manajerial. Setiap pekerjaan yang dilakukan meliputi kegiatan pada
tanaman teh menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Aspek
teknis yang dilakukan di Unit Perkebunan Malabar yaitu kegiatan penanaman
pohon pelindung, penyulaman tanaman belum menghasilkan (TBM), perataan
bidang petik pada teh TBM, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
pengendalian gulma, pemangkasan, pemanenan, dan pengolahan teh hitam. Setiap
kegiatan yang dilakukan dianjurkan menggunakan alat pelindung diri (APD)
Personal Protective Equipment (PPE) sesuai dengan Standard Operating
Procedure (SOP) yang berlaku di Unit Perkebunan Malabar.

Penanaman Pohon Pelindung


Pohon pelindung yang baik untuk pertanaman teh harus memberikan
dampak positif dan mudah dalam pengelolaannya. Pohon yang ditanam sebagai
pohon pelindung adalah pohon kecubung (Datura metel). Pemilihan pohon
kecubung sebagai pohon pelindung selain untuk melindungi sinar matahari secara
langsung, pohon kecubung memiliki nilai estetik dan daya tarik Agrowisata di Unit
Perkebunan Malabar. Penanaman pohon kecubung (Datura metel) dapat dilihat
pada Gambar 2.

Gambar 2. Penanaman pohon kecubung (Datura metel)

Teknis penanaman pohon kecubung diberi jarak pada setiap empat baris
tanaman teh (5 m x 5 m) karena jarak tanam yang digunakan di Unit perkebunan
Malabar hampir seluruhnya merupakan double row. Proses penanaman sebanyak
15 batang pohon kecubung (Datura metel). Jumlah batang pohon kecubung yang
ditanam masih jauh dari yang dilakukan oleh dua orang karyawan pelaksana.

Penyulaman Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)


Kegiatan awal penyulaman dilakukan inventarisasi dengan menghitung
jumlah TBM 2 yang akan disulam. Data hasil inventarisasi terdapat 1.700 tanaman
yang harus disulam untuk luasan 3 ha atau sekitar 1,5% dari total populasi awal di
15

Blok Paninjoan II, Persentase ini masih dibawah ≤5 % dari standar persentase
kematian yang ditentukan Unit Perkebunan Malabar.
Ulat bajra atau api (Setora nitens) menyerang daun teh tua pada tanaman
belum menghasilkan (TBM) menyebabkan tanaman teh belum menghasilkan
tampak seperti gundul sehingga perlu dilakukan penyulaman. Kegiatan penyulaman
dilakukan sebanyak 20 bibit teh/HK dengan standar kapasitas kerja yang ditetapkan
Unit Perkebunan Malabar sebesar 100 bibit/HK. Karyawan pelaksana dapat
memenuhi standar kapasitas kerja dengan menanam 100 bibit/HK. Jumlah bibit
sulaman yang ditanam masih jauh dari standar yang ditetapkan oleh Unit
Perkebunan Malabar karena kurangnya pengalaman dan keterampilan dalam
kegiatan penyulaman. Penyulaman pada tanaman belum menghasilkan (TBM) 2
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Penyulaman pada TBM 2

Perataan Bidang Petik (Skipping) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)


Perataan bidang petik (skipping) dilakukan pada tanaman belum
menghasilkan (TBM) berumur 2 tahun bertujuan untuk perawatan terhadap bidang
petik tanaman teh agar menghasilkan pertumbuhan pucuk yang seragam. Tanaman
teh saat penanaman tidak dilakukan perawatan yang menunjang untuk perluasan
bidang petik maka pucuk yang dihasilkan akan sedikit dan kondisi tanaman teh
memiliki fase vegetatif yang tidak lama.
Alat yang digunakan untuk perataan bidang petik adalah mesin skipping.
Mesin skipping dilakukan pengecekan sehari dalam seminggu. Pengecekan
terhadap kerusakan mesin skipping rutin dilakukan untuk menjaga kualitas mesin
skipping agar terhindar dari kerusakan cabang sehingga tunas dapat tumbuh dengan
cepat.
Teknis pelaksanaan perataan bidang petik (skipping) dengan meletakan alat
pangkas skipping pada bidang petik yang tingginya tidak rata atau tidak seragam.
Standar tinggi yang ditetapkan Unit Perkebunan Malabar sekitar 45 cm dari
permukaan tanah. Standar kapasitas kerja perataan bidang petik (skipping) di Unit
Perkebunan Malabar sebesar 0,2 ha/HK. Penulis melakukan kegiatan skipping
seluas 3 patok/HK (0,12 ha/HK). Kapasitas kerja yang dilakukan penulis belum
mencapai standar kapasitas kerja yang ditetapkan Unit Perkebunan Malabar karena
kurangnya pengalaman dan keterampilan dalam penggunaan mesin skipping.
Kualitas perataan bidang petik yang dilakukan penulis menghasilkan tinggi yang
sama dengan yang dilakukan oleh karyawan pelaksana. Karyawan pelaksana
perataan bidang petik mampu mencapai standar kapasitas kerja yang ditetapkan
16

Unit Perkebunan Malabar. Perataan bidang petik pada teh TBM (skipping) dapat
dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Perataan bidang petik pada teh TBM (skipping)

Pemupukan
Kegiatan pemupukan di Unit Perkebunan Malabar dibagi menjadi dua macam
yaitu pupuk melalui daun dan pupuk melalui akar. Pemupukan melalui daun di Unit
Perkebunan Malabar dilakukan menggunakan dua jenis mesin yaitu power sprayer
dan mistblower. Kegiatan pemupukan daun penting dilakukan untuk mempercepat
pertumbuhan tunas akibat gangguan hama atau memperbaiki kesehatan tanaman
yang dilakukan dengan aplikasi pemupukan melalui daun menggunakan pupuk
pelengkap cair (PPC) dan zat perangsang tumbuh (ZPT) baik organik maupun
anorganik. Penentuan setiap blok yang akan diberi pupuk daun menentukan jenis
pupuk daun dan zat perangsang tumbuh (ZPT) disesuaikan dengan keperluan yang
akan diberikan untuk tanaman teh. Zat pengatur tumbuh dibedakan menjadi
beberapa macam merek dagang meliputi Atonik 6.5 L (NO3) dengan dosis 0,5 l/ha
untuk merangsang pertumbuhan tunas, Dharma Guna Wibawa (KNO3) dengan
dosis 1 kg/ha untuk merangsang perpanjangan ruas daun (internode), dan pucuk,
DGW (ZnSO4) dengan dosis 1 kg/ha untuk menambah bobot ruas daun (internode)
dan pucuk, dengan volume semprot 200 l/ha. Pemupukan daun menggunakan
power sprayer dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pemupukan daun menggunakan power sprayer

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemupukan daun menggunakan


power sprayer meliputi perlengkapan mesin Sanchin-30, selang semprot 100 m, ciri
atau bendera penanda, drum atau jerican, tongkat pencampur dosis, gayung dan
saringan. Kebutuhan tenaga kerja dalam kegiatan pemupukan daun menggunakan
17

power sprayer sebanyak 6 orang dengan 2 orang sebagai pengangkut air dan 1
pengatur operasi mesin sedangkan 3 orang untuk mengatur lajur selang semprot.
Kegiatan pemupukan daun di Afdeling Malabar Utara dengan
menggunakan dua alat yaitu mistblower dan power sprayer. Standar Kapasitas kerja
karyawan dalam kegiatan pupuk daun menggunakan mistblower yang ditetapkan
Unit Perkebunan Malabar sebesar 1 ha/HK, sedangkan menggunakan power
sprayer sebesar 2 ha/HK. Karyawan yang melakukan pemupukan melalui daun
dapat mencapai standar kapasitas kerja yang ditetapkan Unit Perkebunan Malabar.
Standar kapasitas kerja yang berbeda pada setiap penggunaan alat disebabkan daya
jelajah semprot power sprayer yang lebih luas yaitu 2 m sedangkan mistblower 1,2
m. Kapasitas kerja pupuk daun yang dilakukan penulis menggunakan mistblower
mencapai 0,5 ha/HK, kapasitas kerja yang diperoleh masih dibawah standar
kapasitas kerja yang ditentukan karena kurangnya pengalaman dalam
menggunakan mistblower.
Pupuk melalui akar bertujuan untuk mengganti sejumlah unsur hara yang
telah terambil akibat kegiatan produksi dan pemeliharaan. Setiap kebun yang akan
dilakukan pemupukan melalui akar kondisi gulma harus dalam keadaan terkendali.
Pemupukan melalui akar yang dilakukan karyawan pelaksana dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6. Pemupukan melalui akar

Dosis dan jenis pemupukan kimia mengacu pada rekomendasi PPTK


Gambung (Pusat Penelitian Teh dan Kina) atau surat edaran direksi. Pupuk yang
digunakan di Unit Perkebunan Malabar terdiri campuran Urea (46% N), (SP-36
36% P2O5), (KCl 60% K2O), dan (Kieserite 27% MgO) dengan perbandingan
pupuk (27 : 6 : 14 : 2). Kegiatan pemupukan akar dilakukan dengan dua cara yaitu
dibenam dan disebar. Pelaksanaan pemupukan akar dengan cara dibenam dilakukan
pada tanaman teh yang memiliki tahun pangkas muda (TP I dan TP II) dengan
populasi tanaman teh jarang (<6.000-8.000 tanaman/ha) dan memiliki kemiringan
lahan >5o. Pupuk akar dengan cara disebar dilakukan pada tanaman teh dengan
tahun pangkas sedang hingga tua (TP III dan TP IV) dengan populasi yang padat
(≥8.000 tanaman/ha) dan kondisi areal yang landai atau rata (kemiringan <5o ).
Karyawan pelaksana pemupukan melalui akar terdiri karyawan penabur
pupuk, karyawan pembuat lubang pupuk dan pengangkut pupuk. Pengangkut pupuk
bertugas untuk menyiapkan pupuk pada setiap baris (row) apabila penabur pupuk
kehabisan. Dosis setiap lubang terletak diantara 4 tanaman teh sebesar 100 g,
dengan demikian setiap tanaman diharapkan mendapatkan serapan pupuk sebanyak
25 g dari setiap lubang. Peralatan yang diperlukan untuk kegiatan pupuk melalui
18

akar yaitu cangkul atau garpu, ember, bendera penanda, amparan terpal, karung,
dan alat tulis. Kapasitas kerja karyawan dalam melakukan pupuk akar sebesar 0,2
ha/HK dengan upah Rp35.000/HK.

Pengendalian Hama dan Penyakit


Kegiatan pengendalian hama di Unit Perkebunan Malabar tidak terlalu
mengganggu tanaman yang mengakibatkan penurunan produksi. Kegiatan
pengendalian hama dan penyakit terlebih dulu dilakukan inventarisasi hama dan
penyakit oleh mandor besar pemeliharaan sebagai acuan dalam perencanaan
pelaksanaan hama dan penyakit. Hama pengganggu yang sering menyerang pada
musim penghujan pada tanaman teh di dominasi oleh Helopeltis. Jenis-jenis hama
penting lainnya yang menjadi masalah yaitu Empoasca sp., ulat jengkal (Hiposidra
talaca), ulat penggulung daun (Hommona coffearia), ulat penggulung pucuk (Cydia
leucastome), ulat api (Setora nitens), dan tungau jingga (Myte).
Pengendalian secara kultur teknis di Unit Perkebunan Malabar yaitu dengan
melakukan pangkasan yang sejajar dengan kemiringan lahan. Populasi Helopeltis
antonii dapat ditekan dengan musuh alami seperti semut (Dolichodeus thoracius),
laba-laba, belalang sembah, capung, dan predator lainya sebagai agen pengendalian
hayati. Pengendalian dengan menggunakan insektisida sistemik Poksindo 200 EC
berbahan aktif Propoksuk 200 g/l dengan dosis 1,5 l/ha dan volume semprot 250
l/ha. Setiap penyemprotan dilakukan penyemprotan kembali dengan jeda hari
disesuaikan dengan kriteria tingkat serangan yaitu tingkat serangan rendah
dilakukan ulangan 7-8 hari, tingkatan serangan sedang 4-8 hari dan tinggat serangan
berat 4-5 hari. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengendalian hama dan penyakit

Ulat penggulung pucuk dan ulat ulat penggulung daun apabila tidak
dikendalikan dapat terjadi sepanjang tahun. Intensitas yang terjadi di Unit
Perkebunan Malabar belum memasuki ambang darurat, tetapi intensitas dapat
meningkat pada peralihan musim penghujan dan kemarau. Dampak intensitas
serangan ulat penggulung pucuk dan daun membuat pertumbuhan tunas terhambat.
Populasi ulat dapat dikendalikan dengan musuh alaminya seperti jangkrik, laba-
laba, dan semut. Pengendalian ulat penggulung dilakukan secara secara mekanis
dan kimiawi. Pengendalian secara mekanis dilakukan saat gilir petik dengan
membuang langsung daun atau pucuk yang terserang. Pengendalian secara kimiawi
dengan menggunakan insektisida kontak Ripcord 5 EC berbahan aktif
19

Cypermethrine 50 g/l dengan dosis 0,2 l/ha dan volume semprot 250 l/ha pada
interval penyemprotan minimal 14 hari.
Penyakit yang di dominasi pada musim hujan di Unit Perkebunan Malabar
adalah cacar daun teh (blister blight) disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans.
Musim hujan yang menyebabkan kelembaban udara >80% dan intensitas cahaya
yang rendah merupakan kondisi ideal jamur untuk berkembang biak. Bagian yang
diserang yaitu daun atau ranting muda. Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu
munculnya bintik kecil tembus cahaya dengan diameter ±0,25 mm, kemudian
membesar dan menonjol ke bagian bawah permukaan daun dengan permukaan atas
daun yang utuh dan membentuk spora pada tonjolan. Seiring waktu pusat bercak
berwarna coklat lalu mengering hingga akhirnya bercak dapat terlepas yang
menyebabkan daun menjadi berlubang.
Pengendalian secara langsung terhadap penyakit cacar daun teh (blister
blight) dicegah secara kimiawi (bersifat kontak) menggunakan fungisida Champion
77 WP berbahan aktif Cu-hydroxyde 77% dengan dosis 0,25 kg/ha dan volume
semprot 250 l/ha pada interval penyemprotan minimal 14 hari. Serangan penyakit
cacar daun teh pada blok tanaman teh belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM) tidak berlangsung terus menerus sepanjang tahun, tergantung
bagaimana pergantian cuaca dan musim penghujan setiap tahunnya, namun apabila
tidak dikendalikan akan menimbulkan kerugian secara ekonomi.
Tenaga kerja dalam pengendalian hama dan penyakit di Unit Perkebunan
Malabar terdiri dari penyemprot dan pengangkut air sekaligus pencampur bahan
kimia (laden), setiap dua karyawan yang menggendong motor kompa (mist blower)
untuk satu orang pengangkut air. Pekerja pengendalian hama terdiri dari karyawan
pelaksana yang diawasi oleh satu mandor hama dan penyakit. Pelaksanaan
pengendalian hama dan penyakit terdiri dari karyawan dengan sistem borongan
yang dengan upah Rp35.000 ha/HK. Standar pelaksanaan pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman menghasilkan (TM) sebesar 1 ha/HK, sedangkan pada
tanaman belum menghasilkan (TBM) sebesar 2 ha/HK. Prestasi kerja karyawan
pelaksana pada blok tanaman menghasilkan sebesar 1,25 ha/HK - 1,5 ha/HK,
sedangkan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) karyawan menghasilkan
prestasi kerja mencapai 2,5 ha/HK. Penulis melaksanakan pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman menghasilkan (TM) pada Blok Simpang dan Blok Cibolang
dengan prestasi kerja 0,5 ha/HK.

Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada area yang tidak diinginkan
karena mampu bersaing dengan tanaman pokok untuk menyerap unsur hara, air,
cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Pemilihan pengendalian yang tepat untuk
menekan gulma serendah mungkin sangat penting dilakukan. Sistem pengendalian
gulma di Unit Perkebunan Malabar terdapat dua kegiatan pengendalian yaitu
pengendalian secara manual dan pengendalian secara kimiawi.
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual
di Unit Perkebunan Malabar sedang giat melakukan penyiangan gulma manual
secara Clean weeding. Kegiatan Clean weeding merupakan kombinasi perlakuan
penyiangan gulma secara manual yang terdiri dari babat, jojo, dan kored yang
bertujuan menekan potensi pertumbuhan gulma sekecil mungkin. Jenis-jenis
spesies gulma di Unit Perkebunan Malabar dapat dilihat pada Tabel 3.
20

Tabel 3. Jenis-jenis spesies gulma di Unit Perkebunan Malabar


Jenis gulma Nama spesies Nama daerah
Ageratum sp. Babadotan
Clidemia hirta Harendong bulu
Impatiens platypelata Pacar tere
Berdaun lebar Commelina nudiflora Tali said
Mikania micrantha Mikania
Erechtites valerianifolia Sintrong
Melastoma malabatricum Harendong
Clibadium surinamense Kirinyuh
Berdaun sempit Eleusine indica Jukut jampang
Eupathorium sp. Teklan
Commelina nudiflora Jukut aur
Paspalum conjugatum Jukut pait
Teki Cyperus rotundus Teki
Sumber: Bagian Tanaman Unit Perkebunan Malabar, 2017
.
(1) Pembabatan. Pengendalian pada jenis gulma berdaun lebar dan berdaun
sempit yang pelaksanaanya dipengaruhi umur gulma dan sudah memiliki
ketinggian 20 cm atau sudah memasuki fase generatif. Pelaksanaan pembabatan
dengan cara dipotong rata hingga mencapai ±2 cm diatas permukaan tanah. Standar
kapasitas kerja babat ditetapkan sebesar 2 patok/HK (0,08 ha/HK). Kapasitas kerja
dalam melaksanakan kegiatan babat mencapai 0,04 ha/HK.
(2) Penjojoan. Pengendalian secara manual yang dilakukan jika persentase
gulma rendah dalam luasan areal < 30% pada gulma yang tumbuh melebihi tinggi
bidang petik dengan cara dicabut. Pelaksaan jojo juga dilakukan apabila banyak
terdapat gulma yang terlewat saat pengendalian secara kimiawi dan tidak
memperhitungkan umur gulma. Beberapa kasus gulma seperti jenis gulma
Commelia diffusa, Commelina nudiflora, dan Mikania micrantha ditandai dengan
jangka penyangga gulma sebagai tempat merambatnya. Penggunaan tanda sebagai
evaluasi mandor bahwa karyawan pelaksana telah melakukan penjojoan. Standar
kapasitas kerja penjojoan yang ditetapkan kebun antara 12,5 patok/HK (0,5 ha/HK).
Kapasitas kerja dalam melaksanakan kegiatan penjojoan mencapai 0,4 ha/HK.
Penyiangan gulma secara manual (jojo) dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Penyiangan gulma secara manual (Jojo)


21

(3) Clean weeding. Pengendalian umumnya dilakukan pada blok kebun


jenis gulma berdaun lebar dan berdaun sempit yang sudah mencapai ketinggian
diatas 20 cm atau sudah memasuki fase generatif dengan tahun pangkas (TP I).
Pelaksanaan dilakukan dengan cara disasap hingga permukaan tanah terlihat dan
kondisi gulma W0. Standar kapasitas kerja yaitu 1 patok/HK (0,04 ha/HK). Prestasi
kerja dalam kegiatan pengendalian gulma secara manual dengan clean weeding
diperoleh sebesar 0,02 ha/HK. Clean weeding hanya ditentukan dengan kapasitas
kerja sebesar 1 patok (400 m2) membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk
mengefisienkan waktu penyiangan. Kegiatan clean weeding di Unit Perkebunan
Malabar dilakukan untuk mengefektifkan pemupukan. Pemupukan yang efektif
dapat dilihat ketika kondisi permukaan tanah tidak terdapat gulma sehingga unsur
hara yang diberikan dapat terserap oleh tanamn teh secara maksimal. Pengendalian
gulma secara manual (clean weeding) dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Pengendalian gulma secara manual (clean weeding)

Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi


dilakukan dengan menggunakan bahan kimia (herbisida) sistemik seperti Vino 640
SL berbahan aktif isopropil amina gliphosat 480 g/liter dengan dosis yang
diaplikasikan sebanyak 1-1,5 liter/ha dan volume semprot 250 l/ha pada interval
penyemprotan 60-90 hari. Alat penyemprotan dilakukan dengan menggunakan
tangki semprot (handsprayer) kapasitas 15 liter. Pengendalian gulma secara
kimiawi dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pengendalian gulma secara kimiawi

Kegiatan clean weeeding telah selesai dilakukan, disusul dengan penyiangan


secara kimiawi berdasarkan rotasi pengendalian yang ditetapkan di Unit
Perkebunan Malabar. Kombinasi pengendalian gulma secara manual dan kimiawi
dapat dilihat pada Tabel 4.
22

Tabel 4. Kombinasi pengendalian gulma

Kombinasi Daur Areal yang


Umur pangkas Jumlah
penyiangan penyiangan disiang Per
(bulan) aplikasi/tahun
(hari) bulan (%)
Manual Kimia
TP I (0-12) 3 6 9 41 74
TP II (12-24) 3 5 8 46 66
TP III (25-36) 3 3 6 61 50
TP VI (>36) 2 3 5 73 40
Rata – rata 55 55
Sumber: Standar Operating Procedure PTPN VIII
*) TP : Tahun Pangkas

Kegiatan pengendalian gulma secara kimia pada tanaman teh menghasilkan


(TM) dengan sistem borongan. Setiap karyawan pelaksana memiliki standar kerja
12,5 patok/HK = 0,5 ha/HK (5.000 m2) dengan prestasi kerja karyawan pelaksana
sudah mencapai standar kerja sebesar 12,5 patok/HK =0,5 ha/HK (5.000 m2).
Prestasi kerja dalam melakukan pengendalian gulma secara kimia dengan kapasitas
kerja mencapai sebesar 0,2 ha/HK.

Pemangkasan
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan untuk
mempertahankan tinggi bidang petik sampai ketinggian tertentu dan memperluas
bidang petik (frame) sehingga mampu meningkatkan produktivitas teh.
Pemangkasan bertujuan untuk mempermudah dalam proses pemetikan saat panen,
menjaga tanaman agar tetap berada pada fase vegetatif, dan membuang cabang
tidak produktif serta merangsang dalam pembentukan tunas baru yang lebih banyak.
Pemangkasan bersih tanaman teh dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Pemangkasan bersih tanaman teh

Tingkat produktivitas. Tingkat produktivitas merupakan salah satu


kriteria yang dijadikan acuan dalam melakukan pemangkasan. Tingkat
produktivitas menentukan nilai ekonomi tanaman teh. Kondisi pucuk yang
dihasilkan dalam satu blok pada empat tahun setelah pangkas (TP IV) mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya, maka kondisi tersebut digunakan sebagai
indikator bahwa suatu blok tersebut siap untuk dipangkas.
Tinggi dan diameter bidang petik. Tanaman teh apabila tidak dilakukan
pemangkasan akan tumbuh semakin tinggi dan menyulitkan dalam pemetikan.
23

Pemangkasan dilakukan saat tanaman mencapai tinggi 120 cm karena akan


menyulitkan kegiatan pemetikan baik menggunakan gunting atau mesin petik. Unit
Perkebunan Malabar setiap kegiatan pemetikan menggunakan gunting dan mesin
petik maka pelaksanaan kegiatan pemangkasan berdasarkan Rencana Kerja
Anggaran Perkebunan (RKAP) dan produktivitas tanaman yang menurun dari tahun
sebelumnya. Pengamatan tinggi dan diameter bidang petik sebelum dilakukan
pemangkasan tercantum pada Tabel 5.

Tabel 5. Tinggi tanaman dan diameter bidang petik sebelum pemangkasan


Diamter
Tahun Umur Tinggi
bidang
Blok Klon tanam pangkas tanaman
petik
(seedling/klonal) (bulan) (cm)
(cm)
Pamegatan GMB 7 1950/2009 64 92,86tn 115,13a
tn
Ciemas TRI 2025 1897/1991 53 87,20 87,30b
Rata-rata 90,03 101,21
Keterangan: tn)= Tidak berbeda nyata, berdasarkan hasil uji t-student pada taraf 5%.
Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji t-student pada taraf 5%.

Diameter bidang petik merupakan parameter yang menandai kesehatan


tanaman, semakin lebar bidang petik akan menghasilkan pucuk yang lebih banyak.
Diameter bidang petik apabila tidak dilakukan pemangkasan akan menyulitkan
pemetik dan menutup jalan kontrol sehingga kegiatan panen dan pemeliharaan sulit
dilakukan. Hasil analisis (Tabel 5) rata-rata tinggi tanaman petik Blok Pamegatan
menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan rata-rata
tinggi tanaman pada Blok Ciemas. Rata-rata diameter bidang petik (Tabel 5) pada
Blok Pamegatan menunjukkan nilai yang berbeda nyata dibandingkan dengan Blok
Ciemas.
Persentase pucuk burung. Pucuk burung merupakan pucuk yang tunasnya
dalam keadaan dorman (tidak aktif). Pucuk dalam keadaan dorman menyebabkan
hasil fotosintat tidak digunakan untuk menumbuhkan tunas baru melainkan untuk
penuaan sel-sel daun. Semakin tua umur pangkas tanaman teh maka jumlah pucuk
burung semakin meningkat, sebaliknya jumlah peko akan semakin sedikit. Menurut
teori apabila pucuk burung mencapai 70% maka hal tersebut dapat dijadikan salah
satu kriteria waktu pemangkasan (Sukasman, 1988).
Perhitungan pucuk di Unit Perkebunan Malabar secara umum tidak
dilakukan, namun data pengamatan di Unit Perkebunan Malabar dikatakan sesuai
saat melakukan kegiatan pemangkasan. Hasil pengamatan terhadap persentase
pucuk burung (Tabel 6) pada Blok Pamegatan menunjukkan nilai yang tidak
berbeda nyata lebih besar dibandingkan dengan Blok Ciemas. Hasil pengamatan
persentase pucuk burung sebelum pemangkasan tercantum pada Tabel 6.
24

Tabel 6. Persentase pucuk burung sebelum pemangkasan

Luas yang
Persentase
ditanam Umur pangkas
Blok Klon pucuk burung
(ha) (bulan)
(%)
Klonal Seedling
Pamegatan GMB 7 6,31 5,31 64 95,64tn
Ciemas TRI 2025 1,50 8,85 53 93,39tn
Rata-rata 94,51
tn)
Keterangan: = Tidak berbeda nyata, berdasarkan hasil uji t-student pada taraf 5%.

Jenis pangkasan. Jenis pangkasan yang ditetapkan di Unit Perkebunan


Malabar adalah pangkasan produksi dengan tipe pangkasan bersih. Luka pangkas
yang membentuk sudut 45o menghadap ke dalam perdu dengan membuang cabang
yang berdiameter <1 cm (cabang pensil) dan bagian tengah perdu dibuat lebih
rendah (ngamangkok) karena pertumbuhan bagian tengah perdu lebih cepat
daripada bagian samping perdu.
Pelaksanaan di lapangan, pangkasan produksi yang dilakukan oleh
karyawan pangkas pada Blok Pamegatan dan Blok Ciemas adalah pangkasan
setengah bersih karena perdu hasil pangkasan masih banyak cabang-cabang <1 cm
(cabang pensil) yang ditinggalkan. Pangkasan produksi tipe setengah bersih karena
sistem upah yang borongan sehingga karyawan pangkas lebih mengejar kuantitas
tanaman yang dipangkas.
Tinggi dan diameter bidang pangkas. Tinggi pangkasan tanaman teh yang
digunakan di Unit Perkebunan Malabar yaitu 45 cm - 55 cm disesuaikan tinggi
pangkasan sebelumnya dan kemiringan tanah pada masing-masing blok. Setiap
tinggi pangkasan terus naik 5 cm dari luka bekas pangkas sebelumnya. Hasil
analisis (Tabel 7) untuk rata-rata tinggi tanaman pangkas Blok Pamegatan
menunjukkan nilai yang berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan rata-rata tinggi
tanaman pada Blok Ciemas. Rata-rata diameter bidang pangkas (Tabel 7) pada Blok
Pamegatan menunjukkan nilai yang berbeda nyata lebih lebar dibandingkan dengan
Blok Ciemas. Hasil pengamatan tinggi pangkasan dan diameter bidang pangkas
pada saat dilakukan pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tinggi dan diameter bidang pangkas pada saat pemangkasan


Umur Tinggi Diameter Bidang
Blok Klon pangkas pangkasan pangkas
(bulan) (cm) (cm)
Pamegatan GMB 7 64 53,33a 79,73a
Ciemas TRI 2025 53 45,33b 58,70b
Rata-rata 49,33 69,21
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata berdasarkan hasil Uji t-student pada taraf
5%.

Komposisi ukuran cabang per tanaman. Perhitungan komposisi ukuran


cabang dengan mengamati jumlah ukuran cabang berdasarkan tiga kategori cabang
25

berdasarkan diameter cabang yaitu <1 cm , 1 cm - 1,99 cm dan ≥2 cm. Hasil rata-
rata jumlah cabang (Tabel 8) pada Blok Pamegatan dan Blok Ciemas komposisi
ukuran cabang paling banyak diperoleh pada ukuran cabang <1 cm sebesar 17 buah
dengan persentase sebesar 63,27% sedangkan komposisi ukuran cabang paling
sedikit diperoleh pada ukuran cabang ≥2 cm sebesar 2,17 buah dengan persentase
8,07%. Hasil pengamatan persentase komposisi cabang setiap tanaman berdasarkan
diameter cabang tercantum pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah cabang berdasarkan diameter cabang per tanaman pada saat
pemangkasan

Tahun Diameter cabang


Umur pangkas
Blok tanam
(bulan) 1 cm –
(seedling/klonal) < 1cm ≥2 cm
1,99 cm
-------------------buah ----------------

Pamegatan 1950/2009 64 21,97 8,90 2,87


(65,97%) (25,63%) (8,40%)
Ciemas 1897/1991 53 12,03 6,50 1,47
(60,17%) (32,50%) (7,33%)
Rata-rata 17 7,70 2,17
(63,27%) (28,66%) (8,07%)
Keterangan: Angka-angka di dalam kurung menunjukkan persentase komposisi
cabang.

Persentase kerusakan cabang akibat pemangkasan. Pemangkasan


merupakan bagian dari pemeliharaan tanaman teh yang pelaksanaanya
membutuhkan tenaga dan keterampilan yang lebih serta waktu yang dibutuhkan
lebih lama dibandingkan dengan kegiatan pemeliharaan lain sehingga karyawan
pelaksana seluruhnya merupakan lelaki. Kebutuhan tenaga yang lebih banyak dan
keterampilan khusus dalam pelaksanaan pemangkasan membuat sebagian
karyawan kurang kesadaran terhadap kualitas pangkas pada tanaman teh dan hanya
mementingkan kuantitas tanaman yang dipangkas. Persentase kerusakan cabang
pangkasan berdasarkan diameter cabang tercantum pada Tabel 9.

Tabel 9. Persentase kerusakan cabang pangkasan berdasarkan diameter ukuran


cabang
Diameter cabang (buah)
Blok Klon < 1cm 1 cm-1,99 cm ≥2 cm
Sehat Rusak Sehat Rusak Sehat Rusak
Pamegatan GMB 7 40,20 3,73 15,67 2,13 5,47 0,27
Ciemas TRI 2025 18,87 5,20 10,33 2,67 2,47 0,47
Jumlah Cabang (buah) 59,07 8,93 26,26 4,80 7,80 0,74
Jumlah Total Cabang (buah) 68 30,06 8,54
Persentase Kerusakan Cabang (%) 13,13 15,97 8,67

Persentase kerusakan cabang akibat pemangkasan dengan membagi ukuran


cabang berdasarkan diameter <1cm, 1 cm - 1,99 cm, dan ≥2 cm. Hasil pengamatan
26

persentase kerusakan cabang (Tabel 9) menunjukan kerusakan cabang terbesar pada


diameter cabang sebanyak 13,13% dari total cabang yang berdiameter <1 cm,
sedangkan presentasi kerusakan terkecil diperoleh pada cabang berdiameter ≥2 cm
sebesar 8,67% dari total cabang yang berdiameter ≥2 cm.
Alat pemangkasan. Pemangkasan tanaman teh di Unit Perkebunan
Malabar dilakukan secara manual. Alat yang digunakan dalam kegiatan
pemangkasan yaitu gaet (sabit pangkas), gergaji pangkas, batu asahan (batu gosok),
dan pelindung tubuh dari plastik. Penggunaan gaet lebih dominan dilakukan di Unit
Perkebunan Malabar. Kegiatan pemangkasan menggunakan sabit pangkas (gaet)
lebih mudah dilakukan oleh karyawan pangkas. Faktor lain yang membuat
penggunaan sabit pangkas (gaet) lebih dominan digunakan karena biaya perawatan
yang mahal dan penggunaan gergaji pangkas yang sulit membentuk bidang pangkas.
Setiap alat pemangkasan dibawa sendiri oleh karyawan pangkas karena tidak
disediakan oleh pihak kebun. Ketajaman gaet sangat mempengaruhi luka pangkas
yang dihasilkan, semakin tajam gaet maka akan mengurangi resiko kerusakan
batang dan cabang. Alat yang digunakan untuk kegiatan pemangkasan dapat dilihat
pada Gambar 12.

Gambar 12. Alat pangkas (gaet)

Gilir pangkas. Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan


sebelumnya dengan pemangkasan berikutnya pada blok yang sama yang dinyatakan
dalam tahun. Gilir pangkas dapat dijadikan acuan untuk menandakan suatu blok
dapat dilakukan pemangkasan disesuaikan dengan tahun pangkas sebelumnya. Gilir
pangkas yang diterapkan Unit Perkebunan Malabar yaitu 4-5 tahun. Gilir pangkas
dilakukan atas pertimbangan produksi, kondisi tanaman yang secara ekonomis
masih menguntungkan maka gilir pangkas dapat lebih dari 4 tahun. Gilir pangkas
dapat dipengaruhi oleh letak ketinggian perkebunan. Ketinggian tempat perkebunan
yang semakin tinggi dari permukaan laut maka gilir pangkas yang dilakukan akan
semakin panjang. Pelaksanaan gilir pangkas pada Blok Pamegatan dan Blok
Ciemas sudah sesuai dengan yang direncanakan oleh Unit Perkebunan Malabar.
Data realisasi gilir pangkas pada Blok Pamegatan dan Blok Ciemas di Unit
Perkebunan Malabar dapat dilihat pada Tabel 10.
27

Tabel 10. Gilir pangkas Blok Pamegatan dan Blok Ciemas di Unit Perkebunan
Malabar
Waktu pelaksanaan
Tahun Waktu Pemangkasan Gilir
Luas
Blok tanam pemangkasan pangkas
(ha)
(seedling/klonal) sebelumnya (tahun)
Rencana Real
Pamegatan 11,62 1950/2009 Agustus Januari Januari 5
2011 2017 2017
Ciemas 10,35 1897/1991 Agustus Februari Februari 4
2012 2017 2017
Sumber: Arsip Kantor Unit Perkebunan Malabar, 2017

Luas areal pemangkasan. Luas areal yang dipangkas di Unit Perkebunan


Malabar adalah 25% dari total tanaman menghasilkan. Pelaksanaan pemangkasan
dibagi menjadi dua semester yaitu semester I pada bulan Januari sampai bulan Juni
dan semester II pada bulan Juli sampai bulan Desember. Pertimbangan produksi
pucuk teh dan cuaca mempengaruhi realisasi luas areal pemangkasan tahun 2012-
2016 (Lampiran 9) yang sangat fluktuatif. Pertimbangan luas areal pangkas
bertujuan untuk menjaga kestabilan produksi pucuk agar tidak terjadi fluktuasi
antara saat musim hujan (flush) tidak terlalu tinggi dan musim kemarau (minus)
tidak terlalu rendah. Kestabilan produksi penting dijaga dalam kegiatan
pemangkasan karena luas areal tanaman menghasilkan (TM) untuk kegiatan
produksi berkurang, sehingga mempengaruhi besarnya potensi kehilangan hasil
produksi. Realisasi luas areal pemangkasan di Unit Perkebunan Malabar tahun
2012-2017 dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Realisasi luas areal pemangkasan di Unit Perkebunan Malabar Tahun
2012-2017
Luas areal pangkasan Persentase
Luas
Tahun (ha) (%)
areal TM
Rencana Realisasi Rencana Realisasi
2012 1.078,43 269,61 347,87 25 32,25
2013 1.061,26 265,32 243,75 25 22,96
2014 1.071,46 267,86 79,56 25 7,42
2015 1.131,46 282,86 24,48 25 2,16
2016 1.201,36 300,34 147,85 25 12,31
2017 1.255,94 313,98 *146,32 25 *11,65
Rata-rata 283,32 168,70 25 15,42
Sumber: Arsip Kantor Unit Perkebunan Malabar,2017
*) Perhitungan semester I (Januari-Mei)

Rencana luas areal pemangkasan yang ditetapkan oleh Unit Perkebunan


Malabar tidak selalu sesuai dengan pelaksanaan di lapangan. Luas areal
pemangkasan tahun 2014 dan tahun 2015 belum mencapai rencana dari 25% total
TM. Tahun 2017 Unit Perkebunan Malabar merencanakan luas areal pangkasan
sebesar 313,98 ha atau 25% dari total tanaman menghasilkan, dalam pelaksanaan
realisasi hingga bulan Mei 146,32 ha atau sekitar 11,65% pada semester I. Sisa luas
28

areal pangkasan sebesar 13,35% dilakukan pada semester II berdasarkan


pertimbangan produksi dan cuaca pada semester II.
Karyawan pemangkasan. Karyawan pemangkasan di Unit Perkebunan
Malabar merupakan karyawan musiman dengan sistem upah borongan. Biaya upah
yang dibayarkan untuk karyawan pangkas sebesar Rp40.000/patok (0,04 ha).
Karyawan pangkas membersihkan sisa pangkasan ke tengah baris (row) tanaman
teh agar tidak menghalangi jalur mesin (dawungan). Cabang dan ranting yang
ditinggalkan bertujuan sebagai bahan organik untuk menambah unsur hara bagi
tanaman teh.
Setiap karyawan pangkas diberi standar kapasitas kerja sebesar 0,04 ha/HK
dengan jumlah tanaman ±540 tanaman teh. Tenaga pemangkas yang tersedia pada
Blok Pamegatan sebanyak 8 orang sedangkan pada Blok Ciemas sebanyak 9 orang.
Jumlah karyawan pangkas masih belum mencapai standar jumlah karyawan yang
ditetapkan Unit Perkebunan Malabar yaitu sebanyak 11 orang untuk Blok
Pamegatan dan 10 orang untuk Blok Ciemas (Tabel 12). Jumlah karyawan dalam
pemangkasan pada Blok Pamegatan dan Blok Ciemas di Unit Perkebunan Malabar
dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kapasitas karyawan pangkas di Blok Ciemas dan Blok Pamegatan
Luas Luas Lama Karyawan Kapasitas
areal Pangkasan/hari pemangkasan pangkas pemangkas
Blok
pangkasan (ha) (hari) (orang) (ha/HK)
(ha) Standar Real Standar Real Standar Real Standar Real
Pamegatan 11,62 0,44 0,32 27 37 11 8 0,04 0,04
Ciemas 10,35 0,40 0,36 26 29 10 9 0,04 0,04
Jumlah 0,98 0,84 53 65 21 17 0,08 0,08
Rata-rata 0,49 0,42 26,5 32,5 10,5 8,5 0,04 0,04
Sumber: Arsip Kantor Unit Perkebunan Malabar, 2017

Standar kapasitas kerja karyawan pangkas sudah mencapai standar yang


ditetapkan Unit Perkebunan Malabar. Standar kapasitas kerja karyawan pangkas
diperoleh sebesar 0.04 ha/HK. Penulis melakukan kegiatan pemangkasan dengan
kapasitas sebesar 0,01 ha/HK, kapasitas ini jauh dari standar kapasitas kerja
karyawan karena kurangnya keterampilan dan pengalaman penulis dalam kegiatan
pemangkasan.
Serasah sisa pangkasan. Serasah sisa pangkasan biasanya terdiri atas
cabang, ranting, dan daun yang diletakan di antara baris (row) tanaman teh sebagai
bahan tambahan unsur hara. Pengamatan serasah sisa pangkasan dilakukan setelah
kegiatan pemangkasan selesai. Serasah sisa pangkasan dikumpulkan kemudian
diikat dan ditimbang dengan timbangan digital. Serasah sisa pangkasan digunakan
untuk menutupi permukaan tanah hingga layu dan digunakan sebagai tambahan
bahan organik. Hasil analisis rata-rata bobot serasah sisa pangkasan per tanaman
pada Blok Pamegatan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan bobot serasah sisa
pangkasan pada Blok Ciemas. Pengamatan hasil bobot serasah sisa pangkasan dapat
dilihat pada Tabel 13.
29

Tabel 13. Bobot serasah pangkasan pada Blok Pamegatan dan Blok Ciemas
Luas Bobot bekas
Umur
Tahun areal pangkasan/
Blok Klon pangkas
tanam (ha) tanaman
(bulan)
Klon Seedling (kg)
Pamegatan GMB 1950/2009 6,31 5,31 64 3,73tn
7
Ciemas TRI 1897/1991 1,50 8,85 53 2,78 tn
2025
Jumlah 6,51
Rata-rata 3,25
tn)
Keterangan: = Tidak berbeda nyata hasil uji t-student pada taraf 5%.

Pertumbuhan tunas setelah pemangkasan. Pengamatan pertumbuhan


tunas dimulai tiga minggu setelah pangkas (MSP) hingga tujuh minggu setelah
pangkas (MSP). Setiap diameter cabang <1 cm, 1 cm – 1,99 cm, dan ≥2 cm dihitung
jumlah mata tunas yang tumbuh. Hasil pengamatan pada Blok Pamegatan dan Blok
Ciemas menunjukkan bahwa jumlah pertumbuhan tunas paling banyak terdapat
pada cabang dengan diameter <1 cm dibandingkan dengan cabang lainya. Grafik
jumlah pertumbuhan tunas per tanaman pada berbagai diameter cabang pada Blok
Pamegatan dan Blok Ciemas dapat dilihat pada Gambar 13 dan Gambar 14.

100
90
Jumlah Tunas (buah)

80
70
60
50
40
30
20
10
0
3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP
<1 cm 1-1,99 cm >2 cm

Gambar 13. Grafik jumlah pertumbuhan tunas per tanaman setelah pemangkasan
di Blok Pamegatan
30

70
Jumlah Tunas (buah)

60
50
40
)

30
20
10
0
3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP
<1 cm 1-1,99 cm >2 cm

Gambar 14. Grafik jumlah pertumbuhan tunas per tanaman setelah pemangkasan
di Blok Ciemas

Pemetikan
Budidaya tanaman teh ditujukan untuk menghasilkan daun muda yang
disebut pucuk. Pemetikan merupakan kegiatan pengambilan bagian tunas teh
beserta daun muda dan telah memenuhi syarat olah menjadi produk teh kering.
Pemetikan juga berfungsi untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu
menghasilkan produksi tinggi dan berkesinambungan. Pemetikan di Unit
Perkebunan Malabar dilakukan setiap hari dengan syarat telah memenuhi ketentuan
dalam standar operasional pemetikan seperti hanca petik dan kondisi tinggi
tanaman.
Hanca petik dan gilir petik. Hanca petik adalah luas areal yang harus
selesai dipetik dalam satu hari. Hanca petik setiap blok berbeda dipengaruhi oleh
rata-rata kapasitas pemetik, kondisi topografi kebun, gilir petir, musim dan kondisi
pucuk. Penentuan luas areal yang dipetik dalam satu hari dapat dilihat dari semakin
pendek gilir petik maka semakin luas hanca petik. Sebagai contoh Blok Soreang
salah satu blok yang ada di Afdeling Tanara memiliki luasan 15,37 ha dan gilir petik
60 hari, hanca petiknya :

Luas areal yang di petik


Hanca petik = Gilir petik

15.37
= = 0,256 ha/hari
60

Perhitungan hanca petik di Blok Soreang diperoleh hasil 0,256 ha/hari, maka
jumlah luasan yang harus dipetik dalam satu hari untuk Blok Soreang sebesar 0,256
ha (6,40 patok). Pengaturan dan penyelesaian hanca petik setiap blok tidak selalu
sama disesuaikan dengan kondisi kebun, luas areal petik dan gilir petik yang diatur
oleh mandor besar panen.
Gilir petik merupakan jarak waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan
berikutnya dalam satu hanca petik. Penggunaan mesin petik mempengaruhi lama
31

gilir petik karena dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk yang lebih lama
dibandingkan dengan pemetikan menggunakan gunting sehingga gilir petik yang
ditetapkan oleh Unit Perkebunan Malabar yaitu sekitar 60 hari dengan diselingi
petik delay dalam 30 hari sebelum gilir petik. Petik delay adalah kegiatan pemetikan
yang dilakukan apabila banyak pertumbuhan pucuk suatu hanca petik yang tidak
tumbuh seragam pada 30 hari sebelum gilir petik (60 hari). Petik delay bertujuan
agar pucuk yang dihasilkan hingga gilir petik yang ditentukan (60 hari) dapat
tumbuh dengan seragam dan menghindari terjadinya pucuk kaboler.
Jenis pemetikan. Jenis pemetikan yang diterapkan oleh Unit Perkebunan
Malabar dalam satu daur pangkas adalah pemetikan mesin, pemetikan Sisa Mesin
(SM), dan pemetikan Delay Leaf (DL). Pemetikan mesin adalah pemetikan yang
dilakukan menggunakan mesin petik sebagai hasil dari produksi setiap blok dalam
satu blok. Pemetikan mesin dilakukan pada 8 minggu setelah pangkas (MSP)
disesuai kondisi tanaman teh. Pemetikan Sisa Mesin (SM) dapat dilakukan sesuai
petunjuk dari mandor besar apabila dalam kegiatan pemetikan terdapat sisa pucuk
yang tidak terjangkau oleh mesin petik, maka sehari selanjutnya dilakukan
pemetikan Sisa Mesin (SM) menggunakan gunting petik dengan tujuan untuk
meminimalkan produksi pucuk yang terbuang.
Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang dilakukan di Perkebunan
Malabar adalah setiap dua row (baris) tanaman dipetik oleh satu regu pemegang
mesin petik diiringi oleh seorang pemetik menggunakan gunting. Arah pemetikan
dimulai dari arah yang paling jauh menuju jalan utama yang dapat dilalui truk
penimbang pucuk untuk mengumpulkan pucuk dan mencegah adanya areal yang
tidak terpanen serta mempermudah penimbangan. Mandor petik memperhatikan
setiap mesin petik berjalan untuk mengawasi hasil petik dan menegur pemetik
apabila ada kesalahan pemetikan dan pucuk yang terlewat.
Alat dan sarana pemetikan. Perlengkapan alat yang dibawa oleh pemetik
menggunakan gunting sebagai sarana keamanan dan keselamatan kerja meliputi
sarung tangan, pelindung tubuh dari plastik, penutup kepala (caping), sepatu boot,
gunting petik, keranjang petik, waring persegi dan waring sak. Sarung tangan
melindungi tangan dari gulma yang berbahaya bagi kulit atau serangga berbahaya
saat melakukan kegiatan pemetikan. Pelindung tubuh dari plastik (celemek atau
mantel) berfungsi melindungi tubuh dari ranting atau cabang teh yang tajam serta
melindungi tubuh agar tidak basah. Gunting petik digunakan untuk mengambil
pucuk tanaman teh dengan gunting. Keranjang petik berkapasitas sekitar 5 kg - 10
kg untuk menampung pucuk teh hasil petikan gunting. Waring persegi memiliki
kapasitas pucuk sebanyak 25 kg, sedangkan waring sak dapat menampung 25 kg -
30 kg.
Sarana pelengkap untuk menunjang kinerja mesin dan keselamatan kerja
karyawan pelaksana pemetikan meliputi collecting bag (penampung pucuk),
kelengkapan keamanan dan keselamatan kerja (sarung tangan, sepatu boot, ear
protector, masker dan pakaian kerja), peralatan dan spare part untuk kondisi
darurat di kebun, tempat bahan bakar, pelumas, waring sak, tenda, dan alas tempat
menyimpan pucuk. Kapasitas satu mesin dapat mencakup 0,5 ha/hari. Pelaksanaan
pemetikan dengan standar jumlah mesin sebanyak 15 mesin petik/hari dapat
menyelesaikan kegiatan pemetikan 2 sampai dengan 3 hari dalam satu blok.
Pelaksanaan kelengkapan alat dan keselamatan kerja karyawan pelaksana
pemetikan banyak diantaranya tidak menggunakan ear protector, dan jarang
32

menggunakan masker sesuai Standard Operating Procedure (SOP) yang di


tetapkan oleh Unit Perkebunan Malabar. Perlengkapan pemetikan menggunakan
mesin petik dibawa oleh karyawan pelaksana dari gudang kantor setiap afdeling,
spesifikasi teknis mesin petik dapat diuraikan Tabel 14.

Tabel 14. Spesifikasi dan instrumen mesin petik


Uraian Spesifikasi
Jumlah Operator 2 orang operator dan pembantu jika diperlukan
Jumlah Pisau ± 16 pasang
Panjang Pisau ± 1.200 mm
Bobot Mesin ± 12 kg
Tipe Air Colled, 2 langkah, bensin campur
Kapasitas Silinder ± 50 cc
Tenaga Mesin ± 3 Karyawan
Sumber: SOP Kultur Teknis Tanaman Teh, 2011

Kapasitas pemetik. Kapasitas pemetik adalah kemampuan karyawan


pelaksana pemetikan untuk mendapatkan bobot pucuk dalam satu hari kerja.
Kapasitas karyawan pemetikan setiap karyawan berbeda-beda dan berubah-ubah
setiap hari pemetikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas pemetik
meliputi kondisi iklim, populasi tanaman, keterampilan karyawan pemetik,
perbedaan cara pemetikan tiap karyawan, dan banyaknya pucuk yang tersedia di
kebun. Standar kapasitas karyawan pemetik yang ditetapkan oleh Unit Perkebunan
Malabar terdiri dari dua macam standar kapasitas pemetikan yang ditetapkan untuk
mesin petik dan standar kapasitas karyawan pemetik yang menggunakan gunting.
Standar kapasitas karyawan dengan mesin petik minimal 150 kg/HK pucuk basah
sedangkan menggunakan gunting petik yaitu 85 kg/HK pucuk basah. Kapasitas
karyawan petik dapat mencapai standar bahkan apabila melebihi standar kapasitas
harian pemetik karyawan mendapatkan premi atau reward berupa tambahan upah,
sebaliknya apabila karyawan tidak mencapai standar yang ditentukan oleh pihak
kebun maka karyawan petik dikenakan sanksi berupa pemotongan upah.
Penulis melakukan kegiatan pemetikan menggunakan gunting petik di blok
soreang sebanyak satu row (baris) hanya memperoleh 1 kg/HK ini sangat kecil
dibandingkan dengan standar kapasitas petik yang berlaku. Kecilnya kapasitas petik
disebabkan kurangnya keterampilan dalam menggunakan gunting petik.
Pelaksanaan pemetikan. Pelaksanaan pemetikan di Unit Perkebunan
Malabar dimulai pukul 07.00-14.00 WIB. Pemetikan dilakukan dengan dua alat
yaitu menggunakan gunting petik dan mesin petik disesuaikan dengan kondisi
pucuk dan topografi tanah di kebun. Pemetikan dengan dua cara tersebut
menyisakan daun kepel disertai satu daun (k+1) agar daun tersebut tumbuh hingga
menjadi daun dewasa yang dipelihara. Daun dewasa yang dipelihara bertujuan
untuk mempertebal frame sehingga dapat berperan untuk menutupi bawah tanaman
(bokoran) terhindar dari sinar matahari yang dapat berpeluang sebagai tempat
tumbuhnya gulma. Pemetikan yang dilakukan karyawan pelaksana dapat dilihat
pada Gambar 15.
33

Gambar 15. Pemetikan menggunakan gunting

Pemetikan menggunakan gunting dilakukan sesuai keperluan yaitu apabila


terdapat pucuk yang tidak terjangkau oleh mesin petik dan sudah memasuki 25
sampai dengan 30 hari petik Delay Leaf (DL) untuk menyeragamkan pertumbuhan
pucuk. Keuntungan pemetikan dengan gunting petik menambah produktivitas
pucuk karena dapat menjangkau frame atau layer yang tidak dapat dijangkau oleh
mesin petik, namun kelemahan gunting petik dapat memperlambat pertumbuhan
pucuk selanjutnya bahkan bidang petik menjadi tidak rata apabila keahlian
karyawan gunting petik tidak menaikan satu daun (levelling) dari pemetikan
sebelumnya. Menaikan satu daun (levelling) untuk mencegah pucuk yang dibawah
bidang petik dan pucuk air (pucuk muda) terpetik karena akan menyebabkan bidang
petik yang tidak rata dan lamanya pertumbuhan pucuk selanjutnya. Keranjang petik
berkapasitas sekitar 5 kg - 10 kg untuk menampung pucuk teh hasil petikan gunting
tergantung kemampuan karyawan pemetik, setelah keranjang petik telah dipenuhi
oleh pucuk teh maka oleh karyawan pelaksana dikumpulan di tempat pemungutan
hasil pucuk sementara yang sudah diberi alas oleh terpal plastik dan terus berulang
hingga pucuk telah mencapai bobot minimal atau bahkan melebihi kapasitas yang
telah ditetapkan oleh mandor.
Pemetikan menggunakan mesin menerapkan sistem regu. Setiap regu
pemetik terdiri dari lima pekerja pelaksana yang terdiri atas dua pekerja operator
mesin petik, satu pekerja pemegang balon petik atau collecting bag (kantung hasil
petikan), satu pekerja menampung hasil petikan dari collecting bag ke waring sak
untuk dibawa ke tempat penampungan hasil (TPH) dan satu pekerja bertanggung
jawab untuk memasukan hasil petikan yang sudah terkumpul ke waring sak atau
waring persegi di tempat penampungan hasil sementara (TPH) untuk persiapan
ditimbang. Pelaksanaan pemetikan di lapang ada beberapa karyawan pelaksana
kurang memperhatikan kerataan bidang petik (levelling ) sehingga hanya
berorientasi pada hasil pucuk. Hal ini menyebabkan pertumbuhan pucuk yang
lambat, pucuk yang diperoleh menjadi bahan baku teh yang kurang baik dalam
pengolahan teh. Pemetikan menggunakan mesin petik yang dilakukan karyawan
pelaksana dapat dilihat pada Gambar 16.
34

Gambar 16. Pemetikan menggunakan mesin petik

Penimbangan dan pengangkutan. Penimbangan pertama dilakukan di


kebun dan penimbangan kedua dilakukan di pabrik pengolahan. Penimbangan di
kebun dapat dilakukan satu atau dua kali disesuaikan dengan jumlah pucuk di kebun.
Penimbangan pucuk hanya dilakukan sekali apabila hanca petik yang dibebankan
kepada karyawan petik sangat luas sehingga penimbangan dilakukan pada pukul
10.00-11.30 WIB. Penimbangan dilakukan dua kali apabila hanca petik dalam suatu
blok tidak terlalu luas dan dapat dijangkau oleh tenaga karyawan petik yang tersedia
dengan penimbangan pertama dilakukan pukul 09.30-10.30 WIB, dan penimbangan
pucuk kedua pukul 13.00-14.00 WIB. Penimbangan dilakukan oleh krani timbang
dengan menggunakan timbangan gantung dan masing-masing mandor petik
mencatat hasil pucuk yang diperoleh berdasarkan total hasil timbangan pucuk,
nomor regu, nama blok kebun dan jumlah karyawan pemetik. Hasil pucuk yang siap
ditimbang harus bersih dari teki atau gulma. Proses penimbangan dan pengangkutan
pucuk teh dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Proses penimbangan dan pengangkutan pucuk teh basah

Pengangkutan pucuk harus dilakukan secepatnya untuk memperoleh


kondisi pucuk pada saat sampai di pabrik dalam keadaan utuh dan masih segar
untuk menjaga kualitas teh. Truk pengangkut dilengkapi dengan penutup bak agar
terhindar dari sengatan matahari secara langsung yang dapat menyebabkan pucuk
gosong (busuk) dan pengangkutan pucuk tidak boleh melebihi kapasitas truk
apabila produksi pucuk sedang melimpah.

Pengolahan Pucuk Teh Hitam


Proses produksi dalam pengolahan teh yang dilakukan di Unit Perkebunan
Malabar merupakan jenis pucuk teh yang diolah menjadi teh hitam dengan
menggunakan sistem Orthodoks. Tahapan setiap proses pengolahan pucuk teh
35

hitam dengan sistem Orthodoks terdiri dari penerimaan pucuk di pabrik, pelayuan,
penggilingan dan sortasi basah, fermentasi (Oksidase enzymatic), pengeringan,
pengeringan, sortasi kering, dan pengemasan.
Penerimaan pucuk di pabrik. Pucuk merupakan bahan baku pengolahan
yang kualitasnya harus terjaga dalam setiap proses pengolahan. Penerimaan pucuk
teh sebelum masuk ruang pelayuan dilakukan penimbangan di lahan untuk
menentukan kapasitas setiap Withering Through (WT). Teknis penimbangan di
pabrik dilakukan pada jembatan timbang, barang dan alat bantu lainnya tidak
dibenarkan untuk ikut ditimbang. Penimbangan secara dua kali ini untuk
mengurangi resiko kesalahan penimbang saat dilahan. Pucuk yang dibawa dari
kebun ke pabrik dengan menggunakan waring sak dan waring persegi disusun
secara rapih dan terhindar dari sengatan matahari untuk menghindari kerusakan
yang mengakibatkan rendahnya mutu teh yang dihasilkan.
Potensi kerusakan pucuk paling besar terjadi saat penanganan pucuk selama
kegiatan pemetikan. Setiap penanganan pucuk teh harus terhindar dari gulma, batu,
kayu, kaca, plastik, tanah, serangga dan kontaminasi pestisida dan bahan kimia.
Penimbangan dilakukan di pabrik oleh staff penimbangan.
Analisis pucuk. Analisis pucuk adalah pemisahan pucuk antara pucuk yang
memenuhi syarat olah dan tidak memenuhi syarat olah pabrik yang dinyatakan
dalam persen. Pucuk yang memenuhi syarat olah pabrik yaitu pucuk daun muda
sedangkan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah pabrik yaitu pucuk yang terkena
hama dan penyakit dan pucuk yang busuk (kaboler). Analisis pucuk di Pabrik
Perkebunan Malabar dilakukan oleh satu orang karyawan pelaksana.
Peralatan yang digunakan untuk analisis pucuk di pabrik antara lain
timbangan digital, kotak analisis pucuk, dan tampah. Kegiatan analisis diawali
dengan mengambil pucuk sebanyak 200 g dari setiap mandor. Pucuk yang
memenuhi syarat olah merupakan pucuk medium dengan sebagian pucuk daun
muda yang terpilih yaitu p+2, p+3, b+1, b+2, dan b+3. Pucuk yang dianggap tidak
memenuhi syarat olah jika daun atau pucuk sobek, terlipat, atau terperam. Hasil
setiap kriteria analisis pucuk ditimbang dan dipersentasekan. Tujuan analisis pucuk
layak olah untuk mengetahui kualitas pucuk dan menentukan upah pemetik setiap
afdeling, memperkirakan persentase mutu teh jadi yang akan dihasilkan. Analisis
pucuk di Unit Perkebunan Malabar memiliki standar olah pucuk sebesar 55%
sampai dengan 60%. Proses penimbangan dan analisis pucuk pada saat pucuk tiba
di ruang pembeberan dapat dilihat pada Gambar 18.

(a) (b)
(a) Proses penerimaan dan penimbangan pucuk kedua
(b) Proses analisis pucuk saat pucuk tiba di ruang pembeberan
Gambar 18. Awal pengolahan teh sebelum dilakukan kegiatan pembeberan
36

Pelayuan. Pelayuan adalah tahapan pertama dalam pengolahan teh hitam.


Selama proses pelayuan pucuk teh mengalami dua perubahan yaitu perubahan fisik
dan kimiawi. Perubahan fisik ditandai dengan menurunya kadar air di dalam dan di
permukaan pucuk yang menyebabkan adanya perubahan elastisitas pucuk (menjadi
lemas) dan perubahan permeabilitas dinding sel.
Perubahan kimiawi memberi kesempatan terjadinya perubahan senyawa-
senyawa kimia yang dikandung dalam pucuk teh untuk membentuk karakteristik
teh (rasa, aroma, kekuatan, kesegaran dan warna air) yang diinginkan konsumen.
Peralatan pelayuan antara lain terdiri dari Monorail, Withering Through (WT),
Thermometer d/w, Fan (saluran aliran udara), Heat Exchanger (HE), Hot Air
Ducting (saluran udara panas), alat kebersihan, mistar ukur, identitas pucuk,
keranjang (bolotong), timbangan layuan. Proses pelayuan terdiri dari pembeberan,
pelayuan dan turun layu.
Setiap Withering Through (WT) didistribusikan mengunakan Monorail
yang diisi penuh oleh waring sak, kemudian seluruh pucuk basah dibeberkan.
Pembeberan pucuk basah bertujuan memisahkan pucuk-pucuk yang menempel satu
dengan lainya karena apabila pucuk basah saling menempel akan membuat proses
pelayuan kurang berjalan dengan baik. Pucuk basah dibeberkan dan petugas
langsung menganalisis hasil pucuk dari setiap WT untuk setiap Mandor Pemetikan.
Unit Perkebunan Malabar memiliki 40 buah Withering Through (WT).
Kapasitas setiap Withering Through (WT) 1300 kg dengan ukuran 18 m x 1,8 m x
1 m. Pucuk yang telah ditimbang segera dibeberkan diatas WT dengan ketebalan
30 cm - 45 cm. Standar waktu pembeberan 30 menit dan standar kebutuhan debit
udara 18-20 cfm/kg pucuk segar. Pucuk yang telah dibeberkan dalam WT dialiri
udara segar dari alam selama 5 sampai dengan 6 jam kemudian diberi udara panas
untuk mengurangi kadar air pada pucuk teh. Pengaliran udara segar dilakukan lebih
dulu karena pucuk teh yang dalam keadaan kadar air tinggi jika langsung dialiri
udara panas akan membuat pucuk teh menjadi merah sehingga mengurangi mutu
dan kualitas teh. Suhu optimum yang dianjurkan untuk pelayuan di Unit
Perkebunan Malabar 26 oC (maksimal 28 oC) dan temperatur dry and wet dalam
selisih <3 oC. Lama pemanasan paling cepat dilakukan 12 jam namun dapat
bertambah apabila kondisi kadar air pucuk teh tinggi seperti pada musim penghujan.
Pembalikan pucuk pada proses pelayuan dilakukan 3 sampai dengan 5 jam dari
pembeberan hingga seterusnya disesuaikan dengan kondisi pucuk teh agar
diperoleh tingkat kelayuan pucuk teh yang merata. Setiap dua jam diukur
kelembapan udara, suhu udara pada Thermometer d/w serta diperiksa tingkat
kelayuannya.
Kriteria pucuk yang siap turun layu yaitu pucuk teh yang sudah mengalami
perubahan fisik dan kimiawi. Kondisi pucuk yang layu secara merata dicirikan
dengan daun memiliki kandungan air (moisture concentrate) layu sebesar 49%-
58% dengan kerataan pelayuan minimal 87%. Proses pelayuan pada Withering
Through (WT) dapat dilihat pada Gambar 19.
37

Gambar 19. Proses pelayuan pada Whitering Through (WT)

Secara organoleptik dalam proses pelayuan dapat menghasilkan warna


layuan hijau kekuningan (hijau botol), apabila dikepal terasa kenyal dan apabila
kepalan pucuk dilempar tidak cepat “buyar”. Pucuk yang lolos dari proses pelayuan
kemudian dilakukan pembongkaran pucuk atau turun layu. Penurunan pucuk layu
dilakukan dalam periode 2 sampai dengan 3 jam sekali berdasarkan moisture
content (MC) atau uji indrawi (lapisan bawah beberan pucuk diambil dan dikepal).
Pucuk layu di distribusikan menuju ruang giling disesuaikan dengan kapasitas open
top roiler (OTR).
Penggilingan. Penggilingan merupakan proses yang bertujuan untuk
mengecilkan dan memotong pucuk menjadi partikel sesuai dengan yang
dikehendaki dan memudahkan untuk proses pengolahan selanjutnya. Proses
penggilingan ditujukan agar cairan sel keluar semaksimal mungkin sehingga
selanjutnya dalam proses oksidasi enzimatis ysng baik dapat menghasilkan inner
quality yang optimal. Proses penggilingan terdapat beberapa perlakuan diantaranya
penggulungan dengan mesin OTR, penggilingan dengan mesin Rotorvane 15” dan
Innovation Tea Roller (ITR), sedangkan sortasi bubuk basah pada mesin Double
Indian Ballbreaker Net Sorteer (DIBN). Mesin Innovation Tea Roller (ITR)
merupakan mesin hasil inovasi Unit Perkebunan Malabar yang dirakit dari mesin
Rotorvane yang hanya memiliki spesifikasi memotong pucuk dimodifikasi menjadi
mesin Innovation Tea Roller (ITR) yang memiliki spesifikasi memotong dan
menggulung pucuk. Hasil penggulungan dimasukan kedalam Innovation Tea Roller
(ITR) (Gambar 20).

(a) (b)
Gambar 20. Mesin penggulungan dan penggilingan pucuk teh yang digunakan di
Unit Perkebunan Malabar ; (a) mesin Open Top Roller (OTR) dan
(b) mesin Innovation Tea Roller (ITR)
38

Proses diawali dengan pucuk yang digulung menggunakan mesin OTR


disertai pengisian pucuk berdurasi 40 menit dengan kapasitas 325 kg - 375 kg untuk
sekali proses pengisian pucuk layu. Kondisi suhu ruangan selama proses
penggulungan, penggilingan dan sortasi basah yaitu 22 oC -23 oC dan kelembaban
udara 90%-95%. Setiap hasil penggulungan yang keluar melalui lubang
pengeluaran diangkut dengan posisi kereta penampung berada dibawahnya. Pucuk
diangkut oleh konveyor menuju hopper (lubang pemasukan) tempat penggilingan
yang terdapat pisau pemotong untuk memotong dan menggulung pucuk teh. Prinsip
kerja Innovation Tea Roller (ITR) memotong dan menggulung pucuk berdasarkan
gesekan dan tekanan pisau yang terdapat didalam Innovation Tea Roller (ITR)
dengan durasi maksimal 30 menit. Hasil penggilingan menuju mesin pengayakan
dapat di ilustrasikan pada Gambar 21.

ITR
cvvvvv` ITR ITR RV CORONG

Bubuk 1 Bubuk 2 Bubuk 3 Bubuk 4 Badag


Keterangan: Inovation Tea Roller (ITR), Rotorvane (RV)
Gambar 21. Alur proses pengayakan teh pada produksi teh hitam Orthodoks-
Rotorvane
Unit Perkebunan Malabar memiliki empat mesin ( dua set) Double Indian
Ballbreaker Net Sorteer (DIBN) yang digunakan secara aktif. Double Indian
Ballbreaker Net Sorteer (DIBN) memiliki lima corong pengeluaran bubuk teh
dengan besar ukuran mesh disesuaikan dengan kebutuhan konsumen 4-4-3-5-5
untuk Leafy Grade, 5-5-7-6-6 ukuran mesh untuk Small Grade, 5-5-4-6-6 ukuran
mesh untuk Broken Grade sedangkan bubuk yang tidak lolos dari ukuran-ukuran
mesh disebut bubuk badag yang keluar dari corong berukuran 20 cm dan ditampung
oleh bolotong secara langsung . Masing-masing mesin penggiling adalah bubuk 1
(11-29%), bubuk 2 (22-32%), bubuk 3 (28-32%) bubuk 4 (16-20%) dan badag (5-
7%). Proses pengayakan dengan mesin pengayakan Double Indian Ballbreaker Net
Sorteer (DIBN) dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Proses pengayakan menggunakan mesin pengayak Double Indian


Ballbreaker Net Sorteer (DIBN)
39

Oksidasi Enzimatis. Proses oksidasi enzimatis bertujuan untuk mengubah


polyphenol (flavonoid) menjadi senyawa yang membentuk karakteristik dan sifat
teh hitam. Selama proses oksidasi enzimatis dapat dihasilkan senyawa theaflavin
dan thearubigin yang akan menentukan sifat air seduhan (strength, colour, quality
briskness, pencapaian kematangan bubuk (mellow character) dengan indikator
dapat dilihat pada warna air meliputi bright red & coloury, kekuatan rasa meliputi
good strength, strength, same strength, flavoury, brisk, pungency, serta ampas yang
meliputi very bright, coppery, dan bright. Proses oksidasi enzimatis (fermentasi)
dalam dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23. Proses oksidasi enzimati (fermentasi)


Proses oksidasi enzimatis memerlukan kelembaban udara ruang sekitar 90-
95% dengan temperatur udara ruangan oksidasi adalah 16-24 oC serta temperatur
sebaran bubuk pada baki berkisar 24-27 oC. Ketika suhu luar ruangan tinggi dan
kelembaban rendah, maka humidifier harus diaktifkan untuk dapat menyesuaikan
pada standar yang diperlukan pada ruang oksidasi enzimatis. Kondisi sebaliknya
jika suhu udara luar terlalu tinggi dan kelembaban terlalu tinggi maka lampu pijar
digunakan untuk menaikan suhu ruangan oksidasi. Tebal sebaran bubuk dalam
baki/meja oksidasi enzimatis berkisar 5-12 cm dengan menggunakan alat ukur
penggaris. Setiap baki terdiri dari jenis bubuk yang berbeda, perbedaan jenis bubuk
yang keluar dari penggilingan menyebabkan perbedaan waktu fermentasi pada baki
oksidasi. Perbedaan waktu fermentasi lima jenis bubuk pada baki oksidasi
enzimatis adalah 120 menit untuk bubuk 1, 100 menit untuk bubuk 2, 90 menit
untuk bubuk 3, 80 menit untuk bubuk 4 dan 60 menit untuk bubuk badag (kasar).
Lama proses oksidasi enzimatis dimulai sejak pucuk hasil turun layu dimasukan
kedalam OTR sampai bubuk basah masuk kedalam mesin pengeringan.
Pengeringan. Proses pengeringan merupakan proses penghentian oksidasi
enzimatis dan menurunkan Moisture Content (MC) bubuk kering hingga 2-3,5%
dan menghilangkan rasa yang smokey. Proses juga bertujuan untuk membunuh
bakteri-bakteri yang ada pada bubuk teh dan memberikan warna hitam akibat
pemberian udara panas yang tinggi. Proses pengeringan dapat menambah atau
memperpanjang masa simpan produk teh kering. Proses Pengeringan dengan Mesin
Fluid Bed Dried (FBD) dan Proses Pengeringan dengan Mesin Two Stage Dried
(TSD) dapat dilihat pada Gambar 24.
40

(a) (b)
Gambar 24. Proses pengeringan teh menggunakan dua jenis mesin pengeringan ;
(a) Mesin Fluid Bed Dried (FBD) dan (b) Mesin Two Stage Dried
(TSD)
Proses pengeringan menggunakan dua jenis mesin yaitu tiga mesin TSD
(Two Stage Drier), 1 mesin FBD (Fluid Bed Drierd) dan Heat Exchanger (HE)
sebagai sumber panas. Jenis bubuk Broken dan Small Grade dapat menggunakan
kedua jenis mesin tersebut namun dengan suhu inlet dan Outlet berbeda. Suhu Inlet
untuk mesin TSD adalah 90-110 oC dan suhu Outlet 45-55 oC, sedangkan suhu Inlet
untuk mesin FBD adalah 115-120 OC dan suhu Outlet 95-105 OC. Keadaan berbeda
ketika mesin memproses jenis bubuk Leafy Grade. Bubuk jenis Leafy Grade
menggunakan mesin FBD untuk proses pengeringan dengan suhu inlet 100-110 oC
dan suhu outlet 45-55 oC. Leafy Grade menggunakan FBD dengan tujuan agar
kotoran, debu atau pakang dapat terangkat oleh resapan angin yang tidak dimiliki
oleh mesin TSD. FBD (Fluid Bed Drierd) menggunakan prinsip fluidisasi dengan
melakukan hembusan udara panas oleh main fan melalui suatu saluran ke atas bak
pengering yang menembus hamparan bahan baku sehingga bahan dapat bergerak
dan memiliki sifat fluida.
Durasi untuk proses pengeringan pada mesin FBD berkisar 15 sampai
dengan 18 menit, sedangkan untuk mesin TSD berkisar 20 sampai dengan 25 menit.
Panas proses pengeringan diperoleh dari mesin Heat Exchanger (HE) kemudian
panas merambat pada pipa api oleh dorongan dari main fan sehingga masuk ke
ruang pengeringan. TSD (Two Stage Dried) memiliki prinsip kerja menggunakan
tray (rantai) yang bergerak berlawanan dengan aliran udara panas dari mesin HE.
Pengaturan pemisahan pengeringan untuk setiap jenis bubuk harus dilakukan agar
setiap jenis bubuk tidak tercampur pada saat hasil akhir. Bubuk teh yang telah
keluar dari mesin FBD dan TSD diperiksa secara visual baik dengan dilihat
penampakannya, diraba, dan atau dihirup aromanya.
Sortasi kering. Sortasi merupakan kegiatan memisahkan partikel teh
berdasarkan warna, kerataan, ukuran, berat jenis, dan asal bahan pucuk sehingga
diperoleh jenis-jenis teh sesuai dengan standar yang diinginkan konsumen. Pada
kegiatan sortasi ini akan terpisah antara produk dengan Mutu I, II, dan III.
Berdasarkan alur sortasi, pelaksanaan sortasi terdiri dari pemisahan serat dan tulang
daun, pengayakan untuk meratakan bentuk dan ukuran partikel serta pemisahan
berdasarkan berat jenis (density). Proses sortasi harus mengikuti alur sortasi, setiap
jalur diberi girik (identitas) atau tanda. Alur proses sortasi kering dibedakan
menjadi dua yaitu sortasi langsung tanpa melewati proses cutting dan sortasi
41

melewati proses cutting (untuk bubuk badag). Proses sortasi di Unit Perkebunan
Malabar terdiri dari jalur I, II dan III. Bubuk utama yang berasal dari bubuk 1 dan
2 menuju Jalur I melalui dua corong pada mesin midleton kemudian melalui vibrex
untuk memisahkan serat yang terdapat pada bubuk utama setelah itu hasil dari
mesin vibrex diayak dengan shifter sehingga masuk menuju winower untuk
dipisahkan berdasarkan berat jenis. Hasil dari jalur satu masuk menuju jalur dua
untuk dilakukan sortasi ulang dimulai dari mesin van Dermeer (druckroll) untuk
mengecilkan partikel pada Jalur I dan melanjutkannya seperti proses sortasi
sebelumnya. Khusus untuk bubuk 3, 4, dan badag dilakukan sama seperti sortasi
Jalur I dan II namun hanya dilakukan pada Jalur III. Hasil bibik dari vibrex corong
I dan II terlebih dulu melalui jalur mesin Tea Cutter setelah itu melalui Theewan
kemudian kembali lagi menuju vibrex dan shifter yang pada akhirnya menjadi
bahan untukk produk FANN II dan BM. Komponen mesin yang digunakan dalam
proses sortasi kering berdasarkan fungsinya tercantum pada Tabel 15.

Tabel 15. Komponen mesin sortasi kering berdasarkan fungsinya di Unit


Perkebunan Malabar
Nama komponen mesin Fungsi
Bubble tray Memisahkan bubuk teh kering menjadi partikel
kasar dan halus.
Vibrex Mesin pengangkat serat dan partikel ringan
berdasarkan daya magnetik silinder besi.
Chota Mesin seperti ayakan untuk memisahkan bubuk teh
kering menjadi partikel sesuai grade.
Crusher Mesin untuk memperkecil ukuran bubuk teh kering.
Winnower Mesin penyaring bubuk teh kering berdasarkan berat
jenis dan membersihkan bedu serta benda asing.
Sumber: SOP Pengolahan Teh Hitam Orthodoks PT Perkebunan Nusantara, 2008

Hasil sortasi diperiksa oleh kepala pengolahan dan mandor besar kering
untuk dibandingkan dengan bubuk yang telah memenuhi standar. Bubuk hasil
sortasi yang sudah memenuhi standar diberi girik atau identitas berwarna hijau
sedangkan bubuk hasil sortasi yang belum memenuhi standar diberi girik atau
identitas berwarna merah untuk dilakukan sortasi ulang.
Pengepakan. Pengepakan merupakan suatu kegiatan melindungi teh yang
teh yang telah jadi dari kerusakan atau kontaminasi dan memperpanjang masa
simpan produk serta untuk mempermudah baik selama proses penyimpangan
maupun pengangkutan. Pengepakan dalam jumlah dan jenis tertentu dapat
memudahkan pemasaran. Prinsip umum pengepakan yaitu pengemasan teh jadi
dengan menggunakan paper sack, karung bagor atau kemasan khusus sesuai
permintaan konsumen sesuai jenis dan jumlah tertentu sebelum teh dikirim ke
pembeli. Penggunaan karung bagor digunakan untuk jenis bubuk Broken Mixed
(BM) dan PLUFF.
Karung bagor yang akan digunakan sebagai packer di dalamnya terdapat
inner plastic sedangkan untuk paper sack dengan lapisan terdalamnya dilapisi
alumunium foil. Produk teh jadi yang telah di pak harus sesuai standar mutu teh
yang ditetapkan Unit Perkebunan Malabar. Standar mutu dan kualitas produk teh
42

jadi meliputi kadar air maksimum 4,5% dan telah memenuhi standar densitas,
appearance, bebas dari benda asing dan tanpa cacat mutu dalam kontaminan.

Aspek Manajerial

Manajemen merupakan pokok penting yang harus ada dan dilaksanakan


dengan baik dalam suatu perusahaan perkebunan. Sistem manajemen sebagai
indikator bahwa suatu perusahaan perkebunan memiliki sistem produksi dan sistem
pemasaran yang baik. Kegiatan yang berkaitan dengan aspek manajerial di Unit
Perkebunan Malabar dimulai dari bulan kedua magang hingga bulan terakhir. Pada
bulan kedua menjadi pendamping mandor, bulan ketiga dengan menjadi
pendamping mandor besar dan dua minggu menjadi pendamping kepala
pengolahan. Manajemen di Unit Perkebunan Malabar meliputi proses tindakan
yang terdiri dari perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.
Perencanaan merupakan susunan strategi atau kegiatan yang dibuat untuk
mencapai standar yang ditetapkan di Unit Perkebunan Malabar, serta menyusun
langkah-langkah antisipasi untuk menghindari segala hal yang tidak diinginkan.
Pengaturan adalah suatu sistem yang dimiliki oleh pemimpin dalam struktur
organisasi yang terikat untuk mengatur setiap pekerjaan anggota dibawah
kewenanganya agar berjalan dengan efektif dan efisien. Pelaksanaan sebuah proses
pelaksanaan strategi atau kegiatan yang telah disusun dapat dilaksanakan oleh
seluruh bagian perusahaan perkebunan dengan penuh tanggung jawab demi
tercapainya tujuan bersama. Pemimpin dan karyawan pelaksana harus memiliki
pandangan yang sama terhadap suatu tujuan yang akan dicapai sehingga dapat
bekerja sama dalam menjalankan setiap tugas dijalankan. Pengawasan yaitu
kegiatan yang memastikan bahwa seluruh kegiatan dan strategi yang direncanakan
telah dilaksanakan sesuai standar yang ditetapkan, namun jika tidak sesuai standar
langkah apa yang tepat untuk mengantisipasi kemungkinan yang ada sehingga
tujuan dapat tercapai. Evaluasi yaitu proses penilaian terhadap seluruh
kegiatan/strategi yang telah direncanakan, seberapa besar kegiatan/strategi yang
direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Evaluasi merupakan proses menilai
efektivitas kinerja setiap blok sehingga ditemukan kekurangan dan menjadi bahan
antisipasi di masa mendatang.

Mandor
Mandor di Unit Perkebunan Malabar berperan mengawasi kinerja karyawan
pelaksana secara langsung sesuai jenis pekerjaanya dibawah pengawasan mandor
besar dan kepala afdeling. Mandor bertanggung jawab memberikan pengarahan
teknis budidaya, absensi karyawan pelaksana, mengitung prestasi kerja karyawan,
membuat laporan harian yang terdiri dari blok, luas areal yang dikerjakan, dan
jumlah karyawan yang bekerja kemudian dilaporkan kepada mandor besar atau
kepala afdeling. Setiap mandor mengikuti prosedur yang diberikan oleh kepala
afdeling dan atau mandor besar.
Mandor terdiri atas mandor panen dan mandor rawat. Mandor rawat terbagi
menjadi mandor penyiangan gulma manual, mandor penyiangan gulma kimiawi,
mandor pemangkasan, mandor pemeliharaan jalan kontrol, mandor hama penyakit
dan mandor pemupukan.
43

Mandor Panen. Mandor panen mengawasi pelaksanaan pemetikan


termasuk dalam mengkoordinir karyawan pemetikan. Mandor panen membawahi
langsung karyawan pemetikan dan bertanggung jawab terhadap hasil panen kepada
mandor besar panen dan kepala afdeling. Mandor panen terbagi menjadi tiga
mandor panen menggunakan mesin petik dan tiga mandor panen menggunakan
gunting petik. Setiap afdeling memiliki jumlah mandor panen mesin petik dan
mandor panen gunting petik yang berbeda. Setiap satu mandor mesin petik
memegang lima mesin petik, setiap mesin petik terdiri dari lima karyawan petik,
berbeda dengan setiap mandor panen gunting petik membawahi 10 sampai dengan
15 karyawan gunting petik. Mandor panen gunting petik maupun mandor panen
mesin petik memiliki wewenang membuat regu dari setiap karyawan pemetikan
untuk menentukan hanca yang akan dipetik bagi setiap regu karyawan. Setiap hanca
petik yang telah dipetik diberi tanda masing masing nama mandor panen untuk
memudahkan mandor besar maupun kepala afdeling mengevaluasi kinerja mandor
dan karyawan pemetikan. Selama kegiatan panen melakukan evaluasi untuk
memastikan bahwa tidak ada pucuk yang tertinggal dan merapikan jalur kontrol.
Mandor Hama dan Penyakit. Mandor hama dan penyakit di Unit
Perkebunan Malabar berjumlah empat orang yang terbagi di setiap afdeling.
Sebelum kegiatan dimulai, setiap mandor hama dan penyakit memeriksa
kelengkapan alat yang dibutuhkan dan memberikan pengarahan kepada karyawan
pelaksana mengenai hanca dan batas-batas yang akan dikendalikan. Setiap mandor
hama dan penyakit menentukan dosis obat melalui persetujuan kepala afdeling dan
menentukan setiap pekerja yang menjadi pengisi dan pengangkut air (laden) dan
pekerja yang menyebarkan insektisida menggunakan adalah motor pompa
(mistblower). Setiap dua karyawan yang menggendong motor kompa (mistblower)
untuk satu orang karyawan pengankut dan pencampur insektisida (laden). Kegiatan
pengendalian hama dan penyakit dimulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 12.00
WIB. Seluruh karyawan pengendalian hama dan penyakit merupakan karyawan
harian lepas sistem borongan dengan upah Rp35.000/HK. Selama kegiatan
pengendalian hama dan penyakit membantu mengawasi 12 orang karyawan
pelaksana dengan luasan 5,5 ha selama 5 jam/HK.
Mandor Penyiangan Gulma Manual. Setiap pembagian luasan atau hanca
karyawan pelaksana dalam penyiangan gulma manual disesuaikan berdasarkan
dengan jumlah karyawan pelaksana yang tersedia. Mandor penyiangan gulma
manual terdiri dari beberapa jenis penyiangan seperti babat, jojo, dan kored (clean
weeding). Setiap jenis penyiangan gulma manual mandor melakukan pengawasan,
mengawasi dan mengarahkan kinerja karyawan pelaksanan, menghitung luas areal
yang disiangi secara manual dan membuat laporan harian mandor yang akan
dilaporkan kepada mandor besar atau kepala afdeling sebagai bahan evaluasi.
Mandor Penyiangan Gulma Kimiawi. Mandor penyiangan gulma secara
kimiawi mengawasi dan mengarahkan karyawan dalam melaksanakan kegiatan di
kebun. Sehari sebelum pelaksanaan penyiangan kimiawi, mandor membuat bon
permintaan herbisida kepada kepala afdeling untuk diajukan kepada staf bagian
tanaman yang kemudian diserahkan kepada kepala gudang. Setiap material yang
sudah disetujui dalam penyiangan gulma kimiawi diambil pada hari pelaksanaan
oleh karyawan. Setiap teknis pelaksanaan di kebun mandor bertugas memastikan
bahan herbisida dan alat penunjang yang tersedia tidak rusak sehingga siap untuk
dipakai, serta membuat laporan harian mandor untuk diserahkan kepada kepala
44

afdeling atau mandor besar sebagai bahan evaluasi. Selama kegiatan penyiangan
gulma kimiawi melakukan pengawasan dan memperingatkan karyawan apabila ada
gulma yang terlewat untuk disemprot.
Mandor Pemupukan. Tugas yang dibebankan oleh mandor pemupukan
yaitu mengawasi jalanya kegiatan pemupukan dan mengarahkan pekerja untuk
menghindari penyimpangan yang dilakukan karyawan pelaksana dalam kegiatan
pemupukan. Sehari sebelum pelaksanaan pemupukan mandor membuat bon
permintaan pupuk yang sudah disetujui oleh kepala afdeling, staf bagian tanaman
dan kepala gudang. Staf bagian tanaman memberikan rekomendasi dosis pupuk
untuk masing-masing blok yang akan dilakukan pemupukan, hal ini karena
kandungan dosis pupuk pada setiap blok berbeda-beda. Mandor pemupukan
dibantu oleh kepala afdeling, mandor besar dan komandan pleton (danton) dimulai
dari pegambilan pupuk di gudang hingga kegiatan pemupukan dikebun berakhir.
Kegiatan pemupukan dimulai pukul 06.30 WIB hingga pukul 12.00 WIB.
Karyawan pemupukan merupakan karyawan berasal dari karyawan pemeliharaan.
Selama kegiatan berlangsung, penulis membantu mengawasi kegiatan pemupukan
di kebun dengan mengevaluasi dosis yang ditabur oleh karyawan penabur dan
memastikan lubang pupuk tertutup dengan sempurna serta memastikan penggunaan
pupuk digunakan tepat cara dan tepat dosis.

Mandor Besar
Mandor Besar secara langsung membawahi semua mandor yang ada di Unit
Perkebunan Malabar. Mandor Besar terdiri dari Mandor besar rawat dan Mandor
besar panen. Peran mandor besar adalah mengelola kebun agar berjalan dengan baik
secara teknis seperti membuat rencana kerja bulanan berdasarkan rencana kerja
tahunan baik panen maupun perawatan dan membuat laporan-laporan rencana dan
realisasi kegiatan yang dilaksanakan. Tugas yang dilakukan mandor besar juga
memastikan dan menjamin bahwa pelaksanaan setiap kegiatan sesuai dengan
rencana yang dibuat serta mengevaluasi kinerja karyawan pelaksana dalam setiap
pekerjaan secara kualitas, kuantitas dan biaya. Setiap hasil kerja yang dibuat oleh
mandor besar diajukan kepada kepala afdeling untuk selanjutnya dievaluasi dan
dikoreksi secara administrasi serta memonitor pencapaian target kerja dan produksi
terhadap rencana yang telah dibuat. Selama menjadi pendamping mandor besar
rawat turut membantu mengawasi kinerja mandor rawat dalam setiap kinerja yang
dilakukan di kebun dan ketika menjadi pendamping mandor besar panen ditugaskan
untuk mengawasi pelaksanaan pemetikan dan proses jalannya penimbangan I dan
II di kebun.

Kepala Pengolahan
Kepala pengolahan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan
pengolahan dan administrasi produksi di pabrik sesuai dengan kebijakan manager
kebun. Pengolahan teh hitam di Unit Perkebunan Malabar terdiri dari beberapa
tahapan setiap proses pengolahan pucuk teh hitam dengan sistem Orthodoks terdiri
dari penerimaan pucuk di pabrik, pelayuan, penggilingan dan sortasi basah,
fermentasi (Oksidase enzymatic), pengeringan, pengeringan, sortasi kering, dan
pengemasan. Kepala pengolahan mengawasi jalannya setiap proses tahapan
pembuatan teh hitam agar sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP),
terkoordinasi dengan pihak kebun dan manager, membuat pengendalian terhadap
45

hal-hal yang dapat mengefisienkan biaya dengan anggaran yang tersedia dan
menegur karyawan yang melakukan kesalahan. Kondisi yang yang ditemukan saat
di pabrik pengolahan adalah ketika musim penghujan yaitu pada bagian
pembakaran untuk proses pelayuan yang membutuhkan suhu mesin pemanas (Heat
Echanger) minimal 100 oC sedangkan kondisi kayu bakar mengandung kadar air
yang melebihi standar 18%. Kadar air kayu bakar pada musim penghujan mampu
mencapai 30% maka tindakan kepala pengolahan memutuskan untuk menunda
selama 1 seri (1 jam) pemasukan pucuk teh dan memastikan karyawan pelaksanaan
yang memasukan kayu bakar tidak terlambat memasukan kayu bakar kedalam
mesin Heat Exchanger.

Pembahasan

Pemangkasan merupakan tindakan kultur teknis budidaya tanaman untuk


memperoleh pucuk dengan produktivitas yang tinggi dan berkesinambungan
sehingga kualitas pangkasan tanaman teh harus dilakukan dengan tepat (PPTK,
2006). Pemangkasan pada tanaman dengan tujuan meremajakan kembali tanaman
teh maka penting bagi tanaman teh yang akan dipangkas dalam keadaan yang sehat
terbebas dari hama dan penyakit. Kegiatan pemangkasan bertujuan
mempertahankan pertumbuhan tanaman teh tetap berada pada fase vegetatif
(Effendi et al., 2010).

Ketinggian Bidang Petik


Tinggi tanaman teh akan terus bertambah seiring bertambahnya umur
pangkas, hasil analisis uji t-student pada taraf 5% (Tabel 5) menunjukkan bahwa
Klon GMB 7 pada Blok Pamegatan memiliki tinggi bidang petik yang tidak berbeda
nyata dengan Klon TRI 2025 pada Blok Ciemas. Rata-rata tinggi pada Blok
Pamegatan dan Blok Ciemas adalah 90,03 cm. Tinggi rata-rata yang diperoleh dari
dua blok tersebut belum mencapai 120 cm tetapi pelaksanaan pemangkasan tetap
dilakukan karena Blok Pamegatan dan Blok Ciemas sudah menyulitkan karyawan
petik dalam kegiatan pemetikan menggunakan mesin dan sudah memasuki gilir
pangkas yang direncanakan oleh Unit Perkebunan Malabar. Kegiatan pemetikan di
Unit Perkebunan Malabar didominasi oleh penggunaan mesin petik sehingga
kriteria tinggi tanaman teh yang dipangkas mengacu pada tingkat kesulitan
karyawan pemetikan dalam memperoleh pucuk menggunakan mesin petik. Tinggi
bidang petik yang belum mencapai 120 cm dipengaruhi faktor teknis dalam
penggunaan mesin petik. Penggunaan mesin petik menyebabkan gilir petik tanaman
teh lebih lama daripada menggunakan tangan. Pemetikan pucuk teh menggunakan
tangan lebih selektif daripada penggunaan mesin petik. Hasil penggunaan mesin
petik yang menekan bidang petik (frame) sehingga pertumbuhan pucuk terhambat
dan merangsang pertumbuhan pucuk menyamping atau melebar secara horizontal.
Tinggi tanaman merupakan salah satu acuan untuk menentukan suatu blok
tanaman teh dapat dipangkas. Semakin bertambahnya tahun pangkas maka tanaman
teh akan semakin tinggi sehingga dapat menyulitkan dalam proses pemetikan.
Tanaman teh dengan ketinggian 120 cm merupakan ketinggian maksimal untuk
para pemetik teh di Indonesia (Sukasman, 1988). Tinggi tanaman teh yang melebihi
tinggi karyawan petik dapat mempengaruhi kegiatan pemetikan baik dilakukan
dengan mesin petik dan gunting petik sehingga pucuk yang terambil tidak maksimal,
46

dan mengurangi kapasitas kerja setiap karyawan, selain itu tinggi bidang petik dapat
mempengaruhi kualitas pucuk saat diolah di pabrik pengolahan karena potensi
pengambilan pucuk yang tidak sesuai dengan plucking point dan terambilnya
cabang merah (pakang) lebih tinggi.

Diameter Bidang Petik


Hasil pengamatan diameter bidang petik yang dilakukan di Unit Perkebunan
Malabar (Tabel 5) bahwa tahun 2017 menunjukkan diameter bidang petik pada
Blok Pamegatan berbeda nyata lebih lebar dibandingkan dengan Blok Ciemas.
Rata-rata diameter di Blok Pamegatan dan Blok Ciemas sebesar 101,21 cm pada
tahun pangkas (TP V dan TP IV). Rata-rata diameter bidang petik pada Blok
Pamegatan lebih lebar dibandingkan dengan Blok Ciemas karena komposisi
penggunaan jenis klon yang berbeda.
Menurut Sukasman (1988), cadangan hara pada setiap cabang tunas baru hasil
pangkasan dipengaruhi oleh besarnya cabang atau luas permukaan kulit cabang
tanaman teh. Diameter bidang petik yang semakin lebar pada sistem penanaman
double row akan menimbulkan kesulitan bagi karyawan pemetikan dan dapat
menutup jalur kontrol dalam pemeliharaan sehingga kegiatan pemeliharaan dan
pemanenan dapat sulit dilakukan. Pemeliharaan jalan kontrol penting dilakukan
setelah kegiatan pemetikan berlangsung atau pada saat pemeliharaan dengan tujuan
untuk memperkecil diameter bidang petik sehingga tidak menutupi jalur kontrol
mesin petik dan karyawan dalam setiap kegiatan pemeliharaan. Mandor panen dan
mandor rawat bertanggung jawab dalam pemeliharaan jalur kontrol.

Persentase Pucuk Burung


Kriteria lain yang dapat dijadikan indikator dilakukan pemangkasan yaitu
jumlah pucuk burung. Hasil pengamatan persentase pucuk burung (Tabel 6) yang
diperoleh dari Blok Pamegatan dan Blok Ciemas pada tahun pangkas (TP V dan TP
IV) di Unit Perkebunan Malabar, persentase rata-rata pucuk burung sebesar 94,51%.
Hasil pengamatan yang diperoleh sudah >70% maka Blok Pamegatan dan Blok
Ciemas sudah layak dilakukan pemangkasan. Berdasarkan hasil pengamatan pada
Tabel 6 Blok Pamegatan dengan Klon GMB 7 memiliki persentase pucuk burung
yang tidak berbeda nyata dari Blok Ciemas dengan Klon TRI 2025.
Pucuk burung merupakan kondisi dimana pucuk dalam keadaan tidak aktif
(dorman). Persentase pucuk burung dan pucuk peko Klon GMB 7 lebih berpotensi
dibandingkan dengan Klon TRI 2025 (Astika et al., 1999). Daun pucuk teh yang
tunasnya dalam keadaan dorman, pada beberapa waktu tidak dapat menghasilkan
daun pucuk teh yang baru. Semakin aktif pertumbuhan pucuk tanaman atau
semakin banyak pertumbuhan pucuk, maka semakin banyak pula zat pati yang
terpakai sehingga persediaan zat pati semakin berkurang dalam persediaan tanaman
teh (PPTK, 2006). Pucuk burung yang sudah mencapai 70% maka hal tersebut
dapat dijadikan salah satu kriteria waktu pemangkasan (Sukasman, 1988).
Banyaknya pucuk burung pada tanaman teh menandakan bahwa kandungan zat pati
yang terkandung dalam akar, batang, cabang dan ranting mulai berkurang.
Tingginya persentase pucuk burung dari tanaman teh akan mengakibatkan jumlah
pucuk yang memenuhi syarat olah menjadi semakin sedikit sehingga secara
ekonomis tidak menguntungkan bagi perusahaan (Raharja, 2010).
47

Kondisi tanaman menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan


pemangkasan, karena kondisi atau kesehatan tanaman sangat dipengaruhi oleh
kandungan pati dalam akar, bila kadar pati <12%, pemangkasan dapat
mengakibatkan tanaman teh mati (PPTK, 2006). Tanaman teh yang memiliki
kandungan zat pati <12% maka tanaman tersebut harus disehatkan terlebih dahulu
hingga kandungan zat pati yang terakumulasi dapat >12%. Tingginya kandungan
pucuk dalam keadaan dorman berperan sebagai sink lebih singkat dalam
mekanisme asimilasi karena hasil fotosintat pada tanaman teh tidak dialokasi untuk
pembentukan tunas baru melainkan untuk penuaan sel-sel daun sehingga diperoleh
daun pemeliharaan yang banyak. Hasil fotosintat yang tidak digunakan untuk
pembentukan tunas baru akan terakumulasi kembali ke dalam akar. Hasil fotosintat
yang telah terakumulasi kembali pada akar merupakan waktu yang ideal untuk
dilakukan pemangkasan. Pembentukan tunas setelah dilakukan pemangkasan
diperlukan energi yang besar. Energi yang digunakan merupakan hasil dari
perombakan zat pati pada akar dan cabang pasca dilakukan pemangkasan.

Tinggi dan Diameter Pangkasan


Tinggi pangkasan yang diterapkan di Unit Perkebunan Malabar adalah 45
cm – 60 cm. Hasil pengamatan rata-rata tinggi pangkasan (Tabel 7) pada Blok
Pamegatan dengan Klon GMB 7 dengan umur pangkas 64 bulan menunjukkan
berbeda nyata dibandingkan dengan tinggi tanaman Blok Ciemas dengan Klon TRI
2025 dengan umur pangkas 53 bulan. Tinggi pangkasan yang dilakukan dibawah
45 cm dan diatas 60 cm akan menghasilkan tinggi frame yang tidak ideal sehingga
menyulitkan karyawan pelaksana pada saat pemetikan baik menggunakan mesin
petik maupun gunting petik. Sistem pangkasan naik-turun diterapkan berdasarkan
pertimbangan kontinuitas produksi dan harapan produktivitas yang lebih baik.
Perdu tanaman teh yang terdiri dari cabang yang relatif lebih muda dari pangkasan
sebelumnya akan lebih cepat menumbuhkan tunas baru (Effendi et al., 2010)
Sistem pemangkasan naik turun yang diterapkan di Unit Perkebunan Malabar
bertujuan untuk menghindari terbentuknya benggul (knot) pada tanaman teh karena
pemangkasan yang dilakukan berulang-ulang dapat menyebabkan terhambatnya
aliran hara dan penyumbatan hasil fotosintat oleh batang dan cabang yang
dipangkas. Aliran hara dan air yang terlambat diserap oleh tanaman teh dapat
menghambat pembentukan tunas. Salah satu langkah antisipasi terbentuknya
benggul maka tanaman dipangkas beberapa cm diatas luka lama ataupun dengan
menghilangkan benggul tersebut (Radifan, 2016).
Ketetapan yang dilakukan di Unit Perkebunan Malabar untuk tinggi pangkas
tanaman teh yaitu sebesar 50 cm dari permukaan tanah untuk Blok Pamegatan dan
45 dari permukaan tanah untuk Blok Ciemas. Rata-rata diameter pangkas pada Blok
Pamegatan dengan Klon GMB 7 berbeda nyata dibandingkan dengan Blok Ciemas
dengan Klon TRI 2025. Kemampuan Klon GMB 7 memiliki pertumbuhan tunas
yang lebih cepat dan letak tumbuh tunas yang lebih rapat daripada Blok Ciemas
dengan jenis Klon TRI 2025. Kemampuan jenis klon yang berbeda antara Blok
Pamegatan dan Blok Ciemas mempengaruhi lebar diameter bidang pangkas.
48

Komposisi Ukuran Cabang per Tanaman


Pengamatan rata-rata komposisi cabang per tanaman (Tabel 8)
menunjukkan persentase diameter cabang <1 cm diperoleh 17 buah cabang
(63,27%), diameter cabang 1 cm - 1,99 cm sebanyak 7,70 buah cabang (28,66%),
dan diameter cabang ≥2 cm diperoleh 2,17 buah cabang (8,07%). Persentase
komposisi cabang paling tinggi pada diameter cabang <1 cm karena dalam
pelaksanaan kegiatan pemangkasan karyawan pelaksana tidak semua membuang
cabang pensil (<1 cm). Cabang pensil (<1 cm) memiliki kemampuan pertumbuhan
tunas yang lebih cepat dibandingkan diameter yang lain namun bobot dan ukuran
pucuk daun teh lebih kecil dibandingkan dengan diameter cabang yang lain.
Pembuangan cabang pensil (<1 cm) tidak dilakukan oleh karyawan pelaksana
karena jumlah tenaga pangkas yang masih belum mencapai standar luas areal suatu
blok yang dipangkas dan kesesuaian anggaran kebun terhadap upah karyawan
sehingga pembuangan cabang <1 cm belum berjalan dengan baik.
Komposisi ukuran cabang pada setiap perdu tanaman teh dipengaruhi oleh
jenis pangkasan yang dipilih oleh pihak kebun. Jenis pangkasan yang ditetapkan
Unit Perkebunan Malabar adalah tipe pangkasan bersih. Pangkasan bersih
dilakukan dengan membuat bidang pangkas yang rata namun pada bagian
tengahnya dibuat agak rendah (ngamangkok) dan pembuangan ranting-ranting kecil
yang berdiameter <1 cm. Membuang ranting <1 cm bertujuan untuk memperbaiki
percabangan dan merangsang pertumbuhan tunas yang dapat menghasilkan pucuk
lebih banyak dan memiliki bobot yang besar. Jenis pangkasan bersih menyerupai
mangkok bertujuan untuk membentuk bidang petik (frame) yang rata dan internode
tumbuh seragam karena pertumbuhan pada bagian tengah tanaman teh cenderung
lebih cepat dibandingkan pertumbuhan pada bagian sisi pada tanaman teh.
Pelaksanaan kegiatan pangkasan di lapangan yang banyak dilakukan oleh
karyawan pangkas adalah pangkasan setengah bersih karena masih banyak cabang-
cabang kecil yang ditinggalkan pada perdu hasil pangkasan. Jenis pangkasan bersih
sulit dilakukan secara efektif karena karyawan pangkas merupakan karyawan
harian lepas dengan sistem borongan sehingga karyawan lebih mengejar hanca
pangkas. Jenis pangkasan setengah bersih banyak dilakukan untuk menghasilkan
pertumbuhan tunas lebih awal (lebih cepat) daripada pangkasan bersih (PPTK,
2006).
Menurut Sukasman (1988), cadangan hara pada setiap cabang tunas baru
hasil pangkasan dipengaruhi oleh besarnya cabang atau luas permukaan kulit
cabang tersebut. Luas permukaan kulit cabang mempengaruhi jumlah hara pada
cabang dan pertumbuhan setiap tunas yang baru dipengaruhi oleh umur cabang.
Semakin tua umur cabang tingkat dormansi tunas semakin kuat sehingga semakin
lama pertumbuhan tunasnya. Komposisi cabang pada tanaman teh mempengaruhi
bobot dan ukuran pucuk teh yang dihasilkan. Semakin kecil cabang yang
menumbuhkan tunas maka bobot dan ukuran pucuk teh semakin rendah dan begitu
sebaliknya semakin besar cabang yang ditumbuhi tunas maka bobot dan ukuran
pucuk semakin besar.

Persentase Kerusakan Cabang Pangkasan


Pemangkasan merupakan kegiatan kultur teknis dalam pemeliharaan yang
menuntut karyawan pelaksana memiliki keterampilan dalam pelaksanaanya. Rata-
49

rata persentase kerusakan cabang di Blok Pamegatan dan Blok Ciemas (Tabel 9)
menunjukkan bahwa pada diameter cabang <1 cm diperoleh 13,13%, diameter
cabang 1 cm - 1,99 cm sebesar 15,97%, dan diameter ≥2 cm sebesar 8,67%. Alat
pangkas yang digunakan di Unit Perkebunan Malabar adalah gaet pangkas
sedangkan cabang yang berdiameter >2 cm biasanya menggunakan gergaji pangkas.
Gaet pangkas yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan cabang. Penggunaan
alat pangkas yang tepat dan mengoptimalkan sisa pangkasan dapat menekan
perkecambahan gulma (Santosa, et al., 2009). Rata-rata persentase kerusakan
cabang terbesar diperoleh pada cabang berdiameter 1 cm - 1,99 cm, hal ini terjadi
karena tingkat ketelitian karyawan pangkas yang kurang dan penggunaan alat
pangkas seperti gaet yang tidak diasah secara berkala membuat kualitas cabang
menjadi kurang baik. Persentase kerusakan cabang terkecil pada diameter >2 cm,
hal ini karena terdapat kasus beberapa cabang yang tidak dapat dipangkas
menggunakan gaet seperti cabang yang berdiameter ≥2 cm namun hanya dapat
dipangkas menggunakan gergaji pangkas.
Kerusakan cabang terjadi di Blok Ciemas selain akibat kurangnya ketelitian
karyawan pangkas, kondisi percabangan pada beberapa tanaman teh di di Blok
Ciemas banyak ditumbuhi lumut. Lumut yang muncul di percabangan pada
beberapa tanaman teh di Blok Ciemas akibat dari hasil pemerataan luas areal
tanaman menghasilkan (TM) dari afdeling lain yang tidak ditemukan arsip riwayat
pemeliharaan sebelumnya sehingga munculnya serangan lumut pada beberapa
tanaman teh di Blok Ciemas. Komposisi tanaman teh jenis seedling di Blok Ciemas
lebih banyak daripada jenis klonal (Tabel 6) mempengaruhi tumbuhnya lumut pada
percabangan teh. Menurut Anjarsari (2015), percabangan tanaman teh asal biji
(seedling) yang terserang lumut dapat mengganggu pertumbuhan tunas baru.
Semakin tua umur tanaman tingkat pertumbuhan lumut semakin tinggi.

Luas Areal Pemangkasan


Luas areal pangkasan dalam satu tahun yang ditetapkan Unit Perkebunan
Malabar yaitu 25% atau sekitar 313,98 ha/tahun dari luas areal tanaman
menghasilkan yang dibagi menjadi dua semester. Pemangkasan di Unit Perkebunan
Malabar pada tahun 2017 pada semester I yang dilaksanakan sebesar 11,65% dan
selanjutnya semester II akan dilaksanakan pemangkasan sebesar 13,35% dari luas
yang akan dipangkas. Pencapaian dalam luas areal pangkas yang melebihi rencana
areal pangkas diperoleh pada tahun 2012 sebesar 32,25%, sedangkan pencapaian
luas areal pangkas yang cukup mendekati rencana areal pangkas diperoleh pada
tahun 2013 sebesar 22,96%. Luas areal pemangkasan pada tahun 2014 dan tahun
2015 diperoleh persentase 7,42% dan 2,16% yang jauh dari rencana 25% total luas
areal tanaman menghasilkan (TM), hal ini disebabkan produksi tahun 2014 dan
tahun 2015 hingga TP VI produksi pucuk basah masih dapat dipanen walaupun
jumlah produksi tidak sebanyak tahun pangkas sebelumnya (Lampiran 6).
Realisasi pemangkasan di Unit Perkebunan Malabar cukup fluktuatif dapat
dilihat pada Tabel 11 bahwa realisasi pangkas setiap tahun tidak sama dan tidak
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebesar 25%. Hal ini karena jumlah
karyawan pangkas yang belum mencapai standar jumlah luas areal yang dipangkas
pada suatu blok menyebabkan kegiatan pemangksan di blok lain tertunda. Blok
yang tertunda untuk dilakukan pemangkasan berakibat pada luas areal pangkas
kurang dari target yang direncanakan. Realisasi luas areal pangkasan di kebun
50

Malabar dapat berubah disesuaikan dengan kondisi kebun, ketersediaan anggaran,


dan faktor iklim.

Karyawan Pemangkasan
Karyawan yang melakukan kegiatan pemangkasan di Unit Perkebunan
Malabar merupakan karyawan harian lepas (KHL) dengan sistem borongan.
Besarnya upah yang ditetapkan kebun Malabar adalah Rp40.000/patok (400 m2).
Kapasitas rata-rata karyawan pangkas 0,04 ha/HK (Tabel 12), sudah sesuai dengan
standar kapasitas kerja karyawan pangkas. Jumlah karyawan pangkas yang
tercantum pada Tabel 12 dengan rata-rata 8,5 orang karyawan masih belum
mencapai standar jumlah karyawan pangkas yang dibutuhkan yaitu sebanyak 10,5
orang karyawan. Kondisi kekurangan karyawan dalam pelaksanaan pemangkasan
berpotensi membuat waktu pelaksanaan pemangkasann menjadi lebih lama
sehingga mempengaruhi gilir pangkas pada blok lainnya. Kegiatan gilir pangkas
(Tabel 10) yang diamati pada Blok Pamegatan dan Blok Ciemas masih sesuai
dengan rencana kegiatan pemangkasan yang direncanakan Unit Perkebunan
Malabar. Dampak kekurangan karyawan pangkas menjadi salah satu penyebab
tidak sesuainya rencana luas areal pangkas dengan realisasi areal pangkas di Unit
Perkebunan Malabar.
Pemangkasan yang dilakukan di Blok Pamegatan menurut teori
membutuhkan karyawan pangkas yang tersedia sebanyak 11 orang tetapi dalam
pelaksanaanya hanya 8 orang yang hadir, sedangkan di Blok Ciemas secara teori
membutuhkan 10 orang karyawan pangkas namun dalam pelaksanaanya hanya 9
orang yang tersedia. Kekurangan karyawan pangkas di Unit Perkebunan Malabar
karena kegiatan pemangkasan merupakan kegiatan yang membutuhkan tenaga
lebih dan keterampilan khusus membuat kegiatan pemangkasan sulit memperoleh
premi atau reward atas kapasitas keja yang dilakukan karyawan pangkas. Karyawan
pelaksana banyak yang lebih memilih untuk menjadi karyawan petik karena
memilik peluang memperoleh premi atau reward lebih besar jika dibandingkan
dengan pemangkasan.

Serasah Sisa Pangkasan


Pengamatan terhadap bobot serasah sisa pangkasan (Tabel 13)
menunjukkan rata-rata bobot serasa sisa pangkasan Blok Pamegatan diperoleh
sebesar 3,73 kg/tanaman dan Blok Ciemas sebesar 2,78 kg/tanaman. Rata-rata
bobot serasah sisa pangkasan Blok Pamegatan tidak berbeda nyata dengan rata-rata
bobot bekas pangkasan pada Blok Ciemas. Perbedaan rata-rata bobot serasah sisa
pangkas karena kemampuan klon, kandungan hara tanaman, gilir pangkas, dan
tahun tanam yang berbeda pada setiap blok di Unit Perkebunan Malabar.
Kemampuan Klon GMB 7 yang memiliki pertumbuhan antar mata tunas yang lebih
cepat dan letak tumbuh tunas pada cabang yang rapat dibandingkan dengan Klon
TRI 2025 dan seedling, sehingga mempengaruhi bobot cabang bekas pangkasan
yang lebih berat.
Serasah sisa pangkasan biasanya terdiri atas cabang, ranting, dan daun yang
sudah kering diletakan diatas luka pangkas. Serasah sisa pangkasan diturunkan dari
luka pangkas untuk menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban tanah,
menahan erosi, dan sebagai bahan organik tanah (Enomoto, 2013). Menurut
51

(Santosa et al., 2009), Pemberian serasah sisa pangkasan terbukti menunda


pertumbuhan gulma pada 0 hingga 8 minggu setelah pangkas.
Di Unit Perkebunan Malabar tidak semua afdeling dilakukan kegiatan
pengelolaan serasah sisa pangkasan sehingga serasah diletakan begitu saja. Serasah
sisa pangkasan banyak dicari oleh penduduk sekitar kebun untuk dijadikan kayu
bakar untuk keperluan penduduk sehari-hari. Unit Perkebunan Malabar pada musim
hujan tidak meletakan serasah sisa pangkasan diatas luka pangkasan karena akan
menghambat munculnya pertumbuhan tunas, hal ini disebabkan intensitas sinar
matahari pada musim hujan di Unit Perkebunan Malabar tidak terlalu banyak.

Pertumbuhan Tunas
Pemilihan jenis pangkasan setengah bersih di Unit Perkebunan Malabar
bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan tunas karena masih menyisakan
diameter cabang <1 cm. Pertumbuhan tunas baru pada Blok pamegatan dan Blok
Ciemas (Gambar 13 dan Gambar 14) lebih banyak tumbuh pada diameter cabang
<1 cm daripada diameter lainnya. Menurut Sukasman (1988), cadangan hara pada
setiap cabang tunas baru hasil pangkasan dipengaruhi oleh besarnya cabang atau
luas permukaan kulit cabang tersebut. Tobroni dan Kurniayu (1988), besarnya
bagian tanaman yang ditinggalkan terdiri dari sebagian besar cabang dan ranting
yang masih muda membuat pertumbuhan tunas baru lebih cepat.
Sisa hasil pangkasan dan lumut yang tumbuh di cabang dan batang harus
dibersihkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tunas baru (Effendi et al., 2010).
Kondisi kelembaban, jumlah curah hujan, dan kerawanan yang tinggi diduga
menjadi penyebab rendahnya produktivitas pucuk teh (Dahliani et al., 2006). Grafik
jumlah pertumbuhan tunas pada Blok Pamegatan dan Blok Ciemas dapat dilihat
pada Gambar 13 dan Gambar 14. Pertumbuhan tunas hingga 7 MSP pada Blok
Pamegatan dan Blok Ciemas cenderung meningkat setiap minggunya.
Klon TRI 2025 merupakan salah satu klon yang sangat rentan terhadap
penyakit cacar daun (blister blight) (Hargono et al., 1999). Jumlah luasan Klon
GMB 7 di Blok Pamegatan seluas 6,31 ha dengan luasan seedling 5,31 ha
sedangkan Klon TRI 2025 pada Blok Ciemas sebesar 1,5 ha dengan seedling 8,85
ha. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah pertumbuhan tunas Klon GMB
7 lebih banyak dibandingkan dengan Klon TRI 2025. Pada blok yang lebih banyak
ditanami jenis klonal daripada jenis seedling, jumlah pertumbuhan tunas baru lebih
banyak sehingga mempengaruhi produktivitas pucuk basah yang semakin
meningkat ditunjang dengan pemeliharaan yang tepat dan intensif. Menurut PPTK
(2006), terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemangkasan yaitu
kerataan luka pangkas, arah kemiringan dan luka yang tidak pecah. Kerataan luka
pangkas dapat mempengaruhi pertumbuhan tunas selanjutnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pengelolaan pemangkasan di Unit Perkebunan Malabar sudah cukup baik,


hal ini dapat dilihat dari rata-rata tinggi bidang petik sebelum dipangkas yang
52

mencapai 90,03 cm, rata-rata tinggi pangkasan 49,33 cm dari permukaan tanah, dan
rata-rata persentase pucuk burung sudah mencapai 94,51%. Walaupun demikian
masih terdapat beberapa hal yang masih belum mencapai standar yang ditetapkan
seperti rata-rata persentase luas areal pemangkasan selama lima tahun terakhir yang
belum mencapai 25% dari total tanaman menghasilkan (TM) yaitu mencapai
15,42%, jumlah karyawan pangkas yang masih belum memenuhi standar luas areal
blok yang dipangkas yaitu 11 orang untuk Blok Pamegatan dan 10 orang untuk
Blok Ciemas, sedangkan jumlah karyawan pangkas yang tersedia untuk Blok
Pamegatan hanya 8 orang dan Blok Ciemas 9 orang, serta pembersihan lumut yang
belum dilakukan secara intensif di Blok Ciemas.
Pemangkasan merupakan kegiatan teknis pemeliharaan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tunas. Jumlah tunas yang tumbuh pada diameter
cabang ukuran <1 cm lebih banyak dibandingkan dengan diameter ≥1 cm.
Komposisi jenis klon dan seedling yang berbeda dalam suatu blok mempengaruhi
pertumbuhan tunas baru setiap tanaman teh. Tanaman yang berasal dari klon
memiliki kecepatan pertumbuhan tunas yang lebih cepat dan lebih banyak
dibandingkan seedling

Saran

Pertumbuhan pucuk yang baik dan optimum dipengaruhi oleh pemeliharaan


yang baik. Pembersihan lumut yang lebih intensif dapat mempengaruhi
pertumbuhan tunas baru yang lebih baik. Penambahan karyawan pangkas sesuai
dengan luas areal pemangkasan dalam suatu blok untuk menghindari waktu
pemangkasan yang lebih lama sehingga mengurangi potensi tertundanya kegiatan
pemangkasan pada blok selanjutnnya. Peran pengawasan dalam kegiatan
pemangkasan dibutuhkan dalam menentukan kualitas pangkasan yang baik. Hal ini
untuk menghindari karyawan pangkas yang mementingkan kuantitas pangkas
daripada kualitas pangkas karena sistem upah borongan yang ditetapkan bagi
karyawan pangkas.

DAFTAR PUSTAKA

Anjarsari D.I.R. 2015. Pengaruh cairan pembersih lumut dan pupuk anorganik
terhadap pertumbuhan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) asal
biji setelah dipangkas. Planta Tropika Journal of Agro Science 3(2):78-86.
Astika W., Muchtar D., Sriyadi B., Sutrisno. 1999. Pelepasan Klon Teh Seri PPS 1,
PPS 2, MPS 5, MPS 6, MPS 7, dan GPPS 1. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2015. Statistik Teh Indonesia 2015. Badan Pusat
Statistik Indonesia, Jakarta.
Dahliani L., Sudrajat, Susilo A. 2006. Analisis pencapaian produktivitas pemetikan
pucuk sebagai dampak agrowisata di Kebun Teh Gunung Mas, Bogor. Bul.
Agron. 34(3):188-193.
53

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan


Indonesia :Teh (Camellia Sinensis) 2015-2017. Direktorat Jenderal
Perkebunan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Effendi S.D., Syakir M., Wiratno, Yusron M. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Teh.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.
Enomoto R. 2013. Petunjuk Teknis Tanaman Teh untuk Petani kecil di Indonesia.
Rainforest Alliance, Indonesia.
Hargono B., Jatmiko B., Johari A., Hartono A. B., Wahid A. 1999. Pengendalian
hama penyakit di perkebunan teh PT Tambi, Wonosobo. Prosiding
Pertemuan Teknis Teh Nasional 1999. Pusat Penelitian Teh dan Kina.
Bandung.
Harmadini F. 2009. Cara Lain Menikmati Teh. http://www.kompas.com. [7
November 2016].
Iskandar S.H. 1988. Budidaya Tanaman Teh. Dalam Kumpulan Diktat Pelatihan
Guru Sekolah Menengah Teknologi Pertanian Bidang Studi Perkebunan.
Jurusan Budi Daya Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
[PPTK] Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh.
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Bandung.
[PPTK Gambung] Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. 2010. Standar Operasi
Prosedur Pemetikan. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Bogor.
[PTPN] Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara VIII. 2011. Standard Operating
Procedure Kultur Teknis Tanaman Teh. Perseroan Terbatas Perkebunan
Nusantara VIII. Bandung.
Radifan A. 2016. Pengelolaan Pemangkasan Teh (Cameliia sinensis (L.) O.
Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Raharja, N. 2010. Manajemen Pemangkasan Teh (Cameliia sinensis (L.) O.
Kuntze) di Unit Perkebunan tambi, Wonosobo, Jawa tengah. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor.
Santosa E., Zaman S., Puspitasari I.D. 2009. Simpanan biji gulma dalam tanah di
Perkebunan teh pada berbagai tahun pangkas. J. Agron. Indonesia 37(1):46-
54.
Sanusi M., Adimulyo S., Dharmadi A., Darmawijaya I., Martosupono M.,
Kartawijaya S.K., Astika W., Tobroni M., Wibowo S.Z., Suwardi E., Tarlan
S., Samudi B., Suhawijaya M. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh.
Pusat Penelitian Perkebunan Gambung, Bandung.
Setyamidjaja D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius,
Yogyakarta.
Sukasman. 1988. Pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan. Prosiding
Seminar Pemangkasan Teh, 12 Desember 1988. Gambung.
Suprihatini R. 2004. Rancang bangun sistem produksi dalam agroindusri teh
Indonesia. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
___________. 2005. Daya saing ekspor teh Indonesia di pasa teh dunia. J. Agro
Ekonomi 23(1):1-29
Spillane J.J. 1992. Komoditi Teh Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
54

Tobroni M. dan Kurniayu S. 1988. Pengaruh waktu dan jenis pangkasan terhadap
kandungan pati dalam akar, pertumbuhan dan hasil tanaman teh klon TRI
2025. Prosiding seminar pemangksan teh, 12 Desember 1988. Gambung.
Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
LAMPIRAN
56
57

Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Unit


Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII
Uraian Prestasi kerja (satuan/HK)
Tanggal Lokasi
kegiatan Penulis Karyawan Standar
6/02/17 Observasi - - - Desa
Malabar
7/02/17 Kunjungan - - - Kantor
ke Kantor Unit
8/02/17 Observasi - - - Kantor
Kebun Afdeling
9/02/17 Pemangkasan - - - Blok
tengah bersih Kumbang
10/02/17 Pemangkasan - 0,04 ha 0,04 ha Blok
tengah bersih Pamegatan
11/02/17 Pemangkasan 0,02 ha 0,04 ha 0,04 ha Blok
tengah bersih Pamegatan
12/02/17 Libur - - - -
13/02/17 Pemetikan 10 kg 85 kg 85 kg Blok
Soreang
14/02/17 Pemetikan 12 kg 85 kg 85 kg Blok Kiara
Kembar 1
15/02/17 Penyiangan 0,4 ha 1 ha 0,5 ha Blok
Gulma (Jojo) Pamegatan
16/02/17 Pemangkasan - 0,04 ha 0,04 ha Blok
tengah bersih Ciemas
17/02/17 Pemangkasan 0,01 ha 0,04 ha 0,04 ha Blok
tengah bersih Ciemas
18/02/17 Pemangkasan - - - Blok Cilaki
tengah bersih
19/02/17 Libur
20/02/17 Pengendalian 0,08 ha 2 ha 1 ha Blok
HPT Cibolang
21/02/17 Pupuk daun 0,5 ha 2 ha 1 ha Blok
Cibolang
22/02/17 Pemangkasan - 0,04 ha 0,04 ha Blok
tengah bersih Ciemas
23/02/17 Pemangkasan - 0,04 ha 0,04 ha Blok
tengah bersih Ciemas
24/02/17 Inventarisasi - - - Blok
TBM Latihan 1
25/02/17 Penyiangan 0,4 ha 2 ha 1 ha Blok
gulma (Jojo) Latihan 1
26/02/17 Penyulaman 15 bibit 100 bibit 100 bibit Blok
TBM Panenjoan
3
27/02/17 Chemical 0,1 ha 0,5 ha 0,5 ha Blok Pasir
Weeding Buntu
58

Lampiran 1. (Lanjutan)
Uraian Prestasi kerja (satuan/HK)
Tanggal Lokasi
Kegiatan
Penulis Karyawan Standar
28/02/17 Skipping - 5 ha 5 ha Blok
Latihan 1
1/03/17 Analisis - - - Kantor
pucuk Afdeling
2/03/17 Penyiangan - 1 ha 0,5 ha Blok
gulma (Jojo) Pamegatan
3/03/17 Pemangkasan 0,02 ha 0,04 ha 0,04 ha Blok
tengah bersih Ciemas
4/03/17 Libur - - - -
5/03/17 Libur - - - Pengganti
tanggal 26
59
Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Unit
Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII
Prestasi kerja (satuan/HK)
Uraian Jumlah Luas
Tanggal Lama Lokasi
kegiatan KH yang
diawasi Kegiatan
(orang)
(ha)
6/03/17 Pengendalian 12 5,73 6 Blok Latihan
gulma manual 2
(kored)
7/03/17 Pengendalian 30 1,5 6 Blok
gulma manual Cikoloyok 2
(babat)
8/03/17 Pengendalian 4 4 7 Blok Pasir
gulma manual kelar
(kored)
9/03/17 Pengendalian 7 3,5 7 Blok
gulma manual Citamaga
(jojo)
10/03/17 Pengendalian 4 4 7 Blok Pasir
gulma manual Kelar
(kored)
11/03/17 Pemupukan 36 15,6 7 Blok
NPK Nyalindung 1
12/03/17 Penanaman 2 - 3 Sepanjang
pohon Akses Jalur
pelindung kebun dan
(Datura Agrowisata
metel)
13/03/17 Pemupukan 35 8,11 7 Blok Latihan
NPK 2
14/03/17 Pemupukan 35 7,21 6 Blok
NPK Citamaga
15/03/17 Pemupukan 35 7,07 6 Blok Cimalati
NPK 1
16/03/17 Pengendalian 8 0,5 7 Blok Pasir
gulma manual Kelar
(kored)
17/03/17 Pengendalian 15 2 7 Blok Pasir
gulma Kelar
manual(kored)
18/03/17 Pemetikan 15 2 7 Blok
Pameungpeuk
60

Lampiran 2. (Lanjutan)
Prestasi kerja (satuan/HK)
Uraian Luas
Tanggal Jumlah Lama Lokasi
kegiatan yang
KH kegiatan
diawasi
(orang) (jam)
(ha)
19/03/17 Libur - - - -
20/03/17 Pemetikan 15 2 7 Blok
Pameungpeuk
21/03/17 Pemetikan 63 5,5 7 Blok
Cikahuripan
22/03/17 Pengendalian 40 5 7 Blok Pasir
gulma Kelar
manual
(Kored)
23/03/17 Pemeliharaan 7 8,13 6 Blok Latihan
jalan kontrol 2
24/03/17 Pemupukan 36 7,28 6 Blok
NPK Nyalindung 2
25/03/17 Pengendalian 8 2,50 6 Blok Pasir
gulma Kelar
manual
(Kored)
26/03/17 Libur - - - -
27/03/17 Pemeliharaan 7 17,47 7 Blok Walatra
jalan kontrol 2
28/03/17 Pengendalian 15 15,33 7 Blok
gulma Cikahuripan
manual
(Kored)
29/03/17 Pemupukan 40 13 7 Blok Angrit
30/03/17 Pemeliharaan 5 9,27 6 Blok Walatra
jalan kontrol 2
31/03/17 Pegendalian 45 17,47 7 Blok Pasir
gulma Kelar
manual
(Kored)
1/04/17 Pemeliharaan 7 17,47 7 Blok Walatra
jalan kontrol 2
2/03/17 Libur - - - -
61
Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor besar di
Unit Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII

Prestasi kerja (satuan/HK)


Jumlah Luas
Uraian KH areal Lama
Tanggal Lokasi
kegiatan yang yang kegiatan
diawasi diawasi (jam)
(orang) (ha)
3/04/17 Pemeliharaan 7 7 7 Blok
jalan kontrol Cikahuripan
4/04/17 Pengendalian 45 17,47 7 Blok Pasir
gulma Kelar
manual
(Kored)
5/04/17 Pemeliharaan 7 17,47 7 Blok Pasir
jalan kontrol Kelar
6/04/17 Pelayuan 7 Pabrik
7/04/17 Pengendalian 45 17,47 7 Blok Pasir
gulma Kelar
manual
(Kored)
8/04/17 Pengendalian 45 17,47 7 Blok Pasir
gulma Kelar
manual
(Kored)
9/04/17 Libur - - - -
10/04/17 Pemetikan 58 6 7 Blok
Nyalindung
1
11/04/17 Pemetikan 44 5 7 Blok
Cikahuripan
12/03/17 Pemeliharaan 9 17,47 6 Blok Pasir
jalan kontrol Kelar
13/03/17 Pemeliharaan 9 17,47 6 Blok Pasir
jalan kontrol Kelar
14/04/17 Pemangkasan 10 10,78 7 Blok
Cieurih
15/04/17 Pemupukan 7 10 6 Blok
daun Cikolotok 1
16/04/17 Pemupukan 45 17,47 7 Blok Pasir
Kelar
17/04/17 Pelayuan - - 7 Pabrik
18/04/17 Penggilingan - - 7 Pabrik
19/4/17 Oksidasi - - 7 Pabrik
enzimatis
20/04/17 Pengeringan - - 7 Pabrik
21/04/17 Penggilingan - - 7 Pabrik
62

Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi kerja (satuan/HK)
Uraian Luas
Tanggal Jumlah Lama Lokasi
kegiatan yang
KH kegiatan
diawasi
(orang) (jam)
(ha)
22/04/17 Oksidasi - - 7 Pabrik
enzimatis
23/04/17 Libur - - - -
24/04/17 Pemetikan 20 5 7 Blok
Cikahuripan
25/04/17 Pengendalian 8 7,59 7 Blok Kiara
HPT
26/04/17 Pengendalian 8 13 7 Blok Angrit
HPT
27/04/17 Pemetikan 10 14 7 Blok Pasir
Buntu
28/04/17 Pemetikan 10 11,67 7 Blok
Cileunca
29/04/17 Pengendalian 10 15,06 7 Blok Gunung
HPT Nini
30/04/17 Libur - - - -
1/05/17 Pengendalian 40 10 7 Blok
gulma Pameungpeuk
manual
(Kored)
2/05/17 Pengendalian 12 15 7 Blok Gunung
gulma Nini
manual
(Jojo)
3/05/17 Pemeliharaan 10 15,60 7 Blok
jalan kontrol Nyalindung 1
4/05/17 Pengendalian 12 7,52 7 Blok Pasir
gulma Buntu
kimiawi
5/05/17 Pengendalian 40 10 7 Blok
gulma Pameungpeuk
manual
(Kored)
6/05/17 Libur - - - -
7/05/17 Libur - - - Isa almasih
8/05/17 Libur - - - Pemilu
9/05/17 Pengendalian 40 6,67 7 Blok Datar
gulma Kopi
manual
(Kored)
10/05/17 Pemeliharaan 40 6,67 7 Blok Datar
jalur kontrol Kopi
63
Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi kerja (satuan/HK)
Uraian Luas
Tanggal Jumlah Lama Lokasi
kegiatan yang
KH kegiatan
diawasi
(orang) (jam)
(ha)
11/05/17 Pemetikan 44 5,20 7 Blok Nagrak
12/05/17 Pemetikan 58 4,80 7 Blok Datar
Kopi
13/05/17 Pemeliharaan 10 15,60 7 Blok
jalan kontrol Nyalindung 1
14/05/17 Libur - - - -
15/05/17 Skipping 4 3 7 Blok
Walatra1
16/05/17 Skipping 4 3 7 Blok
Walatra1
17/05/17 Pemeliharaan 10 15,06` 7 Blok Gunung
jalur kontrol Nini
18/05/17 Pengendalian 12 7,21 7 Blok
gulma Citamaga
kimiawi
19/05/17 Skipping 4 2 7 Blok
Citamaga
20/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma Pameungpeuk
manual
(Kored)
21/05/17 Libur - - - -
22/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma Pameungpeuk
manual
(Kored)
23/05/17 Pemeliharaan 10 13,37 7 Blok Datar
jalan kontrol Kopi
24/05/17 Pemeliharaan 10 13,37 7 Blok Datar
jalan kontrol Kopi
25/05/17 Pengendalian 12 10,25 7 Blok Nagrak
gulma
kimiawi
26/05/17 Pengendalian 12 10,25 7 Blok Nagrak
gulma
kimiawi
27/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma Pameungpeuk
manual (jojo)
28/05/17 Libur - - - -
29/05/17 Data - - - Kantor Unit
sekunder
64

Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi kerja (satuan/HK)
Tanggal Uraian kegiatan Jumlah Luas yang Lama Lokasi
KH diawasi kegiatan
(orang) (ha) (jam)
14/05/17 Libur - - - -
15/05/17 Skipping 4 3 7 Blok Walatra1
16/05/17 Skipping 4 3 7 Blok Walatra1
17/05/17 Pemeliharaan 10 15,06` 7 Blok Gunung
jalan kontrol Nini
18/05/17 Pengendalian 12 7,21 7 Blok Citamaga
gulma kimiawi
19/05/17 Skipping 4 2 7 Blok Citamaga
20/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma manual Pameungpeuk
(Kored)
21/05/17 Libur - - - -
22/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma manual Pameungpeuk
(Kored)
23/05/17 Pemeliharaan 10 13,37 7 Blok Datar
jalan kontrol Kopi
24/05/17 Pemeliharaan 10 13,37 7 Blok Datar
Jalan kontrol Kopi
25/05/17 Pengendalian 12 10.,25 7 Blok Nagrak
gulma kimiawi
26/05/17 Pengendalian 12 10.,25 7 Blok Nagrak
gulma kimiawi
27/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma manual Pameungpeuk
(Kored)
28/05/17 Libur - - - -
29/05/17 Perlengkapan - - - Kantor Unit
data sekunder
22/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma manual Pameungpeuk
(Kored)
23/05/17 Pemeliharaan 10 13,37 7 Blok Datar
jalan kontrol Kopi
24/05/17 Pemeliharaan 10 13,37 7 Blok Datar
jalan kontrol Kopi
25/05/17 Pengendalian 12 10,25 7 Blok Nagrak
gulma kimiawi
26/05/17 Pengendalian 12 10,25 7 Blok Nagrak
gulma kimiawi
27/05/17 Pengendalian 40 10,10 7 Blok
gulma manual Pameungpeuk
(Kored)
65
Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi kerja (satuan/HK)
Uraian Luas
Tanggal Jumlah Lama Lokasi
kegiatan yang
KH kegiatan
diawasi
(orang) (jam)
(ha)
28/05/17 Libur - - - -
29/05/17 Perlengkapan - - - Kantor Unit
data sekunder
30/05/17 Diskusi dan - - - Kantor Unit
perlengkapan
data sekunder
31/05/17 Diskusi dan - - - Kantor Unit
perlengkapan
data sekunder
1/06/17 Diskusi dan - - - Kantor Unit
perlengkapan
data sekunder
2/06/17 Diskusi - - - Kantor Unit
3/05/17 Administrasi - - - Kantor Unit
4/05/17 Libur - - - -
5/05/17 Administrasi - - - Kantor Unit
6/06/17 Administrasi - - - Kantor Unit
66

Lampiran 4. Peta lokasi Unit Perkebunan Malabar, PT Perkebunan Nusantara VIII

Sumber : Arsip Kantor Unit Perkebunan Malabar, 2017


Lampiran 5. Keadaan curah hujan dan hari hujan bulanan di Unit Perkebunan Malabar Tahun 2007-2016
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata
Bulan
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
1 99 9 265 18 336 24 408 28 188 15 310 25 392 31 278 22 327 25 378 23 298,10 22
2 397 19 166 22 415 26 468 26 359 18 412 22 409 20 289 20 509 20 222 26 346,60 21,90
3 320 25 430 25 284 19 320 23 285 24 323 21 272 25 424 28 502 26 399 25 355,90 24,10
4 399 22 342 18 223 18 143 13 410 23 353 21 383 25 412 23 158 22 381 24 320,40 20,90
5 166 10 132 5 222 15 334 22 183 15 130 12 301 23 323 17 103 12 319 20 221,30 15,10
6 134 13 20 4 151 10 167 14 131 5 4 1 180 15 163 14 96 3 127 16 117,30 9,50
7 22 1 - - 44 3 71 13 7 1 13 2 110 12 123 9 21 2 196 17 60,70 6
8 - - 80 7 - - 211 14 6 1 - - 54 3 184 12 - - 166 10 70,50 4,70
9 8 2 45 5 39 3 386 24 - - 22 2 29 5 - - - - 234 17 76,30 5,80
10 170 11 303 18 154 11 210 23 113 10 128 17 111 12 20 5 16 2 425 31 165 14
11 280 18 455 24 422 21 391 23 306 23 399 21 134 13 356 19 325 16 420 24 348,80 20,20
12 424 28 313 20 211 10 530 25 377 24 311 29 368 23 604 27 435 24 317 23 389 23,30
Total 2.419 158 2.551 166 2.501 160 3.639 248 2.365 159 2.405 173 2.743 207 3.176 196 2.492 152 3.584 256 2.769,90 187,50
BK 3 3 3 0 3 4 2 2 4 0 2,40
BB 8 8 9 11 9 8 10 10 7 12 9,20
Sumber : Kantor Unit Perkebunan Malabar 2017
Keterangan : CH = Curah Hujan (mm)
HH = Hari Hujan (mm)
BB = Bulan Basah (CH>100 mm)
BK = Bulan Kering (CH<60 mm)
Rata-rata BK =2,40
Rata-rata BB =9,20
Q = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝐾/𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝐵 𝑋 100%= 2,40/9,20 x 100%=26,09%
Tipe Iklim B menurut Schmidt Ferguson
67
68

Lampiran 6. Produksi dan produktivitas berdasarkan tahun pangkas selama lima


tahun terakhir (2012-2016)
Luas lahan Umur
Tahun Produksi (kg) Produktivitas(kg/ha)
(ha) pangkas
275,51 TP I 374.538 1.359
269,65 TP II 569.754 2.113
242,70 TP III 521.679 2.149
2012 238,03 TP IV 627.500 2.636
52,53 TP V 155.052 2.190
- TP VI - -
Jumlah 1.078,43 2.208.523 2.047,90
421,97 TP I 832.671 1.973
245,02 TP II 724.103 2.955
243,58 TP III 710.942 2.919
2013 133,89 TP IV 459.731 3.434
16,80 TP V 62.642 3.729
- TP VI - -
Jumlah 1.061,26 2.790.089 2.629,03
190,17 TP I 368.069 1.935
394,00 TP II 1.003.069 2.526
240,33 TP III 579.797 2.413
2014 186,25 TP IV 460.862 2.474
37,87 TP V 116.783 3.084
13,01 TP VI 25.439 1.955
1.061,63 2.554.019 2.405,75
61,82 TP I 100.181 1.620
200,72 TP II 283.322 1.412
405,59 TP III 556.948 2.317
2015 240,33 TP IV 269.757 1.122
179,50 TP V 216.116 1.204
43,51 TP VI 33.008 759
Jumlah 1.131,46 1.459.332 1.289,77
111,15 TP I 110.593 995
75,91 TP II 133.282 1.756
200,15 TP III 479.400 2.395
2016 389,43 TP IV 875.953 2.249
228,63 TP V 532.740 2.330
183,73 TP VI 459.417 2.500
Jumlah 1.189,00 2.591.386 2.179,47
Rata-rata 1.104,36 2.320.669 2.110,38
Sumber: Arsip kantor Unit Perkebunan Malabar,2017
*) TP : Tahun Pangkas
Lampiran 7. Struktur organisasi Unit Perkebunan Malabar

MANAGER

Kepala Tanaman

Kepala Blending Kepala Afdeling Kepala Administrasi Kepala Teknik Kepala Pengolahan

Pembantu Kepala
Teknik

MB MB TU
Panen Rawat Kepala TU MB MB
Kepala Basah Kering

Mandor Mandor TU
Panen Rawat Pembantu
Sumber : Arsip Kantor Unit Perkebunan, 2017
69
70

Lampiran 8. Jumlah tenaga kerja berdasarkan golongan karyawan di Unit Perkebunan Malabar
Kelamin Golongan
Afdeling/Bagian
Jumlah Jumlah
L P IA IB IC ID IIA IIB IIC IID IIIA IIIB IIIC IIID IVA IVB IVC IVD
GOL IB-IVD
Pimpinan 9 1 10 - 6 2 1 1 10
Administrasi 12 5 17 - 5 5 5 2 - - - - - - - - 17
Malabar Selatan 12 3 15 - 8 2 2 2 1 - - 15
Malabar Utara 10 4 14 - 9 2 - 1 2 - - - - - - - 14
Sukaratu 15 4 19 - 14 2 1 2 - - - - - - - - 19
Tanara 14 - 14 - 7 3 - 3 - 1 - - - - - - 14
Pabrik 19 3 22 - 13 2 4 2 - 1 - - - - - - 22
Blending Plant 2 - 2 - 1 1 - - - - - - - - - - 2
Teknik 21 - 21 8 5 2 3 3 - - - - - - - 21
Jumlah I 114 20 134 - 65 22 14 15 6 2 - 6 2 - - 1 - 1 - 134
GOL IA-IB
Administrasi 17 3 20 10 10 - - - - - - - - - - - - - 20
Malabar Selatan 14 29 43 15 28 - - - - - - - - - - - - - 43
Malabar Utara 22 40 62 14 48 - - - - - - - - - - - - - 62
Sukaratu 23 45 68 27 41 - - - - - - - - - - - - - 68
Tanara 20 48 68 22 46 - - - - - - - - - - - - - 68
Pabrik 12 7 19 14 5 - - - - - - - - - - - - - 19
Blending Plant 2 - 2 1 1 - - - - - - - - - - - - - 2
Teknik 17 - 17 6 11 - - - - - - - - - - - - - 17
Jumlah II 127 172 299 109 190 - - - - - - - - - - - - - - 299
Masa Bebas Tugas (MBT) 18 21 39 1 35 2 1 - - - - - - - - - - - - 39

Jumlah Karyawan 259 213 472 110 290 24 15 15 6 2 - 6 2 - - 1 - 1 - 472


Sumber : Arsip Kantor Unit Perkebunan Malabar, 2017
71

Lampiran 9. Realisasi luas areal pemangkasan tahun 2012-2016


Luas
Luas Areal Persentase
Tanaman
Tahun Pemangkasan
Menghasilkan Nama Afdeling Areal Pangkas
(ha) dari TM (%)
(TM)
Malabar Utara 62,73 24,35
2012 1078,43 Malabar Selatan 115,91 37,65
Sukaratu 74,96 26,60
Tanara 94,27 40,78
Rata-rata 32,46
Malabar Utara 47,09 18,39
2013 1061,26 Malabar Selatan 80,58 26,72
Sukaratu 78,54 27,83
Tanara 37,50 16,94
Rata-rata 22,47
Malabar Utara 14,12 5,66
2014 1071,46 Malabar Selatan 21 6,96
Sukaratu 28,44 10,15
Tanara 16 6,66
Rata-rata 7,35
Malabar Utara 7 2,72
2015 1131,46 Malabar Selatan 8,90 2,74
Sukaratu 2,58 0,89
Tanara 6 2,33
Rata-rata 2,17
Malabar Utara 29,48 11,02
2016 1201,36 Malabar Selatan 28,30 8,20
Sukaratu 54,30 16,88
Tanara 35,77 13,39
Rata-rata 12,37
Sumber : Arsip Kantor Unit Perkebunan Malabar, 2017
72

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 22 maret 1995.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak H. Dana
dan Ibu Hj. Sri Kurniasih.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Al-Hikmah
Kabupaten Cirebon. Penulis meneruskan pendidikan Sekolah Dasar Negeri Palasari
II, Kabupaten Subang, dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama Sekar Kemuning Islamic Boarding School Kota Cirebon dan
lulus pada tahun 2010. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas
Negeri 2 Kota Bandung dan lulus pada tahun 2013. Penulis kemudian diterima
menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Departemen Agronomi dan
Hortikultura angkatan 50 melalui jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi
(SNMPTN).

Anda mungkin juga menyukai