Anda di halaman 1dari 81

PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP)

PADA PEMELIHARAAN TANAMAN TEH MENGHASILKAN


(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DENGAN ASPEK KHUSUS
PEMETIKAN DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO,
JAWA TENGAH

MUHAMMAD ZAMRONI
A24110067

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan Good


Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit
Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Muhammad Zamroni
NIM A24110067
ABSTRAK

MUHAMMAD ZAMRONI. Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada


Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)
dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa
Tengah. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI.
Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman teknis dan manajerial tanaman teh serta mempelajari aspek pemetikan.
Adapun tujuan khusus dari magang ini adalah untuk memperoleh informasi
mengenai penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada pemeliharaan
tanaman menghasilkan teh serta mempelajari studi pengelolaan tanaman teh di
Unit Perkebunan Tambi. Metode yang dilaksanakan selama kegiatan magang
yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan secara
aktif mengikuti dan mengamati kegiatan teknis di lapangan dan wawancara.
Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan laporan manajemen,
arsip kebun dan jurnal penelitian teh. Hasil magang menunjukkan bahwa tinggi
bidang petik, diameter bidang petik, analisis pucuk, kapasitas pemetik, gilir dan
hanca petik serta sarana transportasi telah sesuai standar. Analisis petik masih
perlu peningkatan agar kuantitas dan kualitas pucuk optimal.
Kata kunci: Good Agricultural Practices (GAP), gilir petik, rumus petik,
manajemen pemetikan

ABSTRACT

MUHAMMAD ZAMRONI. The Application of Good Agricultural Practices (GAP)


for Maintenance of Productive Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) with
Special Aspect of Plucking at Plantation Unit of Tambi, Wonosobo, Central Java.
Supervised by AHMAD JUNAEDI.
Internship activities was conducted in order to improve knowledge, field
experience, and to study tea management aspect of tea plucking. The specific
purpose of this internship was to obtain information regarding the application of
Good Agricultural Practices (GAP) in the maintenance of productive tea at
Plantation Unit of Tambi. Internship was conducted by direct and indirect
methods. Direct method was conducted by doing and observing the field activity
and interview actively. Indirect method was conducted by collecting management
report, company archive and literature review. Results showed that the height and
diameter of plucking height surface, shoots analysis, the capacity of plucker,
plucking round management and plucking area and transportation were complied
to the standart by best practices. The increase in supervision of plucking analysis
were really important to get an optimal quality and quantity of tea shoots.
Keywords: Good Agricultural Practices (GAP), plucking cycle, plucking
formula, plucking management
PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP)
PADA PEMELIHARAAN TANAMAN TEH MENGHASILKAN
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DENGAN ASPEK KHUSUS
PEMETIKAN DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO,
JAWA TENGAH

MUHAMMAD ZAMRONI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan
Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)
dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah
Nama : Muhammad Zamroni
NIM : A24110067

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Kegiatan magang yang dilaksanakan sejak Februari sampai Juni 2015 berjudul
Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh
Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus
Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, kakak dan keluarga
yang telah memberikan doa dan dukungannya. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dr Ir Ahmad Junaedi MSi selaku dosen pembimbing skripsi, Dr Ir Ade
Wachjar MS dan Candra Budiman SP MSi selaku dosen penguji, Dr Ir Heni
Purnamawati MSc Agr selaku dosen pembimbing akademik, serta Bapak
Muhamad Subandi sebagai pembimbing selama magang. Penghargaan juga
disampaikan kepada Unit Perkebunan Tambi yang telah bersedia menerima
penulis untuk melaksanakan kegiatan magang. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada teman-teman Dandelion AGH 48, Nur Khairina Mufattihah,
Sahabat Maxima dan Bintang Muda atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat, Aamiin.

Bogor, Agustus 2015

Muhammad Zamroni
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Teh 2
Syarat Tumbuh 2
Budidaya Tanaman Teh 3
Good Agricultural Practices 4
Pemetikan dan Analisis Hasil Petikan 5
METODE MAGANG 6
Tempat dan Waktu 6
Pelaksanaan 6
Pengamatan dan Pengumpulan Data 7
Analisis dan Pengolahan Data 8
KEADAAN UMUM 9
Sejarah PT Perkebunan Tambi 9
Letak Geografis dan Luas Areal 10
Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi 10
Keadaan Tanaman dan Produksi 10
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 11
Kesejahteraan Karyawan 12
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12
Aspek Teknis 12
Aspek Manajerial 37
PEMBAHASAN 40
Pemupukan 40
Pemangkasan 42
Pengendalian OPT 43
Rekomendasi untuk Pemenuhan GAP 45
Bidang Petik 46
Tebal Daun Pemeliharaan 46
Analisis Petik dan Analisis Pucuk 47
Gilir Petik 48
Hanca Petik 48
Tenaga dan Kapasitas Pemetik 49
KESIMPULAN DAN SARAN 50
Kesimpulan 50
Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
LAMPIRAN 53
RIWAYAT HIDUP 67
DAFTAR TABEL

1. Kebutuhan pupuk lewat tanah pada TM di Unit Perkebunan Tambi 2015 17


2. Kebutuhan pupuk tanah pada TBM di Unit Perkebunan Tambi 2015 18
3. Diameter bidang petik berdasarkan umur setelah pemangkasan di Unit
Perkebunan Tambi tahun 2015 28
4. Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Mei 2015 29
5. Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 29
6. Gilir petik di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 30
7. Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 30
8. Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 30
9. Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi tahun 2010-2014 31
10. Kapasitas pemetik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Tambi
bulan Januari-April 2015 31
11. Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit Perkebunan
Tambi bulan Januari-April 2015 31
12. Perhitungan rasio kebutuhan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi
2015 32
13. Perbandingan jumlah pemetik di lapangan dengan perhitungan
berdasarkan hasil perhitungan 32

DAFTAR GAMBAR

1. Kegiatan pemotongan (a), penanaman daun stek (b) dan tempat


penyungkupan (c) 14
2. Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b) 16
3. Gejala serangan hama ulat penggulung daun (a) dan penyakit Blister blight
(b) 20
4. Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b) 22
5. Penampakan rorak (a) dan kegiatan pembuatan saluran air/rorak (b) 23
6. Kegiatan penggemburan tanah atau pemorokan 24
7. Alat petik; gunting petik (a) dan mesin petik (b) 26
8. Kegiatan penimbangan pucuk di lapangan 27
9. Tinggi bidang petik berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit
Perkebunan Tambi tahun 2015 27
10. Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit
Perkebunan Tambi tahun 2015 28
11. Mesin penggilingan; open top roller (a), rotorvene (b) dan ghoogi (c) 35
12. Kegiatan penjenisan (a) dan mesin penjenisan/sortasi kering (b) 36
DAFTAR LAMPIRAN

1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Unit


Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 53
2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Unit
Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 54
3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun (kepala
blok) Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 55
4. Jurnal harian magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling Unit
Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 56
5. Peta lokasi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 57
6. Curah hujan dan hari hujan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa
Tengah tahun 2005-2014 58
7. Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa
Tengah tahun 2015 59
8. Struktur organisasi perusahaan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa
Tengah 60
9. Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
bulan Mei 2015 61
10. Realisasi produksi teh Unit Perkebunan Tambi tahun 2008-2013 62
11. Realisasi produktivitas Unit Perkebunan Tambi tahun 2008-2014 63
12. Hasil pengamatan kesesuaian komponen pemeliharaan tanaman teh
menghasilkan dengan GAP 64
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman teh merupakan salah satu tanaman penyegar dan aromatik yang
mempunyai peranan yang sangat strategis terhadap perekonomian Indonesia. Pada
tahun 2012 komoditas teh mampu menghasilkan devisa sebesar US$ 156.74 juta.
Walaupun jumlahnya relatif kecil namun yang dihasilkan dari teh merupakan nett
devisa karena komponen impornya sangat kecil. Secara nasional industri teh
menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1.2 trilyun. Komoditas
teh di Indonesia berfungsi juga sebagai sumber penciptaan lapangan kerja di
pedesaan dan mendorong agribisnis dan agroindustri yang secara langsung
maupun tidak langsung juga menciptakan lapangan kerja di sektor jasa.
Diperkirakan pengusahaan teh melibatkan kurang lebih 98 ribu tenaga kerja dan
mampu mendorong berkembangnya ekonomi wilayah-wilayah tersebut
(Kementerian Pertanian RI 2014).
Luas areal perkebunan teh Indonesia tahun 2009 adalah 123 506 ha dengan
produksi 156 901 ton dan produktivitas sebesar 1 270.3 kg ha-1 tahun-1. Volume
ekspor teh mencapai 92 305 ton, sedangkan impor teh mencapai 7 168 ton.
Sedangkan pada tahun 2010 perkebunan teh mempunyai luas areal 122 898 ha
dengan produksi 156 604 ton dan produktivitas 1 274.2 kg ha-1 tahun-1. Pada
tahun yang sama volume ekspor teh mencapai 87 101 ton sedangkan volume
impornya mencapai 10 688 ton. Pada tahun 2011 volume ekspor teh menurun
pada angka 87 101 ton dan impor teh naik pada angka 10 668 ton (Direktorat
Jenderal Perkebunan 2012).
Pada perkebunan teh, sasaran produksi yang diharapkan adalah pucuk yang
berkualitas baik dengan bobot yang tinggi pada setiap petikan. Hal ini disebabkan
tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen pucuknya secara teratur, sehingga
setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatifnya perlu diperhatikan (Rachmawati
dan Pranoto 2009). Mutu hasil teh tidak hanya ditentukan oleh ketinggian tempat
tumbuh teh, namun dipengaruhi juga oleh sistem pemetikan. Pemetikan
merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa pucuk, pucuk yang
dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan (Johan dan
Dalimoenthe 2009).
Pada era globalisasi ini, pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia
harus memperhatikan kelestarian ekosistem dan memberdayakan masyarakat
sekitar sehingga tidak akan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan maupun
permasalahan sosial yang lain, karena pada dasarnya program pembangunan
pertanian berkelanjutan berawal dari permasalahan pokok tentang bagaimana
mengelola sumberdaya alam secara bijaksana sehingga bisa menopang kehidupan
yang berkelanjutan, bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat dari generasi ke
generasi. Bentuk pendekatan dan implementasinya harus bersifat multi sektoral
dan holistik yang berorientasi pada hasil nyata dan kongkrit yakni (1) adanya
peningkatan ekonomi masyarakat; (2) pemanfaatan sumberdaya lokal untuk
pelestarian lingkungan; (3) penerapan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan,
serta (4) pemerataan akses dan keadilan bagi masyarakat dari generasi ke generasi.
Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut di atas, maka perlu menyusun
2

Pedoman Teknis Budidaya Teh yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP on


Tea) (Kementerian Pertanian RI 2014).
Good Agricultural Practices (GAP) merupakan sebuah pedoman
pelaksanaan budidaya dalam sektor pertanian. Penerapan GAP mencerminkan tiga
pilar keberlanjutan yaitu layak secara ekonomi, ramah lingkungan dan diterima
oleh masyarakat. GAP diharapkan mampu dibuat untuk spesifik komoditas
sehingga dapat menjadi suatu standar acuan dalam pengembangan dan
pengelolaan komoditas tersebut di tempat lain. GAP mencakup kesesuaian
komoditas dengan kesesuaian iklim dan lahan yang ada, upaya konservasi lahan
dan air untuk keberlanjutan lingkungan, pemupukan yang tepat sesuai kebutuhan
hara, tanah dan tanaman. Pengendalian hama penyakit secara terpadu dan ramah
lingkungan serta proses panen dan pasca panen yang menjamin kebersihan dan
kualitas produk (Neely et al. 2007).

Tujuan

Secara umum kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan


keterampilan mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata dan
memberikan pengalaman manajerial pada pengelolaan tanaman perkebunan.
Adapun tujuan khusus dari magang ini adalah untuk memperoleh informasi
mengenai penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada pemeliharaan
tanaman teh menghasilkan serta mempelajari pengelolaan pemetikan tanaman teh
di Unit Perkebunan Tambi.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Teh

Teh merupakan tanaman berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga


Camellia dengan nama spesies Camellia sinensis (L.) O. Kuntze dan berasal dari
daerah pegunungan di Assam, China, Burma, Thailand dan Vietnam. Dalam
spesies Camellia sinensis, dikenal beberapa varietas yaitu var sinensis, var
assamica dan var cambodiensis. Dewasa ini, di Indonesia 99% pertanaman teh
dilakukan dengan menggunakan teh dengan var assamica. Hal ini disebabkan var
assamica lebih cocok ditanam di daerah tropis, serta memiliki hasil produksi yang
tinggi dengan kualitas yang baik (Setyamidjaja 2000). Tanaman teh mempunyai
dua fase pertumbuhan pucuk pada masa pertumbuhannya, yaitu periode peko dan
burung. Kedua periode tersebut saling bergantian pertumbuhannya. Ritme
pertumbuhan tersebut yang dinamakan flushing (periode peko) untuk
pertumbuhan intensif/aktif dan periode dorman (periode burung) untuk
pertumbuhan inaktif. Masa pergantian periode peko ± 35 hari. Lamanya stadium
peko dan burung setiap tanaman berbeda-beda, bahkan masa bertunas untuk satu
tanaman pun berbeda-beda (Setyamidjaja 2000).

Syarat Tumbuh

Pertumbuhan tanaman teh dipengaruhi oleh iklim dan tanah. Faktor iklim
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh yaitu suhu udara, curah hujan,
3

sinar matahari dan ketinggian tempat. Tanaman teh menghendaki suhu udara yang
sejuk. Suhu udara yang baik bagi tanaman teh berkisar antara 13-25°C, diikuti
sinar matahari yang cerah dan kelembaban relatif (Rh) tidak kurang dari 70%.
Tanaman teh akan terhenti pertumbuhannya apabila suhu di bawah 13°C dan di
atas 30°C serta kelembaban relatif (Rh) kurang dari 70% (PPTK 2006).
Tanaman teh tidak tahan kekeringan. Tanaman ini tumbuh baik di daerah
dengan curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun. Jumlah curah hujan per
tahun lebih dari 2 000 mm (Muljanto dan Yudono 1998). Pancaran sinar matahari
berpengaruh besar pada proses asimilasi. Sinar matahari yang penuh
mengakibatkan asimilasi dan pembentukan karbohidrat lebih banyak sehingga
semakin banyak pula tunas yang terbentuk. Tumbuhnya banyak tunas
mengakibatkan tanaman teh menjadi terlalu sarat dan terlalu berat untuk dipetik,
untuk itu diperlukan pohon-pohon pelindung. Fungsi pohon pelindung, di
samping menghambat kehilangan air dari tanaman juga menghambat hilangnya air
dari dalam tanah (Setiawati dan Nasikun 1991).
PPTK (2006) mengatakan ketinggian tempat untuk daerah pertanaman teh
yaitu dari 400 - 2 000 m dpl, terbagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah
(<800 m dpl), dataran sedang (800 - 1 200 m dpl) dan dataran tinggi (>1 200 m
dpl). Perbedaan suhu udara sangat erat kaitannya dengan ketinggian tempat dan
berpengaruh terhadap sifat pertumbuhan perdu teh. Daerah dataran rendah
tanaman teh hanya dapat tumbuh agak baik di bawah pohon pelindung. Komposisi
tanah di dataran rendah umumnya juga kurang baik untuk tanaman teh, sebab
biasanya kurang gembur dan kurang subur (Adisewojo 1982). Oleh karena itu,
hasil teh dari dataran tinggi mempunyai aroma dan mutu yang lebih baik
dibandingkan teh dari dataran rendah.

Budidaya Tanaman Teh

Perkembangan teknologi perbanyakan tanaman teh telah mengalami


kemajuan yang sangat pesat. Saat ini tanaman teh dapat diperbanyak secara
vegetatif maupun generatif. Perbanyakan secara generatif yaitu menggunakan biji.
Biji yang digunakan sebagai sumber bahan tanam, hendaknya diperoleh dari
kebun biji yang dipelihara secara khusus sebagai penghasil biji. Pemeliharaan
kebun biji yang kurang baik, dapat menurunkan kualitas biji yang dihasilkan.
Selain itu, biji teh yang telah dihasilkan umumnya tidak langsung ditanam, tetapi
harus disimpan terlebih dahulu. Perlu diketahui, bahwa biji teh lekas kehilangan
kekuatan tumbuhnya, jika cara menyimpanannya tidak benar (Adisewejo 1982).
Ketidakseragaman sifat tanaman hasil perbanyakan dengan biji mendorong
berkembangnya teknologi perbanyakan secara vegetatif yaitu dengan stek daun.
Perbanyakan dengan cara ini akan menghasilkan tanaman yang seragam (Ghani
2012). Perbanyakan dengan stek juga merupakan cara yang paling cepat untuk
memenuhi kebutuhan bibit di lapangan dalam jumlah banyak dan diharapkan
membawa sifat unggul dari induknya. Stek yang digunakan didapatkan dari kebun
perbanyakan yang dipelihara secara khusus. Ranting stek (stekres) mulai dapat
diambil dari kebun perbanyakan pada empat bulan setelah dilakukan
pemangkasan. Tanda stekers dapat diambil (matang) apabila pangkal stekers
sepanjang ± 10 cm berwarna cokelat (PPTK 2006). Stek diambil dari ranting stek
sepanjang ± 1 ruas dan mempunyai satu helai daun. Stek yang dapat digunakan
4

adalah bagian tengah ranting stek yang berwarna hijau tua, sedangkan yang
berwarna cokelat (bagian pangkal) dan hijau muda (bagian ujung) tidak digunakan
sebagai bahan stek.
Bibit teh yang telah siap kemudian ditanam dengan jarak tanam yang
disesuaikan dengan kondisi dan kemiringan areal pertanaman. Menurut Ghani
(2012), jarak tanam tanaman teh yaitu 120 cm x 70 cm, sedangkan menurut PPTK
(2006), jarak tanam dibagi menjadi tiga yaitu kondisi datar sampai kemiringan 15°
berjarak tanam 120 cm x 90 cm, kemiringan 15-30° berjarak tanam 120 cm x 75
cm dan kemiringan lebih dari 30° berjarak tanam 120 cm x 60 cm.
Bibit teh yang telah ditanam termasuk Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM) yang perlu dipelihara sampai akhirnya tanaman tersebut siap untuk dipetik.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada TBM meliputi pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit, pembentukan bidang petik, pemupukan dan
pemangkasan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara benar dan tepat, agar
tanaman teh dapat menghasilkan pucuk daun teh yang diharapkan. Selanjutnya,
setelah menjadi Tanaman Menghasilkan (TM), perlakuan pemeliharaan
disesuaikan dengan keadaan tanaman (PPTK 2006).
Pada perkebunan teh, sasaran produksi yang diharapkan adalah pucuk yang
berkualitas baik dengan bobot yang tinggi pada setiap petikan. Hal ini disebabkan
tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen pucuknya secara teratur, sehingga
setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatifnya perlu diperhatikan (Rachmawati
dan Pranoto 2009). Mutu hasil teh tidak hanya ditentukan oleh ketinggian tempat
tumbuh teh, namun dipengaruhi juga oleh sistem pemetikan. Pemetikan
merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa pucuk, pucuk yang
dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan (Johan dan
Dalimoenthe 2009).

Good Agricultural Practices

Good Agricultural Practices (GAP) merupakan sebuah pedoman


pelaksanaan budidaya dalam sektor pertanian. Penerapan GAP mencerminkan tiga
pilar keberlanjutan (layak secara ekonomi, ramah lingkungan dan diterima oleh
masyarakat) termasuk keamanan pangan dan kualitas; terkait dengan wajib
dan/atau persyaratan sukarela, dengan fokus pada produksi primer dan mengambil
serta memperhitungkan insentif konteks kelembagaan. GAP diharapkan mampu
dibuat untuk spesifik komoditas sehingga dapat menjadi suatu standar acuan
dalam pengembangan dan pengelolaan komoditas tersebut di tempat lain. GAP
mencakup kesesuaian komoditas dengan kesesuaian iklim dan lahan yang ada,
upaya konservasi lahan dan air untuk keberlanjutan lingkungan, pemupukan yang
tepat sesuai kebutuhan hara, tanah dan tanaman. Pengendalian hama penyakit
secara terpadu dan ramah lingkungan serta proses panen dan pasca panen yang
menjamin kebersihan dan kualitas produk (Neely et al. 2007).
Penerapan GAP merupakan pendekatan holistik dengan penekanan pada
kegiatan yang dapat mempengaruhi kualitas produksi, lingkungan dan kesehatan
serta keselamatan kerja. Pengelolaan GAP perkebunan secara lestari bukan hanya
semata-mata untuk kepentingan pasar melainkan sudah menjadi komitmen
nasional bahwa pembangunan jangka panjang berkelanjutan ditentukan oleh
keseimbangan perhatian antara manusia dan lingkungan, dengan kata lain sektor
5

pertanian diharapkan mampu menghasilkan produk dengan keuntungan positif


dibidang lingkungan, sosial dan ekonomi. Dalam mencapai tantangan tersebut,
perlu perubahan paradigma pembangunan pertanian yang memperhatikan aspek:
poeple-profit-planet, bukan hanya profit oriented. Penerapan GAP secara umum
dalam pelaksanaan budidaya tanaman perkebunan adalah budidaya secara tepat
dan benar, produksi tinggi, mutu produk baik, keuntungan optimal dan ramah
lingkungan serta dengan memperhatikan aspek keamanan dan kesejahteraan
petani (Isnoor 2006).

Pemetikan dan Analisis Hasil Petikan

Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan pucuk tunas yang masih


muda yang selanjutnya diolah menjadi bahan baku utama. Pemetikan berpengaruh
pada kesehatan tanaman, kelestarian produksi dan mutu jadi. Waktu pemetikan
menentukan kualitas teh yang diproduksi. Umur tanaman perlu diperhatikan agar
pemetikan dapat dilakukan pada waktu yang tepat dan dihasilkan teh yang
berkualitas. Sistem dan waktu pemetikan juga harus disesuaikan agar dihasilkan
produksi yang berkualitas tinggi. Pengelolaan pemetikan teh akan mempengaruhi
kualitas dan kuantitas hasil panen teh. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan
ketentuan-ketentuan sistem petikan dan syarat-syarat pengelolaan yang berlaku.
Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar
mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyamidjaja 2000).
Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh
secara keseluruhan. Hal itu berdasarkan alasan bahwa pemetikan teh paling
banyak menyerap tenaga kerja dan biaya. Tenaga kerja petik mengambil porsi 80-
90% tenaga atau 70-80% dari total tenaga kerja di perkebunan teh, sedangkan
biaya petik mengambil porsi 65-75% dari total biaya tanaman atau 40-50% dari
total biaya produksi kebun di luar biaya penyusutan aktiva. Selain itu, pemetikan
berpengaruh pada kesehatan pokok, kelestarian produksi dan mutu teh jadi (Ghani
2002). Pemetikan yang berlebihan akan menyebabkan tanaman berada pada
kondisi yang tertekan. Teknik pemetikan yang efektif harus dilakukan untuk
memenuhi standar analisis pucuk yang ditetapkan. Pucuk yang dipetik harus
memiliki persentase memenuhi syarat (MS) sebesar 70%, sedangkan pucuk yang
tidak memenuhi syarat (TMS) maksimal sebesar 30%. Pemetikan dilakukan
sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi
secara berkesinambungan (PPTK 2006).
Pucuk yang dipetik mengakibatkan tanaman kehilangan salah satu alat
fotosintesis untuk pembuatan zat pati yang sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman. Kehilangan zat pati akibat pemetikan pucuk sekitar 7.5%, semakin kasar
pucuk yang dipetik, maka semakin tinggi kehilangan zat patinya. Pemetikan
pucuk p+2, p+3 akan lebih kecil kehilangan zat patinya dari pada pucuk p+4 atau
lebih. Kehilangan zat pati akibat dipetik tidak akan menyebabkan pertumbuhan
tanaman terganggu, asalkan daun-daun yang tertinggal pada perdu (lapisan daun
pemeliharaan) cukup memadai untuk melakukan asimilasi (fotosintesis) (PPTK
2006).
Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik.
Kualitas teh jadi sangat ditentukan oleh kualitas pucuk hasil olahan. Pucuk teh
tersebut harus diperiksa dan dianalisis sebelum daun teh diolah menjadi teh. Daun
6

teh yang dianalisis akan menentukan kualitas dan mutu teh. Pemeriksaan pucuk
tersebut sering disebut dengan analisis hasil petikan. Analisis hasil petikan terdiri
atas dua macam yaitu (1) analisis petik dan (2) analisis pucuk (PPTK 2006).
Analisis petik adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk
atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan
dinyatakan dalam persen. Tujuan dilaksanakannya analisis petik adalah untuk
melihat kondisi kesehatan tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan,
menilai sistem pemetikan yang dilakukan, gilir petik dan keterampilan pemetik
(PPTK 2006).
Analisis pucuk adalah kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan pada
bagian tua dan muda yang dinyatakan dalam persen. Selain itu, pemisahan pucuk
juga didasarkan pada kerusakan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan
dilaksanakannya analisis pucuk yaitu dapat menilai pucuk yang akan diolah, dapat
digunakan untuk menentukan harga pucuk (khususnya bagi teh rakyat) dan dapat
memperkirakan persentase mutu teh produk yang akan dihasilkan (PPTK 2006).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT. Tambi,


Wonosobo, Jawa Tengah selama empat bulan dari 16 Februari sampai 16 Juni
2015.

Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan selama magang adalah kegiatan sebagai karyawan


harian lepas (KHL) yang mengerjakan aspek teknis di lapangan dan kegiatan
manajerial pada berbagai tingkat pekerjaan mulai dari sebagai pendamping
pembimbing hingga sebagai pendamping kepala sub bagian kebun. Kegiatan pada
bulan pertama sebagai karyawan harian lepas (KHL) adalah melaksanakan semua
kegiatan pemeliharaan tanaman di lapangan meliputi pembibitan, penyulaman,
pemeliharaan pohon pelindung, pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit,
pemupukan, pemangkasan, gosok lumut dan pemetikan. Penulis membuat dan
mengisi jurnal kegiatan harian selama menjadi KHL (Lampiran 1).
Kegiatan yang dilakukan pada bulan kedua adalah menjadi pendamping
pembimbing. Pekerjaan yang dilakukan meliputi menghitung jumlah tenaga kerja
yang hadir, membantu mengawasi dan mengorganisir kerja karyawan harian di
lapangan, membantu membuat laporan harian serta mengisi jurnal kegiatan harian
(Lampiran 2). Kegiatan yang dilakukan pada bulan ketiga adalah sebagai
pendamping kepala blok. Pekerjaan yang dilakukan diantaranya membantu kepala
blok dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP),
membantu pembuatan laporan bulanan, mengawasi kinerja pembimbing dan
membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3).
Kegiatan yang dilakukan pada bulan keempat adalah sebagai pendamping
kepala sub bagian kebun. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu memeriksa
perencanaan kerja dan anggaran setiap blok, membantu memeriksa laporan harian
7

dan bulanan setiap blok, mengawasi kinerja kepala blok dan membuat jurnal
harian sebagai pendamping kepala sub bagian kebun (Lampiran 4).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data primer yang dikumpulkan selama kegiatan magang adalah hal-hal yang
berhubungan dengan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang
mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No. 50 Tahun 2014 tentang pedoman
teknis budidaya teh yang baik serta berbagai data yang dibutuhkan pada aspek
pemetikan. Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan mengikuti kegiatan
pemetikan langsung dan wawancara dengan pekerja. Komponen GAP yang
diamati meliputi:
1. Pemupukan: dosis pupuk, cara pemupukan, jenis dan pencampuran pupuk,
serta aspek ketenagakerjaan.
2. Pemangkasan: gilir dan teknis pemangkasan serta aspek ketenagakerjaan.
3. Pengendalian OPT: OPT utama pada tanaman teh baik hama maupun
penyakit, musuh alami OPT dan pengendalian gulma.
4. Pemetikan:
a. Tinggi bidang petik
Tinggi bidang petik diukur dari atas permukaan tanah hingga permukaan
bidang petik. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 10
tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas
dan dilakukan di setiap blok.
b. Diameter Bidang Petik
Diameter bidang petik tanaman teh diukur garis tengah lingkaran bidang
permukaan tanaman teh. Diameter bidang petik diukur dari dua arah yang
berbeda, kemudian dirata-ratakan agar hasilnya lebih akurat. Pengamatan
dilakukan menggunakan meteran pada 10 tanaman contoh yang mewakili
umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas dan dilakukan di setiap blok.
c. Tebal daun pemeliharaan
Tebal daun pemeliharaan diukur dari mulai tumbuhnya daun pertama hingga
permukaan bidang petik. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada
10 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah
pangkas dan dilakukan di setiap blok.
d. Analisis petik
Analisis petik merupakan pemisahan pucuk berdasarkan jenis pucuk atau
rumus petik. Pengamatan analisis petik dilakukan dengan mengambil
sampel petikan secara acak, kemudian ditimbang 200 gram, dilakukan di
kebun setelah kegiatan pemetikan berdasarkan ketinggian tempat, gilir petik,
tahun setelah pangkas dan jenis klon. Jenis petikan terbagi menjadi:
Petikan halus : p+1, p+2m
Petikan medium : p+2, p+3, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m
Petikan kasar : p+4 atau lebih, b+(1 - 4t)
e. Analisis Pucuk
Analisis pucuk merupakan pemisahan pucuk berdasarkan syarat olah yaitu
pucuk memenuhi syarat (MS) dan pucuk tidak memenuhi syarat (TMS)
yang dinyatakan dalam persen. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
8

yang sama seperti pengambilan sampel analisis petik. Analisis pucuk


dilakukan setelah kegiatan analisis petik. Analisis pucuk meliputi:
Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m
Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1-5)t, daun lembaran
dan tangkai
f. Hanca petik
Hanca petik adalah luas areal yang harus selesai dipetik dalam satu hari.
Data diperoleh dari wawancara dengan pembimbing petik, kepala blok
maupun kepala sub bagian kebun serta pengamatan langsung. Pengamatan
dilakukan di setiap blok, dengan rumus hanca petik:
Hanca seorang pemetik = luas areal petik/hari x jumlah patok/ha
jumlah pemetik
g. Gilir petik
Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan
berikutnya pada areal yang sama dinyatakan dalam hari. Pengamatan gilir
petik dihitung berdasarkan rumus yang berlaku kemudian dibandingkan
dengan pengamatan langsung di lapangan. Perhitungan gilir petik
menggunakan rumus:
Luas areal petik/hari = luas areal yang dipetik
gilir petik
h. Kapasitas petik
Kapasitas petik merupakan banyaknya pucuk yang mampu dipetik oleh
tenaga petik dalam satu hari kerja. Pengamatan dilakukan dengan
mengamati kapasitas pemetik berdasarkan umur dan lama pengalaman kerja.
Data diperoleh dari wawancara dan data dari pembimbing petik.
i. Tenaga petik
Kebutuhan tenaga petik dihitung langsung berdasarkan banyaknya tenaga
pemetik di lapangan kemudian dibandingkan dengan kebutuhan tenaga petik
sesuai rumus kebutuhan tenaga petik yaitu:
Kebutuhan TP = [produktivitas kering x rendemen] x (100 + absensi)%
Kapasitas pemetik x HKE/th
Selain itu pengumpulan data sekunder berupa pengumpulan data penunjang
dilakukan melalui bahan pustaka yang tersedia di perusahaan.

Analisis dan Pengolahan Data

Data dan informasi dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan


membandingkan studi pustaka yang berlaku pada pedoman teknis budidaya
tanaman teh yang baik (GAP) dengan kondisi di lapangan. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan rataan, persentase dan uji t-student kemudian
hasilnya dibandingkan dengan standar kerja setiap kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan. Uji t-student pada taraf 5% digunakan untuk mengetahui kapasitas
pemetik berdasarkan usia dan lama pengalaman kerja. Rumus t-student yang
digunakan adalah sebagai berikut:
t student = ∑ rata-rata pengamatan 1 dan 2
√sp (1/n1 + 1/n2)
Nilai sp = √ (n1 - 1) S12 + (n2 - 1) S22
n1 + n2 - 2
9

Nilai berpengaruh nyata apabila 0.01 ≤ p hitung ≤ 0.05 ; dan sangat


berpengaruh nyata apabila p hitung < 0.01 ; serta tidak berpengaruh nyata apabila
p hitung > 0.05 ; t tabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat
bebas (n1+n2-2) (Walpole 1992).

KEADAAN UMUM

Sejarah PT Perkebunan Tambi

PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan yang dimiliki Pemerintah Hindia


Belanda sekitar tahun 1865, yang pengelolaannya disewakan kepada pengusaha
swasta yaitu D. Van den Sluijs (Kebun Tanjungsari) dan W. D. Jong (Kebun
Tambi dan Bedakah). Pada bulan Maret 1880, seluruh kebun tersebut dibeli oleh
Mr. P. Van den Berg, A. W. Hole dan Ed. Yacobson, yang selanjutnya mereka
mendirikan Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pada saat Perang Dunia II,
Hindia Belanda diduduki oleh Jepang, sehingga nama perusahaan diubah menjadi
Sai Bai Kigyo Rengokai (SKR). Tanaman teh pada masa itu banyak diganti
dengan tanaman lain seperti palawija, ubi-ubian dan jarak. Perusahaan tersebut
kemudian diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia setelah proklamasi
pada tanggal 17 Agustus 1945, yang dikelola oleh Pusat Perkebunan Negara
(PPN) berkantor di Surakarta. Pada tanggal 19 Desember 1948 terjadi serangan
militer Hindia Belanda, sehingga kebun dan pabrik dibumihanguskan oleh para
penduduk Indonesia agar tidak dikuasai oleh Belanda. Kemudian, pada tahun
1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan keputusan
penyerahan kedaulatan kepada Indonesia.
Perkebunan dijual kepada NV Eks PPN Sindoro Sumbing. Peresmian
perjanjian jual beli perusahaan terjadi pada 26 November 1954, sehingga status
Perkebunan Tambi, Bedakah dan Tanjungsari resmi menjadi PT NV Eks Sindoro
Sumbing. Pada tanggal 3 Juli 1957 diadakan pertemuan di Kebun Tanjungsari
yang kemudian dicapai kesepakatan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten
Wonosobo dan PT NV Eks Sindoro Sumbing bersama-sama mengelola
perkebunan tersebut dengan membentuk perusahaan baru dengan modal masing-
masing pihak sebesar 50%. Perusahaan baru ini diberi nama PT NV Perusahaan
Perkebunan Tambi dengan akta notaris Raden Sujadi tanggal 13 Agustus 1957
dan pengesahan Menteri Kehakiman tanggal 18 April 1958 No. JA5/30/25 yang
diterbitkan pada lembaran Berita Negara tanggal 12 Agustus 1960 Nomer 65.
PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi yang saat ini lebih dikenal PT Tambi
memiliki tiga unit perkebunan beserta kantor unit perkebunan dan satu unit direksi.
Kantor direksi dibangun di pusat kota Wonosobo, tepatnya Jalan Tumenggung
Jogonegoro No.39, Wonosobo. Pada tahun 2010 saham PT Perkebunan Sindoro
Sumbing dibeli oleh PT Indo Global Galang Pamitra (IGP). PT Tambi saat ini
sedang mengembangkan potensi keindahan alam perkebunan sebagai kawasan
wisata agro dengan nama Wisata Agro Perkebunan Teh Tambi (Sumber dari arsip
Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi 2015).
10

Letak Geografis dan Luas Areal

Unit Perkebunan (UP) Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar,


Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 200 - 2 100 m dpl. Jarak
perkebunan sekitar 16 km ke arah utara dari Kota Wonosobo dan berada di lereng
Gunung Sindoro sebelah barat. Unit Perkebunan Tambi terbagi dalam 4 blok yaitu
Taman, Pemandangan, Panama dan Tanah Hijau (Lampiran 5). Blok
Pemandangan terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo dan merupakan blok tertinggi di UP Tambi yaitu sekitar 1 700 - 2 100
m dpl. Blok Taman terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo dengan ketinggian tempat mencapai 1 300 - 1 500 m dpl. Blok Panama
terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan
ketinggian tempat antara 1 250 - 1 500 m dpl. Blok Tanah Hijau terletak di Desa
Jengkol, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1
000 - 1 250 m dpl.
Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun 2015
(Lampiran 7), luas keseluruhan UP Tambi adalah 273.17 ha. Luas areal TM yaitu
sebesar 221.89 ha dan TBM/replanting yaitu sebesar 25.28 ha, sedangkan sisa
luasan digunakan untuk pembibitan, kebun perbanyakan, pabrik, agrowisata serta
sarana dan prasarana penunjang. Luas areal per blok yaitu Blok Pemandangan
seluas 68.32 ha, Blok Taman seluas 53.23 ha, Blok Panama seluas 60.96 ha dan
Blok Tanah Hijau dengan luas 39.38 ha, kemudian setiap luasan blok dibagi
menjadi 15 nomer atau leger.

Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi

Curah hujan selama sepuluh tahun terakhir (2004-2014) berkisar antara 2


351 - 3 661 mm dan hari hujan berkisar antara 113-196 hari. Rata-rata bulan
kering 2.8 dan rata-rata bulan basah 9.2, sedangkan tipe iklim berdasarkan curah
hujan menurut Schmidth-Ferguson adalah tipe C (Lampiran 6). Suhu di Unit
Perkebunan Tambi berkisar antara 17-23oC dengan kelembaban udara berkisar 80-
95%. Jenis tanah di Unit Perkebunan Tambi adalah Andosol dengan pH 4.5-5.0.
Tekstur tanah adalah geluh (lumpur yang lekat) dengan kedalaman efektif solum
yaitu 40-70 cm. Keadaan drainase di lahan Unit Perkebunan Tambi adalah sedang
sampai dengan cepat. Topografi lahan pada umumnya adalah berombak sampai
berbukit dengan tingkat kemiringan 0-45%.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman teh yang dibudidayakan di UP Tambi terdiri dari klon Gambung 3,


Gambung 4, Gambung 7, TRI 2024, TRI 2025, Tambi Merah (klon lokal),
Malabar Pasir Sarongge (MPS), Kiara 8, Cin 143 dan Seedling (Hibrid dan
Assam). Jarak tanam untuk jenis klon yaitu 120 cm x 75 cm, sedangkan untuk
seedling yaitu 130 cm x 90 cm atau tidak beraturan. Populasi per hektar untuk
jenis klon sekitar 11 000 pohon dan untuk jenis seedling 7 000 - 10 000 pohon per
hektar.
Produk yang dihasilkan Unit Perkebunan Tambi 80% diekspor ke luar
negeri dengan beberapa negara tujuan seperti Inggris, Australia, USA, Jerman,
Pakistan, Kazakstan, Rusia dan India. Produksi dan produktivitas di Unit
11

Perkebunan Tambi berfluktuasi selama lima tahun terakhir (2010-2014). Rata-rata


produksi pucuk teh di Unit Perkebunan Tambi selama kurun waktu lima tahun
terakhir (Lampiran 10) yaitu 3 342 555 kg tahun-1, produksi teh kering 701 936 kg
tahun-1 dan produktivitas sebesar 3 105 kg ha-1 tahun-1. Menurut Pusat Data dan
Informasi Pertanian (2007), produksi pucuk basah untuk PBN (Perkebunan Besar
Negara) yaitu 68 666 ton, PBS (Perkebunan Besar Swasta) yaitu 27 653 ton dan
untuk PR (Perkebunan Rakyat) yaitu 40 929 ton. Hal ini menunjukkan bahwa
produksi Unit Perkebunan Tambi mencapai 12.93% dari total produksi teh yang
dihasilkan oleh Perkebunan Swasta (PS) dan mencapai 2.60% dari total produksi
teh di Indonesia. Unit Perkebunan Tambi memiliki produktivitas tahun 2012
(Lampiran 11) sebesar 3 134 kg ha-1 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
produktivitas nasional yaitu 1 477 kg ha-1 (Ditjenbun 2012).

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang direktur yang berasal dari


salah seorang pemegang saham. Selain itu, direktur mempunyai wakil yang
berasal dari pemerintah daerah Wonosobo. Hal ini terkait kepemilikan saham
yang sebagian dipegang oleh perorangan dan sebagian dipegang oleh pemerintah
daerah Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang pemimpin yang
diangkat oleh Direksi PT Perkebunan Tambi. Seorang Pemimpin Unit Perkebunan
Tambi bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan, mengatur
dan mengawasi setiap kegiatan pengelolaan dan administrasi bagian kebun, pabrik
serta kantor untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien dan efektif.
Pemimpin Unit Perkebunan Tambi secara langsung membawahi Kepala Sub
Bagian Kebun, Kepala Sub Bagian Kantor dan Kepala Sub Bagian Pabrik beserta
seluruh jajarannya (Lampiran 8).
Kepala Sub Bagian Kebun bertugas dalam memimpin, merencanakan,
mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan yang berhubungan langsung
dengan kebun dan tanaman, ketenagakerjaan di kebun serta administrasi kebun.
Kepala Sub Bagian Kantor bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan
mengawasi setiap kegiatan kantor berupa pengelolaan keuangan, pembukuan,
sumber daya manusia dan masalah umum lainnya dalam ruang lingkup Unit
Perkebunan Tambi. Kepala Sub Bagian Pabrik bertugas memimpin,
mengkoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan administrasi, teknik dan
pengolahan teh di pabrik.
Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi Wonosobo tahun 2015
(Lampiran 9) berjumlah 502 orang dengan luas areal keseluruhan 273.17 ha.
Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang dapat dicapai adalah 1.84 orang ha-1. Tenaga
kerja terdiri dari Karyawan I, Karyawan II dan Borongan. Karyawan I mempunyai
syarat minimal D3 dan S1, Karyawan II terdiri dari golongan A, B, C, D dan E.
Golongan II E diperoleh apabila pengajuan peningkatan jabatan lebih dari umur
40 tahun dan tidak dapat lagi meningkat ke Golongan I. Tenaga pemetik dan
tenaga pemeliharaan termasuk tenaga borongan. Tenaga borongan terbagi menjadi
tenaga borongan tetap dan borongan lepas.
Sistem penggajian untuk karyawan I dan II ditetapkan oleh direksi.
Besarnya upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan
jabatan dan UMK (Upah Minium Kabupaten) yang berlaku. Sistem penggajian
12

untuk karyawan tetap berdasarkan keputusan pimpinan unit perkebunan dengan


besar gaji berdasarkan jumlah hari kerja, sedangkan untuk karyawan harian lepas
ditetapkan berdasarkan prestasi kerja.
Premi sosial adalah bonus untuk pemetik apabila dalam satu minggu dapat
mencapai target maka mendapatkan premi sebesar 1 HOK. Premi kompensasi
adalah bonus untuk semua karyawan lepas yang akan diperoleh berdasarkan pada
perhitungan jumlah hari kerja, dengan jumlah hari kerja 24 hari. Premi yang
diperoleh sebesar Rp 10.000 perhitungan berdasarkan jumlah 24 hari kerja
digunakan untuk memperoleh point yang berlaku untuk Tunjangan Hari Raya
Keagamaan (THRK).
Pembagian gaji untuk karyawan I dilakukan setiap bulan pada tanggal 1,
karyawan II setiap bulan pada tanggal 3, sedangkan untuk karyawan harian tetap
dan lepas dilakukan tiga kali dalam sebulan yaitu tanggal 3, 13, 23. Hari kerja
karyawan dalam seminggu adalah enam hari dengan lama kerja 7 jam hari-1. Jenis
pekerjaan yang membutuhkan waktu 24 jam hari-1 diberlakukan shift kerja dan
pekerjaan di luar jam kerja dihitung lembur.

Kesejahteraan Karyawan

Unit Perkebunan Tambi menyediakan beberapa fasilitas bagi karyawan


antara lain jamsostek, rumah tinggal, tempat ibadah, balai pelayanan kesehatan,
koperasi, pakaian kerja, gratifikasi, THR (Tunjangan Hari Raya), kendaraan
bermotor, rekreasi dan tempat olahraga. Balai pelayanan kesehatan beroperasi
setiap hari senin dan kamis. Karyawan yang mendapatkan pelayanan kesehatan
yaitu karyawan I, II serta keluarganya (tiga orang anak), sedangkan bagi karyawan
lepas dan pensiunan hanya untuk dirinya. Perusahaan juga memberikan cuti kerja
selama 14 hari dalam satu tahun bagi karyawan. Perusahaan memberikan satu stel
pakaian kerja setiap tahun. Kendaraan bermotor diberikan kepada karyawan
sesuai dengan tugas dan jabatannya. Kegiatan rekreasi dilaksanakan setiap tahun.
Keberadaan koperasi karyawan ditujukan untuk membantu memenuhi kebutuhan
hidup karyawan.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis
Pembibitan
Pembibitan merupakan kegiatan penyediaan bahan tanaman teh yang
bertujuan untuk mempersiapkan bahan tanaman yang memenuhi kriteria layak
tanam, sehingga dapat digunakan untuk penanaman baru (new planting) ataupun
peremajaan (replanting). Penyediaan bibit tanaman teh dapat berasal dari biji dan
stek. Pembibitan teh asal biji, memerlukan biji yang baik dan tepat agar
menghasilkan produksi dan kualitas yang tinggi. Beberapa kelebihan yang
dimiliki dengan menggunakan bibit yang berasal dari biji yaitu tanaman asal biji
mempunyai daya adaptabilitas yang luas, mempunyai potensi produksi yang
tinggi dan adanya keanekaragaman perdu yang terjadi secara alami sehingga
mempunyai pengaruh terhadap zat yang terkandung di dalam pucuk. Pembibitan
teh dengan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan
13

bibit dalam jumlah banyak, dengan keyakinan bahwa sifatnya akan mengikuti
sifat dari pohon induknya. Hal tersebut harus didukung dengan melakukan
pemeliharaan kebun induk. Kebun induk yang akan dipergunakan harus dijaga
kemurnian klonnya, potensi produksi dan kualitas. Keberhasilan pembibitan
dengan stek dipengaruhi oleh mutu bahan stek, persiapan yang tepat, pengelolaan
media tanam, pemilihan lokasi yang tepat dan tenaga kerja yang terampil.
UP Tambi melaksanakan pembibitan dengan cara stek. Lokasi pembibitan
berada di Blok Panama dengan luas 0.80 ha dan kebun perbanyakan dengan luas
0.60 ha. Bangunan rumah pembibitan terbuat dari bambu dengan atap terbuat dari
paranet. Syarat lokasi pembibitan yang baik yaitu dekat sumber air, drainase baik,
intensitas matahari yang cukup, kelembaban terjaga, aman, diusahakan mengarah
ke arah timur dan tanah yang ada memenuhi syarat. Klon perbanyakan yang
diambil steknya yaitu Gambung 7, karena klon ini memiliki produksi yang baik
dan tahan terhadap hama penyakit dibanding dengan klon lain yang ada di UP
Tambi.
Kebun perbanyakan merupakan tempat untuk menghasilkan bahan stek yang
akan digunakan, sehingga harus dipelihara dengan lebih teliti kesehatan maupun
kebersihannya. Pemangkasan pada kebun perbanyakan dilakukan empat bulan
sebelum pengambilan bahan stek, dengan cara pangkasan setengah bersih.
Kemudian dilakukan pemeliharaan kebun perbanyakan selama ± 4 bulan, antara
lain penyiangan terhadap gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit
yang bersifat pencegahan pada kebun perbanyakan.
Media tanam yang digunakan terdiri dari top soil dan sub soil yang telah
dicampur pupuk kandang, dengan perbandingan antara top soil dengan sub soil
yaitu 2:1. Setiap meter kubik top soil juga dicampur dengan 1.25 kg SP-36, 500 g
KCl, 250 g Kiserit, 1 kg tawas dan 400 g Dithane, sedangkan pada sub soil cukup
dicampur dengan 1 kg tawas dan 400 g Dithane. Kemudian, media tanam
difumigasi menggunakan Basamid dengan dosis 100-150 g/m3. Setelah selesai,
media tanam dimasukan ke dalam polybag. Kebun perbanyakan yang telah
dipelihara selama 3-4 bulan, siap untuk diambil cutting. Ciri-ciri ranting yang
telah siap di cutting yaitu ranting yang cukup matang dengan ketinggian ± 15 cm
dari bidang pangkasan, tidak terlalu muda ataupun terlalu tua, lembaran daun
berjumlah ± 8 lembar, serta tumbuh sehat, tegar, daun mulus dan pertumbuhannya
mengarah ke atas. Stek yang diambil yaitu potongan ranting yang terdapat satu
lembar daun dengan jarak 1 cm di atas daun dan 3-4 cm di bawah daun. Potongan
ranting tersebut direndam dalam larutan ZPT untuk mempercepat pertumbuhan
tunas, selama 5-10 menit.
Potongan ranting stek yang telah siap ditanam ke dalam polybag dengan
arah daun menghadap sinar matahari, serta dimiringkan dengan tujuan tunas baru
dari ketiak daun akan tumbuh mengarah lurus ke atas. Polybag yang telah berisi
stek disusun di atas bedengan yang telah disiapkan sebagai tempat meletakan
polybag dengan lebar bedengan 90 cm dan panjang disesuaikan dengan lokasi,
biasanya ± 10 m. Kemudian masing-masing bedengan disungkup dengan plastik
bersih dibantu dengan bambu sebagai tiang penyangga. Sungkup diusahakan
tertutup rapat dan dapat dibuka setelah 3-4 bulan, dilakukan secara bertahap agar
tanaman mampu beradaptasi dengan lingkungan luar dengan baik. Tahapan
pembukaan sungkup I dibuka ¼ bagian mulai pukul 07.00-09.00; tahap ke II
sungkup dibuka ½ bagian pada pukul 07.00-11.00; tahap ke III dibuka semua
14

bagian mulai pukul 07.00-11.00. Setiap tahapan dilakukan selama dua minggu.
Jika kondisi tertentu, misalnya tumbuh gulma, maka sungkup dibuka untuk
membersihkan gulma secara manual. Selama pembibitan, dilakukan kegiatan
pemeliharaan seperti penyiraman air secara teratur, diusahakan tidak terlalu basah
karena dapat tumbuh gulma dan jamur. Saluran air antar bedengan diperbaiki agar
drainase tetap baik. Keberhasilan mendapatkan bibit tanaman teh yang siap tanam
60-75%. Bibit teh siap untuk ditanam setelah berumur 1-1.5 tahun dari pembibitan.
Kegiatan pemotongan daun stek dan penanaman ke dalam polybag dapat dilihat
pada Gambar 1.

a b c
Gambar 1. Kegiatan pemotongan (a), penanaman daun stek (b) dan tempat
penyungkupan (c)
Pada kegiatan pembibitan, prestasi kerja penulis saat melakukan
pengambilan cutting daun stek di kebun induk adalah 800 cutting HK-1,
sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 1 200 cutting HK-1 dan standar kerja
yang berlaku adalah 1 000 cutting HK-1.

Pembentukan bidang petik (centering)


Kegiatan centering adalah kegiatan memotong batang utama teh untuk
membentuk bidang petik pada tanaman teh yang masih muda atau belum
menghasilkan (TBM). Kegiatan centering dilakukan dengan tujuan untuk memacu
pertumbuhan cabang yang melebar sehingga membentuk frame yang baik dan rata.
Pembentukan bidang petik di Unit Perkebunan Tambi dilakukan dengan
cara centering. Alat yang digunakan adalah gunting centering dan alat ukur.
Centering dilakukan dalam dua tahap yaitu centering I dan centering II. Centering
I dilakukan saat bibit tanaman berumur 3-4 bulan setelah ditanam di lapangan.
Bibit dipotong setinggi 15-20 cm dari permukaan tanah. Tujuan centering I adalah
memotong batang utama yang tumbuh ke atas yang mengalahkan pertumbuhan
cabang ke samping. Centering II dilakukan setelah tujuh bulan dari centering I
bertujuan untuk menekan pertumbuhan batang yang mengarah ke atas. Batang
yang tumbuh mengarah ke atas dipotong setinggi 25-30 cm dari permukaan tanah.
Pada saat tanaman telah mencapai ketinggian 120 cm maka dilakukan cut a cross
setinggi 40 cm di atas permukaan tanah. Setelah dilakukan cut a cross, tiga bulan
berikutnya dilakukan pemetikan pada ketinggian 40 cm (titik petik sama tingginya
dengan bidang potong) diulang sampai 3-4 kali petikan, kemudian petikan
berikutnya naik 1-2 lembar.
Centering harus dilakukan dengan hati-hati dan selektif. Pelaksanaan
centering dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan tanaman. Tanaman minimal
memiliki dua batang sekunder saat dilakukan centering I. Pada tanaman yang
tumbuh kerdil dan kurang sehat maka tidak dilakukan centering, luka centering
diusahakan halus agar tunas dapat tumbuh dengan baik.
15

Pengendalian Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki karena
tumbuh di waktu dan tempat yang tidak diinginkan atau mengganggu tanaman
utama yang diproduksi. Populasi gulma yang tumbuh tanpa terkendali di areal
pertanaman teh akan menyebabkan banyak kerugian. Keberadaan gulma akan
memberikan persaingan bagi tanaman teh dalam memanfaatkan faktor-faktor
tumbuh seperti unsur hara, cahaya dan air. Penurunan hasil pucuk teh akibat dari
keberadaan gulma diperkirakan mencapai 40%. Keberadaan gulma selain sebagai
kompetitor tanaman teh juga akan mengakibatkan inefisiensi dalam pelaksanaan
pekerjaan pemeliharaan rutin seperti pemupukan, pemangkasan dan pemetikan.
Jenis gulma yang tumbuh di areal pertanaman teh di UP Tambi antara lain
adalah pacar air (Impatien plathypetala), babadotan (Ageratum conyzoydes),
kirinyuh (Chromolaena odorata (L.)), rumput teki (Paspalum conjugatum),
kentang-kentangan (Borreria alata), sengganen (Melastoma malabathrichum),
harendong (Clidemia hirta), kirinyuh (Eupatorium inulifolium), gucen (Rubus
rosaefolius), tali sahit (Comellina difusa), Mikania micrantha dan alang-alang
(Imperata cylindrica). Populasi gulma di UP Tambi mencapai puncaknya saat
menjelang dilaksanakannya program pemupukan dan menjadi bersih gulma saat
pemupukan dilaksanakan. Tujuan pengendalian gulma adalah menekan
pertumbuhan gulma sehingga diperoleh laju pertumbuhan vegetatif tanaman teh
yang tinggi, produksi pucuk maksimal dan kerugian serendah mungkin.
Pengendalian gulma secara kultur teknis dilakukan dengan menerapkan cara
pemetikan teh secara benar dan tepat. Cara pemetikan teh yang tepat adalah
dengan melaksanakan petikan rata dan teratur agar pembentukan tajuk tanaman
teh dapat melebar dan rapat sehingga dapat mengurangi pertumbuhan gulma di
antara barisan tanaman. Selain itu, pengendalian gulma secara kultur teknis dapat
diterapkan berupa penanaman tanaman pupuk hijau seperti Tephrosia spp. dan
Crotalaria spp. di antara barisan tanaman teh.
Pengendalian gulma di UP Tambi secara umum dilakukan melalui dua cara
yaitu secara manual memanfaatkan tenaga manusia dan secara kimiawi
menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara manual di UP Tambi
dilaksanakan selama dua periode yaitu Semester I (Januari-Maret) dan Semester II
(Agustus-Oktober) dengan perkiraan keluasan di setiap semester masing-masing
50%. Khusus untuk gulma pacar air, pengendalian dilakukan dengan cara
mencabut gulma sampai ke akarnya dengan menggunakan tangan sedangkan
untuk jenis gulma lainnya dilakukan dengan pembabatan menggunakan kored.
Pengendalian gulma secara kimiawi/chemical weeding dilaksanakan dua kali
dalam setahun untuk semua nomer kebun (tahun pangkas I-IV) pada bulan
Februari-April dan September-November bergantian dengan pengendalian secara
manual.
Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan setelah pemangkasan
disebut babad bokor dan dongkel anakan kayu (DAK). Babad bokor dilakukan
dengan mencabut gulma hingga akarnya menggunakan tangan, kored, sabit dan
parang. Dongkel anakan kayu (DAK) juga biasanya dilakukan menjelang
pemupukan tanah, dilaksanakan dua kali pada tanaman umur pangkas I-IV.
Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan
herbisida sistemik dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat (Round Up),
dengan dosis herbisida Round Up 1.5 liter ha-1 dan konsentrasi 4 ml liter-1 air. Alat
16

yang digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter. Penyemprotan


dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah agar penyerapan herbisida ke dalam
tanaman tidak terhambat. Hasil penyemprotan akan terlihat setelah 5-7 hari pasca
aplikasi tergantung tingkat dosis yang digunakan. Pada saat pelaksanaan aplikasi
juga harus menerapkan empat tepat, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat cara dan
tepat konsentrasi untuk meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi
dalam satu tahun sebanyak dua kali semprot dengan campuran hanya satu jenis
herbisida dan ideal dilakukan sepuluh hari sebelum kegiatan pemupukan. Prestasi
kerja rata-rata penulis saat melakukan chemical weeding adalah 0.017 ha HK-1,
sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.013 ha HK-1 dan standar kerja yang
berlaku adalah 0.019 ha HK-1.

Pemupukan
Pemupukan menjadi salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman,
karena apapun jenis tanamannya pasti membutuhkan makanan berupa unsur hara
dan mineral, begitupun dengan tanaman teh. Dalam pertumbuhan pucuk, tanaman
teh menyerap unsur hara dari dalam tanah secara terus-menerus sehingga
ketersediaan unsur hara dalam tanah makin lama makin berkurang. Unsur hara
dalam tanah dapat juga berkurang karena proses pencucian atau hanyut oleh air
hujan, penguapan dan erosi. Oleh karena itu, apabila tanah dibiarkan tanpa
diberikan perlakuan akan menjadi rusak atau menjadi tanah kritis. Untuk
menghindari hal yang demikian, maka perlu dilakukan pengelolaan tanah sebaik-
baiknya.
Salah satu upaya dalam pengelolaan tanah adalah melalui program
pemupukan yaitu memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah
yang cukup sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Pelaksanaan
pemupukan harus memperhatikan prinsip empat tepat yaitu tepat dosis, tepat cara,
tepat waktu dan tepat jenis. Selain pemupukan melalui tanah, di perkebunan teh
juga sering melaksanakan program pemupukan yang disemprotkan melalui daun
terutama untuk pemberian unsur mikro.
Pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan melalui dua cara yaitu
pemupukan melalui tanah (Gambar 2a) dan pemupukan melalui daun (Gambar
2b). Pemupukan melalui tanah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur
hara makro tanaman seperti N, P, K dan Mg dengan perbandingan 5:1:2:0.5.
Bahan pupuk yang digunakan untuk memenuhi unsur-unsur tersebut adalah Urea
46%, SP-36 36%, KCL 60% dan Kiserit 27%. Persentase yang digunakan adalah
N 8% dari target produksi teh kering per tahun.

a b
Gambar 2. Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b)
17

Pemupukan melalui tanah di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan dua kali


dalam setahun yaitu pada semester I dengan dua kali aplikasi yaitu pada bulan
Februari dan Juni, sedangkan semester II dengan satu kali aplikasi pada bulan
Oktober-November. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada tanaman menghasilkan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada TM di Unit Perkebunan Tambi
2015
Urea SP-36 KCl Kiserit
Blok kg kg kg kg kg kg kg kg
-1 -1 -1
tahun apl tahun apl-1 tahun -1
apl-1 tahun -1
apl-1
Pemandangan 40104 13368 10250 3417 12300 4100 6850 2283
Taman 31246 10415 7988 2663 9584 3195 5350 1783
Panama 35784 11928 9149 3050 10975 3658 6050 2017
Tanah Hijau 23116 7705 5913 1971 7091 2364 3950 1317
Jumlah 130250 43417 33300 11100 39950 13317 22200 7400
Sumber : Laporan RKAP Unit Perkebunan Tambi 2015
Aplikasi pupuk lewat tanah untuk tanaman dengan tahun pangkas I dan IV
adalah 90% sedangkan tanaman dengan tahun pangkas II dan III sebesar 110%.
Hal ini disebabkan tanaman dengan tahun pangkas I dan IV memiliki potensi
produksi yang lebih rendah dari pada tanaman dengan tahun pangkas II dan III
yang sedang berproduksi maksimal sehingga membutuhkan pasokan hara yang
lebih banyak. Pemupukan dilakukan dengan cara dibenam di sekitar tanaman
dengan lubang 20 cm dari leher akar dan kedalaman lubang 10-15 cm. Satu
lubang untuk dua pohon yang diletakan secara bergantian di baris tanaman antara
pemupukan pertama dengan pemupukan kedua dan seterusnya.
Tenaga kerja kegiatan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi terdiri dari
mandor/pembimbing, penabur pupuk, penggali lubang, langsir dan laden.
Mandor/pembimbing adalah sebagai pengawas kegiatan pemupukan dengan
mengawasi segala proses pemupukan dari awal hingga akhir.
Mandor/pembimbing bertanggung jawab secara langsung terhadap pekerja
pemupukan. Pemupuk terdiri dari penabur pupuk dan penggali lubang yang ketika
di lapangan bekerja secara berpasangan. Langsir merupakan pekerja yang
membawa pupuk dari gudang kebun lalu dimasukan truk setelah itu membawa
pupuk sampai tempat yang dekat dengan lahan yang akan di pupuk. Laden
merupakan pekerja yang mengantarkan pupuk dari tempat diletakan pupuk untuk
dibagi-bagikan kepada para penabur pupuk. Standar kerja rata-rata untuk kegiatan
pemupukan di UP Tambi adalah sebesar 0.25 ha HK-1. Penulis mengikuti kegiatan
pemupukan dengan profesi sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama
beberapa hari dengan prestasi kerja rata-rata 0.23 ha HK-1, sedangkan prestasi
kerja rata-rata karyawan adalah 0.35 ha HK-1.
Kebutuhan pupuk melalui tanah untuk setiap blok berbeda-beda sesuai
dengan target produksi yang akan dicapai dan direkomendasikan oleh direksi.
Unsur N adalah unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman teh untuk
pertumbuhan pucuk. Apabila tanaman teh kekurangan unsur N maka pertumbuhan
pucuk burung akan lebih banyak dibandingkan dengan peko, sehingga komposisi
N dalam setiap pemupukan menjadi faktor yang menentukan pada produktivitas
teh yang dihasilkan.
18

Pada tanaman belum menghasilkan kebutuhan pupuk di setiap blok hampir


sama karena target produksi diasumsikan sama dan pelaksanaan pemupukan
dilakukan empat kali dalam setahun. Asumsi produktivitas untuk TBM I 1 750 kg
ha-1 tahun-1, TBM II 2 000 kg ha-1 tahun-1, sedangkan TBM III 2 250 kg ha-1
tahun-1. Konsentrasi aplikasi N 8% dengan perbandingan jenis pupuk Urea, SP-36,
KCl dan Kiserite yaitu 5:1:2.5:0.3. Aplikasi pemupukan pada TBM melalui tanah
untuk tanaman klonal dan seedling dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada TBM di Unit Perkebunan Tambi
2015
Urea SP-36 KCI Kiserit
Blok -1
...............kg tahun ...............
TBM I 1 100 250 350 150
TBM II 1 000 320 375 195
TBM III 2 450 1 050 1 350 820
Jumlah 4 550 1 620 2 075 1 165
Sumber : Laporan RKAP Unit Perkebunan Tambi 2015
Pemupukan melalui daun merupakan salah satu cara untuk mempercepat
pertumbuhan pucuk sekaligus mempercepat penyembuhan luka petikan.
Pelaksanaannya baru terprogram dan terjadwal pada tahun 2012 dengan tujuan
meningkatkan hasil produksi. Jenis pupuk yang digunakan yaitu Zink sulfat dan
PPC (Pelengkap Pupuk Cair). Jenis PPC yang digunakan yaitu Sanfor dan
Companny dengan dosis masing-masing 0.5 liter ha-1. Pengaplikasian Sanfor atau
Companny dicampur dengan Urea dengan dosis 125 g ha-1 dan air yang digunakan
untuk membuat larutan ± 250 ml.
Penyemprotan ZnSO4 dilaksanakan selama sepuluh bulan dimulai bulan
Februari sampai dengan November dengan dosis 1 kg ha-1 aplikasi-1. Alat yang
digunakan adalah misblower dan handsprayer/pakabak. Sedangkan pupuk
pelengkap cair (PPC) diberikan pada musim kamarau yaitu Juli-September
sebanyak enam kali aplikasi (2 kali dalam 1 bulan) dengan dosis 1-1.5 liter ha-1.
Cara pengaplikasian Zink sulfat hampir sama dengan dengan PPC.
Penyemprotan pupuk melalui daun yang tepat yaitu disemprot pada bagian bawah
daun agar dapat langsung diserap oleh stomata yang sedang terbuka. Jika
penyemprotan pada bagian bawah daun sulit dilakukan, diperbolehkan lewat
bagian atas, tetapi langsung menyentuh pucuk daun. Saat yang baik dilakukan
penyemprotan yaitu saat stomata sedang membuka, berkisar antara pukul enam
pagi hingga pukul sembilan pagi, maksimal pukul sepuluh. Jika melewati pukul
sepuluh, stomata daun diperkirakan telah menutup dan pemupukan akan terbuang.
Alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan melalui tanah yaitu ember, gelas
takar, sarung tangan dan masker, sedangkan pemupukan melalui daun yaitu drum
air, ember, gelas ukur, selang, pengaduk, mesin diesel dan power sprayer.

Pengendalian Hama dan Penyakit


Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat
dalam peningkatan produksi pucuk di perkebunan teh. Beberapa hama penting
yang dijumpai di perkebunan teh khususnya di UP Tambi antara lain wereng hijau
(Empoasca flavescens), ulat api (Setora nitens), kepik penghisap daun (Helopeltis
antonii), tungau jingga (Brevipalpus phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca,
19

Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria), ulat penggulung daun (Homona


coffearia) dan ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma). Sedangkan penyakit
penting yang sering menyerang areal pertanaman teh di UP Tambi adalah cacar
daun teh (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans.
Penyakit cacar daun teh ini menjadi penting karena sangat sulit untuk
dikendalikan terutama pada musim penghujan serta sangat nyata menurunkan
produksi pucuk di UP Tambi.
Empoasca atau wereng hijau merupakan serangga yang menyerang pucuk
teh, dengan menusuk dan menghisap cairannya. Jika pucuk sudah habis, serangan
dapat berlanjut ke daun muda dan tua. Gejala serangan berupa perubahan warna
tulang daun teh menjadi merah coklat. Pada daun, timbul noda-noda berwarna
kemerahan seperti terbakar (leaf burn), kemudian menguning. Pertumbuhan daun
menjadi terhambat dan pucuk daun teh tumbuh tidak normal. Serangan dapat
menyebabkan tanaman jadi gundul dengan produksi sangat menurun. Upaya
pengendalian hama ini dilakukan secara kimiawi dengan insektisida jenis Talstar
dan Tamabas dengan dosis 200 cc ha-1. Kepik penghisap daun atau Helopeltis
antonii menyerang pucuk daun muda. Kepik ini menusuk dan menghisap daun teh
sehingga membentuk bercak-bercak hitam. Musuh alami Helopeltis ini banyak.
Nimfa-nya dimangsa oleh laba-laba lompat, belalang sembah dan predator lain.
Dewasa yang terbang ditangkap oleh capung dan laba-laba pembuat jaring.
Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis) sangat merusak tanaman teh, terutama teh
pada dataran tinggi. Serangga ini menyerang daun biasa/bukan tunas petik,
menyebabkan kematian urat daun dan pangkal daun. Daun yang terserang berat
berubah warna menjadi kemerahan, lalu mengering dan gugur. Ulat jengkal
menyerang daun, pupus daun dan pentil teh. Serangan berat menyebabkan daun
berlubang dan pucuk tanaman gundul sehingga tinggal tulang daun saja.
Ulat penggulung daun membuat tempat berlindung untuk diri sendiri dari
daun teh, caranya dengan menyambungkan dua (atau lebih) daun bersama-sama
dengan sutra, atau dengan menggulung satu daun lalu menyambungkan
pinggirnya. Daun yang terserang tidak dapat dipetik sebagai hasil panen teh.
Serangan ulat penggulung daun (Homona coffearia) mengakibatkan daun teh
menjadi menggulung dan terlipat melintang (Gambar 3a). Hama ini dijumpai
menyerang daun teh muda maupun tua. Pada musim penghujan, intensitas
serangan ulat penggulung daun tergolong rendah sehingga tidak dilakukan
penanganan khusus sebagai upaya pengendalian. Serangan hama ini menjadi
cukup tinggi pada musim kemarau sehingga UP Tambi melaksanakan upaya
pengendalian secara mekanis dengan memetik daun/perdu yang terserang atau
dengan mengambil dan membinasakan kelompok telur yang ditemukan pada
perdu/daun teh. Sedangkan upaya pengendalian secara kimiawi dengan
menggunakan jenis insektisida Kejora 15 EC dengan bahan aktif Alfa sipermetrin
15 g liter-1 dengan dosis 200 cc ha-1 aplikasi-1.
Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) menyerang areal pertanaman
teh dan mengakibatkan pucuk menggulung sehingga pertumbuhannya terhambat.
Ulat penggulung pucuk menyerang bagian tanaman teh yang akan dipanen. Ulat
menggulung daun pucuk dengan memakai benang-benang halus untuk mengikat
daun pucuk sehingga tetap tergulung. Cara ulat menggulung daun cukup khas.
Serangan hama ini tidak begitu menjadi masalah di UP Tambi karena secara alami
populasinya masih dapat dikontrol dengan keberadaan musuh alaminya seperti
20

laba-laba, kepik, jangkrik, semut dll. Pengendalian hanya dilakukan secara kultur
teknis dengan memetik daun-daun yang terserang serta dengan jalan
memperpendek gilir/daur petik dari nomer-nomer kebun yang terserang.
Hama ulat api (Setora nitens) sempat menjadi hama penting di UP Tambi
tepatnya pada tahun 2009 terutama di blok Panama. Populasi hama ini meningkat
pesat pada musim kemarau sehingga menjadi sulit dikendalikan baik secara
mekanis maupun kultur teknis. Upaya pengendalian hama ulat api ini dilakukan
secara kimiawi menggunakan insektisida jenis Crowen 113 EC dengan bahan
aktif Cypermethrin 113 g liter-1 dengan dosis 200 cc ha-1 dan disemprotkan
menggunakan knapsack sprayer dengan metode spot spraying. Metode spot
spraying adalah metode penyemprotan yang dilakukan hanya pada titik-titik
tertentu yang mengalami serangan berat. Metode ini dipilih untuk mengurangi
residu insektisida yang berlebihan karena dapat mempengaruhi ambang batas
residu yang ditetapkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).
Pengendalian penyakit cacar daun teh (Blister blight) di UP Tambi
dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida jenis Connasol 50 SC dengan
bahan aktif Heksakonazol 50 g liter-1 untuk klon TRI (2024 dan 2025) dengan
dosis 150-300 cc ha-1 aplikasi-1 dan fungisida jenis Agronil 75 WP dengan bahan
aktif Klorotalonil 75% untuk semua klon Gambung dengan dosis 300-500 g ha-1
aplikasi-1. Tindakan pengendalian berupa penyemprotan fungisida dilakukan
selama dua semester yaitu Januari-April dan September-Desember. Penyemprotan
dilakukan setelah pemetikan dengan batas maksimal delapan hari sebelum
pemetikan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari residu pada hasil
pucuk akibat aplikasi fungisida. Pada lahan-lahan dengan tingkat serangan berat
(Kelas A) seluas 142.41 ha, pengendalian dilakukan lebih intensif selama enam
bulan dengan aplikasi dua kali penyemprotan dalam sebulan (12 kali per tahun).
Sedangkan untuk lahan-lahan dengan tingkat serangan sedang (Kelas B) seluas
103.44 ha, pengendalian dilakukan selama enam bulan dengan aplikasi delapan
kali penyemprotan per tahun. Prestasi kerja penulis saat melakukan aplikasi
pengendalian hama dan penyakit (PHP) dengan mobil proteksi (pick up) adalah
0.06 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.07 ha HK-1 dan standar
kerja yang berlaku adalah 0.06 ha HK-1.

a b
Gambar 3. Gejala serangan hama ulat penggulung daun (a) dan penyakit Blister
blight (b)

Pemangkasan
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan kultur teknis untuk
menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu, sehingga pemetikan dapat
dilakukan dengan mudah, cepat dan efisien. Pemangkasan bertujuan untuk
21

mempermudah agar tanaman selalu berada pada fase vegetatif, memelihara bidang
petik agar tetap rendah untuk memudahkan pemetikan, membentuk bidang petik
selebar mungkin, membuang cabang tidak produktif serta merangsang
pembentukan tunas baru. Standar kerja untuk kegiatan pemangkasan di UP Tambi
adalah sebesar 0.04 ha HK-1. Penulis mengikuti kegiatan pemangkasan dengan
status sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan prestasi kerja antara 0.001-
0.038 ha HK-1 sedangkan prestasi kerja pemangkas di UP Tambi rata-rata sebesar
0.06 ha HK-1.
Jenis/Tipe Pangkasan. Pemangkasan yang diterapkan di UP Tambi adalah
jenis pangkasan bersih dan pangkasan setengah bersih. Pertimbangan memilih
jenis pangkasan bersih karena blok-blok yang terdapat di UP Tambi terletak pada
ketinggian di atas 1 200 m dpl dimana penyinaran matahari dan suhu tidak terlalu
tinggi sehingga tanaman dapat bertahan meskipun tidak ada daun yang disisakan
setelah pemangkasan. Jenis pangkasan setengah bersih dipilih karena secara teknis
pangkasan bersih sulit untuk bisa diterapkan secara efisien. Sistem upah borongan
yang diterapkan seringkali membuat pemangkas lebih mengutamakan kuantitas
dari pada kualitas hasil pangkasan. Akibatnya, pangkasan bersih yang memang
sedikit lebih rumit dan memerlukan waktu serta kesabaran dalam pelaksanaannya
justru sulit sekali untuk bisa dilaksanakan terutama pada tanaman tua dengan
keadaan frame yang sangat lebar.
Tinggi Pangkasan. Standar tinggi pangkasan setiap blok di UP Tambi
disesuaikan dengan tinggi pangkasan sebelumnya. Ketinggian pangkasan di UP
Tambi senantiasa dinaikan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian
tertentu tinggi pangkasan kembali lagi pada ketinggian pangkasan awal
(pangkasan dagul).
Gilir pangkas. Gilir pangkas merupakan rentang waktu antara pemangkasan
terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. UP Tambi yang terletak pada
ketinggian di atas 1 200 m dpl menggunakan gilir pangkas 4-5 tahun. Namun
dalam pelaksanaannya, pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas
yang direncanakan. Terkadang ada beberapa nomer kebun yang dipangkas lebih
cepat ataupun lebih lambat dari gilir pangkas yang seharusnya. Keputusan
mempercepat jadwal pemangkasan untuk nomer-nomer kebun tertentu adalah
karena keadaan tanaman yang sudah kurang produktif serta kondisi tanaman yang
sudah tinggi dan terlalu rapat sehingga menyulitkan dalam kegiatan pemeliharaan
dan pemetikan.
Waktu pemangkasan. Waktu yang tepat untuk dilaksanakan pemangkasan
adalah saat keadaan tanaman sehat karena tanaman yang sehat akan memiliki
cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali pasca dilakukannya
pemangkasan. Selain itu, pemangkasan tanaman teh juga harus didukung oleh
faktor lingkungan yang kondusif terutama suhu dan kelembaban. Pemangkasan di
UP Tambi dilaksanakan dalam dua semester yakni Februari-Mei (Semester I) dan
Oktober-November (Semester II). Namun, untuk blok Pemandangan yang terletak
pada ketinggian tempat sekitar 1 700 - 2 100 m dpl, pemangkasan hanya
dilakukan pada semester I dengan pertimbangan untuk pengendalian penyakit
cacar daun teh serta ketersediaan tenaga kerja.
Luas areal pangkasan. Luas areal pangkasan dalam satu tahun yang
ditetapkan di Unit Perkebunan Tambi adalah sebesar 25-30% dari luas total areal
tanaman menghasilkan. Pekerjaan pemangkasan dilaksanakan dalam dua semester
22

dengan 70% dilaksanakan pada semester I dan sisanya pada semester II.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terganggunya stabilitas produksi
karena areal produktif berkurang akibat pemangkasan.
UP Tambi yang terdiri dari empat blok membagi areal yang akan dipangkas
ke masing-masing blok. Setiap blok rata-rata mendapat bagian 3-4 nomer kebun
yang harus dipangkas setiap tahunnya. Rencana luas areal pangkasan yang
ditetapkan kebun tidak selalu sesuai dengan realisasinya. Pada tahun 2015, UP
Tambi menetapkan bahwa luas areal pangkasan adalah sebesar 54.40 ha atau
24.52% dari total areal tanaman menghasilkan. Akan tetapi realisasinya hingga
Mei 2015 baru sebesar 46.49 ha atau sekitar 18.9% dari luas areal tanaman
menghasilkan. Perbedaan luas rencana dan realisasi ini terjadi karena terdapat
beberapa nomer kebun yang memang disisakan untuk dipangkas pada akhir tahun
(semester II) serta terdapat perubahan nomer kebun yang dipangkas dari rencana
awal dengan pertimbangan menyesuaikan kondisi tanaman yang ada di lapangan.
Tenaga Pemangkas. Tenaga pemangkas di Unit Perkebunan Tambi
merupakan tenaga kerja musiman dengan sistem upah borongan. Sistem upah
borongan ini seringkali menyebabkan para pemangkas bekerja hanya
mementingkan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan.
Alat pangkas. Kegiatan pemangkasan perdu teh di UP Tambi dilakukan
secara manual menggunakan sabit pangkas (Gambar 4a) dan mesin pangkas
(Gambar 4b). Pertimbangan melaksanakan pemangkasan secara manual ini adalah
karena tersedianya tenaga pemangkas yang cukup serta untuk mengurangi
kerusakan cabang akibat pemangkasan. Mesin pangkas hanya digunakan apabila
tenaga pemangkas jumlahnya tidak memadai untuk dilakukan pemangkasan
secara manual.

a b
Gambar 4. Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b)
Penanganan Sisa Pangkasan. Salah satu kegiatan yang mengikuti program
pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi adalah penanganan sisa pangkasan.
Sisa pangkasan berupa cabang maupun ranting segar dimanfaatkan untuk menutup
frame/bidang pangkas agar tidak terkena sengatan sinar matahari langsung. Sisa
pangkasan juga bisa ditinggal maupun dibenamkan di lahan untuk menambah
bahan organik dalam tanah, akan tetapi kegiatan benam serasah ini tidak lagi
dilaksanakan di UP Tambi. Secara lengkap kegiatan-kegiatan yang termasuk
dalam paket program pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi adalah
sebagai berikut :

Penutupan frame/bidang pangkas


Cabang atau serasah sisa pangkasan dimanfaatkan untuk menutup bidang
pangkas selama 3-5 hari sehingga dapat mengurangi sengatan sinar matahari
23

langsung ke atas permukaan luka pangkas. Kegiatan penutupan bidang pangkas


ini juga penting dilakukan untuk mengurangi kehilangan air yang berlebihan
melalui transpirasi maupun evaporasi.

Pemeliharaan saluran air dan lubang tadah


Saluran air berfungsi melancarkan aliran air agar tidak terlalu besar
memasuki areal pertanaman yang dapat berakibat fatal (tanah longsor) dan
melancarkan jalannya air menuju lubang tadah. Pemeliharaan saluran air
dilakukan dua kali dalam setahun (pada awal dan akhir musim hujan). Lubang
tadah dikenal dengan istilah rorak (Gambar 5a) dibuat pada saat TBM I dengan
ukuran panjang 2 m, lebar 30 cm, kedalaman 30 cm di sela-sela baris setiap 2-3
barisan tanaman. Fungsi lubang tadah adalah menyimpan dan melancarkan air
yang masuk ke areal tanaman. Alat yang digunakan dalam pemeliharaan saluran
air dan pembuatan lubang tadah yaitu cangkul, sabit dan lempag.

a b
Gambar 5. Penampakan rorak (a) dan kegiatan pembuatan saluran air/rorak (b)
Pemeliharaan lubang tadah dilakukan dua kali dalam setahun untuk TBM I,
II dan III, sedangkan TM satu kali dalam empat tahun. Pelaksanaannya dilakukan
saat awal dan akhir musim hujan. Caranya yaitu mengangkat atau menguras tanah
yang telah memenuhi lubang dengan menggunakan cangkul. Pemeliharaan lubang
tadah sangat penting dilakukan pada tanaman yang telah dipangkas (50% dari
areal pangkas) karena banyaknya lubang tadah yang tertutup oleh serasah daun.
Penulis mengikuti kegiatan pembuatan rorak sebagai karyawan harian lepas
dengan prestasi kerja sebesar 0.002 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan
sebesar 0.003 ha HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.002 ha HK-1.

Pemorokan/penggemburan tanah
Porokan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
setelah pemangkasan. Kegiatan ini bertujuan untuk menggemburkan tanah yang
berada di sekitar tanaman teh, memperlancar sirkulasi dan respirasi tanah, serta
memperlancar laju aliran air. Alat yang digunakan yaitu garpu porok. Teknis
melakukan kegiatan porokan yaitu garpu porok ditekan ke dalam tanah dengan
posisi miring, kemudian tanah diangkat. Pada saat menekan garpu ke dalam tanah,
harus dilakukan secara hati-hati agar garpu tidak melukai akar atau bahkan dapat
membuat terputusnya akar tanaman teh. Kedalaman porokan 20-30 cm. Penulis
mengikuti kegiatan pemorokan selama dua hari sebagai karyawan harian lepas
dengan prestasi kerja sebesar 0.002 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan
sebesar 0.003 ha HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.003 ha HK-1.
Kegiatan penggemburan tanah atau pemorokan dapat dilihat pada Gambar 6.
24

Gambar 6. Kegiatan penggemburan tanah atau pemorokan

Pemetikan
Pemetikan merupakan kegiatan pengambilan hasil dari tanaman teh baik
berupa pucuk peko maupun pucuk burung yang memenuhi syarat untuk diolah.
Selain sebagai bahan baku utama pengolahan, kegiatan pemetikan juga bertujuan
untuk membentuk figur tanaman agar mampu berproduksi maksimal sesuai
dengan potensinya secara berkelanjutan. Pemetikan harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku agar diperoleh mutu pucuk yang tinggi baik dari kualitas
maupun kuantitas. Prestasi kerja penulis saat melakukan pemetikan dengan
gunting petik adalah 43 kg HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 87 kg
HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 72 kg HK-1.
Jenis pemetikan yang diterapkan di Unit Perkebunan Tambi adalah
pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan. Pemetikan
jendangan merupakan pemetikan yang dilakukan pada awal setelah pemangkasan.
Tujuan dari pemetikan jendangan yaitu untuk membentuk bidang petik yang lebar
dan rata, serta membuat ketebalan daun pemeliharaan yang cukup agar menunjang
pertumbuhan tanaman. Pemetikan jendangan dilakukan setelah tanaman yang
telah selesai dipangkas memiliki ketinggian pucuk 10-15 cm dari bidang pangkas.
Tunas yang tumbuh ke atas dipetik, sedangkan tunas yang tumbuh ke samping
dibiarkan agar bidang petik dapat melebar. Waktu pelaksanaan pemetikan
jendangan di UP Tambi pada umumnya dilakukan antara 3-4 bulan setelah
pemangkasan. Pemetikan jendangan secara umum dilakukan sebanyak 6-10 kali
petikan, sedangkan di UP Tambi hanya dilakukan sebanyak 4-5 petikan kemudian
dilanjutkan dengan pemetikan produksi.
Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan
jendangan selesai dan dilakukan selama periode produksi sampai tanaman tersebut
akan dipangkas kembali. Pemetikan produksi dilakukan secara rutin sehingga
terbentuklah gilir petik untuk setiap nomer kebun. Pemetikan gendesan
merupakan kegiatan pemetikan yang dilakukan pada akhir sebelum pemangkasan.
Pada umumnya pemetikan gendesan dimaksudkan untuk menghabiskan pucuk
yang terdapat di atas bidang petik, sehingga dalam pemetikannya tidak mengikuti
rumus petik. Secara keseluruhan pelaksanaan pemetikan di UP Tambi baik
pemetikan jendangan, produksi, maupun pemetikan gendesan dilakukan secara
teknis dengan menggunakan alat petik yaitu gunting petik dan mesin petik. Hal ini
menyebabkan pucuk yang dihasilkan pada pelaksanaan di lapangan tidak
mengikuti rumus petik meskipun pada dasarnya UP Tambi telah merencanakan
jenis petikan sesuai dengan ketentuan seperti petikan halus, petikan medium dan
petikan kasar dengan kriteria rumus petik masing-masing.
25

Sistem pemetikan yang berlaku di Unit Perkebunan Tambi adalah sistem


sawahan kelompok. Sistem ini merupakan sistem dengan pembagian lahan seperti
petak-petak sawah, setiap pemetik bertanggungjawab terhadap petak yang
diberikan sehingga lebih mudah diketahui kesalahan pemetikan. Pemetik pindah
ke barisan yang belum dipetik apabila barisan sebelumnya telah diselesaikan.
Keunggulan dari sistem sawahan adalah mempermudah dalam proses pengawasan
pemetikan. Pembimbing/mandor petik dapat langsung menegur dan memberitahu
sekaligus mencontohkan cara memetik yang benar apabila pemetik melakukan
kesalahan dalam pemetikan. Penerapan sistem pemetikan seperti ini menjadikan
tenaga petik memiliki rasa tanggung jawab terhadap areal pemetikannya sehingga
mampu meningkatkan motivasi untuk bekerja dengan baik dan diharapkan dari
setiap pemetik tidak hanya memetik dengan tujuan untuk mencapai kapasitas
petik untuk individu pemetik tetapi juga mampu menjaga kondisi perdu dengan
melakukan petikan pemeliharaan.
Daur petik atau yang lebih dikenal dengan gilir petik merupakan rentang
waktu antara pemetikan yang satu dengan pemetikan berikutnya dalam satuan hari.
Panjang pendeknya gilir petik dipengaruhi kecepatan pertumbuhan pucuk.
Kecepatan pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain umur
pangkas, ketinggian tanaman, iklim dan kondisi kesehatan tanaman. Semakin tua
umur pangkas tanaman dan semakin tinggi areal pertanaman teh, maka semakin
lambat pertumbuhan pucuk, kedua hal ini yang menyebabkan gilir petik yang
semakin panjang. Iklim yang berpengaruh terhadap gilir petik adalah musim. Saat
musim kemarau pertumbuhan pucuk akan semakin lambat sehingga gilir petik
semakin panjang, begitupun sebaliknya pada musim hujan. Kondisi kesehatan
tanaman juga menjadi parameter dalam kecepatan pertumbuhan pucuk. Apabila
tanaman sehat, maka gilir petik akan semakin pendek. Sedangkan jika tanaman
kurang sehat, maka gilir petik akan semakin panjang bahkan dapat terjadi kondisi
tidak dipetik untuk menambah tebal daun pemeliharaan.
Gilir petik yang ditetapkan di Unit Perkebunan Tambi yaitu 30-60 hari,
tetapi dalam pelaksanaan di lapangan disesuaikan dengan kondisi dan ketinggian
masing-masing blok. Blok Pemandangan melakukan gilir petik 70-80 hari, Blok
Taman 60-70 hari, Blok Panama 40-50 hari dan Blok Tanah Hijau 30-40 hari.
Blok Pemandangan memiliki gilir paling panjang karena letaknya yang paling
tinggi diantara blok lainnya, pun sebaliknya dengan Blok Tanah Hijau.
Tenaga petik di Unit Perkebunan Tambi mengenakan begor (celemek dari
karung atau plastik), caping atau penutup kepala, sarung tangan, sepatu boots,
gunting petik dan keranjang serta waring dalam melakukan kegiatan pemetikan.
Kapasitas keranjang yaitu sekitar 5-10 kg. Jenis waring yang digunakan ada dua,
waring lembaran dan waring karung. Waring merupakan tempat yang digunakan
untuk menyimpan hasil petikan yang terbuat dari plastik jala. Waring lembaran
merupakan milik pribadi tenaga petik, memiliki kapasitas 30 kg. Sedangkan
waring karung merupakan milik perusahaan yang berguna sebagai wadah pucuk
saat pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik. Waring karung memiliki kapasitas
sebesar 25-30 kg. Dalam penyediaan alat pemetikan masih memiliki beberapa
kekurangan. Setiap pemetik hanya mempunyai ± 2 waring lembaran, sehingga
dalam pengisiannya tidak jarang melebihi kapasitas waring. Hal tersebut
menyebabkan banyak pucuk yang tercecer di areal pertanaman teh dan tidak
terbawa ke pabrik.
26

Pemetikan yang dilakukan di UP Tambi merupakan pemetikan semi


mekanis dan mekanis dengan menggunakan gunting petik (Gambar 7a) dan mesin
petik (Gambar 7b). Cara penggunaan gunting petik adalah gunting diletakan di
atas bidang petik kemudian perdu digunting rata. Gunting harus berada di atas
bidang petik dan gunting tidak boleh dalam keadaan miring. Hal tersebut harus
diperhatikan karena apabila menggunting tidak rata atau terlalu menekan bidang
petik, maka akan menurunkan bidang petik sehingga daun pemeliharaan akan ikut
tergunting.

a b
Gambar 7. Alat petik; gunting petik (a) dan mesin petik (b)
Mesin petik yang digunakan di Unit Perkebunan Tambi adalah mesin petik
dengan jenis GT 120 yang diimpor dari Jepang. Mesin petik ini mulai digunakan
di UP Tambi sejak tahun 2012. Mesin petik tipe GT 120 memiliki spesifikasi
dengan panjang mesin 165 cm, lebar 45 cm, tinggi 27.5 cm dan dilengkapi dengan
pisau sepanjang 120 cm dan panjang handle 100-140 cm. Pekerja yang
menggunakan mesin petik adalah laki-laki karena penggunaan mesin petik
membutuhkan tenaga yang kuat serta pemahaman yang baik mengenai cara
penggunaan dan pemeliharaan mesin. Unit Perkebunan Tambi secara berkala
mendatangkan teknisi untuk berdiskusi bersama pemetik mengenai pemeliharaan
dan kendala saat menggunakan mesin petik. Unit Perkebunan Tambi
menggunakan empat unit dan satu mesin cadangan. Pengoperasian satu mesin
petik dikendalikan oleh dua operator, satu orang pemegang kantong penampung
pucuk, satu orang pengangkut hasil petikan dan satu orang merapikan bidang
petik.
Kegiatan pemetikan di UP Tambi dilaksanakan pukul 06.00-10.00. Apabila
dilaksanakan penimbangan kedua, maka pemetikan dilanjutkan hingga pukul
13.00. Banyaknya penimbangan satu atau dua kali ditentukan oleh
pembimbing/mandor petik dan kondisi pucuk yang ada di lapangan. Apabila
kondisi pucuk di lapangan cukup banyak, maka penimbangan dibagi dalam dua
kali penimbangan. Hal ini dimaksudkan agar pucuk yang telah dipetik tidak
terlalu lama berada di lapangan karena dapat menyebabkan kadar air turun akibat
penguapan, kondisi daun rusak, layu dan memar.
Pucuk yang telah dikumpulkan oleh tenaga pemetik kemudian dimasukan ke
dalam waring kantong yang terbuat dari jala plastik berbentuk seperti karung.
Penimbangan dilakukan oleh seorang juru timbang atau oleh pembimbing petik
dan dicatat dalam buku jurnal petik harian masing-masing blok kebun. Buku
jurnal petik harian adalah buku laporan jumlah pucuk yang didapatkan oleh
masing-masing pemetik setiap harinya. Jumlah pucuk yang diperoleh setiap
pemetik harus dicatat karena pengupahan disesuaikan dengan basis petik yang
didapatkan. Penimbangan yang dilakukan di kebun dapat dilakukan lebih dari
27

sekali. Pucuk yang telah ditimbang ditransportasikan menggunakan truk ke pabrik,


dalam pengangkutan diusahakan tidak melebihi kapasitas standar untuk
menghindari kerusakan pucuk teh. Truk pengangkut pucuk dengan kapasitas
standar 2-3 ton ditimbang menggunakan jembatan timbang untuk mengetahui
selisih antara penimbangan di kebun dan di pabrik. Teknis kegiatan penimbangan
pucuk di lapangan seperti terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Kegiatan penimbangan pucuk di lapangan

Tinggi bidang petik


Tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Tambi tumbuh semakin tinggi
seiring dengan bertambahnya umur pangkas tanaman (Gambar 9). Tinggi bidang
petik berkisar 75.8-109.7 cm. Tinggi rata-rata bidang petik pada umur pangkas 1
tahun 75.8 cm; pada umur pangkas 2 tahun 84.6 cm; pada umur pangkas 3 tahun
100.9 cm; serta umur pangkas 4 tahun 109.7 cm.

120
Tinggi bidang petik (cm)

100
80
60
40
20
0
1 2 3 4
Umur pangkas (tahun)

Sumber : Hasil Pengamatan


Gambar 9. Tinggi bidang petik berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit
Perkebunan Tambi tahun 2015

Diameter bidang petik


Hasil pengamatan diameter bidang petik di Unit Perkebunan Tambi
tercantum pada Tabel 3. Diameter bidang petik rata-rata berdasarkan umur
pangkas 1-4 tahun pada Unit Perkebunan Tambi memiliki rata-rata diameter 101.8
cm. Diameter bidang petik umur pangkas 1 tahun 73.1 cm; umur pangkas 2 tahun
94.4 cm; umur pangkas 3 tahun 110.0 cm; serta umur pangkas 4 tahun setelah
pangkas dengan diameter 129.6 cm.
28

Tabel 3. Diameter bidang petik berdasarkan umur setelah pemangkasan di Unit


Perkebunan Tambi tahun 2015
Diameter bidang petik pada umur setelah pemangkasan
Blok (tahun)
I II III IV
……………….…(cm)………………
Pemandangan 75.1 98.0 111.9 131.9
Taman 74.4 92.5 104.2 119.6
Panama 73.0 96.0 111.9 141.8
Tanah Hijau 69.7 91.1 112.1 125.0
Rata – rata 73.1±2.4 94.4±3.2 110.0±3.9 129.6±9.6
Sumber : Hasil Pengamatan

Tebal daun pemeliharaan


Tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi berdasarkan umur
setelah pemangkasan (Gambar 10) memiliki rata-rata tebal daun pemeliharaan
48.2 cm. Tinggi tebal daun pemeliharaan berdasarkan umur setelah pemangkasan
antara lain umur pangkas 1 tahun sebesar 38.3 cm; umur pangkas 2 tahun sebesar
46.4 cm; umur pangkas 3 tahun sebesar 51.4 cm; serta umur pangkas 4 tahun
dengan tebal paling besar yaitu 56.9 cm.
60
pemeliharaan (cm)

50
Tebal daun

40

30

20

10

0
1 2 3 4
Umur pangkas (tahun)
Sumber : Hasil Pengamatan
Gambar 10. Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun setelah pemangkasan di
Unit Perkebunan Tambi tahun 2015

Analisis petik
Analisis petik dilakukan dengan mengambil hasil petikan secara acak dari
setiap blok. Analisis petik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 menunjukkan hasil analisis petik dengan petikan halus 3.5%; petikan
medium 40.1%; petikan kasar 21.5%; dan petikan rusak 34.9%.
29

Tabel 4. Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Mei 2015
Komposisi Pucuk (%)
Blok Petikan Petikan Petikan Petikan
Halus Medium Kasar Rusak
Pemandangan 2.0 40.0 19.1 38.9
Taman 1.6 37.8 31.3 29.4
Panama 2.9 43.6 16.4 37.1
Tanah Hijau 7.6 38.9 19.4 34.1
Rata-rata 3.5±2.8 40.1±2.5 21.5±6.6 34.9±4.2
Sumber : Hasil Pengamatan
Ketentuan : Petikan halus <5%; dan petikan medium minimal 50% (Unit
Perkebunan Tambi 2015)
Keterangan : Petikan halus = p+1 dan p+2m
Petikan medium = p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m
Petikan kasar = p+4 atau lebih, b+1t, b+2t, b+3t dan b+4t atau
lebih
Petikan rusak = daun lembaran dan tangkai

Analisis pucuk
Analisis pucuk dilakukan setiap hari dengan mengambil sampel pucuk
secara acak dari setiap blok. Pucuk yang memenuhi syarat dan pucuk yang tidak
memenuhi syarat ditimbang dan dihitung dalam persen. Hasil analisis pucuk bulan
Januari-Mei 2015 dapat dilihat pada Tabel 5. Analisis pucuk pada Tabel 5
menunjukkan rata-rata 50.22% pucuk memenuhi syarat (MS) dan 49.78% pucuk
tidak memenuhi syarat (TMS).
Tabel 5. Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015
Januari Februari Maret April Mei
Blok
MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS
........................................(%)........................................
Pemand
50.2 49.8 50.3 49.7 47.0 53.0 49.2 50.8 51.1 48.9
angan
Taman 52.0 48.0 50.2 49.9 51.3 48.7 49.5 50.5 51.3 48.7
Panama 50.7 49.3 49.2 50.8 51.2 48.8 50.1 49.9 50.2 49.8
Tanah
50.2 49.8 49.3 50.7 51.1 48.9 50.5 49.5 49.9 50.1
Hijau
Rata – 0.8± 49.2 49.7 50.3 50.1 49.9 49.8 50.2 50.6 49.4
rata 0.9 ±0.9 ±0.6 ±0.6 ±2.1 ±2.1 ±0.6 ±0.6 ±0.7 ±0.7
Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Tambi tahun 2015
Keterangan : Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m
Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1 - 5)t

Gilir Petik
Gilir petik yang digunakan di Unit Perkebunan Tambi adalah 30-60 hari.
Pengamatan gilir petik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 6. Unit
Perkebunan Tambi memiliki rata-rata gilir petik 58.3 hari.
30

Tabel 6. Gilir petik di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015


Ketinggian Luas Luas Areal
Gilir Petik
Blok Tempat Areal Petik/hari
(hari)
(m dpl) (ha) (ha hari-1)
Pemandangan 1 500 - 2 100 68.32 0.865 79
Taman 1 300 - 1 500 53.23 0.710 75
Panama 1 250 - 1 500 60.96 1.244 49
Tanah Hijau 1 000 - 1 250 39.38 1.313 30
Rata – rata 55.473 1.033±0.3 58.3±23.1
Sumber : Hasil Pengamatan

Hanca petik
Hanca pemetik setiap blok berbeda karena dipengaruhi oleh kondisi pucuk,
jumlah tenaga kerja dan topografi lahan. Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015
Luas Areal Jumlah Hanca
Gilir Petik Hanca/Pemetik
Blok Petik Pemetik Petik
(hari) -1 (ha HK-1)
(ha) (orang) (ha HK )
Pemandangan 68.32 79 48 0.854 0.018
Taman 53.23 75 36 0.700 0.019
Panama 60.96 49 46 1.219 0.027
Tanah Hijau 39.38 30 35 1.270 0.036
Rata – rata 55.47 58.3±23.1 41.3±6.7 1.011±0.3 0.025±0.01
Sumber : Hasil Pengamatan

Kapasitas petik
Kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi menggunakan gunting dan
mesin petik dengan standar kapasitas pemetik (basic yield) sebesar 72 kg hari-1
setiap pemetik, standar tersebut ditetapkan berdasarkan rata-rata kapasitas petik
Unit Perkebunan Tambi selama 5 tahun terakhir. Kapasitas pemetik pada Unit
Perkebunan Tambi periode bulan Januari sampai Mei memiliki rata-rata 93.29 kg
setiap pemetik. Kapasitas pemetik Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015
Blok Januari Februari Maret April Mei
..............................(kg)..............................
Pemandangan 113.74 105.86 80.75 93.60 102.32
Taman 126.34 120.31 108.84 112.84 102.78
Panama 102.56 83.85 79.53 86.30 82.41
Tanah Hijau 83.12 76.84 71.74 76.98 55.15
Rata – rata 106.4±18.3 96.7±20.0 85.2±16.2 92.4±15.2 85.7±22.5
Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Tambi tahun 2015
31

Tabel 9. Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi tahun 2010-2014


Rata –
Blok 2010 2011 2012 2013 2014
rata
..............................(kg)..............................
Pemandangan 53.16 61.23 75.11 94.47 99.25 76.64
Taman 56.74 72.85 91.84 86.26 96.28 80.79
Panama 50.29 63.55 71.28 69.97 76.87 66.39
Tanah Hijau 53.82 62.90 62.02 70.76 72.91 64.48
Rata – rata 53.5±2.7 65.1±5.2 75.1±12.5 80.4±12.0 86.3±13.4 72.1±7.9
Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Tambi tahun 2010-2014
Setiap pemetik memiliki kapasitas petik yang berbeda. Pengamatan
kapasitas petik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat
pada Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata kapasitas
pemetik berdasarkan usia tenaga pemetik. Data ditunjukkan dengan angka yang
diikuti huruf yang sama pada kolom rata-rata kapasitas pemetik.
Tabel 10. Kapasitas pemetik berdasarkan usia tenaga pemetik di Unit Perkebunan
Tambi bulan Januari-April 2015
Usia Jumlah sampel Rata-rata kapasitas pemetik
(tahun) (orang) (kg HK-1)
20 – 40 10 93.7a
41 – 55 10 100.5a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan
taraf 5%
Pengamatan kapasitas pemetik dilakukan terhadap pemetik di Unit
Perkebunan Tambi berdasarkan pengalaman bekerja sebagai pemetik. Kapasitas
pemetik berdasarkan lama bekerja sebagai pemetik dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 menunjukkan bahwa tidak memiliki perbedaan nyata pada kapasitas
pemetik berdasarkan lama pengalaman bekerja sebagai pemetik. Data ditunjukkan
dengan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom rata-rata kapasitas
pemetik.
Tabel 11. Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit Perkebunan
Tambi bulan Januari-April 2015
Lama kerja Jumlah sampel Rata-rata kapasitas pemetik
(tahun) (orang) (kg HK-1)
<15 10 93.2a
>15 10 85.7a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan
taraf 5%
Tenaga petik
Jumlah pemetik dengan menggunakan gunting dan mesin petik setelah
dihitung maka rasio tenaga petik dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 13
menunjukkan jumlah tenaga pemetik dibandingkan dengan kebutuhan tenaga
petik menurut rumus kebutuhan tenaga petik. Hasil perhitungan ini dapat
32

digunakan sebagai perbandingan jumlah tenaga petik yang dibutuhkan oleh


masing-masing luasan blok sampel.
Tabel 12. Perhitungan rasio kebutuhan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi
2015
Luas Produktivitas Kapasitas
Produksi
Areal Kering Petik Rend
Blok -1 Pucuk -1 Rasio
2014 (kg ha -1 (kg orang (%)
(kg tahun )
(ha) tahun-1) tahun-1)
Pemandangan 68.32 3 514 16 093 99.25 21.8 0.59
Taman 53.23 3 830 17 541 96.28 21.8 0.67
Panama 64.61 3 491 15 985 76.87 21.8 0.76
Tanah Hijau 41.35 3 267 14 960 72.91 21.8 0.75
Rata-rata 56.88 3 525.58 16 144.95 86.33 21.8 0.69

Tabel 13. Perbandingan jumlah pemetik di lapangan dengan perhitungan


berdasarkan rasio kebutuhan tenaga pemetik
Jumlah tenaga petik
Luas Areal
Blok (orang)
(ha)
Lapangan Hasil Perhitungan
Pemandangan 68.32 48 41
Taman 53.23 36 36
Panama 60.96 46 49
Tanah Hijau 39.38 35 31
Jumlah 221.89 165±6.70 157±7.79
Sumber : Hasil Pengamatan
Pengolahan Teh Hitam. Kegiatan produksi yang dilakukan UP Tambi
adalah mengolah pucuk daun teh menjadi komoditas teh hitam dengan
menggunakan sistem Orthodox-Rotorvane. Hal ini disebabkan oleh tuntutan pasar
dunia yang beralih ke teh hitam dengan partikel yang berukuran kecil (teh bubuk).
Tahapan proses pengolahan pucuk menjadi komoditas teh hitam dengan sistem
Orthodox-Rotorvane adalah penerimaan pucuk, pelayuan, penggilingan dan
sortasi basah, oksidasi enzymatic (fermentasi), pengeringan, penjenisan/sortasi
kering dan pengemasan/gudang.
Bahan Baku. Pucuk yang diolah di pabrik UP Tambi berasal dari kebun UP
Tambi sendiri, kebun UP Tanjungsari dan kadang berasal dari UP Bedakah.
Pucuk teh yang diolah umumnya terdiri dari tangkai dan daun muda yang harus
dijaga kualitasnya agar dihasilkan teh yang bermutu tinggi. Faktor utama yang
dituntut dalam mutu pucuk adalah senyawa polifenol teh (golongan catechin) dan
enzim polifenol oksidase yang harus tetap terjaga, baik jumlah maupun mutunya.
Pabrik UP Tambi biasanya mengolah daun teh dengan tingkat kehalusan pucuk
yang medium, yaitu P+2, P+3m, P+3, B+1m dan B+2m. Dengan demikian
diharapkan teh yang dihasilkan cukup berkualitas dan tidak terlalu banyak grade
rendah yang dihasilkan, karena daun yang kasar bila diolah akan banyak
menghasilkan jenis teh atau grade yang rendah (grade 3). Jika dirata-rata tiap hari
UP Tambi mengolah 15 000 kg daun teh segar dan menghasilkan teh kering
sekitar 3 225 sampai 3 250 kg rata-rata tiap hari.
33

Pelayuan. Proses pelayuan merupakan tahapan awal yang sangat


menentukan keberhasilan tahapan proses pengolahan teh hitam berikutnya. Oleh
karena itu, proses pelayuan dapat dikatakan sebagai dasar dalam sistem
pengolahan teh hitam yang berperan menentukan produk jadi yang dihasilkan.
Menurut Standart Operating Procedur PT Tambi, UP Tambi tujuan pelayuan
adalah menguapkan sebagian kandungan air pucuk daun teh segar secara perlahan
sehingga daun menjadi lentur dan lemas dan komposisi senyawa pembentuk rasa,
aroma dan warna tercapai sempurna. Tahapan proses pelayuan diawali dengan
penerimaan dan penimbangan pucuk segar. Tujuan dari penimbangan pucuk
adalah untuk mengetahui selisih penimbangan antara penimbangan kebun dan
pabrik (maksimal 1.5-2%), mengetahui isi masing-masing withering through
(WT), memperkirakan produk yang akan dihasilkan, serta sebagai dasar dalam
perhitungan hasil layu. Setelah pucuk ditimbang kemudian diangkut menuju
palung pelayuan atau WT menggunakan kereta dorong.
Kegiatan pertama yang dilakukan di dalam WT adalah pembeberan pucuk.
Tujuan pembeberan pucuk antara lain untuk meratakan pucuk yang akan
dilayukan di WT, memecahkan gumpalan akibat genggaman pemetik dan
memudahkan penembusan udara yang dialirkan sehingga bau asing yang berasal
dari material selain pucuk yang sering tercampur bisa dengan mudah menguap.
Pembeberan dilakukan satu arah mulai dari ujung WT menuju sumber aliran udara
ataupun bisa sebaliknya. Pucuk diurai atau dikirab secara merata yang dilakukan
oleh dua orang yang saling berhadapan secara merata. Rata-rata pucuk yang
dihamparkan atau dibeberkan di dalam WT khususnya di UP Tambi antara 1 250 -
1 350 kg dengan ketebalan antara 25-30 cm tergantung produksi pucuk basah.
Pada musim flush seperti bulan Desember pengisian WT bisa melebihi kapasitas
normal yaitu lebih dari 1 500 kg tiap WT. Sesaat setelah pembeberan pucuk
selesai kemudian dilakukan pemberian udara segar.
Pemberian udara segar dilakukan sesaat setelah pucuk dibeber dengan
tujuan untuk mengeluarkan udara panas akibat dari naiknya suhu pucuk selama
berada dalam waring maupun selama pengangkutan. Selain untuk menurunkan
suhu pucuk, pemberian udara segar juga bertujuan untuk mengeluarkan bau pucuk
setelah pemetikan dan bau-bau asing yang menempel di pucuk. Udara segar yang
digunakan yaitu udara yang bersih, bebas dari debu, bau dan asap. Suhu udara
yang digunakan yaitu berkisar 26oC dengan kelembaban 76% atau sesuai dengan
kondisi pucuk saat berada di kebun.
Setelah pemberian udara segar selesai, kemudian dialirkan udara panas yang
bertujuan untuk mengkondisikan suhu ruangan pelayuan berkisar pada suhu 26oC
dengan kelembaban relatif (RH ) 70-77%. Udara yang dibutuhkan untuk
melayukan pucuk adalah jenis udara yang kering, tidak terlalu lembab dan tidak
terlalu panas (suhu 26oC dan RH 70-77%). Jika kondisi ruang pelayuan terlalu
lembab maka kadar air pucuk yang dihasilkan masih terlalu tinggi dan jika kondisi
ruang pelayuan terlalu panas akan diperoleh hasil layuan yang terlalu kering.
Udara kering bisa diperoleh dengan mencampurkan udara segar dari luar dan
udara panas dari kompor pemanas dalam mesin pencampur udara (mixing
chamber). Kemampuan udara dalam menguapkan air ditentukan oleh perbedaan
suhu bola basah dan bola kering pada alat hygrometer. Oleh karena itu, perbedaan
suhu bola basah dan suhu bola kering harus dijaga jangan melebihi 3oC. Udara
yang dibutuhkan untuk menguapkan kandungan air dalam daun (untuk melayukan
34

daun) dalam WT sekitar 20 000 cuf mnt-1, dengan isi WT sekitar 1 500 kg.
Persentase layu rata-rata yang dihasilkan dari proses pelayuan yang dilakukan di
pabrik UP Tambi rata-rata berkisar antara 46-48%.
Selama proses pemberian udara kering berlangsung, dilakukan kegiatan
pembalikan pucuk. Proses pembalikan pucuk di UP Tambi dilakukan sebanyak
tiga kali setelah pembeberan pertama. Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan
pembalikan adalah lima menit sebelum dilakukan pembalikan, sebaiknya udara
panas harus ditutup atau dimatikan. Kira-kira 15% kandungan air pucuk sudah
berkurang, dilakukan pembalikan pertama (sekitar 3-4 jam) dari pembeberan
pucuk. Pembalikan pucuk bertujuan agar diperoleh kerataan hasil layuan.
Pembalikan kedua dilakukan jika kira-kira 30% kandungan air dalam pucuk mulai
berkurang (sekitar 3-4 jam dari pembalikan pertama) dan pembalikan ketiga
dilakukan sekitar 3-4 jam setelah pembalikan kedua, sampai kondisi pucuk layu
merata dengan ciri daun lentur, jika digenggam tidak mudah pudar, warna daun
yang tadinya hijau segar menjadi hijau kekuningan dan kandungan air antara 48-
50%. Pucuk yang telah layu kemudian ditimbang lalu dimasukkan ke dalam open
top roller (OTR).
Penggilingan/Rolling. Setelah pucuk mengalami proses pelayuan di
Withering room, selanjutnya pucuk memasuki Rolling room (ruang penggilingan).
Tahapan proses penggilingan ini antara lain penggulungan, penggilingan, sortasi
basah dan fermentasi.
Penggulungan. Tahap ini merupakan tahapan untuk menyiapkan
terbentuknya mutu, baik secara fisik maupun kimia. Secara fisik terbentuk
kenampakan pucuk yang menggulung, yang akan memudahkan dalam proses
penggilingan. Secara kimia terjadi peristiwa bertemunya polifenol dengan enzim
polifenol oxidase karena adanya oksigen yang biasa disebut peristiwa reaksi
oksidasi enzimatis dan merupakan dasar terbentuknya mutu dalam (inner quality).
Waktu yang dibutuhkan untuk menggulung daun di pabrik UP Tambi berkisar 35-
45 menit tergantung program giling yang dilakukan. Alat yang digunakan untuk
menggulung adalah open top roller (OTR) 47” (Gambar 11a) yang mempunyai
kapasitas 350 kg.
Pabrik UP Tambi mempunyai lima unit mesin OTR, tetapi dalam
pengolahannya biasanya hanya menggunakan empat atau tiga OTR dalam satu
seri pengolahan, tergantung pucuk basah yang diolah. Jika pucuk basah yang
diolah lebih dari 16 500 kg maka menggunakan empat OTR, jika kurang dari 16
500 kg menggunakan tiga OTR. Hal ini dimaksudkan agar proses pengolahan
lebih efisien, baik dari segi waktu, biaya maupun tenaga kerja.
Penggilingan. Tujuan utama dari penggilingan yaitu mengecilkan ukuran
gulungan sesuai yang dikehendaki pasar, memotong hasil penggulungan menjadi
ukuran yang lebih pendek, menggerus daun agar cairan sel keluar semaksimal
mungkin dan membentuk hasil keringan yang keriting, serta untuk memperoleh
bubuk basah sesuai yang dikehendaki sebanyak-banyaknya.
Mesin penggiling yang digunakan di Pabrik UP Tambi yaitu rotorvene (RV)
(Gambar 11b) dengan kapasitas 1 100 - 1 250 kg jam-1. Tolak ukur keberhasilan
proses penggulungan dan penggilingan ditentukan oleh banyaknya bubuk yang
dihasilkan, selain tujuan kimia juga tercapai. Selain itu keseragaman ukuran
bubuk yang diperoleh juga sangat menentukan hasil akhir, karena keseragaman
ukuran teh diperoleh pada proses sortasi basah, bukan pada penggerusan mesin
35

sortasi kering karena akan menghasilkan warna teh hasil akhir yang kelabu atau
hitam keabu-abuan.
Sortasi Bubuk Basah. Tujuan dari sortasi bubuk basah adalah memperoleh
bubuk yang seragam, memudahkan pekerjaan sortasi kering dan memudahkan
dalam pengaturan pengeringan. Mesin sortasi bubuk basah yang digunakan di
pabrik UP Tambi adalah rotary roll breaker (RRB) yang berjumlah tiga buah dan
satu buah Ghoogi (Gambar 11c).
Pemisahan bubuk diawali dari OTR 1 dilakukan sortasi menggunakan RRB
1 menghasilkan bubuk 1, kemudian melewati RV 1 masuk RRB 2 menghasilkan
bubuk 2, kemudian melewati RV 2 dan masuk RRB 3 menghasilkan bubuk 3 dan
masuk mesin ghoogi, dari mesin ghoogi dihasilkan bubuk 4 sedang bubuk yang
tidak lolos ayakan keluar dari ujung ghoogi menghasilkan badag. Pada mesin
RRB ukuran nomer mesh ayakan dapat diganti sesuai dengan yang diinginkan.
Biasanya menggunakan mesh nomer 7-7-8 atau 6-6-7 jika ingin menghasilkan
grade PS dan BPS. Pemasangan ayakan dengan nomer mesh yang tepat sangat
membantu diperolehnya grade yang diinginkan.
Oksidasi Enzimatis. Waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi enzimatis
adalah 90-120 menit yang dihitung mulai pucuk masuk dalam mesin penggulung
(OTR) sampai bubuk keluar dari ruang oksidasi enzimatis. Suhu dan kelembaban
ruang oksidasi enzimatis harus diperhatikan, karena sangat mempengaruhi
berlangsungnya reaksi oksidasi enzimatis. Suhu ruang oksidasi enzimatis yang
disarankan untuk pabrik UP Tambi adalah berkisar 21-22oC dengan kelembaban
relatif diatas 95%. Kelembaban rata-rata ruang fermentasi di pabrik UP Tambi
adalah antara 94% sampai 99% dengan suhu rata-rata berkisar 21oC. Suhu bubuk
dalam baki berkisar 26-29oC.

a b c
Gambar 11. Mesin penggilingan; open top roller (a), rotorvene (b) dan ghoogi (c)
Pengeringan. Setelah melalui proses oksidasi enzimatis, kandungan air
dalam bubuk basah masih tinggi dan proses perubahan kimia maupun biokomia
masih berlangsung. Jika hal tersebut tidak dihentikan, maka akan terjadi reaksi
oksidasi enzimatis yang berkelanjutan yang dapat menurunkan mutu teh yang
dihasilkan, untuk itu dilakukan pengeringan. Menurut Standart Operating
Procedur (SOP) pabrik UP Tambi, tujuan pengeringan adalah menghentikan
aktivitas oksidasi enzimatis dan menurunkan kadar air hingga 3-4%. Waktu yang
dibutuhkan untuk proses pengeringan adalah antara 20-25 menit untuk satu kali
proses pengeringan.
Mesin pengering yang digunakan di pabrik UP Tambi adalah model ECP
(Endless Chain Pressure). Pabrik UP Tambi mempunyai dua jenis mesin
pengering yaitu two circuit dryer yang berkapasitas 250 kg teh kering jam-1 dan
three circuit dryer yang berkapasitas 350 kg teh kering jam-1. Kapasitas mesin
36

pengering per jam perlu diketahui karena dapat menentukan kapasitas pabrik dan
mengatur penggilingan tiap serinya.
Pada proses pengeringan, bubuk yang dikeringkan diletakkan diatas trays
dan diatur ketebalannya dengan menggunakan baling-baling atau spreader sesuai
kebutuhan. Secara perlahan trays bergerak memasuki alat pengering dan setelah
sampai ujung penggerak, teh akan jatuh dan kemudian keluar dari mesin
pengering. Panas untuk pengeringan diperoleh dari kompor/burner, kemudian
merambat ke dinding tungku dalam ruang pembakaran dan mengalir ke dalam
pipa api oleh tarikan main fan dan masuk ke mesin pengering. Bahan bakar yang
digunakan adalah bahan bakar kayu (BBK). Suhu Inlet yang dibutuhkan dalam
proses pengeringan adalah rata-rata berkisar 94-98oC. Sisa udara panas yang
digunakan untuk mengeringkan bubuk teh disebut suhu outlet. Suhu outlet
berkisar antara 45-50oC. Hal ini harus diperhatikan dan berlangsung secara terus-
menerus agar teh yang dihasilkan benar-benar kering jangan sampai dilakukan
pengulangan karena akan merugikan. Selain mutu teh menurun juga akan
menyebabkan pemborosan waktu dan bahan bakar.
Hasil keringan teh sebelum masuk ke ruang sortasi harus ditimbang sebagai
dasar untuk menghitung rendemen teh yang dihasilkan. Selain itu juga untuk
mengetahui hasil dari setiap mesin pengering dan untuk mengetahui hasil kering
bubuk 2, 3, 4 dan badag.
Penjenisan/Sortasi Kering. Teh yang dikeringkan masih dalam keadaan
heterogen, meskipun sebelum proses pengeringan telah dilakukan sortasi basah
dan menghasilkan bubuk 1, 2, 3, 4 dan badag. Akan tetapi ukuran dan bentuk dari
partikel teh tersebut belum seragam. Selain itu, di dalam teh masih terdapat
kotoran (seperti debu), potongan logam dan atau benda-benda asing lainnya yang
bisa menurunkan kualitas teh yang dihasilkan. Sortasi bubuk teh bertujuan untuk
mendapatkan bentuk, ukuran dan partikel teh yang seragam sesuai dengan standar
yang diinginkan, serta bertujuan untuk memisahkan teh menurut grade/jenis yang
sesuai dengan standar perdagangan teh. Kegiatan penjenisan dan mesin
penjenis/sortasi kering dapat dilihat pada Gambar 12a dan 12b.

a b
Gambar 12. Kegiatan penjenisan (a) dan mesin penjenisan/sortasi kering (b)
Pengemasan dan Penyimpanan. Proses selanjutnya adalah pengemasan
yang merupakan proses terakhir dari pengolahan teh. Tujuan utama dari
pengemasan adalah untuk mencegah rusaknya teh baik pada masa penyimpanan
dan pengangkutan sehingga teh tetap dalam keadaan baik ketika sampai di tangan
konsumen. Teh yang akan disimpan di gudang terlebih dahulu dikemas dalam
karung plastik. Kriteria gudang yang baik sebagai tempat penyimpanan teh antara
lain mempunyai suhu ruang sekitar 24ºC dengan kelembaban kurang dari 70%
serta udara dapat mengalir dengan lancar. Karung plastik disusun secara
37

bersilangan untuk memperkokoh penumpukan agar tumpukan karung tidak mudah


roboh. Lantai gudang dialasi kayu (pallet) setinggi 12 cm. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kontak langsung antara teh dengan lantai yang dapat menyebabkan
kerusakan teh. Karung plastik ditumpuk di atas pallet berdasarkan tanggal
produksinya dan sesuai dengan jenis/gradenya masing-masing. Paling bawah
adalah produksi tanggal 1, kemudian disusul di atasnya yaitu produksi pada
tanggal berikutnya.

Aspek Manajerial

Manajemen merupakan salah satu hal penting dalam suatu perusahaan.


Manajemen adalah sebuah proses yang terdiri dari tindakan perencanaan,
pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan dan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui
pemantauan Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), Sumber
Daya Modal (Capital) dan lainnya. Kegiatan manajemen dilaksanakan penulis
selama 2 bulan terakhir setelah penulis melaksanakan kegiatan sebagai Karyawan
Harian Lepas (KHL). Penulis melaksanakan kegiatan manajemen sebagai
pendamping Pembimbing Petik, Pembimbing Pemeliharaan dan Pembimbing
Proteksi, serta pendamping Kepala Blok dan pendamping Asisten Kepala Bagian
Kebun.

Pembimbing
Pembimbing adalah orang yang bertanggung jawab terhadap berbagai
kegiatan di lapangan. Pembimbing berkoordinasi dengan kepala blok dalam
melaksanakan tugasnya sehingga kewenangan pembimbing dalam mengambil
keputusan harus mendapat persetujuan dari kepala blok. Pembimbing di Unit
Perkebunan Tambi terdiri atas pembimbing petik, pemeliharaan, proteksi dan
pembibitan.
Pembimbing petik. Pembimbing atau mandor petik merupakan
pembimbing yang berfungsi untuk mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi
pelaksanaan kegiatan pemetikan tanaman, termasuk dalam pengelolaan tenaga
kerja petik. Mandor petik adalah pembimbing yang langsung mengawasi kegiatan
pemetikan di kebun dan berhubungan langsung dengan para pemetik.
Pembimbing petik bertugas memimpin, mengatur, mengarahkan,
mengkoordinasikan dan mengawasi tugas buruh/tenaga petik termasuk mengawasi
efektivitas kerja. Pembimbing petik berkewajiban untuk merencanakan, mengatur,
melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan yang berhubungan
dengan aktifitas pemetikan tanaman, jadwal waktu kerja, pembagian kelompok
dan sistematika kerja. Selain itu, pembimbing petik berkewajiban untuk
memberikan penilaian terhadap prestasi kerja seluruh bawahannya. Pembimbing
petik berkoordinasi dengan Kepala Blok dalam melaksanakan tugasnya.
Pembimbing petik menyiapkan dan mengajukan laporan kepada Kepala Blok
mengenai laporan kegiatan pemetikan, laporan administrasi regu, permintaan
barang, sarana dan peralatan kerja. Pembimbing petik berwenang dalam
mengambil keputusan mengenai semua hal yang berhubungan dengan kegiatan
pemetikan dan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu oleh Kepala Blok.
Unit Perkebunan Tambi memiliki 10 orang pembimbing petik. Blok
Pemandangan dan Panama masing-masing mempunyai tiga orang mandor petik
38

dan Blok Taman serta Tanah Hijau masing-masing mempunyai dua orang mandor
petik. Pembagian jumlah mandor petik disetiap blok berdasarkan pada jumlah
pemetik, keluasan total blok dan produktivitas pucuk basah per tahun.
Pembimbing pemeliharaan. Pembimbing atau mandor pemeliharaan di
Unit Perkebunan Tambi berfungsi untuk mengatur, mengkoordinasikan dan
mengawasi kegiatan pemeliharaan kebun, termasuk dalam pengelolaan tenaga
kerja, lahan dan kegiatan pemeliharaan lainnya dalam rangka mendukung usaha
perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.
Pembimbing pemeliharaan berkoordinasi dengan Kepala Blok dalam
melaksanakan tugasnya. Pembimbing pemeliharaan menyiapkan dan mengajukan
laporan kepada Kepala Blok mengenai laporan kegiatan pemeliharaan, laporan
kegiatan administrasi kebun, laporan presensi dan lembur regunya serta
mengajukan permintaan bahan, barang, sarana dan peralatan kerja. Pembimbing
pemeliharaan mempunyai wewenang dalam mengambil keputusan mengenai
semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan regunya.
Pembimbing pemeliharaan mempunyai tugas diantaranya yaitu memimpin,
mengatur, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi efektivitas kerja
serta pelaksanaan kerja para buruh bawahannya/buruh pemeliharaan. Pembimbing
pemeliharaan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan, yang mencangkup kegiatan pengendalian gulma, pemupukan,
pemangkasan, konservasi lahan terpadu dan penanaman pohon pelindung, batas
kebun dan lainnya. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan harus mengacu pada
rencana kerja yang ditetapkan dalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran
Perusahaan) tahunan. Selama menjadi pendamping pembimbing pemeliharaan,
kegiatan yang diawasi oleh penulis antara lain pengendalian gulma secara kimia
dan manual, pemangkasan, pemupukan dan konservasi lahan terpadu.
Pembimbing proteksi. Pembimbing atau mandor proteksi bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Blok. Tugas pembimbing proteksi adalah
mengawasi dan mengarahkan segala kegiatan yang berhubungan dengan proteksi
tanaman, seperti pengendalian hama dan penyakit serta pupuk daun.
Setelah kegiatan proteksi tanaman selesai dilakukan, pembimbing proteksi
bertanggung jawab membuat laporan atas kegiatan yang telah dilakukan. Laporan
ini berisi nama kegiatan, jumlah pekerja, luas areal yang dikerjakan, jenis dan
dosis yang digunakan serta upah yang diterima pekerja. Laporan diserahkan
kepada bagian administrasi untuk kemudian dilaporkan kepada kepala kebun atau
pemimpin UP. Jumlah pembimbing proteksi yang ada di UP Tambi adalah empat
orang dengan rincian satu orang pembimbing untuk masing-masing blok.
Pembimbing pembibitan. Pembibitan merupakan faktor penting untuk
menunjang keberlangsungan sebuah perkebunan. UP Tambi memiliki rumah
pembibitan yang menyediakan bibit untuk ditanam sehingga tidak perlu
mendatangkan bibit dari luar. Pembimbing pembibitan di UP Tambi bertugas
mengawasi dan mengarahkan jalannya segala kegiatan dibagian pembibitan.
Kegiatan ini meliputi penanaman bibit, pemindahan bibit, pengisian polybag,
pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan rumah naungan serta kegiatan
pemeliharaan lainnya. Pembimbing pembibitan harus bertanggung jawab dalam
penyediaan bibit untuk disalurkan ke kebun.
39

Setelah kegiatan di rumah pembibitan selesai dilakukan, pembimbing


pembibitan harus membuat laporan harian yang diserahkan kepada bagian
administrasi untuk selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Blok maupun Kepala
Kebun. Jumlah pembimbing pembibitan di UP Tambi adalah satu orang.

Kepala Blok
Kepala Blok adalah pimpinan yang mengepalai salah satu blok perkebunan
dan bertanggung jawab kepada Asisten Kepala Bagian Kebun. Kepala Blok
membawahi langsung pembimbing petik, pembimbing pemeliharaan, pembimbing
proteksi dan keamanan. Kepala Blok berfungsi untuk merencanakan, mengatur,
mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan pemeliharaan, pemetikan dan
pengelolaan suatu blok kebun, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, tanaman,
lahan dan kegiatan kebun lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan.
Tugas yang harus dilakukan oleh Kepala Blok diantaranya memimpin,
mengatur, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi tugas/pekerjaan
pembimbing petik, pembimbing pemeliharaan, pembimbing proteksi dan
keamanan termasuk mengawasi efektivitas kerja (penggunaan waktu kerja, cara
kerja, target kerja dan prioritas kerja) termasuk mengawasi kelengkapan
administrasi kerja dan membantu Asisten Kepala Bagian Kebun dalam hal
membuat perencanaan anggaran dalam bidang pengelolaan suatu blok yang
meliputi kegiatan pemeliharaan, pemetikan dan kegiatan lainnnya. Selain itu,
Kepala Blok juga bertugas mengawasi pencapaian target hasil bloknya dan
berkewajiban merencanakan dan mengawasi optimalisasi hasil bloknya. Kepala
Blok memiliki wewenang untuk mengambil keputusan semua hal yang berkaitan
dengan kelancaran pengelolaan suatu blok dan dalam pelaksanaannya mendapat
persetujuan dari Kepala Bagian Kebun.
Unit Perkebunan Tambi memiliki empat orang Kepala Blok yang masing-
masing mengepalai dari keempat blok yang ada. Kepala Blok berkoordinasi
dengan Asisten Kepala Bagian Kebun dalam pengajuan laporan hasil pemetikan,
kegiatan dan rencana petik serta laporan permasalahan masing-masing blok dan
laporan umum pekerjaan masing-masing blok.

Asisten Kepala Bagian Kebun


Asisten Kepala Bagian Kebun adalah pimpinan di kebun yang bertanggung
jawab kepada Kepala Kebun dan membawahi secara langsung beberapa Kepala
Blok dalam satu unit perkebunan. Pelaksanaan tugas Asisten Kepala Bagian
Kebun dilakukan di kebun dan di kantor.
Asisten Kepala Bagian Kebun berfungsi untuk membantu Kepala Bagian
Kebun dalam merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi
pelaksanaan kegiatan kebun, lahan dan kegiatan lainnya dalam rangka mendukung
tujuan perusahaan. Asisten Kepala Bagian Kebun bertugas memimpin,
mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi tugas/kerja kepala urusan dan
para pelaksana dibawahnya. Selain itu, Asisten Kepala Bagian Kebun juga
bertugas membantu pemimpin perkebunan dalam hal membuat perencanaan
anggaran pembiayaan dalam bidang perkebunan, pemetikan tanaman dan
pemeliharaan tanaman, memberi petunjuk kepada semua Kepala Blok tentang
berbagai hal yang bersifat teknis dan pemecahan masalah di bidang tanaman,
merencanakan, menetapkan dan mengawasi pencapaian target hasil setiap blok
40

serta menyusun anggaran kegiatan tahunan kebun untuk satu periode kerja dan
melaporkan realisasi pelaksanaan anggaran tahun sebelumnya kepada pemimpin
kebun.
Asisten Kepala Bagian Kebun berkoordinasi dengan Kepala Blok dalam
menerima, memeriksa, mengkoordinasikan dan menyetujui laporan-laporan dari
Kepala Blok dan berkoordinasi pula dengan Kepala Bagian Kebun dalam
menyiapkan dan melaporkan beberapa laporan kegiatan kebun seperti laporan
kegiatan rencana petik dan pemeliharaan, laporan anggaran dan realisasi biaya
kegiatan blok dan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan kebun. Asisten
Kepala Bagian Kebun berwenang dalam mengambil keputusan mengenai semua
hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan pengelolaan kebun dan harus
mendapat persetujuan dari Kepala Bagian Kebun. Unit Perkebunan Tambi
memiliki satu orang Asisten Kepala Bagian Kebun dan membawahi empat blok
kebun.

PEMBAHASAN

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dengan analisis produksi teh kering dan


kondisi tanaman teh di kebun. Kegiatan pemupukan melalui tanah di Unit
Perkebunan Tambi dilakukan dua semester. Semester pertama dilaksanakan
sekitar bulan Februari-Mei dengan dua kali aplikasi dan semester kedua
dilaksanakan pada bulan Oktober-November dengan satu kali aplikasi.
Pelaksanaan pemupukan melalui daun biasanya diaplikasikan pada pukul 07.00-
11.00. PPC diberikan pada musim kemarau untuk menjaga ketersediaan pasokan
makanan atau unsur hara bagi tanaman, dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus
dengan minimal empat kali aplikasi per tahun dengan dosis 1-1.5 l ha-1. Kegiatan
pemupukan setiap tahunnya sudah direncanakan dan dijadwalkan sebelumnya
oleh pihak direksi sehingga masuk dalam RKAP.
Waktu pemupukan yang tepat sangat penting karena irama penyerapan hara
pada setiap tanaman berbeda-beda. Tanaman teh yang dipetik setiap minggu
memerlukan aliran hara yang teratur dan cukup. Oleh karena itu hal yang penting
untuk pedoman waktu pemupukan adalah adanya curah hujan dan jangka waktu
diantara dua pemupukan, serta waktu penyerapan pupuk oleh tanaman yang
dimulai pada minggu kedua dan terakhir tiga bulan setelah pemberian. Waktu
pemupukan yang terbaik menurut PPTK (2006) ialah pada kondisi curah hujan
60-200 mm minggu-1. Curah hujan yang kurang dari 60 mm minggu-1
menyebabkan unsur hara dari pupuk belum dapat diurai dengan sempurna,
sebaliknya pada curah hujan yang lebih dari 200 mm minggu-1 terjadi pelarutan
pupuk yang besar dan haranya larut bersama aliran air. Realisasi waktu
pemupukan di Unit Perkebunan Tambi pada tahun 2014 sudah memenuhi standar
dengan curah hujan pada semester pertama 173 mm minggu-1 dan curah hujan
semester dua 119 mm minggu-1.
Kandungan pupuk sangat berpengaruh bagi kecukupan unsur hara bagi
tanah dan tanaman agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Jenis pupuk
tanah yang diterapkan di Unit perkebunan Tambi menggunakan dua jenis yaitu
pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik sesuai ketentuan dari
41

perusahaan yaitu Urea, SP-36, KCL dan Kiserit. Pupuk organik yang digunakan
adalah serasah pohon pelindung serta sisa hasil pemangkasan yang berupa
ranting/cabang dan daun dari tanaman teh.
Metode pengaplikasian pemupukan melalui tanah dilakukan dengan cara
menabur pupuk ke dalam lubang pupuk. Areal yang akan dipupuk harus bersih
dari gulma. Cara pengaplikasian melalui tanah dilakukan dengan membuat lubang
pupuk. Lubang pupuk pada TBM dibuat dengan cara ditugal, sedangkan untuk
TM dengan cara dikoak menggunakan kored atau cangkul. Kedalaman lubang
sekitar 10 cm, sedangkan jarak dari batang bawah tanaman ± 10-15 cm.
Pembuatan lubang pupuk berbeda-beda sesuai topografi lahan. Apabila lahan
yang dipupuk datar hingga landai maka lubang pupuk dibuat di antara baris
tanaman (lubang pupuk terdapat di kanan-kiri tanaman dalam satu baris tanaman).
Apabila lahan yang dipupuk miring maka lubang pupuk berada di sebelah atas
tanaman. Lubang pupuk harus segera ditutup setelah pupuk dimasukan untuk
menghindari penguapan. Pada TM lubang pupuk ditetapkan satu lubang pupuk
untuk dua tanaman teh.
Satu lubang untuk 2-4 pohon yang diletakan secara bergantian di baris
tanaman antara pemupukan pertama dengan pemupukan kedua dan seterusnya.
Perakaran tanaman teh yang masih aktif terletak pada jarak 30-40 cm dari perdu
teh (PPTK 2006). Cara pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dengan dibenam
sesuai dengan rekomendasi, dengan cara tersebut hara akan diserap secara efektif
oleh akar dan mengurangi kehilangan pupuk akibat penguapan yang dapat terjadi
jika pemupukan dilakukan dengan broadcast atau penaburan. Cara dibenam ini
dilaksanakan di seluruh topografi lahan, meskipun lahannya berupa lereng yang
curam pemupukan tetap dilakukan dengan dibenam. Pada areal yang tajuknya
sudah menutup antar perdu juga tetap menggunakan cara dibenam sehingga pada
areal seperti ini prestasi kerja tenaga pemupuk menjadi lebih rendah dibandingkan
dengan areal yang tajuknya belum menutup. Cara pengaplikasian pupuk daun
dengan menggunakan mist blower dan knapsack sprayer yaitu sudut corong
dengan tanaman teh adalah 45°. Arah corong tersebut harus searah dengan arah
angin. Penyemprotan pupuk daun biasanya dilakukan setelah tanaman teh selesai
dipetik. Penyemprotan dilakukan sepagi mungkin sebelum pukul 10.00 pagi.
Penentuan dosis pupuk baik pada TBM maupun TM ditentukan berdasarkan
pada tinggi rendahnya produktivitas yang akan dicapai, semakin tinggi
produktivitasnya maka semakin banyak jumlah pupuk yang akan diberikan.
Berdasarkan RKAP tahun 2015 jenis pupuk yang digunakan adalah Urea (N 46%),
TSP (P2O5 36%), KCl (K2O 60%) dan Kiserit (MgO 27%) dengan perbandingan
unsur haranya 5:1:2:0.5. Dosis pupuk ditetapkan berdasarkan persentase N, yaitu
sebesar 8%. Dasar pemberian pupuk pada tanaman teh tahun pangkas I dan IV
adalah 90%, sedangkan tanaman teh tahun pangkas II dan III adalah 110%.
Unit Perkebunan Tambi tidak menetapkan standar prestasi kerja untuk
kegiatan pemupukan. Pekerja borongan akan melakukan pekerjaannya sesuai
dengan kemampuan tim. setelah itu mereka akan dibayar seberapa luas yang
mereka akan pupuk. Kemampuan pekerja untuk memupuk ditentukan oleh
kerapatan tanaman, luas lahan, kemiringan lahan dan banyaknya pekerja dalam
satu tim pada setiap bloknya untuk bekerja. Para pekerja pemupukan seluruhnya
adalah berstatus pekerja borongan. Pada saat aplikasi pemupukan harus selalu
diawasi oleh mandor karena jika tidak maka para pekerja akan melakukan
42

kesalahan. Sejauh ini mandor/pembimbing belum bekerja secara maksimal karena


masih ada lubang pupuk yang belum tertutup dan ada juga pekerja yang
melakukan pemupukan dengan disebar. Sulitnya mencari tenaga kerja juga
dialami oleh para kepala blok untuk kegiatan pemupukan ini.
Pencatatan kegiatan pemupukan dilakukan meliputi pemakaian pupuk,
ketersediaan pupuk, serta kebutuhan pupuk. Hal ini bertujuan untuk mengontrol
efektifitas penggunaan pupuk serta menjaga keberlangsungan kegiatan
pemupukan. Penyimpanan pupuk dilakukan di gudang induk dan gudang setiap
blok dengan sirkulasi udara yang cukup, tertutup dan aman. Selain itu,
penyimpanan pupuk juga diletakan pada gudang yang terpisah dengan
penyimpanan pestisida dan herbisida.

Pemangkasan

Pemangkasan yang diterapkan di UP Tambi adalah jenis pangkasan bersih


dan pangkasan setengah bersih. Pertimbangan memilih jenis pangkasan bersih
disebabkan blok-blok yang terdapat di UP Tambi terletak pada ketinggian di atas
1 200 m dpl dimana penyinaran matahari dan suhu tidak terlalu tinggi sehingga
tanaman dapat bertahan meskipun tidak ada daun yang disisakan setelah
pemangkasan. Jenis pangkasan tengah bersih dipilih karena secara teknis
pangkasan bersih sulit untuk bisa diterapkan secara efisien.
Tinggi pangkasan standar setiap blok di UP Tambi disesuaikan dengan
tinggi pangkasan sebelumnya. Ketinggian pangkasan di UP Tambi senantiasa
dinaikan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian tertentu tinggi
pangkasan kembali lagi pada ketinggian pangkasan awal.
Gilir pangkas merupakan rentang waktu antara pemangkasan terdahulu
dengan pemangkasan berikutnya. UP Tambi yang terletak pada ketinggian di atas
1 200 m dpl menggunakan gilir pangkas 4-5 tahun. Namun dalam pelaksanaannya,
pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas yang direncanakan.
Terkadang ada beberapa nomer kebun yang dipangkas lebih cepat ataupun lebih
lambat dari gilir pangkas yang seharusnya. Keputusan mempercepat jadwal
pemangkasan untuk nomer-nomer kebun tertentu adalah karena keadaan tanaman
yang sudah kurang produktif serta kondisi tanaman yang sudah tinggi dan terlalu
rapat sehingga menyulitkan dalam kegiatan pemeliharaan dan pemetikan.
Waktu yang tepat untuk dilaksanakan pemangkasan adalah saat keadaan
tanaman sehat karena tanaman yang sehat akan memiliki cadangan makanan yang
cukup untuk pertumbuhan kembali pasca dilakukannya pemangkasan. Selain itu,
pemangkasan tanaman teh juga harus didukung pula oleh faktor lingkungan yang
kondusif terutama suhu dan kelembaban. Pemangkasan di UP Tambi dilaksanakan
dalam dua semester yakni Februari-Mei (Semester I) dan Oktober-November
(Semester II). Namun untuk blok Pemandangan yang terletak pada ketinggian
tempat sekitar 1 700 - 2 100 m dpl, pemangkasan hanya dilakukan pada semester I
dengan pertimbangan untuk pengendalian penyakit cacar daun teh serta
ketersediaan tenaga kerja.
Tenaga pemangkas di Unit Perkebunan Tambi merupakan tenaga kerja
musiman dengan sistem upah borongan. Sistem upah borongan ini seringkali
menyebabkan para pemangkas bekerja hanya mementingkan kuantitas dari pada
kualitas hasil pangkasan. Pemangkasan perdu teh di UP Tambi dilakukan secara
43

manual menggunakan sabit pangkas. Pertimbangan melaksanakan pemangkasan


secara manual ini adalah karena tersedianya tenaga pemangkas yang cukup serta
untuk mengurangi kerusakan cabang akibat pemangkasan. Mesin pangkas hanya
digunakan apabila tenaga pemangkas jumlahnya tidak memadai untuk dilakukan
pemangkasan secara manual.

Pengendalian OPT

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma di UP Tambi secara umum


dilakukan melalui dua cara yaitu secara manual memanfaatkan tenaga manusia
dan secara kimiawi menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara manual
di UP Tambi dilaksanakan selama dua periode yaitu Semester I (Januari-Maret)
dan Semester II (Agustus-Oktober) dengan perkiraan keluasan di setiap semester
masing-masing 50%. Khusus untuk gulma pacar air, pengendalian dilakukan
dengan cara mencabut gulma sampai ke akarnya dengan menggunakan tangan
sedangkan untuk jenis gulma lainnya dilakukan dengan pembabatan
menggunakan kored. Pengendalian gulma secara kimiawi/Chemical Weeding
dilaksanakan dua kali dalam setahun untuk semua nomer kebun (tahun pangkas I-
IV) pada bulan Februari-April dan September-November bergantian dengan
pengendalian secara manual. Populasi gulma di UP Tambi mencapai puncaknya
saat menjelang dilaksanakannya program pemupukan dan menjadi bersih gulma
saat pemupukan dilaksanakan.
Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan
herbisida sistemik dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat (Round Up),
dengan dosis herbisida Round Up 1.5 l ha-1 dan konsentrasi 4 ml l-1 air. Alat yang
digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l. Penyemprotan
dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah agar penyerapan herbisida ke dalam
tanaman tidak terhambat. Hasil penyemprotan akan terlihat setelah 5-7 hari pasca
aplikasi tergantung tingkat dosis yang digunakan. Pada saat pelaksanaan aplikasi
juga harus menerapkan empat tepat, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat cara dan
tepat konsentrasi untuk meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi
dalam satu tahun sebanyak dua kali semprot dengan campuran hanya satu jenis
herbisida dan ideal dilakukan sepuluh hari sebelum kegiatan pemupukan.
Pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman
merupakan salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi pucuk di
perkebunan teh. Beberapa hama penting yang dijumpai di Unit Perkebunan Teh
khususnya di UP Tambi antara lain wereng hijau (Empoasca flavescens), ulat api
(Setora nitens), kepik penghisap daun (Helopeltis antonii), tungau jingga
(Brevipalpus phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra,
Biston suppressaria), ulat Penggulung daun (Homona coffearia) dan ulat
penggulung pucuk (Cydia leucostoma). Sedangkan penyakit penting yang sering
menyerang areal pertanaman teh di UP Tambi adalah cacar daun teh (Blister
blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Penyakit cacar daun teh
ini menjadi penting karena sangat sulit untuk dikendalikan terutama pada musim
penghujan serta sangat nyata menurunkan produksi pucuk di UP Tambi.
Empoasca atau wereng hijau merupakan serangga yang menyerang pucuk
teh, dengan menusuk dan menghisap cairannya. Upaya pengendalian hama ini
dilakukan secara kimiawi dengan insektisida jenis Talstar dan Tamabas dengan
44

dosis 200 cc ha-1. Ulat penggulung daun (Homona coffearia) menyerang daun teh
muda maupun tua yang mengakibatkan daun teh menjadi menggulung dan terlipat
melintang. Serangan hama ini menjadi cukup tinggi pada musim kemarau
sehingga UP Tambi melaksanakan upaya pengendalian secara mekanis dengan
memetik daun/perdu yang terserang atau dengan mengambil dan membinasakan
kelompok telur yang ditemukan pada perdu/daun teh. Sedangkan upaya
pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan jenis insektisida Kejora 15 EC
dengan bahan aktif Alfa sipermetrin 15 g l-1 dengan dosis 200 cc ha-1 aplikasi-1.
Hama ulat api (Setora nitens) sempat menjadi hama penting di UP Tambi
tepatnya pada tahun 2009 terutama di blok Panama. Populasi hama ini meningkat
pesat pada musim kemarau sehingga menjadi sulit dikendalikan baik secara
mekanis maupun kultur teknis. Upaya pengendalian hama ulat api ini dilakukan
secara kimiawi menggunakan insektisida jenis Crowen 113 EC dengan bahan
aktif Cypermethrin 113 g l-1 dengan dosis 200 cc ha-1 dan disemprotkan dengan
metode spot spraying.
Pengendalian penyakit cacar daun teh (Blister blight) di UP Tambi
dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida jenis Connasol 50 SC dengan
bahan aktif Heksakonazol 50 g l-1 untuk klon TRI dengan dosis 150-300 cc ha-1
aplikasi-1 dan fungisida jenis Agronil 75 WP dengan bahan aktif Klorotalonil 75%
untuk klon Gambung dengan dosis 300-500 g ha-1 aplikasi-1. Tindakan
pengendalian berupa penyemprotan fungisida dilakukan selama dua semester
yaitu Januari-April dan September-Desember. Penyemprotan dilakukan setelah
pemetikan dengan batas maksimal delapan hari sebelum pemetikan berikutnya.
Hal ini dilakukan untuk menghindari residu pada hasil pucuk akibat aplikasi
fungisida. Pada lahan-lahan dengan tingkat serangan berat (Kelas A) seluas
142.41 ha, pengendalian dilakukan lebih intensif selama enam bulan dengan
aplikasi dua kali penyemprotan dalam satu bulan (12 kali per tahun). Sedangkan
untuk lahan-lahan dengan tingkat serangan sedang (Kelas B) seluas 103.44 ha,
pengendalian dilakukan selama enam bulan dengan aplikasi delapan kali
penyemprotan per tahun.
Secara keseluruhan pengendalian OPT di Unit Perkebunan Tambi masih
kurang memperhatikan aspek lingkungan. Penggunaan pestisida dilakukan sesuai
dengan anjuran rekomendasi dan aturan pakai dalam kemasan, namun dalam
frekuensi pemakaiannya tergolong sering melebihi dari dosis anjuran. Tenaga
pengendali OPT atau tenaga semprot diberikan arahan, pengetahuan dan
keterampilan dalam mengaplikasikan bahan kimia serta penggunaan alat
pelindung diri (APD) oleh asisten riset. Terkadang kondisi di lapangan ternyata
tidak sesuai dengan arahan baik dari cara aplikasi maupun penggunaan alat
pelindung diri yang seringkali tidak digunakan. Bahan kimia yang digunakan
termasuk bahan kimia yang telah terdaftar dan diijinkan oleh pemerintah serta
belum mencapai tanggal kadaluarsa.
Bahan kimia berupa pestisida dan herbisida yang disimpan di lokasi gudang
tertutup namun memiliki ventilasi yang kurang baik serta dalam penempatannya
masih disatukan dari materi lainnya. Bahan kimia disimpan bersamaan dengan
produk pertanian dan peralatan aplikasi bahan kimia. Pemeliharaan alat tidak
dilakukan sehingga seringkali terjadi kerusakan alat. Pengelolaan wadah bekas
bahan kimia sudah dilakukan dengan benar, wadah disimpan dan dikumpulkan di
gudang untuk kemudian ditimbun agar tidak mencemari lingkungan.
45

Rekomendasi untuk Pemenuhan GAP

Berbagai kendala dalam pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) teh di


Unit Perkebunan Tambi PT. Tambi Wonosobo seharusnya tidak menjadi
hambatan dalam pemenuhan standar Good Agricultural Practices (GAP) yang
telah disarankan oleh Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertanian No.50
tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Budidaya Teh yang Baik. Setelah dilakukan
pengamatan pemeliharaan tanaman teh menghasilkan di Unit Perkebunan Tambi
(Lampiran 12), berikut beberapa upaya yang diperlukan untuk pemenuhan GAP
pada setiap tahapan pemeliharaan:
Pemupukan. Komponen yang belum sesuai dengan pemenuhan GAP yaitu
dosis per aplikasi per tanaman dan cara pemupukan. Sebaiknya menggunakan
takaran yang tepat dosis per perdu tanaman agar terjadi penyerapan unsur hara
yang efisien pada tanaman teh. Penaburan pupuk masih ada yang tidak pada
lubang, lubang pupuk tidak ditutup kembali dan tidak menggunakan takaran.
Permasalahan ini menyebabkan pemupukan kurang efektif dan terjadi penguapan
dari pupuk yang tidak ditutup, sehingga pupuk terbuang sia-sia. Pupuk seharusnya
dibenamkan pada daerah perakaran yang aktif dengan jarak 30-40 cm dari perdu
teh dengan kedalaman tanah 10-15 cm. Penyebabnya karena kurangnya
pengawasan dari pembimbing pemeliharaan, kepala blok dan keamanan blok yang
bertujuan untuk menghindari penyelewengan yang dilakukan oleh setiap pekerja
pemupuk mengingat pemupukan merupakan kegiatan yang menghabiskan biaya
paling tinggi dibanding kegiatan pemeliharaan lainnya. Penggunaan APD atau alat
pelindung diri juga perlu diperhatikan guna keamanan dan keselamatan bekerja
bagi tenaga kerja untuk itu perlu adanya penyediaan APD oleh perusahaan.
Pemangkasan. Pemangkasan di UP Tambi secara umum telah dilaksanakan
dengan baik mengacu pada literatur dan rekomendasi yang ada. Pelaksanaan
pemangkasan di UP Tambi sangat mempertimbangkan kondisi tanaman,
ketersediaan dana dan tenaga kerja serta beberapa pertimbangan lain yang lebih
menguntungkan perusahaan sehingga dalam pelaksanaannya tidak selalu sesuai
dengan rencana maupun standar yang ditetapkan kebun. Kendala-kendala yang
sering dijumpai dalam manajemen pemangkasan di UP Tambi adalah rendahnya
keterampilan para pemangkas serta minimnya pengawasan oleh mandor/pengawas
mengakibatkan rendahnya kualitas hasil pangkasan. Selain itu, tidak adanya alat
ukur tinggi pangkasan yang baku menyebabkan tinggi pangkasan di lapang
cenderung tidak sesuai dengan tinggi pangkasan standar yang ditetapkan kebun
maupun standar GAP.
Jenis pangkasan bersih sudah tepat diterapkan di Unit Perkebunan Tambi
yang tergolong perkebunan dataran tinggi, pangkasan setengah bersih seharusnya
hanya diterapkan pada tanaman-tanaman yang kondisi kesehatannya kurang baik.
Kualitas hasil pangkasan harus diperbaiki dengan jalan meningkatkan
keterampilan pemangkas melalui pelatihan-pelatihan disertai dengan pengawasan
yang lebih baik terhadap pekerjaan pemangkasan. Sebaiknya dilaksanakan
kegiatan benam serasah karena dapat memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah
serta sebagai upaya konservasi lahan.
Pengendalian OPT. Komponen perlindungan tanaman merupakan
komponen GAP yang paling diperhatikan karena terkait pelestarian lingkungan.
Komponen tersebut antara lain penggunaan bahan kimia dalam aplikasi, tata cara
46

penggunaan, jumlah bahan kimia yang digunakan, hingga penyimpanan bahan


kimia dan perawatan alat. Komponen yang menjadi kendala terbesar adalah
frekuensi penggunaan bahan kimia yang tinggi dalam satu musim aplikasi karena
tingginya serangan OPT. Hal ini dapat diatasi melalui penggunaan musuh alami
bagi hama teh yang telah banyak dipasaran serta penyemprotan pestisida kimia
diselingi dengan penggunaan pestisida nabati meskipun dalam praktiknya akan
sulit dilakukan dengan kebutuhan bahan yang tinggi dan luasan lahan yang luas.
Pelatihan tentang penanganan bahan kimia dan aplikasi di lahan juga perlu
diadakan untuk memberikan standar yang benar bagi pekerja. Penyimpanan perlu
dilakukan terpisah antara saprotan lain dengan bahan kimia.

Bidang Petik

Tanaman teh merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh liar hingga
mencapai tinggi 10-15 m. Tanaman teh yang dipelihara untuk kegiatan produksi
memiliki tinggi kurang lebih satu meter, dengan memiliki bidang petik yang rata
(Wijerante dan Mohotti 2007). Tinggi bidang petik merupakan salah satu
indikator dalam pelaksanaan teknis pemetikan. Seiring dengan bertambahnya
umur pangkas tanaman teh akan bertambah tinggi bidang petiknya (Gambar 7).
Tinggi bidang petik pada umur pangkas IV dengan tinggi 109.7 cm. Tinggi bidang
petik tersebut ideal dibandingkan dengan pengamatan Rahmadona (2012), yaitu
tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Tambi dengan umur pangkas 4 tahun
memiliki tinggi rata-rata 97.7 cm. Menurut Johan dan Dalimoenthe (2009) tinggi
bidang petik yang ideal untuk tanaman teh adalah 80-110 cm, sedangkan menurut
Puslitbangbun (2010) ketinggian bidang petik tidak ergonomis bagi pemetik
adalah 120-140 cm. Tinggi bidang petik akan mempengaruhi kapasitas produksi
basah pemetik dan hanca petik setiap harinya.
Pertumbuhan tanaman teh akan mempengaruhi pertambahan diameter
bidang petik tanaman teh. Pertumbuhan umur pangkas tanaman mempengaruhi
lebar diameter bidang petik teh di Unit Perkebunan Tambi. Diameter bidang petik
paling besar dimiliki oleh tanaman dengan umur pangkas IV (Tabel 3). Diameter
bidang petik rata-rata berdasarkan umur pangkas I-IV pada Unit Perkebunan
Tambi memiliki rata-rata diameter 101.8 cm. Diameter bidang petik di Unit
Perkebunan Tambi lebih tinggi dibandingkan dengan diameter bidang petik di
Unit Bedakah PT Tambi Wonosobo dengan nilai rata-rata diameter berdasarkan
umur pangkas I-IV adalah 94.4 cm (Fathan 2013). Perbedaan besar lebar diameter
disebabkan oleh tanaman yang diamati umumnya seedling karena dapat
mempengaruhi lebar diameter bidang petik (Lelyana 2011). Lebar diameter
bidang petik tanaman dipengaruhi oleh umur pangkas, kesehatan tanaman, serta
jenis klon.

Tebal Daun Pemeliharaan

Tebal daun pemeliharaan Unit Perkebunan Tambi berdasarkan umur setelah


pemangkasan (Gambar 8) memiliki rata-rata tebal daun pemeliharaan 48.3 cm.
Tebal daun pemeliharaan Perkebunan Tambi sudah cukup efektif. Menurut PPTK
(2006), ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang efektif untuk melakukan
fotosintesis adalah setebal 4-5 lembar daun dan atau sekitar 15-20 cm. Johan
(2005) menyatakan bahwa daun pemeliharaan dengan tebal daun sekitar 20 cm
47

cukup optimal untuk pertumbuhan pucuk teh. Seiring dengan bertambahnya umur
pangkas akan bertambah juga tebal daun pemeliharaannya.
Tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi memiliki tebal daun
lebih tebal dari ketebalan daun efektif yaitu lebih dari 20 cm. Besarnya tebal daun
pemeliharaan ini akan berpengaruh pada penyebaran hasil fotosintesis yang
kurang maksimal pada akar dan pucuk. Tebal daun pemeliharaan efektif pada
daun kelima, sebaiknya dilakukan pemangkasan pada daun tua yaitu pada daun
kelima dan keempat sehingga peluang tumbuhnya pucuk akan lebih besar.
Fotosintesis akan optimal pada tebal daun pemeliharaan dengan 4-5 lapis atau 15-
20 cm sehingga pada Unit Perkebunan Tambi memiliki tebal daun pemeliharaan
yang terlalu tebal dari ketentuan daun yang optimal untuk fotosintesis. Oleh
karena itu, tebal daun pemeliharaan sebaiknya diturunkan dengan cara pemetikan
daun teh diatas kepel (k+0) secara terus menerus dilakukan selama 5-6 bulan atau
lebih sampai daun pemeliharaan menjadi ideal dengan tebal pemeliharaan 15-20
cm (PPTK 2006).

Analisis Petik dan Analisis Pucuk

Analisis petik merupakan kegiatan memisahkan pucuk yang dipetik


berdasarkn rumus petiknya. Kegiatan analisis petik bertujuan untuk menilai
kesesuaian keterampilan pemetik dalam melakukan pemetikan sesuai ketentuan
perusahaan, menilai kesehatan tanaman dan menilai kondisi kebun. Menurut
Dalimoenthe (1999), analisis petik merupakan tahapan penilaian uji mutu.
Persentase petikan halus dibawah 5% dan petikan medium 70% menunjukkan
bahwa pemetikan dilakukan diatas bidang petik (PPTK 2010). Petikan kasar pada
analisis pucuk menunjukkan bahwa kualitas pucuk yang kurang baik karena gilir
petik yang terlambat dan serangan hama dan penyakit. Petikan rusak disebabkan
adanya penjejalan pucuk teh saat pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik. Unit
Perkebunan Tambi memiliki kebijakan analisis petik sendiri untuk memenuhi
target perencanaan dari perusahaan. Persentase petikan halus dibawah 5% dan
petikan medium 50% pada Unit Perkebunan Tambi menunjukkan bahwa
pemetikan dilakukan diatas bidang petik. Petikan dipengaruhi oleh cara pemetikan,
kondisi tanaman dan gilir petik. Pada analisis petik di Unit Perkebunan Tambi,
para pemetik sering memetik pucuk hingga di atas daun kepel agar pucuk yang
akan tumbuh lebih cepat. Pemetik lebih mementingkan kuantitas yang ingin
dicapai tanpa memperhatikan kualitas teh yang diolah (Amiri dan Hassanpour
2007). Nilai persentase pucuk kasar menunjukkan bahwa kebun tersebut
menggunakan gilir petik daur panjang sedangkan persentase pucuk rusak
menunjukkan penanganan pucuk selama pengangkutan dari kebun sampai pabrik
(PPTK 2010).
Analisis pucuk adalah kegiatan pemisahan pucuk berdasarkan pada pucuk
yang memenuhi syarat (MS) dan tidak memenuhi syarat (TMS) untuk diolah dan
dinyatakan dalam persen. Nilai pucuk MS sudah memenuhi standar Unit
Perkebunan Tambi yaitu minimal 50% dengan rata-rata analisis pucuk dari bulan
Januari-Mei sebesar 50.2%. Pada analisis pucuk ini merupakan dasar pemberian
premi kepada mandor dan pemetik dengan ketentuan 50% pucuk memenuhi syarat
(MS). Berbeda dengan hasil pengamatan Anisa (2014) di Unit Perkebunan
Rumpun Sari Kemuning dimana diperoleh hasil rata-rata analisis pucuk yang
48

belum memenuhi standar yang ditetapkan di Unit Perkebunan tersebut sebesar


35% pucuk MS. Hal ini disebabkan masih tingginya persentase pucuk kasar dan
pucuk rusak, serangan penyakit dan pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik.
Serangan penyakit menyebabkan pertumbuhan pucuk menjadi terhambat.
Pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik yang melebihi kapasitas truk terkadang
merusak kualitas pucuk karena pucuk di dalam waring dijejalkan, dipadatkan dan
ditumpuk melebihi kapasitas ruang truk. Faktor alam yang mempengaruhi
pertumbuhan pucuk yaitu kabut yang mempengaruhi kelembaban dan penyebaran
serangan hama penyakit sehingga membuat pucuk rusak, menggulung dan rontok.

Gilir Petik

Panjang gilir petik tergantung pada kecepatan pertumbuhan pucuk yang


dipengaruhi oleh iklim, umur pangkas tanaman, jenis klon, kesehatan tanaman,
kesuburan tanah, teknis pemetikan dan ketinggian tempat. Ketinggian tempat
dapat menentukan gilir petik tanaman teh. Pertumbuhan tanaman teh yang terletak
di dataran tinggi memiliki kecepatan pertumbuhan pucuk yang lebih lambat
karena tanaman teh mendapatkan intensitas cahaya dan suhu yang rendah serta
kelembaban yang tinggi (PPTK 2010). Berdasarkan pengamatan dan data di Unit
Perkebunan Tambi terlihat bahwa produksi pada blok yang terletak pada dataran
tinggi diatas 1 300 m dpl memiliki gilir petik lebih lama antara 75-80 hari,
sedangkan pada blok dengan ketinggian kurang dari 1 300 m dpl memiliki gilir
petik 30-50 hari. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh luas lahan blok yang
dipetik. Ketinggian tempat juga mempengaruhi kelembaban udara. Kelembaban
yang tinggi akan memacu pertumbuhan gulma sehingga menyebabkan persaingan
dalam mendapatkan hara tanah. Penetuan gilir petik ini dapat digunakan sebagai
perencanaan gilir petik bagi masing-masing mandor panen. Perencanaan gilir
petik dapat digunakan untuk mengetahui nomer kebun/blok yang sudah layak
dipetik serta sebagai sarana untuk mengatur strategi dalam mencapai target
bulanan. Perbedaan rencana gilir petik dengan realisasi disebabkan jumlah tenaga
petik tidak memadai karena sistem tenaga petik borongan dan pucuk teh yang
tumbuh kurang seragam.

Hanca Petik

Hanca petik adalah luas areal petik yang harus selesai dipetik dalam satu
hari. Pelaksanaan hanca petik di lapangan seringkali berbeda dengan hanca yang
telah diperhitungkan. Hanca petik sangat dipengaruhi oleh kondisi pucuk,
topografi lahan dan jumlah tenaga kerja pemetik. Hanca petik pada setiap blok
berbeda-beda bergantung pada luas lahan produktif, gilir petik dan jumlah tenaga
kerja (Rahmadona 2012).
Penentuan hanca petik setiap blok ditentukan oleh masing-masing
pembimbing petik. Nilai hanca petik pada Unit Perkebunan Tambi tidak cukup
baik apabila dibandingkan Unit Perkebunan Bedakah PT Tambi Wonosobo yaitu
sebesar 0.030 ha hari-1 (Fathan 2013) dan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
Karanganyar yaitu sebesar 0.090 ha hari-1 (Anisa 2014). Perbedaan ini karena luas
areal memiliki perbandingan yang berbeda dan jumlah tenaga kerja yang masih
kurang untuk beberapa blok sehingga menurunkan hanca petik. Pada saat musim
panen sayuran dan hajatan keluarga absen pemetik semakin banyak, karena
49

keadaan demikian sehingga hanca petik tidak dapat diselesaikan. Kondisi pucuk di
lapangan juga mempengaruhi hanca petik, jika kondisi dalam keadaan tidak baik
akan menurunkan hanca petik.
Pengaturan hanca petik masing-masing blok sebenarnya telah ditentukan
oleh pembimbing petik. Namun pada kenyataannya di lapangan, hanca petik yang
telah direncanakan seringkali tidak sama dengan realisasinya. Hal ini disebabkan
oleh topografi kebun, jumlah tenaga kerja yang kurang dan terbatasnya waktu.
Topografi kebun yang miring menyulitkan pemetik dalam menjangkau tempat
yang lebih tinggi. Jika hanca petik tidak terselesaikan dalam sehari maka jam
kerja akan ditambah dan akan dilanjutkan pada hari berikutnya. Solusi lain dalam
menyelesaikan hanca yang tidak terselesaikan adalah dengan melakukan
pemetikan pada hari libur.

Tenaga dan Kapasitas Pemetik

Tenaga petik merupakan komponen terpenting untuk mencapai produksi


yang optimal. Sedangkan ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan rasio
kebutuhan tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk mencapai produksi yang
maksimal. Unit Perkebunan Tambi memiliki empat blok yang masing-masing
blok memiliki jumlah tenaga kerja petik yang berbeda-beda bergantung pada luas
lahan produktif, dari keempat blok terdapat 10 kemandoran petik dengan jumlah
total tenaga pemetik 165 orang. Berdasarkan perhitungan rumus ratio pemetik dan
rumus tenaga petik, jumlah pemetik yang dibutuhkan di Unit Perkebunan Tambi
pada tahun 2015 adalah sebesar 157 orang. Hal ini menunjukkan bahwa Unit
Perkebunan Tambi masih kelebihan tenaga pemetik (Tabel 13). Kondisi yang
demikian ini akan segera diatasi oleh UP Tambi dengan menurunkan kuota
penerimaan tenaga petik baru sekaligus menurunkan standar usia pensiun untuk
pemetik. Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang dapat dicapai adalah 1.84 orang ha-1
dan sudah sesuai dengan standar indeks tenaga kerja menurut Iskandar (1998)
yaitu 1.50-2.00 orang ha-1.
Kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi menggunakan gunting dan
mesin petik dengan standar rata-rata kapasitas pemetik (basic yield) sebesar 72 kg
HK-1 setiap pemetik, standar tersebut ditetapkan berdasarkan rata-rata kapasitas
pemetik Unit Perkebunan Tambi selama lima tahun terakhir. Kapasitas pemetik
setiap blok di Unit Perkebunan Tambi dari bulan Januari-Mei menunjukkan
bahwa rata-rata kapasitas pemetik sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Sebagai perbandingan, standar kapasitas pemetik Unit Perkebunan Tambi masih
lebih tinggi dari pada Unit Perkebunan Bedakah PT Tambi Wonosobo dengan
standar kapasitas pemetik (basic yield) sebesar 70 kg HK-1 (Fathan 2013).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kapasitas pemetik tidak dipengaruhi
oleh umur (Tabel 10) dan lama pengalaman kerja (Tabel 11), pada hal ini
kapasitas pemetik dipengaruhi oleh keadaan pucuk di lapang, keterampilan
pemetik, jumlah pokok tanaman teh, umur tahun pangkas, cuaca dan topografi
kebun. Kondisi kebun sangat mempengaruhi produksi tanaman teh yang akan
dipetik. Kondisi kebun yang sehat akan menghasilkan hasil produksi pucuk teh
maksimal sedangkan kondisi kebun yang tidak sehat akan menurunkan hasil
produksi pucuk teh.
50

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pelaksanaan pengelolaan dan pemeliharaan tanaman teh menghasilkan di


Unit Perkebunan Tambi PT. Tambi Wonosobo sebagian besar sudah sesuai
dengan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang telah
direkomendasikan oleh Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertanian No.50
tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Budidaya Teh yang Baik. Adapun komponen
pemeliharaan tanaman teh menghasilkan yang sesuai dengan penerapan GAP
tersebut diantaranya pemupukan, pemangkasan, perlindungan tanaman, panen dan
pascapanen, perlindungan lapangan serta komponen pencatatan atau tracebility.
Pengelolaan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi Wonosobo sudah cukup
baik apabila dilihat dari beberapa faktor seperti tinggi bidang petik, diameter
bidang petik, analisis pucuk dan kapasitas pemetik. Tinggi bidang petik tanaman
kurang dari 110 cm. Diameter rata-rata bidang petik pada tanaman umur pangkas
1-4 tahun adalah 101.8 cm. Hasil rata-rata tebal daun pemeliharaan tanaman teh
belum efektif untuk memenuhi kebutuhan fotosintesis. Kapasitas pemetik sudah
memenuhi ketentuan standar yaitu 72 kg HK-1. Kapasitas pemetik tidak
dipengaruhi oleh umur dan lama pengalaman kerja.
Hanca petik rata-rata Unit Perkebunan Tambi Wonosobo adalah 1.011 ha
HK-1. Gilir petik yang diterapkan belum memenuhi standar yang telah ditetapkan
yaitu 30-60 hari. Jumlah tenaga petik berdasarkan keadaan di lapangan mencapai
165 orang dan berdasarkan rumus perhitungan rasio tenaga petik sebesar 157
orang, hal tersebut menunjukkan Unit Perkebunan Tambi masih kelebihan tenaga
petik 8 orang.
Analisis petik di Unit Perkebunan Tambi menghasilkan komposisi pucuk
halus dan pucuk medium yang rendah dan belum memenuhi standar yang
ditetapkan yaitu minimal 50% pucuk medium, sedangkan komposisi pucuk kasar
dan rusak cukup tinggi. Analisis pucuk menghasilkan rata-rata 50.2% memenuhi
syarat (MS). Nilai tersebut sudah memenuhi standar Unit Perkebunan Tambi yaitu
minimal 50% pucuk memenuhi syarat (MS).

Saran

Produksi teh yang optimum tidak pernah lepas dari pemeliharaan yang baik
dan benar. Kegiatan pemeliharaan yang meliputi pemupukan baik melalui tanah
maupun melalui daun, pemangkasan serta pengendalian OPT perlu ditingkatkan
pengawasannya agar dapat bermanfaat terhadap kesehatan tanaman teh sehingga
menghasilkan pucuk yang berkualitas. Pembinaan dan pengawasan terhadap
tenaga kerja pemetik juga perlu ditingkatkan agar keterampilan pemetik dan
pucuk yang diperoleh dapat memenuhi standar petikan yang diharapkan.
Penggunaan mesin petik dan mesin pangkas sebagai salah satu alternatif untuk
menutupi kekurangan tenaga kerja yang diharapkan mampu digunakan seefisien
mungkin. Selain itu, perlu diadakan pelatihan dalam penggunaan mesin tersebut
agar dapat menggali potensi kebun seoptimal mungkin.
51

DAFTAR PUSTAKA

Adisewojo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Teh (Camellia sinensis). Bandung (ID) :
Sumur Bandung.
Amiri ME Hassanpour M. 2007. Determination of optimum harvestable length of
shoots in tea (Camellia sinensis L.) based on the current shoot growth,
ratherthan interval plucking. Journal Food, Agricultural, & Environtment.
5(2) : 122-124.
Anisa W. 2014. Pengelolaan pemetikan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi
Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah [skripsi] Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Dalimoenthe SL. 1999. Implikasi pemetikan secara mekanis terhadap produksi,
mutu hasil olahan dan kesehatan tanaman teh. Di dalam: Pusat Penelitian
Teh dan Kina, editor. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Nasional 1999;
Bandung, Indonesia. Bogor (ID) : PPTK. hlm 229-232.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Statistik perkebunan Indonesia : Teh
(Camellia sinensis) 2011-2013. Direktorat Jenderal Perkebunan.
Departemen Pertanian. Jakarta (ID) : Deptan Pr.
Fathan J. 2013. Pengelolaan pemetikan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
[skripsi] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Ghani, M. A. 2002. Dasar-Dasar Budidaya Teh. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.
Isnoor M. 2006. Good Agricultural Practices (GAP) pada Budidaya Perkebunan
[Internet]. [diunduh 2014 November 10]. Tersedia pada:
http://cybex.deptan.go.id/lokalita/good-agricultur-practice-gap-pada-
budidaya-perkebunan
Iskandar SH. 1988. Budidaya Tanaman Teh. Jurusan Budidaya Pertanian. Bogor
(ID) : IPB Press.
Johan ME. 2005. Pengaruh tinggi pangkasan dan tinggi jendangan terhadap
pertumbuhan dan hasil pucuk basah pada tanaman teh asal biji. Bogor (ID) :
Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 8(1-2) 43-48.
Johan ME, Dalimoenthe SL. 2009. Pemetikan pada Tanaman Teh. Bandung (ID) :
PPTK.
Kementerian Pertanian RI. 2014. Pedoman Teknis Budidaya Teh yang Baik
(Good Agricultural Practices/GAP on Tea) [Internet]. [diunduh 2014
November 9]. Tersedia pada: http://perundangan.pertanian.go.id.
Lelyana Q. 2011. Studi pengelolaan pemetikan pucuk daun teh (Camelia sinensis
(L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo,
Jawa Tengah [skripsi] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Muljanto D, Yudono P. 1998. Kemampuan tumbuh kembali pucuk tanaman teh
yang dipangkas setelah tanaman mengalami cekaman kekeringan. Ilmu
Pertanian (Agricultural Science). 6(2) : 28-33.
52

Neely, C., B. Haight, J. Dixon, A. S. Poissot. 2007. Report of the FAO expert
consultation on a good Agricultural practice approach. Food and
Agricultural organization of United Nation. Rome. 27 p. [Internet]. [diunduh
2014 November 7]. Tersedia pada:
http://www.fao.org/prods/gap/Docs/PDF/1- reportExpertConsultation
EXTERNAL.pdf.
Ongong JO, Ochieng A. 2013. Innovation in the tea industry: the case of kericho
tea, Kenya. Global Journal of Management and Business Research. 13(1) :
11-12.
[PPTK] Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman
Teh. Bandung (ID) : Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.
[PPTK] Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2010. Standar Operasi Prosedur
Pemetikan. Bogor (ID) : Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung.
[Puslitbangbun] Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2010. Budidaya
dan Pasca Panen Teh. Jakarta (ID) : Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementrian Pertanian.
Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2007. Statistik Pertanian. Departemen
Pertanian. Jakarta. 315 hal.
Rachmawati Y, Pranoto E. 2009. Pemanfaatan pupuk hayati sebagai pelengkap
pupuk anorganik pada tanaman teh menghasilkan. Jurnal Penelitian Teh dan
Kina. 12(1) : 26-32.
Rahmadona L. 2012. Pengelolaan pemetikan teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Setiawati I, Nasikun. 1991. Teh (Kajian Sosial-Ekonomi). Yogyakarta (ID) :
Aditya Media.
Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Yogyakarta
(ID) : Kanisius.
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Sumantri B, penerjemah.
Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Introduction
to Statistics 3rd edition. 515 hlm.
Wijeratne MA, Mohotti J. 2007. Ecophysiology of tea. Brazilian Journal Plant
Physiology. 2 : 4-6.
53

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Unit
Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Prestasi Kerja Penulis
Tanggal Uraian Kegiatan Penulis Karyawan Standar Lokasi
(ha/HK)
14-2-2015 Tiba di Lokasi Magang - - - Kantor Induk
15-2-2015 Orientasi Lapangan - - - UP Tambi
16-2-2015 Orientasi Lapangan - - - UP Tambi
17-2-2015 Pelatihan Mesin Petik - - - Blok Taman
18-2-2015 Pemetikan dengan MP 0.12 0.12 0.16 Blok Taman
19-2-2015 Pemetikan dengan MP 0.08 0.08 0.16 Blok Taman
20-2-2015 Pengambilan Data Primer - - - Blok Taman
21-2-2015 Kunjungan ke Direksi - - - Kantor Direksi
22-2-2015 Libur - - - -
23-2-2015 Weeding Chemist 0.019 0.013 0.19 Blok Taman
24-2-2015 Weeding Chemist 0.014 0.013 0.19 Blok Taman
25-2-2015 Pemupukan 0.12 0.39 0.25 Blok Panama
26-2-2015 Pemeliharaan Rorak 0.002 0.003 0.002 Blok Panama
27-2-2015 Pengambilan Data Primer - - - Blok Panama
28-2-2015 Pemupukan 0.64 0.52 0.25 Blok Panama
1-3-2015 Libur - - - -
2-3-2015 Orientasi Kebun - - - B. Pemandangan
3-3-2015 Pemupukan 0.08 0.23 0.25 B. Pemandangan
4-3-2015 Pemupukan 0.09 0.24 0.25 B. Pemandangan
5-3-2015 Pemetikan dengan GP 43 kg 87 kg 72 kg B. Pemandangan
6-3-2015 Pengambilan Data Primer - - - B. Pemandangan
7-3-2015 Pengendalian OPT 0.25 0.10 0.10 B. Pemandangan
8-3-2015 Libur - - - -
9-3-2015 Orientasi Kebun - - - B. Tanah Hijau
10-3-2015 Pengenalan Porokan - - - B. Tanah Hijau
11-3-2015 Pembuatan Porokan 0.002 0.003 0.003 B. Tanah Hijau
12-3-2015 Pengendalian OPT 0.06 0.07 0.06 B. Tanah Hijau
13-3-2015 Pengambilan Cutting 800 1 200 1 000 UP Tanjungsari
cutting cutting cutting
14-3-2015 Pembibitan - - - Blok Panama
15-3-2015 Libur - - - -
54

Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Unit


Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Prestasi Kerja Penulis
Jumlah
Luas Areal Lama
Tanggal Uraian Kegiatan KHL Lokasi
diawasi kegiatan
diawasi
(ha) (jam)
(orang)
16-3-2015 Pemetikan Produksi 30 1.76 5 Blok Taman
17-3-2015 Weeding Chemist 4 0.6 4 Blok Taman
18-3-2015 Pemetikan Produksi 45 0.9 5 Blok Panama
19-3-2015 Pengendalian OPT 2 1.8 5 B. Pemandangan
20-3-2015 Pengambilan Data Primer - - - -
21-3-2015 Libur - - - -
22-3-2015 Libur - - - -
23-3-2015 Pemetikan Produksi 25 0.7 4 Blok Tanah Hijau
24-3-2015 Pemetikan Produksi 32 1 4 Blok Tanah Hijau
25-3-2015 Membantu Kegiatan BPTI - - - B. Pemandangan
Bogor
26-3-2015 Pemetikan Produksi 40 1.12 5 Blok Panama
27-3-2015 Senam dan Diskusi - - - Kantor
28-3-2015 Pemetikan Produksi 31 0.6 5 Blok Taman
29-3-2015 Libur - - - -
30-3-2015 Penanaman Tanaman - - - Blok Panama
Pagar
31-3-2015 Pemasangan sex-feromon 2 3.84 3 Blok Taman
1-4-2015 Pemasangan sex-feromon 3 3.84 3 Blok Tanah Hijau
2-4-2015 Pemasangan sex-feromon 2 3.84 3 Blok Panama
3-4-2015 Libur - - - -
4-4-2015 Libur - - - -
5-4-2015 Libur - - - -
6-4-2015 Pemasangan sex-feromon 2 0.125 3 B. Pemandangan
7-4-2015 Pemangkasan 3 0.12 4 Blok Taman
8-4-2015 Pemetikan Produksi 32 0.70 5 Blok Taman
9-4-2015 Pemetikan Produksi (MP) 4 0.35 5 Blok Taman
10-4-2015 Senam dan Diskusi - - - Kantor
11-4-2015 Pengendalian Gulma 3 2.25 5 Blok Tanah Hijau
12-4-2015 Libur - - - -
55

Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun


(kepala blok) Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Prestasi kerja penulis
Pembimbing Luas areal Lama
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
diawasi diawasi kegiatan
(orang) (ha) (jam)
13-4-2015 Pemetikan Produksi - - - Blok Taman
14-4-2015 Pemetikan Produksi - - - Blok Pemandangan
15-4-2015 Pengambilan Data - - - Blok Panama
Primer
16-4-2015 Pemetikan Produksi 2 0.75 5 Blok Tanah Hijau
17-4-2015 Senam dan Diskusi - - - Kantor
18-4-2015 Izin - - - -
19-4-2015 Libur - - - -
20-4-2015 Cuti Bersama - - - -
21-4-2015 Izin - - - -
22-4-2015 Pengendalian OPT 1 3.8 4 Blok Panama
23-4-2015 Pemeliharaan Saluran 1 1.1 5 Blok Panama
Air
24-4-2015 Senam dan Diskusi - - - Kantor
25-4-2015 Pengendalian OPT 1 3.5 3 Blok Panama
26-4-2015 Libur - - - -
27-4-2015 Bending dan Centering 1 1.12 5 Blok Panama
28-4-2015 Pemetikan Produksi 2 0.65 5 Blok Taman
29-4-2015 Pemetikan Produksi 2 0.60 4 Blok Taman
30-4-2015 Pemetikan Produksi 2 0.53 5 Blok Taman
1-5-2015 Libur - - - -
2-5-2015 Strip Weeding 1 1.12 5 Blok Panama
3-5-2015 Libur - - - -
4-5-2015 Pemetikan Produksi 2 0.70 5 Blok Taman
5-5-2015 Pengendalian OPT 1 3 4 Blok Pemandangan
6-5-2015 Pengendalian OPT 1 2 3 Blok Pemandangan
7-5-2015 Pengendalian OPT 1 3.28 3 Blok Pemandangan
8-5-2015 Pengendalian OPT 1 3.75 3 Blok Pemandangan
9-5-2015 Pemangkasan dengan 1 0.46 5 Blok Taman
Mesin Pangkas
10-5-2015 Libur - - - -
11-5-2015 Pelayuan 1 - 5 Pabrik
12-5-2015 Penggilingan 1 - 7 Pabrik
Analisis Petik Pabrik
13-5-2015 Pengeringan 1 - 7 Pabrik
Analisis Petik Pabrik
14-5-2015 Penjenisan 1 - 5 Pabrik
15-5-2015 Libur - - - -
16-5-2015 Libur - - - -
17-5-2015 Libur - - - -
18-5-2015 Circle Weeding 1 1.3 5 Blok Panama
56

Lampiran 4. Jurnal harian magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling Unit


Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Prestasi kerja penulis
Kepala Blok Luas areal Lama
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
diawasi diawasi kegiatan
(orang) (ha) (jam)
19-5-2015 Pemetikan Produksi Blok Taman
20-5-2015 Pemetikan Jendangan Blok Tanah Hijau
21-5-2015 Pemetikan Produksi Blok Taman
22-5-2015 Senam dan Diskusi Kantor
23-5-2015 Administrasi Kantor Kantor
24-5-2015 Libur -
25-5-2015 Analisis Petik Pabrik
26-5-2015 Analisis Petik Pabrik
27-5-2015 Administrasi Kantor Kantor
28-5-2015 Administrasi Kantor Kantor
29-5-2015 Senam dan Kerja Bakti Kantor
30-5-2015 Administrasi Kantor Kantor
31-5-2015 Libur -
1-6-2015 Izin -
2-6-2015 Libur -
3-6-2015 Administrasi Kantor Kantor
4-6-2015 Administrasi Kantor Kantor
5-6-2015 Senam dan Kerja Bakti Kantor
6-6-2015 Administrasi Kantor Kantor
7-6-2015 Libur -
8-6-2015 Administrasi Kantor Kantor
9-6-2015 Administrasi Kantor Kantor
10-6-2015 Administrasi Kantor Kantor
11-6-2015 Administrasi Kantor Kantor
12-6-2015 Menyusun Laporan Kantor
Magang
13-6-2015 Menyusun Laporan Kantor
Magang
14-6-2015 Libur -
15-6-2015 Persiapan Presentasi -
16-6-2015 Presentasi Kantor
17-6-2015 Pamitan -
18-6-2015 Pulang -
57

Lampiran 5. Peta lokasi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi

57
58
58

Lampiran 6. Curah hujan dan hari hujan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah tahun 2005-2014
Bulan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
Januari 407 18 713 19 195 13 523 17 589 26 597 30 289 16 468 22 440 23 424 22 464.5 20.6
Februari 474 23 553 20 549 24 352 13 525 24 519 25 338 21 609 18 372 18 342 13 463.3 19.9
Maret 557 25 303 15 368 22 359 22 318 21 520 22 877 21 430 24 323 21 372 18 442.7 21.1
April 403 20 233 12 288 20 28 19 204 19 393 26 463 25 223 12 295 18 374 13 290.4 18.4
Mei 25 5 324 14 60 8 158 15 174 19 332 24 263 13 212 8 139 16 134 7 182.1 12.9
Juni 163 13 14 2 159 6 20 5 48 6 237 11 22 4 136 5 228 16 101 10 112.8 7.8
Juli 81 7 17 1 13 2 2 1 0 0 95 11 38 6 0 0 77 8 149 17 47.2 5.3
Agustus 38 4 10 1 13 2 76 10 7 2 227 13 8 1 0 0 29 6 78 6 48.6 4.5
September 114 7 13 1 7 2 19 5 11 4 410 14 16 4 0 0 6 3 4 1 60 4.1
Oktober 138 9 81 4 69 7 253 16 67 12 331 20 51 6 172 13 243 16 71 14 147.6 11.7
November 151 9 170 8 170 10 524 26 283 16 384 19 454 25 163 12 306 18 237 17 284.2 16
Desember 580 25 513 16 494 20 487 24 184 15 673 23 468 22 386 20 500 25 973 30 525.8 22
Total 3131 165 2944 113 2385 136 2801 173 2410 164 4718 238 3287 164 2799 134 2958 188 3259 168 3069.2 164.3
BK 2 4 3 4 4 0 5 3 2 1 2.8
BB 9 9 7 7 7 11 7 9 9 9 8.4
Sumber : Kantor Unit Perkebunan Unit Perkebunan Tambi
Keterangan : CH = Curah Hujan (mm) HH = Hari Hujan (mm)
BB = Bulan Basah (CH>100) Rata-rata BB = 9.2
BK = Bulan Kering (CH<60) Rata-rata BK = 2.8
Q=
Tipe Iklim C menurut Schmidth - Ferguson
59

Lampiran 7. Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo,
Jawa Tengah tahun 2015
No Keterangan Luas (ha)
I Tanaman Teh :
1. TTM 56.90
2. TMM 164.99
Jumlah TM 221.89
3. TBM I 6.14
4. TBM II 5.44
5. TBM III 8.08
6. Replanting 5.62
Jumlah 25.28
Jumlah Tanaman Teh 247.17
II Lain – Lain
1. Emplasmen & Kantor 10.49
2. Pabrik 1.66
3. Agrowisata 1.77
4. Jalan Besar 7.88
5. Alur / Jurang 2.01
6. Lapangan 0.69
7. Pembibitan 1.50
Jumlah Lain - Lain 26.00
Jumlah Besar 273.17
Sumber : RKAP Unit Perkebunan Tambi 2015
60

60
Lampiran 8. Struktur organisasi perusahaan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi


61

Lampiran 9. Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah bulan Mei 2015
Tenaga Pendidikan
No Status
L P JML S2 S1 D3 SLTA SLTP SD TTSD JML
Karyawan Tetap
1 Karyawan I 10 2 12 4 2 6 12
2 Karyawan II E 5 5 5 5
3 Karyawan II D 15 1 16 6 6 4 16
4 Karyawan II C 8 8 3 1 4 8
5 Karyawan II B 15 15 5 4 5 1 15
6 Karyawan II A 67 5 72 14 26 23 8 71
7 Lepas Tetap 44 143 187 10 21 112 44 187
Jumlah 164 151 315 0 4 2 49 58 148 53 314
Karyawan Borong Tetap
1 Petik 6 133 139
2 Pemeliharaan 19 4 23
3 Pabrik 9 2 11
4 Kantor 6 2 8
5 Agrowisata 4 2 6
Jumlah 44 143 187
Jumlah Total 208 294 502 0 4 2 49 58 148 53 314
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi

61
62

62
Lampiran 10. Realisasi produksi teh Unit Perkebunan Tambi tahun 2008-2013
Realisasi Produksi (kg)
No Bulan ........Tahun........
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Januari 342 091 169 541 324 602 262 501 275 201 369 685
2 Februari 229 694 230 807 211 094 132 144 354 356 305 649
3 Maret 270 698 294 799 288 829 124 046 345 658 362 081
4 April 200 515 164 848 235 201 158 424 275 097 337 456
5 Mei 316 081 338 228 242 352 242 270 296 094 322 887
6 Juni 174 094 136 552 221 300 257 244 272 785 292 638
7 Juli 224 255 258 004 200 421 263 041 249 531 311 165
8 Agustus 293 865 165 470 207 118 225 759 172 669 226 639
9 September 190 488 117 375 189 407 321 298 197 743 280 632
10 Oktober 409 266 251 305 302 846 324 959 194 034 212 512
11 November 212 796 190 808 149 235 252 440 329 403 292 617
12 Desember 514 955 306 258 276 803 592 854 413 978 331 461
Jumlah 3 378 798 2 623 995 2 849 208 3 156 980 3 376 549 3 645 422
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi
63

Lampiran 11. Realisasi produktivitas Unit Perkebunan Tambi tahun 2008-2014


Produktivitas Teh Kering (kg ha-1)
No Blok ........Tahun........
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Taman 3 425 2 558 2 746 3 570 3 665 3 743 3 830
2 Pemandangan 2 857 2 086 2 440 2 496 2 928 3 407 3 792
3 Panama 2 853 2 191 2 422 2 766 3 002 3 087 3 355
4 Tanah Hijau 2 621 2 431 2 375 2 862 3 047 3 488 3 267
Jumlah 11 756 9 266 9 983 11 694 12 642 13 725 14 244
Rata-rata 2 950 2 285 2 496 2 913 3 134 3 406 3 574
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi
64

Lampiran 12. Hasil pengamatan kesesuaian komponen pemeliharaan tanaman teh


menghasilkan dengan GAP
A. Kesesuaian komponen pemupukan dengan GAP
Kesesuaian GAP
No Komponen GAP Tidak
Sesuai
Sesuai
1 Pupuk organik dan anorganik terdaftar √
2 Pemupukan sesuai dengan anjuran √
3 Pupuk disimpan terpisah dari produk pertanian √
4 Terdapat arahan penggunaan pupuk √
5 Pencatatan pemupukan √
Persentase 80% 20%

B. Kesesuaian komponen perlindungan tanaman dengan GAP


Kesesuaian GAP
No Komponen GAP Tidak
Sesuai
Sesuai
1 Penggunaan pestisida sesuai dengan anjuran

rekomendasi dan aturan pakai
2 Terdapat arahan pengetahuan dan keterampilan

mengaplikasikan pestisida
3 Pestisida yang digunakan terdaftar dan diijinkan √
4 Pestisida yang digunakan tidak kadaluwarsa √
5 Pestisida disimpan di lokasi yang layak, aman dan

berventilasi baik
6 Pestisida disimpan terpisah dari produk pertanian √
7 Terdapat fasilitas untuk mengatasi keadaan

darurat
8 Terdapat pedoman/tata cara penanggulangan

kecelakaan akibat keracunan pestisida
9 Wadah bekas pestisida ditangani dengan benar

agar tidak mencemari lingkungan
10 Wadah bekas pestisida dirusakkan agar tidak

digunakan untuk keperluan lain
11 Kelebihan pestisida dalam tabung penyemprotan

digunakan untuk pengendalian di tempat lain
12 Peralatan aplikasi pestisida dirawat secara teratur

agar
13 Peralatan aplikasi pestisida dikalibrasi secara

berkala
14 Tersedia peralatan yang memadai untuk menakar

dan mencampur pestisida
15 Tersedia panduan penggunaan peralatan dan

aplikasi pestisida
Persentase 67% 33%
65

C. Kesesuaian komponen panen dengan GAP


Kesesuaian GAP
No Komponen GAP Tidak
Sesuai
Sesuai
1 Cara panen menghindari kontaminasi terhadap

produk
2 Pemanenan dengan cara yang dapat

mempertahankan mutu produk
3 Wadah hasil panen dalam keadaan baik dan

bersih
Persentase 67% 33%

D. Kesesuaian komponen pascapanen dengan GAP


Kesesuaian GAP
No Komponen GAP Tidak
Sesuai
Sesuai
1 Pengemasan yang sesuai bisa melindungi

produk dari kerusakan dan kontaminan
2 Kemasan diberi label yang menjelaskan

identitas produk
3 Tempat pengemasan bersih, bebas kontaminasi

dan terlindung dari OPT
4 Tempat pengemasan terpisah dari tempat

penyimpanan pupuk dan pestisida
5 Ruang penyimpanan mampu melindungi

produk dari kerusakan dan kontaminan
Persentase 100% 0%

E. Kesesuaian komponen perlindungan lapangan dengan GAP


Kesesuaian GAP
No Komponen GAP Tidak
Sesuai
Sesuai
1 Ketersediaan peralatan pelindung lapangan √
2 Pekerja memahami bahaya pestisida dalam

keselamatan kerja
3 Pekerja menggunakan perlengkapan pelindung

sesuai anjuran
4 Pakaian dan peralatan pelindung ditempatkan

secara terpisah dari kontaminan
Persentase 50% 50%
66

F. Kesesuaian komponen pencatatan dan tracebility dengan GAP


Kesesuaian GAP
No Komponen GAP Tidak
Sesuai
Sesuai
1 Tersedia sistem pencatatan yang memudahkan

penelusuran
2 Tersedia catatan penggunaan bahan tanaman dan

saprotan
3 Catatan disimpan selama minimal 2 tahun √
4 Seluruh catatan dan dokumentasi selalu

diperbaharui
Persentase 100% 0%
67

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara pasangan Abdul Karim


(Alm.) dan Kusriah yang dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1992 di Pemalang,
Jawa Tengah. Penulis memiliki seorang kakak yang bernama Muhammad
Miftakhudin.
Tahun 2005 penulis lulus dari SDN 02 Randudongkal dan melanjutkan
pendidikan di SMPN 1 Randudongkal sampai tahun 2008. Selanjutnya penulis
menyelesaikan pendidikan menengah di SMAN 1 Pemalang pada tahun 2011.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi
kemahasiswaan dan kepanitiaan. Penulis merupakan staff Departemen Minat
Bakat Olahraga dan Seni (MIBAORSEN) Himagron pada tahun 2013. Penulis
menjadi ketua Divisi Eksternal Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) IMP
Bogor 2012-2013. Selain itu, penulis juga menjadi bagian dari anggota Paduan
Suara Mahasiswa IPB PSM Agriaswara (Tenor 2) 2011-sekarang. Dalam kegiatan
kepanitiaan, penulis pernah menjadi Kepala Divisi Acara (kadiv) ‘Agrosportment’
Agronomi dan Hortikultura Sport Entertaiment Event V 2014.
Dalam hal prestasi, penulis pernah meraih juara dalam beberapa event
olahraga terutama cabang olahraga Bola Basket, diantaranya juara 1 Basket ‘C2
Cup’ 2012, Basket ‘Serie-A’ Fakultas Pertanian IPB 2013. Juara 2 Basket
‘Asrama Cup’ 2012, Basket ‘Agrosportment’ 2012 dan yang paling
membanggakan adalah juara 3 Basket ‘KOBATANI’ Kompetisi Basket Fakultas
Pertanian se Jawa-Bali 2013 di UB Malang. Penulis juga pernah meraih predikat
Pemenang Theme Song Masa Pengenalan Departemen 2013 (Vokalis).

Anda mungkin juga menyukai