Anda di halaman 1dari 3

Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua, pohon atau batu

besar), memiliki semangat yang harus dihormati agar semangat tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari semangat dan roh jahat dan juga dalam keseharian mereka. Semangat ini juga dikenal dengan berbagai nama, diantaranya jin, imam, cenayang, roh, datuk, tuan, dan penunggu. Terkadang semangat ini juga dianggap roh leluhur mereka yang telah meninggal yang kini menetap ditempat sedemikian. kepercayaan animisme juga mempercayai bahwa roh orang yag telah mati bisa masuk ke dalam tubuh hewan, misalnya suku Nias, di sebuah pulau yang terletak di barat Sumatera mempercayai bahwa seekor tikus yang keluar masuk dari rumah merupakan roh dari wanita yang telah mati beranak. Roh-roh orang yang telah mati juga bisa memasuki tubuh babi atau harimau dan terpercaya akan menuntut bela ke atas orang yang menjadi musuh simati pada masa hidupnya. Kepercayaan ini menyerupai dengan kepercayaan reinkarnasi seperti yang terdapat pada agama Hindu.

Ateisme merupakan pandangan bahwa tidak ada Allah. Ateisme bukanlah perkembangan baru. Mazmur 14:1 yang ditulis oleh Daud sekitar tahun 1000 SM menyebut tentang ateisme - "Orang bebal berkata dalam hatinya: Tidak ada Allah." Mengapa ateisme ada? Mengapa Allah tidak mengungkapkan diri kepada orang untuk membuktikan bahwa Dia ada? Kalau Allah menyatakan diri, pastilah semua orang akan percaya kepada-Nya! Masalahnya adalah Tuhan bukan hanya mau meyakinkan manusia bahwa Dia ada, Ia berkehendak agar orang menjadi percaya dan datang kepada-Nya dengan iman (2 Petrus 3:9) dan menerima karunia keselamatan (Yohanes 3:16). Ya, Allah bisa saja memperlihatkan diri dan dengan tuntas membuktikan keberadaan-Nya. Masalahnya adalah Allah telah berkali-kali membuktikan keberadaan-Nya dalam Perjanjian Lama (Kejadian 69; Keluaran 14:21-22; 1 Raja-Raja 18:19-31). Apakah orang percaya bahwa Allah itu ada? Ya! Apakah mereka berpaling dari jalan yang jahat dan menaati Allah? Tidak! Jika seseorang tidak bersedia menerima keberadaan Allah dengan iman, jelas mereka tidak siap untuk dengan iman menerima Yesus sebagai Juru Selamat mereka (Efesus 2:8-9). Itulah yang dikehendaki Allah supaya orang-orang menjadi orang Kristen dan bukan menjadi ateis. Alkitab memberitahukan kita bahwa keberadaan Allah harus diterima dengan iman. Ibrani 11:6 mengatakan, "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." Alkitab mengingatkan kita bahwa kita adalah orang-orang yang berbahagia saat kita percaya kepada Allah dalam iman, "Kata Yesus kepadanya: Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya" (Yohanes 20:29). Fakta bahwa keberadaan Allah harus diterima dengan iman tidak berarti kepercayaan kepada Allah tidak logis. Ada banyak argumen yang bagus untuk keberadaan Allah. Silakan kunjungi halaman "Apakah Allah

ada?http://www.gotquestions.org/Indonesia. Alkitab mengajarkan bahwa keberadaan Allah dapat dilihat dengan jelas dalam jagat raya (Mazmur 19:2-5), dalam alam (Roma 1:18-22), dan dalam hati kita sendiri (Pengkhotbah 3:11). Sesudah mengatakan semua itu, sekali lagi keberadaan Allah tidak dapat dibuktikan, harus diterima dengan iman. Pada saat yang sama, dibutuhkan juga banyak iman untuk bisa percaya pada ateisme. Membuat pernyataan mutlak "Allah tidak ada!" adalah mengklaim mengetahui secara mutlak segala sesuatu yang perlu diketahui tentang segala sesuatu - dan menyatakan bahwa sudah pernah mengunjungi semua tempat - dan menyaksikan semua hal tersebut. Pada dasarnya, itulah yang mereka klaim ketika mereka mengatakan bahwa Allah tidak ada. Kaum ateis tidak dapat membuktikan misalnya, bahwa Allah tidak berdiam di tengah-tengah matahari, atau di bawah awan Yupiter, atau di nebula yang jauh. Hal ini tidak dapat dibuktikan sehingga tidak ada bukti bahwa Allah tidak ada. Untuk menjadi orang ateis, diperlukan iman sebanyak menjadi orang teis. Jadi, kita kembali ke garis awal. Ateisme tidak dapat dibuktikan dan keberadaan Allah harus diterima dengan iman. Saya percaya dengan yakin bahwa Allah ada. Saya bersedia mengakui bahwa kepercayaan saya pada keberadaan Allah adalah berdasarkan iman. Pada saat yang sama, dengan tegas saya menolak ide bahwa kepercayaan pada Allah adalah tidak logis. Saya percaya bahwa keberadaan Allah dapat dengan jelas dilihat, dirasakan, dan dibuktikan secara filosofis, lagi ilmiah di mana perlu. Sekali lagi, untuk informasi lebih lanjut silakan kunjungi halaman "Apakah Allah ada?"

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari" (Mazmur 19:2-5). Agama dinamisme Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan ghaib yang misterius. Dalam faham ini ada benda-benda tertentu yang dianggap mempunyai kekuatan ghaib yang berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari. Kekuatan ghaib itu ada yang bersifat baik dan ada pula yang bersifat jahat. Benda yang dianggap mempunyai kekuatan ghaib yang bersifat baik disenangi dan dipakai dan bahkan dimakan agar orang yang memakai atau yang memakannya senantiasa dipelihara dan dilindungi oleh kekuatan ghaib yang ada di dalammnya. Kekuatan ghaib itu disebut mana yang dalam bahasa Indonesia tuah atau sakti. Dalam masyarakat Indonesia ada orang yang masih menghargai barangbarang yang dianggap bertuah atau sakti misalnya keris, batu, cincin dan lain-lain yang apabila dipakai dipercayai akan terpelihara dari penyakit, kecelakaan, bencana dan lain-lain. Dengan demikian semakin banyak mana yang dimiliki oleh sebuah benda maka semakin jauh orang dari bahaya dan selamatlah dia dalam hidupnya. Dan kehilangan mana berarti maut. Dan benda yang mempunyai kekuatan ghaib jahat ditakuti dan oleh karena itu dijauhi. Politeisme adalah kepercayaan bahwa ada banyak allah. Kata itu terdiri dari poli" yang berasal dari kata Bahasa Yunani yang berarti banyak, dan teisme dari kata Yunani yang berarti "Allah." Politeisme dapat dikata merupakan pandangan teistik paling dominan dalam sejarah. Contoh politeisme yang paling terkenal dari zaman kuno adalah mitologi Yunani/Roma (Zeus, Apolo, Aphrodite, Poseidon, dll). Contoh paling jelas dari politeisme modern adalah agama Hindu yang memiliki lebih dari 300 juta allah. Meskipun Hinduisme pada hakikatnya bersifat panteistik, agama ini percaya pada banyak allah. Adalah menarik untuk dicatat bahwa dalam agama politeistik sekalipun, biasanya ada satu allah yang lebih berkuasa dibanding allah-allah lainnya, misalnya Zeus dalam mitologi Yunani/Roma dan Brahma dalam agama Hindu.

Ada yang mengatakan bahwa dalam Perjanjian Lama Alkitab mengajarkan politeisme. Memang, ada beberapa ayat yang menyebut allah-allah dalam bentuk jamak (Keluaran 20:3; Ulangan 10:17; 13:2; Mazmur 82:6; Daniel 2:47). Orang Israel kuno memahami dengan jelas bahwa hanya ada satu Allah yang sejati, namun mereka sering tidak hidup sesuai dengan apa yang mereka percaya, senantiasa jatuh ke dalam penyembahan berhala dan allah-allah asing. Jadi bagaimana kita memahami hal ini dan ayat-ayat lain yang berbicara mengenai banyak allah? Adalah penting untuk mengerti bahwa kata Ibrani elohim digunakan untuk menyebut satu Allah yang sejati dan allah-allah palsu/berhala. Kata berfungsi hampir serupa dengan kata allah secara umum.

Menyebutkan sesuatu sebagai allah tidak berarti dipercaya sebagai makhluk illahi. Kebanyakan ayat-ayat Perjanjian Lama

yang berbicara mengenai allah-allah adalah mengenai allah-allah palsu, yaitu yang mengaku sebagai allah sekalipun bukan. Konsep ini diringkaskan dalam 2 Raja-Raja 19:18: Dan menaruh para allah mereka ke dalam api, sebab mereka bukanlah Allah, hanya buatan tangan manusia, kayu dan batu; sebab itu dapat dibinasakan orang. Perhatikan Mazmur 82:6 Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian, namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.

Alkitab jelas menentang politeisme. Ulangan 6:4 memberitahu kita, Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Mazmur 96:5 menyatakan, Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit. Yakobus 2:19 mengatakan, Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. Hanya ada satu Allah. Ada banyak allah palsu dan yang mengaku sebagai allah, namun hanya satu Allah yang sejati.

Monoteisme berasal dari kata mono (tunggal) dan teisme (kerpercayaan pada Allah). Khususnya monoteisme adalah kepercayaan pada satu Allah yang sejati yang adalah satu-satunya Pencipta, Pemelihara, dan juga Hakim dari segala makhluk. Monoteisme berbeda dari henoteisme yang adalah kepercayaan pada bermacam allah dengan satu allah yang lebih utama dari semua allah yang lain. Monoteisme juga bertolak belakang dengan politeisme yang adalah kepercayaan pada adanya banyak allah. Sinkretisme adalah upaya untuk penyesuaian atau pencampuran kebudayaan pertentangan perbedaan kepercayaan, sementara sering dalam praktik berbagai aliran berpikir. Istilah ini bisa mengacu kepada upaya untuk bergabung dan melakukan sebuah analogi atas beberapa ciri-ciri tradisi, terutama dalam teologi dan mitologi agama, dan dengan demikian menegaskan sebuah kesatuan pendekatan yang melandasi memungkinkan untuk berlaku inklusif pada agama lain. Sinkretisme juga terjadi umumnya di sastra, musik, memperwakilkan seni dan lain ekspresi budaya. (Bandingkan konsep ekslektikisme.) Sinkretisme mungkin terjadi di arsitektur, sinkretik politik, meskipun dalam istilah klasifikasi politik memiliki arti sedikit berbeda.

Anda mungkin juga menyukai