MUHAMMAD ZAMRONI
A24110067
Muhammad Zamroni
NIM A24110067
ABSTRAK
ABSTRACT
MUHAMMAD ZAMRONI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Kegiatan magang yang dilaksanakan sejak Februari sampai Juni 2015 berjudul
Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh
Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus
Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, kakak dan keluarga
yang telah memberikan doa dan dukungannya. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dr Ir Ahmad Junaedi MSi selaku dosen pembimbing skripsi, Dr Ir Ade
Wachjar MS dan Candra Budiman SP MSi selaku dosen penguji, Dr Ir Heni
Purnamawati MSc Agr selaku dosen pembimbing akademik, serta Bapak
Muhamad Subandi sebagai pembimbing selama magang. Penghargaan juga
disampaikan kepada Unit Perkebunan Tambi yang telah bersedia menerima
penulis untuk melaksanakan kegiatan magang. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada teman-teman Dandelion AGH 48, Nur Khairina Mufattihah,
Sahabat Maxima dan Bintang Muda atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat, Aamiin.
Muhammad Zamroni
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Teh 2
Syarat Tumbuh 2
Budidaya Tanaman Teh 3
Good Agricultural Practices 4
Pemetikan dan Analisis Hasil Petikan 5
METODE MAGANG 6
Tempat dan Waktu 6
Pelaksanaan 6
Pengamatan dan Pengumpulan Data 7
Analisis dan Pengolahan Data 8
KEADAAN UMUM 9
Sejarah PT Perkebunan Tambi 9
Letak Geografis dan Luas Areal 10
Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi 10
Keadaan Tanaman dan Produksi 10
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 11
Kesejahteraan Karyawan 12
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12
Aspek Teknis 12
Aspek Manajerial 37
PEMBAHASAN 40
Pemupukan 40
Pemangkasan 42
Pengendalian OPT 43
Rekomendasi untuk Pemenuhan GAP 45
Bidang Petik 46
Tebal Daun Pemeliharaan 46
Analisis Petik dan Analisis Pucuk 47
Gilir Petik 48
Hanca Petik 48
Tenaga dan Kapasitas Pemetik 49
KESIMPULAN DAN SARAN 50
Kesimpulan 50
Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
LAMPIRAN 53
RIWAYAT HIDUP 67
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman teh merupakan salah satu tanaman penyegar dan aromatik yang
mempunyai peranan yang sangat strategis terhadap perekonomian Indonesia. Pada
tahun 2012 komoditas teh mampu menghasilkan devisa sebesar US$ 156.74 juta.
Walaupun jumlahnya relatif kecil namun yang dihasilkan dari teh merupakan nett
devisa karena komponen impornya sangat kecil. Secara nasional industri teh
menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1.2 trilyun. Komoditas
teh di Indonesia berfungsi juga sebagai sumber penciptaan lapangan kerja di
pedesaan dan mendorong agribisnis dan agroindustri yang secara langsung
maupun tidak langsung juga menciptakan lapangan kerja di sektor jasa.
Diperkirakan pengusahaan teh melibatkan kurang lebih 98 ribu tenaga kerja dan
mampu mendorong berkembangnya ekonomi wilayah-wilayah tersebut
(Kementerian Pertanian RI 2014).
Luas areal perkebunan teh Indonesia tahun 2009 adalah 123 506 ha dengan
produksi 156 901 ton dan produktivitas sebesar 1 270.3 kg ha-1 tahun-1. Volume
ekspor teh mencapai 92 305 ton, sedangkan impor teh mencapai 7 168 ton.
Sedangkan pada tahun 2010 perkebunan teh mempunyai luas areal 122 898 ha
dengan produksi 156 604 ton dan produktivitas 1 274.2 kg ha-1 tahun-1. Pada
tahun yang sama volume ekspor teh mencapai 87 101 ton sedangkan volume
impornya mencapai 10 688 ton. Pada tahun 2011 volume ekspor teh menurun
pada angka 87 101 ton dan impor teh naik pada angka 10 668 ton (Direktorat
Jenderal Perkebunan 2012).
Pada perkebunan teh, sasaran produksi yang diharapkan adalah pucuk yang
berkualitas baik dengan bobot yang tinggi pada setiap petikan. Hal ini disebabkan
tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen pucuknya secara teratur, sehingga
setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatifnya perlu diperhatikan (Rachmawati
dan Pranoto 2009). Mutu hasil teh tidak hanya ditentukan oleh ketinggian tempat
tumbuh teh, namun dipengaruhi juga oleh sistem pemetikan. Pemetikan
merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa pucuk, pucuk yang
dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan (Johan dan
Dalimoenthe 2009).
Pada era globalisasi ini, pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia
harus memperhatikan kelestarian ekosistem dan memberdayakan masyarakat
sekitar sehingga tidak akan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan maupun
permasalahan sosial yang lain, karena pada dasarnya program pembangunan
pertanian berkelanjutan berawal dari permasalahan pokok tentang bagaimana
mengelola sumberdaya alam secara bijaksana sehingga bisa menopang kehidupan
yang berkelanjutan, bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat dari generasi ke
generasi. Bentuk pendekatan dan implementasinya harus bersifat multi sektoral
dan holistik yang berorientasi pada hasil nyata dan kongkrit yakni (1) adanya
peningkatan ekonomi masyarakat; (2) pemanfaatan sumberdaya lokal untuk
pelestarian lingkungan; (3) penerapan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan,
serta (4) pemerataan akses dan keadilan bagi masyarakat dari generasi ke generasi.
Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut di atas, maka perlu menyusun
2
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Teh
Syarat Tumbuh
Pertumbuhan tanaman teh dipengaruhi oleh iklim dan tanah. Faktor iklim
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh yaitu suhu udara, curah hujan,
3
sinar matahari dan ketinggian tempat. Tanaman teh menghendaki suhu udara yang
sejuk. Suhu udara yang baik bagi tanaman teh berkisar antara 13-25°C, diikuti
sinar matahari yang cerah dan kelembaban relatif (Rh) tidak kurang dari 70%.
Tanaman teh akan terhenti pertumbuhannya apabila suhu di bawah 13°C dan di
atas 30°C serta kelembaban relatif (Rh) kurang dari 70% (PPTK 2006).
Tanaman teh tidak tahan kekeringan. Tanaman ini tumbuh baik di daerah
dengan curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun. Jumlah curah hujan per
tahun lebih dari 2 000 mm (Muljanto dan Yudono 1998). Pancaran sinar matahari
berpengaruh besar pada proses asimilasi. Sinar matahari yang penuh
mengakibatkan asimilasi dan pembentukan karbohidrat lebih banyak sehingga
semakin banyak pula tunas yang terbentuk. Tumbuhnya banyak tunas
mengakibatkan tanaman teh menjadi terlalu sarat dan terlalu berat untuk dipetik,
untuk itu diperlukan pohon-pohon pelindung. Fungsi pohon pelindung, di
samping menghambat kehilangan air dari tanaman juga menghambat hilangnya air
dari dalam tanah (Setiawati dan Nasikun 1991).
PPTK (2006) mengatakan ketinggian tempat untuk daerah pertanaman teh
yaitu dari 400 - 2 000 m dpl, terbagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah
(<800 m dpl), dataran sedang (800 - 1 200 m dpl) dan dataran tinggi (>1 200 m
dpl). Perbedaan suhu udara sangat erat kaitannya dengan ketinggian tempat dan
berpengaruh terhadap sifat pertumbuhan perdu teh. Daerah dataran rendah
tanaman teh hanya dapat tumbuh agak baik di bawah pohon pelindung. Komposisi
tanah di dataran rendah umumnya juga kurang baik untuk tanaman teh, sebab
biasanya kurang gembur dan kurang subur (Adisewojo 1982). Oleh karena itu,
hasil teh dari dataran tinggi mempunyai aroma dan mutu yang lebih baik
dibandingkan teh dari dataran rendah.
adalah bagian tengah ranting stek yang berwarna hijau tua, sedangkan yang
berwarna cokelat (bagian pangkal) dan hijau muda (bagian ujung) tidak digunakan
sebagai bahan stek.
Bibit teh yang telah siap kemudian ditanam dengan jarak tanam yang
disesuaikan dengan kondisi dan kemiringan areal pertanaman. Menurut Ghani
(2012), jarak tanam tanaman teh yaitu 120 cm x 70 cm, sedangkan menurut PPTK
(2006), jarak tanam dibagi menjadi tiga yaitu kondisi datar sampai kemiringan 15°
berjarak tanam 120 cm x 90 cm, kemiringan 15-30° berjarak tanam 120 cm x 75
cm dan kemiringan lebih dari 30° berjarak tanam 120 cm x 60 cm.
Bibit teh yang telah ditanam termasuk Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM) yang perlu dipelihara sampai akhirnya tanaman tersebut siap untuk dipetik.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada TBM meliputi pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit, pembentukan bidang petik, pemupukan dan
pemangkasan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara benar dan tepat, agar
tanaman teh dapat menghasilkan pucuk daun teh yang diharapkan. Selanjutnya,
setelah menjadi Tanaman Menghasilkan (TM), perlakuan pemeliharaan
disesuaikan dengan keadaan tanaman (PPTK 2006).
Pada perkebunan teh, sasaran produksi yang diharapkan adalah pucuk yang
berkualitas baik dengan bobot yang tinggi pada setiap petikan. Hal ini disebabkan
tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen pucuknya secara teratur, sehingga
setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatifnya perlu diperhatikan (Rachmawati
dan Pranoto 2009). Mutu hasil teh tidak hanya ditentukan oleh ketinggian tempat
tumbuh teh, namun dipengaruhi juga oleh sistem pemetikan. Pemetikan
merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa pucuk, pucuk yang
dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan (Johan dan
Dalimoenthe 2009).
teh yang dianalisis akan menentukan kualitas dan mutu teh. Pemeriksaan pucuk
tersebut sering disebut dengan analisis hasil petikan. Analisis hasil petikan terdiri
atas dua macam yaitu (1) analisis petik dan (2) analisis pucuk (PPTK 2006).
Analisis petik adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk
atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan
dinyatakan dalam persen. Tujuan dilaksanakannya analisis petik adalah untuk
melihat kondisi kesehatan tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan,
menilai sistem pemetikan yang dilakukan, gilir petik dan keterampilan pemetik
(PPTK 2006).
Analisis pucuk adalah kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan pada
bagian tua dan muda yang dinyatakan dalam persen. Selain itu, pemisahan pucuk
juga didasarkan pada kerusakan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan
dilaksanakannya analisis pucuk yaitu dapat menilai pucuk yang akan diolah, dapat
digunakan untuk menentukan harga pucuk (khususnya bagi teh rakyat) dan dapat
memperkirakan persentase mutu teh produk yang akan dihasilkan (PPTK 2006).
METODE MAGANG
Pelaksanaan
dan bulanan setiap blok, mengawasi kinerja kepala blok dan membuat jurnal
harian sebagai pendamping kepala sub bagian kebun (Lampiran 4).
Data primer yang dikumpulkan selama kegiatan magang adalah hal-hal yang
berhubungan dengan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang
mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No. 50 Tahun 2014 tentang pedoman
teknis budidaya teh yang baik serta berbagai data yang dibutuhkan pada aspek
pemetikan. Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan mengikuti kegiatan
pemetikan langsung dan wawancara dengan pekerja. Komponen GAP yang
diamati meliputi:
1. Pemupukan: dosis pupuk, cara pemupukan, jenis dan pencampuran pupuk,
serta aspek ketenagakerjaan.
2. Pemangkasan: gilir dan teknis pemangkasan serta aspek ketenagakerjaan.
3. Pengendalian OPT: OPT utama pada tanaman teh baik hama maupun
penyakit, musuh alami OPT dan pengendalian gulma.
4. Pemetikan:
a. Tinggi bidang petik
Tinggi bidang petik diukur dari atas permukaan tanah hingga permukaan
bidang petik. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 10
tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas
dan dilakukan di setiap blok.
b. Diameter Bidang Petik
Diameter bidang petik tanaman teh diukur garis tengah lingkaran bidang
permukaan tanaman teh. Diameter bidang petik diukur dari dua arah yang
berbeda, kemudian dirata-ratakan agar hasilnya lebih akurat. Pengamatan
dilakukan menggunakan meteran pada 10 tanaman contoh yang mewakili
umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas dan dilakukan di setiap blok.
c. Tebal daun pemeliharaan
Tebal daun pemeliharaan diukur dari mulai tumbuhnya daun pertama hingga
permukaan bidang petik. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada
10 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah
pangkas dan dilakukan di setiap blok.
d. Analisis petik
Analisis petik merupakan pemisahan pucuk berdasarkan jenis pucuk atau
rumus petik. Pengamatan analisis petik dilakukan dengan mengambil
sampel petikan secara acak, kemudian ditimbang 200 gram, dilakukan di
kebun setelah kegiatan pemetikan berdasarkan ketinggian tempat, gilir petik,
tahun setelah pangkas dan jenis klon. Jenis petikan terbagi menjadi:
Petikan halus : p+1, p+2m
Petikan medium : p+2, p+3, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m
Petikan kasar : p+4 atau lebih, b+(1 - 4t)
e. Analisis Pucuk
Analisis pucuk merupakan pemisahan pucuk berdasarkan syarat olah yaitu
pucuk memenuhi syarat (MS) dan pucuk tidak memenuhi syarat (TMS)
yang dinyatakan dalam persen. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
8
KEADAAN UMUM
Kesejahteraan Karyawan
Aspek Teknis
Pembibitan
Pembibitan merupakan kegiatan penyediaan bahan tanaman teh yang
bertujuan untuk mempersiapkan bahan tanaman yang memenuhi kriteria layak
tanam, sehingga dapat digunakan untuk penanaman baru (new planting) ataupun
peremajaan (replanting). Penyediaan bibit tanaman teh dapat berasal dari biji dan
stek. Pembibitan teh asal biji, memerlukan biji yang baik dan tepat agar
menghasilkan produksi dan kualitas yang tinggi. Beberapa kelebihan yang
dimiliki dengan menggunakan bibit yang berasal dari biji yaitu tanaman asal biji
mempunyai daya adaptabilitas yang luas, mempunyai potensi produksi yang
tinggi dan adanya keanekaragaman perdu yang terjadi secara alami sehingga
mempunyai pengaruh terhadap zat yang terkandung di dalam pucuk. Pembibitan
teh dengan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan
13
bibit dalam jumlah banyak, dengan keyakinan bahwa sifatnya akan mengikuti
sifat dari pohon induknya. Hal tersebut harus didukung dengan melakukan
pemeliharaan kebun induk. Kebun induk yang akan dipergunakan harus dijaga
kemurnian klonnya, potensi produksi dan kualitas. Keberhasilan pembibitan
dengan stek dipengaruhi oleh mutu bahan stek, persiapan yang tepat, pengelolaan
media tanam, pemilihan lokasi yang tepat dan tenaga kerja yang terampil.
UP Tambi melaksanakan pembibitan dengan cara stek. Lokasi pembibitan
berada di Blok Panama dengan luas 0.80 ha dan kebun perbanyakan dengan luas
0.60 ha. Bangunan rumah pembibitan terbuat dari bambu dengan atap terbuat dari
paranet. Syarat lokasi pembibitan yang baik yaitu dekat sumber air, drainase baik,
intensitas matahari yang cukup, kelembaban terjaga, aman, diusahakan mengarah
ke arah timur dan tanah yang ada memenuhi syarat. Klon perbanyakan yang
diambil steknya yaitu Gambung 7, karena klon ini memiliki produksi yang baik
dan tahan terhadap hama penyakit dibanding dengan klon lain yang ada di UP
Tambi.
Kebun perbanyakan merupakan tempat untuk menghasilkan bahan stek yang
akan digunakan, sehingga harus dipelihara dengan lebih teliti kesehatan maupun
kebersihannya. Pemangkasan pada kebun perbanyakan dilakukan empat bulan
sebelum pengambilan bahan stek, dengan cara pangkasan setengah bersih.
Kemudian dilakukan pemeliharaan kebun perbanyakan selama ± 4 bulan, antara
lain penyiangan terhadap gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit
yang bersifat pencegahan pada kebun perbanyakan.
Media tanam yang digunakan terdiri dari top soil dan sub soil yang telah
dicampur pupuk kandang, dengan perbandingan antara top soil dengan sub soil
yaitu 2:1. Setiap meter kubik top soil juga dicampur dengan 1.25 kg SP-36, 500 g
KCl, 250 g Kiserit, 1 kg tawas dan 400 g Dithane, sedangkan pada sub soil cukup
dicampur dengan 1 kg tawas dan 400 g Dithane. Kemudian, media tanam
difumigasi menggunakan Basamid dengan dosis 100-150 g/m3. Setelah selesai,
media tanam dimasukan ke dalam polybag. Kebun perbanyakan yang telah
dipelihara selama 3-4 bulan, siap untuk diambil cutting. Ciri-ciri ranting yang
telah siap di cutting yaitu ranting yang cukup matang dengan ketinggian ± 15 cm
dari bidang pangkasan, tidak terlalu muda ataupun terlalu tua, lembaran daun
berjumlah ± 8 lembar, serta tumbuh sehat, tegar, daun mulus dan pertumbuhannya
mengarah ke atas. Stek yang diambil yaitu potongan ranting yang terdapat satu
lembar daun dengan jarak 1 cm di atas daun dan 3-4 cm di bawah daun. Potongan
ranting tersebut direndam dalam larutan ZPT untuk mempercepat pertumbuhan
tunas, selama 5-10 menit.
Potongan ranting stek yang telah siap ditanam ke dalam polybag dengan
arah daun menghadap sinar matahari, serta dimiringkan dengan tujuan tunas baru
dari ketiak daun akan tumbuh mengarah lurus ke atas. Polybag yang telah berisi
stek disusun di atas bedengan yang telah disiapkan sebagai tempat meletakan
polybag dengan lebar bedengan 90 cm dan panjang disesuaikan dengan lokasi,
biasanya ± 10 m. Kemudian masing-masing bedengan disungkup dengan plastik
bersih dibantu dengan bambu sebagai tiang penyangga. Sungkup diusahakan
tertutup rapat dan dapat dibuka setelah 3-4 bulan, dilakukan secara bertahap agar
tanaman mampu beradaptasi dengan lingkungan luar dengan baik. Tahapan
pembukaan sungkup I dibuka ¼ bagian mulai pukul 07.00-09.00; tahap ke II
sungkup dibuka ½ bagian pada pukul 07.00-11.00; tahap ke III dibuka semua
14
bagian mulai pukul 07.00-11.00. Setiap tahapan dilakukan selama dua minggu.
Jika kondisi tertentu, misalnya tumbuh gulma, maka sungkup dibuka untuk
membersihkan gulma secara manual. Selama pembibitan, dilakukan kegiatan
pemeliharaan seperti penyiraman air secara teratur, diusahakan tidak terlalu basah
karena dapat tumbuh gulma dan jamur. Saluran air antar bedengan diperbaiki agar
drainase tetap baik. Keberhasilan mendapatkan bibit tanaman teh yang siap tanam
60-75%. Bibit teh siap untuk ditanam setelah berumur 1-1.5 tahun dari pembibitan.
Kegiatan pemotongan daun stek dan penanaman ke dalam polybag dapat dilihat
pada Gambar 1.
a b c
Gambar 1. Kegiatan pemotongan (a), penanaman daun stek (b) dan tempat
penyungkupan (c)
Pada kegiatan pembibitan, prestasi kerja penulis saat melakukan
pengambilan cutting daun stek di kebun induk adalah 800 cutting HK-1,
sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 1 200 cutting HK-1 dan standar kerja
yang berlaku adalah 1 000 cutting HK-1.
Pengendalian Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki karena
tumbuh di waktu dan tempat yang tidak diinginkan atau mengganggu tanaman
utama yang diproduksi. Populasi gulma yang tumbuh tanpa terkendali di areal
pertanaman teh akan menyebabkan banyak kerugian. Keberadaan gulma akan
memberikan persaingan bagi tanaman teh dalam memanfaatkan faktor-faktor
tumbuh seperti unsur hara, cahaya dan air. Penurunan hasil pucuk teh akibat dari
keberadaan gulma diperkirakan mencapai 40%. Keberadaan gulma selain sebagai
kompetitor tanaman teh juga akan mengakibatkan inefisiensi dalam pelaksanaan
pekerjaan pemeliharaan rutin seperti pemupukan, pemangkasan dan pemetikan.
Jenis gulma yang tumbuh di areal pertanaman teh di UP Tambi antara lain
adalah pacar air (Impatien plathypetala), babadotan (Ageratum conyzoydes),
kirinyuh (Chromolaena odorata (L.)), rumput teki (Paspalum conjugatum),
kentang-kentangan (Borreria alata), sengganen (Melastoma malabathrichum),
harendong (Clidemia hirta), kirinyuh (Eupatorium inulifolium), gucen (Rubus
rosaefolius), tali sahit (Comellina difusa), Mikania micrantha dan alang-alang
(Imperata cylindrica). Populasi gulma di UP Tambi mencapai puncaknya saat
menjelang dilaksanakannya program pemupukan dan menjadi bersih gulma saat
pemupukan dilaksanakan. Tujuan pengendalian gulma adalah menekan
pertumbuhan gulma sehingga diperoleh laju pertumbuhan vegetatif tanaman teh
yang tinggi, produksi pucuk maksimal dan kerugian serendah mungkin.
Pengendalian gulma secara kultur teknis dilakukan dengan menerapkan cara
pemetikan teh secara benar dan tepat. Cara pemetikan teh yang tepat adalah
dengan melaksanakan petikan rata dan teratur agar pembentukan tajuk tanaman
teh dapat melebar dan rapat sehingga dapat mengurangi pertumbuhan gulma di
antara barisan tanaman. Selain itu, pengendalian gulma secara kultur teknis dapat
diterapkan berupa penanaman tanaman pupuk hijau seperti Tephrosia spp. dan
Crotalaria spp. di antara barisan tanaman teh.
Pengendalian gulma di UP Tambi secara umum dilakukan melalui dua cara
yaitu secara manual memanfaatkan tenaga manusia dan secara kimiawi
menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara manual di UP Tambi
dilaksanakan selama dua periode yaitu Semester I (Januari-Maret) dan Semester II
(Agustus-Oktober) dengan perkiraan keluasan di setiap semester masing-masing
50%. Khusus untuk gulma pacar air, pengendalian dilakukan dengan cara
mencabut gulma sampai ke akarnya dengan menggunakan tangan sedangkan
untuk jenis gulma lainnya dilakukan dengan pembabatan menggunakan kored.
Pengendalian gulma secara kimiawi/chemical weeding dilaksanakan dua kali
dalam setahun untuk semua nomer kebun (tahun pangkas I-IV) pada bulan
Februari-April dan September-November bergantian dengan pengendalian secara
manual.
Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan setelah pemangkasan
disebut babad bokor dan dongkel anakan kayu (DAK). Babad bokor dilakukan
dengan mencabut gulma hingga akarnya menggunakan tangan, kored, sabit dan
parang. Dongkel anakan kayu (DAK) juga biasanya dilakukan menjelang
pemupukan tanah, dilaksanakan dua kali pada tanaman umur pangkas I-IV.
Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan
herbisida sistemik dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat (Round Up),
dengan dosis herbisida Round Up 1.5 liter ha-1 dan konsentrasi 4 ml liter-1 air. Alat
16
Pemupukan
Pemupukan menjadi salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman,
karena apapun jenis tanamannya pasti membutuhkan makanan berupa unsur hara
dan mineral, begitupun dengan tanaman teh. Dalam pertumbuhan pucuk, tanaman
teh menyerap unsur hara dari dalam tanah secara terus-menerus sehingga
ketersediaan unsur hara dalam tanah makin lama makin berkurang. Unsur hara
dalam tanah dapat juga berkurang karena proses pencucian atau hanyut oleh air
hujan, penguapan dan erosi. Oleh karena itu, apabila tanah dibiarkan tanpa
diberikan perlakuan akan menjadi rusak atau menjadi tanah kritis. Untuk
menghindari hal yang demikian, maka perlu dilakukan pengelolaan tanah sebaik-
baiknya.
Salah satu upaya dalam pengelolaan tanah adalah melalui program
pemupukan yaitu memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah
yang cukup sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Pelaksanaan
pemupukan harus memperhatikan prinsip empat tepat yaitu tepat dosis, tepat cara,
tepat waktu dan tepat jenis. Selain pemupukan melalui tanah, di perkebunan teh
juga sering melaksanakan program pemupukan yang disemprotkan melalui daun
terutama untuk pemberian unsur mikro.
Pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan melalui dua cara yaitu
pemupukan melalui tanah (Gambar 2a) dan pemupukan melalui daun (Gambar
2b). Pemupukan melalui tanah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur
hara makro tanaman seperti N, P, K dan Mg dengan perbandingan 5:1:2:0.5.
Bahan pupuk yang digunakan untuk memenuhi unsur-unsur tersebut adalah Urea
46%, SP-36 36%, KCL 60% dan Kiserit 27%. Persentase yang digunakan adalah
N 8% dari target produksi teh kering per tahun.
a b
Gambar 2. Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b)
17
laba-laba, kepik, jangkrik, semut dll. Pengendalian hanya dilakukan secara kultur
teknis dengan memetik daun-daun yang terserang serta dengan jalan
memperpendek gilir/daur petik dari nomer-nomer kebun yang terserang.
Hama ulat api (Setora nitens) sempat menjadi hama penting di UP Tambi
tepatnya pada tahun 2009 terutama di blok Panama. Populasi hama ini meningkat
pesat pada musim kemarau sehingga menjadi sulit dikendalikan baik secara
mekanis maupun kultur teknis. Upaya pengendalian hama ulat api ini dilakukan
secara kimiawi menggunakan insektisida jenis Crowen 113 EC dengan bahan
aktif Cypermethrin 113 g liter-1 dengan dosis 200 cc ha-1 dan disemprotkan
menggunakan knapsack sprayer dengan metode spot spraying. Metode spot
spraying adalah metode penyemprotan yang dilakukan hanya pada titik-titik
tertentu yang mengalami serangan berat. Metode ini dipilih untuk mengurangi
residu insektisida yang berlebihan karena dapat mempengaruhi ambang batas
residu yang ditetapkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).
Pengendalian penyakit cacar daun teh (Blister blight) di UP Tambi
dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida jenis Connasol 50 SC dengan
bahan aktif Heksakonazol 50 g liter-1 untuk klon TRI (2024 dan 2025) dengan
dosis 150-300 cc ha-1 aplikasi-1 dan fungisida jenis Agronil 75 WP dengan bahan
aktif Klorotalonil 75% untuk semua klon Gambung dengan dosis 300-500 g ha-1
aplikasi-1. Tindakan pengendalian berupa penyemprotan fungisida dilakukan
selama dua semester yaitu Januari-April dan September-Desember. Penyemprotan
dilakukan setelah pemetikan dengan batas maksimal delapan hari sebelum
pemetikan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari residu pada hasil
pucuk akibat aplikasi fungisida. Pada lahan-lahan dengan tingkat serangan berat
(Kelas A) seluas 142.41 ha, pengendalian dilakukan lebih intensif selama enam
bulan dengan aplikasi dua kali penyemprotan dalam sebulan (12 kali per tahun).
Sedangkan untuk lahan-lahan dengan tingkat serangan sedang (Kelas B) seluas
103.44 ha, pengendalian dilakukan selama enam bulan dengan aplikasi delapan
kali penyemprotan per tahun. Prestasi kerja penulis saat melakukan aplikasi
pengendalian hama dan penyakit (PHP) dengan mobil proteksi (pick up) adalah
0.06 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.07 ha HK-1 dan standar
kerja yang berlaku adalah 0.06 ha HK-1.
a b
Gambar 3. Gejala serangan hama ulat penggulung daun (a) dan penyakit Blister
blight (b)
Pemangkasan
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan kultur teknis untuk
menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu, sehingga pemetikan dapat
dilakukan dengan mudah, cepat dan efisien. Pemangkasan bertujuan untuk
21
mempermudah agar tanaman selalu berada pada fase vegetatif, memelihara bidang
petik agar tetap rendah untuk memudahkan pemetikan, membentuk bidang petik
selebar mungkin, membuang cabang tidak produktif serta merangsang
pembentukan tunas baru. Standar kerja untuk kegiatan pemangkasan di UP Tambi
adalah sebesar 0.04 ha HK-1. Penulis mengikuti kegiatan pemangkasan dengan
status sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan prestasi kerja antara 0.001-
0.038 ha HK-1 sedangkan prestasi kerja pemangkas di UP Tambi rata-rata sebesar
0.06 ha HK-1.
Jenis/Tipe Pangkasan. Pemangkasan yang diterapkan di UP Tambi adalah
jenis pangkasan bersih dan pangkasan setengah bersih. Pertimbangan memilih
jenis pangkasan bersih karena blok-blok yang terdapat di UP Tambi terletak pada
ketinggian di atas 1 200 m dpl dimana penyinaran matahari dan suhu tidak terlalu
tinggi sehingga tanaman dapat bertahan meskipun tidak ada daun yang disisakan
setelah pemangkasan. Jenis pangkasan setengah bersih dipilih karena secara teknis
pangkasan bersih sulit untuk bisa diterapkan secara efisien. Sistem upah borongan
yang diterapkan seringkali membuat pemangkas lebih mengutamakan kuantitas
dari pada kualitas hasil pangkasan. Akibatnya, pangkasan bersih yang memang
sedikit lebih rumit dan memerlukan waktu serta kesabaran dalam pelaksanaannya
justru sulit sekali untuk bisa dilaksanakan terutama pada tanaman tua dengan
keadaan frame yang sangat lebar.
Tinggi Pangkasan. Standar tinggi pangkasan setiap blok di UP Tambi
disesuaikan dengan tinggi pangkasan sebelumnya. Ketinggian pangkasan di UP
Tambi senantiasa dinaikan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian
tertentu tinggi pangkasan kembali lagi pada ketinggian pangkasan awal
(pangkasan dagul).
Gilir pangkas. Gilir pangkas merupakan rentang waktu antara pemangkasan
terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. UP Tambi yang terletak pada
ketinggian di atas 1 200 m dpl menggunakan gilir pangkas 4-5 tahun. Namun
dalam pelaksanaannya, pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas
yang direncanakan. Terkadang ada beberapa nomer kebun yang dipangkas lebih
cepat ataupun lebih lambat dari gilir pangkas yang seharusnya. Keputusan
mempercepat jadwal pemangkasan untuk nomer-nomer kebun tertentu adalah
karena keadaan tanaman yang sudah kurang produktif serta kondisi tanaman yang
sudah tinggi dan terlalu rapat sehingga menyulitkan dalam kegiatan pemeliharaan
dan pemetikan.
Waktu pemangkasan. Waktu yang tepat untuk dilaksanakan pemangkasan
adalah saat keadaan tanaman sehat karena tanaman yang sehat akan memiliki
cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali pasca dilakukannya
pemangkasan. Selain itu, pemangkasan tanaman teh juga harus didukung oleh
faktor lingkungan yang kondusif terutama suhu dan kelembaban. Pemangkasan di
UP Tambi dilaksanakan dalam dua semester yakni Februari-Mei (Semester I) dan
Oktober-November (Semester II). Namun, untuk blok Pemandangan yang terletak
pada ketinggian tempat sekitar 1 700 - 2 100 m dpl, pemangkasan hanya
dilakukan pada semester I dengan pertimbangan untuk pengendalian penyakit
cacar daun teh serta ketersediaan tenaga kerja.
Luas areal pangkasan. Luas areal pangkasan dalam satu tahun yang
ditetapkan di Unit Perkebunan Tambi adalah sebesar 25-30% dari luas total areal
tanaman menghasilkan. Pekerjaan pemangkasan dilaksanakan dalam dua semester
22
dengan 70% dilaksanakan pada semester I dan sisanya pada semester II.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terganggunya stabilitas produksi
karena areal produktif berkurang akibat pemangkasan.
UP Tambi yang terdiri dari empat blok membagi areal yang akan dipangkas
ke masing-masing blok. Setiap blok rata-rata mendapat bagian 3-4 nomer kebun
yang harus dipangkas setiap tahunnya. Rencana luas areal pangkasan yang
ditetapkan kebun tidak selalu sesuai dengan realisasinya. Pada tahun 2015, UP
Tambi menetapkan bahwa luas areal pangkasan adalah sebesar 54.40 ha atau
24.52% dari total areal tanaman menghasilkan. Akan tetapi realisasinya hingga
Mei 2015 baru sebesar 46.49 ha atau sekitar 18.9% dari luas areal tanaman
menghasilkan. Perbedaan luas rencana dan realisasi ini terjadi karena terdapat
beberapa nomer kebun yang memang disisakan untuk dipangkas pada akhir tahun
(semester II) serta terdapat perubahan nomer kebun yang dipangkas dari rencana
awal dengan pertimbangan menyesuaikan kondisi tanaman yang ada di lapangan.
Tenaga Pemangkas. Tenaga pemangkas di Unit Perkebunan Tambi
merupakan tenaga kerja musiman dengan sistem upah borongan. Sistem upah
borongan ini seringkali menyebabkan para pemangkas bekerja hanya
mementingkan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan.
Alat pangkas. Kegiatan pemangkasan perdu teh di UP Tambi dilakukan
secara manual menggunakan sabit pangkas (Gambar 4a) dan mesin pangkas
(Gambar 4b). Pertimbangan melaksanakan pemangkasan secara manual ini adalah
karena tersedianya tenaga pemangkas yang cukup serta untuk mengurangi
kerusakan cabang akibat pemangkasan. Mesin pangkas hanya digunakan apabila
tenaga pemangkas jumlahnya tidak memadai untuk dilakukan pemangkasan
secara manual.
a b
Gambar 4. Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b)
Penanganan Sisa Pangkasan. Salah satu kegiatan yang mengikuti program
pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi adalah penanganan sisa pangkasan.
Sisa pangkasan berupa cabang maupun ranting segar dimanfaatkan untuk menutup
frame/bidang pangkas agar tidak terkena sengatan sinar matahari langsung. Sisa
pangkasan juga bisa ditinggal maupun dibenamkan di lahan untuk menambah
bahan organik dalam tanah, akan tetapi kegiatan benam serasah ini tidak lagi
dilaksanakan di UP Tambi. Secara lengkap kegiatan-kegiatan yang termasuk
dalam paket program pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi adalah
sebagai berikut :
a b
Gambar 5. Penampakan rorak (a) dan kegiatan pembuatan saluran air/rorak (b)
Pemeliharaan lubang tadah dilakukan dua kali dalam setahun untuk TBM I,
II dan III, sedangkan TM satu kali dalam empat tahun. Pelaksanaannya dilakukan
saat awal dan akhir musim hujan. Caranya yaitu mengangkat atau menguras tanah
yang telah memenuhi lubang dengan menggunakan cangkul. Pemeliharaan lubang
tadah sangat penting dilakukan pada tanaman yang telah dipangkas (50% dari
areal pangkas) karena banyaknya lubang tadah yang tertutup oleh serasah daun.
Penulis mengikuti kegiatan pembuatan rorak sebagai karyawan harian lepas
dengan prestasi kerja sebesar 0.002 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan
sebesar 0.003 ha HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.002 ha HK-1.
Pemorokan/penggemburan tanah
Porokan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
setelah pemangkasan. Kegiatan ini bertujuan untuk menggemburkan tanah yang
berada di sekitar tanaman teh, memperlancar sirkulasi dan respirasi tanah, serta
memperlancar laju aliran air. Alat yang digunakan yaitu garpu porok. Teknis
melakukan kegiatan porokan yaitu garpu porok ditekan ke dalam tanah dengan
posisi miring, kemudian tanah diangkat. Pada saat menekan garpu ke dalam tanah,
harus dilakukan secara hati-hati agar garpu tidak melukai akar atau bahkan dapat
membuat terputusnya akar tanaman teh. Kedalaman porokan 20-30 cm. Penulis
mengikuti kegiatan pemorokan selama dua hari sebagai karyawan harian lepas
dengan prestasi kerja sebesar 0.002 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan
sebesar 0.003 ha HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.003 ha HK-1.
Kegiatan penggemburan tanah atau pemorokan dapat dilihat pada Gambar 6.
24
Pemetikan
Pemetikan merupakan kegiatan pengambilan hasil dari tanaman teh baik
berupa pucuk peko maupun pucuk burung yang memenuhi syarat untuk diolah.
Selain sebagai bahan baku utama pengolahan, kegiatan pemetikan juga bertujuan
untuk membentuk figur tanaman agar mampu berproduksi maksimal sesuai
dengan potensinya secara berkelanjutan. Pemetikan harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku agar diperoleh mutu pucuk yang tinggi baik dari kualitas
maupun kuantitas. Prestasi kerja penulis saat melakukan pemetikan dengan
gunting petik adalah 43 kg HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 87 kg
HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 72 kg HK-1.
Jenis pemetikan yang diterapkan di Unit Perkebunan Tambi adalah
pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan. Pemetikan
jendangan merupakan pemetikan yang dilakukan pada awal setelah pemangkasan.
Tujuan dari pemetikan jendangan yaitu untuk membentuk bidang petik yang lebar
dan rata, serta membuat ketebalan daun pemeliharaan yang cukup agar menunjang
pertumbuhan tanaman. Pemetikan jendangan dilakukan setelah tanaman yang
telah selesai dipangkas memiliki ketinggian pucuk 10-15 cm dari bidang pangkas.
Tunas yang tumbuh ke atas dipetik, sedangkan tunas yang tumbuh ke samping
dibiarkan agar bidang petik dapat melebar. Waktu pelaksanaan pemetikan
jendangan di UP Tambi pada umumnya dilakukan antara 3-4 bulan setelah
pemangkasan. Pemetikan jendangan secara umum dilakukan sebanyak 6-10 kali
petikan, sedangkan di UP Tambi hanya dilakukan sebanyak 4-5 petikan kemudian
dilanjutkan dengan pemetikan produksi.
Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan
jendangan selesai dan dilakukan selama periode produksi sampai tanaman tersebut
akan dipangkas kembali. Pemetikan produksi dilakukan secara rutin sehingga
terbentuklah gilir petik untuk setiap nomer kebun. Pemetikan gendesan
merupakan kegiatan pemetikan yang dilakukan pada akhir sebelum pemangkasan.
Pada umumnya pemetikan gendesan dimaksudkan untuk menghabiskan pucuk
yang terdapat di atas bidang petik, sehingga dalam pemetikannya tidak mengikuti
rumus petik. Secara keseluruhan pelaksanaan pemetikan di UP Tambi baik
pemetikan jendangan, produksi, maupun pemetikan gendesan dilakukan secara
teknis dengan menggunakan alat petik yaitu gunting petik dan mesin petik. Hal ini
menyebabkan pucuk yang dihasilkan pada pelaksanaan di lapangan tidak
mengikuti rumus petik meskipun pada dasarnya UP Tambi telah merencanakan
jenis petikan sesuai dengan ketentuan seperti petikan halus, petikan medium dan
petikan kasar dengan kriteria rumus petik masing-masing.
25
a b
Gambar 7. Alat petik; gunting petik (a) dan mesin petik (b)
Mesin petik yang digunakan di Unit Perkebunan Tambi adalah mesin petik
dengan jenis GT 120 yang diimpor dari Jepang. Mesin petik ini mulai digunakan
di UP Tambi sejak tahun 2012. Mesin petik tipe GT 120 memiliki spesifikasi
dengan panjang mesin 165 cm, lebar 45 cm, tinggi 27.5 cm dan dilengkapi dengan
pisau sepanjang 120 cm dan panjang handle 100-140 cm. Pekerja yang
menggunakan mesin petik adalah laki-laki karena penggunaan mesin petik
membutuhkan tenaga yang kuat serta pemahaman yang baik mengenai cara
penggunaan dan pemeliharaan mesin. Unit Perkebunan Tambi secara berkala
mendatangkan teknisi untuk berdiskusi bersama pemetik mengenai pemeliharaan
dan kendala saat menggunakan mesin petik. Unit Perkebunan Tambi
menggunakan empat unit dan satu mesin cadangan. Pengoperasian satu mesin
petik dikendalikan oleh dua operator, satu orang pemegang kantong penampung
pucuk, satu orang pengangkut hasil petikan dan satu orang merapikan bidang
petik.
Kegiatan pemetikan di UP Tambi dilaksanakan pukul 06.00-10.00. Apabila
dilaksanakan penimbangan kedua, maka pemetikan dilanjutkan hingga pukul
13.00. Banyaknya penimbangan satu atau dua kali ditentukan oleh
pembimbing/mandor petik dan kondisi pucuk yang ada di lapangan. Apabila
kondisi pucuk di lapangan cukup banyak, maka penimbangan dibagi dalam dua
kali penimbangan. Hal ini dimaksudkan agar pucuk yang telah dipetik tidak
terlalu lama berada di lapangan karena dapat menyebabkan kadar air turun akibat
penguapan, kondisi daun rusak, layu dan memar.
Pucuk yang telah dikumpulkan oleh tenaga pemetik kemudian dimasukan ke
dalam waring kantong yang terbuat dari jala plastik berbentuk seperti karung.
Penimbangan dilakukan oleh seorang juru timbang atau oleh pembimbing petik
dan dicatat dalam buku jurnal petik harian masing-masing blok kebun. Buku
jurnal petik harian adalah buku laporan jumlah pucuk yang didapatkan oleh
masing-masing pemetik setiap harinya. Jumlah pucuk yang diperoleh setiap
pemetik harus dicatat karena pengupahan disesuaikan dengan basis petik yang
didapatkan. Penimbangan yang dilakukan di kebun dapat dilakukan lebih dari
27
120
Tinggi bidang petik (cm)
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4
Umur pangkas (tahun)
50
Tebal daun
40
30
20
10
0
1 2 3 4
Umur pangkas (tahun)
Sumber : Hasil Pengamatan
Gambar 10. Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun setelah pemangkasan di
Unit Perkebunan Tambi tahun 2015
Analisis petik
Analisis petik dilakukan dengan mengambil hasil petikan secara acak dari
setiap blok. Analisis petik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 menunjukkan hasil analisis petik dengan petikan halus 3.5%; petikan
medium 40.1%; petikan kasar 21.5%; dan petikan rusak 34.9%.
29
Tabel 4. Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Mei 2015
Komposisi Pucuk (%)
Blok Petikan Petikan Petikan Petikan
Halus Medium Kasar Rusak
Pemandangan 2.0 40.0 19.1 38.9
Taman 1.6 37.8 31.3 29.4
Panama 2.9 43.6 16.4 37.1
Tanah Hijau 7.6 38.9 19.4 34.1
Rata-rata 3.5±2.8 40.1±2.5 21.5±6.6 34.9±4.2
Sumber : Hasil Pengamatan
Ketentuan : Petikan halus <5%; dan petikan medium minimal 50% (Unit
Perkebunan Tambi 2015)
Keterangan : Petikan halus = p+1 dan p+2m
Petikan medium = p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m
Petikan kasar = p+4 atau lebih, b+1t, b+2t, b+3t dan b+4t atau
lebih
Petikan rusak = daun lembaran dan tangkai
Analisis pucuk
Analisis pucuk dilakukan setiap hari dengan mengambil sampel pucuk
secara acak dari setiap blok. Pucuk yang memenuhi syarat dan pucuk yang tidak
memenuhi syarat ditimbang dan dihitung dalam persen. Hasil analisis pucuk bulan
Januari-Mei 2015 dapat dilihat pada Tabel 5. Analisis pucuk pada Tabel 5
menunjukkan rata-rata 50.22% pucuk memenuhi syarat (MS) dan 49.78% pucuk
tidak memenuhi syarat (TMS).
Tabel 5. Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015
Januari Februari Maret April Mei
Blok
MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS
........................................(%)........................................
Pemand
50.2 49.8 50.3 49.7 47.0 53.0 49.2 50.8 51.1 48.9
angan
Taman 52.0 48.0 50.2 49.9 51.3 48.7 49.5 50.5 51.3 48.7
Panama 50.7 49.3 49.2 50.8 51.2 48.8 50.1 49.9 50.2 49.8
Tanah
50.2 49.8 49.3 50.7 51.1 48.9 50.5 49.5 49.9 50.1
Hijau
Rata – 0.8± 49.2 49.7 50.3 50.1 49.9 49.8 50.2 50.6 49.4
rata 0.9 ±0.9 ±0.6 ±0.6 ±2.1 ±2.1 ±0.6 ±0.6 ±0.7 ±0.7
Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Tambi tahun 2015
Keterangan : Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m
Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1 - 5)t
Gilir Petik
Gilir petik yang digunakan di Unit Perkebunan Tambi adalah 30-60 hari.
Pengamatan gilir petik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 6. Unit
Perkebunan Tambi memiliki rata-rata gilir petik 58.3 hari.
30
Hanca petik
Hanca pemetik setiap blok berbeda karena dipengaruhi oleh kondisi pucuk,
jumlah tenaga kerja dan topografi lahan. Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015
Luas Areal Jumlah Hanca
Gilir Petik Hanca/Pemetik
Blok Petik Pemetik Petik
(hari) -1 (ha HK-1)
(ha) (orang) (ha HK )
Pemandangan 68.32 79 48 0.854 0.018
Taman 53.23 75 36 0.700 0.019
Panama 60.96 49 46 1.219 0.027
Tanah Hijau 39.38 30 35 1.270 0.036
Rata – rata 55.47 58.3±23.1 41.3±6.7 1.011±0.3 0.025±0.01
Sumber : Hasil Pengamatan
Kapasitas petik
Kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi menggunakan gunting dan
mesin petik dengan standar kapasitas pemetik (basic yield) sebesar 72 kg hari-1
setiap pemetik, standar tersebut ditetapkan berdasarkan rata-rata kapasitas petik
Unit Perkebunan Tambi selama 5 tahun terakhir. Kapasitas pemetik pada Unit
Perkebunan Tambi periode bulan Januari sampai Mei memiliki rata-rata 93.29 kg
setiap pemetik. Kapasitas pemetik Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015
Blok Januari Februari Maret April Mei
..............................(kg)..............................
Pemandangan 113.74 105.86 80.75 93.60 102.32
Taman 126.34 120.31 108.84 112.84 102.78
Panama 102.56 83.85 79.53 86.30 82.41
Tanah Hijau 83.12 76.84 71.74 76.98 55.15
Rata – rata 106.4±18.3 96.7±20.0 85.2±16.2 92.4±15.2 85.7±22.5
Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Tambi tahun 2015
31
daun) dalam WT sekitar 20 000 cuf mnt-1, dengan isi WT sekitar 1 500 kg.
Persentase layu rata-rata yang dihasilkan dari proses pelayuan yang dilakukan di
pabrik UP Tambi rata-rata berkisar antara 46-48%.
Selama proses pemberian udara kering berlangsung, dilakukan kegiatan
pembalikan pucuk. Proses pembalikan pucuk di UP Tambi dilakukan sebanyak
tiga kali setelah pembeberan pertama. Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan
pembalikan adalah lima menit sebelum dilakukan pembalikan, sebaiknya udara
panas harus ditutup atau dimatikan. Kira-kira 15% kandungan air pucuk sudah
berkurang, dilakukan pembalikan pertama (sekitar 3-4 jam) dari pembeberan
pucuk. Pembalikan pucuk bertujuan agar diperoleh kerataan hasil layuan.
Pembalikan kedua dilakukan jika kira-kira 30% kandungan air dalam pucuk mulai
berkurang (sekitar 3-4 jam dari pembalikan pertama) dan pembalikan ketiga
dilakukan sekitar 3-4 jam setelah pembalikan kedua, sampai kondisi pucuk layu
merata dengan ciri daun lentur, jika digenggam tidak mudah pudar, warna daun
yang tadinya hijau segar menjadi hijau kekuningan dan kandungan air antara 48-
50%. Pucuk yang telah layu kemudian ditimbang lalu dimasukkan ke dalam open
top roller (OTR).
Penggilingan/Rolling. Setelah pucuk mengalami proses pelayuan di
Withering room, selanjutnya pucuk memasuki Rolling room (ruang penggilingan).
Tahapan proses penggilingan ini antara lain penggulungan, penggilingan, sortasi
basah dan fermentasi.
Penggulungan. Tahap ini merupakan tahapan untuk menyiapkan
terbentuknya mutu, baik secara fisik maupun kimia. Secara fisik terbentuk
kenampakan pucuk yang menggulung, yang akan memudahkan dalam proses
penggilingan. Secara kimia terjadi peristiwa bertemunya polifenol dengan enzim
polifenol oxidase karena adanya oksigen yang biasa disebut peristiwa reaksi
oksidasi enzimatis dan merupakan dasar terbentuknya mutu dalam (inner quality).
Waktu yang dibutuhkan untuk menggulung daun di pabrik UP Tambi berkisar 35-
45 menit tergantung program giling yang dilakukan. Alat yang digunakan untuk
menggulung adalah open top roller (OTR) 47” (Gambar 11a) yang mempunyai
kapasitas 350 kg.
Pabrik UP Tambi mempunyai lima unit mesin OTR, tetapi dalam
pengolahannya biasanya hanya menggunakan empat atau tiga OTR dalam satu
seri pengolahan, tergantung pucuk basah yang diolah. Jika pucuk basah yang
diolah lebih dari 16 500 kg maka menggunakan empat OTR, jika kurang dari 16
500 kg menggunakan tiga OTR. Hal ini dimaksudkan agar proses pengolahan
lebih efisien, baik dari segi waktu, biaya maupun tenaga kerja.
Penggilingan. Tujuan utama dari penggilingan yaitu mengecilkan ukuran
gulungan sesuai yang dikehendaki pasar, memotong hasil penggulungan menjadi
ukuran yang lebih pendek, menggerus daun agar cairan sel keluar semaksimal
mungkin dan membentuk hasil keringan yang keriting, serta untuk memperoleh
bubuk basah sesuai yang dikehendaki sebanyak-banyaknya.
Mesin penggiling yang digunakan di Pabrik UP Tambi yaitu rotorvene (RV)
(Gambar 11b) dengan kapasitas 1 100 - 1 250 kg jam-1. Tolak ukur keberhasilan
proses penggulungan dan penggilingan ditentukan oleh banyaknya bubuk yang
dihasilkan, selain tujuan kimia juga tercapai. Selain itu keseragaman ukuran
bubuk yang diperoleh juga sangat menentukan hasil akhir, karena keseragaman
ukuran teh diperoleh pada proses sortasi basah, bukan pada penggerusan mesin
35
sortasi kering karena akan menghasilkan warna teh hasil akhir yang kelabu atau
hitam keabu-abuan.
Sortasi Bubuk Basah. Tujuan dari sortasi bubuk basah adalah memperoleh
bubuk yang seragam, memudahkan pekerjaan sortasi kering dan memudahkan
dalam pengaturan pengeringan. Mesin sortasi bubuk basah yang digunakan di
pabrik UP Tambi adalah rotary roll breaker (RRB) yang berjumlah tiga buah dan
satu buah Ghoogi (Gambar 11c).
Pemisahan bubuk diawali dari OTR 1 dilakukan sortasi menggunakan RRB
1 menghasilkan bubuk 1, kemudian melewati RV 1 masuk RRB 2 menghasilkan
bubuk 2, kemudian melewati RV 2 dan masuk RRB 3 menghasilkan bubuk 3 dan
masuk mesin ghoogi, dari mesin ghoogi dihasilkan bubuk 4 sedang bubuk yang
tidak lolos ayakan keluar dari ujung ghoogi menghasilkan badag. Pada mesin
RRB ukuran nomer mesh ayakan dapat diganti sesuai dengan yang diinginkan.
Biasanya menggunakan mesh nomer 7-7-8 atau 6-6-7 jika ingin menghasilkan
grade PS dan BPS. Pemasangan ayakan dengan nomer mesh yang tepat sangat
membantu diperolehnya grade yang diinginkan.
Oksidasi Enzimatis. Waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi enzimatis
adalah 90-120 menit yang dihitung mulai pucuk masuk dalam mesin penggulung
(OTR) sampai bubuk keluar dari ruang oksidasi enzimatis. Suhu dan kelembaban
ruang oksidasi enzimatis harus diperhatikan, karena sangat mempengaruhi
berlangsungnya reaksi oksidasi enzimatis. Suhu ruang oksidasi enzimatis yang
disarankan untuk pabrik UP Tambi adalah berkisar 21-22oC dengan kelembaban
relatif diatas 95%. Kelembaban rata-rata ruang fermentasi di pabrik UP Tambi
adalah antara 94% sampai 99% dengan suhu rata-rata berkisar 21oC. Suhu bubuk
dalam baki berkisar 26-29oC.
a b c
Gambar 11. Mesin penggilingan; open top roller (a), rotorvene (b) dan ghoogi (c)
Pengeringan. Setelah melalui proses oksidasi enzimatis, kandungan air
dalam bubuk basah masih tinggi dan proses perubahan kimia maupun biokomia
masih berlangsung. Jika hal tersebut tidak dihentikan, maka akan terjadi reaksi
oksidasi enzimatis yang berkelanjutan yang dapat menurunkan mutu teh yang
dihasilkan, untuk itu dilakukan pengeringan. Menurut Standart Operating
Procedur (SOP) pabrik UP Tambi, tujuan pengeringan adalah menghentikan
aktivitas oksidasi enzimatis dan menurunkan kadar air hingga 3-4%. Waktu yang
dibutuhkan untuk proses pengeringan adalah antara 20-25 menit untuk satu kali
proses pengeringan.
Mesin pengering yang digunakan di pabrik UP Tambi adalah model ECP
(Endless Chain Pressure). Pabrik UP Tambi mempunyai dua jenis mesin
pengering yaitu two circuit dryer yang berkapasitas 250 kg teh kering jam-1 dan
three circuit dryer yang berkapasitas 350 kg teh kering jam-1. Kapasitas mesin
36
pengering per jam perlu diketahui karena dapat menentukan kapasitas pabrik dan
mengatur penggilingan tiap serinya.
Pada proses pengeringan, bubuk yang dikeringkan diletakkan diatas trays
dan diatur ketebalannya dengan menggunakan baling-baling atau spreader sesuai
kebutuhan. Secara perlahan trays bergerak memasuki alat pengering dan setelah
sampai ujung penggerak, teh akan jatuh dan kemudian keluar dari mesin
pengering. Panas untuk pengeringan diperoleh dari kompor/burner, kemudian
merambat ke dinding tungku dalam ruang pembakaran dan mengalir ke dalam
pipa api oleh tarikan main fan dan masuk ke mesin pengering. Bahan bakar yang
digunakan adalah bahan bakar kayu (BBK). Suhu Inlet yang dibutuhkan dalam
proses pengeringan adalah rata-rata berkisar 94-98oC. Sisa udara panas yang
digunakan untuk mengeringkan bubuk teh disebut suhu outlet. Suhu outlet
berkisar antara 45-50oC. Hal ini harus diperhatikan dan berlangsung secara terus-
menerus agar teh yang dihasilkan benar-benar kering jangan sampai dilakukan
pengulangan karena akan merugikan. Selain mutu teh menurun juga akan
menyebabkan pemborosan waktu dan bahan bakar.
Hasil keringan teh sebelum masuk ke ruang sortasi harus ditimbang sebagai
dasar untuk menghitung rendemen teh yang dihasilkan. Selain itu juga untuk
mengetahui hasil dari setiap mesin pengering dan untuk mengetahui hasil kering
bubuk 2, 3, 4 dan badag.
Penjenisan/Sortasi Kering. Teh yang dikeringkan masih dalam keadaan
heterogen, meskipun sebelum proses pengeringan telah dilakukan sortasi basah
dan menghasilkan bubuk 1, 2, 3, 4 dan badag. Akan tetapi ukuran dan bentuk dari
partikel teh tersebut belum seragam. Selain itu, di dalam teh masih terdapat
kotoran (seperti debu), potongan logam dan atau benda-benda asing lainnya yang
bisa menurunkan kualitas teh yang dihasilkan. Sortasi bubuk teh bertujuan untuk
mendapatkan bentuk, ukuran dan partikel teh yang seragam sesuai dengan standar
yang diinginkan, serta bertujuan untuk memisahkan teh menurut grade/jenis yang
sesuai dengan standar perdagangan teh. Kegiatan penjenisan dan mesin
penjenis/sortasi kering dapat dilihat pada Gambar 12a dan 12b.
a b
Gambar 12. Kegiatan penjenisan (a) dan mesin penjenisan/sortasi kering (b)
Pengemasan dan Penyimpanan. Proses selanjutnya adalah pengemasan
yang merupakan proses terakhir dari pengolahan teh. Tujuan utama dari
pengemasan adalah untuk mencegah rusaknya teh baik pada masa penyimpanan
dan pengangkutan sehingga teh tetap dalam keadaan baik ketika sampai di tangan
konsumen. Teh yang akan disimpan di gudang terlebih dahulu dikemas dalam
karung plastik. Kriteria gudang yang baik sebagai tempat penyimpanan teh antara
lain mempunyai suhu ruang sekitar 24ºC dengan kelembaban kurang dari 70%
serta udara dapat mengalir dengan lancar. Karung plastik disusun secara
37
Aspek Manajerial
Pembimbing
Pembimbing adalah orang yang bertanggung jawab terhadap berbagai
kegiatan di lapangan. Pembimbing berkoordinasi dengan kepala blok dalam
melaksanakan tugasnya sehingga kewenangan pembimbing dalam mengambil
keputusan harus mendapat persetujuan dari kepala blok. Pembimbing di Unit
Perkebunan Tambi terdiri atas pembimbing petik, pemeliharaan, proteksi dan
pembibitan.
Pembimbing petik. Pembimbing atau mandor petik merupakan
pembimbing yang berfungsi untuk mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi
pelaksanaan kegiatan pemetikan tanaman, termasuk dalam pengelolaan tenaga
kerja petik. Mandor petik adalah pembimbing yang langsung mengawasi kegiatan
pemetikan di kebun dan berhubungan langsung dengan para pemetik.
Pembimbing petik bertugas memimpin, mengatur, mengarahkan,
mengkoordinasikan dan mengawasi tugas buruh/tenaga petik termasuk mengawasi
efektivitas kerja. Pembimbing petik berkewajiban untuk merencanakan, mengatur,
melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan yang berhubungan
dengan aktifitas pemetikan tanaman, jadwal waktu kerja, pembagian kelompok
dan sistematika kerja. Selain itu, pembimbing petik berkewajiban untuk
memberikan penilaian terhadap prestasi kerja seluruh bawahannya. Pembimbing
petik berkoordinasi dengan Kepala Blok dalam melaksanakan tugasnya.
Pembimbing petik menyiapkan dan mengajukan laporan kepada Kepala Blok
mengenai laporan kegiatan pemetikan, laporan administrasi regu, permintaan
barang, sarana dan peralatan kerja. Pembimbing petik berwenang dalam
mengambil keputusan mengenai semua hal yang berhubungan dengan kegiatan
pemetikan dan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu oleh Kepala Blok.
Unit Perkebunan Tambi memiliki 10 orang pembimbing petik. Blok
Pemandangan dan Panama masing-masing mempunyai tiga orang mandor petik
38
dan Blok Taman serta Tanah Hijau masing-masing mempunyai dua orang mandor
petik. Pembagian jumlah mandor petik disetiap blok berdasarkan pada jumlah
pemetik, keluasan total blok dan produktivitas pucuk basah per tahun.
Pembimbing pemeliharaan. Pembimbing atau mandor pemeliharaan di
Unit Perkebunan Tambi berfungsi untuk mengatur, mengkoordinasikan dan
mengawasi kegiatan pemeliharaan kebun, termasuk dalam pengelolaan tenaga
kerja, lahan dan kegiatan pemeliharaan lainnya dalam rangka mendukung usaha
perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.
Pembimbing pemeliharaan berkoordinasi dengan Kepala Blok dalam
melaksanakan tugasnya. Pembimbing pemeliharaan menyiapkan dan mengajukan
laporan kepada Kepala Blok mengenai laporan kegiatan pemeliharaan, laporan
kegiatan administrasi kebun, laporan presensi dan lembur regunya serta
mengajukan permintaan bahan, barang, sarana dan peralatan kerja. Pembimbing
pemeliharaan mempunyai wewenang dalam mengambil keputusan mengenai
semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan regunya.
Pembimbing pemeliharaan mempunyai tugas diantaranya yaitu memimpin,
mengatur, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi efektivitas kerja
serta pelaksanaan kerja para buruh bawahannya/buruh pemeliharaan. Pembimbing
pemeliharaan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan, yang mencangkup kegiatan pengendalian gulma, pemupukan,
pemangkasan, konservasi lahan terpadu dan penanaman pohon pelindung, batas
kebun dan lainnya. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan harus mengacu pada
rencana kerja yang ditetapkan dalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran
Perusahaan) tahunan. Selama menjadi pendamping pembimbing pemeliharaan,
kegiatan yang diawasi oleh penulis antara lain pengendalian gulma secara kimia
dan manual, pemangkasan, pemupukan dan konservasi lahan terpadu.
Pembimbing proteksi. Pembimbing atau mandor proteksi bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Blok. Tugas pembimbing proteksi adalah
mengawasi dan mengarahkan segala kegiatan yang berhubungan dengan proteksi
tanaman, seperti pengendalian hama dan penyakit serta pupuk daun.
Setelah kegiatan proteksi tanaman selesai dilakukan, pembimbing proteksi
bertanggung jawab membuat laporan atas kegiatan yang telah dilakukan. Laporan
ini berisi nama kegiatan, jumlah pekerja, luas areal yang dikerjakan, jenis dan
dosis yang digunakan serta upah yang diterima pekerja. Laporan diserahkan
kepada bagian administrasi untuk kemudian dilaporkan kepada kepala kebun atau
pemimpin UP. Jumlah pembimbing proteksi yang ada di UP Tambi adalah empat
orang dengan rincian satu orang pembimbing untuk masing-masing blok.
Pembimbing pembibitan. Pembibitan merupakan faktor penting untuk
menunjang keberlangsungan sebuah perkebunan. UP Tambi memiliki rumah
pembibitan yang menyediakan bibit untuk ditanam sehingga tidak perlu
mendatangkan bibit dari luar. Pembimbing pembibitan di UP Tambi bertugas
mengawasi dan mengarahkan jalannya segala kegiatan dibagian pembibitan.
Kegiatan ini meliputi penanaman bibit, pemindahan bibit, pengisian polybag,
pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan rumah naungan serta kegiatan
pemeliharaan lainnya. Pembimbing pembibitan harus bertanggung jawab dalam
penyediaan bibit untuk disalurkan ke kebun.
39
Kepala Blok
Kepala Blok adalah pimpinan yang mengepalai salah satu blok perkebunan
dan bertanggung jawab kepada Asisten Kepala Bagian Kebun. Kepala Blok
membawahi langsung pembimbing petik, pembimbing pemeliharaan, pembimbing
proteksi dan keamanan. Kepala Blok berfungsi untuk merencanakan, mengatur,
mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan pemeliharaan, pemetikan dan
pengelolaan suatu blok kebun, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, tanaman,
lahan dan kegiatan kebun lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan.
Tugas yang harus dilakukan oleh Kepala Blok diantaranya memimpin,
mengatur, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi tugas/pekerjaan
pembimbing petik, pembimbing pemeliharaan, pembimbing proteksi dan
keamanan termasuk mengawasi efektivitas kerja (penggunaan waktu kerja, cara
kerja, target kerja dan prioritas kerja) termasuk mengawasi kelengkapan
administrasi kerja dan membantu Asisten Kepala Bagian Kebun dalam hal
membuat perencanaan anggaran dalam bidang pengelolaan suatu blok yang
meliputi kegiatan pemeliharaan, pemetikan dan kegiatan lainnnya. Selain itu,
Kepala Blok juga bertugas mengawasi pencapaian target hasil bloknya dan
berkewajiban merencanakan dan mengawasi optimalisasi hasil bloknya. Kepala
Blok memiliki wewenang untuk mengambil keputusan semua hal yang berkaitan
dengan kelancaran pengelolaan suatu blok dan dalam pelaksanaannya mendapat
persetujuan dari Kepala Bagian Kebun.
Unit Perkebunan Tambi memiliki empat orang Kepala Blok yang masing-
masing mengepalai dari keempat blok yang ada. Kepala Blok berkoordinasi
dengan Asisten Kepala Bagian Kebun dalam pengajuan laporan hasil pemetikan,
kegiatan dan rencana petik serta laporan permasalahan masing-masing blok dan
laporan umum pekerjaan masing-masing blok.
serta menyusun anggaran kegiatan tahunan kebun untuk satu periode kerja dan
melaporkan realisasi pelaksanaan anggaran tahun sebelumnya kepada pemimpin
kebun.
Asisten Kepala Bagian Kebun berkoordinasi dengan Kepala Blok dalam
menerima, memeriksa, mengkoordinasikan dan menyetujui laporan-laporan dari
Kepala Blok dan berkoordinasi pula dengan Kepala Bagian Kebun dalam
menyiapkan dan melaporkan beberapa laporan kegiatan kebun seperti laporan
kegiatan rencana petik dan pemeliharaan, laporan anggaran dan realisasi biaya
kegiatan blok dan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan kebun. Asisten
Kepala Bagian Kebun berwenang dalam mengambil keputusan mengenai semua
hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan pengelolaan kebun dan harus
mendapat persetujuan dari Kepala Bagian Kebun. Unit Perkebunan Tambi
memiliki satu orang Asisten Kepala Bagian Kebun dan membawahi empat blok
kebun.
PEMBAHASAN
Pemupukan
perusahaan yaitu Urea, SP-36, KCL dan Kiserit. Pupuk organik yang digunakan
adalah serasah pohon pelindung serta sisa hasil pemangkasan yang berupa
ranting/cabang dan daun dari tanaman teh.
Metode pengaplikasian pemupukan melalui tanah dilakukan dengan cara
menabur pupuk ke dalam lubang pupuk. Areal yang akan dipupuk harus bersih
dari gulma. Cara pengaplikasian melalui tanah dilakukan dengan membuat lubang
pupuk. Lubang pupuk pada TBM dibuat dengan cara ditugal, sedangkan untuk
TM dengan cara dikoak menggunakan kored atau cangkul. Kedalaman lubang
sekitar 10 cm, sedangkan jarak dari batang bawah tanaman ± 10-15 cm.
Pembuatan lubang pupuk berbeda-beda sesuai topografi lahan. Apabila lahan
yang dipupuk datar hingga landai maka lubang pupuk dibuat di antara baris
tanaman (lubang pupuk terdapat di kanan-kiri tanaman dalam satu baris tanaman).
Apabila lahan yang dipupuk miring maka lubang pupuk berada di sebelah atas
tanaman. Lubang pupuk harus segera ditutup setelah pupuk dimasukan untuk
menghindari penguapan. Pada TM lubang pupuk ditetapkan satu lubang pupuk
untuk dua tanaman teh.
Satu lubang untuk 2-4 pohon yang diletakan secara bergantian di baris
tanaman antara pemupukan pertama dengan pemupukan kedua dan seterusnya.
Perakaran tanaman teh yang masih aktif terletak pada jarak 30-40 cm dari perdu
teh (PPTK 2006). Cara pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dengan dibenam
sesuai dengan rekomendasi, dengan cara tersebut hara akan diserap secara efektif
oleh akar dan mengurangi kehilangan pupuk akibat penguapan yang dapat terjadi
jika pemupukan dilakukan dengan broadcast atau penaburan. Cara dibenam ini
dilaksanakan di seluruh topografi lahan, meskipun lahannya berupa lereng yang
curam pemupukan tetap dilakukan dengan dibenam. Pada areal yang tajuknya
sudah menutup antar perdu juga tetap menggunakan cara dibenam sehingga pada
areal seperti ini prestasi kerja tenaga pemupuk menjadi lebih rendah dibandingkan
dengan areal yang tajuknya belum menutup. Cara pengaplikasian pupuk daun
dengan menggunakan mist blower dan knapsack sprayer yaitu sudut corong
dengan tanaman teh adalah 45°. Arah corong tersebut harus searah dengan arah
angin. Penyemprotan pupuk daun biasanya dilakukan setelah tanaman teh selesai
dipetik. Penyemprotan dilakukan sepagi mungkin sebelum pukul 10.00 pagi.
Penentuan dosis pupuk baik pada TBM maupun TM ditentukan berdasarkan
pada tinggi rendahnya produktivitas yang akan dicapai, semakin tinggi
produktivitasnya maka semakin banyak jumlah pupuk yang akan diberikan.
Berdasarkan RKAP tahun 2015 jenis pupuk yang digunakan adalah Urea (N 46%),
TSP (P2O5 36%), KCl (K2O 60%) dan Kiserit (MgO 27%) dengan perbandingan
unsur haranya 5:1:2:0.5. Dosis pupuk ditetapkan berdasarkan persentase N, yaitu
sebesar 8%. Dasar pemberian pupuk pada tanaman teh tahun pangkas I dan IV
adalah 90%, sedangkan tanaman teh tahun pangkas II dan III adalah 110%.
Unit Perkebunan Tambi tidak menetapkan standar prestasi kerja untuk
kegiatan pemupukan. Pekerja borongan akan melakukan pekerjaannya sesuai
dengan kemampuan tim. setelah itu mereka akan dibayar seberapa luas yang
mereka akan pupuk. Kemampuan pekerja untuk memupuk ditentukan oleh
kerapatan tanaman, luas lahan, kemiringan lahan dan banyaknya pekerja dalam
satu tim pada setiap bloknya untuk bekerja. Para pekerja pemupukan seluruhnya
adalah berstatus pekerja borongan. Pada saat aplikasi pemupukan harus selalu
diawasi oleh mandor karena jika tidak maka para pekerja akan melakukan
42
Pemangkasan
Pengendalian OPT
dosis 200 cc ha-1. Ulat penggulung daun (Homona coffearia) menyerang daun teh
muda maupun tua yang mengakibatkan daun teh menjadi menggulung dan terlipat
melintang. Serangan hama ini menjadi cukup tinggi pada musim kemarau
sehingga UP Tambi melaksanakan upaya pengendalian secara mekanis dengan
memetik daun/perdu yang terserang atau dengan mengambil dan membinasakan
kelompok telur yang ditemukan pada perdu/daun teh. Sedangkan upaya
pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan jenis insektisida Kejora 15 EC
dengan bahan aktif Alfa sipermetrin 15 g l-1 dengan dosis 200 cc ha-1 aplikasi-1.
Hama ulat api (Setora nitens) sempat menjadi hama penting di UP Tambi
tepatnya pada tahun 2009 terutama di blok Panama. Populasi hama ini meningkat
pesat pada musim kemarau sehingga menjadi sulit dikendalikan baik secara
mekanis maupun kultur teknis. Upaya pengendalian hama ulat api ini dilakukan
secara kimiawi menggunakan insektisida jenis Crowen 113 EC dengan bahan
aktif Cypermethrin 113 g l-1 dengan dosis 200 cc ha-1 dan disemprotkan dengan
metode spot spraying.
Pengendalian penyakit cacar daun teh (Blister blight) di UP Tambi
dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida jenis Connasol 50 SC dengan
bahan aktif Heksakonazol 50 g l-1 untuk klon TRI dengan dosis 150-300 cc ha-1
aplikasi-1 dan fungisida jenis Agronil 75 WP dengan bahan aktif Klorotalonil 75%
untuk klon Gambung dengan dosis 300-500 g ha-1 aplikasi-1. Tindakan
pengendalian berupa penyemprotan fungisida dilakukan selama dua semester
yaitu Januari-April dan September-Desember. Penyemprotan dilakukan setelah
pemetikan dengan batas maksimal delapan hari sebelum pemetikan berikutnya.
Hal ini dilakukan untuk menghindari residu pada hasil pucuk akibat aplikasi
fungisida. Pada lahan-lahan dengan tingkat serangan berat (Kelas A) seluas
142.41 ha, pengendalian dilakukan lebih intensif selama enam bulan dengan
aplikasi dua kali penyemprotan dalam satu bulan (12 kali per tahun). Sedangkan
untuk lahan-lahan dengan tingkat serangan sedang (Kelas B) seluas 103.44 ha,
pengendalian dilakukan selama enam bulan dengan aplikasi delapan kali
penyemprotan per tahun.
Secara keseluruhan pengendalian OPT di Unit Perkebunan Tambi masih
kurang memperhatikan aspek lingkungan. Penggunaan pestisida dilakukan sesuai
dengan anjuran rekomendasi dan aturan pakai dalam kemasan, namun dalam
frekuensi pemakaiannya tergolong sering melebihi dari dosis anjuran. Tenaga
pengendali OPT atau tenaga semprot diberikan arahan, pengetahuan dan
keterampilan dalam mengaplikasikan bahan kimia serta penggunaan alat
pelindung diri (APD) oleh asisten riset. Terkadang kondisi di lapangan ternyata
tidak sesuai dengan arahan baik dari cara aplikasi maupun penggunaan alat
pelindung diri yang seringkali tidak digunakan. Bahan kimia yang digunakan
termasuk bahan kimia yang telah terdaftar dan diijinkan oleh pemerintah serta
belum mencapai tanggal kadaluarsa.
Bahan kimia berupa pestisida dan herbisida yang disimpan di lokasi gudang
tertutup namun memiliki ventilasi yang kurang baik serta dalam penempatannya
masih disatukan dari materi lainnya. Bahan kimia disimpan bersamaan dengan
produk pertanian dan peralatan aplikasi bahan kimia. Pemeliharaan alat tidak
dilakukan sehingga seringkali terjadi kerusakan alat. Pengelolaan wadah bekas
bahan kimia sudah dilakukan dengan benar, wadah disimpan dan dikumpulkan di
gudang untuk kemudian ditimbun agar tidak mencemari lingkungan.
45
Bidang Petik
Tanaman teh merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh liar hingga
mencapai tinggi 10-15 m. Tanaman teh yang dipelihara untuk kegiatan produksi
memiliki tinggi kurang lebih satu meter, dengan memiliki bidang petik yang rata
(Wijerante dan Mohotti 2007). Tinggi bidang petik merupakan salah satu
indikator dalam pelaksanaan teknis pemetikan. Seiring dengan bertambahnya
umur pangkas tanaman teh akan bertambah tinggi bidang petiknya (Gambar 7).
Tinggi bidang petik pada umur pangkas IV dengan tinggi 109.7 cm. Tinggi bidang
petik tersebut ideal dibandingkan dengan pengamatan Rahmadona (2012), yaitu
tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Tambi dengan umur pangkas 4 tahun
memiliki tinggi rata-rata 97.7 cm. Menurut Johan dan Dalimoenthe (2009) tinggi
bidang petik yang ideal untuk tanaman teh adalah 80-110 cm, sedangkan menurut
Puslitbangbun (2010) ketinggian bidang petik tidak ergonomis bagi pemetik
adalah 120-140 cm. Tinggi bidang petik akan mempengaruhi kapasitas produksi
basah pemetik dan hanca petik setiap harinya.
Pertumbuhan tanaman teh akan mempengaruhi pertambahan diameter
bidang petik tanaman teh. Pertumbuhan umur pangkas tanaman mempengaruhi
lebar diameter bidang petik teh di Unit Perkebunan Tambi. Diameter bidang petik
paling besar dimiliki oleh tanaman dengan umur pangkas IV (Tabel 3). Diameter
bidang petik rata-rata berdasarkan umur pangkas I-IV pada Unit Perkebunan
Tambi memiliki rata-rata diameter 101.8 cm. Diameter bidang petik di Unit
Perkebunan Tambi lebih tinggi dibandingkan dengan diameter bidang petik di
Unit Bedakah PT Tambi Wonosobo dengan nilai rata-rata diameter berdasarkan
umur pangkas I-IV adalah 94.4 cm (Fathan 2013). Perbedaan besar lebar diameter
disebabkan oleh tanaman yang diamati umumnya seedling karena dapat
mempengaruhi lebar diameter bidang petik (Lelyana 2011). Lebar diameter
bidang petik tanaman dipengaruhi oleh umur pangkas, kesehatan tanaman, serta
jenis klon.
cukup optimal untuk pertumbuhan pucuk teh. Seiring dengan bertambahnya umur
pangkas akan bertambah juga tebal daun pemeliharaannya.
Tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi memiliki tebal daun
lebih tebal dari ketebalan daun efektif yaitu lebih dari 20 cm. Besarnya tebal daun
pemeliharaan ini akan berpengaruh pada penyebaran hasil fotosintesis yang
kurang maksimal pada akar dan pucuk. Tebal daun pemeliharaan efektif pada
daun kelima, sebaiknya dilakukan pemangkasan pada daun tua yaitu pada daun
kelima dan keempat sehingga peluang tumbuhnya pucuk akan lebih besar.
Fotosintesis akan optimal pada tebal daun pemeliharaan dengan 4-5 lapis atau 15-
20 cm sehingga pada Unit Perkebunan Tambi memiliki tebal daun pemeliharaan
yang terlalu tebal dari ketentuan daun yang optimal untuk fotosintesis. Oleh
karena itu, tebal daun pemeliharaan sebaiknya diturunkan dengan cara pemetikan
daun teh diatas kepel (k+0) secara terus menerus dilakukan selama 5-6 bulan atau
lebih sampai daun pemeliharaan menjadi ideal dengan tebal pemeliharaan 15-20
cm (PPTK 2006).
Gilir Petik
Hanca Petik
Hanca petik adalah luas areal petik yang harus selesai dipetik dalam satu
hari. Pelaksanaan hanca petik di lapangan seringkali berbeda dengan hanca yang
telah diperhitungkan. Hanca petik sangat dipengaruhi oleh kondisi pucuk,
topografi lahan dan jumlah tenaga kerja pemetik. Hanca petik pada setiap blok
berbeda-beda bergantung pada luas lahan produktif, gilir petik dan jumlah tenaga
kerja (Rahmadona 2012).
Penentuan hanca petik setiap blok ditentukan oleh masing-masing
pembimbing petik. Nilai hanca petik pada Unit Perkebunan Tambi tidak cukup
baik apabila dibandingkan Unit Perkebunan Bedakah PT Tambi Wonosobo yaitu
sebesar 0.030 ha hari-1 (Fathan 2013) dan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
Karanganyar yaitu sebesar 0.090 ha hari-1 (Anisa 2014). Perbedaan ini karena luas
areal memiliki perbandingan yang berbeda dan jumlah tenaga kerja yang masih
kurang untuk beberapa blok sehingga menurunkan hanca petik. Pada saat musim
panen sayuran dan hajatan keluarga absen pemetik semakin banyak, karena
49
keadaan demikian sehingga hanca petik tidak dapat diselesaikan. Kondisi pucuk di
lapangan juga mempengaruhi hanca petik, jika kondisi dalam keadaan tidak baik
akan menurunkan hanca petik.
Pengaturan hanca petik masing-masing blok sebenarnya telah ditentukan
oleh pembimbing petik. Namun pada kenyataannya di lapangan, hanca petik yang
telah direncanakan seringkali tidak sama dengan realisasinya. Hal ini disebabkan
oleh topografi kebun, jumlah tenaga kerja yang kurang dan terbatasnya waktu.
Topografi kebun yang miring menyulitkan pemetik dalam menjangkau tempat
yang lebih tinggi. Jika hanca petik tidak terselesaikan dalam sehari maka jam
kerja akan ditambah dan akan dilanjutkan pada hari berikutnya. Solusi lain dalam
menyelesaikan hanca yang tidak terselesaikan adalah dengan melakukan
pemetikan pada hari libur.
Kesimpulan
Saran
Produksi teh yang optimum tidak pernah lepas dari pemeliharaan yang baik
dan benar. Kegiatan pemeliharaan yang meliputi pemupukan baik melalui tanah
maupun melalui daun, pemangkasan serta pengendalian OPT perlu ditingkatkan
pengawasannya agar dapat bermanfaat terhadap kesehatan tanaman teh sehingga
menghasilkan pucuk yang berkualitas. Pembinaan dan pengawasan terhadap
tenaga kerja pemetik juga perlu ditingkatkan agar keterampilan pemetik dan
pucuk yang diperoleh dapat memenuhi standar petikan yang diharapkan.
Penggunaan mesin petik dan mesin pangkas sebagai salah satu alternatif untuk
menutupi kekurangan tenaga kerja yang diharapkan mampu digunakan seefisien
mungkin. Selain itu, perlu diadakan pelatihan dalam penggunaan mesin tersebut
agar dapat menggali potensi kebun seoptimal mungkin.
51
DAFTAR PUSTAKA
Adisewojo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Teh (Camellia sinensis). Bandung (ID) :
Sumur Bandung.
Amiri ME Hassanpour M. 2007. Determination of optimum harvestable length of
shoots in tea (Camellia sinensis L.) based on the current shoot growth,
ratherthan interval plucking. Journal Food, Agricultural, & Environtment.
5(2) : 122-124.
Anisa W. 2014. Pengelolaan pemetikan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi
Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah [skripsi] Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Dalimoenthe SL. 1999. Implikasi pemetikan secara mekanis terhadap produksi,
mutu hasil olahan dan kesehatan tanaman teh. Di dalam: Pusat Penelitian
Teh dan Kina, editor. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Nasional 1999;
Bandung, Indonesia. Bogor (ID) : PPTK. hlm 229-232.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Statistik perkebunan Indonesia : Teh
(Camellia sinensis) 2011-2013. Direktorat Jenderal Perkebunan.
Departemen Pertanian. Jakarta (ID) : Deptan Pr.
Fathan J. 2013. Pengelolaan pemetikan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
[skripsi] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Ghani, M. A. 2002. Dasar-Dasar Budidaya Teh. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.
Isnoor M. 2006. Good Agricultural Practices (GAP) pada Budidaya Perkebunan
[Internet]. [diunduh 2014 November 10]. Tersedia pada:
http://cybex.deptan.go.id/lokalita/good-agricultur-practice-gap-pada-
budidaya-perkebunan
Iskandar SH. 1988. Budidaya Tanaman Teh. Jurusan Budidaya Pertanian. Bogor
(ID) : IPB Press.
Johan ME. 2005. Pengaruh tinggi pangkasan dan tinggi jendangan terhadap
pertumbuhan dan hasil pucuk basah pada tanaman teh asal biji. Bogor (ID) :
Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 8(1-2) 43-48.
Johan ME, Dalimoenthe SL. 2009. Pemetikan pada Tanaman Teh. Bandung (ID) :
PPTK.
Kementerian Pertanian RI. 2014. Pedoman Teknis Budidaya Teh yang Baik
(Good Agricultural Practices/GAP on Tea) [Internet]. [diunduh 2014
November 9]. Tersedia pada: http://perundangan.pertanian.go.id.
Lelyana Q. 2011. Studi pengelolaan pemetikan pucuk daun teh (Camelia sinensis
(L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo,
Jawa Tengah [skripsi] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Muljanto D, Yudono P. 1998. Kemampuan tumbuh kembali pucuk tanaman teh
yang dipangkas setelah tanaman mengalami cekaman kekeringan. Ilmu
Pertanian (Agricultural Science). 6(2) : 28-33.
52
Neely, C., B. Haight, J. Dixon, A. S. Poissot. 2007. Report of the FAO expert
consultation on a good Agricultural practice approach. Food and
Agricultural organization of United Nation. Rome. 27 p. [Internet]. [diunduh
2014 November 7]. Tersedia pada:
http://www.fao.org/prods/gap/Docs/PDF/1- reportExpertConsultation
EXTERNAL.pdf.
Ongong JO, Ochieng A. 2013. Innovation in the tea industry: the case of kericho
tea, Kenya. Global Journal of Management and Business Research. 13(1) :
11-12.
[PPTK] Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman
Teh. Bandung (ID) : Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.
[PPTK] Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2010. Standar Operasi Prosedur
Pemetikan. Bogor (ID) : Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung.
[Puslitbangbun] Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2010. Budidaya
dan Pasca Panen Teh. Jakarta (ID) : Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementrian Pertanian.
Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2007. Statistik Pertanian. Departemen
Pertanian. Jakarta. 315 hal.
Rachmawati Y, Pranoto E. 2009. Pemanfaatan pupuk hayati sebagai pelengkap
pupuk anorganik pada tanaman teh menghasilkan. Jurnal Penelitian Teh dan
Kina. 12(1) : 26-32.
Rahmadona L. 2012. Pengelolaan pemetikan teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Setiawati I, Nasikun. 1991. Teh (Kajian Sosial-Ekonomi). Yogyakarta (ID) :
Aditya Media.
Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Yogyakarta
(ID) : Kanisius.
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Sumantri B, penerjemah.
Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Introduction
to Statistics 3rd edition. 515 hlm.
Wijeratne MA, Mohotti J. 2007. Ecophysiology of tea. Brazilian Journal Plant
Physiology. 2 : 4-6.
53
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Unit
Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Prestasi Kerja Penulis
Tanggal Uraian Kegiatan Penulis Karyawan Standar Lokasi
(ha/HK)
14-2-2015 Tiba di Lokasi Magang - - - Kantor Induk
15-2-2015 Orientasi Lapangan - - - UP Tambi
16-2-2015 Orientasi Lapangan - - - UP Tambi
17-2-2015 Pelatihan Mesin Petik - - - Blok Taman
18-2-2015 Pemetikan dengan MP 0.12 0.12 0.16 Blok Taman
19-2-2015 Pemetikan dengan MP 0.08 0.08 0.16 Blok Taman
20-2-2015 Pengambilan Data Primer - - - Blok Taman
21-2-2015 Kunjungan ke Direksi - - - Kantor Direksi
22-2-2015 Libur - - - -
23-2-2015 Weeding Chemist 0.019 0.013 0.19 Blok Taman
24-2-2015 Weeding Chemist 0.014 0.013 0.19 Blok Taman
25-2-2015 Pemupukan 0.12 0.39 0.25 Blok Panama
26-2-2015 Pemeliharaan Rorak 0.002 0.003 0.002 Blok Panama
27-2-2015 Pengambilan Data Primer - - - Blok Panama
28-2-2015 Pemupukan 0.64 0.52 0.25 Blok Panama
1-3-2015 Libur - - - -
2-3-2015 Orientasi Kebun - - - B. Pemandangan
3-3-2015 Pemupukan 0.08 0.23 0.25 B. Pemandangan
4-3-2015 Pemupukan 0.09 0.24 0.25 B. Pemandangan
5-3-2015 Pemetikan dengan GP 43 kg 87 kg 72 kg B. Pemandangan
6-3-2015 Pengambilan Data Primer - - - B. Pemandangan
7-3-2015 Pengendalian OPT 0.25 0.10 0.10 B. Pemandangan
8-3-2015 Libur - - - -
9-3-2015 Orientasi Kebun - - - B. Tanah Hijau
10-3-2015 Pengenalan Porokan - - - B. Tanah Hijau
11-3-2015 Pembuatan Porokan 0.002 0.003 0.003 B. Tanah Hijau
12-3-2015 Pengendalian OPT 0.06 0.07 0.06 B. Tanah Hijau
13-3-2015 Pengambilan Cutting 800 1 200 1 000 UP Tanjungsari
cutting cutting cutting
14-3-2015 Pembibitan - - - Blok Panama
15-3-2015 Libur - - - -
54
57
58
58
Lampiran 6. Curah hujan dan hari hujan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah tahun 2005-2014
Bulan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
Januari 407 18 713 19 195 13 523 17 589 26 597 30 289 16 468 22 440 23 424 22 464.5 20.6
Februari 474 23 553 20 549 24 352 13 525 24 519 25 338 21 609 18 372 18 342 13 463.3 19.9
Maret 557 25 303 15 368 22 359 22 318 21 520 22 877 21 430 24 323 21 372 18 442.7 21.1
April 403 20 233 12 288 20 28 19 204 19 393 26 463 25 223 12 295 18 374 13 290.4 18.4
Mei 25 5 324 14 60 8 158 15 174 19 332 24 263 13 212 8 139 16 134 7 182.1 12.9
Juni 163 13 14 2 159 6 20 5 48 6 237 11 22 4 136 5 228 16 101 10 112.8 7.8
Juli 81 7 17 1 13 2 2 1 0 0 95 11 38 6 0 0 77 8 149 17 47.2 5.3
Agustus 38 4 10 1 13 2 76 10 7 2 227 13 8 1 0 0 29 6 78 6 48.6 4.5
September 114 7 13 1 7 2 19 5 11 4 410 14 16 4 0 0 6 3 4 1 60 4.1
Oktober 138 9 81 4 69 7 253 16 67 12 331 20 51 6 172 13 243 16 71 14 147.6 11.7
November 151 9 170 8 170 10 524 26 283 16 384 19 454 25 163 12 306 18 237 17 284.2 16
Desember 580 25 513 16 494 20 487 24 184 15 673 23 468 22 386 20 500 25 973 30 525.8 22
Total 3131 165 2944 113 2385 136 2801 173 2410 164 4718 238 3287 164 2799 134 2958 188 3259 168 3069.2 164.3
BK 2 4 3 4 4 0 5 3 2 1 2.8
BB 9 9 7 7 7 11 7 9 9 9 8.4
Sumber : Kantor Unit Perkebunan Unit Perkebunan Tambi
Keterangan : CH = Curah Hujan (mm) HH = Hari Hujan (mm)
BB = Bulan Basah (CH>100) Rata-rata BB = 9.2
BK = Bulan Kering (CH<60) Rata-rata BK = 2.8
Q=
Tipe Iklim C menurut Schmidth - Ferguson
59
Lampiran 7. Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo,
Jawa Tengah tahun 2015
No Keterangan Luas (ha)
I Tanaman Teh :
1. TTM 56.90
2. TMM 164.99
Jumlah TM 221.89
3. TBM I 6.14
4. TBM II 5.44
5. TBM III 8.08
6. Replanting 5.62
Jumlah 25.28
Jumlah Tanaman Teh 247.17
II Lain – Lain
1. Emplasmen & Kantor 10.49
2. Pabrik 1.66
3. Agrowisata 1.77
4. Jalan Besar 7.88
5. Alur / Jurang 2.01
6. Lapangan 0.69
7. Pembibitan 1.50
Jumlah Lain - Lain 26.00
Jumlah Besar 273.17
Sumber : RKAP Unit Perkebunan Tambi 2015
60
60
Lampiran 8. Struktur organisasi perusahaan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Lampiran 9. Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah bulan Mei 2015
Tenaga Pendidikan
No Status
L P JML S2 S1 D3 SLTA SLTP SD TTSD JML
Karyawan Tetap
1 Karyawan I 10 2 12 4 2 6 12
2 Karyawan II E 5 5 5 5
3 Karyawan II D 15 1 16 6 6 4 16
4 Karyawan II C 8 8 3 1 4 8
5 Karyawan II B 15 15 5 4 5 1 15
6 Karyawan II A 67 5 72 14 26 23 8 71
7 Lepas Tetap 44 143 187 10 21 112 44 187
Jumlah 164 151 315 0 4 2 49 58 148 53 314
Karyawan Borong Tetap
1 Petik 6 133 139
2 Pemeliharaan 19 4 23
3 Pabrik 9 2 11
4 Kantor 6 2 8
5 Agrowisata 4 2 6
Jumlah 44 143 187
Jumlah Total 208 294 502 0 4 2 49 58 148 53 314
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi
61
62
62
Lampiran 10. Realisasi produksi teh Unit Perkebunan Tambi tahun 2008-2013
Realisasi Produksi (kg)
No Bulan ........Tahun........
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Januari 342 091 169 541 324 602 262 501 275 201 369 685
2 Februari 229 694 230 807 211 094 132 144 354 356 305 649
3 Maret 270 698 294 799 288 829 124 046 345 658 362 081
4 April 200 515 164 848 235 201 158 424 275 097 337 456
5 Mei 316 081 338 228 242 352 242 270 296 094 322 887
6 Juni 174 094 136 552 221 300 257 244 272 785 292 638
7 Juli 224 255 258 004 200 421 263 041 249 531 311 165
8 Agustus 293 865 165 470 207 118 225 759 172 669 226 639
9 September 190 488 117 375 189 407 321 298 197 743 280 632
10 Oktober 409 266 251 305 302 846 324 959 194 034 212 512
11 November 212 796 190 808 149 235 252 440 329 403 292 617
12 Desember 514 955 306 258 276 803 592 854 413 978 331 461
Jumlah 3 378 798 2 623 995 2 849 208 3 156 980 3 376 549 3 645 422
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi
63
RIWAYAT HIDUP